jakarta baroque festival 2014

Upload: adistih

Post on 13-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j.s. bach baroque

TRANSCRIPT

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH KRITIK SENIFestival Barok Jakarta 2013; Johann Sebastian BachSebuah Historical Concert

Oleh:Putri Adisti Hasanah

Institut Kesenian JakartaDesember 2013Festival Barok Jakarta 2013; Johann Sebastian BachSebuah Historical Concert

Minggu, 10 November 2013, telah diselenggarakan Festival Barok Jakarta di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail. Berbeda dengan negara-negara di Eropa yang memang sering menyelenggarakan festival semacam ini, festival barok kali ini merupakan festival barok pertama yang diselenggarakan di Asia Tenggara. Dalam penyelenggaraan festival ini, diadakan sebuah konser dengan judul Johann Sebastian Bach. Sesuai dengan judul dari konsernya, festival yang diselenggarakan oleh Budi Utomo Prabowo ini diisi dengan penampilan karya-karya dari komponis Johann Sebastian Bach.Konser ini adalah sebuah historical concert. Historical concert adalah konser yang para pemainnya memainkan musik menggunakan alat-alat yang sama atau semirip mungkin dengan alat-alat yang ada pada jaman komposisi tersebut dibuat. Sesuai dengan bukti-bukti sejarah yang ada, alat-alat musik yang ada pada masa ini merupakan hasil evolusi dari alat-alat musik pada jaman terdahulu.Pada konser ini, karya-karya yang dibawakan adalah karya dari jaman barok, sehingga alat-alat musik yang digunakan pun merupakan alat-alat musik yang ada pada jaman barok. Jaman barok adalah salah satu periode dalam pembagian waktu dalam sejarah musik barat yang berlangsung sekitar tahun 1600 sampai dengan tahun 1750 Masehi. Contoh alat-alat musik dari jaman barok yang digunakan dalam konser ini adalah viola da gamba, harpsichord, dan orgel pipa yang terbuat dari bambu yang sekarang cenderung digantikan oleh orgel elektrik.Karya-karya vokal yang dibawakan pada malam itu antara lain adalah dua aria dan resitatif dari pasio Johanes yang dibawakan oleh Fika Djaja (sopran), Anita Kristiana (alto), Joseph Kristanto Pantioso (bas) dan Edward John (penginjil/evangelist). Dua karya ini adalah karya yang dibuat untuk vokal dan menceritakan tentang kisah kesengsaraan Jesus. Selain itu, Camerata Vocale Jakarta, sebuah grup paduan suara, menyanyikan 5 buah motet untuk dobel kor. Motet adalah komposisi yang dibuat untuk dinyanyikan oleh paduan suara, dan motet dobel kor yang dibawakan pada malam itu merupakan motet yang dibuat untuk dinyanyikan oleh dua paduan suara.Selain komposisi-komposisi yang dibuat untuk vokal, pada malam itu beberapa komposisi intrumental juga dibawakan. Sebuah karya untuk solo orgel dimainkan dengan sangat baik oleh Heaseoung Kang, seorang pengajar di Sungkomghoe University, Korea. Salah satu penampilan yang menjadi sorotan utama pada malam itu adalah Brandenburg Concerto No. 5 in D Major.Brandenburg Concerto No. 5 adalah karya ke lima dari enam karya Brandenburg Concertos yang dibuat oleh Bach. Nama Brandenburg diambil dari nama sebuah daerah di Jerman. Brandenburg Concertos ini didedikasikan oleh Bach untuk seorang komandan militer di Brandenburg, yang bernama Christian Ludwig. Karya ini dibuat oleh Bach untuk dimainkan dengan instrumen harpsichord, dua violin, satu viola, flute, viola da gamba, dan contrabass. Harpsichord merupakan nenek moyang dari instrumen piano yang kita kenal saat ini. Bentuknya mirip dengan piano masa kini, bedanya adalah warna tuts yang berkebalikan dari piano. Tuts yang berwarna putih pada piano justru berwarna hitam atau coklat tua pada harpsichord, sedangkan tuts yang berwarna hitam pada piano justru berwarna putih pada harpsichord. Mekanismenya pun mirip dengan piano, bila kita menekan tutsnya maka nada akan berbunyi. Pada piano, bunyi yang dihasilkan berasal dari senar di dalam piano yang dipukul oleh semacam palu pemukul di dalam badan piano. Namun, pada harpsichord senar tidak dipukul melainkan dipetik oleh alat pemetik yang ada di dalam badan harpsichord sehingga suara yang dihasilkan pun berbeda. Suara harpsichord cenderung mirip dengan suara gitar. Violin yang dimaksud di sini adalah alat musik yang cenderung dikenal masyarakat Indonesia sebagai biola. Sebenarnya, nama alat musik ini dalam Bahasa Indonesia adalah biolin karena biola adalah sebutan untuk biolin alto atau viola. Viola memiliki bentuk yang sama dengan violin, perbedaannya terletak pada ukurannya yang lebih besar dan suaranya yang bernada sekitar setengah oktaf lebih rendah. Teknik memainkannya pun sama.Satu-satunya alat musik tiup pada karya ini adalah flute. Alat musik ini berbentuk seperti suling yang ditiup dengan posisi menyamping. Flute termasuk ke dalam golongan tiup kayu karena pada awalnya flute terbuat dari kayu. Bahkan, pada jaman barok pun flute masih terbuat dari kayu. Namun, pada penampilan malam itu flute yang digunakan adalah flute seperti yang lazim digunakan pada masa kini, yaitu dibuat dengan bahan dasar logam perak.Seperti yang ada pada karya-karya jaman barok lainnya, nada bas yang terus berbunyi merupakan ciri khas karya jaman barok. Nada bas dibunyikan dengan dua instrumen gesek yaitu viola da gamba, yang pada penampilan malam itu digantikan oleh cello, dan contrabass. Viola da gamba secara etimologi dibagi menjadi viola dan gamba. Viola berarti biolin dan gamba berarti kaki. Jadi viola da gamba adalah alat musik seperti biolin yang dimainkan dengan cara dijepit dengan kaki. Sedangkan contrabass adalah instrumen gesek dengan nada terendah dan dengan ukuran terbesar.Pada malam itu, Brandenburg Concerto No. 5 dibawakan oleh Konsort Harmoni. Konsort adalah istilah yang dikenal pada sekitar abad pertengahan untuk kelompok ensambel musik. Nama Konsort Harmoni diambil sesuai dengan tempat latihan Konsort ini yang berada di komplek rumah toko Duta Merlin, Harmoni. Konsort ini berisi beberapa musisi peminat musik barok yang berlatih rutin setiap hari selasa dengan Budi Utomo Prabowo sebagai dirigen.Brandenburg Concerto No. 5 ini terdiri dari tiga gerakan (movement) yang ketiganya dimainkan pada malam itu. Gerakan pertama adalah gerakan bertempo cepat. Dibuka dengan melodi yang riang, concerto ini langsung mendapatkan perhatian penuh dari penonton. Raden Leonard Reza, sang harpsichordist, juga sukses membuat kagum para penonton dengan permainannya yang amat lincah pada bagian cadenza. Cadenza adalah bagian di mana solois dapat bermain dengan bebas.Memasuki gerakan ke dua, diawali dengan suara harpsichord yang kemudian disusul dengan suara violin dan flute, gerakan bertempo lambat ini pun dimulai. Pada gerakan ini, flute cukup menjadi sorotan utama. Permainan flute yang jernih dari Metta F. Ariono menjadi salah satu favorit penonton pada konser ini.Setelah mengakhiri gerakan dua yang beretempo lambat, Konsort Harmoni memulai gerakan ke tiga. Pada gerakan ini tempo yang dimainkan kembali ke tempo cepat. Dimulai dengan suara violin dan flute, para pemain Konsort Harmoni kembali menunjukkan kelincahan permainan mereka. Suara instrumen-instrumen yang bersahut-sahutan memberikan kesan yang meriah pada gerakan ini.Dengan selesainya gerakan ke tiga, Konsort Harmoni berhasil menutup concerto ini dengan baik. Karya ini dibawakan dengan baik dengan interpretasi yang sesuai dengan era ketika karya ini dibuat. Kalimat demi kalimat musikal dimainkan dengan sangat baik sehingga teknik penggarapan komposisi yang digunakan Bach pada komposisi itu tereksplor dengan baik.Secara keseluruhan, seluruh konser ini berjalan dengan baik. Sayangnya, penonton yang datang tidak memenuhi semua kursi. Seharusnya, acara-acara edukatif seperti ini lebih diperhatikan oleh pemerintah sehingga masyarakat luas pun dapat memperoleh informasi mengenai acara-acara seperti ini dengan mudah. Semoga dengan adanya acara ini sebagai pelopor festival musik barok di Indonesia, pemerintah akan memberikan perhatian pada bidang seni sehingga akan dapat diadakan lagi acara-acara yang baik dan edukatif seperti ini.