heny suseno, wahyu retno prihatiningsih

11
Hasi/ Pene/itian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979 PROFIL DISTRIBUSI 210PbDALAM SEDIMEN DI SEMENANJUNG MURIA UNTUK MELENGKAPI DATA BASE LINE DAN GEOKRONOLOGI Heny Suseno, Wahyu Retno Prihatiningsih Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN ABSTRAK PROFIL DISTRIBUSI 210Pb DALAM SEDIMEN DI SEMENANJUNG MURIA UNTUK MELENGKAPI DATA BASE LINE DAN GEOKRONOLOGI. Penentuan 210Pb di Semenanjung Muria dimaksudkan untuk melengkapi kekosongan data base line, Disisi lain profil konsentrasi 210Pb dalam sedimen dapat digunakan untuk keperluaan geokronologi yang merupakan salah satu aplikasi teknik nuklir di lingkungan perairan. Cuplikan diambil dari semenanjung muria dan dilakukan analisis menggunakan detektor Low Energy HPGe. Hasil analisis diperoleh data base line 210Pb di perairan Semenanjung Muria untuk air laut dan sedimen berurut turut 6,9 - 8,4. dengan menggunakan nilai Faktor Konsentrasi 210Pb maka prakiraan konsentrasi minimal 210Pb dalam biota laut seperti fotoplankton, makroalgae, zooplankton, moluska dan krustacea berturut- turut adalah 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.kg-1. Pengambilan cuplikan sedimen secara piston core tidak mampu memperoleh seluruh lapisan sedimen untuk keperluan geokronologi. Dengan menggunakan metoda pengambilan cuplikan ini hanya diperoleh lapisan sedimen 0 - 25 cm yang dapat digunakan untuk keperluan geokronologi yaitu pad a kisaran maksimal 54 tahun yang lalu. ABSTRACT DISTRIBUTION PROFILE OF 210PB ON THE SEDIMENT FROM MURIA PENIUSULA IS TO COMPLETING THE BASE LINE DATA AND GEOCHRONOLOGY. In the other side 210Pb concentration profile in the sediment can be used for geochronology as one of the nuclear technique application in the marine enviroment. Sample was taken out from Muria peniusula and by using low energy HPGe detection, the anal~sis at sediment was conducted. From the analysis result was obtained the base line data at 21 Pb at Muria peniusula marine of sea water and sediments were 6,9-8,4 mBgr1 and 46 - 54 Bq.kg-1. By using the value of concentration factor, minimum concentration at 210Pb on marine were biota such as photoplankton, macro algae, zooplankton, molusca and crustacea 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.kg-1 respective sediment sample was taken out by using piston core methode cound not take out all at sediment layer for geochronology purpose. By using this methode, only 0-25 depth at sedimen layer could be use for geochronology with the prediction in 54 years ago, maximally. PENDAHULUAN Program pemantauan radionuklida di lingkungan laut mempunyai fungsi utama untuk mengakses derajat kontaminasi radionuklida pada biota atau medianya, mengevaluasi kecenderungan terhadap waktu, membandingkan hasil pemantauan dengan regulasi yang berlaku, menentukan sifat relatif sumber potensial dan interpretasi terhadap kesehatan manusia menyangkut konsumsi makanan laut[1]. Radionuklida pada lingkungan laut yang spesifik sering mencerminkan emisi dari sumber lokal dan remobilisasi deposit sedimen serta datang dari sumber yang jauh melalui atmosferik. Terdapat 3 isu penting yang berhubungan dengan prilaku radionuklida di lingkungan laut, yaitu[ 1]: 92

Upload: truongthuy

Post on 21-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Hasi/ Pene/itian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

PROFIL DISTRIBUSI 210PbDALAM SEDIMEN DI SEMENANJUNG MURIAUNTUK MELENGKAPI DATA BASE LINE DAN GEOKRONOLOGI

Heny Suseno, Wahyu Retno PrihatiningsihPusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN

ABSTRAK

PROFIL DISTRIBUSI 210Pb DALAM SEDIMEN DI SEMENANJUNG MURIA UNTUKMELENGKAPI DATA BASE LINE DAN GEOKRONOLOGI. Penentuan 210Pb di SemenanjungMuria dimaksudkan untuk melengkapi kekosongan data base line, Disisi lain profil konsentrasi210Pb dalam sedimen dapat digunakan untuk keperluaan geokronologi yang merupakan salahsatu aplikasi teknik nuklir di lingkungan perairan. Cuplikan diambil dari semenanjung muria dandilakukan analisis menggunakan detektor Low Energy HPGe. Hasil analisis diperoleh data baseline 210Pb di perairan Semenanjung Muria untuk air laut dan sedimen berurut turut 6,9 - 8,4.dengan menggunakan nilai Faktor Konsentrasi 210Pb maka prakiraan konsentrasi minimal 210Pbdalam biota laut seperti fotoplankton, makroalgae, zooplankton, moluska dan krustacea berturut­turut adalah 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.kg-1. Pengambilan cuplikan sedimen secara piston core tidakmampu memperoleh seluruh lapisan sedimen untuk keperluan geokronologi. Denganmenggunakan metoda pengambilan cuplikan ini hanya diperoleh lapisan sedimen 0 - 25 cm yangdapat digunakan untuk keperluan geokronologi yaitu pad a kisaran maksimal 54 tahun yang lalu.

ABSTRACT

DISTRIBUTION PROFILE OF 210PB ON THE SEDIMENT FROM MURIA PENIUSULAIS TO COMPLETING THE BASE LINE DATA AND GEOCHRONOLOGY. In the other side 210Pb

concentration profile in the sediment can be used for geochronology as one of the nucleartechnique application in the marine enviroment. Sample was taken out from Muria peniusula and

by using low energy HPGe detection, the anal~sis at sediment was conducted. From the analysisresult was obtained the base line data at 21 Pb at Muria peniusula marine of sea water andsediments were 6,9-8,4 mBgr1 and 46 - 54 Bq.kg-1. By using the value of concentration factor,minimum concentration at 210Pb on marine were biota such as photoplankton, macro algae,zooplankton, molusca and crustacea 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.kg-1 respective sediment samplewas taken out by using piston core methode cound not take out all at sediment layer forgeochronology purpose. By using this methode, only 0-25 depth at sedimen layer could be usefor geochronology with the prediction in 54 years ago, maximally.

PENDAHULUAN

Program pemantauan radionuklida di lingkungan laut mempunyai fungsi utama

untuk mengakses derajat kontaminasi radionuklida pada biota atau medianya,

mengevaluasi kecenderungan terhadap waktu, membandingkan hasil pemantauan

dengan regulasi yang berlaku, menentukan sifat relatif sumber potensial dan interpretasi

terhadap kesehatan manusia menyangkut konsumsi makanan laut[1]. Radionuklida pada

lingkungan laut yang spesifik sering mencerminkan emisi dari sumber lokal dan

remobilisasi deposit sedimen serta datang dari sumber yang jauh melalui atmosferik.

Terdapat 3 isu penting yang berhubungan dengan prilaku radionuklida di lingkungan

laut, yaitu[ 1]:

92

Hasil Pene/ilian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Kebutuhan untuk memahami secara benar kondisi radionuklida setelah terlepas

yang bertujuan untuk memperoleh suatu pengkajian lingkungan dan

konsekuensinya terhadap kesehatan.

Pengetahuan akumulasi yang memberikan dasar kritis untuk mengkaji secara

cepat dampak dimasa depan yang diakibatkan oleh pelepasan radionuklida

terutama yang tidak terkontrol.

Radionuklida yang berada di laut dapat digunakan sebagai radiotracer untuk

mepelajari proses oceanografi.

Pemetaan radioaktif pemancar gamma dan dikonversikan kedalam satuan dosis

radiasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi dasar dosis trerkecil yang

didokumentasikan sebagai acuan dasar dan digunakan pada saat situasi darurat seperti

kecelakaan PLTN atau pelepasan material radioaktif, kehilangan sumber radioaktif dari

sebagainya [2].

Program pemantauan radionuklida di lingkungan kelautan yang dilakukan secara

berkelanjutan berguna untuk menentukan derajat, arti dan kecenderungan polusi

radionuklida yang diemisikan dari berbagai macam sumber seperti olah-ulang nuklir,

kecelakaan, operasi kapal selam nuklir, dampak ekplorasi minyak di laut dan kegiatan

penambangan.

Data Base line radionuklida di lingkungan perairan laut Semenanjung Muria telah

dilakukan oleh NEW JEK pada tahun 1992. Terdapat kekosongan data radionuklida

210Pb sehingga harus dilakukan analisis dalam air dan sedimen di perairan

Semenanjung Muria tersebut. Data base line 210Pbtersebut sang at penting mengingat

segera beroperasinya PLTU Tanjung Jati B yang akan meningkatkan konsentrasi 210Pb

dalam lingkungan perairan laut Semenanjung Muria. Hal ini karena beberapa unsur

kelumit yang terkandung dalam batu bara bersifat radioaktif, yaitu: uranium, thorium dan

produk peluruhannya. Walaupun unsur-unsur terse but secara kimia kurang toksik

dibandingkan kandungan log am berat pada batu bara seperti arsen, selenium dan

merkuri, tetapi mempunyai resiko yang berasal dari radiasi[3].

Radioisotop 210Pb(t1/222,26 tahun) merupakan radioisotop alam yang terbentuk

melalui peluruhan deret uranium dan dapat berasal dari fall out peluruhan gas radon

e22Rn) kemudian turun ke permukaan bumi selanjutnya tersedimentasi. Radioisotop ini

dalam lingkungan aquatik bercampur dalam sedimen dan terakumulasi pad a sistem

dasar air[4]. Radioisotop 210Pbdan 210pOterdapat dalam batuan fosfat, pembakaran batu

bara yang terekstrak dan dikatagorikan sebagai NORM dan dapat meningkatkan

93

Hasi/ Pene/itian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

papa ran radiasi terhadap publik [5]. Isotop 210Pb diukur karena bersifat chemotoxic,

radiotoxic, mempunyai waktu paruh yang lama (22,3 tahun), dapat terakumulasi dalam

tulang. Maksimum konsentrasi 210Pbdalam air minum di Austria sebesar 1,23Bq/l dan

Untuk Uni Eropa konsentrasinya direkomendasikan sebesar 0,2 Bq/l[6]. Disisi lain

radioisotop 222Rn merupakan anak luruh dari 226Ra dim ana 226Ra terdapat di dalam

batuan dan tanah dan akan menghasilkan 210Pb yang akan berada dalam kondisi

setimbang dengan induknya. Difusi sejumlah kecil 222Rn dari tanah dan lepas ke

atmosfer untuk selanjutnya membentuk 210Pb kemudian turun kembali kepermukaan

tanah atau permukaan sedimen. Isotop 210Pbyang turun dari atmosfer tidak berada

dalam kondisi kesetimbangan dengan 222Rn didalam tanah dan dinamakan sebagai

unsupported atau kelebihan 210Pb[7].Kelebihan 210Pbdapat dihitung melalui pengukuran

210Pb dan 226Ra dan dirunut dengan komponen-komponmen setempat. Konsentrasi

210Pb dalam sedimen tinggi dipermukaan dan menurun dengan pertambahan

kedalaman. Penurunan konsentrasi terse but berhubungan dengan peluruhannya

sehingga bagian terdalam dari sedimen berhubungan dengan waktu sedimentasi.

Hubungan konsentrasi 210Pb dengan kedalaman adalah tinier jika dibuat plot antara

kedalaman versus logaritmik konsentrasi 210Pb. Slope persamaan linier tersrsebut dapat

digunakan untuk memprediksi kecepatan sedimentasi. Penetapan konsentrasi 210Pbper

lapisan sedimen dapat digunakan untuk menentukan umur sedimen dengan jangkauan

100 tahun dari sekarang.

TAT A KERJA

Bahan

Wadah cuplikan, sedimen dan air laut yang diambil dari Semenanjung Muria, gas N2

untuk pendingin detector

Alat

Spektrometer gamma yang dilengkapi dengan detektor HPGe dengan rentang energi 0

- 600 KeV, oven, mortal dan ayakan.

METODA

Cuplikan air laut dan sedimen diambil dari 6 lokasi perairan Semenanjung Muria

dengan jarak 1 Km dari bibir pantai menggunakan perahu nelayan. Air permukaan

diambil menggunakan ember dan sedimen diambil menggunakan piston grap. Sedimen

dikeluarkan dari piston grab pad a lapisan 0 - 40 cm. Seluruh sedimen dikeringkan

94

Hasil Penelitian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

menggunakan oven pad a suhu 10Soe selama 1 minggu dan dihaluskan menggunakan

mortar kemudian diayak sampai dengan ukuran 100 mesh. Sedimen dan air tersebut

kemudian dicacah menggunakan spektrometer gamma selama 1 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kandungan 210Pb dalam Air Laut dan Sedimen

Analisis 210Pb dapat dilakukan secara tidak langsung melalui produk

peluruhannya yaitu 210Siatau 210pOmenggunakan alat spektrometer alfa maupun beta.

Analisis yang menggunakan metoda spektrometer alfa maupun beta lebih sensitif

namun memerlukan pemisahan kimia yang harus ditetapkan recoverinya. Analisis

secara langsung dapat dilakukan menggunakan spektrometer gamma (46,S Kev)

dengan probabilitas 4%. Analisis menggunakan spektrometer gamma sangat sulit

dilakukan tetapi saat ini dapat mudah dilakukan dengan menggunakan detektor n­

HPGe[8]. Analisis 210Pb pad a contoh lingkungan dihadapkan pada absorpsi energi

rendah gamma dari contoh tersebut. Absorbsi energi gamma oleh wadah cuplikan biasa

dijumpai energi dibawah 100 Kev. Koreksi tidak perlu dilakukan jika cuplikan diukur

menggunakan matriks dan wadah yang sama dengan standard.[9] Hal lain yang dapat

dilakukan adalah membuat variasi ketebalan cuplikan, komposisi kimia cuplikan dan

efesiensi kalibrasi melalui pengukuran material reference (acuan) harus dilakukan[10].

Langkah pertama analisis 210Pbadalah melakukan kalibrasi detektor Low Energy

Germanium/n-HPLEGe menggunakan matriks yang sama dengan cuplikan. Untuk

kalibrasi cuplikan air laut digunakan larutan 152Eudan 166Ho. Kalibrasi detektor untuk

analisis 210Pbdalam sedimen menggunakan matriks sedimen yang mengandung 166Ho.

Spektrum yang dihasilkan dari pencacahan kedua standar kalibrasi terse but ditunjukkan

pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Kalibrasi energi standar 152Eudan 166Ho

95

Hasil Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006

Gambar 2. Kalibrasi energi standar 166Ho

ISSN 0852 - 2979

Berdasarkan analisis maka diperoleh persamaan garis hubungan antara channel dan

energi masing-masing:

1. Untuk air 3.686e-001 KeV + 3.331e-002*Ch

2. Untuk sedimen 4.377e-001 KeV + 3.330e-002*Ch

Kelayakan hasil kalibrasi dilakukan dengan menganalisis larutan 210Pb dan diperoleh

ketepatan spektrum 210Pbpada nom or chanel hasil kalibrasi.

Kalibrasi efesiensi dari dua standar tersebut ditunjukkan pad a Gambar 3 dan 4

Gambar 3. Kalibrasi effisiensi standar 152Eudan 166Ho

96

Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006

Gambar 4. Kalibrasi effisiensi standar 166Ho

ISSN 0852 - 2979

Mengacu pada program pemantauan radionuklida di lingkungan perairan harus

didukung oleh kapabilitas laboratorium yang cukup untuk mengukur konsentrasi cuplikan

yang konsentrasinya berdekatan dengan latar belakang (background), maka untuk

keakuratan data diperoleh dengan menganalisis Certifate Refference Material (CRM).

HasH analisis CRM (Sea Water IAEA-381 untuk air (aut dan Marine Sediment IAEA-315

untuk sedimen) akan menunjukkan kemampuan intrumentasi spektrometer gamma yang

dHengkapi detektor HPLEGe.

HasH analisis 210Pbdiperairan Semenanjung Muria ditunjukkan pada Tabel1.

Tabel1. Konsentrasi 210Pbdalam air (aut dan Sedimen Semenanjung Muria.

110045'00"LS ; 06°25'48,30"BT110046'00"LS; 06°23'37,26"BT110047'00"LS ; 06°23'6,48" BT110048'00"LS ; 06°23'1,62"BT110049'00"LS; 06°23'19,44"BT

110050'00"LS; 06°24' 13,36"BT

8,26,97,58,08,4

8,0

5446525051

49

HasH analisis merefleksikan konsentrasi 210Pbyang merupakan keadaan C1wal

sebelum terdapat kegiatan penambangan, operasional PLTU dan sebagainya yang akan

meningkatkan konsentrasi 210Pbdalam air dan sedimen Semenanjung Muria. Sumber

utama dari 210Pb terse but adalah fail out, sedimentasi proses pengikisan batuan di

97

Hasi/ Pene/itian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

daratan dan penggunaan pupuk. Dalam konteks program pemantauan lingkungan

diperairan laut, maka interpretasi data analisis dalam lingkup yang lebih luas harus

dilakukan. Hal ini karena program pemantauan radionuklida di lingkungan perairan

mempunyai fungsi utama untuk mengkaji derajad kontaminasi radionuklida dalam biota

dan atau medianya, mengevaluasi kecenderungannya terhadap fungsi waktu,

membandingkan hasil pemantauan dengan panduan atau komitmen lingkungan,

menentukan sifat dari sumber potensial dan menafsirkan resiko terhadap kesehatan

manusia dalam hal pola konsumsi makanan laut[11]. Hal lain yang menjadi pertimbangan

adalah bahwa radionuklida pada lingkungan kelautan spesifik sering merefleksikan emisi

yang berasal dari sumber lokal, remobilisasi sedimen, dan sumber-sumber kontaminan

yang datang dari lokasi yang jauh.

Data hasH analisis 210Pb dalam air laut dapat digunakan untuk mengestimasi

kandungannya dalam organisme laut yang sebagian digunakan sebagai bahan pangan.

Pentingnya data kandungan radionuklida tersebut berdasarkan bahwa studi radioekologi

kelautan juga mempunyai tujuan untuk memperoleh kemampuan secara baik dan cepat

untuk mengkaji akibat lepasan radionuklida ke lingkungan perairan laut dari sisi

kesehatan dan faktor ekonomi[12]. Badan standarisasi makanan di Inggris melakukan

monitoring dan evaluasi untuk menjamin bahwa tingkatan radionuklida dalam batasan

yang am an pad a sumber makanan. Survey terhadap prakiraan dampak radiologis

radionuklida alam yang terkandung dalam makanan non budidaya dilakukan di Inggris.

Radionuklida alam yang diamati adalah 210pO,210Pbh,234U,238U,230Th,232Thdan 226Ra.

Kontribusi utama radioanuklida adalah 210pOdan 210Pbyaitu 95% dari total dosis. [13].

Prakiraan kandungan radionuklida 210Pbdalam biota laut dapat dilakukan dengan

menggunakan nilai Faktor Konsentrasi radioisotop terse but pada berbagai biota seperti

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Faktor Konsentrasi Pb-210 Dada oraanisme laut[13]

Faktor Konsentrasi merupakan rasio konsentrasi 210Pbdalam biota (Bq.Kg-1) terhadap

konsentrasinya dalam air (Bq.I-1). Hasil perhitungan menunjukkan konsentrasi minimal

98

Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

210Pb dalam fotoplankton, makroalgaa, zooplankton, moluska dan krustacea berturut­

turut adalah 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.Kg'1. Prakiraan dosis yang berasal dari kontribusi

konsumsi biota laut terse but belum dapat dilakukan karena pada lingkup penelitian ini

tidak dilakukan pengambilan data melalui angket untuk pol a konsumsi biota-biota

tersebut dalam 1 tahun.

2. Profil Konsentrasi 210Pbdalam Sedimen di Semenanjung Muria

Profil konsentrasi 210Pb dalam sedimen dapat digunakan untuk menetukan

geokronologi serta kecepatan sedimentasi di lingkungan perairan. Terdapat 3 proses

yang mempengaruhi profil konsentrasi unsupported 210Pbdalam tiap lapisan sedimen,

yaitu: peluruhan radioaktif, sedimentasi dan percampuran sedimen. Jika percampuran

partikel sedimen dianggap sebagai proses difusi, maka variasi konsentrasi unsupported

210Pbterhadap waktu mengikuti persamaan:

a(pC)1 at = a I az(Ka(pC) I az) - sa(pC)az - l(pC) (1)

dimana C adalah unsupported 210Pb(Bq.g'\ pada waktu t, p adalah densitas sedimen

(g.cm'3), K adalah koefisien difusi atau percampuran (cm.tahun'1), z adalah kedalaman

sedimen terhadap lapisan permukaan yang bersentuhan air, S adalah kecepatan linier

sedimentasi (cm.tahun'\ A. adalah konstanta peluruhan 210Pb (0,031 tahun'1). Asumsi

pad a saat kesetimbangan nilai K, S dan p konstan terhadap waktu dan kedalaman,

maka persamaan (1) dapat ditulis kembali menjadi

K(a2C I az2 )- s(ac I az )- lC = 0 (2)

Tiga pemecahan dari persamaan diferensial ini dapat diutulis dengan kondisi umum

batasan C(z) = Co untuk r z=O dan C(z) = 0 untuk z tidak terhingga. Untuk fluks konstant

dan kondisi spesifij K = 0, maka persamaan (2) menjadi

C(z)=Coexp[-(lzIS)] (3)

Formulasi ini mengasumsikan konstanta konsentrasi mula-mula dari unsupported 210Pb

pada antar muka sedimen dan air. Harga rasio CI adalah rasio kecepatan deposisi

radionuklida (Bq.cm'2y1) terhadap kecepatan deposisi sedimen (g.cm'2y1) pada antar

muka. Jika kecepatan sedimentasi konstan terhadap interval waktu t maka persamaan

(3) menjadi

C(z) = [<pISp(z)][exp[-(lz IS)] (4)

Dimana <p adalah fluks radionuklida (Bq.cm'2.tahun'1) dan p adalah densitas setempat

pada kedalaman z.

99

Hasi/ Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Plot log C(Z) terhadap kedalaman akan menghasilkan garis lurus jika deposisi

radioisotop (cp) dan sedimen (Sp) konstant. Formulasi ini dinamakan konstanta fluks

keeepatan sedimentasi. Menggunakan asumsi fluks konstan dan kesetimbangan antara

suplay dan peluruhan, waktu yang dipakai untuk mendeposisikan lapisan sedimen pada

ketipisan z dalam proses deposisi kontinyu menjadi

t = 1/ A In[A", / A(z)] (5)

Oaimana Ao adalah total unsupported 210Pb(Bq.em-2) didalam kolom sedimen dan A(z)

konsentrasi unsupported 210Pb(Bq.em-2) pada lapisan z.

Hasil analisis 210Pbpad a lapisan-Iapisan sedimen di 2 lokasi pengeboran yang

berada 1 Km dari muara Sungai besar di Semenanjung Muria ditunjukkan pad a

Gambar 5.

.D

~ 100N'w!II

~ 10<1>

f/)<:a~OJa

...J5 15 20 25 30 40

Tebal kedalaman lapisan sedimen (em)

Gambar 5. Profil konsentrasi 210Pbpada lapisan sedimen Semenanjung Muria.

Hasil analisis profil konsentrasi pada teballapisan sedimen 5 sampai dengan 40

em tersebut tidak dapat digunakan untuk menentukan proses geokronologi di

Semenanjung Muria karena plot log C(z) terhadap kedalaman tidak menghasilkan garis

lurus. Hal ini disebabkan oleh proses pengambilan sedimen menggunakan core piston

tidak sempurna sehingga terdapat kemungkinan lapisan atas bereampur dengan lapisan

dibawahnya. Namun demikian jika data tebal sedimen yang digunakan adalah 5 sampai

dengan 25 em, maka umur sedimen ditentukan menggunakan persamaan (5) dan

diperoleh hasil seperti ditunjukkan pad a Gambar 6.

100

Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006

60

50

§ 40.c:! 30

5 20E::J 10

o5 15 20 25

ISSN 0852 - 2979

Lapisan sedimen (em)

Gambar 6. Umur lapisan Sedimen semenanjung Muria.

Berdasarkan Gambar 6, maka umur lapisan sedimen berkisar antara 0 sampai dengan

53 tahun. Umur sedimen ini dapat digunakan untuk mengetahui sejarah polusi di

Semenanjung Muria 53 tahun yang lalu sampai saat ini jika dilakukan analisis polutan

pad a setiap lapisan sedimen tersebut.

KESIMPULAN

1. Data base line 210Pbdi perairan Semenanjung Muria untuk air laut dan sedimen

berurut turut 6,9 - 8,4 mBqr1 dan 46 - 54 Bq.Kg-1.

2. Menggunakan nilai Faktor Konsentrasi 210Pbmaka prakiraan konsentrasi minimal

210Pbdalam biota laut seperti fotoplankton, makroalgaa, zooplankton, moluska

dan krustacea berturut-turut adalah 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.Kg-1.

3. Pengambilan cuplikan sedimen menggunakan piston core tidak mampu

diperoleh seluruh lapisan sedimen untuk keperluan geokronologi. Menggunakan

metoda pengambilan cuplikan ini hanya lapisan sedimen 0 - 25 cm yang dapat

digunakan untuk keperluan geokronologi yaitu pada kisaran maksimal 54 tahun

yang lalu.

DAFT AR PUST AKA

1. Friedlander, B.R, Gochfeld, M., Burger, J., Powers, C.W. (2005), Radionuclides in the

Marine Environment, A CRESP Science Review Consortium for Risk Evaluation with

Stakeholder Participation.

2. Rybach, L.; Schwarz, G.F.; Medici, F.; Construction of radioelement and dose-rate

baseline maps by combining ground and airborne radiometric data, the project framework

of the Swiss Federal Nuclear Safety Inspectorate.

3. Annom, Radioactive Elements in Coal and Fly Ash: Abundance, Forms, and Environmental

Significance, U.S. Geological Survey Fact Sheet FS-163-97 October, 1997

4. Jefer, W.H (1999), Determining of Ages of Recent Sediment Using Measurement of Trace

101

Basil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Radioactivity, Workshop of Nuclear Regulatory Commission Region I, USA.

5. Jia, G., Belli, M., Blasi, M., Marchetti, A., Rosamillia, S., Sunsone, U. (2000), 210Pband

210pODetermination in Environmental Sample, Appl Radiation and Isotopes 53(2000) 115­120

6. Kralik, C.; Friedrich, M.; Determination of 210Pb in Water, AAHFS - Food Control and

Research Vienna

7. Zapata, F and Garcia-agudo, E. Future prospects for the 137Cs technique for estimating

soil erosion and sedimentation rates. Acta Geologica Hispanica, v. 35 (2000), nO3-4. p.197-205

8. Tanner, P.A., Pan, S.M., Mao, S.Y., Yu, K.N.. V Ray Spektrometric and a Counting Methods

Comperation for Determination of 210Pbin Eustarine Sediment, Appl Spectroscopy Vol

54(10),2000, 1443-1446

9. Oczkowski, H.L.; Gamma Spectrum Analysis for Environmental Nuclides, J.

Geochronometria Vol. 20, pp 39-44, 2001

10. Seppo Klemola. Jukka Mattila and Tarja K. Ikaheimonen, Determination Of Pb-210 In

Sediment Samples By Gamma Ray Spectrometry: Application Of An Efficiency Transfer

Method, Finnish Centre for Radiation and Nuclear Safety, Helsinki. Finland

11. Friedlander, B.R; Gochfeld, M; Burger, J; Powers, C.W; Radionuclides in the Marine

Environment. A CRESP Science Review. 2005

12. Palsson, S.E.; Marine Radioecology: Final Report of the Nordic Nuclear Safety Research

Project EKO-1 , NKS Secretariat. Building 100. PO Box 49 DK-4000 Roskilde 1998

13. Green, N.; Hammond, D.J.; Davidson, M.F.; Wilkin, B.T.; Williams, B.; The Radiological

Impact of Naturally-Occuring Radionuclides in Food from the Wild, BMRB International.London

14 T.M. Krishnamoorthy, Collection and Preparation of Lake Sediments for Dating and Trace

Element Analysis by Nuclear Techniques, IAEA-TECDOC-1360 International Atomic

Energy Agency, Viena, 2003

102