jejaring administrasi publik, vol. 10, no. 2. juli...
TRANSCRIPT
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
i
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
ii
Jurnal ilmiah “JEJARING ADMINISTRASI PUBLIK (JAP)‟. Diterbitkan oleh Departemen
Adminstrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, sebagai terbitan berkala
6 (enam) bulan sekali yang menyajikan tulisan-tulisan untuk lebih mempopulerkan ilmu
administrasi negara / publik ditengah masyarakat.
Penanggung Jawab
Falih Suaedi (Ex Officio Dekan Fisip Unair)
Pimpinan Umum
Sulikah Asmorowati (Ketua Departemen Administrasi)
Mitra Bestari
Bintoro Wardiayanto (Universitas Airlangga)
Selfi Budi Helpiastuti (Universitas Jember)
Intam Kurnia (Universitas Tadulako)
Muhammad Nuh (Universitas Brawijaya)
Ahmad Buhari (Universitas Padjajaran)
Pimpinan Redaksi
Pilipus Keban
Sekretaris Redaksi
Nanang Haryono
Redaktur Pelaksana
Erna Setijaningrum
Antun Mardiyanta
Wahyuni Triana
Sunaryo
Putu Aditya Ferdian Aryawantara
Layout dan Sirkulasi
Nabila Alfiani
Feny Dwintania
Pryanka Pandu
Ardian Rizki Serda Ginata
Cholifah Risalatin
Delfa Ayu Paramita
Alamat Redaksi: Jejaring Administrasi Publik (JAP)
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan 4-6 Surabaya, 602886
Telpon. 031-5034015, eks 213. Fax. 031-5022494
Website: www.depan-fisip-unair.com
Percetakan
Airlangga University Press (RK 466/12.15/AUP-A25E)
Kampus C Universitas Airlangga
Mulyorejo Surabaya 60115
Telpin (031) 5992246, 5992247
Fax (031) 5992248
Email: [email protected]
Bekerjasama dengan
Departemen Admistrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan 4-6 Surabaya
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
iii
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................. i
Halaman Penanggung Jawab ...................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................... ................... iii
Pengantar Redaksi ........................................................................................ iv
Ketentuan Gaya Penulisan Ilmiah .............................................................. v
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Ekonomi Kreatif Untuk
Mendukung Pariwisata Desa Berkelanjutan
Nanang Haryono; M. Nilzam Aly; Yayan Sakti Suryandaru .................... 1283
Perumusan Model Instrumen Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (PLP2B) di Kabupaten Jombang
Chris Maya Rinelda ........................................................................................ 1294
Keterlibatan Stakeholder Dalam Implementasi Program Dana Bergulir
Sebagai Upaya Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di
Kabupaten
Hendra Sukmana ............................................................................................ 1315
Studi Implementasi Peraturan Keamanan Penerbangan: Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/2765/XII/2010
Tentang Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel
Pesawat Udara dan Barang Bawaan Yang Diangkut dengan Pesawat
Udara dan Orang Perseorangan
Munawir Khairil Anwar ............................................................................... 1325
Analisis Stakeholder Dalam Kebijakan Penyelenggaraan Jaringan
Utilitas di Kota Surabaya
Berliana Mustika Rani ................................................................................... 1325
Implementasi Kebijakan E-Learning dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan
Endang Sholihatin, Kusnarto , Arista Pratama ........................................... 1356
Dinamika Tata Kelola BUMDES dan Persoalan Nilai Tambah Produk:
Studi atas BUMDES Desa Kembiritan, Banyuwangi
Philipus Keban; Rendy Pahrun Wadipalapa ............................................... 1367
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
iv
PENGANTAR REDAKSI
Penerbitan Jurnal Jejaring Administrasi Publik telah memasuki Vol. 10 No 2
Tahun 2018. Pada edisi ini terdiri atas 7 artikel. Dalam kerangka mewujudkan atmosefir akademik Ilmu Administrasi Negara, maka penyediaan jurnal ilmiah yang dikelola secara profesional, madiri dan independen sesuai dengan persyaratan tim
akreditasi jurnal ilmiah menjadi sangat penting. Eksisting Jurnal ilmiah dapat menjadi sebuah media, wadah serta sarana komunikasi secara dialogis diantara sesama
akademisi, maupun antara akademis dan praktisi pemerintahan dalam kerangka ikut memecahkan persoalan bangsa dan negara.
Artikel pada terbitan Vol. 10 No. 2 Tahun 2018 Jejaring Administrasi Publik
antara lain: (1) Pengembangan Model Instrumen Kebijakan: Studi Tentang Instrumen Kebijakan Pemanfaatan Aspal Buton dalam Pembangunan dan Pemeliharaan
Infrastruktur Jalan di Kabupaten Buton (Adam Amin Bahar; Jusuf Irijanto; Gitadi Tegas S); (2) Perumusan Model Instrumen Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (PLP2B) di Kabupaten Jombang (Chris Maya Rinelda); (3) Keterlibatan Stakeholder Dalam Implementasi Program Dana Bergulir Sebagai Upaya Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kabupaten Sidoarjo (Hendra
Sukmana); (4) Studi Implementasi Peraturan Keamanan Penerbangan: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/2765/XII/2010 Tentang Tata
Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel Pesawat Udara dan Barang Bawaan Yang Diangkut dengan Pesawat Udara dan Orang Perseorangan (Munawir
Khairil Anwar); (5) Analisis Stakeholder Dalam Kebijakan Penyelenggaraan Jaringan Utilitas di Kota Surabaya (Berliana Mustika Rani) dan (6) Implementasi Kebijakan E-Learning dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan (Endang Sholihatin, Kusnarto ,
Arista Pratama). (7) Dinamika Tata Kelola BUMDES dan Persoalan Nilai Tambah Produk: Studi atas BUMDES Desa Kembiritan, Banyuwangi (Philipus Keban; Rendy
Pahrun Wadipalapa). Harapan kami, Terbitan Jejaring Administrasi Publik (JAP) Vol. 10 No.2 Tahun
2018 dapat menambah wawasan dan sekaligus menjadi media diskursus bagi para pemerhati keilmuan administrasi negara dan atau publik, pemerhati masalah birokrasi pemerintahan dan pihak penyelenggara pemerintahan agar lebih empati dalam
memahami dinamika yang sedang terjadi.
Tim Redaksi
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
v
Ketentuan Gaya Penulisan Jurnal Imiah “JEJARING ADMNINISTRASI PUBLIK (JAP) ”
Kehadiran jurnal ‟Jejaring Administrasi Publik” (JAP) ini diharapkan akan
mampu mengisi kekeringan dalam khasanah media ilmiah perguruan tinggi, khususnya yang mencermati dan mendiskursuskan problema dan perkembangan ilmu
Administrasi Negara dan atau Publik kekinian. Seiring dengan hadirnya JAP ini, diharapkan media ini mampu menjadi jembatan
dan banyak membantu bagi kalangan akademisi administrasi negara, praktisi organisasi
privat maupun praktisi pemerintahan untuk dapat mengenali dan mendialogkan
mengenai filosofi, teori maupun praktik-praktik administrasi negara yang dipandang akan memberi perbaikan terhadap kinerja mereka. Dalam rangka menstrukturkan
bangunan JAP ini, maka telah disusun beberapa ketentuan didalam penulisan, antara
lain :
Sumbangan Pemikiran
Sumbangan pemikiran yang dituliskan dalam bentuk artikel dapat mengupas mengenai aspek filosofi, diskursus teori, analisis maupun dunia praktik, baik dalam organisasi kemasyarakatan, bisnis maupun pemerintahan. Beberapa hal ketentuan
dalam penulisan ini, antara lain : a. Judul Artikel harus mampu menggambarkan isi artikel, dan jumlah kata sekitar 8
sampai 14. b. Abstrak ditulis dalam satu paragraf yang diikuti dengan Kata Kunci (keyword)
dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Abtrak ditulis kurang lebih 150-200 kata dan memuat latar belakang penulisan, tujuan penulisan, pembahasan dan kesimpulan.
c. Isi artikel harus memiliki relevansi dengan bidang ilmu administrasi negara atau administrasi publik dan dikuasai oleh penulis.
d. Isi artikel harus orisinil dan belum pernah dimuat di media penerbitan
Teknik Penulisan
Untuk menunjang bangunan tulisan jurnal ilmiah, maka teknik penulisan harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Artikel ditulis dalam bentuk essay, sehingga tidak ada format numerik (atau
abjad) yang memisahkan antar bab/bagian, ataupun untuk menandai bab/bagian baru.
b. Untuk memadatkan dan mengefisiensikan tulisan isi artikel, digunakan running note, bukannya footnote atau endnote, misalnya:
..........(Hill & Hupe, 2001; Thompson, 2005: 120-123).
..........(Porter et al, 2004) ……..(Hogwood,1981 dalam Gunn, 1984)
c. Kesimpulan tidak dirinci dalam poin-point, tetapi berupa paragraph d. Bila ada Tabel/Grafik atau Gambar dikirimkan dalam file yang berbeda dengan
teks artikel dalam bentuk tab-delimited. e. Penulisan Tabel 1 dan seterusnya diatas tabel, kemudian dilanjutkan Judul Tabel f. Gambar 1 dan seterusnya dibawah gambar, dilanjutkan keterangan gambar.
Daftar Pustaka
Penulisan untuk daftar pustaka menggunakan sistem “nama-tahun” (bukan ”acu-
urut”), dengan urutan sesuai dengan abjad family name (nama belakang). Terkait
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
vi
dengan kutipan pustaka yang diambil dari beberapa sumber, maka ada beberapa kententuan cara mengutip beberapa sumber, yakni :
o Buku
Higgins, J.(1981) State of Welfare. Oxford: Blackwell o Buku (edited)
Hill, M. (ed) (1993) New Agendas in the Study of Policy Process. Hemel Hempstead: Harvester Wheatsheaf.
o Chapter dalam buku Immergut, E.M. (1992) „The rules of the game: The Logic of health policy-
making in France‟. Dalam Steinmo, S.,(eds) Structuring Politics: Historical Institutionalism in Comparative Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
o Journal article Hoggett, P.(1996) “New modes of control in public service‟. Public
Administration Review 74(1): 8-34 o Thesis dan desertasi
Gill,M.R.(1997) The relationship between the physical properties of human articular cartilage and tissue biochemistry and ultrastructure. Desertasi, University of Leeds.
o Website tanpa author Feminist Collections A Quarterly of Women‟s Studies Resources (2000) [Diakses
10 Januari 2009]. Http://www.library.wisc.edu/libraries/Women Studies/ fcmain.
htm. o Website dengan author
Hawking,S.(2000) Professor Stehen Hawking’s website. [Diakses 9 Mei 2009]. http:// www.hawking.org.uk/home/hindex.html
Penulis
Bagi para penulis yang berkeinginan menulis dan mengirimkan artikel kepada redaksi JAP harus menyertakan beberapa kelengkapan, antara lain: o Nama penulis harus konsisten dalam bentuk dan ejaan, tanpa menyertakan gelar serta
mencantumkan alamat pribadi/ lembaga penulis untuk berkorespondensi email dan telepon.
o Tulisan artikel diketik dalam MS Word dengan jenis huruf Times New Roman 12 dan diketik 2 (dua) spasi pada kertas A4, sepanjang 15-20 halaman. Tulisan artikel yang dikirim harus berbentuk print-out artikel dan disertai dengan copy-CD.
o Tulisan artikel dikirim ke Redaksi JAP. Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan 4-6 Surabaya. 60286. Surabaya. Website: http://www.depan-fisip-unair.com
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1356
Implementasi Kebijakan E-Learning dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan
E-Learning Policy Implementation in Improving Education Quality
Endang Sholihatin1, Kusnarto
2 Arista Pratama
3
1Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
2Departemen Komunikasi, Fisip, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
3Departemen Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Jalan Raya Rungkut Madya, Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur 60294
Email: [email protected]
Abstract
The development of information and computer technology to support the education sector received a positive
response in the community. Implementation of Information and Communication Technology in the world of
education is known as e-learning. E-learning as a new learning model in education provides a great role and
function for the world of education. This is to answer the shortcomings and weaknesses of conventional
education including the limitations of space and time in the process of conventional education. The focus of this
study is how the implementation of e-learning in vocational high schools and how the obstacles in the
implementation of e-learning in vocational schools. This study uses a qualitative descriptive approach to case
studies in 2 Magetan Vocational Schools and Poncol Vocational Schools. The research subjects were the
education office, school principals, teachers and students. Data collection techniques used are observation,
interviews, and documentation. The validity of the data is tested using source triangulation, which is to re-
examine the data obtained through several sources. Data analysis techniques with interactive model qualitative
data analysis. The conclusion of the study is the implementation of e-learning in 2 Magetan vocational
secondary schools and Poncol vocational secondary schools is not optimal. Constraints in implementing
elearning in vocational education include the lack of internet network infrastructure related to capacity that can
serve all students together, lack of budgetary resources for elearning management, lack of human resource
capabilities, lack of alignment of policy makers in elearning development in schools.
Keywords: implementation of e-learning, Information and Communication Technology
Abstrak
Perkembangan teknologi informasi dan komputer untuk menunjang bidang pendidikan mendapat sambutan
positif di masyarakat. Implementasi Information and Communication Technology pada dunia pendidikan
dikenal dengan istilah e-learning. E-learning sebagai model pembelajaran baru dalam pendidikan memberikan
peran dan fungsi yang besar bagi dunia pendidikan. Hal ini untuk menjawab kekurangan dan kelemahan
pendidikan konvensional diantaranya adalah keterbatasan ruang dan waktu dalam proses pendidikan
konvensional. Fokus penelitian ini adalah bagaimana implementasi elearning di sekolah menengah kejuruan dan
bagaimana kendala dalam implementasi elearning di SMK. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif studi kasus pada SMK 2 Magetan dan SMK Poncol. Subjek penelitian adalah dinas pendidikan,
kepala sekolah, guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan menggunakan trianggulasi sumber, yaitu memeriksa kembali data
yang diperoleh melalui beberapa sumber. teknik analisis data dengan analisis data kualitatif model interaktif.
Kesimpulan penelitian adalah implementasi elearning di sekolah menengah kejuruan 2 Magetan dan sekolah
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1357
menengah kejuruan Poncol belum optimal. Kendala dalam implementasi elearning di pendidikan SMK
diantaranya adalah kurangnya infrastruktur jaringan internet terkait kapasitas yang bisa melayani semua siswa
secara bersama, kurangnya sumberdaya anggaran untuk pengelolaan elearning, kurangnya kemampuan sumber
daya manusia, kurangnya keberpihakan pengembil kebijakan dalam pengembangan elearning di sekolah.
Kata kunci: implementasi e-learning, Information and Communication Technology
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi
dan komputer yang sangat pesat akhir-
akhir ini, mendapat sambutan positif di
masyarakat. Berbagai layanan masyarakat
sudah mengimplementasikan Information
and Communication Technology. Dalam
dunia bisnis di kenal dengan istilah e-
business atau e-commerce, di dunia
pemerintahan dikenal dengan istilah e-
government dan bagi dunia pendidikan
dikenal dengan istilah e-learning.
Departemen Pendidikan Nasional sebagai
organisasi yang berfungsi mengelola
pendidikan di Indonesia menyambut baik
perkembangan ICT dengan memasukkan
kurikulum yang bernuansa pengenalan
teknologi informasi dan komunikasi,
terutama di jenjang pendidikan menengah.
Respon ini menunjukkan bahwa
Departemen Pendidikan Nasional
memperhatikan perkembangan dunia
teknologi informasi dan komunikasi yang
sedang mengalami kemajuan pesat.
Kebijakan ini bertujuan agar siswa
memiliki bekal kemampuan untuk
mengenal, memahami, dan berinteraksi
dengan dunia teknologi informasi dan
komunikasi, sehingga kelak pada saat lulus
tidak buta sama sekali dengan dunia
teknologi informasi dan komunikasi yang
ada di masyarakat.
E-learning sebagai model
pembelajaran baru dalam pendidikan
memberikan peran dan fungsi yang besar
bagi dunia pendidikan yang selama ini
dibebankan dengan banyaknya kekurangan
dan kelemahan pendidikan konvensional
(pendidikan pada umumnya) diantaranya
adalah keterbatasan ruang dan waktu
dalam proses pendidikan konvensional.
Dasar kebijakan elearning adalah Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2003. Pada bab VI jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan bagian
kesepuluh pendidikan jarak jauh pasal 31
disebutkan bahwa pendidikan jarak jauh
berfungsi memberikan layanan pendidikan
kelompok masyarakat yang tidak dapat
mengikuti pendidikan secara tatap
muka/reguler. E-learning memungkinkan
peserta didik untuk belajar memahami
komputer di tempat masing-masing tanpa
harus secara fisik bertemu face to face di
kelas dengan gurunya. Pada praktiknya
keterbatasan jam sekolah memerlukan
inovasi model pembelajaran elarning.
Teknologi informasi yang mempunyai
standar platform internet yang bisa
menjadi solusi permasalahan tersebut
karena sifat dari internet itu sendiri yaitu
memungkinkan segala sesuatu saling
terhubung belum lagi karakter internet
yang murah, sederhana dan terbuka
mengakibatkan internet bisa digunakan
oleh siapa saja (everyone), dimana saja
(everywhere), kapan saja (everytime) dan
bebas digunakan (available to every one).
Pengembangan pendidikan menuju
e-learning merupakan suatu keharusan
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1358
agar standar mutu pendidikan dapat
ditingkatkan, karena e-learning
merupakan satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran
dalam jangkauan luas yang berlandaskan
tiga kriteria yaitu: (1) e-learning
merupakan jaringan dengan kemampuan
untuk memperbaharui, menyimpan,
mendistribusi dan membagi materi ajar
atau informasi, (2) pengiriman sampai ke
pengguna terakhir melalui komputer
dengan menggunakan teknologi internet
yang standar, (3) memfokuskan pada
pandangan yang paling luas tentang
pembelajaran di balik paradigma
pembelajaran tradisional (Rosenberg 2001;
28), dengan demikian urgensi teknologi
informasi dapat dioptimalkan untuk
pendidikan.
SMK sebagai salah satu lembaga
pendidikan perlu membekali siswa dan
lulusannya dengan keterampilan yang
memadai termasuk kompetensi ICT.
Tuntutan yang harus dilaksanakan sekolah
dalam pelaksanaan proses pembelajaran
yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi menghadapi berbagai
kendala yang tidak sederhana. Masalah
utama yang seringkali dihadapi oleh pihak
sekolah dan guru adalah keterbatasan
sarana prasarana, sumber daya manusia
dan sumber belajar.
Tuntutan yang harus dilaksanakan
oleh guru dan sekolah dalam pelaksanaan
proses pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
menghadapi berbagai kendala yang tidak
sederhana. Masalah utama yang seringkali
dihadapi oleh pihak sekolah dan guru
adalah keterbatasan sumber daya, baik
sumber daya fisik, sumber daya manusia
maupun sumber belajar berbasis teknologi
komputer dan telekomunikasi. Data
Departemen Pendidikan Nasional
menunjukkan bahwa sebanyak 95% SMU
dan SMK telah memiliki komputer.
Namun demikian, kurang dari 25% SMU
dan 10% SMK yang telah terhubungan
dengan Internet (Mohandas, 2003).
Berkaitan dengan implementasi
pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi, terutama pemanfaat e-
learning sebagai media alternatif
pembelajaran, sekolah perlu melakukan
analisis kebutuhan, penyiapan kebutuhan
yang diperlukan, perancangan model
pembelajaran serta pengembangannya.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-
learning Terms (Farhad, 2001)
menyatakan bahwa e-learning adalah
sistem pendidikan yang menggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung
belajar mengajar dengan media Internet,
jaringan komputer dan komputer. Untuk
mengetahui pemanfaatan e-learning oleh
guru sebagai media pembelajaran perlu
dilakukan kajian secara mendalam.
Pengembangan pembelajaran e-learning
bertujuan untuk membangun orang-orang
generasi muda Bangsa Indonesia dengan
basis skills pada kemampuan
menggunakan dan mengambangakan
teknologi informasi. Berikut model
peningkatan mutu pendidikan melalui e-
learning
:
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1359
Gambar 1. Model Pengembangan E-learning
Sumber: Lovi Triono, 2007 dalam http://directory.umm.ac.id/tik/e-learning.pdf
Berdasarkan model diatas e-
learning dalam pendidikan memiliki
peran menggeser lima cara dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke
penampilan, (2) dari ruang kelas ke di
mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on
line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke
fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu
siklus ke waktu nyata, Rosenberg (2001).
Teknologi informasi yang merupakan
bahan pokok dari e-learning itu sendiri
berperan dalam menciptakan pelayanan
yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan
terpecaya. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
(1). Infrastruktur, (2). Sumber Daya
Manusia, (3). Kebijakan, (4). Finansial,
dan (5). Konten dan Aplikasi.
Teknologi informasi dapat
berkembang dengan pesat, pertama
dibutuhkan infrastruktur yang
memungkinkan akses informasi di
manapun dengan kecepatan yang
mencukupi. Kedua, faktor SDM menuntut
ketersediaan human brain yang menguasai
teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan
menuntut adanya kebijakan berskala
makro dan mikro yang berpihak pada
pengembangan teknologi informasi jangka
panjang. Keempat, faktor finansial
membutuhkan adanya sikap positif dari
bank dan lembaga keuangan lain untuk
menyokong industri teknologi informasi.
Kelima, faktor konten dan aplikasi
menuntut adanya informasi yang disampai
pada orang, tempat, dan waktu yang tepat
serta ketersediaan aplikasi untuk
menyampaikan konten tersebut dengan
nyaman pada penggunanya E-learning
yang merupakan salah satu produk
teknologi informasi tentu juga memiliki
faktor pendukung dalam terciptanya
pendidikan yang bermutu, adapun faktor
Pertama, harus ada kebijakan sebagai
payung yang antara lain mencakup sistem
pembiayaan dan arah pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi,
misalnya kurikulum harus berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan demikian, nantinya yang
dikembangkan tak sebatas operasional atau
latihan penggunaan komputer. Ketiga,
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1360
persiapan tenaga pengajar, dan terakhir,
penyediaan perangkat kerasnya
Pemikiran ini berangkat dari
tuntutan pengembangan sistem
pembelajaran tradisional menuju
pemanfaatan ICT. Sistem pembelajaran
tradisional dicirikan dengan adanya
pertemuan antara pelajar dan pengajar
untuk melakukan proses belajar mengajar
(Ali dkk, 2008). Metode ini sudah
berlangsung sejak dahulu hingga saat ini
guna memenuhi tujuan utama pengajaran
dan pembelajaran, namun konsep ini
menghadapi kendala yang berkaitan
dengan keterbatasan tempat, lokasi dan
waktu penyelenggaraan dengan semakin
meningkatnya aktifitas pelajar dan
pengajar.
Pergeseran paradigma sistem
pembelajaran mulai nampak pada proses
transfer pengetahuan. Proses pembelajaran
yang ada sekarang ini cenderung lebih
menekankan pada proses mengajar
(teaching), berbasis pada isi (content
base), bersifat abstrak dan hanya untuk
golongan tertentu (pada proses ini
pengajaran cenderung pasif). Seiring
perkembangan ilmu dan teknologi ICT,
proses pembelajaran mulai bergeser pada
proses belajar (learning), berbasis pada
masalah (case base), bersifat kontekstual
dan tidak terbatas hanya untuk golongan
tertentu. Pada proses pembelajaran seperti
ini siswa dituntut untuk lebih aktif dengan
mengoptimalkan sumber-sumber belajar
yang ada. Berdasarkan latar belakang
tersebut dirumuskan permasalahan
penelitian bagaimana implementasi
elearning di sekolah menengah kejuruan
SMKN 2 Magetan dan SMKN Poncol
Magetan dan bagaimana kendala dalam
implementasi elearning di SMKN 2
Magetan dan SMKN Poncol Magetan.
Kebijakan Elearning
Hoogerwerf dalam Sjahrir (1988,
66) menyatakan hakekatnya pengertian
kebijakan adalah semacam jawaban
terhadap suatu masalah, merupakan
upaya untuk memecahkan, mengurangi,
mencegah suatu masalah dengan cara
tertentu, yaitu dengan tindakan yang
terarah. James E. Anderson (1978, 33),
memberikan rumusan kebijakan sebagai
perilaku dari sejumlah aktor (pejabat,
kelompok, instansi pemerintah) atau
serangkaian aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu. Dari beberapa
pengertian tentang kebijakan yang telah
dikemukakan oleh para ilmuwan
tersebut, kiranya dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa pada hakekatnya
studi tentang policy (kebijakan)
mencakup pertanyaan: what, why, who,
where, dan how. Semua pertanyaan itu
menyangkut tentang masalah yang
dihadapi lembaga-lembaga yang
mengambil keputusan yang
menyangkut; isi, cara atau prosedur
yang ditentukan, strategi, waktu
keputusan itu diambil dan dilaksanakan.
Disamping kesimpulan tentang
pengertian kebijakan dimaksud, pada
dewasa ini istilah kebijakan lebih sering
dan secara luas dipergunakan dalam
kaitannya dengan tindakan-tindakan
pemerintah serta perilaku negara pada
umumnya (Charles O. Jones,1991, 166).
Kebijakan tentang e-learning pada
rencana strategis pendidikan dari
Departemen Pendidikan Nasional sebagai
bagian peningkatan mutu, relevansi, dan
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1361
daya saing disebut sebagai berikut:
”Dengan mempertimbangkan pesatnya
perkembangan pemanfaatan ICT dalam
berbagai sektor kehidupan, pemerintah
akan terus mengembangkan pemanfaatan
dalam ICT, untuk sistem informasi
persekolahan dan dan pembelajaran secara
elektronik (e-learning)”. Dasar kebijakan
elearning adalah Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003. Pada bab VI jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan bagian kesepuluh pendidikan
jarak jauh pasal 31 disebutkan bahwa
pendidikan jarak jauh berfungsi
memberikan layanan pendidikan kelompok
masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka/reguler.
Kebijakan diatas diterjemahkan dalam
Keputusan Sekertaris Jendral Departemen
Pendidikan Nasional No.3250/A/06
Tentang Pembentukan Tim Pengembangan
Program SIM, ICT, dan TV Edukasi
Depdiknas.
Untuk mendukung kebijakan
tersebut, pemerintah sejak 2009 menyusun
langkah-langkah diantaranya adalah (a)
merancang sistem jaringan yang mencakup
jaringan internet, yang menghubungkan
sekolah-sekolah dengan pusat data dan
aplikasi, serta jaringan intranet sebagai
sarana dan media komunikasi dan
informasi intern sekolah, (b) merancang
dan membuat aplikasi database, yang
menyimpan dan mengolah data dan
informasi persekolahan, manajemen
persekolahan dll, (c) merancang dan
membuat aplikasi pembelajaran berbasis
portal, web, multimedia interaktif dll, (d)
pengoptimalan TV edukasi sebagai sarana
penunjangan peningkatan mutu
pendidikan, (e) mengimplementasikan
pemanfaatan TIK secara bertahap untuk
memudahkan manajement pendidikan
pada SMP dan sekaligus untuk mendukung
proses pembelajaran di seluruh wilayah
indonesia” (Djadja Sardjana, 2010,
http://edukasi.kompasiana,com)
Implementasi Kebijakan Elearning
Solichin Abdul Wahab, (1997:64)
menuliskan pengertian implementasi
menurut kamus webster dirumuskan secara
pendek, dimana “to implementasi"
(mengimplementasikan) berarti “to
provide means for carrying out; to give
practical effec to” (menyajikan alat bantu
untuk melaksanakan; menimbulkan
dampak/berakibat sesuatu). Dalam studi
kebijakan publik, dikatakan bahwa
implementasi bukanlah sekedar bersangkut
paut dengan mekanisme penjabaran
keputusan-keputusan politik ke dalam
prosedur-prosedur rutin melalui saluran-
saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu
implementasi menyangkut masalah
konflik, keputusan, dan siapa yang
memperoleh apa dari suatu kebijakan.
Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika
dikatakan bahwa implementasi kebijakan
merupakan aspek yang sangat penting
dalam keseluruhan proses kebijakan.
Pengertian yang sangat sederhana tentang
implementasi adalah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Charles O. Jones (1991),
dimana implementasi diartikan sebagai
"getting the job done" dan "doing it".
Tetapi di balik kesederhanaan rumusan
yang demikian berarti bahwa implementasi
kebijakan merupakan suatu proses
kebijakan yang dapat dilakukan dengan
mudah. Namun pelaksanaannya, menurut
Jonse, menuntut adanya syarat yang
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1362
antara lain: adanya orang atau pelaksana,
uang dan kemampuan organisasi atau yang
sering disebut dengan resources, Lebih
lanjut Jones merumuskan batasan
implementasi sebagai proses penerimaan
sumber daya tambahan, sehingga dapat
mempertimbangkan apa yang harus
dilakukan.
Ahli lain Van Meter dan Horn
(1978:70) mendefinisikan implementasi
kebijakan sebagai berikut: “Policy
implementation encompasses those actions
by public and private individuals (and
groups) that are directed at the
achievement of goals and objectives set
forth in prior policy decisions. “Definisi
tersebut memberikan makna bahwa
implementasi kebijakan adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh individu-
individu (dan kelompok) pemerintah dan
swasta yang diarahkan pada pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Tindakan-tindakan ini, pada suatu saat
berusaha untuk mentransformasikan
keputusan-keputusan menjadi pola-pola
operasional, serta melanjutkan usaha-usaha
tersebut untuk mencapai perubahan, baik
yang besar maupun yang kecil, yang
diamanatkan oleh keputusan kebijakan.
implementasi e-learning adalah suatu
kegiatan yang awalnya adalah sebuah
kebijakan semata yang direlisasikan atau
dituangkan dalam suatu kegiatan dimana
proses penyelenggaraan elearning tersebut
terlaksana di suatu lembaga atau instansi.
Penyelenggaraan e-learning
membutuhkan dukungan sistem
administrasi dan manajement. Sistem
administrasi dan manajemen dapat
diselenggarakan dengan memanfaatkan
sisitem informasi, meliputi beberapa
kegiatan sebagaimana pendapat Soetomo
(2002) dalam Poppy (2010, 145), yakni;
a. Administrasi data staf edukasi,
karyawan, kurikulum, mata kuliah,
data peserta didik.
b. Proses belajar mengajar meliputi
upload dan download materi
pembelajaran, proses pemeliharaanya,
tugas akhir, ujian.
c. Pembentukan iklim ilmiah dalam
pembelajaran meliputi menyusun
materi pembelajaran yang menarik,
menciptakan materi pembelajaran
yang menarik, menciptakan susana
belajar yang kondusif.
d. Juga dalam pengelolaan uang yang
sudah tidak sulit lagi.
Implementasi E-Learning di SMKN 2
Magetan dan SMK Poncol Magetan
Kebijakan e-learning tidak akan
berhasil dengan baik tanpa adanya peran
dan keterlibatan Guru dalam pembelajaran.
Guru merupakan faktor penting dalam
pengimplementasian kebijakan elearning
di sekolah. Oleh karena itu perlu ditinjau
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap keberhasilan implementasi e-
learning. Kegiatan Guru dalam
menggunakan e-learning pada
pembelajaran baru terbatas untuk mencari
materi dan memaparkanya dalam tampilan
presentasi yang lebih menarik.
Pemanfaatan internet masih
mengalami kendala, masih ada guru yang
belum bisa menggunakan internet, akan
tetapi sebagian besar guru sudah mampu
menggunakan dan menerapkan dalam
pembelajaran. Bahkan pembelajaran
menggunakan e-learning memudahkan
siswa dalam memahami isi dari materi
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1363
pembelajaran, dan penerapan kurikulum
2013 yang berbasis IT juga mendukung
kopetensi guru lebih ditingkatkan lagi.
Guru dalam menerapkan pembelajaran e-
learning terhadap siswa hanya sebatas
siswa yang disuruh mengirim tugas/hasil
diskusi dalam pembelajaran ke dalam blog
guru tersebut. Tugas yang guru berikan
kepada siswa biasanya yaitu siswa disuruh
mencari dan mengolah materi
pembelajaran menjadi berbentuk
makalah/paper dan power point yang
nantinya akan dipresentasikan oleh siswa/
kelompok tersebut.
Alokasi dan proporsi waktu yang
digunakan guru dalam mengakses internet
dalam pembelajaran menggunakan e-
learning masih minim, setelah dilakukan
pengamatan ditemui bahwa guru- guru
masih jarang menggunakan e-learning
dalam pembelajaran baik dalam
mengakses atau memanfaatkannya.
Penggunaan internet yang guru lakukan
rata-rata setiap hari tidak menentu,
terkadang hanya waktu luang saja guru
dapat menggunakan internet.
Terbatasnya waktu dalam
menggunakan e-learning disebabkan
karena kesibukan dari guru yang harus
mempersiapkan materi yang banyak dan
mengajar di kelas yang berbeda sehingga
dalam menggunakan internet dalam
pembelajaran e-learning masih sangat
minim, begitu juga ketika guru berada
dirumah untuk memberikan atau
mengakses tugas untuk siswa terkendala
karena kesibukan masing- masing guru
dirumah. Penggunaan internet dalam
pembelajaran dilihat dari proporsi waktu
yang digunakan yaitu guru sudah
menggunakan internet dalam pembelajaran
baik dirumah maupun disekolah rata-rata
yaitu 3jam/ hari. Baik untuk mengakses
tugas, berita, ataupun bentuk-bentuk
pembelajaran lainya.
Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan terlihat bahwa untuk alokasi
waktu penggunaan internet hanya 3 jam
per hari, baik di sekolah maupun di rumah.
Alokasi tersebut masih kurang karena guru
hanya memanfaatkannya pada waktu luang
saja, bukan setiap saat pembelajaran,
selain itu ketika guru sudah berada di
rumah, waktu untuk mengakses internet
atau e-learning sangat kurang sebab fokus
waktu lebih ke pekerjaan keluarga, atau
lebih cenderung untuk keluarga. Proporsi
penggunaan e-learning dalam
pembelajaran terlihat masih rendah
komitmen dan keinginan guru dalam
menggunakan elearning dalam
pembelajaran.
Salah satu yang harus ada dalam
pembelajaran elektronik yaitu materi atau
bahan ajar. Biasanya materi ajar elektronik
berbeda dengan materi ajar biasanya
tentunya yang menggunakan buku atau
kertas. Sedangkan pada e-learning
biasanya menggunakan materi yang
bersifat elektronik yang dapat diunggah
dari sumber mana saja. Guru sebagai
pembuat materi memiliki perbedaan yaitu
dalam pemberian materi antara guru yang
satu dengan yang lainnya. Materi yang
biasanya dikumpulkan yaitu bersumber
dari buku, jurnal, internet dll. Kemudian
dari berbagai sumber tersebut diolah
menjadi satu kesatuan yang nantinya
diajarkan pada pelajaran didalam kelas.
Biasanya guru hanya mencari dari sumber
yang telah ada, kemudian diolah dan
diberikan secara langsung maupun tak
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1364
langsung. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa tidak semua guru
menggunakan internet khususnya e-
learning, hanya dua atau tiga orang saja
yang mengunakannya. Sedangkan sumber
belajar dan pembelajaran guru juga
menggunakan buku dan hasil yang didapat
di internet.
Infrastruktur Elearning
Berdasarkan data penelitin fasilitas
sekolah yang ada saat ini dirasa belum
cukup untuk digunakan dalam
pembelajaran maupun dalam pemanfaatan
fasilitas sekolah secara maksimal. Fasilitas
yang dimiliki sekolah dalam menunjang
pelaksanaan pembelajaran berbasis e-
learning belum cukup baik, sekolah sudah
ada fasilitas berupa, LCD, jaringan
internet, serta fasilitas komputer namun
terbatas. Jaringan internet juga sering
down atau ngadat tidak dapat digunakan.
pemanfaatan aplikasi atau software yang
sederhana seperti blog, sosial media,
email, juga dalam pengaplikasian di kelas
berupa power point semua nya cenderung
free atau tidak berbayar. Hal ini karena
terbatasnya sumber daya sekolah dalam
menyediakan dan mendukung infrastruktur
pembelajaran berbasis elearning.
Belum adanya website resmi
khusus e-learning membuat implementasi
pembelajaran ini mengalami kendala yang
berarti, hanya website sekolah yang
dijadikan sarana untuk memberikan
informasi mengenai sekolah secara umum.
Software yang digunakan dalam masih
sebatas software umum yang biasanya
digunakan kebanyakan orang, ada
Ms.Word, Ms.Excel, Pdf, dll. Jaringan wifi
disekolah masih dikatakan kurang dapat
menyeluruh. Penggunaanya dibatasi
sampai sore saja. Untuk keamanan wifi
sekolah masih kurang mencukupi, karena
semua orang dapat mengakses internet
dengan leluasa. Belum adanya password
yang digunakan untuk mengunci
keamanan wifi sekolah. Mengenai wifi
sekolah perlu ada penambahan kuota dan
ruang akses internet sehingga siswa dapat
menggunakan dimana saja, karena dari
hasil penelitian ditemukan bahwa siswa
masih kesulitan dalam mengakses internet
di sekolah karena ruang lingkup area wifi
yang terbatas dan koneksi internet yang
lemot.
Kendala dalam Implementasi Elearning
implemantasi e-learning ini memang masih
banyak kendala yang dihadapi oleh para
guru dan siswa baik dari sisi SDM, materi
maupun dari infranstruktur yang ada.
Beberapa kendala yang dihadapi
diantaranya:
a. Kemampuan dan kemauan guru
dalam menggunakan e-learning
masih kurang, masih banyak guru
yang belum memahami arti dari
pembelajaran e-learning
b. Komitmen guru dalam
menggunakan e-learning juga
masih rendah, masih banyak guru
yang menggunakan pembelajaran
manual biasa, dan masih ada juga
guru yang belum bisa
menggunakan komputer yang
menjadi dasar pembelajaran
elektronik
c. Infrastuktur elearning merupakan
komponen yang perlu dimiliki
sekolah dalam menunjang
pembelajaran dan belum optimal
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1365
terutama jaringan internet yang
terbatas.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah
implementasi elearning di Sekolah
Menengah Kejuruan 2 Magetan dan
Sekolah Menengah Kejuruan Poncol
belum optimal. Belum optimalnya
implementasi elearning di SMK N 2
Magetan dan SMKN Poncol dilihat hanya
sedikit guru yang mengimplementasi
elaearning hal ini karena kurangnya
komitmen sekolah, komitmen guru dalam
implementasi elearning dan keterbatasan
anggaran, sehingga mempengaruhi kondisi
infrastruktur seperti memperbesar kuaota
jaringan internet yang mampu menjangkau
semua siswa, hardware komputer atau
laptop, website elearning sekolah,
pengelolaan materi ajar berbasis elearning.
Kendala dalam implementasi elearning di
pendidikan SMK diantaranya adalah
kurangnya infrastruktur jaringan internet
terkait kapasitas yang bisa melayani semua
siswa secara bersama, kurangnya
sumberdaya anggaran untuk pengelolaan
elearning, kurangnya kemampuan sumber
daya manusia, kurangnya keberpihakan
pengembil kebijakan dalam
pengembangan elearning di sekolah
Daftar Pustaka
Alan, Jonathan Ritter & David Stavens.
(2001) .The Online Learning
Handbook. Developing and Using
web-Based Learning”.New York :
Stylus Pulishing inc.
Ali. M. dkk. (2006) .Pengembangan E-
Learning Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro FT UNY. Laporan Penelitian
Research Grant PHK A2 Diknik
Elektro FT UNY. Yogyakarta
Ali, M. Istanto. Yatmono. Munir. (2008)
.Studi Pemanfaatan E-Learning
Sebagai Media Pembelajaran Bagi
Guru SMA dan SMK Daerah
Istimewa Yogyakarta. Laporan
Penelitian Pusat Studi Pendidikan
dan Teknologi Kejuruan (Pusdi
PTK) Uinersitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta
Chu, Alan G; Thompson. Melody M;
Hancock. Burton W. (998). .The Mc
Graw- Hill Handbook of Distance
Learning.. New York : McGraw-Hill
Eileen, T. Bender. (2001) : Introduction to
Distance Learning.
http://www.indiana.edu/~scs/dl
prime.html. diambil pada mei 2006
Farhad S. (2001). Distance Education : An
Introduction . Saba & Associates.
http://www.distance-educa-
tor.com/portals/research_deintro.htm
l diambil pada mei 2004.
Int. (1996) Chapter 1 : Introduction to
Distance Learning;
http://www.indiana.edu/~scs/dl
prime.html.
Mohandas. R. (2003). ICT and e-learning
in Indonesia. Presentasi di Taiwan.
Taiwan. 25-27 Maret.
Munir Dr .(2007). Strategi Pengembangan
B2b E-Commerce. Bahan Kuliah
pada Prodi Pendidikan Ilmu
Komputer UPI Bandung .Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung. 12
November.
Soekartawi .(2003). E-Learning di
Indonesia dan Prospeknya di Masa
Mendatang. Presentasi pada Seminar
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2. Juli-Desember 2018
1366
e-Learning perlu e-Library.
Universitas Petra. Surabaya. 3
Februari.
Sidik,Ahmad.Ridwan .(2007). Etika
Komputer Dan Tanggung Jawab
Professional di Bidang Teknologi
Informasi. SMA Islam Nuruk
Karomah. 6 September
Surjono. H. (2007). Pengantar e-learning
dan implementasinya di UNY.
http://elearning.uny.ac.id
Wahid, Fathul. (2003). Peran Teknologi
Informasi Dalam Modrenisasi Pendidikan.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 3
Juli