jawaban retno blok 16 skenario b
DESCRIPTION
respiratoryTRANSCRIPT
Skenario B Blok 16 Tahun 2013
Panji, 6 tahun, diantar ibunya ke poliklinik THT RSMH dengan keluhan sakit
tenggorok dan demam sejak satu hari yang lalu. Sejak tiga hari yang lalu Panji sudah
menderita batuk pilek. Keluhan nyeri dan keluar cairan di telinga disangkal oleh ibu
penderita. Keluhan serupa dialami Panji tiga bulan yang lalu, sembuh setelah berobat di
puskesmas.
Pemeriksaan fisik:
Tekanan darah normal, denyut nadi normal, frekuensi pernapasan normal, suhu 37,8oC.
Pemeriksaan status lokalis: Otoskopi dalam batas normal
Rhinoskopi anterior hidung kanan dan kiri :
Mukosa hiperemis
Konka inferior edema +/+ hiperemis +/+
Sekret kental berwarna putih
Orofaring:
Tonsil T3-T3, detritus (+), kripta melebar
Dinding faring hiperemis (+), granula (+)
Pemeriksaan laboratorium:
Hb: 12,5g%, WBC : 12.000 /uL, Trombosit 250.000/uL
I. Klarifikasi Istilah :
a. Sakit tenggorok : perasaan nyeri yang dirasakan penderita yang disebabkan peradangan didaerah faring
b. Batuk : ekspulsi udara dari dalam paru yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suara berisik.
c. Pilek : penyakit kataralis saluran nafas atas yang dapat disebabkan oleh virus infeksi campuran atau reaksi alergi dan ditandai dengan rhinitis akut sedikit peningkatan suhu tubuh dan rasa menggigil.
d. Demam : peningkatan suhu tubuh diatas normal (37oC)e. Nyeri telinga :f. Cairan telinga : secret atau cairan yang keluar dari liang telinga.g. Otoskopi : pemeriksaan telinga dengan cara auskultasi pada
telingah. Rhinoskopi : pemeriksaan lubang hidung dengan speculum baik
melalui nares anterior maupun nasofaring.i. Mukosa Hiperemis : meningkatnya vaskularisasi pada mukosa.j. Konka inferior nasal : sebuah lempeng tulang tipis yang membentuk bagian
bawah dinding lateral hidung dan membrane mukosa yang melapisi lempeng tersebut.
k. edema : pengumpulan cairan secara abnormal di runag interstisial tubuh
l. Sekret :m. Orofaring : bagian faring antara palatum mole dan tepi atas
epiglotisn. Tonsil T3-T3 : derajat pembesaran tonsilo. Detritus : bahan particular yang dihasilkan dari sisa pengikisan
atau disintergrasi substansi atau jaringanp. Kripta : muara permukaan tonsilq. Granula : jaringn limfoid yang mengalami fibrosis sehingga
seperti bergumpal-gumpal.r. Post nasal drip :
II. Identifikasi Masalah1. Panji, 6 tahun, diantar ibunya ke poliklinik THT RSMH dengan keluhan sakit
tenggorok dan demam sejak satu hari yang lalu.2. Sejak tiga hari yang lalu Panji sudah menderita batuk pilek3. Keluhan nyeri dan keluar cairan dari telinga disangkal oleh ibu penderita.4. Keluhan serupa dialami Panji tiga bulan yang lalu, sembuh setelah berobat di
puskesmas.5. Pemeriksaan fisik:
Tekanan darah normal, denyut nadi normal, frekuensi pernapasan normal, suhu
37,8oC.
Pemeriksaan status lokalis: Otoskopi dalam batas normal
Rhinoskopi anterior hidung kanan dan kiri :
Mukosa hiperemis
Konka inferior edema +/+ hiperemis +/+
Sekret kental berwarna putih
Orofaring:
Tonsil T3-T3, detritus (+), kripta melebar
Dinding faring hiperemis (+), granula (+)6. Pemeriksaan laboratorium:
Hb: 12,5g%, WBC : 12.000 /ul, Trombosit 250.000/uLIII. Analisis Masalah :
1. Panji, 6 tahun, diantar ibunya ke poliklinik THT RSMH dengan keluhan sakit tenggorok dan demam sejak satu hari yang lalu.
a. Hubungan usia, jenis kelamin dengan keluhan sakit tenggorok dan demamb. Etiologic dari sakit tenggorok dan demamc. Mekanisme sakit tenggorok dan demam
Mekanisme sakit tenggorokan
Bakteri menginfeksi sel yang sehat bakteri bermultiplikasi dan mensekresikan
toksin toksin menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada tonsil dan
orofaring sakit tenggorokan susah menelan.
Mekanisme demam
• Mikroorganisme masuk kedalam tubuh mengeluarkan pirogen eksogen, tubuh
juga memiliki pirogen endogen yang dihasilkan dari makrofag seperti limfosit,
basofil dan neutrofil. Tujuannya adalah untuk memfagosit dan melisis
mikroorganisme dan toksin yang masuk kedalam tubuh
• Saat fagositosis ada reaksi kimia yang terjadi, yang akan memicu messenger
untuk mengaktifkan sel-sel lain pada system imun kita. Messenger yang bereaksi
adalah Interleukin (IL), dan interferon. Yang paling banyak adalah IL-1
.• IL-1 memicu hipotalamus untuk meningkatkan suhu dan memicu keluarnya
fosfolipase yang akan mengubah fosfolipid menjadi asam arakidonat yang akan
memicu keluarnya Prostaglandin (PG)
• Efek keluarnya prostaglandin akan mempengaruhi kerja thermostat di
hipotalamus. Hal ini akan menyebabkan kerja thermostat naik yang menyebabkan
kenaikan suhu. Disinilah terjadinya demam.
• Demam dimaksudkan agar microorganism atau virus tidak bias bereplikasi
d. Bagaimana hubungan sakit tenggorokan dengan demam?Terjadi infeksi bakteri pada tenggorok rangsangan aktivasi sel-sel PMN dan neutrofil ke daerah tersebut mengeluarkan mediator inflamasi ( TNF α, IL-1, IL-6, INF) Memacu pelepasan asam arakidonat ↑↑ sintesis prostaglandin E2 Mencapai hipotamalus ↑↑ set point pada termostat hipotalamus Penyimpanan panas tubuh dan ↑↑ pembentukan panas Suhu meningkat Demam.
2. Sejak tiga hari yang lalu Panji sudah menderita batuk pilek.a. Etiologic dari batuk pilekb. Mekanisme dari batuk pilekc. Hubungan antara batuk pilek dengan keluhan utama (sakit tenggorok dan
demam).3. Keluhan nyeri dan keluar cairan dari telinga disangkal oleh ibu penderita.
a. Apa makna klinis jika ada keluhan nyeri dan keluar cairan dari telinga?
Bila ada keluhan nyeri dan keluar cairan dari telinga menandakan terjadinya Otitis Media (akut dan kronis)
Walaupun ada hubungannya antara telinga, hidung, dan tenggorokan melalui tuba
auditiva, tetapi sepertinya infeksi belum menyebar ke daerah telinga dari saluran
tuba auditiva tersebut, sehingga daerah telinga masih normal.
4. Keluhan serupa dialami Panji tiga bulan yang lalu, sembuh setelah berobat di puskesmas.
a. Apa hubungan antara riwayat keluhan tiga bulan yang lalu dengan keluhan sekarang?
Tiga bulan yang lalu Panji diduga menderita Faringitis dan tonsillitis. Walaupun
sudah dilakukan pengobatan, diduga Panji masih menderita faringitis dan
tonsillitis kronik. Namun, karena bersifat kronis, gejala yang dialami tidak seperti
fase akut sehingga mungkin tidak disadari oleh Panji atau kelurganya. Saat ini,
Panji diduga terkena infeksi virus pada hidung berupa rhinitis infeksi. Infeksi
virus secara umum akan menurunkan sistem imun tubuh sehingga dapat terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri. Dalam kasus ini akibat penurunan system imun
maka infeksi yang sebelumnya dapat dikatakan dorman akan kembali aktif.
Sehingga dengan kata lain terjadi ekseserbasi akut pada kondisi kronis. Hal ini
menunjukkan bahwa gejala yang dialami tiga bulan yang lalu dan sekarang
merupakak suatu kesatuan. Hal ini juga tercermin dari gambaran klinis pada faring
dan tonsil yang menunjukkan bentukan gambaran kronis.
b. Mengapa keluhan panji bisa berulang?c. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kambuhnya penyakit panji ini?
5. Pemeriksaan fisik: Tekanan darah normal, denyut nadi normal, frekuensi pernapasan normal, suhu
37,8oC.
Pemeriksaan status lokalis: Otoskopi dalam batas normal
Rhinoskopi anterior hidung kanan dan kiri :
Mukosa hiperemis
Konka inferior edema +/+ hiperemis +/+
Sekret kental berwarna putih
Orofaring:
Tonsil T3-T3, detritus (+), kripta melebar
Dinding faring hiperemis (+), granula (+)a. Interpretasi dari hasil pemeriksaan fisikb. Mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik
c. Bagaimana klasifikasi derajat pembesaran tonsil?
6. Pemeriksaan laboratorium: Hb: 12,5g%, WBC : 12.000 /ul, Trombosit 250.000/uLa. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratoriumb. Mekanisme abnormal hasil pemeriksaan laboratorium
7. DD8. Cara menegakkan diagnosis9. Working diagnosis (epidemiologi,etiologi, faktor resiko)Dari anamnesis bisa didapatkan data, yaitu:
Nyeri tenggorok
Demam
Pilek bilateral/unilateral
Bersin
Batuk
Hidung tersumbat
Kebiasaan merokok orangtua
Gangguan tidur
Penurunan nafsu makan
Dari pemeriksaan fisik bisa ditemukan:
Mukosa hidung hiperemis
Salah satu konka edema dan hiperemis
Adanya mukus di hidung
Tonsil membesar dan hiperemis
Dinding faring hiperemis
Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan:
Analisis darah ditemukan: Leukositosis ringan.
Apusan tenggork
Rapid antigen detection test
Jika ditemukan hal-hal tersebut kita bisa mendiagnosis bahwa pasien ini menderita
rhinotonsilofaringitis.
10. patogenesis11. Pemeriksaan penunjang12. Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis
Usaha untuk membedakan radang karena bakteri atau virus bertujuan agar
pemberian antibiotik sesuai indikasi. Tonsilofaringitis streptokokus grup A
merupakan satu-satunya tonsilofaringitis yang memiliki indikasi kuat dan aturan
khusus dalam penggunaan antibiotik.
Penggunaan antibiotik tidak diperlukan pada tonsilofaringitis virus karena
tidak akan mempercepat waktu penyembuhan atau mengurangi derajat keparahan.
Istirahat cukup dan pemberian cairan intravena yang sesuai terapi suportif yang dapat
diberikan. Selain itu, pemberian obat kumur dan obat hisap, pada anak yang cukup
besar dapat meringankan keluhan nyeri tenggorok. Apabila terdapat nyeri atau
demam, dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen. Pemberian aspirin tidak
dianjurkan, terutama pada infeksi Influenza, karena insiden sidrom Reye kerap
terjadi.
Jadi untuk tatalaksana rhinotonsilofaringitis kasus ini terlebih dahulu harus
mengetahui acuan pemberian obat. Untuk infeksi viral atau bakteri. Dalam kasus ini
dapat digunakan centor score, yaitu :
1. Suhu badan > 38 derajat celcius
2. tidak ada batuk
3. Pembengkakan kelenjar limfe
4. Pembengkakan tonsil atau eksudat
5. Patokan umur : 3-14 tahun 1 poin; 15-44 tahun 0 point dan lebih dari 45 tahun -1
Kalau nilainya 4 atau lebih, langsung terapi antibiotika. Nilai 2-3 dilakukan tes
laboratorium.
Didapatkan skor 2 untuk kasus ini yang berarti harus dilakukan tes laboratorium.
Perlu diperhatikan :
Bila faringitis bakteri diberi antibiotik pada 1-2 hari pertama, masa penyembuhan &
penularan akan lebih pendek.
Terapi untuk faringitis virus: istirahat, cukup minum, & obat pilek untuk mengurangi
gejala, tanpa antibiotik.
Faringitis virus akan sembuh dalam 1 minggu, lamanya tergantung daya tahan tubuh
individu.
Penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat memicu resistensi bakteri.
Terapi simptomatis
Demam
Diantaranya :
Aspirin (asam asetilsalisilat atau asetosal)
Mempunyai efek analgetik, anitipiretik, dan antiinflamasi.
Efek samping utama : perpanjangan masa perdarahan, hepatotoksik (dosis besar)
dan iritasi lambung.
Diindikasikan pada demam, nyeri tidak spesifik seperti sakit kepala, nyeri otot dan
sendi (artritis rematoid).
Aspirin juga digunakan untuk pencegahan terjadinya trombus (bekuan darah) pada
pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah otak
Asetaminofen (parasetamol)
Merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.
Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan
antiinflamasinya sangat lemah.
Intoksikasi akut parasetamol adalah N-asetilsistein, yang harus diberikan dalam 24
jam sejak intake parasetamol.
Ibuprofen
Mempunyai efek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, namun efek
antiinflamasinya memerlukan dosis lebih besar.
Efek sampingnya ringan, seperti sakit kepala dan iritasi lambung ringan.
Batuk pilek
Mukolitik (Asetil sistein)
Mekanisme kerja: bekerja langsung terhadap ikatan disulfid dengan mukoprotein
dan menurunkan viskositas mukus. Aktivitas mukolitiknya meningkat dengan
peningkatan pH
Farmakokinetik: Konsentrasi puncak plasma dicapai dalam 1-2 jam. Waktu
paruh 6,25 jam dan lebih 70% dibersihkan melalui hati.
Indikasi: - Asma,emfisema, bronkitis, TB
- Antidotum asetaminofen
Kontraindikasi: hipersensitifitas
ESO: stomatitis, mual-muntah, bronkokonstriksi, hipertensi
Kemasan: Nebulizer, sirup dan tablet
Yang baru: ambroksol
EKSPEKTORAN : Guaifenesin (gliseril guaikolat)
Mekanisme kerja: diduga meningkatkan luaran cairan saluran nafas dengan
mengurangi adesi dan tekanan permukaan sehingga menyebabkan keluarnya
mukus
Farmakokinetik: Segera diabsorpsi dng baik disaluran cerna dengan waktu paruh 1
jam. Dimetabolisme dan diekskresikan secara cepat melalui urin.
Indikasi: Batuk non-produktif, batuk kering
Kontraindikasi: hipersensitifitas
ESO: mual-muntah, pusing, kulit kemerahan termasuk urtikaria
Interaksi obat: Menurunkan kadar asam urat plasma
Kemasan: tablet dan sirup
ANTITUSIF NARKOTIK (Kodein)
Mekanisme kerja: dengan menekan pusat batuk dimedula. Dosis yg dibutuhkan
untuk menekan batuk lebih rendah dibandingkan sebagai analgesik
Farmakokinetik: diabsorpsi dng baik di sal cerna. Metabolismenya terutama di
hati. Waktu paruh 2,9 jam dan diekskresikan dlm bentuk utuh ±15%
Indikasi: Batuk akibat iritasi kimia atau iritasi mekanik saluran nafas; nyeri
Kontraindikasi: Hipersensitif dan bayi prematur. Hati-hati pd wanita hamil
ESO: minimal; nausea,muntah,ngantuk,pusing; depresi pernafasan,takikardia &
hipotensi
Interaksi obat:Depresi pernafasan meningkat bila diberi bersama alkohol, opioid
lain.
Sediaan: Kodein sulfat (tablet) dan fosfat (injeksi)
Bentuk lain: meperidin, Levorfanol, folkodin
ANTITUSIF NON NARKOTIK (Dekstrometorfan)
Merupakan suatu analog kodein dari levorfanol
Mekanisme kerja: menekan pusat batuk dimedula
Farmakokinetik:diabsorpsi dng baik disaluran cerna setelah pemberian oral. Onset
kerja antitusif: 15-30 menit. Konsentrasi puncak dicapai dlm waktu 1,6-1,7 jam.
Mengalami metabolisme lintas pertama melalui CyP-450 di hati dengan metabolit
aktif yaitu dekstrofan. Diekskresikan terutama melalui ginjal
Indikasi: Batuk non-produktif, batuk krn bahan iritan
Kontraindikasi:Hipersensitif. Hati-hati pada anak-anak atopik, asma, emfisema
ESO: Ngantuk, dizziness, koma, nausea dan depresi pernafasan
Interaksi obat: tidak boleh diberikan bersama penghambat MAO,alkohol dan obat-
obat yang menekan SSP
Kemasan: sirup dan lozenges
Terapi bedah
Terapi bedah dalam kasus ini belum diperlukan karena belum menunjukkan indikasi
dilakukannya tonsilektomi. Pemberian obat yang adekuat bisa mengembalikan ukuran
tonsil ke ukuran semula.
Edukasi
Berikan minuman yang tidak melukai tenggorokan. Hindari produk
berbasis susu karena dapat meningkatkan ketebalan lendir di tenggorok dan
jangan minum jus asam / produk cola yang dapat mengiritasi tenggorok. Beri
minuman hangat dan madu
Makanan lunak mudah untuk dicerna. Hindari makanan asam dan
jangan memberi bumbu, mentega, saus, dan gorengan.
13. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Imunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
• Banyak minum
• Hindari merokok dan menghirup zat-zar iritan lainnya
• Pada pasien rhinitis alergi, terapi agresif terhadap oedem mukosa, yang dapat
mengganggu aliran sinus dapat mencegah sinusitis sekunder
14. KomplikasiKomplikasi tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, (2000), yaitu:
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,vabses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
b. Otitis media akut
Infeksis dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustachi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengakibatkan otitis media yang
dapat mengarah pada rupture spontan gendang telinga.
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebar infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
15. PrognosisJika pengobatan diberikan sesuai dan adekuat, serta usaha meningkatkan imunitas
dengan monitoring adalah baik maka prognosisnya baik.
Vital : Dubia ad Bonam
Fungsional: Dubia ad Bonam
16. KDUTingkat 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan
mampu menangani problem itusecara mandiri hingga tuntas.
IV. HipotesisPanji 6 tahun dibawa ibunya ke klinik THT dengan keluhan sakit tenggorok dan demam akibat Rhinotonsilofaringitis eksaserbasi akut.
V. Kerangka konsepVI. Learning Issues
1. Anatomi saluran nafas/THT (keidya, selvi, ivan)2. Fisiologi saluran pernafasan(retno,maya,indah)3. Histology saluran pernafasan (jane,ira,dika)4. Tonsilofaringitis (aulia,gina, faris)5. Rhinitis (dj, aca, eliya)
1. Keidya 1a,6b,2a,102. Shelvia 1b,7,2b,113. Ivandra 1c,8,2c,12