jauj_vol 09 no.2 desember 2011

Download JAUJ_Vol 09 No.2 Desember 2011

If you can't read please download the document

Upload: nova-zhang

Post on 26-Jul-2015

1.109 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

JURNAL AKUNTANSIUniversi tas JemberVolume 9 No. 2 Desember 2011. ISSN: 1693-2420.PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP SAK ETAP: STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA YANG BERASAL DARI SMK DAN SMA KEMAMPUAN PREDIKSI RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP LABA DAN ARUS KAS MASA DEPAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN JASA Jurica Lucyanda Ditya Anggriawan

Lely Ana Ferawati Ekaningsih Tita Djuitaningsih Erista Eka Ristiawati

Fidiana

Dessy Putri Andini

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PEMETAAN RISET AKUNTANSI BERBASIS PENGUJIAN VARIABEL MOTIVASI

Astrid Maharani Bunga Maharani

Ratih Rediyaningrum Imam Masud

Laboratorium Pusat Pengembangan Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER

JURNAL AKUNTANSIUniversitas JemberVolume 9 No. 2 Desember 2011 ISSN: 1693-2420 Ketua Dewan : Wahyu Agus W., SE., M.Si., Ak. Wakil Ketua Dewan : Dr. Siti Maria W., M.Si., Ak. Dewan Penyunting : Drs. Wasito, M.Si., Ak. Drs. Djoko Supatmoko, MM. Ak Drs. Sudarno, M.Si., Ak. Drs. Imam Masud, MM., Ak. Dra. Ririn Irmadariyani, M.Si., Ak. Dr. Alwan Sri Kustono, SE., M.Si., Ak. Rochman Effendi, SE., M.Si., Ak. M. Miqdad, SE., MM., Ak. Indah Purnamawati, SE., M.Si., Ak. Dr. Yosefa Sayekti, M.Com., Ak. Penyunting Kehormatan : Prof. Tatang Ari Gumanti, M.Buss., P.hD. Hadi Paramu, SE., MBA., P.hD. Pelaksana : Agung Budi Sulistiyo, SE, M.Si., Ak. Hendrawan Santosa Putra, SE., M.Si., Ak. Novi Wulandari, SE., M.Si., Ak. Taufik Kurrohman, SE., M.Si., Ak. Administrasi : Ahmad Sugiono Alamat Redaksi : Laboratorium Pusat Pengembangan Akuntansi (LPPA) Fakultas Ekonomi Universitas Jember Jl. Jawa 17 Tegalboto - Jember 68121. Telp. :(0331) 337990. Fax: (0031)332150. Email : [email protected]

Jurnal Akuntansi Universitas Jember dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah di antara staf pengajar, alumni, mahasiswa, pembaca yang berminat dan masyarakat pada umumnya. Jurnal Akuntansi Universitas Jember terbit setahun 2 (dua) kali pada setiap bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan atau dalam proses diterbitkan oleh media lain. Pedoman penulisan Jurnal tercantum pada bagian akhir Jurnal ini. Surat-menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan, langganan, dan lainnya dapat dialamatkan ke redaksi.

i

DAFTAR ISIPENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT Jurica Lucyanda Ditya Anggriawan PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA Lely Ana Ferawati Ekaningsih PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN Tita Djuitaningsih Erista Eka Ristiawati 30 17 1

TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP SAK ETAP: STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA YANG BERASAL DARI SMK DAN SMA Fidiana KEMAMPUAN PREDIKSI RASIO-RASIO KEUANGAN TERHADAP LABA DAN ARUS KAS MASA DEPAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN JASA 71 Dessy Putri Andini 54

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Astrid Maharani Bunga Maharani

99

PEMETAAN RISET AKUNTANSI BERBASIS PENGUJIAN VARIABEL MOTIVASI Ratih Rediyaningrum Imam Masud 117

ii

PEDOMAN PENULISAN NASKAH 1. Jurnal Akuntansi Universitas Jember (JAUJ) ini terbit dua kali setahun, yaitu pada setiap bulan Juni dan Desember. 2. Naskah yang diusulkan untuk diterbitkan dalam Jurnal Akuntansi Universitas Jember (JAUJ) adalah naskah yang belum pernah diterbitkan dan atau tidak sedang dipertimbangkan penerbitannya di jurnal lain; 3. Naskah ilmiah yang diterbitkan berupa hasil penelitian, artikel dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penulisnya; 4. Naskah ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia, atau dalam Bahasa Inggris; 5. Secara garis besar, naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut ini: a. Judul: harus singkat dan jelas sehingga menggambarkan isi tulisan serta dilengkapi dengan nama penulis (tanpa gelar akademik) dan nama institusi tempat kerja penulis; b. Abstrak: dalam Bahasa Inggris untuk artikel dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia untuk artikel berbahasa Inggris, maksimal 200 kata yang secara singkat menggambarkan aspek-aspek isi naskah secara keseluruhan; serta Kata-kata kunci (keywords); c. Pendahuluan: tanpa sub bab memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, dan hasil yang diharapkan; d. Tinjauan pustaka, yang berisi hasil penelitian sebelumnya, kerangka teori dan hipotesis yang diajukan; e. Metode: berisi langkah penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang disampaikan; f. Hasil dan pembahasan: memuat analisis hasil temuan dalam bentuk diskriptif kuantitatif maupun kualitatif yang dapat disertai gambar, tabel, grafik disertai dengan uraian tentang interpretasi, generalisasi, dan implikasi dari hasil yang diperoleh, serta relevansinya dengan hasil penelitian lain yang menjadi rujukan; g. Kesimpulan dan rekomendasi; h. Daftar pustaka disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut, disusun secara alfabetis dan kronologis; Contoh: Bryan Lewis dan Robert W. Rouse, Problem of The Small Business Audit, The Accounting Review, September 1984. Carsberg B.V., et. al, Small Company Financial Reporting Research Studies in Accounting, 1985. 6. Setiap pengiriman naskah disertai riwayat hidup penulis secara singkat; 7. Naskah dikirim dalam bentuk print out pada kertas ukuran Letter (kwarto), dengan spasi rangkap (dua spasi), menggunakan pengolah kata minimal Microsoft Word versi 6.0 dengan jumlah halaman maksimal 25 lembar, sebanyak 3 eksemplar, dan dalam disk ukuran 3 . Naskah diketik mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 8. Naskah dikirim paling lambat 2 (dua) bulan sebelum penerbitan ke alamat:

iii

Dewan Penyunting JURNAL AKUNTANSI UNIVERSITAS JEMBER (JAUJ) Laboratorium Pusat Pengembangan Akuntansi (LPPA) Fakultas Ekonomi UNEJ Jl. Jawa No. 17 Jember 68121. Telp. (0331) 337990, Fax. (0331) 332150, Email: [email protected] 9. Naskah akan disunting, dengan kriteria penilaian meliputi: orisinalitas, memenuhi kualitas keilmuan, kebenaran isi, kejelasan uraian, dan manfaat bagi masyarakat akademik; 10. Dewan penyunting berhak mengirim kembali naskah ke penulis untuk direvisi sesuai dengan saran penilai atau menolak suatu naskah; 11. Naskah yang sudah dikirim dan diputuskan untuk tidak dimuat akan dikembalikan kepada penulis dengan disertai alasan penolakan, jika disertai dengan perangko balasan. FORMAT PENILAIAN: Naskah ilmiah untuk diterbitkan dalam Jurnal Akuntansi dinilai berdasarkan criteria: 1. Apakah naskah cukup penting untuk pengembangan ilmu dan empiris yang ada? 2. Apakah naskah menyinggung hal-hal aktual dan pemecahan masalah akuntansi, keuangan, dan bisnis? 3. Apakah naskah orisinil dan mempunyai kualitas keilmuan yang baik? 4. Apakah naskah terbebas dari kesalahan atau miskonsepsi? 5. Apakah susunan naskah ditulis dengan baik? Apakah judul yang dibuat sudah cukup baik? 6. Apakah Abstrak sudah mencakup poin-poin dalam naskah? 7. Apakah naskah ditulis dengan bahasa yang baik? 8. Apakah kepustakaan yang berkaitan dengan naskah sudah mencukupi? 9. Apakah tabel, gambar, dan keterangan tabel/gambar cukup jelas? 10. Apakah isi naskah bermanfaat bagi masyarakat akademik dan masyarakat luas? REKOMENDASI 1. Naskah dapat dipublikasikan dengan catatan: a) Seperti apa adanya, b) Revisi sebagian, c) Revisi total 2. Naskah ditolak untuk diterbitkan.

iv

PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLITJurica Lucyanda1 Ditya Anggriawan2

Abstract This study aims to examine the effect of the overpriced stock prices, the company's financial performance and liquidity of stock trading on the company's decision to do a stock split and its impact on corporate value. In this study the level of overpriced stock prices measured by the Price Earnings Ratio and Price to Book Value, the company's financial performance is measured by Return on Assets and Earnings Per Share, liquidity of stock trading volume is measured by the Trading Activity and firm value will be measured by the earnings and Tobin's q. Analysis tools will be used in this study are the logistic regression and two independent sample t-test. This study used a sample amounted to 31 go public companies that do the stock-split and 31 go public companies who do not do stock splits during the period 2003-2009. Based on the results of testing, found that the level of overpriced stock prices as measured by the ratio of Price to Book Value affect the company's decision to do stock splits and stock trading liquidity which measured by Trading Volume Activity also affects the company's decision to do a stock split. But this study failed to show any differences between the values of the companies that do the stock-split with the companies that do not do stock splits. Key words: price earnings ratio, price to book value, earnings per share, return on assets, trading volume activity, earnings, tobins'q 1. PENDAHULUAN Perusahaan yang sedang berkembang umumnya membutuhkan dana sebagai tambahan modal. Dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, salah satunya adalah dengan cara menawarkan saham perusahaan kepada publik (go public). Penambahan modal dapat dilakukan dengan menerbitkan saham baru di bursa saham dan atau melakukan stock split. Stock split yang dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu-jadi-dua (two-for-onestock), di mana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Dengan demikian total1 2

Universitas Bakrie Jakarta Universitas Bakrie Jakarta 1

2 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

ekuitas perusahaan adalah tetap atau tidak mengalami perubahan (Rohana, Jeannet & Mukhlasin, 2003). Motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split berdasarkan signaling theory dan trading range theory (Mason & Shelor, 1998). Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal kepada investor mengenai prospek kinerja keuangan perusahaan pada masa mendatang dan itu menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang baik. Sedangkan trading range theory menjelaskan keinginan manajer perusahaan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Dengan adanya stock split akan menambah daya tarik (calon) investor akibat semakin rendahnya harga saham sehingga akan semakin banyak (calon) investor yang mampu bertransaksi dan membawa dampak pada likuiditas perdagangan saham. Keown, et al. (1996) dalam Rohana, dkk. (2003) menyebutkan beberapa alasan manajer perusahaan melakukan stock split antara lain, (1) agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham, (b) untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham pada kisaran yang telah ditargetkan, dan (c) untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas. Beberapa penelitian sebelumnya menguji variabel-variabel yang memengaruhi perusahaan melakukan stock split dan dampaknya terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Rohana, dkk. (2003) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel harga saham dengan variabel stock split. Baker dan Gallagher (1980); Baker dan Powell (1953); dan Dolley (1993) menemukan bahwa perusahaan melakukan stock split agar likuiditas perdagangannya meningkat. Penelitian Asquith, et al. (1989) menemukan bahwa terdapat perbedaan earnings yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Penelitian Khomsiyah dan Sulistyo (2001) menemukan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER) merupakan variabel yang membedakan antara perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split, namun untuk proksi Price to Book Value (BBV) tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Rohana, dkk. (2003) menemukan bahwa likuiditas yang diukur dengan frekuensi perdagangan tahunan tidak berpengaruh positif terhadap stock split. Miliasih (2000) dan Rohana, dkk. (2003) menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan earnings yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Hasil penelitian Widiastuti dan Usmara (2005) menyimpulkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Namun penilaian ini tidak berhasil menunjukkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PER merupakan variabel yang berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Nilai perusahaan yang diukur dengan Tobins q menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudahJurnal Akuntansi Universitas Jember

3 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

stock split, sedangkan nilai perusahaan yang diukur dengan earnings tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbedabeda. Khomsiyah dan Sulistyo (2001) dengan Widiastuti dan Usmara (2005) mempunyai simpulan yang berbeda mengenai harga saham yang diproksi dengan PER dan PBV. Miliasih (2000), Rohana, dkk (2003); serta Widiastuti dan Usmara (2005) menghasilkan pendapat dan simpulan yang berbeda dalam penelitiannya atas earnings yang merupakan salah satu proksi untuk menghitung nilai perusahaan. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini ingin menguji kembali variabel-variabel yang memengaruhi keputusan perusahan melakukan stock split. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Widiastuti dan Usmara (2005). Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu: penambahan variabel bebas berupa kinerja keuangan perusahaan karena berpotensi mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan stock split (Widiastuti & Usmara, 2005), proksi yang digunakan untuk mengukur likuiditas perdagangan saham dalam penelitian ini adalah Trading Volume Activity (TVA) karena lebih mudah dalam melakukan perhitungannya, dan membandingkan nilai perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split karena belum pernah ditemukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan menguji apakah tingkat kemahalan harga saham, kinerja keuangan perusahaan dan likuiditas perdagangan saham memengaruhi keputusan perusahaan melakukan stock split dan memiliki dampak terhadap nilai perusahaan. 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Stock split, Trading Range Theory dan Signalling Theory Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil (Sartono, 1996). Menurut Jogiyanto (2003), stock split merupakan kegiatan memecah selembar saham menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split adalah 1/n dari harga saham per lembar sebelumnya. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proposional dengan penurunan nilai nominal saham. Umumnya stock split dilakukan apabila harga pasar saham dirasakan terlalu tinggi dan perusahaan merasa bahwa harga saham yang lebih rendah akan menghasilkan pasaran yang lebih baik dan distribusi kepemilikan yang lebih luas. Haryono (2001) mengemukakan bahwa salah satu alasan perseroan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga pasar saham-sahamnya. Hal ini terjadi apabila perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para investor terhadap saham yang dikeluarkan perseroan yang bersangkutan. Trading range theory menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, di mana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untukJurnal Akuntansi Universitas Jember

4 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

meningkatkan daya beli investor sehingga pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Signalling theory menjelaskan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Jadi jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tidak semata-mata karena informasi stock split yang tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa depan perusahaan yang bersangkutan. Tingkat Kemahalan Harga Saham Harga saham yang dimaksud adalah harga saham yang dinilai oleh pasar. Harga pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga pasar saham yang paling diperhatikan oleh investor. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai dari suatu perusahaan dan berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya. Harga saham perusahaan yang terlalu rendah dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi juga menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan investor untuk bisa membelinya, sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkat lagi (Widiastuti & Usmara, 2005). Dalam mengantisipasi hal tersebut, banyak perusahaan yang melakukan stock split. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli investor dan menata harga saham ke rentang yang lebih optimal. Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan hasil dari keputusan-keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh pihak manajemen suatu perusahaan (Helfret, 1999). Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari sudut pandang finansial yang tercermin dari informasi laporan keuangan seperti likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dan sudut pandang nonfinansial seperti kepuasan pelanggan, inovasi dalam produksi dan pengembangan perusahaan. Alat analisis yang umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah rasio keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan analisis berupa rasio ini diharapkan akan dapat lebih mudah menjelaskan atau memberi gambaran kepada analis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Likuiditas Perdagangan Saham Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan adalah tingkat likuiditas saham tersebut. Likuiditas perdagangan saham merupakan suatu indikator dan reaksi pasar terhadap suatu pengumuman yang dapat diukur denganJurnal Akuntansi Universitas Jember

5 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

TVA. TVA atau aktivitas volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal (Suryawijaya & Setiawan, 1998). Husnan dkk., (1996) mengukur kegiatan perdagangan saham menggunakan indikator TVA untuk melihat apakah investor individual menilai laporan keuangan secara informatif, dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan di atas keputusan perdagangan yang normal. Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham perusahaan yang beredar pada kurun waktu yang sama. Semakin kecil nilai TVA mengindikasikan likuiditas perdagangan saham perusahaan di bursa saham rendah. Perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham dan mencerminkan keputusan investasi para investor (Wismarein, 2004). Nilai Perusahaan Dalam mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai, dimana tujuan keputusan keuangan tersebut adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan (Modigliani & Miller, 1958). Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha & Taswan, 2002). Dalam realitasnya tidak semua perusahaan menginginkan harga saham yang tinggi (mahal), karena pihak perusahaan menaruh kekhawatiran jika saham mereka tidak akan laku dijual dan tidak menarik minat investor untuk membelinya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saham melakukan aktivitas stock split. Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan Tobins q sebagai proksi nilai perusahaan untuk menguji apakah kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (Suranta & Merdistuti, 2004; McConnel & Servaes, 1990). Rasio Tobins q didefinisi sebagai rasio nilai pasar perusahaan dibagi dengan nilai pengganti aktiva perusahaan. Jika nilai q lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa pasar mengakui nilai aktiva perusahaan saat itu lebih tinggi daripada nilai penggantinya (Lee & Tompkins, 1999). Tingkat Kemahalan Harga Saham dan Stock Split Ikenberry, Rankine, dan Stice (1996) menemukan bukti bahwa stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Harga saham yang lebih rendah akan membuat investor potensial melakukan investasi sehingga akan menunjukkan pasar yang semakin likuid. Widyastuti dan Usmara (2005) dalam penelitiannya menjelaskan harga saham yang tinggi (mahal) menjadi alasan bagi perusahaan untuk melakukan stock split. Hal tersebut dapat dipahami karena apabila harga pasar saham terlalu mahal maka menjadi tidak menarik bagi investor, terutama investor kecil, danJurnal Akuntansi Universitas Jember

6 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

akhirnya saham menjadi tidak likuid. Dengan alasan tersebut, semakin mahal harga saham dan semakin rendah likuiditas saham maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk melakukan stock split. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan: H1: Tingkat kemahalan harga saham memengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Kinerja Keuangan Perusahaan dan Stock Split Yosep dan Brown (1977) dan Asquith et al. (1989) menemukan adanya reaksi positif atas pengumuman stock split. Ewijaya dan Indriantoro (1999) menyatakan bahwa reaksi pasar tersebut sebenarnya bukan karena respons terhadap tindakan stock split itu sendiri, namun terhadap prospek perusahaan yang disinyalkan oleh stock split tersebut. Sinyal yang ditunjukkan dalam stock split adalah perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis yang diajukan: H2: Kinerja keuangan perusahaan memengaruhi keputusan perusahaan melakukan stock split. Likuiditas Perdagangan Saham dan Stock Split Penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Gallagher (1980) dan Kurniawati (2003) menunjukkan bahwa perusahaan melakukan stock split agar tingkat perdagangan berada dalam kondisi yang lebih baik sehingga dapat menambah daya tarik investor dan meningkatkan likuiditas perdagangan. Sedangkan penelitian Dolley (1993) dan Kristiawati (2004) menunjukkan bahwa motif utama perusahaan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas saham biasa dan membawa distribusi saham yang lebih luas serta alasan perusahaan melakukan pemecahan saham adalah untuk menyediakan rentang perdagangan yang lebih baik sehingga menarik investor dan meningkatkan likuiditas perdagangan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, hipotesis yang diajukan: H3: Likuiditas perdagangan saham memengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Nilai Perusahaan dan Stock Split Grinblatt, Masulis, dan Titman (1984) dan Kurniawati (2003) berpendapat bahwa pengumuman stock split di pasar merupakan sinyal positif terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal positif dari pengumuman stock split mengintepretasikan bahwa manajer perusahaan akam menyampaikan prospek yang baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan investor. Penelitian Asquith et al. (1989) menunjukkan adanya perbedaan earnings sebelum dan setelah tindakan stock split. Senada dengan penelitian Widiastuti dan Usmara (2005) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai perusahaan sebelum dan setelah stock split yang diproksi dengan Tobins q. Berbeda denganJurnal Akuntansi Universitas Jember

7 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

penelitian Rohanna, dkk. (2003), penelitian ini tidak berhasil menunjukkan adanya perbedaan earnings sebelum dan setelah stock split. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan: H4: Terdapat perbedaan antara nilai perusahaan yang melakukan stock split dan tidak melakukan stock split. 3. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dan menerbitkan saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan anggota sampel dengan berdasarkan pada beberapa kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penentuan data sampel penelitian ini, yaitu: 1. Perusahaan dengan saham go public dan tergabung dalam berbagai industri. 2. Perusahaan yang melakukan stock split pada periode 2003-2009. 3. Perusahaan yang tidak melakukan stock split pada periode 2003-2009. 4. Perusahaan tidak melakukan kebijakan lainnya seperti pembagian dividen, right issue, pembagian saham bonus dan pengumuman lainnya secara bersamaan atau mendekati pelaksanaan peristiwa stock split. 5. Perusahaan tidak melakukan stock split lebih dari 1 kali pada periode 20032009. 6. Perusahaan yang datanya tersedia secara lengkap untuk kebutuhan analisis. 7. Perusahaan harus menyajikan laporan keuangannya baik pada website BEI ataupun website resmi perusahaan tersebut. 8. Laporan keuangan perusahaan pada periode yang diteliti harus tersedia dan memiliki informasi untuk setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 9. Memiliki laporan keuangan dengan denominasi mata uang rupiah. 10. Perusahaan memiliki periode laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Perusahaan yang melakukan stock split di BEI dari tahun 2003 sampai dengan 2009 sebanyak 48 perusahaan. Dari keseluruhan jumlah sampel perusahaan, sebanyak 12 perusahaan tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian karena perusahaan tidak mengacu pada salah satu kriteria yang telah disebutkan yaitu perusahaan tersebut melakukan lebih dari satu kebijakan seperti warant, right issue, dividen saham dan pengumuman lainnya. Sedangkan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split diambil sebanyak 33 sampel perusahaan dari berbagai sektor industri yang ditentukan berdasarkan judgmentJurnal Akuntansi Universitas Jember

8 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

sampling dengan kriteria berikut: (1) berada pada industri yang sama pada perusahaan yang melakukan stock split, dan (2) memiliki range aset yang sama atau hampir sama dengan perusahaan yang melakukan stock split. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2003 - 2009 yang didapatkan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), website Bursa Efek Indonesia dan website resmi perusahaan sample. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik riset arsip (archival research). Definisi Operasionalisasi Variabel Kemahalan harga saham menjadi alasan bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Hal tersebut dapat dipahami karena apabila harga pasar saham terlalu mahal maka menjadi tidak menarik bagi (calon) investor, terutama para (calon) investor kecil, dan akhirnya saham menjadi semakin tidak likuid. Untuk mengukur tingkat kemahalan harga saham, dalam penelitian ini akan di proksi dengan mengukur PER dan PBV. PER merupakan rasio yang menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earnings perusahaan. PER dapat diukur dengan Harga pasar saham biasa menggunakan rumus: Laba per lembar saham Sedangkan PBV merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. PBV dapat diukur dengan H arg a pasar saham menggunakan rumus: Nilai buku per lembar saham Kinerja keuangan perusahaan adalah keadaan keuangan yang merupakan hasil dari keputusan dalam bidang keuangan yaitu investasi, operasional, dan pembiayaan yang dibuat (Husnan, Mamduh, dan Wibowo, 1996). Proksi yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah EPS dan ROA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001), Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar sahamnya. Semakin tinggi EPS semakin besar pula laba yang disediakan untuk pemegang saham. EPS dapat dihitung dengan Laba bersih setelah bunga dan pajak menggunakan rumus: Jumlah saham yang beredar ROA sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operation income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. ROA dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: Laba bersih Total AsetJurnal Akuntansi Universitas Jember

9 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

Likuiditas suatu aset perusahaan menunjukkan seberapa cepat aset tersebut dapat dikonversi menjadi uang tunai (kas). Semakin cepat aset tersebut berubah menjadi kas, maka semakin tinggi likuiditasnya. Begitupula dengan likuiditas saham perusahaan, semakin banyak saham tersebut diperjualbelikan di bursa maka semakin tinggi tingkat likuiditas saham tersebut. Likuiditas saham dapat diukur dengan menggunakan proksi TVA. TVA yang digunakan adalah TVA pada akhir tahun sebelum perusahaan melakukan stock split. Bila perusahaan melakukan stock split pada tahun 2005, maka TVA yang digunakan adalah TVA pada akhir tahun 2004. Untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split, maka TVA yang digunakan adalah TVA rata-rata dari tahun 2004-2005. Untuk Jumlah saham yang diperdagan gkan menentukan TVA digunakan rumus: Jumlah saham yang beredar Untuk melihat apakah ada perbedaan nilai perusahaan yang melakukan stock split dan tidak melakukan stock split, peneliti menggunakan proksi Tobins q dan earnings. Tobins q dapat dihitung dengan rumus: EMV D Q = EBV D Dimana: Q = Nilai Perusahaan EMV = Nilai Pasar Ekuitas D = Nilai Buku Total Hutang EBV = Nilai Buku Total Aktiva Earnings dapat dipakai sebagai alat pengukur untuk menilai pertumbuhan atau perkembangan perusahaan. Dalam penelitian ini earnings diproksi dengan menggunakan operating income. Pertumbuhan laba operasi atau operating income dapat dihitung sebagai berikut: (Rohana, dkk. 2003) Op.Incj,t= Dalam hal ini: Op.Incj,t = perubahan laba operasi perusahaan J pada tahun t Op. Inct = laba operasi tahun ke- t Op. Inc t-1 = laba operasi tahun ke- t-1 Stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya (Jogiyanto, 2003). Untuk menguji H1 sampai dengan H4, variabel terikat yang digunakan adalah stock split. Pemilihan stock split sebagai variabel terikat memiliki sifat kuantitatif sehingga pengukuran yang dilakukan dengan memberi nilai nol (0) dan satu (1) untuk kategori tertentu. Variabel yang memberi nilai 0 dan 1 disebut variabel dummy. Indikator yang digunakan untuk menilai variabel dummy pada penelitian ini adalah nilai 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split dan 1 untuk perusahaan yang melakukan stock split. Metode Analisis Data Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yangJurnal Akuntansi Universitas Jember( .t

Op.Inc t

.

t-1)

10 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

terdistribusi normal (Gujarati, 2006). Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melakukan metode one-sampel Kolmogorov-Smirnov Test. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis 3 dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik (logit). Analisis regresi logistik (logit) bertujuan untuk membuat perkiraan numerikal atas suatu variabel dengan menggunakan lebih dari satu variabel bebas. Persamaan regresi logit adalah: Status = a + b (PER) + c (PBV) + c (ROA) + d (EPS) + e (TVA) Dimana: Status = Status perusahaan (0 untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split, dan 1 untuk perusahaan yang melakukan stock split) a = Konstanta PER = Price Earnings Ratio PBV = Price to Book Value ROA = Return On Asset EPS = Earning Per Share TVA = Trading Volume Activity Sedangkan untuk melihat odds atau probabilitas perusahaan tersebut melakukan stock split atau tidak, dapat dicari dengan persamaan berikut (Eka dan Antariksa, 2005) dalam Widiastusti dan Usmara (2005) : [ ]= + 1( )+ 2( )+ 3( )+ 4( )+ 5( ) Dimana : = Model log dari odds dari persamaan di atas dapat ditransformasikan menjadi: (Eka dan Antariksa, 2005) dalam Widiastusti dan Usmara (2005) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ]= Untuk menguji hipotesis keempat (H4) digunakan pengujian parametrik bebas ttest jika datanya terdistribusi normal, tetapi jika datanya tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney. Model Penelitian Berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka model penelitian adalah sebagai berikut:Tingkat Kemahalan Harga Saham Kinerja Keuangan Perusahaan Likuiditas Perdagangan Saham

Stock split

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik DeskriptifJurnal Akuntansi Universitas Jember

11 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi dari setiap variabel yang diteliti pada hipotesis H1 H3 dan dapat dilihat pada tabel 1. Dari tabel 1 menunjukkan rerata tingkat kemahalan harga saham (PER dan PBV) untuk perusahaan yang melakukan stock split adalah sebesar 53,82484 dan 4,905806. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan rerata PER dan PBV pada perusahaan yang tidak melakukan stock split yaitu 28,27839 dan 2,049677. Sedangkan standar deviasi untuk PER dan PBV pada perusahaan yang melakukan stock split adalah sebesar 145,681801 dan 7,8333287 lebih tinggi dari standar deviasi untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split yaitu sebesar 44,9560202 dan 2,4861131. Tabel 1. Mean dan Standar Deviasi Variabel (Proksi) PER PBV EPS ROA TVA Melakukan Stock Split Mean St. Deviasi 53,82484 145,681801 4,905806 7,8333287 362,5161 750,9006535 10,47419 8,2962786 0,002278 0,0040244 Tidak Melakukan Stock Split Mean St. Deviasi 28,27839 44,9560202 2,049677 2,4861131 111,8816 210,0800716 5,914194 6,2537966 0,026477 0,1324527

Sumber: Data sekunder diolah

Kinerja keuangan perusahaan (EPS dan ROA) memiliki nilai rerata sebesar 362,5161 dan 10,47419 untuk perusahaan yang melakukan stock split serta 111,8816 dan 5,914194 untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split. Likuiditas perdagangan saham (TVA) memiliki nilai rerata sebesar 0,002278 dan nilai standar deviasi sebesar 0,0040244 untuk perusahaan yang melakukan stock split. Sedangkan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split nilai reratanya adalah sebesar 0,026477 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,1324527. Analisis Regresi Logistik Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji kelayakan dari model regresi yang digunakan dengan melakukan uji Hosmer Lemeshow Test. Jika probabilitas > 0,05 maka model dapat diterima dan jika nilai probabilitas < 0,05 maka model tidak dapat diterima atau dapat dikatakan model tidak layak. Hasil uji Hosmer Lemeshow Test (tabel 2) menunjukkan nilai probabilitas (Sig.) sebesar 0,948 dan nilai tersebut > 0,05. Hal ini menandakan bahwa model regresi yang digunakan fit atau layak digunakan. Tabel 2. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 2,776 8 0,948 Hasil uji regresi logistik disajikan dalam Tabel 3. Dilihat dari hasil output olah data nilai Cox & Snell R Square adalah sebesar 0,261 dan nilai dari

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

12 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

Nagelkerkes R2 adalah sebesar 0,348 yang berarti variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel bebas sebesar 34,8 %. Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a PER 0,001 0,006 0,009 1 0,924 1,001 PBV 0,312 0,156 3,995 1 0,046 1,366 EPS 0,001 0,001 0,622 1 0,430 1,001 ROA 0,057 0,058 0,967 1 0,325 1,059 TVA -505,763 223,757 5,109 1 0,024 0,000 Constanta -0,424 0,542 0,613 1 0,434 0,654 Chi-square 18,751 p-Value 0,002 Cox & Snell R Square 0,261 R Square 0,348Sumber: Data diolah

Pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 3 di atas untuk variabel tingkat kemahalan harga saham yang diproksi dengan PER dan PBV masingmasing diperoleh nilai Wald sebesar 0,009 dan 3,995 dengan probabilitas sebesar 0,924 dan 0,046. Nilai probabilitas sebesar 0,924 > 0,05 berarti bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diproksi dengan PER tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Berbeda dengan nilai probabilitas sebesar 0,046 < 0,05 yang berarti bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diproksi dengan PBV berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Dengan koefisien regresi bernilai positif, menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki harga saham yang tinggi akan cenderung melakukan stock split dan sebaliknya dengan perusahaan yang memiliki harga saham rendah. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti dan Usmara (2005) yang menemukan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan yang melakukan stock split sedangkan tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PER tidak berhasil menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh industri lain yang sejenis dan net income yang dihasilkan perusahaan. Jika PER rata-rata industri berada di atas PER perusahaan dapat dikatakan bahwa harga saham perusahaan masih wajar atau lebih rendah (murah). Dan bila dihubungkan dengan net income yang dihasilkan perusahaan akan mempengaruhi ekspektasi investor terhadap perusahaan. Bila net income yang dihasilkan perusahaan tidak menunjukkan akan adanya kesejahteraan pemegang saham, para investor tidak tertarik untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Pengujian hipotesis 2 untuk kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan EPS dan ROA menghasilkan nilai Wald dari regresi logistik sebesar 0,622 dan 0,967. Nilai probabilitas yang dihasilkan untuk EPS adalah sebesar 0,430 dan untuk ROA sebesar 0,325. Masing-masing nilai probabilitas yang dihasilkan > 0,05 dan berarti bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan EPS dan ROA tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitianJurnal Akuntansi Universitas Jember

13 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

yang pernah dilakukan oleh Brennan dan Copeland (1988) yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang memiliki prospek bagus dan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan. Hasil yang menunjukkan tidak adanya pengaruh EPS dan ROA terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split disebabkan karena perhitungan EPS dan ROA sangat tergantung dari net income yang dihasilkan perusahaan. Kondisi perusahaan yang sedang melakukan ekspansi akan menghabiskan dana yang cukup besar sehingga menurunkan nilai net income yang dihasilkan. Penjualan aset produksi perusahaan juga dapat menurunkan net income dan nilai aset perusahaan. Hasil pengujian hipotesis 3 (tabel 3), menunjukkan nilai Wald sebesar 5,109 dan nilai probabilitas sebesar 0,024. Dengan nilai probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,024 < 0,05 berarti likuiditas perdagangan saham yang diukur dengan TVA, menunjukkan adanya pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Nilai koefisien yang negatif sebesar -505,763 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan satu unit TVA akan menurunkan probabilitas perusahaan melakukan stock split sebesar 505,763. Hasil ini mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Dolley (1993) dan Kristiawati (2004) yang menunjukkan bahwa motif utama perusahaan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas saham biasa dan membawa distribusi saham yang lebih luas. Untuk menguji hipotesis 4 menggunakan uji beda independent sample t-test. Sebelum dilakukan uji beda independent sample t-test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk variabel nilai perusahaan yang diukur dengan earnings dan Tobins q. Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan uji K-S menunjukkan probabilitas (sig) nilai Z sebesar 0,000 untuk earnings dan 0,05 untuk Tobins q. Hal ini berarti bahwa distribusi dari variabel earnings dan Tobins q normal (Tabel 4). Tabel 4. Uji Normalitas Earnings Tobins 62 62 a Normal Parameters Mean -0,4006 0,9508 Std. Deviation 238,081 0,55024 Most Extreme Differences Absolute 0,329 0,172 Positive 0,285 0,172 Negative -0,329 -0,138 Kolmogorov-Smirnov Z 2,590 1,357 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,050 NTest distribution is Normal. Sumber: Data diolah

Berdasarkan uji independent sample t-test, uji F (Levenes Test) untuk variabel nilai perusahaan yang diukur dengan earnings dan Tobins q menghasilkan nilai F sebesar 5,296 dan 1,870 (table 5). Nilai p-value untuk earnings adalah sebesar 0,025 < 0,05 yang berarti bahwa varians dari dua kelompok sampel ini berbeda (equal variance not assumed), sedangkan nilai pJurnal Akuntansi Universitas Jember

14 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

value untuk Tobins q adalah sebesar 0,177 > 0,05 yang berarti bahwa varians dari dua kelompok sampel adalah sama (equal variance assumed). Tabel 5. Uji Independent T-testLevene's Test for Equality of Variances F Earnings Equal variances assumed Equal variances not assumed -1.203 Tobins Equal variances assumed Equal variances not assumed -1.264 47.925 .212 -.17581 .13908 34.569 .237 -.72455 .60253 Sig. t t-test for Equality of Means Df Sig. (2tailed) Mean Difference Std. Error Difference

5.296

.025

-1.203

60

.234

-.72455

.60253

1.870

.177

-1.264

60

.211

-.17581

.13908

Sumber: Data diolah

Hasil uji F yang dilakukan bertujuan untuk melihat varians antara dua sampel yang akan diuji karena akan menentukan nilai t hitung yang akan dipakai. Nilai t yang dipakai untuk variabel earnings adalah -1,203 dengan p-value sebesar 0,237 sedangkan nilai t untuk variabel Tobins q adalah -1,264 dengan p-value sebesar 0,211. Hal ini berarti bahwa nilai perusahaan yang diukur dengan earnings dan Tobins q tidak menunjukkan adanya perbedaan antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split karena nilai p-value yang dihasilkan < 0,05. Tidak adanya perbedaan tersebut menunjukkan bahwa stock split dapat dilakukan oleh semua perusahaan, tidak memandang perusahaan besar ataupun kecil. Keputusan manajemen seperti ekspansi bisnis, discontinued operation dapat menjadi salah satu faktor yang berdampak pada nilai earnings dan Tobins q. 5. SIMPULAN DAN SARAN Tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PBV memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan stock split tetapi tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan PER tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan EPS dan ROA tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Likuiditas perdagangan saham yang diukur dengan TVA memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Uji beda untuk nilai perusahaan yang diukur dengan earnings dan Tobins qJurnal Akuntansi Universitas Jember

15 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

tidak berhasil menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai perusahaan antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Untuk penelitian selanjutnya perlu penambahan variabel bebas yang berpotensi memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split seperti ukuran perusahaan (Nurseto, 2008), risk change (Michayluk & Zhao, 2007), institutional trading (Chen, Nguyen, & Signal, 2005). Selain itu bagi para investor harus lebih cermat dalam menginvestasikan dana mereka di perusahaan yang akan melakukan atau baru melakukan stock split, karena secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa kinerja perusahaan tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Hasil ini tidak mendukung signaling theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik..

DAFTAR PUSTAKA Asquith, P., Healy, P., & Palepu, K. (1989). Earnings and stock split. The Accounting Review, 44, 387 403. Baker, H. K., & Gallagher, P. (1980). Managements view of stock split. Financial Management, 9, 73-77. Baker, H. K., & Powell, G. E. (1992). Why companies issue stock split. Financial Management, 21, 11. Brennan, M. J., & Copeland, T. E. (1988). Stock split, stock price and transaction costs. Journal of Financial Economics, 22, 83-101. Chen, H., Nguyen, H. H., & Signal, V. (2005). Stock splits, performance, and breadth of ownership. Working Paper. University of Central Florida. Darmadji, T., & Fakhruddin, H. M. (2001). Pasar modal di Indonesia: pendekatan panya jawab. Edisi Pertama Jakarta : Salemba Empat. Dolley, J. C. (1933). Common stock split-up motives and effects. Harvard Business Review 12, 70-81. Ewijaya & Indriantoro, N. (1999). Analisis pengaruh pemecahan saham terhadap perubahan harga saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2, 53-65. Grinblatt, M. S., Masulis, R., & Titman, S. (1984). The valuation effect of stock split and stock dividend. Journal of Financial Economics 13, 461 490. Gujarati, D. (2006). Dasar-dasar ekonometrika. Jakarta: Erlangga. Haryono, Y. (2001). Dasar-dasar akuntansi. Edisi 6. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Helfret, E.A. (1999). Teknik analisis keuangan (petunjuk praktis untuk mengelola dan mengukur kinerja perusahaan). Edisi 8. Jakarta: Erlangga. Husnan, S., Mamduh, M., & Wibowo, A. (1996). Dampak pengumuman laporan keuangan terhadap kegiatan perdagangan saham dan variabilitas tingkat keuntungan. Kelola 5 (11), 110 - 125. Jenkins, A. M. (1985). Research methodologies and MIS research. (Mumford, E., Hirschheim, R., Fitzgerald, G. & Wood-Harper, T., eds.). Holland: Elsevier Science Publishers B. V.Jurnal Akuntansi Universitas Jember

16 PENGARUH TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN MELAKUKAN STOCK SPLIT

Jogiyanto, H. M. (2003). Teori portofolio dan analisis investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Khomsiyah & Sulistyo. (2001). Faktor tingkat kemahalan harga saham, kinerja keuangan perusahaan dan keputusan pemecahan saham (stock split): Aplikasi analisis diskriminan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 16, 388-400. Kristiawati, F. (2004). Analisis likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhamadyah Yogyakarta. Kurniawati, I. (2003). Analisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham: Studi empiris pada non-synchronous trading. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 6, 264-275. Lee, D. E., & Tompkins, J. G. (1999). A modified version of the Lewellen and Badrinath measure of Tobins q. Financial Management, 28, 20 31. Mason, H. B., & Shelor, R. M. (1998). Stock Split: An institutional Investor Preference. The financial review 33, 33 - 46. McConnell, J. J., & Servaes, H. (1990). Additional evidence on equity ownership and corporate value. Journal of Financial Economics, 27, 595-612. Michayluk, D., & Zhao, R. (2007). Stock split and bond yields: Isolating the signaling hypothesis. Working Paper. School of Finance and Economics University of Technology Sydney. Miliasih, R. (2000). Analisis pengaruh stock split terhadap earnings. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 2, 131 - 144. Modigliani, F., & Miller, M. (1958). The Cost of capital, corporate finance, and the theory of investment. American Economic Review, 48, 26196. Rohana, Jeannet, & Mukhlaisin. (2003). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi stock split dan dampak yang ditimbulkannya. Simposium Nasional Akuntansi VI, 601 - 613. Sartono, A. (1996). Manajemen keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Soliha, E., & Taswan. (2002). Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Suryawijaya, M. A., & Setiawan, F. A. (1998). Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Peristiwa Politik Dalam negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Kelola 7 (18), 137 - 153. Widiastuti, H., & Usmara. (2005). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi stock split dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Investasi, 6, 225 - 241. Wismarein, D. (2004). Reaksi pasar atas pengumuman right issue terhadap abnormal return dan likuiditas saham (Studi kasus pada Bursa Efek Jakarta). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Yosef, Bar S. & Brown, L. D. (1977). A re-examination of stock splits using moving betas. Journal of Finance, 32, 10691080.

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA Lely Ana Ferawati Ekaningsih1 Abstract Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menguji perbandingan dan perbedaan EVA, MVA dan Rasio-rasio Profitabilitas dalam penilaian Kinerja keuangan Perusahaan antara Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Indonesia dan 2) menganalisis penilaian kinerja keuangan perusahaan yang paling baik antara kelompok Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling dan diperoleh 125 perusahaan manufaktur dan 80 perusahaan non manufaktur yang listed di BEI dengan periode penelitian 2006-2008. Penelitian ini menggunakan Multiple Analysis Of Variance/MANOVA untuk menghitung pengujian signifikansi perbedaan rata-rata secara bersamaan antara kelompok perusahaan manufaktur dan non manufaktur untuk dua atau lebih variabel tergantung. Hasil pengujian MANOVA menunjukkan bahwa dari variabel yang diteliti menunjukkan bahwa ada perbedaan antara variabel OPM, ROA, dan ROS antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Sedangkan variabel EVA, MVA, ROE, dan EPS secara univariat variabel tidak signifikan dan tidak berbeda antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Dari hasil perhitungan Statistik Deskriptif menunjukkan bahwa penilaian kinerja keuangan perusahaan yang paling baik antara kelompok perusahaan manufaktur dan non manufaktur di BEI untuk variabel EVA, MVA, OPM, ROA, ROS terdapat pada perusahaan non manufaktur. Sedangkan variabel EPS yang paling baik adalah terdapat pada perusahaan manufaktur. Kata Kunci : Economic Value Added, Market Value Added, Rasio Profitabilitas, Operating Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Earning Per Share, Return On Sales 1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan seperti rasio profitabilitas. Pengukuran yang hanya menganalisis laporan keuangan memiliki1

Universitas Jember 17

18 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah dikembangkan konsep baru yaitu EVA dan MVA. EVA dan MVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA dianggap paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham di perusahaan. Kekuatan konsep EVA dan MVA adalah penciptaan nilai perusahaan dan manajemen dipaksa mengetahui beberapa the true cost of capital dari bisnisnya, sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal bisa diperlihatkan secara jelas. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana perbandingan dan perbedaan EVA, MVA dan Rasio-rasio Profitabilitas dalam Kinerja keuangan Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?. b. Kelompok Perusahaan manakah yang mempunyai kinerja keuangan paling baik antara kelompok perusahaan manufaktur dan non manufaktur? 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Kajian Teoritis Pengertian Kinerja Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Pengertian Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Helfert (2000) kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan manajemen yang dibuat secara terus menerus oleh manajer. Penilaian kinerja keuangan perusahaan merupakan upaya untuk mengetahui prestasi yang ingin dicapai oleh perusahaan sebagai suatu unit usaha yang umumnya banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksisitensi perusahaan. Metode Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan a. Economic Value Added/EVA / Nilai Tambah Ekonomi Istilah Economic Value Added/EVA / Nilai Tambah Ekonomi pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service yang merupakan perusahaaan konsultan dari Amerika Serikat. Ukuran kinerja ini pertama kali diperkenalkan oleh George Bennet Steward III dan Joel M Stern yang merupakan analis keuangan Stern Steward (Utama,1997). Menurut Mirza (1999) tolok ukur penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut:Jurnal Akuntansi Universitas Jember

19 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

b.

c.

1)

2)

3)

4)

5)

1) Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. 2) Apabila EVA = 0 menunjukkan posisisi impas atau Break Event Point. 3) Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah. Market Value Added/MVA / Nilai Tambah Pasar. MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan (Mirza dan Imbuh, 1999). Tujuan dari perusahaan adalah menciptakan MVA yang positif, karena: 1) MVA > 0 maka manajemen telah berhasil memberikan nilai tambah kepada para penyandang dana. 2) MVA < 0 maka perusahaan tidak berhasil memberikan nilai tambah kepada para penyandang dana. Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan atau sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi (Brigham dan Houston 2001:89) Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Operating Profit Margin/OPM/Marjin Laba Operasi merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan/laba bersih sebelum bunga dan pajak pada tingkat penjualan tertentu (Brealey, Myers, Marcus, 2006:81). Return on Asset/ROA/Pengembalian Atas Total Aktiva merupakan rasio laba bersih terhadap total aktiva untuk mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak (Brigham dan Houston 2001:90) Return on Equity/ROE/Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa. Rasio laba bersih setelah bunga dan pajak terhadap ekuitas saham biasa. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham (Brigham dan Houston 2001:91) Earning Per Share/EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik (Ciaran Walsh 2003:148). Return On Sales/ ROS/Profit Margin On Sales/Marjin Laba atas Penjualan merupakan rasio untuk mengukur laba per rupiah penjualan (Brigham dan Houston 2001:89)

Hasil Penelitian Sebelumnya Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan baik yang berasal dari dalam negeri, maupun luar negeri yaitu antara lain telah dilakukan oleh Geoerge Bannet Stewart III (1991), Uyemura et al (1996), Desai et.al. (1999), Wet dan Hall (2004), Mariana Sri Rahayu (2007), Pablo Fernandez (2008), Indriwati Tresnowulani (2008), Rina Ulfayani (2009), Mia Ika Rismandhani & Sri Dewi Wahyundaru (2009).

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

20 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Persamaan antara penelitian yang dilakukan sekarang dengan penelitian terdahulu yang dikaji adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini sama-sama menggunakan variabel operasional EVA, MVA dan Rasio Profitabilitas. b. Penelitian ini sama-sama meninjau peran EVA, MVA dan Rasio Profitabilitas sebagai alat dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan sekarang dengan penelitian terdahulu yang dikaji adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini menggunakan kelompok perusahaan manufaktur dan non manufaktur sebagai pembanding untuk mengungkapkan apakah ada perbedaan EVA, MVA dan Rasio Profitabilitas antara kelompok perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur. b. Penelitian ini melihat pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur perusahaan publik sebagai sampel penelitian. c. Penelitian ini menggunakan uji statistik Multiple Analysis Of Variance/MANOVA untuk pengujian hipotesisnya Pengembangan Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : a. Ha : Ada perbedaan EVA, MVA dan rasio-rasio profitabilitas dalam kinerja perusahaan antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. b. Ho : Tidak ada perperbedaan EVA, MVA dan rasio-rasio profitabilitas dalam kinerja perusahaan antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 4. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji Hipotesis (Hypotesis Testing) dan juga termasuk dalam penelitian Eksplanatori/penelitian penjelasan (Explanatory Research). Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif yang bersifat studi kasus. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nominal dan rasio. Sumber data adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Pooled, yaitu kombinasi dari time series dan cross section (Gujarati, 2003:4). Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2008. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang telah menjadi perusahaan publik di Indonesia dan dipilih dengan menggunakan Purposive Sampling Method

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

21 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Metode Analisis Data Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan a. Economic Value Added/EVA Rumus untuk menghitung EVA menurut Brigham dan Houston (2001: 51) : EVA = EBIT (1-Tarif Pajak) (Total Modal) (Biaya Modal Setelah Pajak) b. Menghitung Market Value Added/MVA Rumus untuk menghitung MVA menurut Brigham dan Houston ( 2001 : 50) : MVA = (Saham yang beredar x Harga saham) Total ekuitas saham biasa c. Rasio-rasio Profitabilitas. Cara menghitung rasio-rasio Profitabilitas : 1) Operating Profit Margin/OPM/Marjin Laba Operasi. Rumus untuk menghitung OPM (Brealey, Myers, Marcus, 2006:81): Operating Profit Margin = EBIT / Penjualan 2) Return On Asset/ROA/Pengembalian Atas Total Aktiva Rumus untuk menghitung ROA (Brigham dan Houston, 2001 : 90) ROA = Laba Bersih / Total Aktiva 3) Retun On Equity/ROE/ Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa Rumus untuk menghitung ROE (Brigham dan Houston, 2001 : 91) Return On Equity/ROE = Laba Bersih / Ekuitas Saham biasa 4) Earning Per Share/EPS Formula yang digunakan untuk menghitung EPS adalah sebagai berikut (Ciaran Walsh 2003:148) EPS = EAT / jumlah lembar saham. 5) Return On Sales/ROS/Profit Margin On Sales/Marjin Laba atas Penjualan. Rumus untuk menghitung ROS (Brigham dan Houston 2001:89) ROS = Laba bersih / Penjualan Uji Normalitas Data Pengujian kenormalan data dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji kenormalan data dilakukan dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov test dengan menetapkan derajat keyakinan ( ) sebesar 5%. Apabila distribusi datanya normal atau mendekati normal maka menggunakan statistik parametrik, namun bila distribusinya tidak normal maka data tersebut terlebih dahulu dinormalkan dengan melakukan transformasi menggunakan akar kuadrat/SQRT (Ghozali 2006:32). Kriteria pengambilan keputusannya adalah: a. Signifikansi > 0,05 berarti data berdistribusi normal b. Signifikansi < 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal Metode Pengujian Hipotesis. Alat uji statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah Multiple Analysis Of Variance/MANOVA. MANOVA mempunyai pengertian sebagai suatu teknik statistik yang digunakan untuk menghitung pengujian signifikansi perbedaan rata-rata secara bersamaan antaraJurnal Akuntansi Universitas Jember

22 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

kelompok untuk dua atau lebih variabel tergantung atau untuk menjelaskan bahwa secara statistik dan signifikan ada perbedaan rata-rata variabel yang terjadi secara silmultan antara 2 tingkat variabel (Mudrajat Kuncoro 2003:215). 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses pemilihan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik pada sektor manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2008 sebanyak 409 perusahaan. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, maka terdapat 205 perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian terdiri dari 125 perusahaan manufaktur dan 80 perusahaan non manufaktur. Analisis Data Uji Normalitas Data Untuk dapat melakukan analisis lebih lanjut dalam penelitian ini diperlukan data yang benar-benar valid dan normal. Hal ini dikarenakan dengan data yang normal, maka data tersebut dikatakan mampu untuk mewakili populasi yang diwakilinya. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kaidah keputusan P Value > 0,05 data dikatakan berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas data terlihat sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Kolmogorov Smirnov Sig EVA 9,736 0,000 MVA 9,827 0,000 OPM 5,574 0,000 ROA 12,574 0,000 ROE 3,994 0,000 EPS 12,598 0,000 ROS 7,240 0,000 Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan hasil pengujian tabel diatas diketahui bahwa dengan menggunakan 615 data (n = 615) diperoleh nilai P Value kurang dari 0,05 untuk masing-masing variabel yang diteliti. Hal ini berarti semua variabel dapat dinyatakan tidak berdistribusi normal. Karena dalam pengujian hipotesis menggunakan MANOVA yang menghendaki data berditribusi normal, maka harus dilakukan tindakan untuk menormalkan data yaitu dengan melakukan transformasi menggunakan akar kuadrat (SQRT). Dari hasil uji SQRT terdapat beberapa data yang hilang/missing. Kemudian dilanjutkan dengan proses Missing Value untuk mengisi data yang hilang tersebut. Setelah melakukan Missing Value, maka diperoleh data normal yang lengkap. Kemudian dilanjutkan dengan uji MANOVA. Pembahasan Hasil Perbandingan dan perbedaan penilaian EVA, MVA dan Rasio-rasio Profitabilitas dalam Kinerja Perusahaan antara Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Akuntansi Universitas Jember

23 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

a.

Hasil Uji MANOVA Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur Untuk Data Berdistribusi Normal.

Adapun gambaran mengenai hasil pengujian MANOVA dengan data yang berdistribusi normal dapat dinyatakan sebagai berikut. Tabel 4.5 Ringkasan Tests of Between-Subjects Effects Variabel Type III Sum of Squares F-hitung Sig EVA .229 1.007 .316 MVA .460 2.024 .155 OPM 1.876 1.007 .004 ROA 1.353 8.254 .015 ROE 253 5.954 .291 EPS 829 1.115 .057 ROS 1.423 3.646 .013 Sumber: Lampiran 6 Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa dari ketujuh variabel yang diteliti secara univariat variabel yang signifikan adalah variabel OPM, ROA, dan ROS. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan variabel OPM, ROA, dan ROS antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Dibuktikan dengan diperolehnya nilai signifikansi untuk variabel OPM, ROA, dan ROS lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel EVA, MVA, ROE, dan EPS secara univariat variabel tidak signifikan dan tidak berbeda pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai signifikansi untuk keempat variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil uji MANOVA diperoleh fungsi MANOVA yang dapat dinyatakan dalam tabel berikut Tabel 4.6 Hasil Estimasi MANOVA Variabel Koefisien t-hitung Sig Intercept .795 14.543 .000 EVA 8.821E-5 1.004 .316 MVA -3.095E-5 -1.423 .155 OPM -.050 -2.873 .004 ROA .059 2.440 .015 ROE -.017 -1.056 .291 EPS -.003 -1.909 .057 ROS -.043 -2.502 .013 Sumber: Lampiran 6 Analisis lebih lanjut mengenai fungsi MANOVA adalah sebagai berikut: 1) EVA memiliki koefisien sebesar 0,00008821 dengan probabilitas t-hitung sebesar .316, hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan EVA antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Koefisien yang positif membuktikan bahwa perusahaan manufaktur memiliki EVA yang lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Jika nilai EVA perusahaan positif maka perusahaan tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan (Create value) yang merupakan cerminanJurnal Akuntansi Universitas Jember

24 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

2)

3)

4)

5)

6)

7)

akan kesejahteraan para pemegang saham. Jika suatu perusahaan dapat menciptakan nilai, maka kemungkinan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan. Namun EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya (Steward, 1990). MVA memiliki koefisien sebesar -0,00003095 dengan probabilitas t-hitung sebesar .155, hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan MVA antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Koefisien yang negatif membuktikan bahwa perusahaan manufaktur memiliki MVA yang lebih kecil dibandingkan perusahaan non manufaktur. OPM memiliki koefisien sebesar -.050 dengan probabilitas t-hitung sebesar .004, hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan OPM antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Koefisien yang negatif membuktikan bahwa perusahaan non manufaktur memiliki OPM yang lebih besar dibandingkan perusahaan manufaktur. Adanya perbedaan OPM antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur, karena meningkatnya kemampuan dalam menghasilkan keuntungan setelah dibandingkan dengan penjualan yang dicapai lebih baik perusahaan non manufaktur daripada perusahaan manufaktur. ROA memiliki koefisien sebesar .059 dengan probabilitas t-hitung sebesar .015, hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan ROA antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Koefisien yang positif membuktikan bahwa perusahaan manufaktur memiliki ROA yang lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan manajemen perusahaan manufaktur lebih baik dalam mengoptimalkan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan daripada perusahaan non manufaktur. ROE memiliki koefisien sebesar -.017 dengan probabilitas t-hitung sebesar .291, hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan ROA antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Koefisien yang negatif membuktikan bahwa perusahaan non manufaktur memiliki ROE yang lebih besar dibandingkan perusahaan manufaktur. EPS memiliki koefisien sebesar -.003 dengan probabilitas t-hitung sebesar .057, hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan EPS antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Koefisien yang negatif membuktikan bahwa perusahaan manufaktur memiliki EPS yang lebih kecil dibandingkan perusahaan non manufaktur. ROS memiliki koefisien sebesar -.043 dengan probabilitas t-hitung sebesar .013, hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan ROS antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Koefisien yang negatif membuktikan bahwa perusahaan manufaktur memiliki ROS yang lebih kecil dibandingkan perusahaan non manufaktur. ROS tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari segi penjualan. Penjualan yang meningkat setiap tahunnya akan meningkatkan laba perusahaan tersebut

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

25 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Hasil Penilaian Kinerja Perusahaan Yang Paling Baik Antara Kelompok Perusahaan Manufaktur Dan Non Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Gambaran mengenai hasil penilaian kinerja keuangan perusahaan yang paling baik antara kelompok perusahaan manufaktur dan non manufaktur dinyatakan sebagai berikut. TABEL Ringkasan Hasil Statistik Deskriptif Kelompok Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur Tahun 2006-2008 Perusahaan Manufaktur Perusahaan Non Manufaktur Variabel Tahun Mean Variabel Tahun Mean 2006 116.804,25 2006 361.273,64 EVA 2007 183.945,89 EVA 2007 627.372,66 2008 232.884,44 2008 478.181,94 2006 2.735.811,04 2006 5.745.460,25 MVA 2007 4.028.707,50 MVA 2007 9.280.241,76 2008 2.318.983,14 2008 4.582.608,63 2006 1,47 2006 3,84 OPM 2007 4,00 OPM 2007 10,41 2008 5,89 2008 8,11 2006 2,76 2006 3,06 ROA 2007 3,85 ROA 2007 5,51 2008 2,01 2008 3,52 2006 7,55 2006 8,61 ROE 2007 8,43 ROE 2007 12,14 2008 9,65 2008 7,41 2006 2,45 2006 1,51 EPS 2007 2,87 EPS 2007 1,58 2008 3,82 2008 1,48 2006 -0,32 2006 -3,74 ROS 2007 2,04 ROS 2007 13,60 2008 0,75 2008 0,48 Sumber Data Lampiran 2 Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa, kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang paling baik untuk variabel EVA, MVA, OPM, ROA, ROS terdapat pada perusahaan non manufaktur dibuktikan dengan diperolehnya hasil Mean yang lebih besar dari perusahaan manufaktur. Sedangkan variabel EPS yang paling baik adalah terdapat pada perusahaan manufaktur. Hal ini dibuktikan dengan hasil Mean/rata-rata yang lebih besar dari perusahaan non manufaktur. Analisis lebih lanjut untuk hasil penilaian perusahaan yang paling baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur adalah sebagai berikut: a. EVA yang paling baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur adalah EVA dari perusahaan non manufaktur. Hal ini disebabkan karena laba operasi perusahaan non manufaktur lebih besar dibandingkan perusahaan manufaktur. Menurut Stewart (1993: 118-119) Peningkatkan laba operasiJurnal Akuntansi Universitas Jember

26 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

b.

c.

d.

tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi ke project-project yang menerima return lebih besar daripada biaya modal (cost of capital) yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal. EVA yang positif karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal. Tetapi apabila nilai EVA negatif maka menunjukkan nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal. MVA yang paling baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur adalah MVA dari perusahaan non manufaktur. MVA perusahaan non manufaktur lebih tinggi daripada perusahaan manufaktur menandakan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan non manufaktur. MVA positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor. Dan sebaliknya jika MVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja keuangan yang biasanya akan direspon dengan penurunan harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami penurunan atau nilai perusahaan berkurang karena tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari yang diharapkan investor. Menurut Steward menyakini dan mempopulerkan MVA sebagai ukuran yang paling tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila MVA bertambah dan hal ini ditunjukkan oleh perusahaan non manufaktur Operating Profit Margin/OPM yang paling baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur adalah OPM dari perusahaan non manufaktur. OPM yang semakin tinggi menandakan semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena meningkatnya kemampuan dalam menghasilkan keuntungan setelah dibandingkan dengan penjualan yang dicapai lebih baik perusahaan non manufaktur daripada perusahaan manufaktur. ROA yang baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur ditunjukkan oleh ROA dari perusahaan non manufaktur. Jika nilai ROA perusahaan non manufaktur lebih tinggi dari ROA manufaktur maka membuktikan bahwa kemampuan manajemen perusahaan mengoptimalkan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan semakin tinggi dibandingkan ROA dari perusahaan manufaktur. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beropersai dibawah normal, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

27 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

e.

f.

g.

mampu untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham. ROE yang baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur ditunjukkan oleh ROE dari perusahaan non manufaktur. Jika ROE perusahaan non manufaktur lebih tinggi dari ROE perusahaan manufaktur hal tersebut mencerminkan laba perusahaan non manufaktur tersebut tinggi. ROE mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahan yang merupakan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas saham (Weston et. al,:1995). Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002 ) penurunan ROE merupakan bukti bahwa investasi baru pada perusahaan tersebut menghasilkan ROE yang lebih rendah dari investasi lama. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. EPS yang baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur ditunjukkan oleh EPS dari perusahaan manufaktur. EPS perusahaan manufaktur yang semakin tinggi menandakan semakin baik kinerja keuangan perusahaan dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan non manufaktur, karena meningkatnya kemampuan dalam menghasilkan keuntungan setelah dibandingkan dengan jumlah lembar saham. ROS yang baik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur ditunjukkan oleh ROS dari perusahaan non manufaktur. ROS tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dilihat dari segi penjualan. Penjualan yang meningkat setiap tahunnya akan meningkatkan laba perusahaan tersebut. Pada perusahaan non manufaktur memiliki ROS tinggi karena biaya operasional pada perusahaan non manufaktur lebih rendah dibandingkan pada perusahaan manufaktur, terutama biaya tenaga kerja.

Keterbatasan Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, mengingat masih ada faktor lain yang tidak dapat dijelaskan antara lain : a. Keterbatasan dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan perusahaan hanya diwakili oleh tujuh buah rasio keuangan, yaitu EVA, MVA, OPM, ROA, ROE, EPS, ROS, serta variabel dalam penelitian hanya terbatas variabel-variabel akuntansi saja dengan tidak melibatkan faktor ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan lain-lain, sebab terdapat kemungkinan rasio-rasio keuangan lain dan variabel-variabel lain yang lebih signifikan. b. Keterbatasan dalam pengelompokan perusahaan hanya antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur, serta pengambilan periode penelitian, yaitu periode yang cukup pendek hanya 3 tahun (2006,2007, 2008), sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya.

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

28 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Hasil pengujian MANOVA antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur untuk data berdistribusi normal menunjukkan bahwa dari ketujuh variabel yang diteliti secara univariat variabel yang signifikan adalah variabel OPM, ROA, dan ROS. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan variabel PM, ROA, dan ROS antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Dibuktikan dengan diperolehnya nilai signifikansi untuk variabel OPM, ROA, dan ROS lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel EVA, MVA, ROE, dan EPS secara univariat variabel tidak signifikan dan tidak berbeda pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai signifikansi untuk keempat variabel lebih besar dari 0,05. b. Sedangkan dari hasil perhitungan Statistik Deskriptif menunjukkan bahwa penilaian kinerja keuangan perusahaan yang paling baik antara kelompok perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Indonesia untuk variabel EVA, MVA, OPM, ROA, ROS terdapat pada perusahaan non manufaktur, dibuktikan dengan diperolehnya hasil Mean/Rata-rata yang lebih besar dari perusahaan manufaktur. Sedangkan variabel EPS yang paling baik adalah terdapat pada perusahaan manufaktur. Hal ini dibuktikan dengan hasil Mean yang lebih besar dari perusahaan non manufaktur. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah : a. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah variabel keuangan lainnya sebagai variabel independen dan melibatkan faktor ekonomi makro seperti tingkat bunga, inflasi dan lain-lain, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan lain dan faktor ekonomi makro yang tidak dimasukkan dalam penelitian dapat menjadi pertimbangan sistem imbalan dalam perusahaan, serta dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. b. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan membagi kelompok perusahaan ke dalam perusahaan berskala kecil, menengah dan besar, serta memperpanjang periode pengamatan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. DAFTAR PUSTAKA Bannet, Stewart G. 1991. The Economic Value Added : The Quest for Value, A Guide for Senior Managers:Harper Collins. New York. Bodi,Z, Alex, K and Alan, J. Marcus. 2002. Investments. 5th Edition. USA: Mc Graw-Hill. Brigham, Eugene F. dan Houston Joel F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta. Erlangga. ------------------------------------------------------. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta. Erlangga.

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

29 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Brealey, Richard A. Myers, Stewart C. Marcus, Alan J. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Desai, A.,Fatemi, A.,Katz, 1999. Wealth Creation And Managerial Pay:MVA And EVA As Determinants Of Executive Compencation, The Institude For Coporate Planning, Technical University Of Germany. Global Finance Journal. Hal:157-179. Fernandez, Pablo. 2002. EVA, Economic Profit and Cash Value Added do Not Measure Shareholder Value Creation. Research Paper of IESE University of Navarta, no.253. Ghozli, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang. Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometric. 4th E, McGraw-Hill New York, Helfert, Erich A. 2000. Techniques of Financial Analysis : A Guide to Value Creation. 10th Edition, Singapore:McGraw-Hill Book Co, Jakarta Stock Exchange. Cara Membaca Prespektus Dan Laporan Keuangan. Panduan Pemodal. Seri II. Jakarta. PT Bursa Efek Indonesia. Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Bagaimana meneliti dan menulis tesis?. Jakarta. Penerbit Erlangga. Mirza, Teuku dan Imbuh S., 1999. Konsep Economic Value Added : Pendekatan Untuk Menentukan Nilai Riil Manajemen. Usahawan No. 10 Tahun XXVIII, Januari Hal 37 40 Rahayu, Maria Sri. 2007. Analisis Pengaruh EVA Dan MVA Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Sarjana S1, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Rismandhani, Mia Ika dan Wahyundaru, Sri Dewi . 2009. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA dan ROA Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEJ, Abstrak. Digital Library. Universitas Islam Sultan Agung. Sidharta, Utama. 1997. Economic Value Added Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Usahawan. No 4,April, hal 10 13. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1981. Metode Penelitian Survei, Jakarta:LP3ES Stewart, G.B.,III. 1991, The Quest for Value : The EVA Management Guide, New York: Harper Business. -----------------------. 1993, The Economic Value Added: The Quest for Value, A Guide for Senior Managers: Harper Collins. Tresnowulani, Indriwati. 2008. Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Economic Value Added Pada Industri Pakan Ternak Publik. Abstrak. Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis Institute Pertanian Bogor. Ulfayani, Rina. 2009. Pengaruh Economic Value Added Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Market Value Added (Studi Kasus Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index).Abstrak, Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Uyemura D.G., Kantor C.C. and Petit J.M. 1996 : EVA for banks: Value creation, risk management, and profitability measurement. Journal of Applied Corporate Finance, 9, (2), pp. 94111.Jurnal Akuntansi Universitas Jember

30 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Walsh, Ciaran 2003. Key Management Ratios. Rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis. Edisi 3. Jakarta. Erlangga. Weston, J Fred dan Copeland, Thomas E. 1995.Manajemen Keuangan. Jilid 1. Edisi Kesembilan. Jakarta. Binarupa Aksara. Wet JH de dan Hall JH. 2004. The Relationship between EVA, MVA, Leverage. Meditari Accountancy Research. Vol. 12, No. 1, 39-59.

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN Tita Djuitaningsih1 Erista Eka Ristiawati12

Abstract This research aims to examine the effect of environmental performance and foreign ownership refer to financial performance in PROPERs companies participant ,in cases where CSR Disclosure as a intervening variable. This study uses 34 samples of firms that listed as participant of Program Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) for the period of 2005 and 2007. Applying a partial least square method PLS, this study found that environment performance has no effect to CSR Disclosure. Foreign ownership has an effect to CSR Disclosure. In other side, environmental performance and foreign ownership has and effect to return on assets one year ahead and return on equity one year ahead (ROAt+1 and ROEt+1), but they had no effect to company return (Rt+1) in one year ahead.The results of this study indicate that the CSR Disclosure can not be an intervening in the relationship between foreign ownership and environmental performance with financial performance. Keywords: environmental performance, PROPER, foreign ownership, financial performance, CSR Disclosure 1. PENDAHULUAN Legitimacy theory mengungkapkan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan usahanya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Sayekti & Wondabio, 2007). Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan (2008), jika perusahaan ingin bertahan maka perlu memperhatikan 3P, yakni bukan hanya profit yang diburu, namun juga harus