iv. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara...

43
Prima Jiwa Osly/A353060101 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Biofisik Lokasi Penelitian Secara astronomi, Depok terletak pada koordinat 6 0 19’00” – 6 0 28’00” Lintang Selatan dan 106 0 43’00”- 106 0 55’30” Bujur Timur, dengan luas wilayah 20.029 Ha. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputan Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Cibinong Kab. Bogor Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan Kec. Pondok Gede Bekasi Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2% - 15%. Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng : Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8% - 15 % tersebar dari Barat ke Timur yang potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke yang potensial digunakan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat pondasi. Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem drainase. Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan terjadinya genangan atau banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. Iklim di wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim, dengan jumlah curah hujan 2684 m/th, jumlah hari hujan : 222 hari/tahun serta suhu rata-rata 24°C - 33°C. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk

Upload: leduong

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Biofisik Lokasi Penelitian

Secara astronomi, Depok terletak pada koordinat 6019’00” – 6028’00”

Lintang Selatan dan 106043’00”- 106055’30” Bujur Timur, dengan luas wilayah

20.029 Ha. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputan

Kabupaten Tangerang

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan

Cibinong Kab. Bogor

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung

Kabupaten Bogor

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan

Kec. Pondok Gede Bekasi

Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan

di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan

ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara

2% - 15%. Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng :

Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8% - 15 % tersebar dari Barat

ke Timur yang potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian.

Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang

sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke yang potensial

digunakan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat

pondasi.

Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem

drainase. Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena

adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan terjadinya genangan atau

banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu.

Iklim di wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan

perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim,

dengan jumlah curah hujan 2684 m/th, jumlah hari hujan : 222 hari/tahun serta

suhu rata-rata 24°C - 33°C. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 48

pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang

kontinu di sepanjang tahun. Dengan kondisi tersebut diatas, maka Depok memiliki

banyak situ sehingga merupakan kawasan yang cocok untuk kawasan konservasi

air dan tanah pada kawasan penyangga Jakarta.

Kota Depok selain merupakan kota yang berbatasan langsung dengan

Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu

Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat

pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Depok, wilayah kota Depok dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 10. Pembagian wilayah kota Depok

Adapun lokasi penelitian secara astornomi terletak pada koordinat

6025’05” – 6025’52” Lintang Selatan dan 106044’23”- 106045’20” Bujur Timur.

Secara administratif lokasi penelitian ini terletak pada kecamatan Sawangan

seperti terlihat pada Gambar 11.

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 49

Gambar 11. Lokasi penelitian

Topografi

Lokasi penelitian ini terletak pada ketinggian 87,50 m dpl (diatas

permukaan laut) sampai dengan 111 m dpl dengan topografi bervariatif (Gambar

12). Lokasi penelitian ini cenderung rata dan cocok untuk pengembangan kawasan

wisata perkotaan kota yang relatif tidak membutuhkan earthwork (pekerjaan

galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian dapat

dilihat pada Gambar 13.

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 50

Gambar 12. Peta elevasi lahan lokasi penelitian

Gambar 13. Peta kemiringan lahan lokasi penelitian

Hidrologi

Wilayah penelitian berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.

Sungai yang terdapat pada wilayah penelitian adalah anak sungai Ciliwung yaitu

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 51

kali gede yang berada sebelah timur dan kali ciputat yang berada pada sebelah

barat. Pada wilayah penelitian juga terdapat sebuah danau/situ pengasinan yang

mendapatkan air dari kedua anak sungai diatas (Gambar 14). Potensi air tanah

berkisar pada kedalaman 5 m – 10 m dan secara empiris kualitas dan kuantitas air

pada wilayah ini sangat baik.

Gambar 14. Peta hidrologi lokasi penelitian

Aksesibilitas

Pada lokasi penelitian terdapat 3 ruas jalan yang menghubungkan wilayah

penelitian dengan jalan propinsi dan jalan kota. Dari 3 ruas jalan ini baru satu ruas

yang permanen dengan badan jalan di aspal sepanjang 3,5 km yaitu jalan

Pengasinan Raya yang mengitari kawasan. Sedangkan jalan lainnya kondisinya

masih jalan tanah namun dapat dilewati oleh kendaraan roda dua maupun roda

empat. Sedangkan jalan lainnya yaitu jalan dalam kawasan masih dalam bentuk

jalan setapak yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk bertani dan

berladang (Gambar 15).

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 52

Gambar 15. Peta jaringan jalan wilayah penelitian

Pola Ruang

Pola ruang dasar kawasan adalah kawasan budidaya pertanian dan badan

air. View dan desakan penduduk akibat kebutuhan akan perumahan membuat pola

dasar ini berubah. Saat ini pola ruang permukiman sudah mulai masuk kedalam

wilayah badan air dan areal budidaya pertanian. Hal ini akan menggangu kondisi

lingkungan sekitar badan air karena kondisi air permukaan akan terdesak oleh

limbah-limbah rumah tangga perumahan. Harga tanah yang mulai meningkat pada

kawasan juga mendorong penduduk untuk mematikan lahan sawah, hal ini

ditunjukkan dengan luas lahan sawah bera permanen yang sudah dipersiapkan

untuk areal permukiman. Pola ruang kawasan dan luas dari masing-masing Land

Cover/Land Use dapat dilihat pada Gambar 16 dan Tabel 25.

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 53

Gambar 16. Pola ruang kawasan

Tabel 25. Luas Land Cover dan Land Use

Land Cover Land Use Luas (Ha) Sawah Lahan sawah 53,53

Kebun Campuran Kebun Campuran 18,50 Pohon tinggi dengan jarak

renggang 31,45

Pohon tinggi dengan jarak rapat 31,29 Vegetasi

Padang rumput dan alang-alang 15,63 Permukiman 42,90 Perumahan 9,75

Bangunan khusus 6,98 Lapangan terbuka 22,05

Built-up Area

Sawah bera permanen 4,20 Situ 5,30 Badan Air Balong 5,56

TOTAL (Ha) 247,12

Analisis Dan Perancangan Tapak

Keadaan Lingkungan

Kawasan situ Pengasinan terletak pada kecamatan Sawangan dan

menyebar pada tiga desa yaitu desa pengasinan (bagian timur, sebagian selatan

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 54

dan sebagian utara), desa Duren Mekar (sebagian utara dan sebagian barat) dan

desa Duren Seribu (barat dan sebagian selatan). Kondisi kawasan sebagian besar

merupakan lahan sawah dan vegetasi. Dalam Rencata Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Depok 2000-2010, kawasan ini termasuk kedalam pengembangan

kawasan permukiman dan perumahan dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

tinggi dan rendah. Kondisi topografi pada kawasan relatif datar dengan elevasi

antara 87,5 m sampai dengan 111 m dpl dan kemiringan lahan antara 0% - 2%.

Hal ini memungkinkan kawasan dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan

permukiman.

Kawasan situ Pengasinan masuk pada kawasan beriklim tropis yang

dipengaruhi oleh iklim muson, musim penghujan antara bulan oktober sampai

dengan maret dan musim kemarau antara bulan April sampai September. Curah

hujan tahunan adalah sebesar 2500-3000 mm/tahun dengan banyaknya curah

hujan bulanan berkisar antara 1 – 591 mm dan banyaknya hari hujan antara 10 –

20 hari, yang terjadi pada bulan Desember dan Oktober. Jenis tanah adalah tanah

latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya,

terbentuk dari tufa vulkan andesitis-basaltis, tingkat kesuburan rendah – cukup,

mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi dan bertekstur halus. Selain itu

kualitas tanah cenderung memiliki nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk

berbagai macam tanaman dengan faktor pembatas utama kemiringan lereng kecil,

sehingga hanya berkembang pertanian dan perkebunan tanaman keras seperti

tanaman buah-buahan, singkong dan sayuran.

Titik utama yang menjadi pusat perhatian kawasan ini adalah situ

pengasinan dan lahan sawah. Situ Pengasinan merupakan salah satu situ yang

cukup besar (5,3 Ha) di kota Depok yaitu 1,5% dari total keseluruhan badan air

kota Depok (Rosnila, 2004). Secara visual kondisi perairan adalah bersih dengan

tingkat kecerahan air adalah cerah. Kondisi perairan situ memiliki susut maksimal

satu meter pada musim kemarau dan kembang 0,5 meter pada musim penghujan.

Situ memiliki jalan inspeksi lebar 1,5 meter dengan jenis perkerasan konblok yang

mengelilingi seluruh situ. Titik perhatian lainnya adalah lahan sawah yang

memiliki luas 53,53 Ha atau sebesar 2% dari keseluruhan lahan sawah yang ada di

kota Depok. Kondisi lahan sawah adalah aktif dengan saluran tersier dan saluran

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 55

sekunder kali Ciputat dan kali Gede yang merupakan bagian dari Daerah Aliran

Sungai (DAS) Ciliwung.

Strategi Pengembangan Kawasan

Sasaran yang ingin dicapai dari perencanaan wilayah penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Secara lokal adalah untuk membangun suatu obyek-obyek wisata baru

yang terdapat dalam suatu kawasan dan berbentuk kawasan terpadu

2. Secara regional adalah menghidupkan kawasan urban-rural fringe serta

menjadi contoh pengembangan kawasan urban-rural fringe berbasis

wisata.

Adapun dasar-dasar dalam penentuan Strategi Pengembangan wilayah

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rencana Stratejik (RENSTRA) Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota

Depok Tahun 2006-2011

2. Peraturan Daerah (PERDA) Kota Depok Nomor 14 Tahun 2002 Tentang

Pola Dasar Pembangunan Kota Depok

3. Analisis wilayah penelitian dalam konstelasi regional (Kota Depok-

Jakarta-Bogor-Tangerang)

4. Analisis Arahan dan Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang (RTRW

Kota Depok tahun 2000 – 2010)

5. Analisis Fisik dan Daya Dukung Lahan

6. Analisis Penggunaan Lahan

Berdasarkan hal tersebut, maka strategi pengembangan wilayah penelitian

dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Memicu dan mendorong pertumbuhan kawasan dengan tingkat kesesuaian

lahan sangat sesuai dan sesuai untuk pengembangan fisik perkotaan.

2. Memelihara lahan sawah yang saat ini ada dan dapat dijadikan sebagai

obyek wisata.

3. Mempertahankan kondisi alam yang berpotensi untuk wisata pemadangan

alam (View Point) dan Wisata Danau.

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 56

Analisis Kawasan dalam Konstelasi Regional

Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kota Depok yang berjarak ± 9

Km dari Pusat Kota. Keberadaan dari wilayah penelitian diharapkan akan dapat

mendukung visi kota Depok yaitu Menuju Kota Depok Yang Melayani dan

Mensejahterakan sera visi kantor Pariwisata, Seni dan Budaya yaitu mendorong

tersedianya obyek wisata yang nyaman dan lestarinya seni dan cagar budaya

lokal. Oleh sebab itu dalam analisis ini akan dibahas mengenai peluang

pengembangan wilayah penelitian dalam konstelasi regional yang berhubungan

dengan kegiatan wisata, khususnya kawasan ekowisata.

Dalam konstelasi Regional (JABOTABEK), wilayah penelitian

merupakan salah satu program penting dalam Program Pengembangan Obyek

Wisata Kota Depok pada 2006 - 2011. Kemudian secara geografis wilayah

penelitian berlokasi di bagian timur wilayah Depok dan memiliki akses baik

dengan Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Tangerang dan Kota Jakarta

Selatan, sehingga dapat dinilai bahwa peluang pengembangan kegiatan Wisata

Situ Pengasinan di wilayah penelitian cukup besar karena dapat melayani Propinsi

Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Selain itu, khusus untuk DKI Jakarta faktor

lain yang dapat mendorong pengembangan kegiatan wisata di wilayah penelitian

adalah :

1. Tingkat perekonomian masyarakat DKI Jakarta lebih tinggi daripada

masyarakat propinsi Jawa Barat.

2. Aksesibilitas (tingkat kemudahan pencapaian) yang cukup tinggi, dimana

dapat dicapai melalui jalur darat melalui jalan raya Parung, jalan raya

Serpong dan jalan Muhtar Raya.

Pada saat ini kota Depok mengalami pertumbuhan yang cukup pesat

dalam hal pariwisata. Hal ini dapat terlihat dari adanya sebuah ikon wisata yang

berbentuk land mark yaitu Mesjid Kubah Mas yang berjarak kurang dari dua

kilometer dari lokasi kawasan dan dikunjungi oleh hampir seluruh masyarakat

Indonesia. Selain itu Kota Depok juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat

dengan salah satu indikator adalah tingginya jumlah pertambahan penduduk yaitu

3,7% per tahun menurut data BPS, lebih besar dibandingkan pertambahan

penduduk nasional yaitu 3,2% per tahun. Selain itu, Depok yang dicanangkan

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 57

sebagai kota permukimam juga mendorong peningkatan jumlah penduduk yang

signifikan.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa peluang

pengembangan lokasi penelitian untuk kegiatan dan obyek wisata cukup besar.

Tambahan lagi, tingkat kemudahan pencapaian (aksesibilitas) yang cukup tinggi

dari Kota Bogor (± 45 Km / ± 1 jam) dan dari DKI Jakarta (± 25 Km / ± 0,5 jam)

melalui jalan aspal dengan kondisi baik. Sehingga keadaan ini akan turut

mendorong percepatan pertumbuhan wilayah penelitian. Lebih jelas mengenai

pencapaian ke wilayah penelitian dalam konstelasi Regional dapat dilihat pada

Gambar 17.

Gambar 17. Pencapaian wilayah penelitian dalam konstelasi regional

Infrastruktur

Kawasan dikelilingi oleh jalan kolektor sehingga kawasan adalah kawasan

yang memiliki aksesibilitas tinggi. Jalan kolektor tersebut adalah jalan Pengasinan

Raya, jalan Masjid dan jalan Kemat. Aksesibiltas tinggi ini dapat dimanfaatkan

untuk mempermudah pengaturan pintu masuk dan pintu keluar kawasan. Selain

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 58

itu aksesibilitas ini juga dapat dimanfaatkan untuk memisahkan jalur pengunjung

dan service. Jaringan jalan pada kawasan dan panjang jalan dapat dilihat pada

Gambar 18 dan Tabel 26.

Gambar 18. Peta jaringan jalan dalam kawasan

Tabel 26. Tabel panjang jaringan jalan dalam lokasi

Panjang Jaringan Jalan (m)

Kelas Jalan Panjang (m)

Kolektor 28.128,49

Lingkungan 19.029,19

Setapak 4.341,59

TOTAL 51.499,26

Arahan Pengembangan

Analisis Kemiringan Lahan

Bentang alam suatu wilayah dibentuk oleh Topografi dan kemiringan

lahan. Tingkat kemiringan lahan akan berpengaruh pada tingkat erosi, penentuan

jenis vegetasi, arah aliran saluran drainase, serta jenis kegiatan fisik yang akan

dikembangkan. Secara umum semakin tinggi tingkat kemiringan lahan, semakin

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 59

besar kendala pembangunan fisik kota. Kemiringan lahan yang curam

menyebabkan peningkatan dalam biaya konstruksi, membutuhkan perencanaan

yang harus akurat dan faktor utama penyebab terjadinya erosi. Walaupun

demikian dengan rekayasa teknologi, tidak tertutup kemungkinan untuk

memanfaatkan lahan dengan kemiringan lahan relatif tinggi.

Berdasarkan hasil analisis kemiringan lahan, maka pola distribusi

kemiringan lahan di wilayah penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar berkemiringan 0 - 2% dengan luas sebesar 232,50 Ha yang

tersebar di seluruh lokasi wilayah penelitian.

2. Lahan berkemiringan 2 – 5% sangat sedikit yaitu seluas 48,30 Ha yang

sebagian besar berlokasi disebelah barat lokasi penelitian.

3. Lahan berkemiringan 5 – 7% sangat sedikit yaitu seluas 2,20 Ha yang

sebagian besar berlokasi dekat lahan dengan kemiringan 0 –3%.

Analisis Penggunaan Lahan

Berdasarkan jenis pemanfaatannya, dimana penggunaan lahan di wilayah

penelitian adalah berupa lahan tidak terbangun (76%), sehingga dapat dinilai

bahwa ketersediaan lahan untuk pengembangan fisik dan kegiatan wisata lainnya

cukup besar.

Analisis Status Lahan

Lokasi penelitian merupakan daerah sekitar situ yang telah dimanfaatkan

penggunaanya oleh masyarakat. Sehingga komposisi kepemilikan lahan cukup

variatif dan hampir seimbang. Status kepemilikan lahan ini akan menentukan

dalam tingkat resistensi pengelolaannya. Secara umum tingkat resistensi

pengelolaan kawasan ini cukup rendah, karena status kepemilikan lahan (> 50%)

dimiliki oleh instasi pemerintah (PEMKOT dan Instansi Lainnya) sehingga

diharapkan tidak adanya halangan dalam pengelolaan dan pengembangan

kawasan. Selain itu, status kepemilikan lahan juga dapat menjadi indikator

besarnya biaya yang akan dikeluarkan serta lama Break Event Poin Time (BEPT)

kawasan. Hasil wawancara dengan PEMKOT, status kepemilikan lahan pada

awalnya hanya milik PEMKOT dan Instansi Pemerintah lainnya, namun

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 60

pengelolaan yang lemah dari PEMKOT menyebabakan masyarakat mulai

menggarap lahan sekitar situ. Tanah garapan kemudian disertifikasi hak milik oleh

masyarakat. Keadaan ini membuat PEMKOT segera mengambil alih lahan sekitar

situ yang belum tersertifikasi hak milik untuk digarap. Salah satu cara mengarap

lahan ini adalah dengan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan situ yang

dikembangkan untuk kawasan wisata (Tabel 27).

Tabel 27. Tabel luas status lahan pada lokasi

Luas Kesesuaian untuk Lokasi

Status Kepemilikan Lahan Luas (Ha) Proporsi

Pemerintah Kota (PEMKOT) 58,39 23,6%

Instansi Pemerintah selain PEMKOT 93,17 37,7%

Swasta/Pribadi 95,56 38,7%

TOTAL 247,12 100%

Analisis Daya Dukung Lahan

Bagi Kota-kota yang sudah mapan perkembangannya proporsi

penggunaan lahan untuk permukiman mencapai antara 50% – 80%. Sedangkan

untuk wilayah penelitian diasumsikan proporsi penggunaan lahan untuk bangunan

adalah 20% dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Kondisi fisik eksisting atau daya dukung fisik wilayah penelitian yang

terbatas atau lebih dominan lahan marginalnya.

2. Sesuai dengan arahan RTRW Kota Depok (Tahun 2000 - 2010) dimana

wilayah penelitian juga diarahkan untuk lokasi pemukiman dan resor

wisata.

Prediksi Calon Pengunjung

Sebuah obyek wisata hidup karena adanya pengunjung. Perencanaan

sebuah obyek wisata harus memprediksi calon pengunjung obyek wisata yang

akan dibangun. Pada penelitian ini prediksi calon pengunjung didasarkan atas

hasil penelitian. Perencanaan zona dan content dalam tapak juga didasarkan atas

hasil penelitian tersebut.

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 61

Penelitian dilakukan pada tahun 2005 dengan menggunakan metode

kuisioner dan metode pengumpulan data stratified random sampling. Keseluruhan

penduduk Depok dibagi menjadi tiga kelas strata sosial (kelas atas, menengah dan

bawah). Kesimpulan hasil penelitian adalah adanya keinginan masyarakat kota

Depok terhadap tersedianya sebuah kawasan wisata dan atau obyek wisata yang

bernuansa lingkungan serta memiliki aksesibilitas mudah ke pusat kota. Kawasan

wisata yang akan dibangun harus memiliki peruntukan bagi wisata bersama

keluarga. Kawasan wisata harus dapat dicapai menggunakan berbagai macam

moda transportasi.

Pemetaan Kesesuaian Lokasi Dan Zona

Kesesuaian Lokasi

Ditinjau dari data sebaran kesesuaian lokasi yang diperoleh dari hasil

analisis, maka secara umum kondisi lahan pada lokasi penelitian memiliki tingkat

kesesuaian sedang, yaitu mencakup 74% dari keseluruhan daerah penelitian. Ini

berarti bahwa kondisi lahan lokasi penelitian cukup dapat dikembangkan untuk

kawasan wisata (Tabel 28 dan Gambar 19).

Tabel 28. Tabel luas kesesuaian untuk lokasi

Luas Kesesuaian untuk Lokasi

Rangking Kesesuaian Luas (Ha) Proporsi

Sesuai 27,33 11,1%

Sedang 183,82 74,4%

Tidak Sesuai 35,98 15,5%

TOTAL 247,12 100%

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 62

Gambar 19. Peta kesesuaian lokasi

Kesesuaian Zona

Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pada masing-masing zona

peruntukan, maka dilakukan overlay/intersept antara peta pola ruang, jalan, view,

vegetasi dan slope yang masing-masing memiliki bobot tertentu untuk masing-

masing zona yang akan dibangun. Dari hasil overlay tersebut kemudian dihitung

luas tingkat kesesuaian untuk masing-masing zona peruntukan.

Zona A (Village Zone)

Zona A sebagai zona yang akan dikembangkan menjadi zona desa

memiliki tingkat kesesuaian lahan yang cukup untuk dikembangkan menjadi

sebuah kawasan wisata desa. Dengan luas area yang sesuai sebesar 35% dari luas

kawasan, zona ini relatif lebih mudah dikembangkan (Tabel 29). Komposisi

penyebaran daerah kesesuaian yang merata pada bagian barat kawasan juga

menjadikan zona ini lebih mudah untuk dikembangkan menjadi satu tema. Selain

itu, lahan-lahan sawah yang akan menjadi titik utama perancangan seluruhnya

tersebar pada daerah dengan kesesuaian sangat sesuai dan sesuai (Gambar 20).

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 63

Tabel 29. Tabel luas kesesuaian untuk Zona A (Village Zone)

Luas Kesesuaian untuk Zona A

ZONA Luas (Ha) Proporsi

Sangat Sesuai 0,73 0,3%

Sesuai 30,19 12,2%

Sedang 53,75 21,8%

Tidak Sesuai 41,91 17,0%

Sangat Tidak Sesuai 120,53 48,7%

TOTAL 247,12 100%

Gambar 20. Peta kesesuaian untuk zona A (Village Zone)

Zona B (Rest Area)

Zona B sebagai zona istirahat memiliki tingkat kesesuaian lahan yang

cukup untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan yang berisi bangunan-

bangunan pendukung kegiatan wisata. Dengan luas area yang sesuai sebesar 60%

dari luas kawasan, zona ini relatif lebih mudah dikembangkan (Tabel 30).

Komposi penyebaran daerah kesesuaian yang merata pada bagian utara - selatan

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 64

kawasan juga menjadikan zona ini lebih mudah untuk dikembangkan menjadi satu

tema (Gambar 21).

Tabel 30. Tabel luas kesesuaian untuk Zona B (Water Zone)

Luas Kesesuaian untuk Zona B

ZONA Luas (Ha) Proporsi

Sangat Sesuai 18,37 7,4%

Sesuai 33,76 13,7%

Sedang 96,21 38,9%

Tidak Sesuai 56,91 23,0%

Sangat Tidak Sesuai 41,88 16,9%

TOTAL 247,12 100%

Gambar 21. Peta kesesuaian untuk zona B (Rest Area)

Zona C (Water Zone)

Zona C sebagai zona air memiliki tingkat kesesuaian lahan yang kurang

cukup untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan yang berisi bangunan-

bangunan pendukung kegiatan wisata. Dengan luas area yang sesuai sebesar 16%

dari luas kawasan, zona ini relatif agak sulit dikembangkan (Tabel 31).

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 65

Komposisi penyebaran daerah kesesuaian yang hampir merata pada bagian timur

kawasan menjadikan zona ini sedikit lebih mudah untuk dikembangkan menjadi

satu tema (Gambar 22).

Tabel 31. Tabel luas kesesuaian untuk Zona C (Water Zone)

Luas Kesesuaian untuk Zona C

ZONA Luas (Ha) Proporsi

Sangat Sesuai 0,00 0,0%

Sesuai 5,30 2,1%

Sedang 33,31 13,5%

Tidak Sesuai 80,08 32,4%

Sangat Tidak Sesuai 128,43 52,0%

TOTAL 247,12 100%

Gambar 22. Peta kesesuaian untuk zona C (Water Zone)

Arahan Pengembangan

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk masing-masing zona,

maka dapat ditentukan letak tapak untuk masing-masing zona pada kawasan.

Perletakan masing-masing zona ini didasarkan atas kedekatan perletakan hasil

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 66

analisis dan kemudahan sirkulasi dalam kawasan. Komposisi luas masing-masing

zona dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gambar 23.

Tabel 32. Tabel luas untuk masing-masing zona

Luas Zona

ZONA Luas (Ha) Proporsi

A (Village Zone) 91,49 37,0%

B (Rest Area) 57,51 23,3%

C (Water Zone) 52,94 21,4%

Tidak dapat digunakan 45,19 18,3%

TOTAL 247,12 100%

Gambar 23. Peta zonasi

Perancangan Tapak

Kriteria Dasar

Menurut Lang (2005), Urban-Rural fringe is an area of mixed rural and

urban populations and land uses, which began at the point where agriculture land

Page 21: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 67

uses appear near city and extends up to the point where villages distinct urban

land uses or where some persons, at least, from the village community commute to

the city daily for work or other purpose. Berdasarkan definisi diatas maka

kawasan situ Pengasinan dapat dimasukkan kedalan kelompok daerah tersebut.

Sebuah konsep yang tepat untuk melakukan perencanaan dan perancangan pada

kawasan ini adalah konsep penyelarasan. Sebuah konsep yang secara langsung

akan melaksanakan fungsinya akibat adanya hubungan timbal balik antara

masing-masing anggota komunitas. Komunitas urban yang akan memanfaatkan

kawasan rural sebagai sarana berwisata dan komunitas rural yang akan

memanfaatkan kawasan urban sebagai sarana berkarya. Untuk mensinergikan

konsep tersebut maka dalam perencanaan dan perancangan kawasan perlu

diperhatikan faktor fisik (potensi tapak) dan aksesibilitas.

Perancangan Makro Kawasan

Konsep makro yang diangkat adalah pengelompokan dalam beberapa

kegiatan yang memiliki karakteristik sejenis dan bergantung satu sama lain. Hal

ini dimaksudkan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pemanfaatan ruang

dan pelayanan. Distribusi disesuaikan dengan jangkauan pelayanan

pengelompokan kegiatan/aktifitas yang sudah ada di dominasi serta

pengembangannya. Memiliki kecenderungan pengembangan kawasan yang

mengacu pada aspek budaya setempat dengan satu pola pemberdayaan masyarakat

(community base development) dengan harapan masyarakat dapat turut serta

dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan yang

tepat sasaran.

Pengaruh Lingkungan Sekitar Kawasan

Pola sirkulasi kendaraan di luar tapak

Tapak dilintasi oleh jalan raya Pengasinan yang memiliki panjang 1612 m

yang melintas di sisi timur dengan intensitas kendaraan rendah dan jalan

Masjid yang memiliki panjang 1310 m dengan intesitas kendaraan rendah

yang melintas di sisi utara. Pada kedua sisi ini, kawasan terlihat secara

keseluruhan dan lebih indah sehingga pintu masuk utama dan pintu keluar

Page 22: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 68

berada pada kedua jalan tersebut. Intensitas kendaraan yang rendah cenderung

sedang membutuhkan pemisahan jalur masuk dan keluar.

Keadaan lingkungan sekitar tapak

Kawasan ini dibatasi oleh permukiman/perumahan serta hutan alam kota.

Peraturan-peraturan

Peraturan yang berlaku pada kawasan meliputi KDB (Koefisien Bangunan)

sebesar 40% - 80% dengan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) adalah dibatasi

setinggi 4 lantai dan GSB (Garis Sempadan Bangunan) sebesar 4 m. Status

kepemilikan lahan kawasan adalah pemerintah kota, instansi pemerintah selain

pemerintah kota dan swasta/masyarakat. Peruntukan lahan sesuai dengan

RTRW Kota Depok adalah permukiman dengan KDB tinggi.

Faktor pencapaian

Untuk mencapai tapak dapat digunakan jalan raya Parung-Bogor (dari arah

Jakarta, Bogor dan Tangerang) serta jalan Muhtar Raya (dari arah Jakarta dan

Depok) sehingga dengan adanya papan penunjuk maka kawasan akan mudah

dicapai melalui jalan-jalan tersebut.

Faktor infrastruktur

Tersedianya jaringan listrik, telekomunikasi dan drainase kota yang melintasi

kawasan sudah memenuhi standar minimal kebutuhan akan infrastruktur

kawasan.

Bangunan Penting Sekitar Kawasan

Terdapat beberapa bangunan penting yang berada disekitar kawasan.

Salah satunya adalah masjid kubah mas yang berjarak ± 3 km sebelah timur

kawasan. Masjid kubah mas, selain sarana ibadah juga merupakan salah satu titik

utama tujuan wisata kota Depok. Bangunan ini mengusung konsep wisata religi.

Bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 2005 dan menjadi ikon pariwisata kota

Depok untuk daerah tujuan wisata. Bangunan penting lainnya adalah pasar Parung

yang berjarak ± 2 km dari kawasan yang dapat menjadi target utama pemasaran

kawasan. Keberadaan pasar dan bangunan masjid kubah mas juga dapat

diintegrasikan dengan kawasan wisata yang akan dibangun sebagai pendukung

kawasan wisata terbangun.

Page 23: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 69

Perancangan Mikro Kawasan

Konsep perancangan mikro kawasan adalah wisata desa yang dipadukan

dengan wisata air. Selain itu kawasan ini diharapkan menjadi landmark kota

Depok yang dalam perencanaannya disesuaikan dengan rencana pemerintah untuk

membangun sebuah kawasan wisata yang melestarikan budaya lokal dan

lingkungan.

Titik Utama Perancangan

Titik utama perancangan kawasan ini adalah lahan sawah dan badan situ.

Lahan sawah merupakan produk utama yang akan dijual oleh kawasan ini.

Sedangkan wisata air telah dikembangkan pada badan situ dan telah dikelola oleh

pemerintah daerah melalui POKJA (Kelompok Kerja) Situ Pengasinan.

Konsep Perancangan Situasi

Sesuai dengan tema yang diangkat untuk kawasan wisata ini maka situasi

yang dirancang adalah situasi pedesaan yang asri dengan situ yang asri. Kawasan

ini juga akan membangun situasi kehidupan sosial masyarakat lokal yang

berbudaya Sunda. Situasi kehidupan sosial yang akan dibangun adalah keseharian

dalam bekerja (berladang dan bertani), bercengkrama (bermain alat musik

angklung dan belajar) dan kegiatan lainnya (event pernikahan, sunatan massal

dsb).

Konsep Peruntukan Lahan

Kawasan ini akan dibagi menjadi tiga zona yang masing-masing memiliki

fungsi masing-masing. Zona-zona dirancang hanya sebagai bagian dari kawasan

(tidak dapat berdiri sendiri). Zona-zona tersebut adalah :

Zona A (Village Zone), yaitu zona yang berfungsi sebagai zona wisata desa.

Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona penerima pengunjung. Sarana

dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata desa, kantor pengelola dan

loket, pos sepeda, lapangan parkir dan main gate (pintu utama) yang

merupakan in gate (pintu masuk).

Zona B (Rest Area), yaitu zona yang berfungsi sebagai area untuk rekreasi dan

istirahat. Sarana dan prasarana pada zona ini adalah areal terbuka (sebagai areal

serbaguna), taman, restoran, bungalow, pos sepeda, kolam pemancingan dan

area servis.

Page 24: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 70

Zona C (Water Zone), yaitu zona yang berfungsi sebagai zona wisata air dan

wisata belanja. Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona keluar

pengunjung. Saran dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata air,

dermaga wisata air, toko handicraft, areal agrowisata, pos sepeda, areal servis

dan out gate (pintu keluar).

Ciri Khusus Kawasan

Kawasan ini merupakan kawasan peruntukan perumahan dengan KDB

tinggi dan KDB rendah. Keberadaan situ pengasinan dan lahan sawah

memberikan view atau pemandangan indah serta membuat kawasan ini tampak

alami dan indah. Aksesibilitas yang mudah membuat kawasan ini sangat strategis.

Saat ini, dengan keberadaan fasilitas wisata air dan lahan sawah yang belum

tertata rapi membuat kawasan ini belum dapat dinikmati secara maksimal. Untuk

membuat kawasan ini menjadi kawasan wisata bertema desa dengan kolam besar

maka perlu dilakukan penataan kawasan dan membuka view yang luas kearah situ

dan lahan sawah atau menjadikan situ dan lahan sawah sebagai orientasi kawasan.

Tata Bangunan

Sesuai tema yang diusung oleh kawasan ini, maka tata bangunan yang

dirancang disesuaikan dengan tema yang diangkat. Konsep tata bangunan

mengikuti kaidah Vernacular Architecture yaitu bahasa arsitektur dari manusia

atau tata bangunan yang berhubungan dengan konteks lingkungan dan sumber

daya yang tersedia serta membangun dengan peralatan yang tersedia. Seluruh

bentuk ini dibangun berdasarkan kebutuhan, mengakomodasi nilai lahan, ekonomi

dan cara hidup dalam bingkai kebudayaan lokal (Sebestyen, 2003).

Pencapaian Tapak

Tapak dapat dicapai melalui jalan Pengasinan Raya dengan moda

transportasi angkutan umum dan angkutan pribadi baik roda empat maupun roda

dua. Selain itu tapak juga dapat dicapai melalui jalan Raya Parung.

Sistem Sirkulasi Dalam Tapak

Pola sirkulasi dalam kawasan mengelilingi situ dan lahan sawah

(pematang) yang bentuk dan polanya merefleksikan bentuk air yang dinamis dan

diwakilkan oleh bentuk lingkaran dan lengkung. Sirkulasi dalam kawasan dibagi

menjadi tiga yaitu sirkulasi manusia, kendaraan (sepeda) dan kendaraan bermotor

Page 25: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 71

(berhenti pada areal parkir). Sirkulasi untuk manusia dan kendaraan merupakan

sirkulasi yang berdiri sendiri namun pada titik-titik tertentu akan mengalami

overlapping dan atau sejajar.

1. Sirkulasi manusia

Sirkulasi manusia adalah jalan setapak yang dibangun mengikuti

petak-petak sawah. Perjalanan akan di mulai pada lapangan parkir menuju

kantor pengelola untuk mengurus administrasi masuk kawasan (loket).

Perjalanan selanjutnya adalah dengan mengikuti jalan pematang yang

telah disediakan oleh pengelola. Perjalanan dapat berhenti sejenak pada

zona B (rest area) yang pada zona ini ditempatkan bungalow, restoran,

sarana olahraga pemancingan dan perjalanan dilanjutkan menuju zona C.

2. Sirkulasi kendaraan (sepeda)

Sirkulasi untuk kendaraan (sepeda) mengikuti jalan sepeda yang

akan dibangun. Jalan sepeda terpisah dengan jalan manusia. Namun pada

beberapa titik disediakan pos sepeda yang selain berfungsi sebagai tempat

istirahat, juga sebagai tempat moda interchange (perubahan moda menjadi

jalan kaki). Keseluruhan kawasan memiliki 15 pos sepeda.

3. Areal parkir

Areal parkir kendaraan dibedakan antara parkir pengelola, parkir

kendaraan servis dan parkir pengunjung. Sedangkan areal parkir

pengunjung dirancang untuk dapat menampung kendaraan sepeda motor,

mobil, minibus dan bus. Pengaturan sirkulasi pedestrian dan kendaraan

yang aman, dengan memisahkan jalur sirkulasi pedestrian dengan jalur

sirkulasi kendaraan, sehingga pengunjung bangunan dapat berjalan dengan

nyaman dan bebas sebelum memasuki kawasan.

Jarak capai jalan kaki maksimum untuk pengunjung dari pintu

masuk areal parkir ke pintu masuk kawasan adalah 300 meter diwujudkan

dengan adnya pos-pos sepeda, sehingga semua pengunjung menempuh

jarak yang sama dalam hal pencapaian ke bangunan. Dimana parkir

sepeda motor dibagi 2, yaitu: untuk pengunjung kawasan dan untuk

pengelola/servis.

Page 26: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 72

Dalam penentuan sistem dan peletakan area parkir, banyak

ditentukan dari kemudahan akses dan letak entrance kendaraan hasil

analisis sirkulasi kendaraan seperti yang sudah dijelaskan. Sistem parkir

dibuat terkonsentrasi dengan sistem pembagian :

Kendaraan roda empat, minibus dan bus untuk pengunjung, tersedia

area parkir terbuka di sisi timur dan tengah areal parkir.

Kendaraan roda dua untuk pengunjung disediakan di sisi utara areal

parkir.

Kendaraan roda empat untuk pengelola dan servis, disediakan area

parkir khusus di sisi barat areal parkir.

Kendaraan roda dua untuk pengelola, disediakan di sisi barat areal

parkir.

Lansekap

1. Pola Pedestrian Way

Pedestrian way membentuk prasarana penghubung yang penting

dalam menghubungkan berbagai kegiatan yang berlangsung pada massa

bangunan yang berbeda. Pedestrian way dirancang untuk mengarahkan

pencapaian dan mempertimbangkan terbentuknya suasana estetis dengan

penempatan titik-titik pusat perhatian. Jenis material, tekstur dan warna dipilih

yang dapat mendukung karakter kegiatan , baik yang berkesan dinamis dan

rekreatif. Konsep perancangan pedestrian way mengikuti bentuk situ dan

lahan sawah dengan menggunakan pola cul de sac (jalan tertutup/buntu).

Konsep ini dibangun agar pengunjung dapat menikmati seluruh kawasan.

Pedestrian way dibagi menjadi dua macam yaitu jalan manusia dan jalan

sepeda. Masing-masing jalan memiliki shelter (tempat perhentian) yang

berbeda, jalan manusia memiliki shelter berupa dangau dan jalan sepeda

memiliki shelter berupa pos sepeda.

2. Pohon dan tanaman

Pohon dan tanaman sebagai elemen ruang luar sangat tergantung

kepada eksisting kawasan. Pohon dan tanaman di sini befungsi sebagai :

Pengaruh dan pembatas visual (barrier), ditempatkan pada batas tapak, tepi

jalan dan diantara massa bangunan. Jenis pohonnya adalah palem-paleman.

Page 27: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 73

Pemberi bayangan keteduhan, ditempatkan pada sisi-sisi bangunan

terutama dekat bukaan untuk mengurangi kesilauan cahaya. Jenisnya

adalah pohon yang berdaun lebat.

Bumper polusi dan kebisingan, ditempatkan pada areal-areal yang

membutuhkan ketenangan seperti bungalow. Jenisnya adalah pohon yang

berdaun lebat dan beranting banyak.

Pembatas kegiatan, digunakan untuk membatasi kegiatan antara satu

dengan yang lainnya. Jenisnya adalah pohon perdu-perduan.

3. Plasa dan taman

Plasa atau ruang terbuka dibuat untuk mengkat massa-massa bangunan

yang saling terpisah, dan difungsikan sebagai ruang komunikasi / relaksasi

pengunjung.

Perlengkapan pelayanan dan utilitas kawasan

Konsep perancangan prasarana, sarana dan utilitas kawasan dibagi

menjadi menjadi beberapa aspek yaitu prasarana yang meliputi jaringan listrik dan

jaringan telekomunikasi, utilitas yang meliputi air bersih dan air kotor, sistem

drainase dan limbah serta sarana yang meliputi bangunan-bangunan pendukung

kegiatan wisata.

1. Areal Publik

Area publik didefinisikan sebagai bangunan dan lanskap yang

bentuknya dirancang untuk kepentingan komunitas dan memiliki

kepentingan sosial ekonomis (Walters dan Brown, 2004) Bangunan

publik yang akan dibangun pada kawasan ini adalah sarana ibadah

(masjid) yang merupakan renovasi dari sarana ibadah yang telah ada saat

ini dan sarana kesehatan berupa klinik 24 jam lengkap dengan fasilitas

Unit Gawat Darurat (UGD). Bangunan publik ini akan menempati areal

seluas 5250 m2 dan berada pada zona C (Water Zone). Dalam areal publik

ini terdapat juga bangunan servis yang berfungsi untuk melayani seluruh

kawasan. Areal ini ditempatkan dekat dengan jalan kolektor (jalan Raya

Pengasinan). Penempatan ini bertujuan untuk memudahkan pencapaian

menuju kelas jalan yang lebih tinggi .

2. Utilitas Kawasan

Page 28: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 74

Utilitas kawasan terdiri dari jaringan telekomunikasi, jaringan

listrik, sistem drainase dan tempat pembuangan akhir kawasan mengikuti

jaringan yang sudah ada.

3. Pengelolaan air bersih dan kotor kawasan

Air bersih kawasan merupakan air yang bersumber dari dua buah

sungai (Kaligede dan Ciputat) dan satu buah situ (pengasinan).

Pengelolaan air bersih yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan

sumber-sumber air tersebur setelah melalui beberapa proses. Proses

pertama adalah pengumpulan air untuk kawasan pada pintu air yang

dibangun khusus oleh kawasan. Proses selanjutnya adalah pengumpulan

air pada bak kontrol. Air yang terkumpul pada bak kontrol kemudian

dialirkan menuju bangunan penjernihan. Setelah air melalui tahap

penjernihan maka air di pompa menuju bangunan-bangunan yang

membutuhkan air bersih (Gambar 24). Jumlah kebutuhan air bersih

kawasan harus dapat dipenuhi oleh ketiga sumber air tersebut.

Gambar 24. Skema pengelolaan air bersih kawasan

Page 29: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 75

Pengelolaan air kotor kawasan mengikuti tahapan-tahapan yang

tidak berbeda dengan pengelolaan air bersih. Air kotor kawasan yang

terkumpul melalui gorong-gorong kawasan akan ditampung terlebih dulu

pada bak kontrol. Air yang sudah tertampung tersebut kemudian di pompa

masuk menuju STP (Seewage Treatment Plan). Bangunan STP melakukan

tiga proses yaitu proses penghancuran kuman menggunakan biophoric

massal, proses penjernihan dan daur ulang yang menghasilkan air

perkurasan. Air perkurasan yang melewati ambang batas parameter kimia

dan biologi (tidak dapat digunakan lagi) akan dibuang menuju sungai

untuk dilakukan proses selanjutnya. Sedangkan air yang berada di bawah

ambang batas akan dimanfaatkan lagi untuk kawasan, seperti untuk

kebutuhan air irigasi dan sebagainya (Gambar 25).

Gambar 25. Skema pengelolaan air kotor kawasan

Perancangan Zona dan Bangunan

Kebutuhan Ruang

Dalam perancangan kawasan wisata harus memperhatikan beberapa hal

yang dapat dijadikan kerangka acuan dalam perancangan. Hal tersebut adalah :

Karakter tapak yang dikelilingi oleh view lahan sawah, situ dan pohon-

pohon besar sangat menarik dan unik. Sebagai kawasan wisata bernuansa

lingkungan, maka penggunaan bangunan yang dapat merusak lingkungan

Page 30: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 76

harus dihindari, sehingga bangunan akan mengikuti pola linear eksisting

jalan dan atau bangunan yang telah ada.

Sistem lingkungan eksisting beragam (lingkungan sawah, situ dan hutan

kecil), sehingga kehadiran kawasan diharapkan dapat beradaptasi dan

mendukung kawasan yang sudah ada.

Fungsi fasilitas dari perencanaan ini merupakan penggabungan dari wisata

desa, wisata air dan wisata belanja, sehingga dapat mengundang/menarik

pengunjung dari segala penjuru kota dan daerah dengan segmen pasar

segala usia dan keluarga.

Pertimbangan diatas ditetapkan sebagai konsep dasar perancangan yaitu konsep

perancangan yang kontekstual (mampu beradaptasi dan mendukung) dengan

lingkungan sekitar. Perancangan juga menampilkan arsitektur tropis dengan

memberikan ciri bangunan tropis dan menciptakan kenyamanan di dalam maupun

di luar ruangan.

Berdasarkan hasil analisis kesesuian zona, potensi tapak dan konsep

perancangan maka ditentukan kebutuhan ruang masing-masing fasilitas dalam

kawasan. Kebutuhan ruang dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Kebutuhan Ruang Fasilitas

Kebutuhan Ruang ( dalam m2)

Lapangan Parkir 4600

Areal Komersial Sebelah Areal Parkir 15000

Kantor Pengelola 1890

Pos Sepeda (1 - 15) 2192

Restoran (Zona A dan B) 16850

Areal Pemancingan (Zona A dan C) 1910

Dermaga Wisata Air 780

Pusat Pembuatan & Penjualan Kerajinan 18400

Pusat Belanja Tanaman 8550

Fasilitas Publik/Servis 5250

Amphi Theatre Area 10700

Taman/Plasa 11960

Reforestrasi Areal 33800

Page 31: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 77

Zona A (Village Zone)

Zona A sebagai Village Zone memiliki fungsi sebagai zona inti kawasan.

Kegiatan wisata terdapat pada zona ini. Rancangan tapak zona A dapat dilihat

pada Gambar 26.

Gambar 26. Rancangan tapak Zona A

Kegiatan wisata pada zona ini dimulai ketika memasuki pintu utama zona

(kantor pengelola). Perjalanan wisata dimulai dengan melakukan jalan-jalan

Page 32: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 78

mengikuti alur pematang sawah atau menaiki sepeda pada jalur sepeda yang telah

dipersiapkan. Kegiatan utama pada zona ini adalah perjalanan wisata yang

berfokus pada menikmati pemandangan alam pedesaan dan pemandangan

kehidupan masyarakat pedesaan pada umumnya. Perjalanan berhenti sejenak pada

daerah rumah-rumah gubug tematik yang dipersiapkan, taman, plasa, pos sepeda

dan lahan sawah khusus (dapat ditanami oleh pengunjung). Perjalanan wisata

diakhiri pada pintu masuk zona B (Rest Area). Fasilitas utama zona ini terdiri dari

lahan sawah yang dibiarkan seperti kondisi eksisting, taman, plasa dan rumah-

rumah gubug tematik. Fasilitas pelengkap adalah pos sepeda, kolam pemancingan

yang hanya dapat digunakan oleh masyarakat dan kantor pengelola. Beberapa

perancangan suasana untuk zona A dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Perancangan suasana pada Zona A

1. Suasana Rumah Gubug Tematik 2. Suasana Taman/Plasa 3. Suasana Pemancingan 4. Suasana Pedestrian Way &

Jalan Sepeda

1 2

3 4

Page 33: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 79

Zona B (Rest Area)

Zona B adalah zona istirahat. Zona ini berfungsi sebagai zona penerima

dari zona A, tempat perisitirahatan dan zona pengirim kepada zona C. Kegiatan

utama pada zona ini berfokus pada tiga tempat yaitu restoran tepi air, komplek

Amphi Theatre serta pusat kerajinan dan cinderamata. Rancangan tapak zona B

dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Rancangan tapak Zona B

Fasilitas bangunan yang ada pada zona ini adalah :

Pos Sepeda

Sepeda adalah satu-satunya moda transportasi yang ada dalam tapak.

Sepeda merupakan moda transportasi tak berbahan bakar, selain itu sepeda

merupakan sarana olahraga. Dalam tapak, sepeda memiliki jalur tersendiri

Page 34: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 80

yaitu jalur yang terpisah dari jalur pejalan kaki. Sebagian jalur dirancang

bersebelahan dengan jalur pejalan kaki dan sebagian lagi dirancang

terpisah dengan jalur pejalan kaki. Pos sepeda berfungsi sebagai terminal

moda transportasi sepeda, selain itu pos ini juga dirancang sebagai titik

peralihan antara sepeda dan jalan kaki. Perancangan suasana pos sepeda

dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29. Suasana pos sepeda

Bungalow

Berfungsi sebagai tempat beristirahat menginap. Areal bungalow

merupakan areal semi privat, yang memiliki pagar pembatas semi

permanen dengan kawasan lain. Faktor keamanan menjadi pertimbangan

penting.

Restoran/Café (Tepi air dan biasa)

Berfungsi sebagai tempat beristirahat sementara. Restoran mengusung

konsep kelokalan. Menu yang disajikan merupakan masakan khas daerah

Sunda dan sedikit menu modern. Untuk café, konsep yang diusung untuk

situasi dan menu adalah konsep modern. Diharapkan konsep ini dapat

menjadi salah satu daya tarik untuk kaum muda.

Amphi Theatre

Kompleks Amphi Theatre adalah lahan seluas 10.700 m2. Kawasan ini

merupakan areal yang dirancang untuk dimiliki oleh PEMKOT dan atau

POKJA. Fasilitas ini berfungsi sebagai sarana untuk mengadakan acara-

acara yang berhubungan dengan kegiatan PEMKOT dan atau POKJA.

Page 35: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 81

Acara yang dapat dilakukan pada Amphi Theatre ini seperti acara

perayaan ulang tahun Kota Depok, acara-acara adat masyarakat

(perkawinan, sunatan dsb), acara musik dan lain sebagainya. Fasilitas ini

dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan seperti panggung

terbuka yang menghadap kearah situ, tempat duduk VIP yang merupakan

tempat duduk yang dipasang permanen dan ruangan untuk mengganti

kostum yang terletak dibelakang panggung terbuka serta ruangan untuk

pengaturan sound system (Gambar 30).

Gambar 30. Amphi Theatre

Pusat Kerajinan dan Cinderamata

Pusat Kerajinan dan Cinderamata merupakan sebuah areal dengan luas

18400 m2. Dalam areal ini terdapat 4 bangunan yaitu tiga buah workshop

dan sebuah kompleks toko dan atau ruko sebagai tempat penjualan.

Konsep yang diusung adalah open-plan yaitu sebuah konsep yang

menggunakan struktur secara minimalis dan terpasang pada sebuah

ruangan terbuka (Fawcett, 2003). Konsep ini berfungsi untuk

memudahkan penempatan peralatan, sirkulasi kerja dan proses window

shopping bagi pengunjung (Gambar 31 dan 32).

1. Backstage/Costume 2. Panggung 3. VIP 4. Festival

Page 36: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 82

Gambar 31. Pusat kerajinan dan cinderamata

Gambar 32. Suasana toko cinderamata dan kerajinan

Zona C (Water Zone)

Zona C adalah zona wisata air. Zona ini berfungsi sebagai zona penerima

untuk zona B dan zona keluar kawasan. Rancangan tapak zona C dapat dilihat

pada Gambar 33.

1. Toko Cinderamata & Kerajinan

2. Workshop #1 3. Workshop #2 4. Workshop #3

Page 37: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 83

Gambar 33. Rancangan tapak Zona C

Fasilitas yang ada pada zona ini, adalah :

Pusat belanja tanaman

Pusat belanja tanaman merupakan sebuah areal yang memiliki luas lahan

sebesar 8550 m2. Areal ini terdiri dari 3 bangunan yaitu gazebo, pusat

belanja tanaman dan rumah kaca. Pusat belanja tanaman merupakan hasil

renovasi bangunan yang telah ada saat ini. Penempatan gazebo berfungsi

sebagai pintu masuk areal dan sarana untuk bersantai. Rumah kaca

berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan tanaman, penyimpanan

tanaman dan sarana transfer teknologi kepada petani tanaman hias yang

ada saat ini (Gambar 34). Perancangan suasana untuk bangunan ini dapat

dilihat pada Gambar 35.

Page 38: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 84

Gambar 34. Pusat belanja tanaman

Gambar 35. Suasana belanja tanaman

Dermaga wisata air

Dermaga wisata air merupakan hasil renovasi dari dermaga wisata air

yang ada saat ini. Dermaga wisata air yang ada saat ini dikelola oleh

POKJA Situ Pengasinan bekerjasama dengan PEMKOT Depok. Luas

dermaga air saat ini adalah sebesar 50 m2 dengan fasilitas tambahan

adalah penutup atap. Dalam perancangan luas areal untuk dermaga wisata

air adalah 780 m2. Pengembangan dermaga ini menjadi penting karena

1. Pusat Belanja Tanaman 2. Gazebo 3. Rumah Kaca

Page 39: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 85

dermaga merupakan salah satu titik perencanaan kawasan. Selain itu,

penambahan sarana olahraga air seperti perahu, bebek air juga termasuk

kedalam rancangan renovasi dermaga wisata air. Saat ini baru terdapat 4

buah bebek dengan kondisi lumayan baik. Perancangan dilakukan sampai

pada kemasan paket wisata air yang akan dikembangkan. Kondisi saat ini

dapat dilihat ada Gambar 36.

Gambar 36. Kondisi dermaga untuk wisata air

Bangunan Publik dan Servis

Bangunan publik yang akan dirancangan adalah sarana ibadah (mesjid)

dan klinik 24 jam. Areal servis digunakan untuk melayani kebutuhan

seluruh kawasan. Penempatan areal servis adalah yang paling dekat ke

jalan kolektor (Jalan Pengasinan Raya) sebagai kemudahan aksesibilitas

keluar masuk kendaraan servis.

Arahan

Arahan Tahapan Pembangunan

Perlunya penyusunan prioritas pengembangan guna menyesuaikan kondisi

pemerintah dan investor dalam mengembangkan kawasan perencanaan sehingga

tujuan dan sasaran dapat tercapai dengan baik. Di dalam arahan penentuan

prioritas pembangunan ditentukan antara lain oleh :

Page 40: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 86

Besarnya biaya untuk pembangunan masing-masing fasilitas.

Banyaknya orang yang mempergunakan fasilitas tersebut.

Kepentingan fasilitas tersebut bagi kelangsungan hidup kawasan yang

bersangkutan.

Ketersediaan lahan pengembangan yang dapat dibangun

Untuk menentukan tahapan pelaksanaan tersebut, terlebih dulu perlu

ditinjau tingkat kepentingan daripada masing-masing kegiatan, mengapa suatu

sarana perlu dibangun terlebih dahulu, mengapa jalan menuju ke lokasi perlu

diselesaikan terlebih dahulu, atau mengapa perlu adanya pematangan lahan dan

sebagainya (Tabel 34). Hal ini mengingat keterbatasan dana dan perlunya

mensosialisasikan kegiatan wisata agar masyarakat lebih memahami tentang

usaha sektor wisata yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Tabel 34. Tingkat kepentingan untuk kegiatan pembangunan fasilitas

Jenis Fasilitas Tingkat Kepentingan Pelaksana

Perbaikan sarana irigasi sawah SP MSY/PK Pembangunan dan perbaikan jalur pedestrian SP MSY/PK

Pembangunan pos sepeda SP PK/MSY Rumah gubug tematik P PK/MSY

Taman dan plasa P PK Restoran dan café P INV/MSY

Bungalow BP INV/PK Amphi Theatre BP PK

Penataan pusat tanaman hias dan pembuatan rumah kaca

P INV/MSY

Penataan sarana wisata air P PK/MSY/INV Pembangunan sarana outbound P PK/INV

Pembangunan kolam pemancingan P PK/MSY Pembangunan pusat kerajinan BP PK/MSY/INV

Pembangunan areal parker dan main gate P PK/INV Pembangunan kantor pengelola P PK/INV Deforestrasi sebagian kawasan P PK/MSY

Pembangunan klinik BP PK/MSY Perbaikan sarana ibadah BP MSY/PK

Keterangan: PK = PEMKOT SP = Sangat Penting INV = Investor P = Penting MSY = POKJA & Masyarakat BP = Belum Penting

Page 41: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 87

Untuk memberikan gambaran kepada pengelolaan kawasan wisata dalam

tahun mendatang diperlukan suatu pentahapan pembangunan yang disesuaikan

dengan kemampuan pemerintah daerah dan investor yang akan menanamkan

modalnya di dalam pengembangan kawasan wisata ini.

Pentahapan pembangunan ini disusun berdasarkan tingkat kepentingan

atau prioritas masing-masing kegiatan sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang

tindih pembangunan. Dengan adanya arahan rencana pentahapan pembangunan

ini dapat saling menunjang dan memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah

maupun masyarakat setempat dalam hal pemerataan ekonomi pada masa

mendatang.

Pemasaran dan Promosi

Jika pengembangan kawasan tidak diiringi oleh kegiatan promosi maka

akan menyebabkan lambatnya umpan balik dari pembangunan kawasan wisata itu

sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah dalam hal pemasaran dan

promosi guna memperkenalkan kembali tentang adanya obyek wisata alam yang

bertujuan menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah ini. Upaya tersebut

dapat meliputi ;

1. Promosi besar-besaran di pintu-pintu gerbang utama kota Depok dan

kawasan-kawasan potensial

2. Promosi dan pemasaran hendaknya dilakukan secara terpadu dan

diarahkan untuk memasarkan Kawasan Situ Pengasinan sebagai Daerah

Tujuan Wisata yang utama di kota Depok.

3. Perlu pola kerja sama pemerintah atau swasta yang diijinkan mengelola

obyek/kegiatan wisata dengan biro-biro perjalanan, baik dalam lingkup

kota maupun dalam lingkup Jawa Barat dalam menawarkan paket-paket

wisata.

4. Pembuatan Website Kawasan Situ Pengasinan dengan bekerjasama dengan

Bagian Humas kota Depok maupun dengan Kantor Pariwisata, Seni dan

Budaya Kota Depok.

5. Promosi dan pemasaran yang terpadu dengan membuat peta-peta wisata

yang mencakup di dalamnya berbagai informasi wisata dan berbagai

Page 42: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 88

informasi lainnya yang sangat komunikatif yang dapat menggambarkan

kegiatan pariwisata kota Depok secara menyeluruh.

Bentuk Kerjasama dan Pola Investasi Pengembangan

Pengembangan sektor kepariwisataan pada umumnya dilakukan untuk

mencapai jumlah kunjungan wisata yang telah ditargetkan oleh setiap pemerintah

daerah. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam usaha pengembangan

tersebut adalah untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke lokasi obyek

wisata yang ada. Oleh sebab itu, kenyataan ini tidak akan lepas dari atraksi wisata

yang disuguhkan kepada wisatawan dengan didukung oleh berbagai fasilitas

penunjang pariwisata, sehingga wisatawan merasa puas karena sesuai dengan

motif perjalanan wisata yang dilakukannya.

Dalam memenuhi pengadaan instrumen yang dibutuhkan bagi

pengembangan sektor kepariwisataan tersebut, pemerintah daerah perlu

mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak seperti swasta, POKJA, dan

masyarakat lokal baik kerjasama dalam pengelolaan obyek pariwisata maupun

kerjasama dalam investasi bagi pengadaan instrumen/fasilitas pendukung

pariwisata tersebut.

Kerjasama Pemerintah Kota dengan Pihak Swasta

Bentuk kerjasama ini merupakan pengadaan dan pengelolaan berbagai

fasilitas pendukung kegiatan pariwisata antara pemerintah daerah dengan pihak

swasta berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur kerjasama tersebut.

Adapun bentuk-bentuk kerjasama tersebut diantaranya adalah :

1. Pihak swasta yang membangun, mengoperasikan dan menyerahkan

fasilitas pendukung tersebut menjadi milik pemerintah pada akhir

masa perjanjian kerjasama.

2. Penambahan dan pengembangan fasilitas yang dibangun pemerintah

oleh yang dilaksanakan oleh swasta, mengoperasikannya dan

mengembalikannya setelah berakhir masa perjanjian kerjasama ekpada

pemerintah.

Bentuk-bentuk kerjasama diatas dapat diterapkan sesuai dengan kondisi

masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan Situ Pengasinan. Pemilihan

Page 43: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian

Prima Jiwa Osly/A353060101 89

pola kerjasama yang akan diterapkan akan disesuaikan dengan spesifikasi dan

fasilitas pendukung yang akan dikerjasamakan dengan tetap mengutamakan

prinsip saling menguntungkan, bagi pemerintah daerah dalam bentuk peningkatan

PAD, sedangkan bagi pihak swasta dalam bentuk profit/laba.

Kerjasama Pemerintah Kota dengan Kelompok Kerja (POKJA) Situ Pengasinan

Selain bentuk kerjasama antara pemerintah dengan mengikutsertakan

peran POKJA dalam pengadaan fasilitas pendukung dan pengelolaan obyek

wisata lokasi yang masih dalam wilayah kerjanya. Kerjasama ini mungkin lebih

ditekankan kepada peran POKJA tersebut untuk menunjang kelengkapan fasilitas

pendukung obyek wisata diantaranya berupa pengadaan industri

souvenir/cenderamata, rumah makan, travel agent, jasa pemandu wisata,

pertunjukan seni dan budaya, jasa telekomunikasi (wartel) dan lain-lain. Agar

memberikan hasil yang optimal dalam mengikutsertakan POKJA untuk

pengembangan sektor kepariwisataan di kawasan Situ Pengasinan, maka

beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Mengupayakan kemudahan perizinan bagi Anggota POKJA dibidang

usaha yang menunjang pengembangan pariwisata.

2. Peningkatan keterampilan pelaksanaan usaha pariwisata melalui

pelatihan singkat sesuai dengan komoditi andalan yang diusahakan.

3. Memotivasi perangkat kerja pedesaan anggota POKJA terutama dalam

usaha penyediaan cenderamata bagi wisatawan serta usaha lainnya.

4. Mengadakan pembinaan dalam kaitannya dengan pengembangan

modal swadaya, modal luar negeri maupun modal ventura.

5. Bimbingan manajemen pemasaran, manajemen keuangan, pemasaran

jasa dan lain-lain.

6. Memotivasi para pengrajin anggota POKJA agar memproduksi

barang-barang cenderamata sesuai dengan permintaan pasar.

7. Mengadakan bimbingan kegiatan pelayanan terpadu dalam mendorong

pertumbuhan pariwisata.

8. Meningkatkan keterampilan manajerial dan keterampilan teknis yang

semula sederhana, meningkat pada teknis pelayanan yang disesuaikan

dengan persyaratan standarisasi usaha pariwisata.