jaminan sosial kesehatan dalam perspektif...

89
1 JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF MASLAHAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Kurnia Hayati 1113045000037 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: lenhan

Post on 07-May-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

1

JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF MASLAHAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

(S.H.)

Oleh :

Kurnia Hayati

1113045000037

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

2

JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF MASLAHAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

(S.H.)

Oleh :

Kurnia Hayati

NIM. 11130450000037

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 3: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

3

Page 4: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

4

Page 5: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

5

ABSTRAK

KURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF MASLAHAT. Program Studi

Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui jaminan kesehatan yang

diselenggarakan BPJS dalam perspektif Maslahat. Serta untuk mengetahui bagaimana

Jaminan Sosial Kesehatan BPJS dalam perspektif maslahat.

Penelitian skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan, dengan metode

kualitatif. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan studi dokumentasi.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan maslahat. Analisis data

dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengkonfirmasi data (verifikasi dan

pendalaman data), dengan logika deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaminan kesehatan yang diselenggarakan

BPJS memberikan kemaslahatan untuk masyarakat. Dalam mashlahah, jaminan

kesehatan tidak termasuk mashlahah mu‟tabarah karena tidak ada dalilnya yang

medukung kemaslahatan jaminan kesehatan saat ini. Jaminan kesehatan juga tidak

termasuk mashlahah mulghah, karena tidak adanya dalil syara‟ yang menentangnya,

tetapi termasuk mashlahah mursalah karena suatu mashlahah yang tidak didukung

dalil syara‟ atau nash yang rinci.

Negara telah memberikan jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS). Jaminan kesehatan ini bermaksud

untuk menyejahterakan kesejahteraan masyarakat melalui pencapaian tingkat

kesehatan masyarakat.

Kata Kunci : Jaminan Kesehatan, Kebijakan, Maslahat

Pembimbing : Dr. Khamami Zada., SH., MA.

Page 6: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

6

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang

telah membawa agama Islam, yang telah memberikah contoh Suritauladan yang baik

dengan Akhlaknya kepada Umat manusia. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disetai rasa hormat dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hj. Maskufa, MA., Selaku Ketua Jurusan Program Studi Hukum Tata Negara

(Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Khamami Zada., SH., MA. Selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama proses menyusun skripsi

dan memberikan ilmu serta solusi pada setiap permasalahan dan kesulitan dalam

penulisan Skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, tanpa mengurangi rasa hormat tidak dapat disebutkan satu

persatu disini yang telah mendidik dan membimbing selama masa perkuliahan.

5. Kepala Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan pelayanan serta memberikan fasilitas untuk mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

7

6. Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag Selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing selama masa perkuliahan.

7. Sri Hidayati, M.Ag., Selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Hukum Tata

Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kedua Orang Tuaku Tercinta, Bapak Sakti Lubis dan Ibu Warni Matondang yang

selalu membimbing, memberikan nasihat, memberikan semangat dan dukungan

untuk mampu menjalankan kehidupan terutama untuk dapat menyelesaikan

Skripsi ini, berkat doa uma dan ayah dalam penulisan skripsi ini selalu

dimudahkan oleh Allah SWT, terimakasih atas segalanya.

9. Abangku tersayang Muhammad Thoriq Alnudin dan adikku tersayang Shakila

Mawada yang selalu menyemangati. Adikku tersayang Shakila Mawada yang

telah menyemangati dan mendoakan selesainya penulisan ini. Serta kakakku Nali

dan Om Adam yang selalu mengingatkanku dan memberikan semangat untuk

segera menyelesaikan kewajibanku yaitu menyelesaikan penulisan ini dan

wisuda.

10. Tristi, Dara, Kamilina sahabat kelasku dan juga seluruh tean-teman Hukum Tata

Negara Angakatan 2013 yang selalu membantu dan memberikan dukungan dan

membuat perjalanan dalam masa perkuliahan terasa menyenangkan.

11. Syamazka, Aya, Una, Tia, Keken sahabat selama menjalankan perkuliahan yang

selalu membantu dan menyemangati dalam menyelesaikan penulisan ini yang

membuat hari-hari lebih berwarna dan berkesan.

12. Dyah, Shinta, Esah, Septi, sahabat yang selalu ada dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan penulisan ini.

13. Robi yang selalu menemani mencari bahan untuk menyempurnakan penulisan

ini.

14. Asnah sahabat nari yang selalu memberikan semangat serta teman-teman yang

tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mengingatkan dan memberikan

dukungan serta membuat semua terasa berkesan.

Page 8: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

8

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang

membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan semua pihak khususnya penulis dan para pembaca semua. Amin

Jakarta, 10 Juli 2018

Kurnia Hayati

NIM. 1113045000037

Page 9: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

9

DAFTAR ISI

LEMBAR PERETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……………………… i

LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………….. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ………………………...……. iii

ABSTRAK ……….………………………………………………………....… iv

KATA PENGANTAR ..……………………………………………………..... v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………...……. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……………………...….. 4

C. Tujuan Penelitian ……………………………………...… 5

D. Manfaat Penelitian …………………………………...….. 5

E. Review Pustaka (Studi Terdahulu) ………………...……. 5

F. Metode Penelitian …………………………………...…... 7

G. Teknik Penulisan …………………………………...…… 8

H. Sistematika Pembahasan ……………………................... 8

BAB II : TEORI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DAN

MASLAHAT

A. Teori Kebijakan …………………………………………. 11

B. Konsep Jaminan Kesehatan ………………………...….... 16

C. Teori Maslahat ……………………………………...….... 18

BAB III : JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DAN PROGRAMNYA.

A. Program Jaminan Kesehatan ……………………….…… 31

Page 10: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

10

B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

………………………………………………………..….. 41

C. Dewan Jaminan Kesehatan ……………………………... 51

D. Praktik Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dan

Permasalahannya …………………………………….….. 52

BAB IV : JAMINAN KESEHATAN DAN MASLAHAT

A. Prinsip dan Tujuan Jaminan Kesehatan Dalam Perspektif

Maslahat ……………………………………………….... 57

B. Pelayanan Jaminan Kesehatan …………………….….… 60

C. Kelembagaan Jaminan Kesehatan …………………..….. 65

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………..…. 73

B. Saran-saran …………………………………………….... 74

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...… 76

Page 11: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan masyarakat Indonesia dari segi ekonomi dapat dilihat dari

kesejahteraan masyarakat saat ini. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya

masyarakat yang berpendapatan rendah, bahkan ada yang tidak memiliki

pekerjaan tetap. Ini berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan yang masih di

bawah rata-rata. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat untuk pertama kalinya

presentase angka kemiskinan di Indonesia mengalami titik terendah, yaitu

sebesar 9,82 persen mencapai 25,95 juta orang pada Maret 2018. Untuk pertama

kalinya presentase penduduk miskin berada di dalam 1 digit, bila dilihat

sebelumnya 2 digit pada September 2017 sebesar 10,12 persen atau setara

dengan 26,58 juta.1 Hal ini juga berdampak dengan buruknya kualitas pendidikan

bagi generasi penerus serta kesehatan masyarakatnya.

Kesehatan adalah hak asasi setiap individu. Hal ini dinyatakan dalam

organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen Undang

Undang Dasar 1945 Bab XA Hak Asasi Manusia Pasal 28-H ayat 1 dan ayat 3

yang berbunyi :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan”. Dan ayat 3 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas

jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai

manusia yang bermartabat”.2

Oleh karena itu kesehatan harus dimiliki dan dilindungi, dan menjadi hak

dasar setiap individu. Maka pemerintah mengeluarkan produk hukum yaitu

Jaminan Sosial kesehatan. Kebijakan ini dikeluarkan pada masa pemerintahan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Produk hukum ini penting untuk

1 http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/07/16/maret-2019-persentase-angka-kemiskinan-indonesia-

terendah-sejak-1999 di akses pada 19 Juli 2018. 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi tahun 1945 Pasal 28-H

Page 12: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

12

memperbaiki kondisi kesejahteraan masyarakat saat ini. Jaminan Kesehatan yang

dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial

nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi

kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory).3

Jaminan Sosial adalah salah satu program negara yang berdasarkan

undang-undang jaminan sosial yang ditujukan untuk pencegahan dan reduksi

kemiskinan. Banyak masyarakat yang gagal paham tentang BPJS ini, karena

masyarakat berfikir jaminan kesehatan seperti JKN, BPJS, dan Kartu Indonesia

Sehat adalah sama.

BPJS merupakan bagian dari ASKES, dimana fungsinya adalah melayani

bantuan sosial kesehatan layaknya asuransi kesehatan dari pemerintah.

Sedangkan JKN merupakan sebuah bentuk jaminan sosial dari pemerintah untuk

masyarakat Indonesia yang menggunakan sistem asuransi. Ini sudah tercantum

dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2004 mengenai Sistem Jainan Sosial

Nasional yang mengandung 5 komponen, yakni : Jaminan Kesehatan Nasional,

Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, Jaminan

Kematian. Adapun KIS di resmikan pada tanggal 3 November 2014 oleh

Presiden Joko Widodo. Tujuan di bentuknya KIS awalnya adalah untuk

mengakomodasi kaum marginal atau disebut sebagai Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti gelandangan.

Untuk mewujudkan hal tersebut agar tercapai dengan apa yang diinginkan

maka dibutuhkan biaya. Karena dalam implementasi jaminan sosial diperlukan

pembiayaan dari berbagai sumber, yaitu mulai dari tenaga kerja, masyarakat,

pengusaha dan pemerintah. Kebijakan kesehatan di suatu negara memberikan

fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin

terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi

3 Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Page 13: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

13

(efficiency), dan efektifitas (effectiveness). Dari pembiayaan kesehatan itu

sendiri, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang

BPJS sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang

BPJS lahir sebagai amanat dari pelaksanaan Undang-Undang Sistem Jaminan

Sosial Nasional.4

Hal ini berkaitan dengan kebijakan mengenai produk hukum yang

dikeluarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam masa

pemerintahannya di periode I. Produk hukum tentang Jaminan Sosial Nasional

Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Dikeluarkan dengan peraturannya :

”a. bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju

terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur; b. bahwa

untuk memberikan Jaminan Sosial yang menyeluruh, Negara mengembangkan

sistem Jaminan Sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia; c. bahwa

berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,

perlu membentuk Undang Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Tenaga

Kerja”.5

Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan

yang dikelola oleh BPJS, termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat

enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran.6 BPJS juga menjamin alat

bantu kesehatan, dalam hal diperlukan yang jenis dan plafon harganya ditetapkan

oleh Menteri. Jaminan Sosial Kesehatan tentu sudah tidak asing di kalangan

masyarakat Indonesia. Jaminan Sosial Kesehatan ini bermanfaat karena setelah

produk hukum ini keluar masyarakat merasa sangat tertolong, apalagi bagi

masyarakat kecil yang tergolong tidak mampu. Masyarakat yang tidak memiliki

4 Implikasi Berlakunya Undang-Undang No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS Terhadap BPJS Kesehatan

Cabang Utama Bandung Dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Penelitian

http://repository.unica.ac.id di akses pada 8 September 2017 5 Undang-Undang no.40 tahun 2004 tentang sistem jaminan nasional di akses pada 8 September 2017

6 BPJS Kesehatan, Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions), Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta; Maret 2013

Page 14: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

14

biaya untuk berobat ke rumah sakit kini tertolong dengan adanya produk hukum

ini. Masyarakat juga dapat memeriksakan anak-anak/balita untuk cek kesahatan

secara rutin dengan menggunakan Jaminan Sosial Kesehatan ini.

Jaminan kesehatan sudah banyak membantu masyarakat yang tidak

mampu untuk mendapatkan pengobatan yang layak. Hal ini juga sudah dijelaskan

dalam Islam. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan dasar

masyarakat yang menjadi kewajiban negara. Rumah sakit, klinik dan fasilitas

umum yang diperlakukan oleh kaum Muslim dalam terapi pengobatan dan

berobat. Dengan demikian pelayanan kesehatan termasuk bagian dari

kemaslahatan dan fasilitas umum yang harus dirasakan oleh rakyat.

Kemaslahatan dan fasilitas (al-mashalih wa al marafiq) itu wajib dijamin oleh

negara sebagai bagian dari pelayanan negara terhadap rakyatnya. Rasul SAW

bersabda “imam (penguasa) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab

atas rakyatnya” (HR al-Bukhari dari Abdullah bin Umar ra).

Maka dari itu penulis tertarik ingin menuliskan skripsi dengan judul :

“Jaminan Sosial Kesehatan dalam Perspektif Maslahat”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

-١ Batasan Masalah

Fokus masalah pada studi ini yaitu pada maslahat yang terdapat dalam

Jaminan Kesehatan. Dalam penelitian ini yang dijadikan dalam batasan

masalah ialah kemaslahatan Jaminan Kesehatan yang terdapat dalam BPJS

yang telah diresmikan sejak 2011.

-٢ Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah pada penulisan

skripsi ini adalah:

a. Bagaimana hukum Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan BPJS?

Page 15: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

15

b. Bagaimana hukum Jaminan Sosial Kesehatan BPJS dari perspektif

Maslahat?

C. Tujuan Penelitian

-١ Untuk mengetahui bagaimana Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan

BPJS. Menimbang fasilitas yang diberikan pemerintah ini banyak membantu

terutama rakyat kecil yang tidak memiliki banyak uang untuk biaya rumah

sakit.

-٢ Untuk mengetahui bagaimana Jaminan Sosial Kesehatan BPJS dalam

perspektif Maslahat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi 2, yaitu dari segi akademis dan praktis.

Manfaat akademis diharapkan bahwa hasil penelitian dapat dijadikan rujukan

bagi upaya pengembangan Ilmu Pemerintahan, dan berguna juga untuk menjadi

referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian jaminan keseehatan dalam

perspektif maslahat. Manfaat praktis akan memberi kontribusi positif bagi

kelangsungan hidup masyarakat dalam memahami manfaat jaminan kesehatan

terutama untuk diri sendiri.

-١ Untuk memperkaya pengetahuan akademik tentang Jaminan Kesehatan

dalam perspektif maslahatnya.

-٢ Untuk meningkatkan kemaslahatan pelayanan Jaminan Kesehatan yang

dilakukan BPJS

E. Review Pustaka (Studi Terdahulu)

Sejumlah penelitian tentang Jaminan Kesehatan telah dilakukan, baik

yang mengkaji secara spesifik maupun yang menyinggung secara umum.

Page 16: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

16

M. Abduh Nuril Huda mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi Program

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Dalam Perspektif Syariah”. Memiliki

rumusan masalah 1. Bagaimana sistem pengelolaan jaminan kesehatan di BPJS?

2. Bagaimana implementasi program BPJS ksehatan dalam perspektif syariah?.

Metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Dalam skripsinya

menyimpulkan bahwa implementasi BPJS Kesehatan yang sudah beroperasi

sampai saat ini, banyak aspek syariah yang terkandung di dalam BPJS

Kesehatan. Prinsip utama dalam asuransi syariah itu sendiri adalah tolong-

menolong dan al-ta‟min (rasa aman). Sama dengan prinsip asuransi Syariah,

prinsip utama dari BPJS Kesehatan itu sendiri adalah gotong royong antar

sesama peserta untuk kepentingan peserta lain yang di dalamnya terkandung

kemaslahatan.

Aris Setiawan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dalam skripsinya yang berjudul “Jaminan Sosial Kesehatan Sebagai Hak

Masyarakat Dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2004 (Kajian Hukum Islam)”

memiliki rumusan masalah 1. Bagaimana ketentuan tentang jaminan sosial

terhadap masyarakat menurut Hukum Islam? 2. Bagaimana ketentuan tentang

jaminan sosial terhadap masyarakat menurut Hukum positif? 3. Bagaimana relasi

antara Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap jaminan sosial kesehatan?.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif yaitu penelitian yang

menghasilkan data deskriptif. Dalam skripsinya menyimpulkan dalam agama

islam yang merupakan agama yang rahmatan lil alamin sangat menjunjung

tinggi pemenuhan kebutuhan bagi setiap warganya. Dengan pemenuhan dan

pemberian jaminan kepada seluruh warga diharapkan dapat mensejahterakan

mereka semua. Jaminan social merupakan hak asasi setiap warga Negara sebagai

mana tercantu dalam UU 1945 pasal 27 ayat 2. Islam sebagai ajaran yang

memuat nilai-nilai normatif, begitu bagusnya dalam memandang dan

Page 17: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

17

menempatkan martabat dan harkat manusia baik sebagai individu maupun

anggota sosial.

F. Metode Penelitian

-١ Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah penelitian kualitatif yaitu menggali sumber dari hasil studi kepustakaan

dengan pendekatan normatif.7

-٢ Sumber Dari Teknik Pegumpulan Data

Penelitian ini bersumber pada bahan-bahan pustaka atau data sekunder

yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tertier.

Bahan hukum primer diperoleh dari Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang

BPJS, Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 4 Tahun

2016 tentang petunjuk teknis penyelenggara koordinasi manfaat dalam

program Jaminan Kesehatan Nasional. Bahan hukum sekunder diperoleh dari

buku-buku, jurnal, berita koran dan literatur terkait.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah

studi dokumentasi, yaitu menelusuri berbagai literatur yang mengandung

informasi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.8

-٣ Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis isi deskrptif

kualitatif, yaitu mengidentifikasi secara sistemis dan melakukan analisis

terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hal. 35

8 Conny R . Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Grasindo, 2004)

Page 18: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

18

tema, objek, dan masalah penelitian,9 yaitu aspek kemaslahatan dalam

kebijakan jaminan kesehatan di Indonesia.

G. Teknik Penulisan

Penulis menggunakan metode penulisan skripsi yang mengacu pada

“Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017 Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

H. Sistematika Pembahasan

Agar Penelitian ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh penulis,

maka sistematika penelitian ini terbagi kedalam lima Bab yang terdiri dari sub-

sub Bab sebagai berikut :

BAB I Merupakan bab yang berisi pendahuluan dimana pendahuluan tersebut

menjelaskan pembahasan skripsi dan mewakili pokok kasus yang akan

dibahas yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Bab ini berisi tentang kebijakan jaminan kesehatan dan maslahat, yaitu

teori kebijakan, konsep jaminan kesehatan, teori maslahat,

BAB III Jaminan sosial kesehatan dan programnnya yang berisi program

jaminan kesehatan, badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan,

dewan jaminan kesehatan, praktik penyelenggaraan jaminan kesehatan

dan permasalahannya.

9 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), hal. 17.

Page 19: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

19

BAB IV Jaminan Kesehatan dan Maslahat, berisi tentang prinsip dan tujuan

jaminan kesehatan dalam perspektif maslahat, pelayanan jaminan

kesehatan, kelembagaan jaminan kesehatan.

BAB V Penutup, bab ini penulis akan menyimpulkan dari semua pembahasan

yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Serta saran yang dapat

penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.

Page 20: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

20

BAB II

TEORI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DAN MASLAHAT

A. Teori Kebijakan

Kebijakan pada intinya merupakan keputusan atau pilihan-pilihan

tindakan yang secara langsung mengatur pengolahan dan pendistribusian

sumberdaya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik.10

Makna

modern dari gagasan “kebijakan” dalam Bahasa Inggris adalah seperangkat aksi

atau rencana yang mengandung tujuan politik.11

Banyak sekali definisi mengenai

kebijakan publik. Sebagian besar ahli memberi pengertian kebijakan publik

dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan

suatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak baik bagi kehidupan

warganya. Thomas R. Dye (1992) pernah berkata, “public policy is whatever

governments choose to do or not to do” (kebijakan publik adalah apapun pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu).12

Konsep ini sangat

luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan pemerintah

di samping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu

masalah publik. Sedangkan menurut David Easton, “Public policy is the

authoritative allocation of values for the whole society” (kebijakan publik adalah

pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada masyarakat).

William N. Dunn mengatakan bahwa kebijakan publik (public policy)

adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan kolektif yang saling

tergantung, termasuk keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan

pemerintah.13

Implikasi dari definisi yang telah ditulis adalah:

a. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu 10

Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: CV Alfabeta,2008), hal. 3 11

Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, (Jakarta; Kencana

Prenada Media Grup 2008) hal. 15 12

Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hal. 35 13

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: dari formlasi kepenyusunan model Implementasi

Kebijakan Publik (Jakarta: Bumi Aksara, 2015) hal. 5

Page 21: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

21

b. Kebijakan berisi pola tindakan pejabat pemerintah

c. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan pemerintah

d. Kebijakan publik bersifat positif (tindakan pemerintah atas masalah

tertentu),

bersifat negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu)

e. Kebijakan pemerintah selalu dilandaskan pada peraturan perundang-

undangan

yang sifatnya memaksa

Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah berupa tindakan pemerintah.

Kebijakan publik untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan. Karna

kebijakan publik ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Menurut Amara

Raksasataya “kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk

mencapai tujuan”. Oleh karena itu kebijakan memuat 3 elemen, yaitu:14

a. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai

b. Strategi dari langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan

c. Penyediaan input untuk pelaksanaan secara nyata dari strategi kebijakan

Kebijakan publik seperangkat tindakan pemerintah yang bertujuan

mencapai hasil yang diharapkan publik sebagai konstituen pemerintah. Kebijakan

publik adalah tindakan yang legal dan sah karena kebijakan publik dibuat oleh

lembaga yang mempunyai legitimasi dalam sistem pemerintahan. Kebijakan

publik dibuat berdasarkan teori, model menyangkut sebab dan akibat. Kebijakan

juga bersandar pada perilaku. Pengertian ini menegaskan bahwa pemerintah

secara sah dapat berbuat sesuatu untuk masyarakatnya dan pemerintah bisa

memilih untuk melakukan sesuatu atau tidak diwujudkan dalam bentuk

pengalokasian nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Ini terjadi

karena pemerintah adalah penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam

masalah sehari-hari yang menjadi tanggung jawabnya. Kata “kebijakan” harus

14

Hessel Nogi S. Tangkilisan,Evaluasi Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Balairung & Co, 2003), hal.

149

Page 22: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

22

dipahami dalam konteks historis, seperti konsep publik, makna kebijakan bisa

berubah dan menunjukkan perubahannya dalam praktik kebijakan.15

Dapat dirumuskan dari penjelasan di atas, makna kebijakan publik

adalah;

a. Segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh Pemerintah

b. Kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau

kehidupan public, bukan kehidupan perorangan atau golongan. Kebijakan

publik mengatur semua

c. Kebijakan publik kebijakan yang manfaatnya harus senantiasa ditujukan

untuk kepentingan masyarakat.

Untuk menjadikan sauatu kebijakan agar dapat terlaksana, maka ada

tahap-tahap kebijakan public menurutu William Dunn, yaitu;16

a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Penyusunan Agenda (Agenda Setting) adalah proses yang strategis dalam

kebijakan publik. Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan, pembuat

kebijakan perlu menyusun agenda dengan memasukkan dan memilih masalah

mana yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas. Masalah yang terkait

dengan kebijakan dikumpulkan untuk diseleksi. Proses ini memiliki ruang

untuk memaknai apa masalah publik dan prioritas dalam agenda publik.

Jika sebuah isu sudah berstatus sebagai masalah publik, dan mendapatkan

prioritas dalam agenda publik, maka isu itu berhak mendapatkan alokasi

sumber daya publik yang lebih dari isu lain. Dalam agenda setting sangat

penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu

agenda pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) disebut juga masalah

kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah

terjadi silang pendapat atau pertentangan pandangan mengenai karakter

15

Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, (Jakarta; Kencana

Prenada Media Grup 2008). 16

William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

1998), hal. 24.

Page 23: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

23

permasalahan tersebut. Menurut William Dunn (1990) isu kebijakan adalah

produk atau fungsi dari adanya perdebatan tentang rumusan, rincian,

penjelasan maupun penilaian atas masalah tertentu. Tapi tidak semua isu bisa

menjadi suatu agenda kebijakan. Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan

agenda kebijakan publik ; telah mencapai titik kritis tertentu bila diabaikan

menjadi ancaman serius, telah mencapai tingkat partikularitas yang

berdampak dramatis, menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang

banyak, mendapat dukungan media massa, menjangkau dampak yang amat

luas, mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat serta

menyangkut persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah

dirasakan kehadirannya). Penyusunan agenda kebijakan dilakukan

berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan. Kebijakan tidak boleh

mengaburkan tingkat urgensi, esensi dan keterlibatan stakeholder (masyarakat

yang terlibat).

b. Formulasi Kebijakan (Policy Formulating)

Masalah yang masuk agenda kebijakan lalu dibahas oleh para pembuat

kebijakan untuk dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah

berasal dari berbagai pilihan kebijakan yang ada.

c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)

Tujuan legitimasi untuk memberikan otorisasi pada proses dasar

pemerintahan. Bila tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh

kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun

warga negara harus percaya tindakan pemerintah yang sah. Legitimasi dapat

dikelola melalui manipulasi simbolsimbol tertentu. Di mana melalui proses ini

orang belajar untuk mendukung pemerintah.

d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Pada tahap ini alternatif pemecahan yang sudah disepakati dilaksanakan. Pada

tahap ini, suatu kebijakan sering kali menemukan berbagai kendala. Rumusan-

Page 24: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

24

rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat berbeda di lapangan. Ini

disebabkan berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan

kebijakan. Untuk mewujudkan suatu kebijakan tentu ada beberapa kendala

yang harus diatasi sedini mungkin. Implementasi kebijakan adalah cara agar

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan

publik terdapat dua langkah, yaitu mengiplementasikan langsung dalam

wujud program atau melalui formulasi kebijakan turunan dari kebijakan

tersebut.17

Implementasi kebijakan bisa diamati dengan jelas mulai dari program, proyek

dan kegiatan. Kebijakn diturunkan dalam bentuk program yang diturunkan

menjadi proyek dan berwujud menjadi kegiatan, yang dilakukan pemerintah,

masyarakat atau kerjasama pemerintah dengan masyarakat. Menurut Van

Meter dan Van Horm kebijakan publik sebagai tindakan dalam keputusan

sebelumnya. Ini adalah usaha untuk mengubah keputusan menjadi tindakan

operasional dalam waktu tertentu dalam melanjutkan usaha untuk perubahan

besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan kebijakan yang dilakukan

organisasi publik untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.18

Dapat

disimpulkan bahwa implementasi kebijakan tidak dimulai sebelum tujuan dan

sasaran ditetapkan oleh keputusan kebijakan. Implementasi adalah proses

kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran kebijakan tersebut.

e. Penilaian/evaluasi kebijakan (Policy Evaluation)

Evaluasi kebijakan adalah kegiatan menyangkut penilaian kebijakan yang

mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi kebijakan tidak

hanya dilakukan saat tahap akhir, juga dalam proses kebijakan. Maka evaluasi

17

Riant Nugroho, Public Policy : Dinamika Kebijakan - Analisis Kebijakan - Manejemen Kebijakan, (

Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), hal. 618. 18

Budi Winarno, Kebijakan Publik - Teori dan Proses, (Jakarta: PT. Buku Kita, 2008), hal. 146-147.

Page 25: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

25

kebijakan meliputi tahap perumusan masalah kebijakan, implementasi, tahap

dampak kebijakan.19

B. Konsep Jaminan Kesehatan

Menurut WHO (World Health Organization), sehat adalah “memperbaiki

kondisi manusia, baik jasmani, rohani ataupun akal, social dan bukan semata-

mata memberantas penyakit”.20

Bukan hanya memberantas penyakitnya saja tapi

juga kondisi manusianya dari jasmani maupun rohaninya karna sehat bukan

hanya terbebas dari penyakit tapi juga sehat jiwa dan raganya. Minimnya akses

masyarakat miskin pada layanan kesehatan yang memadai disebabkan mahalnya

biaya pengobatan dan perawatan serta tempat fasilitas kesehatan yang sulit

dijanngkau. Masyarakat umumnya masih memiliki jaminan kesehatan yang

rendah. Ini diakibatkan karena mahalnya biaya pengobatan.21

Kesehatan adalah hak asasi setiap individu. Hal ini dinyatakan dalam

organisasi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28-H tentang

kesehatan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan serta berhak atas jaminan kesehatan”. Oleh

karena itu kesehatan harus dimiliki dan dilindungi, menjadi hak dasar setiap

individu. Pembangunan kesehatan bagian terpadu dari pembangunan sumber

daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera

lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai

derajat kesehatan yang tinggi. Pembangunan manusia seutuhnya harus mencapai

aspek jasmani dan kejiwaannya di samping spiritual, kepribadian, dan kejuangan.

19

Solichin Abdul Wahab, PengantarAnalisis Kebijakan Publik (Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang Press, 2008) , hal. 65. 20

Dr. Al Fanjari Ahmad Syauqi, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam, (Wonosobo: Bumi Aksara),

hal. 4 21

Wardan Anang Solihin, Peduli Kemiskinan, (Jakarta: Rosada), hal. 90-91

Page 26: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

26

Untuk itu, pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang

sehat, cerdas dan produktif.22

Jaminan kesehatan memang harus ada karena tingkat kemakmuran

sebagian besar penduduk belum memungkinkan masyarakat menjangkau

pelayanan kesehatan secara memadai karena mahalnya biaya pengobatan.

Sedangkan pelayanan kesehatan bsgi masyarakat yang mengalami gangguan

adalah mutlak adanya. Sangat tidak manusiawi jika orang yang sakit dibiarkan

begitu saja tanpa mendapat pelayanan kesehatan karena secara ekonomi tidak

mampu membayar biaya. Jaminan kesehatan adalah sistem perlindungan sosial

yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Bagi masyarakat miskin, jaminan sosial

kesehatan merupakan pendorong laju pembangunan sekaligus menjadi strategi

penting dalam penanggulangan kemiskinan. Karena, jaminan kesehatan telah

diakui sebagai satu strategi kebijakan sosial yang penting dalam menopang

industry dan pertumbuhan ekonomi. Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

terdapat dalam UU No.40 Tahun 2004 bertujuan untuk memberikan jaminan

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta atau anggota

keluarganya. Salah satunya jaminan kesehatan yang diperuntukkan bagi seluruh

lapisan masyarakat.23

Dalam UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial “bahwa sistem jaminan sosial nasional merupakan

program Negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat”.

Jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Peran pemerintah daerah dalam menjamin kesehatan

masyarakatnya diperkuat dengan dikabulkannya Judicial Review oleh Mahkamah

Konstitusi (MK) atas UU No.40 Tahun 2004 yang memberikan kewenangan

sekaligus amanah konstitusi kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan

22

Wiku Adisasmito, Sistem Kesehatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.6 23

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_7/artikel_5.html diakses pada 12 Maret 2018

Page 27: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

27

system jaminan kesehatan daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan

diselenggarakannya program jaminan sosial secara nasional dalam bidang

kesehatan, dapat diciptakan ke gotong-royongan antara pengusaha dengan tenaga

kerja, antara yang kuat dan yang lemah, yang tua dan yang muda, yang sehat dan

yang tidak sehat, dan antara pemerintah dengan warga negaranya. Kewajiban

Negara untuk memberikan jaminan kepada setiap warga untuk memberikan akses

yang baik terhadap berbagai kebutuhan dasar manusia (terutama makanan,

kesehatan, tempat tinggal, dan pendidikan). Sedangkan yang lain jaminan sosial

berbicara tentang proteksi Negara bagi warga terhadap kondisi yang potensial

mendegradasi harkat dan martabat manusia, seperti kemiskinan, usia lanjut, cacat

dan pengangguran.24

C. Teori Maslahat

Secara etimologi, mashlahah sama dengan manfaat dari segi lafal dan

makna. Mashlahah juga berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang mengandung

manfaat. Bila perdagangan adalah suatu kemaslahatan dan menuntut ilmu juga

suatu kemaslahatan, ini berarti perdagangan dan menuntut ilmu penyebab

diperolehnya manfaat lahir dan batin. Secara terminologi ada beberapa definisi

mashlahah yang dikaitkan oleh ulama Ushul Fiqh. Semua definisnya

mengandung arti yang sama. Menurut imam Al-Ghazali, kemaslahatan harus

sejalan dengan tujuan syara‟ meski bertentangan dengan tujuan manusia tidak

selamanya didasarkan pada kehendak hawa nafsu. Menurutnya, yang dijadikan

patokan dalam menentukan kemaslahatan itu adalah kehendak dan tujuan syara‟,

bukan kehendak dan tujuan manusia.25

Kemaslahatan bermakna sebanding dengan al-manfa‟ah yang artinya

segala sesuatu yang mengandung kegunaan atau manfaat. Dengan kata lain

24

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Universitas Indonesia. 1966) 25

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Ciputat: Logos Publishing House 1996), Hal. 114.

Page 28: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

28

kemaslahatan adalah sesuatu yang mendatangkan manfaat kepada manusia.26

Mashlahah Mursalah menurut bahasa adalah mencari kemaslahatan (yang

mutlak). Sedangkan menurut ahli Ushul Fiqh adalah suatu kemaslahatan dimana

syar‟i tidak mensyariatkan suatu hukum untuk kemaslahatan itu. Selain itu, tidak

ada dalil yang menunjukkan atas pengakuannya atau pembatalannya atau

menetapkan hukum suatu masalah yang tidak ada nashnya atau tidak ada

ijma‟nya dengan berdasar pada kemaslahatan semata (yang oleh syara‟ tidak

dijelaskan dibolehkan atau dilarang) atau bisa juga dikatakan memberikan hukum

syara‟ pada suatu kasus yang tidak ada dalam nash atau ijma‟ atas dasar

memelihara kemaslahatan atau kebaikan bersama. Kemaslahatan dunia yang

dicapai hamba Allah harus bertujuan untuk kemaslahatan di akhirat.27

Pembagian mashlahah dilihat dari beberapa segi yang telah dikemukakan

ahli Ushul Fiqh. Ada 3 kepentingan dan kualitasnya, yaitu: 28

a. Mashlahah al-Dharuriyyah, adalah kemaslahatan yang berhubungan dengan

kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan ini ada

5, yaitu:

(١) Memelihara agama

(٢) Memelihara jiwa

(٣) Memelihara akal

(٤) Memelihara keturunan

(٥) Memelihara harta

Kelima kemaslahatan ini disebut al-mashalih al-khamsah. Memeluk

agama adalah fitrah dan naluri insani yang tidak bisa diingkari dan sangat

dibutuhkan umat manusia. Untuk itu Allah mensyari‟atkan agama yang wajib

dipelihara setiap orang, yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, maupun

26

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Universitas Indonesia. 1966) 27

Nasrun Haroen. Ushul Fiqh, (Ciputat: Logos Publishing House 1996), Hal. 114. 28

Ibid, hal. 115.

Page 29: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

29

mu‟amalah. Hak hidup juga hak paling asasi bagi setiap mansia. Dalam kaitan

ini, untuk kemaslahatan, keselamatan jiwa dan kehidupan manusia Allah

mensyari‟atkan berbagai hukum yang terkait dengan itu, seperti syari‟at

qishash, kesempatan menggunakan hasil smber alam untuk dikonsumsi

manusia, hukum perkawinan untuk melanjutkan generasi manusia, dan

berbagai hukum lainnya. Akal adalah sasaran yang menentukan bagi

seseorang dalam menjalani kehidupannya. Maka Allah menjadikan

pemeliharaan akal sebagai suatu yang pokok. Allah juga melarang minum

minuman keras karna bisa merusak akal dan hidup manusia. Berketurunan

juga masalah pokok manusia dalam rangka memelihara kelangsungan

manusia di bumi. Maka Allah mensyari‟atkan nikah dengan hak dan

kewajiban. Dan manusia tidak bisa hidup tanpa harta, maka harta adalah

sesuatu yang dharuri (pokok) dalam kehidupan manusia. Untuk

mendapatkannya Allah mensyari‟atkan ketentuan untuk memelihara harta

seseorang Allah mensyari‟atkan hukuman pencuri dan perampok.

a. Mashlahah al-Hajiyah, adalah kemaslahatan yang dibutuhkan dalam

menyempurnakan kemaslahatan pokok (mendasar) sebelumnya yang

berbentuk keringanan untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan

dasar manusia.

b. Mashlahah al-Tahsiniyyah, adalah kemaslahatan yang sifatnya pelengkap

berupa keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya.

Ketiga kemaslahatan ini dibedakan, agar seorang muslim dapat

menentukan prioritas dalam mengambil suatu kemaslahatan. Kemaslahatan

dharuriyyah harus lebih didahulukan daripada kemaslahatan hajiyah dan

kemaslahatan hajiyah lebih didahulukan dari kemaslahatan tahsiniyah. Dari segi

kandungannya, para ulama ushul fiqh membagninya pada :

Page 30: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

30

a. Mashlahah al-Ammah, yaitu kemaslahatan umum yang menyangkut

kepentingan orang banyak tetapi tidak berarti untuk kepentingan semua

orang, bisa berbentuk kepentingan mayoritas umat.

b. Mashlahah al-Khashshah, yaitu kemaslahatan pribadi dan sangat jarang,

seperti kemaslahatan yang berkaitan dengan pemutusan hubungan

perkawinan seseorang yang dinyatakan hilang (maqfud).

Dilihat dari sisi berubah atau tidaknya mashlahah, menurut Muhamad

Mushthafa al-Syatibi, ada 2 bentuk, yaitu :

-١ Mashlahah al-Tsabitah, yaitu kemaslahatan yang bersifat tetap, tidak

berubah sampai akhir zaman.

-٢ Mashlahah al-Mutaghayyirah, yaitu kemaslahatan yang berubah sesuai

dengan perubahan tempat, waktu dan subjek hukum.

Dari keberadaannya, mashlahah menurut syara‟ terbagi pada :

a. Mashlahah al-Mu‟tabarah, yaitu kemaslahatan yang didukung syara‟.

Maksudnya, adanya dalil khusus yang menjadi dasar bentuk dan jenis

kemaslahatan tersebut. Misalnya, seorang pencuri dikenakan hukuman harus

mengembalikan barang yang ia curi pada pemiliknya, bila masih utuh, atau

mengganti dengan yang nilainya sama, bila barang yang dicuri sudah habis.

Hukuman ini dianalogikan ulama ushul fiqh pada orang yang mengambil harta

orang lain tanpa izin, karena syara‟ menentukan hukuman bagi orang yang

mengambil barang orang lain tanpa izin dengan mengembalikan barang itu,

bila masih ada atau dengan yang sama nilainya, bila barang itu sudah habis

wajib mengembalikannya.

b. Mashlahah al-Mulghah, yaitu kemaslahatan yang ditolak oleh syara‟ karena

bertentangan dengan ketentuan syara‟. Misalnya syara‟ menentukan bahwa

orang yang melakukan hubungan seksual di siang hari bulan Ramadhan

Page 31: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

31

dikenakan hukuman dengan memerdekakan budak atau puasa dua bulan

berturut-turut atau memberi makan 60 orang fakir miskin, menetapkan puasa

dua bulan tersebut. Ulama memandang hukum ini bertentangan dengan hadits

Rasulullah SAW karena bentuk hukuman itu harus diterapkan secara berurut.

Bila tidak mampu memerdekakan budak barulah puasa dua bulan. Oleh

karena itu ulama ushul fiqh memandang mendahulukan hukuman puasa dua

bulan berturut-turut dari memerdekakan budak adalah kemaslahatan yang

bertentangan dengan kehendak syara‟; hukumnya batal. Kemaslahatan seperti

ini menurut ulama disebut mashlahah al-mulghah dan tidak bisa dijadikan

landasan hukum.

c. Mashlahah al-Mursalah, yaitu kemaslahatan yang keberadaannya tidak

didukung syara‟ dan tidak juga dibatalkan syara‟ melalui dalil yang rinci.

Kemaslahatan dalam bentuk ini dibagi 2, yaitu:

(١) Mashlahah al-Gharibah yaitu kemaslahatan yang asing atau sama

sekali tidak ada dukungan dari syara‟ secara rinci maupun umum. Imam

al-syatibi mengatakan kemaslahatan seperti ini tidak ditemukan dalam

praktik meski pun ada dalam teori.

(٢) Mashlahah al-Mursalah yaitu kemaslahatan yang tidak didukung

dalil syara‟ atau nash yang rinci tetapi didukung oleh ayat atau hadits.29

29

Ibid, hal. 119.

Page 32: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

32

-١ Konsep Maslahat dalam Kajian Hukum Islam

Maslahat merupakan salah satu metode penetapan hukum syara‟ yang

dilakukan dalam proses ijtihad yang lebih banyak menekankan pada aspek

mendahulukan keMaslahatan dan meniadakan madarat dalam

pengambilan keputusan hukum. Namun setiap Maslahat yang

bertentangan dengan Al-qur‟an, Sunnah, atau Ijma„ bisa menjadi batal dan

harus dibuang jauh-jauh.30

Alasannya adalah untuk menjadikan Maslahat

sebagi metode penetapan hukum syara‟, setiap kemaslahatan tersebut

hendaknya tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih kuat, dapat

diterima oleh akal sehat, berlaku umum dalam urusan muamalah, dan

disepakati oleh kebanyakan.31

Dengan kata lain, jika tidak memenuhi

empat ketentuan tadi maka dengan sendirinya Maslahat itu menjadi gugur

atau tertolak.

Alasan metode Maslahat banyak digunakan dalam kegiatan ijtihad,

karena semua ulama mazhab sepakat bahwa kebenaran ijtihad bersifat

relatif (dzanni), terkecuali apabila kebenarannya tidak keluar dari

kemauan syariat di dalam nas. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa

munculnya perbedaan pendapat ulama dalam proses ijtihad dan penetapan

hukum syara‟ (istinbath al-ahkam) adalah karena tiga hal sebagai berikut:

pertama, formulasi kaidah (al-ta‟sis), yaitu ada yang berpegang kepada

pemahaman terhadap dalil syara‟ (uslub); kedua, ada yang berpegang

kepada masalah-masalah cabang (furu„); dan ketiga, metodologi (manhaj)

yaitu rumusan metode hukum dilakukan secara induktif dan secara

deduktif.32

30

Al-Ghazali, Al-Mustashfa min „Ilmi al-Ushul, (Bayrut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 286-287. 31

Yusuf al-Qaradhawi, al-Madkhal li Dirasah al-Syari„ah al-Islamiyyah, (Kairo: Maktabah Wahbah,

t.t.), h. 62 32

Rachmat Syafe‟i, Ilmu Ushul Fiqh Perbandingan, (Bandung: Piara, 1994), hal. 44-47.

Page 33: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

33

Mashlahah mursalah termasuk ke dalam salah satu kajian Siyasah

Syar‟iyyah, dimana siyasah syar‟iyyah diartikan dengan ketentuan

kebijaksanaan pengurusan masalah kenegaraan yang berdasarkan syariat.

Substansi dari siyasah syar‟iyyah sendiri yaitu :

a. Sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat islam

b. Meletakkan persamaan kedudukan manusia didepan hukum dan

pemerintahan.

c. Tidak memberatkan masyarakat yang tidak melaksanakannya

d. Menciptakan keadilan dalam masyarakat

e. Menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudaratan.

Mashlahah mursalah masuk ke dalam salah satu konsep siyasah

sar‟iyyah yang bertujuan untuk menciptakan suatu kemaslahatan bagi

masyarakat. Dan fiqh siyasah juga merupakan bagian dari siyasah

syar‟iyyah yang memberikan kontribusi berharga bagi pembuatan

perundang-undangan dalam satu negara agar sesuai dengan prinsip

syariah. Meskipun demikian tidak semua pandangan pemikir politik islam

yang tertuang dalam fiqh siyasah diterapkan dan dilaksanakan oleh suatu

pemerintahan.33

-٢ Dasar Hukum Maslahah Mursalah

Ada beberapa dasar hukum atau dalil mengenai diberlakukannya teori

maslahah mursalah, diantaranya yaitu:

33

Dr. J. Suyuti Pulungan, M.A., Fiqh Siyasah: ajaran, sejarah dan pemikiran. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada) hal. 30.

Page 34: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

34

a. Al-Qur‟an

Diantara ayat-ayat yang dijadikan dasar berlakunya maslahah

mursalah adalah firman Allah SWT dalam QS. Al Anbiya: 107.

وماأرسلناك إالرحمة للعالمين

Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk

menjadi rahmat bagi seluruh alam”.

Maksudnya, Allah telah menciptakan nabi Muhammad SAW

sebagai rahmat bagi seluruh alam, artinya Dia mengirimnya sebagai

rahmat untuk semua orang. Barangsiapa menerima rahmat ini dan

berterimakasih atas berkah ini, dia akan bahagia di dunia dan di

akhirat. Namun, barangsiapa yang menolaknya maka dunia dan

akhirat akan lepas darinya. Ada pula dalam QS. Yunus: 57.

Page 35: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

35

دور وهدى ورحمة للمؤمن ين كم وشفاءلما في الص ها الناس قد جاءتكم موعظة من رب ياأي

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu

pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang

berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang

beriman”.

Maksudnya, Allah berfirman, memberikan karunia kepada

makhluk-Nya yaitu berupa al-Qur‟an yang Agung, yang Allah

turunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. Dari kesamaran-kesamaran

dan keraguan yaitu menghilangkan kekejian dan kotoran yang ada di

dalamnya. Hidayah dan rahmat Allah dapat dihasilkan dengan adanya

al-Qur‟an. Dan itu (rahmat) hanyalah untuk orang-orang yang beriman

kepadaNya, membenarkan dan meyakini apa yang ada didalamnya.

b. Hadits

Hadits yang dikemukakan sebagai landasan syar‟i atas kehujahan

maslahah mursalah adalah sabda nabi Muhammad SAW. ”Tidak boleh

berbuat madhorot dan pula saling memadhorotkan”. (H.R. Ibnu Majah

dan Daruquthni dan lainnya. Hadits ini berkualitas hasan).

Page 36: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

36

c. Perbuatan Para Sahabat dan Ulama Salaf

Para sahabat seperti Abu Bakar as Shidiq, Utsman Bin Affan

dan para imam madzhab telah mensyariatkan aneka ragam hukum

berdasarkan prinsip maslahah.34

Contoh dari Utsman bin Affan yaitu mengumpulkan al-Qur‟an

ke dalam beberapa mushaf. Padahal hal ini tidak pernah dilakukan

pada masa Rasulullah SAW. Alasan mereka mengumpulkan ini tidak

lain kecuali semata-mata maslahat, yaitu menjaga al-Qur‟an dari

kepunahan atau kemutawatirnya karena meninggalnya sejumlah besar

hafidz dari generasi sahabat. Kehujjahan maslahah mursalah juga

didukung dalil-dalil aqliyah (alasan rasional) sebagaimana

dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf dalam kitabnya Ilmu Ushul

Fiqh beliau menulis: Al-maslahat al-mursalat yakni mathlaqat adalah

kemaslahatan yang tidak disyari‟atkan oleh Allah secara tegas untuk

realisasinya dan tidak ada dalil syar‟i baik yang memerintahkan

maupun yang melarangnya. Disebut juga muthlaq karena

kemaslahatan itu tidak terikat pada dalil yang memerintahkan atau

yang melarangnya.35

Kesimpulannya, bahwa kemaslahatan manusia

itu selalu aktual dan tidak ada habisnya, oleh karena itu, jika tidak ada

syari‟ah hukum yang berkenaan dengan masalah baru yang terus

berkembang sementara pembentukan hukum hanya berdasarkan pada

prinsip yang mendapat pengakuan syar‟i saja, maka pembentukan

hukum akan terhenti dan kemaslahatan yang dibutuhkan manusia

disetiap masa dan tempat akan terabaikan.

34

Hafidzahmuda. Maslahah Mursalah.... https://hafidzahmuda.wordpress.com/2012/05/22/maslahah-

mursalah/. diakses pada tanggal 18 Juli 2018.

35 Ridwan. Fiqih Politik (Yogyakarta: FH UII Press, 2007) hal 94.

Page 37: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

37

Menurut ulama Hanafiyyah, untuk menjadikan maslahah

mursalah sebagai dalil, disyaratkan maslahah tersebut berpengaruh

pada hukum. Menurut para ulama Malikiyyah dan Hanabilah

menerima maslahah mursalaha sebagai dalil dalam menetapkan

hukum, dengan syarat sejalan dengan kehendak syara‟ dan jenisnya

didukung nash secara umum, dan kemaslahatan menyangkut

kepentingan orang banyak bukan pribadi atau kelompok kecil

tertentu.36

-٣ Kedudukan Mashlahah Mursalah dalam Hukum Islam

Hakikat dari mashlahah mursalah sebagai produk hukum islam, yaitu :37

a. Ia adalah sesuatu yang baik menurut akal dengan pertimbangan

dapat mewujudkan kebaikan atau menghindarkan keburukan bagi

manusia.

b. Apa yang baik menurut akal itu, juga selaras dan sejalan dengan

tujuan syara‟ dalam menetapkan hukum.

c. Apa yang baik menurut dan selaras pula dengan tujuan syara‟

tersebut tidak ada petunjuk syara‟ secara khusus yang menolaknya,

juga tidak ada petunjuk syara‟ yang mengakuinya.

Pada ulama ushul fiqh sepakat mengatakan bahwa maslahah

mu‟tabarah dapat dijadikan hujjah dalam menetapkan hukum Islam.

Kemaslahatan seperti ini termasuk dalam metode qiyas. Mereka juga

sepakat bahwa maslahah al-mulghah tidak dapat dijadikan hujjah dalam

36

Dasar Hukum Maslahah Mursalah. http://ilmutentangagama.blogspot.com/2016/dasar-hukum-

maslahah-mursalah.html, diakses pada tanggal 17Juli 2018.

37 https://www.tongkronganislami.net/maslahah-mursalah-dalam-sumber-hukum-islam/ diakses pada

17 Juli 2018.

Page 38: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

38

menetapkan hukum Islam, demikian juga dengan Maslahah Al-Gharibah,

karena tidak dapat ditemukan dalam praktek syara‟. Adapun terhadap

kehujjahan maslahah mursalah, pada prinsipnya jumhur ulama

menerimanya sebagai salah satu metode dalam menetapkan hukum

syara‟.38

Para ulama berbeda pendapat mengenai kedudukan maslahah mursalah

sebagai sumber hukum.39

)١( Sejumlah ulama menolaknya sebagai sumber hukum, dengan

alasan :

a) Bahwa dengan nash-nash dan qiyas yang dibenarkan, syariat

senantiasa memperhatikan kemaslahatan umat manusia. Tak

ada satupun kemaslahatan manusia yang tidak diperlihatkan

oleh syariat melalui petunjuknya.

b) Pembinaan hukum islam yang semata-mata didasarkan kepada

maslahat berarti membuka pintu bagi keinginan hawa nafsu.

)٢( Imam Malik membolehkan berpegang kepadanya secara mutlak.

Namun menurut Imam Syafi‟i boleh berpegang kepada maslahah

mursalah apabila sesuai dengan dalil dengan dalil kully atau dalil

juz‟iy dari syara. Pendapat kedua ini berdasarkan:

a) Kemaslahatan manusia selalu berubah-ubah dan tidak ada

habis-habisnya. Jika pembinaan hukum dibatasi hanya pada

maslahat-maslahat yang ada petunjuknya dari syar‟i (Allah),

tentu banyak kemaslahatan yang tidak ada status hukumnya

pada masa dan tempat yang berbeda-beda.

38

Nasroen Haroen, Ushul Fiqh, Logogs Wacana Ilmu, (Jakarta, 1997), hal. 120. 39

M. Khamzah dkk. Hikmah (Sragen: Akik Pustaka, 2015) hal 44.

Page 39: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

39

b) Para sahabat dan tabi‟in serta para mujtahid banyak

menetapkan hukum untuk mewujudkan maslahat yang tidak

ada petunjuknya dari syar‟i. Misalnya membuat penjara,

mencetak uang, mengumpulkan dan membukukan ayat Al-

Qur‟an dan sebagainya. Kemaslahatan yang dapat dijadikan

hujjah dalam menginstibatkan hukum harus memenuhi syarat

yang sudah di sebutkan di atas.

Page 40: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

40

BAB III

JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DAN PROGRAMNYA

A. Program Jaminan Kesehatan

Jaminan kesehatan adalah bentuk perlindungan sosial yang

diselenggarakan oleh negara untuk menjamin warga negaranya memenuhi

kebutuhan hidup dasar yang layak. Terutama bidang dari kesejahteraan sosial

yang memperhatikan perlindungan sosial, atau perlindungan terhadap kondisi

sosial termasuk kemiskinan, usia lanjut, kecacatan, pengangguran, keluarga,

anak-anak, dan lain-lain.

Program jaminan kesehatan nasional adalah program pemerintah dan

masyarakat yang tujuannya memberikan kepastian jaminan kesehatan

menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup

sehat, produktif, sejahtera.40

Program jaminan kesehatan ditujukan untuk

memberikan manfaat pelayanan kesehatan yang cukup komprehensif, mulai dari

pelayanan preventif seperti imunisasi dan Keluarga Berencana hingga pelayanan

penyakit katastropik seperti penyakit jantung, dan gagal ginjal. Institusi

pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelayanan

untuk program tersebut selama mereka menandatangani sebuah kontrak

kerjasama dengan pemerintah.

Jaminan kesehatan adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau pun iurannya dibayar pemerintah. Jaminan kesehatan

bersifat pelayanan kesehatan perorangan, ini mencakup pelayanan promotif,

preventif, kuratif, rehabilitativ, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai

40

Program Jaminan Kesehatan, sumber:

http://www.jaamsosindonesia.com/sjsn/Program/program_jaminan_kesehatan di akses pada 28 Maret

2018

Page 41: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

41

dengan indikasi medis yang diperlukan.41

Program Jaminan Kesehatan

dilaksanakan terlebih dahulu pada program jaminan sosial lainnya. Para pegawai

negeri sipil dan militer memiliki program kesehatannya sendiri yaitu Askes dan

Asabri. Beberapa pekerja sektor formal dilindungi oleh sebuah program

kesehatan yang disediakan oleh Jamsostek, sedangkan yang lain tercakup dalam

program asuransi swasta. Sebagian sektor formal tidak tercakup sama sekali

karena pemberi kerja memilih untuk menghindari persyaratan Jamsostek.

Program Kesehatan kurang mampu untuk dapat memberikan program jaminan

kesehatan yang efektif dan efisien. Maka dari itu, pada Januari 2014 semua

program jaminan kesehatan yang ada dikelola oleh satu administrator yaitu BPJS

Kesehatan.

Peserta Jaminan Kesehatan adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Jaminan Kesehatan dan bukan PBI Jaminan Kesehatan. PBI Jaminan Kesehatan

adalah fakir misikin dan orang tidak mampu yang iurannya akan dibayar oleh

pemerintah. Fakir miskin terdapat dalam Peraturan Presiden, penerima bantuan

iuran jaminan kesehatan adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber

mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan

dasar yang layak bagi kehidupan dirinya atau keluarganya. Sedangkan orang

tidak mampu penerima PBI Jaminan Kesehatan adalah orang yang mempunyai

sumber mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi

kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya

dan keluarganya. Bagi peserta yang mengalami cacat total tetap, iurannya juga

dibayar oleh pemerintah. Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan untuk PBI

Jaminan Kesehatan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

-١ Prinsip Jaminan Kesehatan

41

Yudha Indrajaya, Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan BPJS Kesehatan, (Jakarta:

Makalah Sosialisasi untuk Walikota, 2014), hal. 20.

Page 42: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

42

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:

a. Prinsip Gotong Royong

Gotong royong menjadi salah satu prinsip dalam hidup

bermasyarakat juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita.

Dalam SJSN, prinsip gotong royong adalah peserta yang mampu

membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu

yang sakit atau berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang

sakit. Ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh

penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip

gotong-royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

b. Prinsip Nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit

oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-

besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat

adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di

manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

c. Prinsip Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk

memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun

mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

d. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi

peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib

bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan

Page 43: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

43

ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan

program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,

bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara

mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

dapat mencakup seluruh rakyat.

e. Prinsip Dana Amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan

kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam

rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

f. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya

untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan

peserta.

-٢ Tujuan Jaminan Kesehatan

Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui

mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory).

Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem

asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat yang layak.

Ini bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan

dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan anggota keluarganya.

Pemenuhan kebutuhan dasar dapat diukur setiap saat. Kebutuhan dasar

kesehatan adalah pengobatan atau terapi sampai sembuh, apa pun penyakitnya

selagi teknologi kedokteran tersedia. Juga bertujuan demi terwujudnya rakyat

Page 44: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

44

sehat dan produktif. Yang terpenting adalah memantau seberapa sehat

produktif rakyat Indonesia dibandingkan dengan tingkat sehat dan produktif

rakyat negara lain.42

-٣ Pelayanan Jaminan Kesehatan

Manfaat Jaminan Kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan,

mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan obat

sesuai indikasi medis yang diperlukan. BPJS kesehatan dalam melakukan

pelayanan promotif dan preventif yaitu dengan mengadakan program

kesehatan, program skrining, entry aplikasi, perawatan anak, imunisasi,

penyemprotan demam berdarah dan mengadakan olahraga.43

Pelayanan

promotif dan preventif ini bertujuan untuk menyehatkan para peserta BPJS

Kesehatan sehingga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan

yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang lebih mahal biayanya dibandingkan

dengan pelayanan promotif dan preventif ini.

Sedangkan pelayanan kuratif atau pengobatan yaitu BPJS Kesehatan

berupa pengobatan kepada para peserta di fasilitas kesehatan yang telah

bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Program rehabilitatif atau pasca

pengobatan yaitu BPJS Kesehatan mengadakan control ulang bagi peserta

yang sudah sembuh kemudian peserta tersebut dapat melakukan rehab medic

sehingga peserta tersebut tidak kembali sakit atau melakukan pengobatan di

fasilitas kesehatan yang bisa mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh BPJS

Kesehatan.

Pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan

penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan

skrining kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas:

42

Hasbullah Thabrany, Jaminan Kesehatan Nasional, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2016) Hal. 17-

18. 43

Harry, BPJS Kesehatan, Wawancara dalam skripsi M. Abduh Nuril Huda, tahun 2014

Page 45: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

45

a. Pelayanan Kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non

spesialistik yang mencakup :

(١ Administrasi Pelayanan

(٢ Pelayanan promotif dan preventif

(٣ Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

(٤ Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

(٥ Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

(٦ Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

(٧ Pemeriksaan penunjang diagnostic leboraturium tingkat pertama

(٨ Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan

kesehatan yang mencakup:

(١ Rawat jalan yang meliputi:

a) Administrasi pelayanan

b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter

spesialis dan subspesialis

c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis

d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

e) Pelayanan alat kesehatan implant

f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi

medis

g) Rehabilitasi medis

h) Pelayanan darah

i) Pelayanan kedokteran forensik

j) Pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan

(٢ Rawat inap yang meliputi:

a) Perawatan inap non intensif

b) Perawatan inap di ruang intensif

Page 46: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

46

c. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Sedangkan untuk pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh

program jaminan kesehatan:

(١ Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur

sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku

(٢ Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang

tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat

darurat

(٣ Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan

kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja

atau hubungan kerja

(٤ Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri

(٥ Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik

(٦ Pelayanan kesehatan untuk mengatasi infertilitas

(٧ Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)

(٨ Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau

alcohol

(٩ Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau

akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri

(١١ Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk

akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif

berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology

assessment)

(١١ Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai

percobaan (eksperimen)

(١٢ Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu

(١٣ Perbekalan kesehatan rumah tangga

Page 47: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

47

(١٤ Pelayanan kesehatan akibat beencana pada masa tanggap darurat,

kejadian luar biasa/wabah

(١٥ Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan

mannfaat jaminan kesehatan yang diberikan

Fasilitas kesehatan meliputi rumah sakit, dokter praktek, klinik,

laboraturium, apotek dan fasilitas kesehatan lainnya. Fasilitas kesehatan

memenuhi syarat tertentu apabila kesehatan tersebut diakui dan memiliki

izin dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang

kesehatan. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap

wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara BPJS dan asosiasi

fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. BPJS wajib membayar fasilitas

kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15

(lima belas) hari sejak permintaan pembayaran diterima.

Alur pelayanan kesehatan di BPJS kesehatan yaitu fasilitas

kesehatan tingkat pertama (Puskesmas), fasilitas kesehatan tingkat kedua

(RSUD atau RS Swasta), fasilitas kesehatan tingkat ketiga (RSCM, RS

Jantung Harapan Kita, RS Kanker Dharmais, dan sebagainya). Jadi

pelayanan kesehatan yang diberikan mengharuskan peserta untuk

mengikuti alur yang telah ditetapkan. Pengobatan yang dilakukan peserta

harus melalui Puskesmas terlebih dahulu, apabila Puskesmas tidak bisa

menangani pasien, maka Puskesmas memberikan surat rujuakn ke rumah

sakit umum atau swasta. Apabila rumah sakit tersebut tidak bisa

menangani pasien dengan penyakit kritis, maka rumah sakit tersebut

memberikan surat rujukan kepadaa rumah sakit khusus yang menangani

penyakit tertentu.

Pelayanan kesehatan BPJS memfasilitasi peserta untuk dapat

berobat secara gratis di seluruh fasilitas kesehatan yang bekerja sama

dengan BPJS Kesehatan di seluruh Indonesia.

Page 48: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

48

d. Pelayanan kesehatan yang dijamin

Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan

kesehatan non spesialistik yang mencakup antara lain:

(١ Administrasi pelayanan

(٢ Pelayanan promotif dan preventif

(٣ Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

(٤ Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

(٥ Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

(٦ Pemeriksaan penunjang diagnostic laboraturium tingkat pertama44

Alur pelayanan kesehatan BPJS yaitu peserta harus melakukan

pengobatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas) terlebih

dahulu fasilitas kesehatan tingkat kedua (RSUD atau RS Swasta), dan

selanjutnya fasilitas kesehatan tingkat ketiga (RSCM, RS Jantung

Harapan Kita, RS Kanker Dharmais dan sebagainnya) dengan

mendapatkan surat rujukan dari fasilitas kesehatan sebelumnya. Peserta

boleh melakukan pengobatan langsung ke fasilitaskesehatan tingkat

ketiga dengan catatan keadaan peserta sudah dalam keadaan darurat

(emergency). Setelah peserta melakukan pengobatan ke rumah sakit,

maka fasilitas kesehatan dapat mengajukan permohonan klaim pada

kantor BPJS Kesehatan, baik cabang atau pusat.

-٤ Iuran Jaminan Kesehatan

Iuran BPJS Kesehatan berasal dari iuran peserta bukan penerima

bantuan iuran (Non PBI) dan iuran peserta penerima bantuan iuran (PBI).

Iuran peserta Non PBI, baik bekerja maupun pemberi kerja seperti PNS, TNI

dan POLRI membayar iuran sebesar 5% (lima persen) dari gaji atau upah

perbulan dengan ketentuan 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan

44

BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Hal. 6

Page 49: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

49

2% (dua persen) dibayar oleh peserta perbulannya dan mendapat fasilitas

pelayanan kesehatan di kelas I dan kelas II. Bagi peserta Penerima Bantun

Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah. Penempatan

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan pangkat dari peserta tersebut.

Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN,

BUMD dan Swasta sebesar 5% ( lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan

dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1%

(satu persen) dibayar oleh Peserta. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja

Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan

mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah

per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah. Iuran bagi kerabat

lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah

tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan

pekerja adalah sebesar:

a. Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per

bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.

b. Sebesar Rp. 51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan

dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

c. Sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan

dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan

janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan,

iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima

persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa

kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah. Pembayaran

iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.

Page 50: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

50

Tidak ada denda keterlambatan pembayaran iuran terhitung mulai

tanggal 1 Juli 2016 denda dikenakan apabila dalam waktu 45 (empat puluh

lima) hari sejak status kepesertaan diaktifkan kembali, peserta yang

bersangkutan memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap, maka dikenakan

denda sebesar 2,5% dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan

tertunggak, dengan ketentuan:

a. Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.

b. Besar denda paling tinggi Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).45

B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

١- Status dan Tempat Kedudukan

Sebagai badan hukum publik, BPJS Kesehatan dikelola oleh Direksi

dan Dewan Pengawas. Dewan Pengawas melakukan fungsi pengawasan atas

pelaksanaan tugas BPJS sebagai institusi. Dalam pelaksanaannya, Dewan

Pengawas :

a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan, dan memberikan

saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai kebijakan

pengelolaan BPJS Kesehatan;

b. Melakukan pengawasan, dan memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan

atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial

oleh Direksi;

c. Melakukan pengawasan atas kinerja Direksi; dan

d. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan jaminan sosial

sebagai bagian dari satu kesatuan laporan BPJS Kesehatan kepada

Presiden dengan tembusan kepada Dewan Jaminan Sosial Nasional

(DJSN).

45

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/13 iuran Jaminan Kesehatan. Diakses

pada 28 Maret 2018

Page 51: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

51

Badan hukum dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai organisasi

atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik dan dalam hukum

diperlakukan sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau disebut

juga dengan subjek hukum.

Berdasarkan Pasal 1653 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

disebutkan mengenai adanya 3 jenis badan hukum, yaitu:

a. Yang diadakan oleh kekuasaan atau pemerintah atau negara.

b. Yang diakui oleh kekuasaan.

c. Yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan tertentu yang tidak

bertentangan dengan UndangUndang atau kesusilaan biasa juga disebut

dengan badan hukum dengan konstruksi keperdataan.

Badan hukum dibedakan atas 4 macam, yaitu :

a. Lembaga-lembaga negara yang dibentuk dengan maksud untuk

kepentingan umum dapat mempunyai status sebagai badan hukum yang

mewakili kepentingan umum dan menjalankan aktivitas di bidang hukum

publik. Misalnya Komisi Pemilihan Umum yang dalam menjalankan

tugasnya menetapkan keputusan tentang partai politik yang berhak

mengikuti pemilihan umum.

b. Badan hukum yang mewakili kepentingan publik dan menjalankan

aktivitas di bidang hukum perdata. Misalnya, Bank Indonesia sebagai bank

sentral menurut ketentuan UndangUndang Dasar 1945 mengadakan dan

menandatangani perjanjian jual beli valuta asing dengan badan usaha lain.

c. Badan hukum yang mewakili kepentingan perdata pendirinya tetapi

menjalankan aktivitas di bidang hukum publik. Misalnya, suatu yayasan

yang dibentuk oleh pribadi-pribadi para dermawan untuk membantu

pemberian bantuan obat-obatan dan fasilitas kesehatan bagi orang miskin

atau pegawai negeri sipil golongan I di suatu daerah tertentu.

Page 52: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

52

d. Badan hukum yang mewakili kepentingan perdata pendirinya dan

menjalankan aktivitas di bidang perdata. Misalnya koperasi ataupun

perseroan terbatas yang didirikan oleh pendirinya untuk kepentingan

Perdata dan menjalankan aktivitas perdagangan yang mendatangkan

keuntungan perdata bagi yang bersangkutan.

Badan hukum ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

a. Badan Hukum Privat (privaatrecht). Yaitu badan hukum yang didirikan

atas dasar hukum perdata atau hukum sipil yang menyangkut kepentingan

orang atau individu-individu yang termasuk dalam badan hukum tersebut.

b. Badan Hukum Publik (publiekrecht). Yaitu badan hukum yang didirikan

berdasarkan hukum publik atau orang banyak atau menyangkut

kepentingan negara.

Badan hukum publik (publiekrecht) merupakan badan hukum yang

didirikan berdasarkan hukum publik atau orang banyak atau menyangkut

kepentingan negara. Badan hukum ini merupakan badan negara, mempunyai

kekuasaan wilayah, lembaga yang dibentuk oleh yang berkuasa, berdasarkan

perundang-undangan yang dijalankan secara fungsional oleh

eksekutif/pemerintah/Badan pengurus yang diberikan tugas untuk itu.

Landasan Hukum BPJS Kesehatan sebagai Badan Hukum Publik,

adalah:

a. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)

Merupakan salah satu dan hukum publik di Indonesia yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam Pasal 7 Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2011 menyebutkan bahwa BPJS Kesehatan

adalah badan hukum publik dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Page 53: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

53

b. Pemilik BPJS Kesehatan sebagai Badan Hukum Publik.

Pada prinsipnya suatu badan hukum publik, pemiliknya adalah

orang/lembaga yang menempatkan modal/aset pada Badan hukum

tersebut. Sumber dana BPJS Kesehatan adalah dari pemerintah dan

peserta yang membayar iuran. Jadi pemilik BPJS Kesehatan adalah

pemerintah dan peserta program jaminan sosial, termasuk orang asing

yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.

c. Lembaga Non-Struktural

Lembaga Non-Struktural adalah lembaga yang dibentuk melalui

peraturan perundang-undangan tertentu guna menunjang pelaksanaan

fungsi negara dan pemerintah, yang dapat melibatkan unsur-unsur

pemerintah, swasta dan masyarakat sipil, serta dibiayai oleh anggaran

negara. Kategori BPJS Kesehatan dalam Susunan Lembaga Negara

Indonesia. BPJS Kesehatan merupakan salah satu Lembaga Non-

Struktural. Lembaga Non-Struktural (disingkat LNS) adalah lembaga

yang dibentuk melalui peraturan perundang-undangan tertentu guna

menunjang pelaksanaan fungsi negara dan pemerintah, yang dapat

melibatkan unsur-unsur pemerintah, swasta dan masyarakat sipil, serta

dibiayai oleh anggaran negara.

BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan program Jaminan

Kesehatan Nasional berhubungan dengan badan hukum publik lainnya

(Kementerian/Lembaga). Hubungan kerja tersebut bersifat kemitraan,

koordinatif, konsultatif, sinergitas, dan joint working. Oleh karenanya,

tidak ada Kementerian/Lembaga yang dapat mengendalikan, mengatur,

dan mengintervensi BPJS Kesehatan, kecuali ada penugasan khusus dari

Presiden. Tata Hubungan Kerja BPJS Kesehatan sebagai Badan Hukum

Publik yang bertanggung jawab kepada Presiden Sepanjang tidak ada

Menteri atau Pejabat lain yang ditunjuk Presiden, sesuai dengan

Page 54: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

54

hubungan ketatalaksanaan pemerintahan, Direksi BPJS Kesehatan

mempunyai kewajiban hukum untuk menyampaikan pelaksanaan

program JKN yang diamanatkan oleh Undang-Undang SJSN dan

Undang-Undang BPJS secara tertulis dan/atau lisan kepada Presiden.

Kekuatan Peraturan/Regulasi yang Diterbitkan oleh BPJS

Kesehatan Sehubungan dengan kedudukan BPJS Kesehatan yang

termasuk dalam Badan Hukum Publik yang dibentuk dengan Undang-

Undang, BPJS Kesehatan memiliki kewenangan untuk membuat

keputusan atau peraturan yang mengikat orang lain yang tidak tergabung

dalam badan hukum tersebut. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 8

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

PerundangUndangan. Pasal 8 menyebutkan:

١( Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang

ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah

Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank

Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah

Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,

Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota,

Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

٢( Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat

sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang

lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.46

46

Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

Page 55: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

55

Mengacu pada ketentuan dalam Pasal 8 di atas, BPJS Kesehatan

memenuhi rumusan ayat (1) dan ayat (2) yakni: (1) Peraturan BPJS

Kesehatan termasuk dalam jenis peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia karena BPJS Kesehatan sebagai penyusun Peraturan

merupakan badan yang dibentuk dengan Undang-Undang, dalam hal ini

Undang-Undang SJSN dan Undang-Undang BPJS. (2) Peraturan BPJS

Kesehatan diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat karena diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi dan/atau dibentuk berdasarkan kewenangan.47

٢- Fungsi

BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan

kesehatan. Jaminan kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara

nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan

menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a

berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS

Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b

berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program

jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua.48

٣- Tugas dan Wewenang

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,

BPJS bertugas untuk:

a. melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

47

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. Kedudukan dan status kelembagaan BPJS Kesehatan. (Jakarta;

BPJS Kesehatan 2017). Hal. 14. 48

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial. Pasal 9 Ayat (1) Dan (2).

Page 56: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

56

b. memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

c. menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;

d. mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;

e. mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;

f. membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan

g. memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan

Sosial kepada Peserta dan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,

BPJS berwenang untuk:

a. menagih pembayaran Iuran;

b. menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan

jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,

kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

c. melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan

Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

d. membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang

ditetapkan oleh Pemerintah;

e. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

f. mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya;

g. melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi

kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

dan

Page 57: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

57

h. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program Jaminan Sosial.49

Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta

pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan

pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan

mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat

kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.50

٤- Hak dan Kewajiban

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

11, BPJS berhak untuk:

a. memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang

bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan

b. memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program

Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,

BPJS berkewajiban untuk:

a. memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;

b. mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-

besarnya kepentingan Peserta;

c. memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik

mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil

pengembangannya;

d. memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-

Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

49

Ibid 50

http://www.jamsosindonesia.com/bpjs/view/fungsi-tugas-wewenang_25 di akses pada 28 Maret

2018

Page 58: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

58

e. memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk

mengikuti ketentuan yang berlaku;

f. memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk

mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;

g. memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua

dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

h. memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

i. membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang

lazim dan berlaku umum;

j. melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku

dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan

k. melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,

secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan

kepada DJSN. 51

51

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial. Pasal 12 Dan Pasal 13.

Page 59: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

59

٥- Struktur Organisasi

Organ BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.52

52

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan, Pasal 20.

Page 60: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

60

C. Dewan Jaminan Kesehatan

Dewan pengawas BPJS terdiri atas 7 (tujuh) orang professional. Dewan

Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) UU No. 24 tahun 2011 terdiri

atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2 (dua) orang unsur Pekerja, dan 2 (dua)

orang unsur Pemberi Kerja, serta 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat.

Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Salah

seorang dari anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud ditetapkan

sebagai ketua Dewan Pengawas oleh Presiden. Anggota Dewan Pengawas

sebagaimana diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan

untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Dewan

pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS. Dalam

menjalankan fungsi, Dewan Pengawas bertugas untuk :

-١ melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja

Direksi;

-٢ melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan

dana Jaminan Sosial oleh Direksi;

-٣ memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai

kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan

-٤ menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial

sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan

kepada DJSN.

Dalam menjalankan tugas, Dewan Pengawas berwenang untuk:

-١ menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;

-٢ mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;

-٣ mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS;

-٤ melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai

penyelenggaraan BPJS; dan

Page 61: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

61

-٥ memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja

Direksi.

-٦ Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang

Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

diatur dengan Peraturan Dewan Pengawas.53

D. Praktik Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dan Permasalahannya

Berbagai permasalahan muncul berkaitan dengan uang, yang telah dan

akan dibayar BPJS, kecukupan dana, dan besaran pembayaran kepada fasilitas

kesehatan. Masalah likuiditas dan klaim melebihi penerimaan iuran, maka

pimpinan BPJS menyusun aturan kepesertaan yang menabrak batas

kewenangannya. Di tahun 2015 pemerintah dan DPR sepakat menyuntik dana

tambahan sampai Rp 5 triliun untuk BPJS Kesehatan.54

Kekeliruan pemahaman

pimpinan BPJS terletak pada penafsiran delegasi kewenangan pengaturan

kepesertaan dalam Perpres Jaminan Kesehatan. Mulai berlakunya jaminan

merupakan penetapan manfaat JKN yang oleh UU SJSN didelegasikan kepada

Perpres, bukan kepada BPJS. Beberapa aturan BPJS yang mepersulit penduduk

mendapatkan haknya, sekaligus menjalankan kewajibannya, sebagaimana diatur

dalam peraturan BPJS Nomor 4/2014, adalah :

-١ Aturan mengenai masa berlaku aktif jaminan setelah 7 hari pertama

mendaftar apalagi membayar bertentangan dengan UU SJSN. Dalam UU

disebutkan bahwa peserta adalah penduduk yang telah membayar iuran. Hak

peserta adalah mendapatkan jaminan dan informasi. Menunda 7 hari dapat

menimbulkan risiko besar. Sebab, sakit dan kecelakaan diri dapat terjadi

setiap saat. Celakanya lagi, diberitakan bahwa atas laporan DIrut BPJS

53

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan, Pasal 22. 54

http://www.twmpo.co/read/news/2015/01/22/090636837/PEMERINTAH-Suntik-BPJS-Rp-5-triliun.

Di akses pada 28 Maret 2018

Page 62: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

62

Kesehatan, Menko Perekonomian mengintruksikan masa verifikasi 30 hari.55

Padahal Menko Perekonomian sama sekali tidak diberi peran oleh UU SJSN.

-٢ Aturan lain yang aneh adalah bahwa bayi baru lahir tidak langsung

dijamin. Belakangan sudah dikoreksi bahwa untuk peserta PBI (penduduk

miskin) maka bayi langsung dijamin. Ini juga aneh dan menyulitkan peserta

yang kebetulan melahirkan bayi yang sakit atau menderita cacat bawaan.

-٣ Persyaratan kepesertaan yang terlalu bayak dan tidak selalu bisa dimiliki

peserta golongan bawah juga menyulitkan peserta. Persyaratan memiliki

rekening bank misalnya, merupakan salah satu persyaratan yang

menyulitkan peserta. Sebagai asuransi wajib, maka setiap penduduk

Indonesia yang mau membayar iuran harus diterima. Tidak perlu persyaratan

yang rumit atau banyak.

-٤ Adalagi aturan sendiri yang dibuat BPJS yaitu dengan menyatakan bahwa

BPJS berupaya agar biaya operasional BPJS dapat dipenuhi dari hasil

pengembangan aset BPJS. Memang UU BPJS memiliki cacat bawaan

dimana aset BPJS dipisah dari aset Dana Jaminan Sosial (DJS).

Di lapangan petugas BPJS memiliki persepsi berbeda. Ada yang

mengharuskan semua syarat peserta perorangan seperti KTP, surat domisili,

nomor rekening, diserahkan. Seharusnya karena penduduk wajib menjadi

peseerta, cukup salah satu bukti saja, bukan semuanya.56

Selain itu, ada juga pemasalahan yang baru terjadi pada 27 November

2017. Mito, seorang warga Jakarta Timur belum menjadi anggota BPJS

Kesehatan. Pria berusia 34 tahun ini sebenarnya punya keinginan untuk

mengurus menjadi keanggotaan BPJS Kesehatan. Namun, ia masih belum

mengerti akan manfaat sistem jaminan kesehatan ini sehingga niatnya pun

kurang bulat. “Selain memang enggak sempat karena ada kerjaan, belum daftar

55

http://www.thejakartapost.com/news/2015/02/02/govt-extend-activation-jkn-insurance-one-

month.html. Di akses pada 29 Maret 2018 56

Hasbullah Thabrany, Jaminan Kesehatan Nasional, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2016) Hal. 264-

266.

Page 63: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

63

BPJS Kesehatan juga karena belum mengerti fungsinya. Kalau misalnya ngerti,

mungkin saya akan sempatkan,” kata Mito kepada Tirto. Pria yang bekerja

sebagai pelayan kafe di kawasan Jakarta Selatan ini enggan mendaftar karena

sering mendengar kabar bahwa pelayanan BPJS Kesehatan kerap bermasalah.

Layanan BPJS Kesehatan yang bergulir sejak 2014 memang menyisakan banyak

persoalan, antara lain kasus peserta yang ditolak di rumah sakit, pelayanan yang

kurang memadai hingga defisit anggaran yang menahun. Citra yang buruk

tersebut membuat target dari Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat

(JKN-KIS) agar seluruh penduduk Indonesia dapat terlindungi jaminan kesehatan

atau Universal Health Coverage (UHC) masih jauh panggang dari api. Per 31

Desember 2017, jumlah kepesertaan JKN-KIS baru mencapai 187,98 juta orang,

atau 73 persen dari target 2019 sebanyak 257,5 juta orang. Dengan demikian,

masih ada 69,52 juta orang yang harus masuk hingga 2019.57

Bagaimana strategi BPJS Kesehatan pada 2018 di tengah persoalan defisit

anggaran? Bila mengacu dari paparan direksi BPJS Kesehatan di awal 2018,

upaya yang akan dilakukan BPJS Kesehatan tidak banyak berubah seperti tahun-

tahun sebelumnya. BPJS Kesehatan masih fokus memberikan sosialisasi kepada

warga, dan mendorong para stakeholder untuk aktif dalam mengoptimalkan

pelaksanaan program JKN-KIS. Dalam kepesertaan JKN-KIS, sedikitnya ada 10

kelompok yang terdaftar di BPJS Kesehatan, seperti penerima bantuan iuran

(PBI) yang menjadi tanggung jawab APBN dan APBD. Lalu, Pekerja Penerima

Upah (PPU) PNS, Polri, BUMN, BUMD, dan TNI. Kemudian ada lagi PPU

Swasta, Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Pekerja Mandiri dan Bukan

Pekerja. Namun dari 10 kelompok itu, BPJS Kesehatan lebih fokus menambah

PPU Swasta dan PBPU. Hal ini dikarenakan, data kelompok selain PPU Swasta

dan PBPU sudah teridentifikasi oleh kementerian dan lembaga (KL) yang

57

https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan-terseok-seok-cCGi penulis dan Reporter

Ringkang Gumiwang. Diakses pada 29 Maret 2018.

Page 64: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

64

bersangkutan. Dengan kata lain, BPJS Kesehatan hanya tinggal menunggu atau

menerima data saja.58

Dalam mendorong kepesertaan PPU Swasta dan PBPU tersebut, BPJS

Kesehatan melakukan pendekatan atau cara yang berbeda. Untuk PPU Swasta,

BPJS Kesehatan akan mendorong kegiatan canvassing kepada badan usaha.

Kegiatan dari canvassing antara lain menyisir lokasi usaha secara terencana,

menginformasikan hak dan kewajiban badan usaha, mendata tenaga kerja, serta

meminta komitmen pelaksanaan kewajiban pendaftaran atau pelaporan data

secara lengkap dan benar. Apabila kewajiban itu tidak dijalankan badan usaha

dalam batas waktu yang telah ditentukan, maka BPJS Kesehatan akan

memproses badan usaha bersangkutan itu ke dalam pengawasan dan pemeriksaan

kepatuhan.59

Khusus untuk PBPU atau Pekerja Mandiri, BPJS akan fokus dalam

mempermudah cara pendaftaran dan pembayaran, misalnya, dengan membuat

aplikasi mobile JKN, membuka call center, termasuk membuka layanan JKN di

pusat perbelanjaan. Selain itu, BPJS Kesehatan juga menjalin kerja sama dengan

perguruan tinggi guna mewajibkan para mahasiswanya untuk terdaftar dalam

program JKN-KIS. Tentunya, apabila mahasiswa terdaftar, maka keluarganya

pun otomatis juga bisa ikut terdaftar. BPJS Kesehatan juga mengingatkan agar

pemda dan kementerian/lembaga yang terkait juga aktif dalam mendukung

pelaksanaan program JKN-KIS. Apalagi, instruksi itu sudah tertuang dalam

Inpres No. 8/2017 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program JKN.60

Apakah strategi BPJS itu mampu mengejar target kepesertaan 257 juta

orang di 2019? Bila melihat kinerja BPJS Kesehatan selama ini, agaknya sulit

58

https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan-terseok-seok-cCGi penulis dan Reporter

Ringkang Gumiwang. Diakses pada 29 Maret 2018. 59

https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan-terseok-seok-cCGi penulis dan Reporter

Ringkang Gumiwang. Diakses pada 29 Maret 2018. 60

https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan-terseok-seok-cCGi penulis dan Reporter

Ringkang Gumiwang. Diakses pada 29 Maret 2018.

Page 65: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

65

untuk mengejar target pada 2019. Apalagi, strategi atau inovasi dari BPJS

Kesehatan pada 2018, bisa dibilang tidak ada yang baru. Dalam empat tahun

terakhir, BPJS Kesehatan hanya mampu menambah jumlah kepesertaan JKN-

KIS total sebanyak 66,38 juta orang. Jika dirata-rata, maka jumlah peserta yang

berhasil didaftarkan BPJS Kesehatan mencapai 1,38 juta orang per bulan. Secara

hitungan sederhana, capaian kinerja BPJS Kesehatan itu tidak cukup untuk

mengejar sisanya. Pasalnya, dengan waktu 2 tahun yang tersisa, rata-rata jumlah

kepesertaan sedikitnya harus bertambah 2,89 juta orang perbulan.61

Menurutnya, ada empat hal yang menyebabkan target kepesertaan

program JKN-KIS sulit dikejar. Pertama, sosialisasi JKN oleh BPJS Kesehatan

masih belum memadai, perlu upaya yang lebih agar rakyat mengetahui aturan

main dan manfaat JKN. Kedua, meningkatkan pelayanan JKN di rumah sakit.

Saat ini, masih banyak keluhan dari lapisan masyarakat menyangkut pelayanan

JKN. Kondisi itu akhirnya membuat citra dari JKN turun. Ketiga, masih

lemahnya penegakkan hukum bagi badan usaha yang belum mendaftarkan para

pekerjanya ke BPJS Kesehatan. Koordinasi antara BPJS Kesehatan, pemerintah

daerah dan Kejaksaan masih perlu untuk ditingkatkan lagi.62

Target jumlah kepesertaan JKN-KIS sebanyak 257,5 juta sebenarnya

bukan tidak mungkin tercapai tepat waktu, apabila dikerjakan serius dan dapat

dukungan banyak pihak. Tugas mengejar target kepesertaan JKN bukan

tanggung jawab BPJS Kesehatan saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab

pemda, kementerian/lembaga, pelaku usaha swasta dan lainnya. Namun, perlu

diingat persoalan lain yang juga tak kalah pentingnya adalah soal defisit

anggaran program ini yang menahun. Bila tak ada terobosan baru, penambahan

61

https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan-terseok-seok-cCGi penulis dan Reporter

Ringkang Gumiwang. Diakses pada 29 Maret 2018. 62

https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan-terseok-seok-cCGi penulis dan Reporter

Ringkang Gumiwang. Diakses pada 29 Maret 2018.

Page 66: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

66

jumlah kepesertaan program ini hanya akan menambah daftar masalah yang

belum terselesaikan.63

63

https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-kesehatan-terseok-seok-cCGi penulis dan Reporter

Ringkang Gumiwang. Diakses pada 29 Maret 2018.

Page 67: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

67

BAB IV

ANALISIS TERHADAP JAMINAN KESEHATAN

A. Prinsip dan Tujuan Jaminan Kesehatan Dalam Perspektif Maslahat

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang bertujuan untuk membatu masyarakat

yang kurang mampu dalam biaya kesehatan. Selain itu juga bertujuan untuk

membangun masyarakat yang sehat. Mewujudkan terselenggaranya pemberian

jaminan kesehatan yang layak bagi setiap peserta atau anggota keluarganya

sebagai pemenuhan dasar hidup penduduk Indonesia.64

Prinsip jaminan kesehatan mengacu pada prinsip Sistem Jaminan Sosial

Nasional, yaitu :

-١ Prinsip gotong royong, menjadi salah satu prinsip dalam hidup

bermasyarakat juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita.

Dalam SJSN, prinsip gotong royong adalah peserta yang mampu

membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu

yang sakit atau berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang

sakit. Ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh

penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip

gotong-royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

-٢ Prinsip nirlaba, Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for

profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi

sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari

64

Www.Depkes.Go.Id/Resources/.../Buku-Pegangan-Sosialisasi-Jkn.Pdf diakses pada 30 Maret 2018

Page 68: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

68

masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan

di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

-٣ Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah

pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

-٤ Prinsip kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi

peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib

bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan

ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan

program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,

bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara

mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

dapat mencakup seluruh rakyat.

-٥ Prinsip dana amanat Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan

dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-

baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan

peserta.

-٦ Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial hasil pengelolaan dana

jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program

dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Tujuan Program jaminan kesehatan agar semua penduduk terlindungi

dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan kesehatan

masyarakat yang layak, dalam rangka:65

-١ Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di

seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

65

Http://Jkn.Jamsosindonesia.Com/Home/Cetak/8/Tujuan%20jkn diakses pada 30 Maret 2018

Page 69: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

69

-٢ Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan kepada peserta secara

menyeluruh, terstandar, dengan sistem pengelolaan yang terkendali mutu

dan biayanya.

-٣ Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Tujuan pemerintah menyelenggarakan program ini adalah untuk

memberikan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat serta

menghilangkan mafsadah (kerusakan). Seperti yang tercantum dalam kaidah

fiqhiyah tentang teori Kebijakan Publik sebagai berikut:66

لحة ط بالأمصأ عية منوأ مام على الر ف الأ تصر

Artinya : “Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung

kepada kemaslahatan”.67

Maksud dari kaidah ini yaitu semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah

terhadap rakyat harus berdasarkan pada terjaminnya kepentingan kesehatan

masyarakat dan kemaslahatan rakyat yang diwujudkan dalam program BPJS

dalam hal ini adalah suatu kemaslahatan. Kebalikan dari mashlahah adalah

mafsadah, mafsadah adalah hal yang harus dihindari menurut konsep al-

mashlahah. Mafsadah yang dapat dihindari adalah tidak memperoleh pelayanan

kesehatan secara baik, pengobatan secara maksimal, dan mahalnya biaya

pengobatan yang harus dibayarkan.68

Jaminan kesehatan memberikan kemaslahatan untuk masyarakat. Dalam

mashlahah, jaminan kesehatan tidak termasuk mashlahah mu‟tabarah karena

tidak ada dalilnya yang mendukung kemaslahatan jaminan kesehatan saat ini.

Jaminan kesehatan juga tidak termasuk mashlahah mulghah, karena tidak adanya

dalil syara‟ yang menentangnya. Akan tetapi ia termasuk mashlahah mursalah

66

Muhammad Ma‟shum Zein, Qowaid Fiqhiyyah Pengantar Memahami Nadzom Al-Faroidul

Baghiyah, (Jombang: Darul Hikmah, 2010) hal. 10. 67

Muliadi Kurdi, Ushul Fiqh Sebuah Pengenalan Awal, (Aceh: Lembaga Naskah Aceh, Cet 2, 2015),

h.402. 68

Amir Syarifudin, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) hal. 345.

Page 70: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

70

karena sebuah kemaslahatn yang tidak didukung dalil syara‟ atau nash yang rinci.

Maka dengan adanya jaminan kesehatan ini, masayarakat dimudahkan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Dalam menolak mafsadahnya

(kerusakan) berupa menghilangkan kesulitan masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang layak.

Jadi, jaminan kesehatan termasuk pada mashlahah al-dharuriyyah yang

terdapat 5 kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia,

yaitu: (1) Memelihara agama, (2) Memelihara jiwa, (3) Memelihara akal, (4)

Memelihara keturunan, (5) Memelihara harta. Jika dilihat bahwa memelihara

jiwa termasuk dalam mashlahah al-dharuriyyah, maka memelihara jiwa juga

berarti memelihara kesehatan. Program pemerintah ini bukan hanya untuk

memelihara kesehatan masyarakatnya saja, tetapi juga untuk kesejahteraan rakyat

dan bangsanya. Agar rakyat kecil juga bisa berobat dengan layak dan

mendapatkan pelayanan kesehatan untuk rakyat yang sejahtera.

B. Pelayanan Jaminan Kesehatan

Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien BPJS

harus layak. Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 2 dijelaskan bahwasanya standarisasi

pelayanan itu harus sesuai dengan asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas

keadilan bagi seluruh warga Negara Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini,

tenaga kesehatan tidaklah membeda-bedakan antara pengguna BPJS dan yang

biasa. Karena sudah ditempatkan sesuai kelas yang telah ditetapkan oleh BPJS.

Pelayanan terhadap pasien ada 2 jenis, yaitu pelayanan kesehatan dan atau medis

serta pelayanan akomodasi dan ambulan. Ambulan diberikan pada pasien rujukan

dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan BPJS.

Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang meliputi penyuluhan

kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga berencana, rawat jalan, rawat inap,

Page 71: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

71

pelayanan gawat darurat, dan tindakan medis lainnya, termasuk cuci darah dan

operasi jantung.69

Pelayanan ini diberikan sesuai dengan standart pelayanan, baik mutu

maupun jenis pelayanannya dalam rangka menjamin kesinambungan program

dan kepuasan peserta. Luasnya pelayanan kesehatan disesuaikan dengan

kebutuhan peserta yang dapat berubah dan kemampuan keuangan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

Asas kemanusiaan dalam pelayanan terhadap peserta yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan sudah sesuai dengan apa yang diamanatkan BPJS dengan cara

tidak membeda-bedakan antara pengguna BPJS dengan yang biasa. Sudah

ditempatkan kelas-kelasnya yang sudah ditetapkan BPJS. Yang menjadi tolak

ukur untuk menentukan baik atau buruknya (mafadah dan manfaatnya) sesuatu

yang dilakukan dalam hal ini adalah pelayanan kepada pasien oleh tenaga

kesehatan yang dan yang menjadi tujuan pokok pembinaan hukum adalah apa

yang menjadi kebutuhan mendasar manusia. Sedangkan dalam hal ini,

pelayanan pada peserta termasuk maqashid syari‟ah dalam kategori memelihara

jiwa dalam dharuriyat karena kesehatan termasuk kebutuhan pokok agar

manusia dapat bertahan hidup, jika kebutuhan pokok ini diabaikan maka akan

berakibat terancamnya eksistensi jiwa manusia.

Mashlahah hajiyyah dalam pelayanan terhadap pasien BPJS diwujudkan,

misalnya ada pasien yang dirujuk tapi belum dapat tempat untuk perawatan

maka untuk sementara diberikan pelayanan di puskesmas atau klinik untuk

menghindari yang berakibat fatal. Karena mashlahah hajiyah memberikan

pengertian bahwa kemaslahatan yang dibutuhkan untuk menyempurnakan

mashlahah pokok dan mendasar.70

Jika dilihat dari kategori mashlahah

69

Penjelasan Pasal 22 Ayat 1 Undang Undang Sjsn Nomor 40 Tahun 2004 70

Totok Jumantoro Dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005)

hal. 202.

Page 72: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

72

tahsiniyah yaitu upaya pelayanan yang dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan

pada pasien rawat inap BPJS sudah sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam

Undang-Undang dan dalam pelayanan tersebut bertujuan untuk

menyempurnakan kemaslahatan yang diperoleh pasien ketika berobat. Karena

pelayanan adalah hal yang penting untuk menyempurnakan kebutuhan pasien

dalam memeriksakan dirinya maupun dalam membeli obat.

Kekuatan mashlahah dapat dilihat dari segi tujuan syara‟ dalam

menetapkan hukum, yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan

5 prinsip pokok, agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Seperti yang sudah

dijelaskan pada bab sebelumnya dari segi kekuatannya dalam menetapkan

hukum, mashlahah ada 3 macam; maslahah dharuriyyah, mashlahah hajiyyah

dan mashlahah tahsiniyyah. Hubungan antara ketiga jenis tingkatan keperluan

dan perlindungan ini dijelaskan; 1). Al-Dharuriyyah adalah dasar bagi al-

hajiyyah, 2). Kerusakan al-dharuriyyah akan menyebabkan kerusakan seluruh

al-hajiyyah dan al-tahsinniyyah. 3). Kerusakan al-hajiyyah dan al-tahsiniyyah

tidak akan menyebabkan kerusakan al-dharuriyyah. 4). Kerusakan seluruh al-

hajiyyah dan al-tahsiniyyah akan menyebabkan keruakan sebagian al-

dharuriyyah. 5). Keperluan dan perlindungan al-hajiyyah dan al-tahsiniyyah

perlu dipelihara untuk kelestarian al-dharuriyyah.71

Mengenai makna dan pengertian dari perlidungan al-dharuriyyah, al-

hajiyyah dan al-tahsiniyyah, diketahui bahwa keperluan dan perlindungan yang

dianggap al-dharuriyyah hanya sebatas pada keperluan dan perlindungan yang

betul-betul bersifat primer, elementer atau keperluan dasar yang diperlukan

manusia untuk dapat bertahan hidup. Keperluan dan perlindungan yang harus

ada agar hidup tidak susah, ini disebut dengan maqasid al-hajiyyah.

71

Alyasa‟ Abu Bakar, Metode Isltislahiah; “Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dalam Ushul Fiqh”.

(Jakarta: Prenadamedia Grup, 2016), hal. 80

Page 73: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

73

“Keperluan al-hajiyyah terkadang dapat setara dengan keperluan al-

dharuriyyah”

Keperluan dan perlindungan al-tahsiniyyah yaitu semua keperluan dan

perlindungan yang diperlukan agar kehidupan menjadi nyaman dan lebih

nyaman lagi, agar lebih mudah dan lebih mudah lagi seterusnya.72

Teori

mashlahah mursalah kaitannya dengan pemberlakuannya. Ada 4 tahapan dalam

penetapan peraturan, yaitu meliputi; 1). Penentuan masalah dan perumusan

masalah. 2). Identifikasi dan memahami nash hukum yang relevan. 3).

Mempertimbangkan signfikan, indikasi masyarakat, 4). Mencermati ilah hukum

dan menetapkan/menyimpulkan hukum yang dicari.

Kebutuhan akan pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan masyarakat

yang menjadi kewajiban negara. Rumah sakit, klinik dan fasilitas kesehatan

lainnya adalah fasilitas umum yang diperlukan masyarakat dalam pengobatan

dan berobat. Dengan demikian, pelayanan kesehatan termasuk bagian dari

kemaslahatan dan fasilitas umum yang harus dirasakan oleh rakyat, dan wajib

dijamin oleh negara sebagai bagian dari pelayanan negara terhadap rakyatnya.73

Karena bila pelayanan kesehatan tidak terpenuhi dan sakitnya sudah terlalu

lama dan disisi lain merupakan hal yang dharurat untuk dipenuhi jika tidak

segera terpenuhi dalam hal pelayanan maka bisa membuat terancam dengan

kematian.

Sesuai dengan kaidah fiqhiyah ini :

72

Ibid, hal. 86-88. 73

Nur Kholis, Antisipasi Hukum Islam Dalam Menjawab Problematika Kontemporer, Jurnal Al-

Mawarid, Edisi X (2003), hal. 169.

Page 74: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

74

Artinya: “kemudharatan harus ditolak semampunya”74

Maksud dari kaidah di atas adalah wajib hukumnya mencegah

kemudharatan semampu mungkin, baik sebelum kemudharatan itu terjadi. Oleh

karena itu harus ada usaha untuk mencegah mudharat. Karena mudharat akan

berkurang jika ada uaha untuk mencegahnya. Dalam hal ini terkait dengan

pelayanan bagi peserta BPJS harus segera dilayani karena setiap manusia punya

hak untuk mendapatkan pelayanan yang baik untuk mencegah penyakit yang

diderita agar tidak bertambah parah. Mashlahah mursalah dalam memandang

pelayanan terhadap peserta BPJS sangat perlu karena tujuan dari BPJS adalah

untuk kemaslahatan umat selama dalam hal pelayanannya tidak menimbulkan

kepentingan di lain pihak dan bisa bertindak sesuai dengan asas kemanusiaan

yaitu menyamakan derajat dan harga diri manusia agar terwujud kemaslahatan

bagi semua masyarakat.

BPJS memiliki kewenangan, kalau tidak ada hukum yang berdasarkan

maslahat manusia, dan berkenaan dengan mashlahah baru yang terus

berkembang serta pembentukan hukum hanya berdasarkan prinsip maslahah

yang mendapat pengakuan syara‟ saja, maka pembentukan hukum akan

berhenti dan kemaslahatan yang dibutuhkan manusia di setiap masa dan tempat

akan terabaikan. BPJS sangat dibutuhkan masyarakat untuk memelihara

kesehatan, dengan adanya BPJS masyarakat mendapatkan sebuah kemaslahatan

dan tidak perlu khawatir mengenai biaya dan pelayanan kesehatan.

Kemaslahatan yang dirasakan masyarakat bukan hanya sebatas dugaan

74

Dr. H. Abbas Arfan, 99 Kaidah Fiqh Muamalah Kulliyah Tipologi dan Penerapannya dalam

Ekonomi Islam dan perbankkan Syariah, cetakan 2, (Malang: UIN-Maliki Press, 2013) hal. 179.

Page 75: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

75

melainkan kemanfaatan yang dapat dinikmati dan dirasakan secara nyata oleh

masyarakat umum.75

C. Kelembagaan Jaminan Kesehatan

-١ Badan Hukum BPJS

Berdasarkan pasal 1653 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

disebutkan ada 3 jenis badan hukum, yaitu:

a. Yang diadakan oleh kekuasaan atau pemerintah atau negara

b. Yang diakui oleh kekuasaan

c. Yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan tertentu yang

tidak bertentangan dengan Undang Undang atau kesusilaan biasa juga

disebut dengan badan hukum dengan konstruksi keperdataan.

Badan hukum dibedakan 2 jenis, yaitu :

(١ Badan hukum privat (privaatrecht), badan hukum yang didirikan

atas dasar hukum perdata atau hukum sipil yang mmenyangkut

kepentingan orang atau individu yang termasuk dalam badan hukum

tersebut.

(٢ Badan hukum publik (pibliekrecht), badan hukum yang didirikan

berdasarkan hukum publik atau orang banyak atau menyangkut

kepentingan negara.

Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan

hukum publik atau orang banyak atau menyangkut kepentingan negara. Badan

hukum ini merupakan badan negara, mempunyai kekuasaan wilayah, lembaga

yang dibentuk oleh yang berkuasa, berdasarkan perundang-undangan yang

dijalankan secara fungsional oleh eksekutif /pemerintah/badan pengurus yang

diberikan tugas untuk itu. BPJS merupakan salah satu dan hukum publik di

75

Ibid, hal. 181

Page 76: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

76

Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang Undang nomor 40 Tahun 2004

tentang sistem jaminan sosial nasional dan Undang Undang nomor 24 tahun

2011 menyebutkann bahwa BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik dan

bertanggung jawab kepada Presiden.

Pada prinsipnya, suatu badan hukum publik, pemiliknya adalah orang

atau lembaga yang menempatkan modal/aset pada badan hukum tersebut.

Sumber dana BPJS Kesehatan adalah dari pemerintah dan peserta yang

membayar iuran. Jadi pemilik BPJS kesehatan adalah pemerintah dan peserta

program jaminan sosial, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6

(enam) bulan di Indonesia. Ciri-ciri BPJS Kesehatan sebagai badan hukum,

yaitu :

a. Dibentuk dengan Undang Undang, dalam hal ini Undang Undang SJSN

dan Undang Undang BPJS.

b. Diberikan kewenangan publik seperti menagih pembayaran iuran.

c. Laporan keuangannya disusun dan disajikan sesuai dengan standar

akuntansi keuangan yang berlaku.

d. Bertanggung jawab langsung kepada Presiden (tidak melalui menteri

yang mengoordinasikan).

Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya, dan mengenakan sanksi

administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi

kewajibannya.

-٢ Kelembagaan BPJS

Kelembagaan jaminan kesehatan bila dilihat dari pengawas BPJS

terdiri atas 7 (tujuh) orang professional. Dewan Pengawas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) UU No. 24 tahun 2011 terdiri atas 2 (dua) orang unsur

Pemerintah, 2 (dua) orang unsur Pekerja, dan 2 (dua) orang unsur Pemberi

Page 77: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

77

Kerja, serta 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat. Anggota Dewan Pengawas

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Salah seorang dari anggota Dewan

Pengawas sebagaimana dimaksud ditetapkan sebagai ketua Dewan Pengawas

oleh Presiden. Anggota Dewan Pengawas sebagaimana diangkat untuk jangka

waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1

(satu) kali masa jabatan berikutnya. Dewan pengawas berfungsi melakukan

pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS. Dalam menjalankan fungsi, Dewan

Pengawas bertugas untuk :

a. melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja

Direksi;

b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan

Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;

c. memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai

kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan

d. menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial

sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan

kepada DJSN.

Mashlahah al-tahsiniyyah, adalah kemaslahatan yang sifatnya

pelengkap berupa keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan

sebelumnya. Dalam hal ini, kelembagaan atau dewan BPJS termasuk dalam

mashlahah tahsniyyah. Karena dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya.

Dalam suatu kelembagaan ada dewan yang bekerja di dalamnya agar

terlaksananya program tersebut dengan baik. Dalam menjalankan tugas,

Dewan BPJS berwenang untuk:

a. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;

b. mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;

c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS;

Page 78: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

78

d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai

penyelenggaraan BPJS; dan

e. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja

Direksi.

f. Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang

Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat

(3) diatur dengan Peraturan Dewan Pengawas.76

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan sangat diperlukan oleh

masyarakat untuk memelihara kesehatannya, dengan adanya BPJS masyarakat

mendapatkan sebuah kemaslahatan yang mana ketika mereka akan berobat

tidak perlu khawatir dengan biaya mahal dan pelayanan yang kurang

memuaskan. Kemaslahatan yang dirasakan masyarakat bukan hanya sebatas

dugaan saja melainkan kemanfaatan tersebut dapat dinikmati dan dirasakan

secara nyata oleh masyarakat secara umum.

BPJS Kesehatan merupakan salah satu lembaga non-struktural.

Kebaga non-struktural adalah lembaga yang dibentuk melalui peraturan

perundang-undangan tertentu guna menunjang pelaksanaan fungsi negara dan

pemerintah, yang dapat melibatkan unsur-unsur pemerintah, swasta dan

masyarakat sipil, serta dibiayai oleh anggaran negara. BPJS termasuk lembaga

non struktural karena memenuhi kriteria sebagai berikut :77

a. Dibentuk berdasarkan undang-undang, yaitu undang undang BPJS

b. Melaksanakan tugas tertentu/spesifik yang diamanatkan secara khusus

oleh negara, yaitu menyelenggarakan program jeminan sosial di bidang

kesehatan

c. Bersifat independen, bertanggung jawab kepada presiden, dan

76

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan, Pasal 22. 77

BPJS Kesehatan, kedudukan dan status kelembagaan BPJS Kesehatan. 2017, hal. 21.

Page 79: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

79

d. Menggunakan dana APBN/APBD

BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan program Jaminan

Kesehatan Nasional berhubungan dengan badan hukum public lainnya

(kementerian/lembaga). Hubungan kerja tersebut bersifat kemitraan,

koordinatif, konsultatif, sinergitas, dan joint working. Oleh karenanya tidak

ada kementerian/lembaga yang dapat mengendalikan, mengatur, dan

mengintervensi BPJS Kesehatan, kecuali ada penugasan khusus dari

presiden.78

BPJS selaku wali amanat menerapkan asas kemanusiaan, asas manfaat

dan asas keadilan sosial menggunakan prinsip gotong royong, nirlaba,

keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat

wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial untuk peserta.

BPJS menjalankan amanat sudah tergolong memenuhi syarat. Maka Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial telah memiliki kekuatan dan kecakapan dalam

melakukann suatu perbuatan hukum dan sudah dianggap sah untuk menjadi

penyelenggara jaminan sosial.

Tata hubungan kerja BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik

yang bertanggung jawab kepada Presiden. Sepanjang tidak ada menteri atau

pejabat lain yang ditunjuk Presiden, sesuai dengan hubungan ketatalaksanaan

pemerintahan, Direksi BPJS Kesehatan mempunyai kewajiban hukum untuk

menyampaikan pelaksanaan program JKN yang diamanatkan oleh Undang

Undang BPJS secara tertulis dan atau lisan kepada presiden.

BPJS mempunnyai kewenangan dalam melaksanakan tugasnya, Pasal

11 Undang Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Menyebutkan

bahwa BPJS Kesehatan berwenang :79

78

ibid, hal. 23. 79

Ibid, hal. 25.

Page 80: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

80

a. Menagih pembayaran iuran.

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan

jangka panjang.

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja.

d. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya.

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.

f. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pebayaran fasilitas kesehatan.

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi

kewajiban lain.

h. Melakukan kerja sama dengan pihak lain.

BPJS kesehatan juga memiliki kewajiban, yaitu :80

a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-

besarnya kepentingan Peserta;

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai

kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya;

Memberikan manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-

Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

d. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk

mengikuti ketentuan yang berlaku;

e. Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk

mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;

80

Ibid, hal. 26.

Page 81: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

81

f. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang

lazim dan berlaku umum;

g. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku

dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan Melaporkan pelaksanaan

setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan

sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

Kekuatan peraturan/regulasi yang diterbitkan oleh BPJS kesehatan,

sehubungan dengan kedudukan BPJS kesehatan yang termasuk dalam Badan

Hukum Publik yang dibentuk dengan Undang-Undang, BPJS Kesehatan

memiliki kewenangan untuk membuat keputusan atau peraturan yang

mengikat orang lain yang tidak tergabung dalam badan hukum tersebut. Hal

ini sejalan dengan amanat Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan. Pasal 8 menyebutkan;81

a. Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa

Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga,

atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau

Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/

Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

b. Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat

sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih

tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

81

Ibid, hal. 28.

Page 82: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

82

Mengacu pada ketentuan dalam Pasal 8 di atas, BPJS Kesehatan

memenuhi rumusan ayat (1) dan ayat (2) yaitu :

(١ Peraturan BPJS Kesehatan termasuk dalam jenis peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia karena BPJS Kesehatan sebagai

penyusun Peraturan merupakan badan yang dibentuk dengan Undang-

Undang, dalam hal ini Undang-Undang SJSN dan Undang-Undang BPJS.

(٢ Peraturan BPJS Kesehatan diakui keberadaannya dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat karena diperintahkan oleh peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau dibentuk berdasarkan

kewenangan.

Page 83: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan dan analisis pada penelitian ini, maka penulis

merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

-١ Jaminan kesehatan yang diselenggarakan BPJS adalah program

jaminan kesehatan yang merupakan program pemerintah yang

tujuannya memberikan kepastian jaminan kesehatan menyeluruh bagi

setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,

produktif, sejahtera. Program jaminan kesehatan ditujukan untuk

memberikan manfaat pelayanan kesehatan yang cukup komprehensif,

mulai dari pelayanan preventif seperti imunisasi dan Keluarga

Berencana hingga pelayanan penyakit katastropik seperti penyakit

jantung, dan gagal ginjal. Institusi pelayanan kesehatan pemerintah

maupun swasta dapat memberikan pelayanan untuk program tersebut

selama mereka menandatangani sebuah kontrak kerjasama dengan

pemerintah.

Jaminan kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan, ini

mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,

pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan indikasi medis

yang diperlukan. Program Jaminan Kesehatan dilaksanakan terlebih

dahulu pada program jaminan sosial lainnya. Para pegawai negeri sipil

dan militer memiliki program kesehatannya sendiri yaitu Askes dan

Asabri. Beberapa pekerja sektor formal dilindungi oleh sebuah

program kesehatan yang disediakan oleh Jamsostek, sedangkan yang

lain tercakup dalam program asuransi swasta. Sebagian sektor formal

tidak tercakup sama sekali karena pemberi kerja memilih untuk

Page 84: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

84

menghindari persyaratan Jamsostek. Program Kesehatan kurang

mampu untuk dapat memberikan program jaminan kesehatan yang

efektif dan efisien. Maka dari itu, pada Januari 2014 semua program

jaminan kesehatan yang ada dikelola oleh satu administrator yaitu

BPJS Kesehatan.

-٢ Jaminan kesehatan memberikan kemaslahatan untuk masyarakat.

Dalam mashlahah, jaminan kesehatan tidak termasuk mashlahah

mu‟tabarah karena tidak ada dalilnya yang mendukung kemaslahatan

jaminan kesehatan saat ini. Jaminan kesehatan juga tidak termasuk

mashlahah mulghah, karena tidak adanya dalil syara‟ yang

menentangnya. Akan tetapi ia termasuk mashlahah mursalah karena

sebuah kemaslahatan yang tidak didukung dalil syara‟ atau nash yang

rinci. Jaminan kesehatan termasuk mashlahah al-Hajiyah, yaitu

kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan

pokok (mendasar) yang berbentuk keringanan untuk mempertahankan

dan memelihara kebutuhan dasar manusia, terutama dalam kesehatan.

Jaminan kesehatan juga termasuk mashlahah al-dharuriyyah yang

terdapat 5 kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok

manusia, yaitu: (1) Memelihara agama, (2) Memelihara jiwa, (3)

Memelihara akal, (4) Memelihara keturunan, (5) Memelihara harta.

Jika dilihat bahwa memelihara jiwa termasuk dalam mashlahah al-

dharuriyyah, maka memelihara jiwa juga berarti memelihara

kesehatan. Program pemerintah ini bukan hanya untuk memelihara

kesehatan masyarakatnya saja, tetapi juga untuk kesejahteraan rakyat

dan bangsanya. Agar rakyat kecil juga bisa berobat dengan layak dan

mendapatkan pelayanan kesehatan untuk rakyat yang sejahtera.

Page 85: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

85

B. Saran-saran

-١ Diharapkan pemerintah dan dewan BPJS kesehatan memperbaiki

beberapa hal, karena di beberapa rumah sakit peserta BPJS sangat

dibedakan pelayanannya. Terutama lamanya menunggu dokter dan

obat.

-٢ Pihak rumah sakit juga tidak boleh membedakan pelayanan dokter

antara pasien BPJS dan yang bukan. Terutama ketika dalam keadaan

darurat.

-٣ Masyarakat juga harus mulai aktif mendaftarkan BPJS untuk bayi

ketika lahir. Juga rutin membayar iuran agar ketika suatu saat terkena

sakit maka nomor BPJSnya tetap bisa digunakan dan tidak digantikan

dengan yang lain.

Page 86: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

86

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abbas Arfan, 99 Kaidah Fiqh Muamalah Kulliyah Tipologi Dan

Penerapannya Dalam Ekonomi Islam Dan Perbankkan Syariah,

Cetakan 2, (Malang: UIN-Maliki Press, 2013)

Amir Syarifudin, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011)

Alyasa‟ Abu Bakar, Metode Isltislahiah; “Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan

Dalam Ushul Fiqh”. (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2016)

Budi Winarno, Kebijakan Publik - Teori Dan Proses, (Jakarta: PT. Buku Kita,

2008),

Conny R . Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Grasindo, 2004)

Dr. Al Fanjari Ahmad Syauqi, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam,

(Wonosobo: Bumi Aksara),

Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: CV

Alfabeta,2008),

Fahmi Muhammad Ahmadi Dan Jenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,

(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2010),

Hasbullah Thabrany, Jaminan Kesehatan Nasional, (Jakarta: Rajagrafindo

Persada 2016)

Hessel Nogi S. Tangkilisan,Evaluasi Kebijakan Publik, (Yogyakarta:

Balairung & Co, 2003),

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Universitas Indonesia.

1966).

Muhammad Ma‟shum Zein, Qowaid Fiqhiyyah Pengantar Memahami

Nadzom Al-Faroidul Baghiyah, (Jombang: Darul Hikmah, 2010)

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Ciputat: Logos Publishing House 1996)

Page 87: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

87

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2011,

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. Kedudukan Dan Status Kelembagaan BPJS

Kesehatan. (Jakarta; BPJS Kesehatan 2017)

Riant Nugroho, Public Policy : Dinamika Kebijakan - Analisis Kebijakan -

Manejemen Kebijakan, ( Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011).

Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014)

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formlasi Kepenyusunan

Model Implementasi Kebijakan Publik (Jakarta: Bumi Aksara, 2015)

Totok Jumantoro Dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2005)

Wardan Anang Solihin, Peduli Kemiskinan, (Jakarta: Rosada)

Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori Dan Praktik Analisis

Kebijakan, (Jakarta; Kencana Prenada Media Grup 2008)

Wiku Adisasmito, Sistem Kesehatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 1998).

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BPJS Kesehatan, Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions), Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta; Maret 2013

BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.

Harry, BPJS Kesehatan, Wawancara Dalam Skripsi M. Abduh Nuril Huda,

Tahun 2014

Implikasi Berlakunya UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS Terhadap BPJS

Jaminan Kesehatan. Diakses Pada 28 Maret 2018

Page 88: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

88

Kesehatan Cabang Utama Bandung Dalam Penyelenggaraan Jaminan

Kesehatan. Penellitian Repository.Unica.Ac.Id

Program Jaminan Kesehatan, sumber

http://www.jaamsosindonesia.com/sjsn/program/programjaminankes

ehatan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesi Tahun 1945 Pasal 28-H

Undang-Undang No.40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

C. INTERNET

BPJS Kesehatan, Kedudukan Dan Status Kelembagaan BPJS Kesehatan.

2017.

Https://Bpjs-Kesehatan.Go.Id/Bpjs/Index.Php/Pages/Detail/2014/13 Iuran

Http://Www.Ekonomirakyat.Org/Edisi_7/Artikel_5.Html

Http://Www.Jamsosindonesia.Com/Bpjs/View/Fungsi-Tugas-Wewenang_25

Http://Www.Twmpo.Co/Read/News/2015/01/22/090636837/PEMERINTAH-

Suntik-BPJS-Rp-5-Triliun.

Http://Www.Thejakartapost.Com/News/2015/02/02/Govt-Extend-Activation-

Jkn-Insurance-One-Month.Html

Https://Tirto.Id/Daftar-Masalah-Yang-Bikin-Bpjs-Kesehatan-Terseok-Seok-

Ccgi Penulis Dan Reporter Ringkang Gumiwang. Diakses Pada 29

Maret 2018.

Http://Jkn.Jamsosindonesia.Com/Home/Cetak/8/Tujuan%20jkn

Nur Kholis, Antisipasi Hukum Islam Dalam Menjawab Problematika

Kontemporer, Jurnal Al-Mawarid, Edisi X (2003)

Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011

Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Penjelasan Pasal 22 Ayat 1 Undang Undang Sjsn Nomor 40 Tahun 2004

Page 89: JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43140/1/KURNIA HAYATI-FSH.pdfKURNIA HAYATI, NIM 1113045000042, Judul Skripsi: JAMINAN

89

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Pasal 22.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Pasal 9 Ayat (1) Dan (2).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Pasal 12 Dan Pasal 13.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Pasal 20.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Pasal 22.

Www.Depkes.Go.Id/Resources/.../Buku-Pegangan-Sosialisasi-Jkn.Pdf

Www.Depkes.Go.Id/Uuno.40tahun2004tentangsistemjaminannasional

Yudha Indrajaya, Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Dan BPJS

Kesehatan, (Jakarta: Makalah Sosialisasi Untuk Walikota, 2014)