jalan tol trans jawa dan sumatera: tumpuan menghadapi persaingan global?

Upload: ageng-bimapratama

Post on 08-Mar-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dalam teori ekonomi pembangunan, infrastruktur yang dimiliki oleh sebuah negara akan mempengaruhi tingkat pembangunan ekonomi. Terbangunnya infrastruktur akan memberikan dampak pengali (multiplier effect) pada daerah yang dibangun. Pun demikian dengan rencana pemerintah yang akan membangun Jalan Tol Trans Sumatera dan Trans Jawa.Patut ditunggu realisasi dan manfaat proyek Jalan Tol Trans Sumatera dan Trans Jawa, serta timbul satu pertanyaan yaitu mampukah menjadi harapan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian Indonesia di masa mendatang?

TRANSCRIPT

Jalan Tol Trans Sumatera dan Trans Jawa: Tumpuan Menghadapi Persaingan Global?

Dalam teori ekonomi pembangunan, infrastruktur yang dimiliki oleh sebuah negara akan mempengaruhi tingkat pembangunan ekonomi. Terbangunnya infrastruktur akan memberikan dampak pengali (multiplier effect) pada daerah yang dibangun. Pun demikian dengan rencana pemerintah yang akan membangun Jalan Tol Trans Sumatera dan Trans Jawa. Harapan terwujudnya kedua infrastruktur ini adalah meningkatnya ekomoni Jawa dan Sumatera terutama dalam hal penyumbang PDB Nasional dan sebagai bagian untuk mendukung terciptanya akses Asian Highway Network 2 atau Jalan Trans Asia sesuai kesepakatan pada forum 60th session of the ESCAP Commission United Nations di Shanghai, China pada April 2004.

Pembangunan Jalan Tol diperlukan untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas angkutan barang dan penumpang dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah di daerah sekitarnya. Untuk mendukung pengembangan wilayah serta pertumbuhan ekonomi dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka fungsi pelayanan umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas dengan tarif terjangkau baik di perkotaan maupun di pedesaan, serta mendorong sub-sub sektor ekonomi Nasional.

Jalan tol sebagai salah satu infrastruktur pendukung dalam suatu sistem transportasi sangat mendorong terjadinya pengembangan wilayah. Pengalaman pada beberapa ruas jalan tol menunjukkan bahwa ketika jalan tol tersebut sudah terbangun maka timbullah sejumlah kegiatan ekonomi seperti industri, pergudangan, serta pemukiman. Jalan tol juga sering dijadikan sebagai akses kemudahan menuju suatu tempat atau kawasan tertentu seperti pelabuhan, bandara, dan sebagainya. Itulah beberapa hal yang melandasi keputusan pemerintah membangun banyaknya Jalan Tol, khususnya Trans Jawa dan Trans Sumatera.

Pentingnya pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera disadari oleh pemerintah saat ini. Kucuran dana dari APBN untuk merealisasikan mega proyek ini semakin meningkat dari tahun lalu. Begitu pula dalam hal perizinan, pemerintah memberikan kebijakan untuk mempermudah terlaksananya proyek tersebut. Karena pada hakikatnya, pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera adalah suatu alternatif utama untuk menunjang konektivitas, suply chain management dan penggerak ekonomi lingkungan sekitar. Khususnya Jalan Tol Trans Sumatera, sejatinya hal ini mendukung meningkatnya efisiensi dan pengembangan koridor ekonomi Sumatera yang diarahkan menuju sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RI menuju tahun 2025.

Data Bappenas menyebutkan, jalan Tol Trans Sumatera direncanakan dibangun sepanjang 2.732 kilometer dari Aceh hingga Lampung. Jalan tol yang diperkirakan menelan anggaran biaya Rp. 129,6 triliun itu terdiri dari 24 ruas yang melintasi sembilan provinsi di Sumatera. Dari 24 ruas tersebut, 16 ruas di koridor utama dan 8 ruas lainnya di koridor pendukung. Sedangkan Jalan Tol Trans Jawa membentang sepanjang 1.000 km, sepanjang Jakarta sampai Surabaya. Potensi dampak ekonomi pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera ini bisa berdampak signifikan menciptakan manfaat bagi masyarakat pengguna jalan, bisnis, dan menciptakan tenaga kerja.

Sepanjang tahun 2015, pemerintah sudah melakukan proses pembangunan beberapa ruas jalan tol. Rincian Jalan Tol Trans Jawa yang dibangun antara lain Jalan Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) seksi II sepanjang 5,5 km, Jalan Tol Cimanggis-Cibitung (26,3 km), Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono (180 km), Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 61,675 km.

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 117 tahun 2015 tentang perubahan atas Perpres nomor 100 tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Sumatera, ada delapan ruas diantara 24 lainnya yang menjadi prioritas untuk dibangun. Ruas tol tersebut antara lain Medan-Binjai (17 km), Palembang-Simpang Indralaya (22 km), Pekanbaru-Dumai (126 km), Bakauheni-Terbanggi Besar (140 km), Terbanggi Besar-Pematang Panggang (100 km), Pematang Panggang-Kayu Agung (85 km), Palembang-Tanjung Api-api (100 km), dan Kisaran-Tebing Tinggi (60 km).

Selain Trans Jawa dan Trans Sumatera, pada tahun lalu juga dimulai proses pembangunan Jalan Tol yang menunjang KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), yaitu Jalan Tol ruas Manado-Bitung dan Balikpapan-Samarinda. Pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung untuk menunjang Pelabuhan Bitung dalam skema KEK. Sementara itu, tujuan pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda untuk mengembangkan kawasan industri Bontang. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas jaringan jalan dan mobilitas yang melayani lalu lintas koridor Trans Kalimantan.

Infrastruktur Indonesia Penunjang Menuju MEA dan Daya Saing Global

Tanggal 31 Desember 2015 telah berlalu dan kini Indonesia memasuki babak baru Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pasar bebas di tingkat ASEAN ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan. Salah satu cara untuk melihat siap atau tidaknya menghadapi hal itu terlihat dari nilai daya saing global (Global Competitiveness Index) negara tersebut. Namun, daya saing global Indonesia juga kurang menguntungkan. Dalam rilis Global Competitiveness Report tahunan yang dikeluarkan oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum), pada tahun 2015-2016 Indonesia menempati peringkat ke-37. Peringkat itu turun tiga tingkat daripada tahun lalu. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia menduduki peringkat ke-4, dibelakang Singapura (peringkat ke-2), Malaysia (peringkat ke-18) dan Thailand (peringkat ke-32).

Dalam sistem penilaian yang dilakukan oleh WEF, terdapat 12 pilar/indikator utama yang menjadi tolok ukur seberapa besar sebuah negara dalam memakmurkan warga negaranya. Salah satu indikator utama penilaiannya yaitu pilar ke-2 tentang infrastruktur. Sub penilaian dari indikator infrastruktur antara lain kualitas infrastruktur secara keseluruhan, pembangunan infrastruktur rel kereta api, kualitas infrastruktur pelabuhan, kualitas infrastruktur angkutan udara, kualitas pasokan listrik dan jalur telepon.

Dalam penilaian pilar infrastruktur, Indonesia mendapat nilai 4,19 dari skala 1-7 dan menempati peringkat ke-62 dari total 140 negara. Bahkan beberapa nilai sub infrastruktur mendapat nilai yang sangat memprihatinkan, antara lain kualitas infraskturktur secara keseluruhan mendapat nilai 3,8 peringkat ke-81 dan kualitas jalan mendapat nilai 3,7 peringkat ke-80. Dalam lembar penialaian yang sama, faktor penghambat doing business di Indonesia peringkat ke-3 adalah infrastruktur yang buruk. Dari berbagai penilaian ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur Indonesia harus ditingkatkan, dengan tidak mengesampingkan sektor lain seperti kesehatan sampai pendidikan.

Akankah Mampu Jadi Harapan Masyarakat?

Jalan Tol Trans Sumatera dan Trans Jawa ditargetkan selesai dan beroperasi dalam waktu dua setengah tahun hingga tiga tahun ke depan oleh Presiden Joko Widodo. Bahkan ada yang ditargetkan selesai pada tahun 2016 ini.Tahun 2018, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ini harus selesai hingga Palembang kata Presiden saat blusukan untuk mengecek kemajuan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar. Hal ini menjadi pertanda bahwa Jalan Tol Trans Sumatera ruas Lampung-Palembang harus sudah beroperasi sebelum penyelenggaraan Asian Games 2018 yang akan berlangsung mulai 18 Agustus 2 September bertempat di Jakarta, Jawa Barat dan Sumatera Selatan.

Sempat muncul beberapa permasalahan, salah satunya pembiayaan pembangunan jalan tol. PT Hutama Karya selaku pemegang mandat pemerintah untuk mengerjakan proyek-proyek Jalan Tol Trans Sumatera sempat mencari pinjaman dana dari bank nasional maupun penjajakan direct lending kepada World Bank, IDB, ADB dan China Development Bank.

Kami memang sedang mencari mana yang paling cepat, paling murah, dan bisa ditanggung Tol Trans Sumatera ini. Karena tol ini kan secara bisnis sama sekali tidak masuk. Kata Direktur Keuangan Hutama Karya Anis Anjayani kepada tempo.co, (17/8/2015).

Namun, kita juga patut optimis terhadap manfaat yang terjadi akan adanya mega proyek ini. Salah satunya bisa ditinjau dengan adanya Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Tol sepanjang 116,75 kilometer itu sangat efektif memecah kemacetan di jalan pantai utara (pantura) Jawa. Bahkan, tol yang dibangun sejak pemerintahan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono itu berhasil mengurai kemacetan mudik Lebaran tahun 2015 yang selama ini menjadi momok jalur pantura Jawa.

Kasus Tol Cipali adalah contoh terbaru betapa 70 persen kemacetan bisa diakomodasi di jalan ini. Kata Direktur Jendral Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hediyanto W Husein kepada Kompas.com, Selasa (14/7/2015).

Patut ditunggu realisasi dan manfaat proyek Jalan Tol Trans Sumatera dan Trans Jawa, serta timbul satu pertanyaan yaitu mampukah menjadi harapan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian Indonesia di masa mendatang?

Penulis

Ageng Bimapratama