web viewdiajukan untuk memenuhi salah satu tugas ... dalam kasus ham ... masalah hijab di beberapa...
TRANSCRIPT
PEMAHAMAN HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
ESSAI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam matakuliah
Seminar Pendidikan Agama Islam (KU 300)
Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr. H. Abdul Majid, MA
2. Tedi Supriadi, S. Hi, M. Ag
Disusun oleh:
Kelompok 13
1. Astrid Jein Astrini (1002140)
2. Desi Nur Arifah (1006733)
3. Rista Nurita (1005634)
4. Windi Fajar Yasin SA (1000790)
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
ABSTRAK
HAM dan demokrasi pada saat ini sudah tidak asing lagi untuk dibicarakan, dimana setiap negara berlomba-lomba untuk menjadikan suatu negaranya menjadi negara yang demokrasi dengan perlindungan HAM yang baik. HAM dan demokrasi terus berkembang terutama di negara barat dan terdapat beberapa ketetapan.
Terlepas dari hal yang telah dijelaskan diatas, bahwa HAM dan demokrasi yang saat ini masih berkembang tentunya memiliki beberapa perbedaan dalam pandangan Islam. Dalam kasus HAM perbedaannya dapat dilihat dari dari segi sumber pengambilan hukum, dari segi konsekuensi hukuman, dari segi perlindungan ham dan jaminannya, dari segi asalnya, dan dari segi universal. Sedangkan sistem politik demokrasi pun terdapat beberapa perbedaan yang dapat dilihat dari sumber hukum, pengambilan keputusan, pembuat peraturan, kekuasaan yang tertinggi dan sifatnya.
Oleh karena itu, dijelaskannya konsep dari HAM dan demokrasi secara umum serta kosep mengenai HAM dan demokrasi dalam pandangan Islam untuk lebih memahami perbedaan-perbedaannya dan memahami mengenai hal yang baik yang dapat dipelajari dari HAM dan demokrasi.
Selain itu, dalam konteks HAM dan demokrasi terdapat sebuah kasus mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan negara Prancis atas larangan berhijab. Padahal, Prancis merupakan negara yang menganut perlindungan HAM yang cukup baik. Namun tetap saja terjadi pelanggan HAM yang fatal dimana larangan berhijab menjadi diskriminasi terhadap kaum Muslim serta mengganggu kepercayaan seseorang.
Terjadinya pelanggaran-pelanggaran HAM yang saat ini masih terjadi sebaiknya dilakukan musyawarah untuk menemukan titik terang dan kesepakan yang lebih baik. Dimana musyawarah juga termasuk kedalam bagian demokrasi. Musyawarah dalam Islam sangat dianjurkan, maka demokrasi merupakan sistem politik yang baik, namun tetap saja harus memperhatikan syariat Islam.
PEMAHAMAN HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
A. Konsep HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar
demokrasi dan sekaligus merupakan indikator daripada supremasi hukum.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia pasal 1 dijabarkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia antara lain:
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi
manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai
hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki
hak asasi manusia meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak
melindungi bahkan melanggar hak asasi manusia.
B. Konsep HAM dalam Islam
Kedudukan manusia dalam Islam adalah sama antara satu dengan
lainnya walaupun berbeda akan keturunan, kekayaan, jabatan atau jenis
kelaminnya, melainkan yang membedakan antara manusia satu dengan
lainnya adalah dalam ketaqwaannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS. Al-Hujarat: 13 sebagai berikut:
Artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Selanjutnya dalam sebuah Hadist riwayat Ahmad dalam
salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/04/ham_dalam_pandangan_islam.pdf
memaparkan sebagai berikut:
Ketakwaan menjadi standar manusia mulia disisi Allah. Islam telah menghancurkan pilih kasih dalam hukum dan menganggap bangsa arab dengan bangsa lainnya sama. Lihat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang disampaikan ketika haji wada’:
“T
”Tidak ada kelebihan Arab dari non arab dan tidak juga non arab dengan arab. Tidak juga yang merah lebih baik dari yang hitam dan yang hitam dari yang merah kecuali ketakwaan.”(HR Ahmad).
Berdasarkan firman Allah SWT dan hadits riwayat Al-Quran di atas, dapat
disimpulkan bahwa Islam telah menerangkan bahwa semua manusia sama
tidak ada bedanya, kecuali ketaqwaannya karena manusia dilahirkan dari
tubuh laki-laki dan perempuan yang berarti perlindungan akan Hak Asasi
Manusia (HAM).
Dalam Islam, nilai-nilai yang terkandung mengenai Hak Asasi
Manusia disasarkan pada norma-norma hukum Allah SWT, yakni dalam Al-
Quran dan hadits. Berdasarkan pandangan Islam tegak dan terpeliharanya
HAM adalah untuk kebaikan umat manusia rahmatan li alálamin secara
keseluruhan.
Karakteristik HAM dalam Islam berdasarkan Kholid Syamhudi dalam
http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/04/ham_dalam_pandangan_isla
m.pdf, antara lain:
1. Rabbaniyyah. Semua hak telah di jelaskan dalam al-Qur`an dan sunnah. Sumbernya berasal langsung dari Allah. Oleh karena ia lepas dan bebas dari kezhaliman dan kesesatan.
2. Tsabat (tidak berubah-rubah). Walaupun banyak usaha penyesatan dan perancuan kebenaran islam dengan kebatilan namun tetap hujjah kebenaran kuat dan tidak goyah.
3. Al-Hiyaad, sehingga jauh dari rasisme dan mengikuti hawa nafsu.4. Asy-Syumul (universal). Karena mencakup seluruh kepentingan
dan kemaslahatan manusia sekarang dan masa depan5. ‘Alamiyah (bersifat mendunia), karena cocok untuk segala waktu
dan tempat, karena mampu memenuhi kebutuhan manusia dan bisa menjadi solusi terbaik semua masalah mereka.
Selanjutnya dalam situs yang sama Kholid Syamhudi memaparkan tujuan HAM atau dalam hal ini disebut Maqaashid HAM dalam Islam, antara lain:
1. Mewujudkan kesempurnaan ibadah kepada Allah2. Menjaga kehidupan manusia dalam semua marhalahnya.3. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh dunia melalui pembinaan dan
pendidikan manusia. Juga memberikan solusi atas perbedaan yang ada dengan cara yang efektif dan efesien.
4. Mewujudkan keadilan sosial dengan menyebarkan keadilan dimuka bumi dan menghilangkan kasta sosial yang ada.
5. Menjaga kepentingan dan kemashlahatan manusia dengan menjaga lima dharuraat.
6. Memuliakan manusia.
C. Perbandingan antara HAM dalam Dunia dengan HAM dalam Islam
Dalam hal ini terdapat beberapa perbandingan antara konsep Hak
Asasi Manusia (HAM) dalam Islam dengan konsep Hak Asasi Manusia
(HAM) dalam pandangan dunia. Perbandingan dalam hal ini mengacu pada
kelebihan yang ditampilkan Islam dalam membahas mengenai Hak Asasi
Manusia (HAM), berikut perbandingannya.
a) Dari Segi Sumber Pengambilan Hukum
Perbandingan antara HAM dalam Islam dengan HAM dalam pandangan
dunia adalah bahwa HAM dalam Islam bersumber dari Al-Quran dan
hadist sedangkan HAM dalam pandangan dunia berasal dari manusia;
b) Dari Segi Konsekuensi Hukuman
Dalam Islam, HAM bersifat abadi, pasti, dan memiliki konsekuensi hukum
serta tidak memungkinkan adanya perubahan ataupun penghapusan.
Sedangkan HAM dalam pandangan dunia hanyalah sekedar konsep dan
harapan yang berasal dari PBB yang konsekuensinya tersebut tidak jelas;
c) Dari Segi Perlindungan HAM dan Jaminannya
Dalam pandangan Islam, HAM merupakan anugerah Allah SWT untuk
manusia sebagai perlindungan dan penjamin kehidupan manusia karena
dalam hal ini HAM dalam Islam menjamin kewibawaan dan permuliaan
manusia. Sedangkan HAM dalam pandangan dunia perlindungan HAM
serta jaminannya belum jelas dalam arti hanya sekedar himbauan etika
dalam sebuah kertas;
d) Dari Segi Asalnya
HAM dalam Islam berasal sejak masuknya Islam di dunia, sedangkan Ham
dalam pandangan dunia pertama kali ada pada tahun 1215 M atau di abad
ke-13 Masehi; dan
e) Dari Segi Universal
Perbandingan HAM dalam Islam dan HAM dalam pandangan dunia dari
segi universal, bahwa HAM dalam Islam memiliki keuniversalan yang
lebih dibandingkan dengan HAM dalam pandangan dunia. Berikut
beberapa peraturan HAM dalam Islam yang lebih lengkap dibanding
aturan HAM dunia, antara lain:
(a) Hak anak yatim
Dalam piagam HAM internasional untuk pengaturan hak anak yatim
hanya berupa isyarat pemeliharaan anak yatim saja. Sedangkan dalam
Islam hak anak yatim ini memiliki perhatian khusus dengan penjagaan
hak-haknya dan anjuran berbuat baik pada mereka dengan seluruh
jenis kebaikan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. an-Nisa:
2:
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta
mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan
jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya
tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang
besar”. (QS. an-Nisa:2)
(b) Hak Orang yang Lemah Akalnya
HAM dalam Islam memberikan perhatian untuk menjaga hak-hak
orang yang lemah akalnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS. an-Nisa:5:
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata
yang baik.” (an-Nisa’:5)
(c) Hak Waris
HAM dalam Islam memberikan perhatian lebih terhadap hak waris.
HAM dalam Islam memberikan perhatian yang besar atasnya hingga
menjelaskan semua tata cara pembagiannya dengan lengkap dalam Al-
Quran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. an-Nisa:7:
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan.”(an-Nisa` :7).
(d) Hak Membela Diri
HAM dalam Islam mengatur mengenai hak membela diri.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. al-Baqarah:194:
“Bulan Haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut
dihormati berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu Barangsiapa yang
menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya
terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah
beserta orang-orang yang bertakwa.” (al-Baqarah:194)
D. Konsep Demokrasi
Istilah demokrasi diperkenalkan kali pertama oleh Aristoteles sebagai
suatu bentuk pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan
bahwa kekuasaan berada di tangan banyak orang (rakyat). Dalam
perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan
dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan
demokrasi adalah sebagai berikut:
a) Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b) Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
c) Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
d) Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
Menurut International Commission of Jurist dalam situs
http://permanaz.blogspot.com/2011/11/pengertian-demokrasi-menurut-para-
ahli_03.html menyatakan bahwa,
...demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas...
Selain itu, disini terdapat juga definisi demokrasi menurut C.F. Strong
dalam situs http://permanaz.blogspot.com/2011/11/pengertian-demokrasi-
menurut-para-ahli_03.html , bahwa
...demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut...
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa demokrasi
merupakan suatu sistem pemerintahan yang kekuasaan tingginya dipegang
oleh rakyat. Masyarakat ikut serta dalam pembuatan keputusan mengenai
hak-haknya melalui dewan perwakilan rakyat yang menjamin pemerintah
yang nantinya akan mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya. Untuk
lebih lanjut untuk mengetahui konsep dari demokrasi bahwa bentuk dari
demokrasi dalam pemerintahan negara terdapat dua bentuk, yaitu :
a) Pemerintahan Monarki yaitu pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
penguasa seperti sistem pemerintahan kerajaan.
b) Pemerintahan Republik yaitu pemerintahan yang dijalankan oleh dan
untuk kepentingan orang banyak.
Demokrasi juga mengenal mengenai sistem kepartaian yang dikenal
adanya tiga sistem kepartaian, yaitu sistem multi partai (poliparty system),
sistem dua partai (biparty system), dan sistem 1 partai (monoparty system).
Menurut Menurut Robert A. Dahl dalam situs
http://permanaz.blogspot.com/2011/11/pengertian-demokrasi-menurut-para-
ahli_03.html bahwa sebuah demokrasi yang ideal harus memiliki:
1) Persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat,
2) Partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif,
3) Pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis,
4) Kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya kekuasaan eksklusif bagi masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang lain atau lembaga yang mewakili masyakat, dan
5) Pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat yang tercakup semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan mengenai ciri-ciri dari
demokrasi modern dalam situs
http://blog.unsri.ac.id/nabilahmansur/makalah-/makalah-agama/mrdetail/
106837/, antara lain:
1) Kedaulatan yang berada di tangan rakyat. ( Winarno, 2009: 106)2) Pembuatan peraturan adalah badan legislatif. ( Winarno, 2009: 211)3) Keputusan ditentukan melalui musyawarah, suara terbanyak. ( Drs.
Abdul Aziz Thaba, M.A., 1996:43)
4) Merupakan hasil pemikiran manusia. ( Drs. Abdul Aziz Thaba, M.A., 1996:43)
5) Bersifat relatif. ( Drs. Abdul Aziz Thaba, M.A., 1996:43)6) Terdapat badan legislatif sebagai penampung aspirasi rakyat. 7) Masih terdapat revilige (hak khusus).
E. Konsep Demokrasi dalam Islam
Islam dan demokrasi adalah dua hal yang berbeda. Dimana Islam
adalah sistem politik yang self-sufficient dan merupakan agama yang
sempurna yang tidak saja mengatur persoalan teologi dan ibadah melainkan
mengatur segala aspek kehidupan. Karena sesungguhnya kedaulatan mutlak
dan Keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan kerangka
dimana para cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori politik
tertentu yang dapat dianggap demokratis. Yang didalamnya tercakup definisi
khusus dan pengakuan terhadap kadaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan
derajat manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintah.\
Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam,
banyak memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus dari ranah social
dan politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan
konsep-konsep Islami yang sudah lama berurat berakar yaitu musyawarah
(syura), persetujuan (ijma’) dan penilaian interpretative yang mandiri
(ijtihad).
Demokrasi itu sendiri bisa bisa lahir dan ada dari masarakat yang
memiliki tiga keadaan yaitu keadilan, persamaan, dan kebebasan. Menurut
Elie Khudourie dalam Tim ICCE UIN ( 2005:143) yang terdapat pada situs
http://blog.unsri.ac.id/nabilahmansur/makalah-/makalah
agama/mrdetail/106837/ bahwa,
“...gagasan demokrasi masih cukup asing dalam mind-set Islam, yang kemudian dihubungkan dengan pemahaman doktrinal yang ada. Yang mana kebanyakan kaum muslim cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam...”
Namun, terdapat pendapat juga dari tokoh lain yang diantaranya
seperti Fahmi Huwaidi, al-‘Aqqad, M Husain Haekal, Zakaria Abdul Mun’im
Ibrahim, Robert N. Bellah, Nurcholish madjid, Amien Rais, Munawir
Syadzali, A. Syafi’i Ma’arif, Abdurrahman Wahid dll dalam situs
http://blog.unsri.ac.id/nabilahmansur/makalah-/makalah-agama/mrdetail/
106837/ bahwa,
“...demokrasi sudah menjadi bagian integral sistem pemerintahan Indonesia dan negara-negara muslim lainnya. Karena dalam hal ini, Islam menurut mereka ialah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi seperti yang dipraktekkan negara-negara maju...”
Penulis juga setuju mengenai pendapat yang dikemukakan diatas
mengenai Islam membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi.
Namun, harus tetap berpegangan pada prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam.
Demokrasi dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan prinsip dasar
demokrasi Islam yang telah mengakar sejak dulu. Sehingga, disini penulis
akan menjelaskan prinsip-prinsip dari demokrasi dalam Islam, antara lain:
a) Musyawarah
Menurut Dr. M. Dhiauddin Rais (2001: 273) dalam situs
http://blog.unsri.ac.id/nabilahmansur/makalah-/makalah-agama/mrdetail/
106837/ bahwa,
...musyawarah berasal dari perkataan syartu-al-‘asala-asyuurahu yang berarti mengambil madu lebah dari tempatnya dan mengeluarkannya. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya...
Masalah musyawarah ini dengan jelas disebutkan dalam Al Qur’an surat
Ali Imran (3) ayat 159.
Artinya : “ …Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”
Berdasarkan ayat di atas dijelaskan bahwa perintah kepada para pemimpin
dalam kedudukan apa pun untuk menyelesaikan urusan mereka yang
dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan demikian, tidak akan
terjadi kesewenang-wenangan dari seorang pemimpin terhadap rakyat
yang dipimpinnya. Oleh karena itu, wakil rakyat dalam sebuah negara
Islam tercermin terutama dalam doktrin musyawarah (syura). Dalam
bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada
penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani
masalah negara.
b) Ijma’
Ijma merupakan kesepakatan seluruh mujtahid di antara umat Islam pada
suatu ketika tentang hukum syari’at Islam.
Demokrasi dalam perspektif Islam berbeda dengan demokrasi
secara umum yang terdapat dalam situs
http://blog.unsri.ac.id/nabilahmansur/makalah-/makalah-agama/mrdetail/
106837/, antara lain:
1) Kedaulatan tertinggi di tangan Allah SWT. ( Khalid Ibrahim Jindan,1994: 66)
2) Pembuat peraturan hanya Allah SWT. ( Khalid Ibrahim Jindan,1994: 66)
3) Keputusan diambil dari ijtihad, dan pada akhirnya keputusan khalifah sebagai ulul amri.
4) Bersumber pada kitab suci Al Qur’an. ( Drs. Abdul Aziz Thaba, M.A., 1996:43)
5) Bersifat mutlak. ( Drs. Abdul Aziz Thaba, M.A., 1996:43)6) Terdapat majelis syura sebagai badan musyawarah dalam
memecahkan persoalan. 7) Tidak mengakui ada pandangan hak istimewa bagi golongan
tertentu.
F. Contoh Pelanggaran HAM di Negara Demokrasi
Dewasa ini, sebagian besar media massa Barat, baik cetak maupun
elektronik, berusaha untuk menampilkan wajah Islam secara tidak benar.
Masalah hak asasi manusia dalam Islam merupakan salah satu serangan
media massa Barat. Apalagi sebagian media massa di Barat seperti Perancis,
Jerman, dan Inggris, umumnya berada dalam genggaman para kapitalis
Yahudi yang menyimpan dendam mendalam terhadap islam yang berakar
sejak mulai munculnya Islam yang berabad-abad lampau. Jika kita melihat
secara teliti, akan tampak bahwa negara-negara yang secara zahir mengumbar
isu hak asasi manusia dan demokrasi, justru yang pertama-tama melecehkan
kehormatan bangsa-bangsa lain dan melanjutkan kezaliman dan diskriminasi
terhadap yang lain.
Salah satu contoh dari adanya pelanggaran HAM di negara demokrasi
yaitu sentimen anti hijab yang terjadi di negara Eropa. Dengan melihat
kepada beberapa pasal dari Piagam Hak Asasi Manusia, kita akan melihat
bahwa sesungguhnya sentimen anti hijab yang terjadi di negara-negara Eropa
adalah sebuah pelanggaran hak asasi manusia. Pasal ketiga Piagam Hak Asasi
Manusia menyebutkan, “ Setiap orang mendapat hak kebebasan individu dan
keamanan.”Sedangkan dalam pasal kelima disebutkan: Tidak ada siapapun
yang boleh disiksa atau dianiaya secara tidak manusiawi, atau menjadi
sasaran penghinaan. Pasal 18 dan 19 dari piagam itu mengungkapkan: Setiap
orang mempunyai hak kebabasan agama, berpendapat, berkeyakinan, dan
kebebasan bersuara. Selain piagam HAM, perjanjian lain seperti Perjanjian
Hak Asasi Manusia Eropa turut mendukung hal itu.
Masalah hijab di beberapa negara Eropa boleh disebut sebagai contoh
dari pelanggaran hak asasi manusia yang disebutkan dalam undang-undang
dasar negara-negara tersebut. Di Perancis, krisis serius pertama yang
berhubungan dengan hijab bermula pada tahun 1989 saat massa media
meliput berita dikeluarkannya tiga orang pelajar yang mengenakan pakaian
Islami dari sekolah mereka. Pada tahun 1990, di pinggiran kota Paris, lima
orang pelajar berhijab diberhentikan dengan alasan melanggar ketentuan
sekolah. Peristiwa ini terus berlanjut pada tahun-tahun seterusnya hingga saat
ini. Dan belum ada keputusan apapun di Prancis yang memihak kepada
pelajar muslimah berhijab.
G. Solusi Pelanggaran HAM di Negara Demokrasi
Peradilan dinilai tidak akan mampu menyelesaikan berbagai aksi
kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang
terjadi di negara demokrasi. Solusi efektif penyelesaian masalah tersebut
adalah melalui jalan rekonsiliasi atau membangun kembali hubungan antara
kedua belah pihak yang berkonflik. Penyelesaian lewat pengadilan itu tidak
realistis karena bukan tidak bisa tapi terbentur oleh transformasi politik yang
abu-abu dimana dari sistem otoritarian ke demokrasi dan pertentangan antara
kelompok lama dan baru yang ingin melakukan perubahan. Pelanggaran
HAM terjadi dapat diselesaikan dengan berbagai cara, terdapat dua bentuk
penyelesaian pelanggaran HAM yaitu:
a) Ligitasi
Penyelesaian hukum secara litigasi adalah penyelesaian hukum melalui
jalur pengadilan baik itu pengadilan negeri, pengadilan agama, pengadilan
tata usaha Negara, dan pengadilan militer tergantung perkara apa yang
diaujukan oleh pihak yang bersengketa. Secara litigasi tahap pertama
dilakukan penyidikan di kepolisian, penuntutan di kejaksaan, dan sampai
putusan di pengadilan.
b) Non ligitasi
Non litigasi merupakan proses penyelesaian perkara atau kasus diluar
pengadilan. Penyelesaiannya bisa terjadi melalui cara mediasi, konsiliasi
dan bisa juga terjadi dengan kesepakatan bersama untuk mengakhiri
persengketaan antar kedua belah pihak. Ciri utama dalam penyelesaian
melalui jalur non litigasi adalah kesepakatan pihak-pihak yang berperkara,
apabila kedua belah pihak sudah sepakat maka perkara tersebut selesai.
Penyelesaian dalam bentuk non ligitasi yaitu dengan cara rekonsiliasi,
negosiasi, musyawarah dan perdamaian atas dasar persetujuan kedua belah
pihak.
H. Kesimpulan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar demokrasi dan
sekaligus merupakan indikator daripada supremasi hukum. Menurut
pandangan islam bahwa hak-hak asasi manusia tidak hanya menekankan
kepada hak-hak manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi oleh kewajiban
asasi untuk mengabdi hanya kepada Allah sebagai penciptanya. Aspek khas
dalam konsep HAM Islami adalah tidak adanya orang lain yang dapat
mema’afkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi atas seseorang
yang harus dipenuhi haknya. Bahkan suatu negara Islam pun tidak dapat
mema’afkan pelanggaran hak-hak yang dimiliki seseorang. Sedangkan
demokrasi menurut pandangan Islam bahwa Demokrasi Islam dianggap
sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama
berurat berakar yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma’) dan penilaian
interpretative yang mandiri (ijtihad). Demokrasi itu sendiri bisa bisa lahir dan
ada dari masarakat yang memiliki tiga keadaan yaitu keadilan, persamaan,
dan kebebasan.
DAFTAR PUSTAKA
Krisno,M. (2012). Tugas Pancasila (Hukum dan HAM). [Online] tersedia: http://simbolonmulatiar.blogspot.com/2012/06/tugas-pancasila.html. [08 Desember 2012]
Luthfi. (2012). Hukum, HAM, dan Demokrasi dalam Islam. [Online] Tersedia: http://ueu6448.blog.esaunggul.ac.id/2012/08/04/10/ [15 Desember 2012]
Mansur, N. (2012). Hukum, HAM, dan Demokrasi dalam Islam. [Online] Tersedia: http://blog.unsri.ac.id/nabilahmansur/makalah-/makalah-agama/mrdetail/106837/ [15 Desember 2012]
Permana. (2011). Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli. [Online] Tersedia: http://permanaz.blogspot.com/2011/11/pengertian-demokrasi-menurut-para-ahli_03.html [14 Desember 2012]
Syamhudi, K. (2011). Ham dalam Pandangan Islam. [Online] Tersedia: salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/04/ham_dalam_pandangan_islam.pdf. [15 Desember 2012]
____________. (-). Sentimen Anti Hijab, Sebuah Pelanggaran HAM. [Online] Tersedia:http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRadio/perempuan/anti_hijab.htm#PROVINSI BUSHER. [18 Desember 2012]