jawaban setiap dk2p1
DESCRIPTION
mmTRANSCRIPT
Dk2p2 nomor 7 ; Pengertian makanan pendamping ASI (MP-ASI)
MP-ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi atau anak disamping ASI
untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan, dan
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian
MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksud
untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam MP-ASI (Proverawati, 2006,).
Setelah bayi berusia 6 bulan, maka sudah waktunya memperkenalkan makanan pendamping
ASI pada bayi. Bayi membutuhkan zat-zat gizi tingi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.Sering dengan bertambahnya umur anak, kebutuhan zat gizinya juga
meningkat. MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi
pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa MP-ASI
berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung dalam ASI. Dengan demikian,
cukup jelas bahwa peranan makanan tambahan bukan sebagai pendamping ASI tetapi untuk
melengkapi atau mendampingi ASI (Jenny sr, 2006, pp. 100-101).
Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-titissetya-5606-4-babii.pdf
DK2P2 NOMOR 6. EFEK BILA TERLAMBAT IMUNISASI
Program Imunisasi tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus sesuai jadwal lahir dan usia
dari sang Bayi, karena pemberian Imunisasi yang terlambat bisa dikatakan hampir percuma
karena biasanya sang penyakit sudah “ngendon” duluan di dalam tubuh sang Bayi. Nah agar
Anda para calon Orang Tua tidak kecolongan dalam hal Imunisasi Anak, maka Anda perlu
tahu Bahaya nya jika Anak Anda tidak dikasih Imunisasi yang Lengkap, yaitu :
Penyakit Akan Mudah Menyerang : Tentu saja, jika Anak Anda hanya mendapatkan
Imunisasi yang seperlunya seperti DTP dan juga Hib, bukan berarti Anak Anda akan kebal
terhadap penyakit menular secara umum. Penyakit berbahaya seperti Hepatitis A, Hepatitis B,
Campak, dan bahkan juga Polio akan sangat mudah dan beresiko menyerang Anak Anda.
Dengan kata lain untuk urusan penyakit di atas kekebalan Anak Anda sama dengan
kekebalan Anak yang tidak di Imunisasi.
Mudah Tertular Orang yang Sakit : Sudah pasti Anak Anda akan mudah terserang
Penyakit Berbahaya yang menular seperti Polio apabila di tubuh Anak Anda tidak ada system
pertahanan yang menjaganya dengan penuh. Tidak perduli itu datang dari Bakteri itu sendiri
ataupun bahkan dari hasil penularan yang dilakukan oleh orang lain. Misalkan Anak Anda
sudah di Imunisasi dengan polio saat lahir tapi kemudian sejak saat itu Anak Anda tidak
pernah lagi di Imunisasi Polio.
Hasilnya Vaksin Polio tersebut hanya melindungi seadanya dan hanya dalam waktu yang
singkat saja, setelah itu Anak Anda benar-benar tanpa perlindungan apapun untuk mencegah
Penyakit Polio datang padanya. Dan inilah yang menyebabkan sang Anak akhirnya terserang
Polio kendati sebelumnya sudah divaksin.
3. Ada Efek Samping : Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti
kemampuan dari Bayi Anda untuk menerima Vaksin tersebut. Nah ada beberapa Vaksin awal
yang sifatnya adalah aman untuk jangka waktu tertentu setelah itu akan menimbulkan efek
samping. Karena itu ada bentuk Vaksin-2, Vaksin-3, Vaksin-4 dan seterusnya, karena selain
memperpanjang usia Vaksin juga berguna untuk menghilangkan efek samping dari Vaksin
yang ada sebelumnya. Dan ini adalah salah satu Bahayanya jika Anak Anda tidak dikasih
Imunisasi yang Lengkap, yang sering kali tidak ketahui oleh para Orang Tua.
Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com/dampak-dari-imunisasi-yang-tidak-lengkap.html
PENGERTIAN LAKTASI
Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang membutuhkan
calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk
menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dimana volume
ASI 500-800 ml/hari.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI
mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang berlokasi
dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja melalui dari bulan
ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya
ASI dalam sistem payudara.
DK2P1 NOMOR 10. CARA PEMBENTUKAN ASI
HORMON YANG MEMPENGARUHI LAKTASI
Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah Sebagai berikut : Mulai
dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara :
1.Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan
estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-
besaran.
2.Estrogen : menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun
saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui Karena itu,
sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi ASI. Follicle stimulating hormone (FSH). Luteinizing hormone
(LH).
3.Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin merupakan
suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peran penting
untuk memproduksi ASI, dan meningkat selama kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya
plasenta pada ahir proses persalinan akan membuat kadar estrogen dan progesteron
berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkanya prolaktin.
Peningkatan prolaktin akan menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi adalah ada malam hari
dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.
4.Oksitosin : mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya,
seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot
halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
5.Human placental lactogen (HPL) : Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting,dan areola sebelum
melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.
Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).
SIKLUS LAKTASI
1.Laktogenesis stadium 1 ( kehamilan ) : penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.
2.Laktogenesis stadium 2 ( akhir kehamilan 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI
3.Laktogenesis stadium 3 ( galaktopoeisis ) : mulai 40 hari setelah berhenti menyusui.
SUMBER : http://rinayarina.pun.bz/files/fisiologi-laktasi.pdf
DK2P1 NOMOR 19. Kriteria ibu yang tidak boleh menyusui adalah :
Langkah – langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk
menyusui adalah :
•Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses dalam menyusui
bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang
hampir semua ibu berhasil menjalaninya bila ada masalah, dokter/petugas kesehatan akan
menolong dengan senang hati.
•Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula.
•Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman menyusui
sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lain.
•Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam keluarga, ibu harus
dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan bayi sehingga perlu adanya pembagian
tugas dalam keluarga.
•Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter/petugas kesehatan harus dapat
memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam membantu ibu sehingga hilang keraguan
atau ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang tengah dihadapinya.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
• Ukuran dan Bentuk Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada
kelainan; seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi.
• Kontur/Permukaan Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka
pada kulit payudara harus dipikirkan kearah tumor atau keganasan dibawahnya. Saluran limfe
yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan membuat gambaran seperti kulit
jeruk.
• Warna Kulit Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu
diperhatikan adalah warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit atau bahkan keganasan.
• Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan
areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban
puting susu.
• Bayi diletakkan menghadap perut ibu/ payudara
- Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi
- Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan).
- Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan
- Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi)
- Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
- Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
•Payudara di pegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan
menekan puting susu atau areolanya saja.
MASALAH YANG SERING TERJADI PADA MENYUSUI : yaitu
MASTITIS : Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional
atau mastitis puerperalis. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI
dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada
mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan
merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin)
diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius. Gejala mastitis non – infeksius
•Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut
•Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut
•Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja Gejala mastitis infeksius
•Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
•Ibu dapat mengeluh sakit kepala
•Ibu demam dengan suhu diatas 34o C
•Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara Kulit pada payudara dapat
tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir)
•Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan” Pengobatan :
•Lanjutkan menyusui
•Berikan kompres panas pada area yang sakit
•Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
• Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik (Ibuprofen, asetaminofen)
untuk mangurangi demam dan nyeri
• Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39 O C), periksa kultur
susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
• Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala
berkurang.
KANDIDA/SARIAWAN
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah pengobatan
antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar dari area
puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah,
dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak
nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui
Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol,
merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan.
Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih
mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
• Obati ibu dan bayinya
• Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali sehabis
menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui
•Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri.
CACAR AIR (VIRUS VARISELA ZOSTER)
Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi
bermula dari leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit
kepala, membran mukosa dan akstremitas. Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah
menderita cacar air dan tidak berisiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum
kelahiran bayi, bayi menjadi berisiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan
pada bayi belum mempunyai
kesempatan untuk berkembang.
Perawatan :
• Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi.
Menyusui tidak perlu dihentikan
•Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus
menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar
•Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
- ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi. Hanya
sekitar 50 % bayi yang terpapar akan berkembang menjadi penyakit
- keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain
- jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di dalam darahnya.
Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI. Janin mungkin sudah
terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang paling serius terjadi pada bayi yang
lahir dari ibu yang memiliki CMV primer selama kehamilan Menyusui merupakan alat yang
penting untuk memberikan imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang disusui, yang
diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi nantinya dan dari infeksi
primer selama kehamilan.
Perawatan :
Bayi cukup bulan Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti
seropositif selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada
infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.
Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang terinfeksi CMV
pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke neonatolog untuk evaluasi dan
pembuatan keputusan.
HEPATITIS B (HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan ditularkan melalui
kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau transfusi darah. Bayi yang lahir dari
ibu dengan HBV + langsung tertular, kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.
HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-10%), persalinan (10-
20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara umum prevalensi HIV di Indonesia
tergolong rendah (kurangdari 0,1 %), tetapi sejak tahun 2000 Indonesia telah dikategorikan
sebagai negara dengan tingkat epidemi terkonsentrasi karena terdapat kantung-kantung
dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada beberapa populasi tertentu (pada pengguna
narkoba suntikan, PSK, waria, dan narapidana).
Sumber https://ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/ph-care-ibu-hamil-dan-
menyusui.pdf