jak -akuntansi pendapatan
TRANSCRIPT
Akuntansi Pendapatan: Beberapa Macam Metode Pengakuan Pendapatan
Perbedaan metode pengakuan pendapatan bisa membuat perusahaan
menjadi nampak lebih profitable atau tidak, nampak sehat atau sakit-sakitan.
Lucu dan ajaibnya, bisa membuat team manajemen dapat bonus besar atau
kecil. Hahaha… Maksud saya, metode pengakuan pendapatan yang
diterapkan oleh suatu perusahaan sangat penting untuk dicermati dan
dipelajari tentunya. Sebagai orang akuntansi, ya kudu tahu seluk-beluknya,
minimal hal-hal yang sifatnya mendasar seperti macam-macam metode
pangakuan pendapatan. Oke. Tulisan ini bagian dari seri pengenalan
akuntansi pendapatan. Di tulisan sebelumnya sudah dibahas
mengenai ketentuan dasar pengakuan pendapatan. Ditulisan ini saya akan
perkenalkan beberapa macam metode pengakuan pendapatan yang lumrah
diterapkan dalam berbagai jenis usaha dan kasus-kasus tertentu.
Karena ini berupa pengenalan, maka tidak akan disertai contoh kasus. Saya hanya akan
menyampaikan hal-hal mendasar yang perlu diketahui, sekedar untuk kenal saja.
Sedangkan contoh penerapan dalam kasus akan di bahas metode-per-metode, secara
bertahap, agar lebih lengkap dan bisa diterapkan dalam pekerjaan yang sesungguhnya.
Pengkuan Pendapatan Dengan Metode Akrual (Accrual Method)Pengakuan pendapatan dengan pendekatan akrual termasuk yang paling mendasar,
sehingga paling banyak diterapkan (di berbagai jenis usaha dalam berbagai skala).
Pada dasanya metode akrual menggunakan pendekatan yang sama persis seperti yang
sudah disampaikan di tulisan sebelumnya, yaitu “Ketentuan Dasar Pengakuan
Pendapatan”, KECUALI ketentuan IAS 18 yang ke-2 (recognition at time of payment)—
yang cenderung mengarah ke cash-basis. Sehingga, sepanjang ketentuan-ketentuan
dasar tersebut telah terpenuhi, maka suatu pendapatan sudah boleh diakui.
Hal yang tak kalah penting untuk diketahui, sehubungan dengan penerapan metode ini
adalah, adanya beban dan biaya yang harus diakui untuk disandingkan dengan
pendapatan yang dihasilkan dalam periode yang sama—meskipun invoice tagihannya
belum datang dari supplier/vendor.
Catatan: Jangan dibingungkan oleh pengakrualan biaya—yang menyerupai
fungsi pencadangan. Dalam pendapatan tidak ada istilah pencadangan.
Pengakuan Pendapatan Dengan Metode Kas (Cash Method)Sederhananya, dengan menggunakan metode kas artinya perusahaan hanya mengakui
pendapatan bila kas (atas penyerahan barang/jasa) sudah diterima. Ini metode paling
tua yang sudah ada sejak sebelum Prinsip Akuntansi Berterima Umum (GAAP) ada. Dan
oleh GAAP (di Indonesia PSAK), pengakuan pendapatan dengan metode kas tidak
diijinkan. Itu di masa lalu.
Saat ini, standar akuntansi kita telah mengikuti IFRS. IAS 18, “Revenue” pada ketentuan
kedua menyebutkan bahwa: pendapatan belum boleh diakui sampai dengan
memperoleh kepastian mengenai kas yang akan diterima—meskipun barang telah
diserahkan. Sepertinya, ketentuan ini mengarahkan agar pengakuan pendapatan
kembali ke metode kas. Namun sampai saat ini JAK belum memperoleh informasi yang
cukup apakah memang demikian maksudnya. Jika iya, tentu ini akan menjadi kontra
terhadap ketentuan pengakuan pedapatan versi GAAP di waktu-waktu yang lalu—yang
menekankan pentingnya metode akrual. (Note: lebih lengkap mengenai ketentuan
dasar pengakuan pendapatan di tulisan sebelumnya).
Catatan: Pada perusahaan-perusahaan retail, dimana kas diterima selalu
pada saat penyerahan barang, apakah menggunakan metode kas atau
metode akrual menjadi tidak begitu berpengaruh. Perbedaan akan sangat
berpengauh ketika kedua metode tersebut diterapkan di perusahaan-
perusahaan yang menjual barang dengan sistim kredit.
Pengakuan Pendapatan Metode Pencicilan Penjualan (Installment Sales Method)
Metode pencicilan diterapkan untuk pengakuan pendapatan yang diperoleh dari
penjualan yang sistim pembayarannya dicicil—yang dalam ketentuan IFRS dikatakan
mengandung tingkat ketidakpastian (uncertainties) yang tinggi.
Misalnya: Tanggal 20 Mei 2012, PT. JAK mengirimkan stock pakaian sisa
ekspor senilai Rp 2 milyar kepada Toko Gaul, sebuah factory outlet di daerah
Kemang. Atas penyerahan tersebut, Toko Gaul (pembeli) akan melakukan
pencicilan pembayaran secara bertahap selama 4 tahun.
Lamanya tenggang waktu pembayaran yang akan diterima dari Toko Gaul membuat
tingkat ketidakpastian pembayaran menjadi tinggi.
Jika PT. JAK mengikuti ketentuan IFRS, maka PT. JAK TIDAK BOLEH mengakui
pendapatan Rp 2 milyar saat barang dikirimkan dengan pengakuan piutang di sisi
lainnya. Dalam kondisi seperti ini, IFRS menyarankan agar perusahaan menerapkan
pengakuan pendapatan dengan “metode pencicilan penjualan” (installment sales
method.)
Dengan metode pencicilan penjualan, perusahaan mengakui pendapatan HANYA
sebesar kas diterima PADA SAAT pencicilan terjadi.
Misalnya: pada contoh kasus di atas, Toko Gaul melakukan pembayaran
pertama tanggal 20 Juni 2012 sebesar Rp 200 juta. Maka atas penyerahan
yang senilai Rp 2 milyar, PT. JAK baru boleh mengakui pendapatan HANYA
sebesar Rp 200 juta PADA TANGGAL 20 Juni 2012 (tidak lebih besar dari itu
dan tidak sebelum itu).
Di sisi lainnya, beban dan biaya sehubungan dengan barang yang diserahkan, diakui
secara proporsional sesuai dengan pembayaran yang diterima, disertai dengan
pengakuan LABA/RUGI KOTOR TANGGUHAN—sebagai selisih yang timbul akibat
pengakuan pendapatan di satu sisinya dan pengakuan beban dan biaya di sisi lainnya—
yang nantinya diakui sebagai laba/rugi sebenarnya di akhir periode.
Pembayaran yang dicicil biasanya disertai bunga, jika memang demikian maka
bunganya diakui sebagai “pendapatan bunga’ saat diterima .
Sebagai alternative, IFRS juga menawarkan metode pengakuan pendapatan yang
disebut dengan “Metode Pemulihan Cost” (Cost Recovery Method)—untuk kasus
yang sama (penjualan denga pembayaran bertahap). Metode alternative ini
menggunakan kriteria pendapatan yang sama dengan metode pencicilan penjualan,
pengakuan pendapatan berdasarkan jumlah kas diterimapun sama, HANYA SAJA
laba/rugi kotor tangguhan tidak diakui sebagai laba/rugi kotor sesungguhnya di akhir
periode (tahun), melainkan setelah semua cost dipulihkan (diketahui) di periode
pencicilan terakhir.
Catatan: untuk contoh kasus konkretnya saya akan bahas di lain
kesempatan.
Metode Persentase Penyelesaian (Percentage Of Completion Method)Metode persentasi penyelesaian diterapkan untuk perusahaan-perusahaan kontraktor
yang menangani proyek-proyek konstruksi. Hingga bisa diserahkan kepada pemberi
kontrak (pemesan), proyek-proyek konstruksi biasanya membutuhkan waktu yang
panjang (lebih dari satu tahun buku). Oleh sebab itu, pemesan biasanya melakukan
pembayaran dengan 2 cara:
1. Ada yang melakukan pembayaran sekaligus—biasanya untuk proyek yang
membutuhkan waktu penyelesaian yang relatif singkat (satu hingga dua tahun)
2. Ada juga yang melakukan pembayaran secara bertahap—sesuai dengan tingkat
perkembangan penyelesaian proyek.
(Catatan: Dalam prakteknya, yang lebih banyak terjadi adalah yang kedua)
IFRS tidak memperkenaankan perusahaan kontraktor untuk mengakui
pendapatan sebesar nilai kontrak penuh, saat kontrak ditandatangani, karena
sebagian nilai kontrak dianggap mengandung tingkat kepastian ketertagihan yang
rendah. Dalam pengertian, kontraktor belum tentu menerima pembayaran dalam
jumlah penuh seperti yang tertera dalam kontrak. Sebagai gantinya, IFRS menyarankan
agar perusahaan kontraktor menggunakan pengakuan pendapatan dengan metode
persentase penyelesaian kontrak.
Dengan metode persentase penyelesaian kontrak, perusahaan kontraktor mengakui
pendapatan sebesar persentase tingkat perkembangan penyelesaian kontrak, dengan
pengakuan beban dan biaya (di sisi lainnya) yang dilakukan secara proporsional, juga.
Hal yang perlu diketahui oleh perusahaan kontraktor dalam menerapkan
metode ini, yaitu:
Kontrak yang dimaksudkan haruslah kontrak yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum, sehingga tingkat kepastian pendapatan menjadi tinggi—sepanjang kewajiban pengerjaan proyek dilakukan sesuai ketentuan di dalam kontrak.
Perusahaan perlu melakukan administrasi pencatatan yang rapi sehingga setiap beban dan biaya yang timbul bisa ditelusuri dan dihubungkan dengan pendapatan secara akurat.
Catatan: Untuk contoh kasusnya yang konkret, silahkan baca “Penerapan
Metode Persentase Penyelesaian Kontrak konstruksi“ dan “Dasar Pengakuan
Pendapatan dan Biaya Kontrak Konstruksi” yang sudah dipublikasikan
sebelumnya. Tulisan tersebut dibuat berdasarkan praktek yang lumrah
terjadi di perusahaan kontraktor, sehingga diyakini oleh penulisnya bisa
memberi gambaran penerapan metode ini dalam praktek kerja yang
sesungguhnya.
Metode Penyelesaian Kontrak (Completed Contract Method)Masih di bidang usaha konstruksi, menelusuri beban dan biaya lalu menghubungkannya
dengan pendapatan kontrak yang diperoleh (dengan menerapkan metode persentase
penyelesaian), bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan—terutama kemungkinan
adanya penambahan beban dan biaya, serta pendapatan yang diperoleh dalam suatu
kontrak.
Sebagai alternative yang secara teknis dianggap lebih masuk akal—jika dibandingkan
dengan metode persentase penyelesaian kontrak—adalah metode penyelesaian kontrak
(completed contract method).
Dengan metode ini, perusahaan kontraktor melakukan pengakuan pendapatan secara
sekaligus saat kontrak sudah rampung, sehingga pendapatan dan beban/biaya sudah
diketahui secara pasti.
HANYA SAJA, dengan metode ini, laporan keuangan perusahaan
kontraktor menjadi terlihat sangat buruk ketika dibandingkan antara satu periode
dengan periode lainnya (di satu periode mungkin nyaris tanpa aktivitas—meskipun
kenyataannya ada, sedangkan di periode lainnya mungkin aktivitasnya nampak sangat
tinggi—meskipun sebagian aktivitas yang sesungguhnya telah terjadi di periode
sebelumnya.
Oleh sebab itu, metode ini menjadi tidak disukai oleh para pengguna laporan
keuangan (stake holders), karena tidak dapat memberi gambaran yang bisa mewakili
kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Pada akhirnya, para pengguna laporan
keuangan lebih memilih menggunakan metode persentase penyelesaian (metode yang
sebelumnya) bila pendapatan bisa diestimasi.
Metode Kinerja Proporsional (Proportional Performance Method)Bukan hanya di perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, kondisi serupa
juga terjadi di perusahaan-perusahaan jasa yang mengerjakan suatu pesananan
pekerjaan jasa dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun buku).
Misalnya: jasa penyusunan Sistim Pengendalian Intern dan Standard
Operating Procedure, jasa pembangunan dan penyusunan jaringan komputer
(networking), jasa pembuatan software untuk industri tertentu (hotel, retail,
dll).
Untuk kondisi seperti ini, perusahaan jasa dianjurkan untuk melakukan pengakuan
pendapatan dengan “metode kinerja proporsional” (proportional performance method).
Dengan satu catatan, tingkat perkembangan pekerjaan jasa yang dilakukan bisa
diidentifkasi dan diestimasi.
Dengan menerapkan metode ini, perusahaan jasa mengakui pendapatan secara
bertahap sesuai dengan porsi kinerja yang telah dilakukan di periode tersebut. Nilai
pendapatan yang diakui adalah sebesar PORSI perbandingan antara “beban langsung”
(direct cost) yang timbul di periode tersebut dengan total beban langsung bila
pekerjaan jasa telah rampung, nantinya.
Pengakuan Pendapatan Dengan Metode Produksi (Production Method)Metode produksi menentukan besarnya pendapatan dengan menggunakan nilai
persediaan yang dihitung dengan harga pasar, dikurangi biaya angkut ke tempat
dimana komoditi dijual dan beban-beban yang menyertainya.
Metode pengakuan pendapatan yang satu ini termasuk langka penarapannya, karena
sampai saat ini belum diijinkan oleh standar. Kecuali untuk jenis komoditi spesifik—yang
memiliki market sudah pasti dan mudah dijual dengan harga pasar, misalnya: emas,
perak, tepung.
Pun kebanyakan pedagang komoditi semacam itu, masih lebih suka menghitung
persediaan sebesar cost—bukan harga pasar, kemudian pendapatan diakui sebesar
harga jual pada saat laku. Itu sebabnya saya katakan metode ini termasuk langka
dalam penerapannya, saya pikir hanya diterapkan bila perusahaan mengalami kesulitan
untuk menghitung harga pokok penjualan.
Sebagai bahan pengenalan, saya rasa, tak ada ruginya untuk tahu.
Pengakuan Pendapatan Dengan Metode Perskot (Deposit Method)Di perusahaan-perusahaan pengembang real estate, ada kalanya terjadi transaksi
penjualan property dengan kondisi tertentu. Misalnya:
“Pembeli membayar uang muka sebesar 30%, akan tetapi berhak untuk
menerima kembali uang muka tersebut jika pembeli memutuskan untuk
membatalkan pembelian sampai pada batas waktu tertentu.”
Untuk penjualan seperti ini, pengembang tidak dibenarkan untuk mengakui pendapatan
(atas penjualan tersebut), sampai dengan batas waktu masa berlakunya pembatalan
terlewati. Untuk sementara, uang muka yang diterima tersebut diakui sebagai “Perskot”
(Deposit) dalam kelompok kewajiban di Neraca.
Itulah, kurang-lebih, pengakuan pendapatan dengan metode perskot (deposit method).
Invoice Diterbitkan Tetapi Barang Ditahan (Bill and Hold Transactions)Ada kalanya dimana suatu pabrik sudah menyelesaikan barang yang diproduksi, lalu
menerbitkan invoice, akan tetapi barangnya tidak dikirimkan, melainkan disimpan di
gudangnya sendiri. Apakah ini dibolehkan?
Ini jelas bersebrangan dengan ketentuan dasar pangakuan pendapatan—yang
mensyaraktkan: pendapatan hanya boleh diakui apabila barang sudah diserahkan dan
risiko yang melekat pada barang sudah berpindah ke tangan pembeli.
Akan tetapi, ini dibolehkan untuk satu alasan khusus, yaitu: pembeli memang
meminta barang tersebut untuk tidak dikirimkan untuk sementara karena gudang
pembeli sudah penuh—tidak ada lagi untuk tempat menyimpan barang. Dengan kata
lain, barang tersebut adalah BARANG TITIPAN si pembeli, yang artinya: meskipun
barang tersebut masih di gudang si penjual, risiko yang melekat pada barang sudah
menjadi tanggungjawab si pembeli.
Tentu ini akan sangat mudah ‘dimainkan’ oleh manajemen nakal yang bermaksud
mengangkat nilai pendapatan. Sehingga agar metode ini bisa diterima, maka ada
syarat-syarat khusus yang harus terpenuhi, yaitu:
Term penjualan (atas barang yang ditahan) tidak mengandung persyaratan yang menyebutkan kemungkinan terjadinya pembatalan dari pihak pembeli setelah barang selesai dikerjakan dan invoice diterbitkan.
Barang yang ditahan harus dalam keadaan yang siap untuk dikirimkan sewaktu-waktu.
Barang yang ditahan harus tersimpan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan barang persediaan yang belum terjual (biasanya di tempatkan di rak yang terpisah dengan skat yang jelas).
Kelompok barang ditahan (yang raknya sudah dipisahkan) harus diberi sticker atau alat lain yang menyebukan nama pembeli yang memiliki barang tersebut.
Di dalam system (buku catatan) persediaan, barang yang ditahan tidak boleh masih berstatus tersedia untuk dijual. Untuk itu harus sudah berstatus terkirim. Dalam prakteknya, biasanya dibuatkan nama warehouse (gudang) baru, yang disebut dengan “Gudang Pelanggan” secara virtual—meskipun fisiknya ada di dalam gudang penjual itu sendiri.
Penjual (yang mengakui sebagai pendapatan) harus bisa menunjukan surat pernyataan resmi dari pembeli (bisa dalam bentuk kontrak) yang menyebutkan dengan jelas dan tegas bahwa: pembeli memang telah membeli barang tersebut dan menanggung semua risiko yang mungkin timbul atas barang tersebut.
Pembeli harus memiliki alasan yang benar dan masuk-akal mengapa meminta agar barang tersebut tidak dikirimkan terlebih dahulu (misal: tidak memiliki gudang penyimpanan yang cukup).
Tata Cara Pengakuan Pendapatan Untuk Transaksi Spesifik (Khusus)Disamping berbagai metode pengakuan pendapatan di atas, masih ada lagi beberapa
tata cara pengakuan pendapatan untuk transkasi-transkasi tertentu yang bersifat
sangat khusus, di wilayah yang sangat khusus atau dalam kasus yang sangat khusus.
Diantaranya:
1. Transaksi Perusahaan Broker – Pendapatan perusahaan broker atau agen atau
‘calo’ berupa “komisi” yang tentu saja nilainya sangat kecil (hanya sekian persen) jika
dibandingkan dengan transaksi penjualan darimana komisi diperoleh.
Misalnya: perusahaan agen real estate memperoleh komisi Rp 20 juta dari
Rp 2 milyar transaksi penjualan rumah. Entah disengaja atau tidak, ada
kejadian dimana perusahaan broker mengakui pendapatan sebesar 2 milyar.
Ini tidak dibolehkan. Tetapi bisa jadi perusahaan brokernya memang
memiliki property sendiri yang dijual, bukan?
Nah untuk mengakui seluruh penjualan (2 milyar dalam contoh) sebagai pendapatan,
minimal dua syara ini harus terpenuhi:
Perusahaan broker adalah penanggung risiko penuh atas semua kemungkinan risiko rugi (entah itu berupa klaim atas kualitas yang tidak sesuai, piutang tak tertagih, pembatalan transaksi, dll) yang timbul dari pembeli.
Broker bertindak selaku prinsipal atau pihak yang mengelola proses transaksi dengan wewenang penuh—sejak awal transaksi hingga pembayaran terjadi—tanpa dicampuri oleh otoritas pihak lain.
2. Fee Inisiasi – Yang disebut inisiasi fee adalah fee yang dibayar oleh pelanggan
untuk memperoleh layanan tertentu—sebagai bagian dari kontrak langganan yang lain.
Misalnya: Hotel membuka keanggotaan klub untuk pelanggan-pelanggannya agar bisa
menginap di hotel tersebut dengan harga tertentu. Pada hari-hari tertentu (tahun baru
misalnya), hotel membuka paket tertentu dengan fee inisiasi sebesar Rp 50 ribu per
anggota klub. Atas inisiasi fee (sebesar Rp 50 ribu per anggota) yang diterima, hanya
boleh diakui sebagai pendapatan apabila: dengan fee inisiasi tersebut anggota klub bisa
memperoleh jasa tertentu (misalnya: pesta malam tahun baru) yang tidak bisa
diperoleh oleh anggota yang tidak membayar fee.
3. Akresi dan Apresiasi – Jumlah aset peralatan kerja yang digunakan oleh
perusahaan mungkin terus bertambah (mengalami akresi), atau nilai peralatan tersebut
mungkin juga mengalami kenaikan (mengalami apresiasi). Ada kalanya, terutama
perusahaan-perusahaan besar menganggap akresi dan apresiasi sebagai bentuk
pendapatan yang diakui melalui akun “pendapatan belum teralisasi” (unrealized gain)—
untuk dilawankan dengan beban dan biaya yang timbul atas aset tersebut. Apakah
praktek ini dibolehkan? Tidak boleh, sampai aset tersebut terjual dan risiko atas aset
tersebut berpindah tangan ke pihak lain (pembeli).
Seperti sudah sering saya sebutkan, topik akuntansi sangat luas dan terus
berkembang dari waktu-ke-waktu mengikuti dinamika lingkungan bisnis tentunya.
Sebagai orang accounting, terlebih-lebih yang sudah akuntan, menguasai berbagai
teknis akuntansi sekaligus update terhadap perkembangan standar adalah penting. Bisa
dibilang, pembelajaran bagi orang accounting adalah pembelajaran sepanjang waktu
dan seumur hidup, setidaknya sampai memutuskan untuk berhenti belajar.
Untuk sementara, pengenalan berbagai macam metode pengakuan
pendapatan di seri akuntansi pendapatan ini, saya rasa sudah lebih dari
cukup. Untuk detail dari masing-masing metode ini, JAK akan bahas satu-per-
satu secara bertahap. Jika sudah tidak sabar, silahkan baca PSAK atau IAS
terkait dengan pengakuan pendapatan (revenue recognition). I’ll see you
again on the next post.