iv. hasil dan pembahasan 4.1. kondisi umum...

61
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografi dan Oseanografi Kota Makassar merupakan kota pantai yang secara geografi terletak pada 119º24’17,38” BT dan 5º8’6,19” LS. Di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar 175,77 km 2 atau 17,577.00 ha. Panjang garis pantai sekitar 32 km dan terdapat sembilan buah pulau kecil. Ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 – 25 m. Beriklim tropika basah (Am), curah hujan bulanan rata-rata dari tahun 1990-2000 berkisar antara 13 – 677 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan terendah bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata setiap bulannya 2-22 hari. Suhu udara berkisar antara 26,5 – 30,2 o C. Pantai Kota Makassar umumnya landai dan berpasir dengan kelandaian 3%. Kondisi pantai di Muara Sungai Jeneberang dengan relatif stabil dan cenderung menjorok ke arah laut. Hal ini terjadi akibat sedimentasi pasir halus yang berasal dari Sungai Jeneberang maupun dari arah selatan pantai. Tipe pantai muara Sungai Tallo di lokasi ini merupakan pantai berlumpur dengan vegetasi mangrove yang minim serta merupakan pantai yang landai. Pada bagian barat pantai sudah terdapat kegiatan reklamasi pantai sekitar 200 m sebagai lahan kegiatan industri pengolahan kayu. Daerah di muara kanal pada umumnya sudah dikeraskan dengan tembok pematang pantai, karena sebagian besar pantai di daerah ini merupakan tempat pangkalan pendaratan ikan (PPI Rajawali) dan permukiman pantai. Ombak di perairan pantai Kota Makassar dibangkitkan oleh angin. Tinggi ombak sebagian besar berada pada interval 1,1 – 1,5 meter. Pola arus di perairan pantai Kota Makassar didominasi oleh arus pasang-surut yang bergerak dari arah utara ke selatan dan sebaliknya dari selatan ke utara. Dominasi arus dari selatan ke utara cenderung membawa sedimen ke arah utara. Kecepatan arus susur pantai berkisar antara 0,051 – 0,10 m/detik. Sedimentasi yang terjadi di perairan pantai Kota Makassar berasal dari DAS Jeneberang dan DAS Tallo. Sedimentasi ini menyebabkan pendangkalan di beberapa tempat di sepanjang pantai Kota Makassar. Sedimentasi yang berasal dari DAS Jeneberang terangkut sampai Pantai Losari dan dengan dibangunnya

Upload: phamdiep

Post on 08-Aug-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografi dan Oseanografi

Kota Makassar merupakan kota pantai yang secara geografi terletak pada

119º24’17,38” BT dan 5º8’6,19” LS. Di sebelah utara dan timur berbatasan

dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa dan

sebelah barat dengan Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar 175,77 km2

atau 17,577.00 ha. Panjang garis pantai sekitar 32 km dan terdapat sembilan

buah pulau kecil. Ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 – 25 m.

Beriklim tropika basah (Am), curah hujan bulanan rata-rata dari tahun 1990-2000

berkisar antara 13 – 677 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari

dan terendah bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata setiap bulannya 2-22 hari.

Suhu udara berkisar antara 26,5 – 30,2oC.

Pantai Kota Makassar umumnya landai dan berpasir dengan kelandaian

3%. Kondisi pantai di Muara Sungai Jeneberang dengan relatif stabil dan

cenderung menjorok ke arah laut. Hal ini terjadi akibat sedimentasi pasir halus

yang berasal dari Sungai Jeneberang maupun dari arah selatan pantai. Tipe

pantai muara Sungai Tallo di lokasi ini merupakan pantai berlumpur dengan

vegetasi mangrove yang minim serta merupakan pantai yang landai. Pada

bagian barat pantai sudah terdapat kegiatan reklamasi pantai sekitar 200 m

sebagai lahan kegiatan industri pengolahan kayu. Daerah di muara kanal pada

umumnya sudah dikeraskan dengan tembok pematang pantai, karena sebagian

besar pantai di daerah ini merupakan tempat pangkalan pendaratan ikan (PPI

Rajawali) dan permukiman pantai.

Ombak di perairan pantai Kota Makassar dibangkitkan oleh angin. Tinggi

ombak sebagian besar berada pada interval 1,1 – 1,5 meter. Pola arus di

perairan pantai Kota Makassar didominasi oleh arus pasang-surut yang bergerak

dari arah utara ke selatan dan sebaliknya dari selatan ke utara. Dominasi arus

dari selatan ke utara cenderung membawa sedimen ke arah utara. Kecepatan

arus susur pantai berkisar antara 0,051 – 0,10 m/detik.

Sedimentasi yang terjadi di perairan pantai Kota Makassar berasal dari

DAS Jeneberang dan DAS Tallo. Sedimentasi ini menyebabkan pendangkalan di

beberapa tempat di sepanjang pantai Kota Makassar. Sedimentasi yang berasal

dari DAS Jeneberang terangkut sampai Pantai Losari dan dengan dibangunnya

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

50

DAM Bili-bili, maka sedimen yang sampai ke Pantai Losari semakin berkurang.

Sedimentasi dari DAS Tallo umumnya terjadi akibat pembukaan lahan untuk

keperluan perumahan.

Salinitas perairan pantai Kota Makassar banyak dipengaruhi oleh

masuknya aliran sungai dan kanal. Kisaran salinitas yang terukur pada perairan

pantai Kota Makassar adalah 30,7 – 35 o/oo. Suhu permukaan perairan pantai

Kota Makassar berkisar antara 30,1 – 30,7 oC .

4.1.2. Kegiatan Pembangunan

A. Kependudukan Berdasarkan data penduduk dari tahun 1990 – 2003 jumlah penduduk di

wilayah kecamatan pesisir Kota Makassar cenderung mengalami peningkatan.

Pertambahan penduduk periode 1990 – 2000 sebesar 1,55% , sedangkan pada

periode 2000 mengalami penurunan sebesar 1,53%. Namun pada beberapa

kecamatan di wilayah pesisir Kota Makassar dari tahun 1990 – 2003 adalah

Kecamatan Mariso dan Kecamatan Tallo. Kecamatan Mariso laju pertumbuhan -

0,88% menjadi 0,54% per tahun, Kecamatan Tallo dari 0,39% menjadi 2,22%

per tahun. Pertambahan penduduk ini erat kaitannya dengan besarnya limbah

domestik yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar.

Kota Makassar memiliki panjang pantai sekitar 32 km dengan jumlah

penduduk pada tahun 2005 berpenduduk sekitar 1.173.107 jiwa terdiri dari

578.416 laki-laki dan 594.691 perempuan dengan 272.727 kepala keluarga.

Tabel 4 memperlihatkan keadaan penduduk Kota Makassar tahun 2005.

Tabel 4. Keadaan penduduk Kota Makassar tahun 2005

1.

Jumlah penduduk

a. Laki-laki

b. Perempuan

1.173.107

578.416

594.691

2. Rasio jenis kelamin 97

3. Jumlah rumah tangga 272.727

4.

Pertumbuhan penduduk (%)

a. 1990 – 2000

b. 2000 – 2003

1,55

1,53

5. Kepadatan penduduk/Km2 6.674

Sumber : BPS Kota Makassar 2005

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

51

Berdasarkan data penduduk tahun 2005 penyebaran penduduk di wilayah

Kota Makassar masih terkonsentrasi di Kecamatan Tamalate. Tabel 5 berikut

adalah gambaran data penduduk Makasar tahun 2005.

Tabel 5. Penduduk Kota Makassar tahun 2005

No, Kecamatan Luas (km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan (Jiwa/km2)

1 Mariso 1,82 52.803 29.013

2 Mamajang 2,25 58.875 58.875

3 Tamalate 20,21 144.458 7.518

4 Rappocini 9,23 136.725 14.813

5 Makassar 2,52 80.354 31.887

6 Ujung Pandang 2,63 27.921 10.616

7 Wajo 1,99 34.137 17.154

8 Bontoala 2,10 56.991 27.139

9 Ujung Tanah 5,94 43.314 7.292

10 Tallo 5,83 123.091 21.077

11 Panakukang 17,05 129.967 7.614

12 Manggala 24,14 92.524 3.833

13 Biringkanaya 48,22 112.432 2.322

14 Tamalanrea 31,84 79.515 2.497

Total 175,77 1.173.107 6.674

Sumber: BPS Kota Makassar 2005

Sebagian besar penduduk umumnya bekerja di sektor jasa dan sebagian

lain di sektor industri. Kegiatan pembangunan yang merupakan sumber limbah

Kota Makassar berasal dari buangan domestik (rumah tangga, perkantoran,

hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan dan rumah

sakit) dan buangan indutri pengolahan ( Bapedalda Makassar, 2003).

B. Pemukiman

Makassar merupakan salah satu kota yang padat penduduknya dengan

luas wilayah 175,77 km2, pada tahun 2005 jumlah penduduknya 1.173.107 jiwa

dengan kepadatan 6,674 jiwa/km2. Diperkirakan pada tahun 2015 jumlah

penduduk mencapai 1.804.912 jiwa. Kecamatan Mariso dan Kecamatan Tallo

merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup padat

yaitu 29.013 dan 21.007 jiwa per km2 (BPS Kota Makassar, 2005)

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

52

Masalah pemukiman penduduk untuk kecamatan di wilayah pesisir Kota

Makassar menjadi penting sebagai tempat tinggal penduduk. Pertambahan

penduduk yang tinggi dan terus meningkat, dengan asumsi tiap kepala keluarga

(KK) memiliki satu rumah, maka di kecamatan pesisir pada tahun 2003 terdapat

perumahan sebanyak 133.981 unit. Besarnya pemukiman ini berkaitan dengan

jumlah beban limbah rumah tangga dan sarana umum yang tersedia.

Kualitas pemukiman di kecamatan pesisir Kota Makassar di Kecamatan

Mariso, Tallo dan Ujung Tanah umumnya semi-permanen dengan fasilitas yang

kurang memadai seperti kurangnya air bersih, MCK, sarana kebersihan.

Pemukiman dengan kualitas tinggi terdapat di Kecamatan Ujung Pandang, Wajo,

Tamalate, Biringkanaya dan Tamalanrea.

Akhir-akhir ini wilayah pantai Kota Makassar menjadi menarik untuk

dikembangkan menjadi pemukiman modern, tempat rekreasi dan bisnis. Kondisi

ini memunculkan usaha reklamasi pantai terutama Pantai Losari yang

merupakan kebanggaan masyarakat Kota Makassar. Usaha reklamasi pantai

merupakan bagian dari usaha revitalisasi Pantai Losari yang mulai mengalami

degradasi.

C. Industri

Kegiatan perindustrian di wilayah Kota Makassar dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok yaitu industri makanan, industri minuman, industri tekstil,

industri pakaian jadi, industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya, indutri

perabot dan kelengkapan rumah tangga serta alat dapur dari kayu, bambu dan

rotan, Industri kertas dan barang dari kertas, industri percetakan dan penerbitan,

industri bahan kimia, industri kimia lain, industri pembekuan udang dan ikan,

industri karet dan barang dari karet, industri barang dari plastik, industri semen,

kapur dan baja, indutri logam dasar besi dan logam, Industri barang dari logam

kecuali mesin dan peralatannya, industri mesin dan perlengkapannya, industri

mesin, peralatan dan perlengkapan listrik, industri alat angkutan, indutri

pengolahan lainnya.

Kegiatan industri ini terbanyak di daerah aliran Sungai Tallo. Berdasarkan

data pemerintah daerah Kota Makassar distribusi industri pada tahun 2002

berjumlah 151 industri dan pada tahun 2003 berjumlah 155 industri. Kecamatan

yang memiliki jumlah industri cukup besar adalah Kecamatan Biringkanaya,

Tamalanrea, Panakukkang dan Tallo. Industri yang banyak diusahakan adalah

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

53

industri makanan dan industri kayu, bambu, rotan sebanyak 55 industri dan 33

industri.

Dari analisis terhadap data tersebut dapat dijelaskan bahwa di wilayah

Kota Makassar terdapat industri yang cukup besar pada daerah aliran Sungai

Tallo terutama industri makanan dan dan industri kayu, bambu, rotan. Jumlah

industri ini erat kaitannya dengan beban pencemaran dari industri.

D. Pariwisata

Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar beberapa

wilayah pantai di Kota Makassar masih dapat digunakan secara bebas oleh

mayarakat seperti pantai Losari. Daerah pantai yang dikuasai dan dikelola oleh

swasta dan masyarakat adalah Pantai Tanjung Bunga dan Tanjung Merdeka.

Tanjung Bunga dikuasai oleh GMTD (Gowa Makassar Tourism Development)

sebagai daerah pemukiman modern, bisnis dan wisata renang. Sedangkan di

pantai Tanjung Medeka dan Barombong dikelola oleh masyarakat sebagai

daerah wisata renang dan penginapan.

Beberapa lokasi yang berpotensi menjadi tujuan wiasata di wilayah

pesisir pantai Kota Makassar adalah Benteng Roterdam, Museum Lagaligo,

Makam Raja-raja Tallo, Pelabuhan rakyat Panampu dan Benteng Sumba Opu.

Tempat-tempat lain yang terletak di pulau-pulau kecil Kepulauan

Spermonde seperti Pulau Lumu-lumu, Pulau Bonetambung, Pulau Barrang

Lompo, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Kodingareng Lompo, Pulau Samalona,

Pulau Kayangan dan Pulau Lae-lae, memiliki kekayaan alam bahari seperti pasir

putih, terumbu karang, ikan dan beragam biota laut yang dapat dimanfaatkan

untuk wisata dan olah raga bahari.

4.2. Kebijakan Publik Pengendalian Pencemaran Pantai Kota

Dalam upaya menjaga dan memperbaiki kondisi lingkungan pemerintah

mengeluarkan berbagai kebijakan publik, namun seringkali yang terjadi adalah

kesenjangan antara kejadian aktual dengan kejadian yang diinginkan.

Kesenjangan ini merupakan masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan.

Pemerintah Kota Makassar mengeluarkan kebijakan pengendalian

pencemaran pantai berupa Peraturan Daerah (Perda). Perda nomor 14 tahun

1999 berisi tentang larangan membuang sampah ke pantai. Perda ini merupakan

implementasi dari Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1993. Peraturan daerah

ini diharapkan mampu mengendalikan tingkat pencemaran pantai, namun pada

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

54

kenyataannya pencemaran pantai masih terjadi. Pencemaran pantai merupakan

proses dinamis bekerja dalam dimensi waktu. Hal ini dipengaruhi oleh sumber

pencemar yang jumlahnya meningkat seiring bertambahnya waktu. Untuk

mencapai keselarasan antara kejadian aktual dan harapan yang diinginkan

diperlukan suatu strategi. Strategi yang merupakan rumusan mekanisme

interaksi dinamis menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan. Strategi yang

berbentuk alternatif dari satu atau kombinasi bentuk-bentuk intervensi baik

bersifat struktural atau fungsional.

4.3. Kondisi Eksisting

4.3.1. Parameter Fisik Kimia Perairan

Parameter fisik kimia merupakan indikator yang digunakan untuk

menentukan kondisi suatu perairan pantai. Dari hasil pengukuran parameter fisik

kimia perairan pantai Kota Makassar diperoleh data yang disajikan pada

Lampiran 3.

A. pH

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui aktivitas

ion hidrogen. Nilai pH pada perairan laut cenderung bersifat basa. Sedangkan pH

air limbah buangan rumah tangga dan industri bersifat asam karena

mengandung asam-asam organik dan asam-asam mineral, sehingga dapat

menyebabkan nilai pH rendah.

Nilai pH perairan pantai Kota Makassar berkisar antara 7,75 – 8,14 dengan

rata-rata 7,94. Berdasarkan baku mutu air laut pH yang sesuai untuk kehidupan

biota laut adalah 6 – 9, dengan demikian pH perairan pantai Kota Makassar

masih pada keadaan yang mendukung kehidupan biota laut. Gambar 10

memperlihatkan pH sumber limbah yang lebih rendah dari pH perairan pantai.

Keadaan ini disebabkan oleh kandungan asam yang tinggi pada sumber limbah.

B. Oksigen Terlarut (Dissolve Oxygen, DO)

Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang dikandung di dalam air laut.

Konsentrasi oksigen dalam air laut bisa dijadikan sebagai tanda tingkat

pengotoran limbah yang ada. Semakin besar konsentrasi oksigen, maka semakin

kecil tingkat pengotoran.

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

55

Hasil pengukuran terhadap kandungan oksigen terlarut pada perairan pantai

Kota Makassar diperoleh nilai berkisar antara 3,8 – 5,1 mg/L, dengan rata-rata

4,7 mg/L. Nilai ini menunjukkan kandungan oksigen terlarut yang masih berada

pada nilai yang diharapkan baku mutu air laut (> 4 mg/L). Nilai rata-rata DO

memberikan gambaran bahwa perairan pantai Kota Makassar secara umum

belum memperlihatkan terjadinya pencemaran bahan organik yang mudah

terurai. Namun pada stasiun Sungai Jeneberang diperoleh nilai DO yang rendah

3,8 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa pada muara Sungai Jeneberang proses

fotosintesis terhambat oleh tingginya padatan tersuspensi. Gambar 10 menyajikan konsentrasi oksigen terlarut sumber limbah yang lebih rendah dari

pada perairan pantai. Konsentrasi yang rendah umumnya terdapat pada sumber

limbah dari kanal.

7.35

6.92

7.31

6.93

7.167.23

8

7.757.8

87.95

8.14

6.2

6.4

6.6

6.8

7

7.2

7.4

7.6

7.8

8

8.2

8.4

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

pH

Sungai Pantai

4.4

4.0 3.9

4.7

3.1

4.0

5.1 5.1 5.0

4.7

4.2

3.8

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

Oks

igen

terla

rut (

mg/

L)

Sungai Pantai

Gambar 10. Sebaran pH dan oksigen terlarut pada tiap stasiun pengamatan.

C. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS)

TSS merupakan jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada dalam

air setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.

Padatan tersuspensi seperti tanah liat, kuarsa.

Gambar 11 memperlihatkan nilai parameter TSS pada outlet beban

limbah dan perairan pantai. Nilai tertinggi ditemukan pada lokasi muara Kanal

Haji Bau sebesar 397,5 mg/L dan terendah di muara Kanal Panampu sebesar

54 mg/L.

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

56

86.3

64.6

12.530.0

87.5

48.8

140

54

127.7

397.5

135

58.2

10.0

30.0

50.0

70.0

90.0

110.0

130.0150.0

170.0

190.0

210.0

230.0

250.0

270.0

290.0

310.0

330.0

350.0

370.0

390.0

410.0

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

Kon

sent

rasi

TSS

(mg/

L)

Sungai Pantai BAKU MUTU =80 mg/L

2.4

2.5

2.4

2.7

2.4

2.7

2.5

2.4

2.3

2.5 2.5

2.7

1

1.5

2

2.5

3

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

KO

nsen

trasi

BO

D5

(mg/

L)

Sungai Pantai BAKU MUTU =3 mg/L

Gambar 11. Sebaran TSS dan BOD5 pada tiap stasiun pengamatan

Berdasarkan baku mutu air laut, nilai tersebut telah melebihi dari yang

diinginkan yaitu sebesar < 35 mg/L. Hal ini menunjukkan perairan pantai Kota

Makassar telah tercemar oleh padatan tersuspensi. Pada daerah muara Kanal

Haji Bau dan muara kanal Benteng merupakan stasiun-stasiun yang mempunyai

nilai TSS yang tinggi. Hal ini disebabkan tingginya tingkat erosi tanah yang

ditimbulkan oleh kegiatan konstruksi.

D. Kebutuhan Oksigen Secara Biologi (Biological Oxygen Demand, BOD) Nilai BOD5 menggambarkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik (carboneous demand).

Parameter ini merupakan salah satu parameter kunci dalam pemantauan

pencemaran laut, khususnya pencemaran bahan organik mudah urai.

Nilai parameter BOD5 di perairan pantai Kota Makassar (Gambar 11)

memperlihatkan bahwa pada aliran limbah kota nilai BOD5 berkisar antara 2,3 –

2,7 mg/L dengan rata-rata 2,5 mg/L. Hal ini menggambarkan kondisi perairan

pantai Kota Makassar, khususnya pada perairan yang terkena beban limbah

tidak mengalami pencemaran bahan organik mudah urai. Berdasarkan baku

mutu air laut nilai yang diharapkan tidak melebihi 3 mg/L.

E. Kebutuhan Oksigen Secara Kimia (Chemical Oxygen Demand,COD) Parameter ini menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi seluruh bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang sulit

terurai. Bahan organik mudah urai umumnya berasal dari limbah domestik atau

pemukiman, sedangkan yang sukar terurai umumnya berasal dari dari limbah

industri, pertambangan dan pertanian.

Nilai COD pada perairan pantai Kota Makassar berkisar antara 98 – 156

mg/L dengan rata-rata 119,1 mg/L. Nilai yang tinggi ditemukan pada perairan di

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

57

sekitar muara kanal. Berdasarkan baku mutu air laut, nilai yang disyaratkan

adalah sebesar < 80 mg/L. Hal menunjukkan perairan pantai Kota Makassar

telah mengalami pencemaran bahan organik yang sulit terurai. Gambar 12

memperlihatkan bahwa pada stasiun kanal Paotere, Haji bau dan Benteng terjadi

akumulasi bahan organik yang sulit terurai di perairan pantai. Nilai COD pada

sumber limbah lebih rendah dari perairan pantai.

F. Amoniak (NH3)

Senyawa amoniak yang terdapat pada air laut merupakan hasil reduksi

senyawa nitrat oleh mikroorganisme. Meningkatnya konsentrasi amoniak dalam

air laut erat kaitannya dengan masukknya bahan organik yang mudah urai.

Konsentrasi amoniak di perairan pantai Kota Makassar berkisar antara 0,01 –

0,04 mg/L dengan nilai rata-rata 0,018 mg/L. Berdasarkan baku mutu air laut nilai

yang diinginkan tidak melebihi 0,1 mg/L. Dengan demikian secara umum

perairan pantai Kota Makassar tidak tercemar amoniak. Perairan pantai Kota

Makassar masih mampu mengoksidasi amoniak. Hal ini diperlihatkan pada

Gambar 12 bahwa konsentrasi amoniak tinggi pada sumber limbah dan rendah

di perairan

164154

98 98

164

144

112.4117.8

112.4118

98

156

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Tallo Panampu Benteng Hajibau Jongaya Jeneberang

Kons

entra

si C

OD

(mg/

L)

sungai pantai BAKU MUTU =25 mg/L

0.004

0.007

0.004

0.003 0.003

0.002

0.001

0.003

0.001 0.001

0.004

0.001

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

0.008

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

Kons

ntra

si N

H3

(mg/

L)

Sungai Pantai

Gambar 12. Sebaran COD dan NH3 pada tiap stasiun pengamatan

G. Nitrat

Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang stabil dengan adanya

oksigen bebas dalam air laut. Nitrat merupakan senyawa pengontrol produktivitas

primer pada permukaan perairan. Peningkatan konsentrasi nitrat dalam air laut

disebabkan oleh masuknya limbah domestik dan pertanian. Pada perairan

pantai Kota Makassar konsentrasi nitrat berkisar antara 0,01 – 1,326 mg/L

dengan rata-rata 0,258 mg/L. Secara umum konsentrasi nitrat pada tiap stasiun

pengamatan telah melebihi baku mutu air laut yaitu sebesar 0,008 mg/L. Sumber

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

58

nitrat terbesar berasal dari Sungai Tallo dan pada aliran ini terdapat budidaya

dalam tambak dan kegiatan pertanian (Gambar 13).

H. Fosfat

Fosfat merupakan salah satu senyawa hara yang penting. Fosfat dalam

air atau air limbah ditemukan dalam bentuk senyawa ortofosfat, polifosfat dan

fosfat organik. Dalam air limbah, senyawa fosfat dapat berasal dari limbah

penduduk, industri dan pertanian yang masuk ke laut melalui sungai atau kanal.

Perairan pantai Kota Makassar yang terkena beban limbah kota

mengandung fosfat antara 0,09 – 0,224 mg/L dengan rata-rata 0,135 mg/L. Nilai

ini telah melebihi baku mutu air laut yaitu sebesar 0,016 mg/L. Keadaan ini

menunjukkan bahwa fosfat telah mencemari perairan pantai Kota Makassar.

Gambar 13 memperlihatkan stasiun pengamatan sebagai sumber limbah fosfat

adalah daerah Kanal Jongaya, Haji Bau dan Panampu.

Konsentrasi fosfat pada perairan pantai lebih rendah dari sumber limbah.

Hal ini menunjukkan perairan masih mampu mengasimilasi fosfat, namun karena

konsentrasi beban yang besar maka sebagian terakumulasi di perairan dan

melebihi baku mutu yang diharapkan.

1.934

0.3040.417 0.451

0.204

0.411

0.01

0.184

0.01 0.01

1.326

0.010

0.5

1

1.5

2

2.5

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

Kon

sent

asi N

O3

(mg/

L)

Sungai Pantai BAKU MUTU =0,008 mg/L

0.166

0.377

0.434

0.281

0.663

0.186

0.09

0.205

0.09 0.09

0.224

0.109

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

Kons

entra

si P

O4

(mg/

L)

Sungai Pantai BAKU MUTU =0,015 mg/L

Gambar 13. Sebaran nitrat dan fosfat pada tiap stasiun pengamatan

I. Logam Timbal (Plumbum, Pb)

Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak dan berwarna coklat

kehitaman. Timbal umumnya digunakan pada aki/baterai, cat, pipa dan lain-lain.

Logam ini bersifat toksik dan terakumulasi dalam tubuh mahluk hidup.

Pada perairan pantai Kota Makassar, konsentrasi logam timbal berkisar

antara 0,115 – 0,415 mg/L dengan rata 0,215 mg/L. Berdasarkan baku mutu air

laut nilai ini telah melebihi yang diinginkan yaitu 2 x 10-4 mg/L. Keadaan ini

menunjukkan bahwa logam timbal telah mencemari perairan pantai Kota

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

59

Makassar. Sumber beban limbah timbal berasal dari aliran Kanal Jongaya,

Panampu dan Sungai Jeneberang .

J. Logam Kadmium (Cadmium, Cd)

Logam kadmium berwarna putih keperakan menyerupai aluminium,

digunakan melapisi logam seng, bahan pigmen cat, pembuatan aki atau baterai,

fotografi dan percetakan. Di perairan laut, logam kadmium terakumlasi pada

jaringan kerang kerangan, krustacea dan ikan.

Konsentrasi Cd di perairan pantai Kota Makassar berkisar antara 0,003 –

0,125 mg/L dengan rata-rata 0,047 mg/L. Berdasarkan baku mutu air laut, nilai ini

telah melebihi baku mutu yaitu sebesar < 0,01 mg/L. Konsentrasi Cd rendah

ditemukan pada perairan di sekitar muara Sungai Tallo dan S. Jeneberang.

Konsentrasi Cd yang tinggi ditemukan pada semua perairan muara kanal.

0.003

0.073 0.073

0.03

0.201

0.158

0.18

0.415

0.219

0.193

0.115

0.167

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

KOns

entra

si L

ogam

Pb

(mg/

L)

Sungai PantaiBAKU MUTU =0,008 mg/L

0.117

0.037

0.017

0.024

0.072

0.084

0.003

0.125

0.055

0.072

0.021

0.003

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

Sungai Tallo Kanal Panampu Kanal Benteng Kanal Hajibau Kanal Jongaya Sungai Jeneberang

Kon

sent

rasi

Log

am C

d (m

g/L)

Sungai PantaiBAKU MUTU =0,01 mg/L

Gambar 14. Sebaran logam Pb dan Cd pada tiap stasiun pengamatan

K. Logam Tembaga (Copper, Cu)

Tembaga merupakan logam yang banyak digunakan oleh manusia pada

peralatan elektronik, katalis kimia (aloi), cat anti fouling, algacida dan bahan

pengawet kayu. Selain itu, limbah penduduk mengandung sejumlah tembaga.

Pada perairan pantai Kota Makassar konsentrasi logam tembaga berkisar

antara 0 – 0,011 mg/L. Namun demikian, pada umumnya di beberapa stasiun

pengamatan tidak ditemukan tembaga. Tembaga hanya ditemukan pada stasiun

muara Kanal Panampu.

4.3.2. Struktur Komunitas Makrozoobentos

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

60

Makrozoobentos dapat digunakan sebagai Indikator biologi kestabilan

suatu ekosistem perairan pantai akibat dari pencemaran. Sebagai organisme

bentik yang hidup dan menetap di dasar perairan, maka makrozoobentos mudah

terkena bahan pencemar dan mengalami perubahan struktur komunitas.

Komposisi jenis dan kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi

merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur perubahan struktur

komunitas makrozoobentos.

A. Komposisi Jenis dan Kelimpahan Komposisi jenis makrozoobentos yang ditemukan pada enam stasiun

pengamatan diperlihatkan pada Gambar 15 sampai dengan 17. Pada stasiun

muara Sungai Tallo ditemukan 8 jenis dengan komposisi yang relatif sama

berkisar antara 6 -17%, kelimpahan rata-rata sebesar 34 individu/m2 . Sementara

pada stasiun muara Kanal Panampu ditemukan 5 jenis makrozoobentos, jenis

makrozoobentos Mya arenaria merupakan penyusun terbesar yaitu sebesar

73%, kelimpahan rata-rata sebesar 93 individu/m2 (Gambar 15). Keadaan ini

menunjukkan adanya ketidakstabilan ekosistem pada perairan di muara Kanal

Panampu.

Komposisi Jenis Makrozoobentos Muara Sungai Tallo

Pholas dactylus6% Bittium reticulatum

12%

Mya arenaria12%

Montacuta ferruginosa

12%Anadara sp17%

Apseudes latreillei12%

Calappa granuliata17%

Eunice harastii12%

Komposisi Jenis Makrozoobentos Muara Kanal Panampu

Mya arenaria73%

Venerupis pullastra18%

Apseudes latreillei3% Pholas dactylus

3%

Ceritium vulagatum3%

P

Gambar 15. Komposisi jenis makrozoobentos pada stasiun muara Sungai Tallo

dan Kanal Panampu

Gambar 16 memperlihatkan komposisi jenis dan kelimpahan

makrozoobentos stasiun muara Kanal Benteng. Terdiri 6 jenis makrozoobentos

dengan komposisi terbesar jenis Bitium tericulatum sebesar 30%, namun tidak

mendominasi jenis yang lain. Stasiun muara Kanal Haji Bau terdapat 7 jenis,

komposisi terbesar jenis Venerupis pullastra dan Montacuta veruginosa. Kondisi

komunitas makrozoobentos pada stasiun ini stabil.

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

61

Komposisi Jenis Makrozoobentos Muara Kanal Benteng

Astarta borealis8%

Bittium reticulatum30%

Clathus clathus23%

Mya arenaria8%

Tellina distorta23%

Phyllodoce maculata8%

Komposisi Jenis Makrozoobentos Muara Kanal Haji Bau

Mya arenaria7%

Venerupis pullastra22%

Anadara sp7%

Haliporides sibogae21%

Phyllodocea lamelligera

14%

Montacuta ferruginosa

22%

Pholas dactylus7%

Gambar 16. Komposisi jenis makrozoobentos pada stasiun muara Kanal Benteng dan Kanal Haji Bau

Sementara pada Gambar 17 diperlihatkan komposisi jenis

makrozoobentos pada stasiun muara Kanal Jongaya dan Sungai Jeneberang.

Pada muara Kanal Jongaya ditemukan 7 jenis makrozoobentos dengan

komposisi terbesar adalah Mya arenaria sebesar 33%. Kelimpahan organisme

makrozoobentos pada stasiun ini sebesar 34 individu/m2. Pada muara Sungai

Jeneberang komposisi jenis disusun oleh 6 jenis makrozoobentos dengan

komposisi terbesar adalah jenis Ceritum vullagatum, kelimpahan per meter

persegi pada stasiun ini sebesar 37 individu/m2.

Komposisi Jenis Nakrozoobentos Muara Kanal Jongaya

Pholas dactylus7% Ceritium vulagatum

7%

Bittium reticulatum32%

Mya arenaria33%

Anadara sp7%

Castalia puncata7%

Eunice harastii7%

Komposisi Jenis Makrozoobentos Muara Sungai Jeneberang

Ceritium vulagatum29%

Astarta borealis7%

Bittium reticulatum14%

Mya arenaria14%

Tellina distorta7%

Anadara sp29%

Gambar 17. Komposisi jenis makrozoobentos pada stasiun Muara Kanal Jongaya dan Sungai Jeneberang

B. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Jenis Hasil perhitungan indeks keanekaragaman, keseragaman serta

dominansi jenis makrozoobentos pada tiap stasiun pengamatan diperlihatkan

pada Gambar 18 serta Lampiran 4.

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

62

Struktur Komunitas Makrozoobentos Perairan Pantai Kota Makassar

0.82 0.76 0.790.645

0.785

2.0337

0.89

1.63

1.87

1.67 1.7

0.1350.22 0.17

0.28 0.25

0.59

0.558

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Tallo Panampu Benteng Haji bau Jongaya Jeneberang

Keseragaman Keanekaragaman Dominansi

Gambar 18. Struktur komunitas makrozoobentos pada tiap stasiun pengamatan Berdasarkan Indeks keanekaragaman jenis makrozoobentos, stasiun

muara Sungai Tallo, Kanal Benteng, Haji Bau, Jongaya dan Sungai Jeneberang

dikategorikan dalam keadaan tercemar sedang, sementara stasiun muara Kanal

Panampu mempunyai nilai keanekaragaman lebih kecil daripada 1 yaitu 0,89,

yang menunjukkan bahwa perairan di muara Kanal Panampu telah mengalami

pencemaran berat.

Apabila ditinjau dari indeks keseragaman jenis makrozoobentos (Gambar

18), maka stasiun muara Kanal Panampu dan Jongaya berada dalam keadaan

labil dengan nilai 0,59 dan 0,645, sementara pada muara Sungai Tallo, Sungai

Jeneberang, Kanal Benteng dan Haji Bau berada dalam keadaan stabil.

4.3.3. Status Pencemaran Perairan Pantai Kota A. Beban Pencemaran a. Perhitungan Beban Pencemaran dari Sungai dan Kanal Secara umum sumber pencemaran yang masuk ke perairan pantai Kota

Makassar berasal dari limbah domestik dan industri. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan oleh Bapedalda Kota Makassar (2004) terindikasi bahwa sumber

pencemaran terhadap pantai Kota Makassar berasal dari kegiatan rumah tangga

(domestik) dan industri pengolahan.

Perhitungan beban pencemaran ditujukan untuk mengetahui sumber

pencemaran, jenis bahan pencemar dan besarnya beban pencemaran yang

masuk ke dalam perairan pantai Kota Makassar. Namun sumber pencemaran

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

63

tidak dibedakan apakah berasal dari non-point source atau point source. Sumber

pencemaran yang dimaksud adalah berasal dari aliran beban pencemaran yang

masuk ke perairan pantai Kota Makassar. Perhitungan beban limbah erosi tanah

(TSS), organik (BOD5 dan COD), hara (nitrat, amoniak, fosfat) dan logam berat

(Pb, Cd dan Cu) diperoleh dari perkalian bulanan debit sungai (m3/bulan) dengan

konsentrasi parameter di sungai atau kanal yang diukur. Beban limbah tahunan

dihitung melalui penjumlahan beban limbah bulanan. Sementara total beban

limbah yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar dari daratan dihitung

dengan menjumlahkan beban dari dua sungai besar yaitu Sungai Jeneberang

dan Sungai Tallo dan empat kanal yaitu Kanal Panampu, Kanal Benteng, Kanal

Haji Bau dan Kanal Jongaya. Perhitungan beban limbah cair yang masuk ke

perairan pantai Kota Makassar melalui sungai dan kanal diperlihatkan pada

Tabel 6.

Tabel 6. Total beban pencemaran (ton/tahun) dari daratan (land based sources) ke perairan pantai Kota Makassar

Sumber: Pengolahan Data 2005

Beban Limbah Stasiun TSS COD BOD NO3 NH3 PO4 Pb Cd Cu

S.Tallo 822596.1 1563218.6 22876.3 18520.3 38.1 1582.2 28.6 1115.2 1687.1

K.Panampu 27625.2 65855.7 1069.0 130.0 29.9 144.1 31.2 15.8 32.9

K.Benteng 479.4 3759.1 92.0 16.0 0.1 28.3 2.8 0.6 0.0

K.H.Bau 1459.6 4768.3 131.3 21.9 0.1 13.6 1.4 1.1 0.0

K.Jongaya 56134.9 105212.9 1539.7 130.8 1.9 425.3 128.9 46.1 70.5

S.J.Berang 2653.9 2428180.7 45528.3 6930.4 33.7 3136.4 2218.3 1416.4 0.0

Jumlah 910949.4 4170995.4 71236.9 25749.5 104 5330.1 2411.4 2595.5 1790.6

Beban pencemaran terbesar yang masuk ke perairan pantai Kota

Makassar adalah bahan organik yang sukar terurai (nilai COD). Jumlah beban

sebesar 4.170.995,4 ton per tahun sebagian besar disumbangkan oleh Sungai

Jeneberang dan Sungai Tallo. Parameter lain yang cukup besar jumlahnya

adalah padatan tersuspensi (nilai TSS) yaitu 910.949,4 ton per tahun, sebagian

besar melalui Sungai Tallo dan Kanal Jongaya. Beban limbah cair dari bahan

organik yang terurai secara biologi (nilai BOD5) masuk ke perairan pantai

sebesar 71.236,9 ton per tahun. Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo

merupakan pemasok terbesar jenis limbah ini. Beban pencemaran hara nitrat

lebih banyak disumbangkan oleh Sungai Tallo sebesar 18.520,3 ton per tahun,

sementara fosfat oleh Sungai Jeneberang sebesar 3.136,4 ton per tahun. Beban

pencemaran logam Pb dan Cd sumber terbesar berasal dari Sungai Jeneberang

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

64

sebesar 2.218,3 ton per tahun dan 1.416,4 per tahun. Beban pencemaran Cu

berasal dari Sungai Tallo sebesar 1.687,1 ton per tahun.

b. Perhitungan Beban Limbah Berdasarkan Aktivitas Penduduk Hasil perhitungan beban pencemaran yang berasal dari aktivitas

penduduk (point source) diperoleh dari perkalian antara jumlah orang dari

aktivitas di sekitar daerah aliran limbah dengan konstanta beban limbah

g/kapita/tahun. Jumlah beban limbah cair dari aktivitas penduduk per tahun dari

masing-masing aliran diperlihatkan pada Lampiran 12, 13 dan 14. Beban limbah

cair domestik umumnya berupa bahan organik dan hara. Parameter untuk

mengukur beban limbah adalah nilai BOD5, nilai COD, N total dan P (PO4).

Daerah aliran kanal di wilayah Kota Makassar menjadi tempat aktivitas

penduduk. Diperkirakan aktivitas penduduk pada kanal ini menyumbang beban

limbah cair cukup besar. Kanal melalui daerah pemukiman dengan jumlah

penduduk 336036 jiwa, jumlah hotel sebanyak 38 dengan jumlah kamar 1982

buah. Jumlah pengunjung per tahun sebesar 393552 orang. Daerah aliran ini

diperkirakan memberikan beban limbah cair sebesar 9294,124 ton BOD5 per

tahun; 17823,18 ton COD per tahun, 3981,172 ton N per tahun; 665,89 ton P per

tahun.

Daerah aliran Sungai Tallo melalui pemukiman dengan jumlah penduduk

sebesar 48.892 jiwa, jumlah hotel 1 buah dengan jumlah kamar 22 buah dan

pengunjung 9.504 orang per tahun. Diperkirakan beban limbah cair yang

dihasilkan sebesar 1.023,528 ton bahan organik yang tercermin pada nilai BOD5

per tahun; 1.962,083 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per

tahun, 438,379 ton N per tahun; 73,385 ton P per tahun.

Aliran Sungai Jeneberang melalui daerah pemukiman di wilayah

Kabupaten Gowa dan Kota Makassar. Pemukiman yang dilalui memiliki jumlah

penduduk sebesar 636.148 jiwa dan 7 buah hotel dengan jumlah kamar 153

buah dan jumlah pengunjung sebesar 66.096 orang per tahun, maka beban

limbah cair yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 702,6873 ton bahan organik

yang tercermin pada nilai BOD5 per tahun; 1.347,302 ton bahan organik yang

tercermin pada nilai COD per tahun, 300,9817 ton N per tahun; 50,36191 ton P

per tahun. Limbah domestik sebagian besar bersumber dari aktivitas penduduk

Kabupaten Gowa yaitu berjumlah 552.293 jiwa.

Berdasarkan kedua perhitungan beban limbah tersebut menunjukkan

bahwa aktivitas penduduk dari pemukiman dan hotel sangat kecil sumbangannya

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

65

terhadap beban pencemaran secara keseluruhan. Sebagai contoh Kanal

memberi beban limbah bahan organik yang tercermin pada nilai COD sebesar

179.596 ton per tahun, sementara dari aktivitas penduduk hanya sebesar

17823,18 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun. Kemudian

Sungai Tallo memberi beban limbah bahan organik yang tercermin pada nilai

COD sebesar 1.563.218,6 ton per tahun, sementara dari aktivitas penduduk

hanya sebesar 1.962,083 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per

tahun.

Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu upaya lain untuk menekan beban

pencemaran. Tidak hanya kepada penduduk di sekitar daerah aliran limbah,

tetapi membuat pengolahan limbah cair dari sumber pencemar sebelum masuk

ke perairan pantai. Hal ini akan menekan beban pencemaran yang masuk ke

dalam sungai secara nyata.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kecenderungan

peningkatan konsentrasi parameter pencemar yang telah melebihi baku mutu air

laut dari tahun 2003-2005 diperlihatkan pada Gambar 19 s/d Gambar 21.

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran COD pada Tahun 2003 -2005

22.27

33.18

126

0

20

40

60

80

100

120

140

2003 2004 2005

Tahun

CO

D(m

g/L)

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran TSS pada Tahun 2003 -2005

17.83

24.375

44.4

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2003 2004 2005

Tahun

TSS(

mg/

L)

(A) (B)

Gambar 19. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemar TSS (A) dan nilai COD (B) pada perairan Pantai Kota Makassar tahun 2003-2005

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

66

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Nitrat pada Tahun 2003 -2005

0.19 0.178

0.803

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

2003 2004 2005

Tahun

Nitr

at (m

g/L)

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Fosfat pada Tahun 2003 -2005

0.038

0.195

0.267

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

2003 2004 2005

Tahun

PO4

(mg/

L)

(A) (B)

Gambar 20. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemaran nitrat (A) dan

fosfat (B) pada perairan pantai Kota Makassar tahun 2003-2005

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Pb pada Tahun 2003 -2005

0.037

0.079

0.098

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

2003 2004 2005

Tahun

Pb(

mg/

L)

Gambar 21. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemaran logam Pb (B)

pada perairan pantai Kota Makassar tahun 2003-2005

Gambar 19 memperlihatkan bahwa parameter TSS cenderung meningkat

dari tahun ke tahun. Meningkatnya parameter TSS menunjukkan terjadinya

kegiatan konstruksi di sekitar daerah aliran sungai dan kanal yang menimbulkan

erosi tanah. Terjadi pula kecenderungan peningkatan nilai COD dan Fosfat yang

berasal dari limbah industri dan domestik. Hal ini menunjukkan penggunaan

detergen yang sulit terurai masih cukup tinggi untuk wilayah Kota Makassar.

Gambar 20 memperlihatkan peningkatan nitrat dari sumber limbah domestik dan

pertanian cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Konsentrasi beban limbah

parameter logam berat khususnya Pb dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan dan berada di atas baku mutu lingkungan.

B. Kapasitas Asimilasi

Kapasitas asimilasi suatu perairan ditentukan oleh morfologi dan

dinamika perairan tersebut serta jenis dan jumlah limbah (total pollutant load)

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

67

yang masuk ke perairan (Goldberg, 1992). Penentuan kapasitas asimilasi

dihitung secara tidak langsung (Indirect approach) yaitu dengan metode

hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter di perairan pesisir

dengan total beban limbah di muara sungai. Kemudian hasil ini dibandingkan

dengan baku mutu air laut untuk biota dan budidaya laut KEP-MEN LH No.

51/MenKLH/2004.

Apabila kapasitas asimilasi telah terlampaui, berarti beban yang masuk ke

perairan pantai tergolong tinggi. Hal ini ditandai oleh konsentrasi eksisting

parameter yang telah melebihi nilai ambang baku mutu air laut. Sebaliknya

apabila kapasitas asimilasi belum terlampaui, berarti beban limbah masih rendah

dan bahan-bahan yang masuk ke perairan pantai telah mengalami proses-proses

difusi dan lain-lain.

Beberapa parameter beban limbah cair yang masuk ke perairan pantai

Kota Makassar telah melampaui kapasitas asimilasinya yaitu berdasarkan batas

baku mutu air laut. Adapun parameter yang telah melebihi baku mutu adalah

COD, TSS, Nitrat, Fosfat, dan logam berat. Sementara parameter BOD5 belum

melampaui baku mutu. Hubungan antara beban limbah bahan organik yang

tercermin pada nilai BOD5 di muara dengan nilai BOD5 di perairan pantai Kota

Makassar di perlihatkan pada Gambar 22.

KAPASITAS ASIMILASI BOD5

y = 6E-06x + 2.4145R2 = 0.6673

2

2.2

2.4

2.6

2.8

3

3.2

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000

BEBAN LIMBAH (ton/tahun)

Kon

sent

rasi

BO

D5

(mg/

L)

Baku mutu BOD5

Gambar 22. Hubungan antara beban limbah yang dilihat dari nilai BOD5 di

muara dengan konsentrasi BOD5 perairan pantai Kota Makassar

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

68

Grafik hubungan diatas memperlihatkan bahwa perairan pantai Kota

Makassar masih mampu untuk mengurai bahan organik yang dapat diuraikan

secara biologis (nilai BOD5). Dengan nilai baku mutu yang ditetapkan sebesar 3

mg/L, dan persamaan yang dihasilkan yaitu y = 6E-06x + 2,4145. maka perairan

pantai Kota Makassar mampu menguraikan bahan organik mudah urai sebesar

96.666 ton per tahun.

C. Tingkat Pencemaran

Penentuan tingkat pencemaran suatu perairan pantai perlu dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari limbah yang berasal dari

daratan terhadap perairan pantai. Penggunaan metode indeks pencemaran

(Pollution Index) ditujukan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap

parameter kualitas air yang diizinkan. Metode ini memberikan masukan kepada

pengambil keputusan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila

terjadi penurunan kualitas perairan.

Hasil penentuan tingkat pencemaran perairan pantai Kota Makassar

menggunakan ideks pencemaran (IP) berdasarkan kepada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 51/Men-KLH/2004 tentang baku mutu air laut yang sesuai

untuk tingkat nasional adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Tingkat pencemaran perairan pantai Kota Makassar tahun 2005

No. Stasiun IP Maks

IP Rata-rata

IP Kategori

1 Muara Sungai Tallo 2,56 1,14 1,98 Tercemar Ringan

2 Muara Kanal Panampu 2,45 1,27 1,95 Tercemar Ringan

3 Muara Kanal Benteng 2,02 1,11 1,63 Tercemar Ringan

4 Muara Kanal Haji Bau 4,48 1,69 3,39 Tercemar Ringan

5 Muara Kanal Jongaya 2,14 133 1,78 Tercemar Ringan

6 Muara Sungai Jeneberang 2,28 1,02 1,77 Tercemar Ringan

Sumber: Pengolahan Data 2005

Tabel 7 dan Lampiran 15 memperlihatkan bahwa perairan pantai Kota

Makassar telah mengalami pencemaran ringan oleh beberapa parameter kimia

beban pencemaran. Kondisi berbeda ditemukan pada tingkat pencemaran

berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Perairan pantai Kota

Page 21: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

69

Makassar telah mengalami pencemaran sedang sampai berat. Perbedaan ini

menunjukkan bahwa indeks pencemaran Numerow mempunyai toleransi yang

cukup besar terhadap pencemaran. Namun fakta tersebut telah membuktikan

dan menjadi alasan yang kuat untuk melakukan pengendalian pencemaran

terhadap perairan pantai Makassar.

4.3.4. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat serta Kejasama kelembagaan dalam Pengendalian Pencemaran Pantai

A. Karakteristik Responden

Untuk mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap

pengendalian pencemaran pantai diperlukan informasi yang akurat. Sebagai

responden pada penelitian ini dipilih masyarakat yang berada di tiga lokasi yaitu:

sekitar aliran Sungai Tallo, aliran Kanal dan aliran Sungai Jeneberang. Jumlah

responden sebanyak 150 orang dengan karakteristik yang diamati adalah umur,

pendidikan, pendapatan. Adapun sebaran karakteristik responden ditiga lokasi

penelitian diperlihatkan pada Lampiran 16.

- Tingkat Umur

Gambar 23 memperlihatkan bahwa umur responden berkisar antara 19-70

tahun. Berdasarkan sebaran sampel, umur responden dikelompokkan ke dalam 3

(tiga) kelompok yaitu kelompok usia muda (<19 tahun), kelompok usia dewasa

(20-55 tahun) dan kelompok usia tua (>56 tahun). Usia produktif dalam

penelitian ini menggunakan indikator usia ketenagakerjaan yaitu 15-55 tahun.

Persentase kelompok umur yang terbesar terdapat pada kelompok umur dewasa

(74,7%), kelompok umur tua (24,6%), dan kelompok usia muda (0,7%).

- Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal responden dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu

rendah untuk responden yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD), sedang untuk

responden yang berpendidikan SLTP-SLTA, dan tinggi untuk responden yang

berpendidikan Diploma-Sarjana. Gambar 23 menunjukkan pendidikan formal

masyarakat terbesar termasuk kategori rendah (79%), sedang (60%), dan tinggi

(11%). Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat pada tiga

tipologi tersebut diperkirakan dapat membaca dan menulis.

Page 22: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

70

0 1 0

4138

33

9 11

17

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45Ju

mla

h re

spon

den

Rendah Sedang Tinggi

Umur Responden

Tallo Kanal Jeneberang

36

29

14 12

17

31

24

5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Jum

lah

resp

onde

n

Rendah Sedang Tinggi

Pendidikan Responden

Tallo Kanal Jeneberang

Gambar 23. Sebaran umur dan pendidikan responden pada daerah aliran beban

limbah Kota Makassar

- Pekerjaan Gambar 24 memperlihatkan bahwa pekerjaan responden pada umumnya

sebagai nelayan (30%), wiraswasta (30,7%) dan buruh (13,3%). Data ini

memperlihatkan bahwa masyarakat sangat erat kehidupannya dengan perairan

pantai. Dalam keseharian aktivitas masyarakat dilakukan pada siang hari,

sehingga mempengaruhi partisipasinya pada berbagai kegiatan sosial

kemasyarakatan.

- Tingkat Pendapatan Pendapatan responden perbulan dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu

rendah (<Rp.475.000), sedang (Rp.475.000-Rp.950.000), dan tinggi

(>Rp.950.000). Lampiran 16 memperlihatkan bahwa tingkat pendapatan

responden di tiga lokasi penelitian umumnya kurang dari Rp.475.000 (kategori

rendah). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendapatan masyarakat

masih relatif rendah.

Rendahnya rata-rata tingkat pendapatan masyarakat di tiga lokasi pantai

Kota Makassar yang diteliti, berkaitan dengan pekerjaan mereka yang umumnya

sebagai nelayan dan buruh. Akibat ketidakmampuan secara ekonomi dilihat dari

pendapatan yang rendah, menyebabkan masyarakat tidak dapat menyediakan

tempat pembuangan sampah, MCK dan fasilitas sanitasi lainnya. Keadaan ini

berdampak pada pencemaran perairan pantai tempat mereka tinggal.

Page 23: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

71

13

10

22

9

3

8

4

21

76

10

13

25

8

4 4

6

0

5

10

15

20

25Ju

mla

h re

spon

den

Nelayan Buruh Pedagang PNS Wiraswasta Lainnya

Pekerjaan Responden

Tallo Kanal Jeneberang

34

38

19

16

10

27

01

4

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Jum

lah

resp

onde

n

Rendah Sedang Tinggi

Pendapatan Responden

Tallo Kanal Jeneberang

Gambar 24. Sebaran pekerjaan dan pendapatan responden pada daerah aliran beban limbah Kota Makassar

B. Persepsi Masyarakat Pantai Tentang Pengendalian Pencemaran Pantai Kota Makassar

Persepsi responden tentang pengendalian pencemaran pantai di kota

Makassar diukur dari tiga jenis persepsi yaitu persepsi tentang pencegahan,

persepsi tentang penanggulangan dan persepsi tentang partisipasi. Pada

Lampiran 17 diperlihatkan persepsi masyarakat pada tiap aliran beban limbah

yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar. Analisis ini dilakukan untuk

memudahkan upaya mengendalikan pencemaran perairan pantai.

Pada umumnya masyarakat memiliki persepsi yang tinggi terhadap upaya

pengendalian pencemaran pantai baik yang menetap di sekitar muara sungai

maupun kanal. Sehingga pemerintah sebaiknya perlu melakukan upaya

mempertahankan pemahaman masyarakat tentang pengendalian pencemaran.

Gambar 25 memperlihatkan responden masyarakat di muara Sungai Tallo

yang memiliki persepsi tinggi tentang perlunya pencegahan (90%),

penanggulangan (92%) dan perlunya partisipasi dalam pengendalian

pencemaran pantai (92%).

Page 24: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

72

6

90

4

92

44 4 4

92

0

20

40

60

80

100

Rendah Sedang Tinggi

Pencegahan Penanggulangan Partisipasi

Gambar 25. Persentase persepsi masyarakat Tallo tentang pengendalian pencemaran perairan pantai

Data pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

daerah aliran beban limbah Sungai Tallo memiliki persepsi yang tinggi tentang

perlunya pengendalian pencemaran pantai sebesar 91,3 persen, sisanya 4,7

persen termasuk pada kategori sedang dan 4 persen pada kategori rendah di

dalam mempersepsikan pengendalian pencemaran pantai.

Gambar 26 memperlihatkan responden masyarakat di muara Kanal

memiliki persepsi yang tinggi tentang perlunya pencegahan (90%),

penanggulangan (92%) dan perlunya partisipasi dalam pengendalian

pencemaran pantai (92%).

6

94

0

96

40 0 4

96

020406080

100120

Rendah Sedang Tinggi

Pencegahan Penanggulangan Partisipasi

Gambar 26. Persentase persepsi masyarakat di daerah kanal tentang pengendalian pencemaran perairan pantai

Page 25: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

73

Pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

daerah aliran beban limbah kanal memiliki persepsi yang tinggi tentang perlunya

pengendalian pencemaran pantai sebesar 95,3 persen, sisanya 4,7 persen

termasuk pada kategori sedang dan 0 persen pada kategori rendah di dalam

mempersepsikan pengendalian pencemaran pantai.

Gambar 27 memperlihatkan responden masyarakat di Muara Sungai

Jeneberang memiliki persepsi yang tinggi tentang perlunya pencegahan (80%),

penanggulangan (88%) dan perlunya partisipasi dalam pengendalian

pencemaran pantai (90%).

20

80

0

88

120 2 8

90

0

20

40

60

80

100

Rendah Sedang Tinggi

Pencegahan Penanggulangan Partisipasi

Gambar 27. Persentase persepsi masyarakat di daerah muara Sungai Jeneberang tentang pengendalian pencemaran perairan pantai

Lampiran 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah

aliran beban limbah Sungai Jeneberang memiliki persepsi yang tinggi tentang

perlunya pengendalian pencemaran pantai sebesar 86 persen, sisanya 13,3

persen termasuk pada kategori sedang dan 0,7 persen pada kategori rendah di

dalam mempersepsikan pengendalian pencemaran pantai.

Persepsi yang tinggi terhadap upaya pengendalian pencemaran pantai

seperti terdapat pada Lampiran 17 menunjukkan keadaan positif untuk

melakukan pengendalian pencemaran pantai di Kota Makassar di masa depan.

Adanya pemahaman yang tinggi dari masyarakat terhadap pengendalian

pencemaran pantai memudahkan upaya pemerintah mengelola perairan pantai

yang telah mengalami pencemaran.

Masyarakat pantai secara umum telah memiliki persepsi yang tinggi

terhadap pengendalian pencemaran pantai, namun tidak sejalan dengan kondisi

Page 26: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

74

perairan pantai yang masih tetap mengalami pencemaran. Hal ini disebabkan

tidak adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai seperti tidak

tersedianya tempat pembuangan sementara (TPS) dan sarana mandi cuci kakus

di sekitar pantai. Kondisi ini menyebabkan masyarakat terpaksa membuang

limbah di sembarang tempat.

C. Partisipasi Masyarakat Pantai dalam Pengendalian Pencemaran Pantai Kota Makassar

Penentuan tingkat partisipasi masyarakat pantai terhadap upaya

pengendalian pencemaran pantai Kota Makassar didasarkan pada perannya

dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran pantai. Hasil yang

diperoleh dari responden dapat dilihat Gambar 28 dan Lampiran 18.

120

8

26

42

26

74

50

62

01020304050607080

Tallo Kanal Jeneberang

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 28. Persentase partisipasi masyarakat tentang pengendalian pencemaran perairan pantai pada Muara Sungai Tallo, Kanal dan Muara Sungai Jeneberang

Masyarakat di daerah aliran beban limbah memperlihatkan partisipasi

dalam pelaksanaan yang cukup tinggi, namun untuk daerah kanal partisipasi

responden terendah sebesar 50%. Keterbatasan waktu yang dimiliki responden

untuk terlibat dalam kegiatan merupakan alasan lain tentang rendahnya

partisipasi mereka dalam kegiatan pengendalian. Partisipasi tertinggi diperoleh di

daerah aliran Sungai Jeneberang sebesar 74%. Tingginya partisipasi masyarakat

didukung oleh aktivitasnya sebagai pengelola kawasan wisata pantai.

Dari ketiga lokasi penelitian, responden yang tidak pernah terlibat dalam

kegiatan pengendalian ditemukan di daerah Sungai Tallo dan kanal. Rendahnya

partisipasi pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran pantai, disebabkan

oleh kesibukan sebagian besar masyarakat yang bekerja pada siang hari

sebagai nelayan, buruh dan wiraswasta. Umumnya pelaksanaan kegiatan

Page 27: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

75

pengendalian yang diupayakan oleh pemerintah daerah biasanya dilakukan pada

hari Jum’at pagi.

Meskipun partisipasi masyarakat di daerah aliran beban limbah dalam

pelaksanaan pengendalian pencemaran dikategorikan tinggi, namun kenyataan

memperlihatkan masih terjadi pencemaran. Hal ini disebabkan oleh partisipasi

masyarakat pelaksanaan pengendalian pencemaran tidak didasari oleh

kesadaran, tetapi oleh kegiatan mobilisasi yang dilakukan aparat pemerintah

ditingkat kecamatan dan kelurahan. Sebagian besar masyarakat tidak memiliki

fasilitas MCK dan membuang sampah di sekitar rumah mereka. Oleh karena itu

maka diperlukan dukungan dari pemerintah daerah dalam bentuk peningkatan

sarana dan prasarana kebersihan serta peningkatan kesadaran masyarakat

untuk menerapkan pola hidup bersih.

D. Kerjasama Kelembagaan

Kota Makassar sebagai kota pantai metropolitan memiliki struktur

pemerintahan yang efisien, hal ini nampak dari perampingan yang dilakukan

pemeritah kota. Bapedalda Kota Makassar yang pada tahun sebelumnya

merupakan lembaga yang mengelola lingkungan hidup digabung ke dalam satu

dinas dengan kebersihan dan keindahan kota. Dinas ini secara struktural berada

dibawah Walikota Makassar.

Pelaksanaan pengendalian pencemaran di Kota Makassar dilakukan

dengan memobilisasi aparat pemerintah kota, mulai dari kecamatan dan

kelurahan serta lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada di kelurahan.

Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jum’at dengan lokasi yang berpindah-pindah.

Secara struktural telah dilakukan upaya pengendalian pencemaran baik

lingkungan darat maupun lingkungan laut. Namun upaya untuk melibatkan

berbagai stakeholders dalam bentuk kelembagaan belum dibentuk. Sehingga

perlu upaya membentuk kerjasama kelembagaan dalam merencanakan dan

mengatur pelaksanaan pengendalian pencemaran.

4.4. Tipologi Aliran Beban Limbah

Analisis tipologi ditujukan untuk mengetahui perbedaan karakteristik aliran

beban limbah yang masuk ke perairan pantai. Perbedaan yang dicirikan oleh

kecederungan variabel-variabel dasar (karakteristik fisik-kimia dan sosial-

ekonomi) untuk menggambarkan tiap tipologi aliran beban limbah. Dalam proses

ini dilakukan seleksi variabel berdasarkan kemampuan variabel dalam

Page 28: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

76

menjelaskan keragaman karakteristik pada aliran beban limbah. Peubah yang

digunakan adalah duapuluh tujuh variabel yang didapat dari survai lapangan dan

data sekunder. Unit yang digunakan adalah tiga aliran beban limbah ke perairan

pantai Kota Makassar. Aliran tersebut adalah Kanal, Sungai Tallo dan Sungai

Jeneberang. Seleksi dilakukan melalui teknik analisis komponen utama (principle

component analysis). Analisis dilakukan terhadap kondisi fisik-kimia sungai/kanal

dan penduduk yang bermukim di sekitar sungai/kanal.

Analisis tipologi aliran beban limbah didasarkan pada karakter fisik kimia

sungai/kanal dan masyarakat yang bermukim di sekitarnya dengan variabel-

variabel yang dimilikinya. Tinggi rendahnya kondisi fisik kimia di sungai/kanal

ditunjukkan oleh variasi dan besar kecilnya nilai yang dimiliki. Adapun parameter

fisik kimia sebagai indikator karakteristik sebagai berikut: suhu, salinitas, pH,

lebar sungai/kanal, kedalaman sungai/kanal, kecepatan arus sungai/kanal, total

suspended solid (TSS), oksigen terlarut (DO), BOD5, COD, NH3 , nitrat, fosfat,

logam Pb, Cd, Cu. Sementara tinggi rendahnya kualitas sumberdaya sosial di

suatu aliran ditunjukkan oleh tinggi rendahnya umur, pendidikan, pekerjaan, lama

menetap, pendapatan, jumlah penduduk, jumlah hotel, persepsi dan partisipasi

terhadap pengendalian pencemaran pantai.

Hasil analisis tipologi aliran beban limbah Kota Makassar menggunakan

analisis komponen utama (AKU) menunjukkan variabel fisik kimia menjelaskan

keragaman mencapai 100% pada dua sumbu utama (F1 dan F2), dengan akar

ciri masing-masing adalah 0,6654 dan 0,3346. Sementara variabel sosial

keragaman yang dapat dijelaskan mencapai 100% pada dua sumbu utama (F1

dan F2), dengan akar ciri masing-masing adalah 0,8591 dan 0,4109 (Lampiran

19).

Hasil ovelay antara plot sebaran variabel dan observasi pada F1 dan F2

seperti diperlihatkan pada Gambar 29 dan 30. Plot tersebut mengelompokkan

aliran beban limbah menjadi tiga tipologi dengan perbedaan variabel fisik kimia

dan sosial.

Page 29: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

77

Biplot on F 1 and 2 (100% )

Kanal

Jeneberang

Tallo1234567

8

9

10

11

1213

14

1516

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

-4 -2 0 2 4 6

-- F1 (67% ) -->

-- F

2 (3

3% )

-->

Keterangan:

1 = suhu 9 = amoniak 2 = salinitas 10 = nitrat 3 = pH 11 = fosfat 4 = lebar sungai 12 = COD 5 = kedalaman 13 = TSS 6 = kecepatan arus 14 = Pb 7 = oksigen terlarut 15 =Cd 8 = biological oxygen demand (BOD) 16 = Cu

Gambar 29. Plot observasi dan variabel fisik kimia aliran beban limbah pada sumbu utama 1 dan 2

Biplot on F 1 and 2 (100% )

Jeneberang

Kanal

Tallo

A

B

C

D

EF

GHI

JKL M

NOP

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

-4 -2 0 2 4 6

-- F1 (59% ) -->

-- F

2 (4

1% )

-->

Page 30: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

78

Keterangan: A = muda I = penghasilan tinggi B = dewasa J = nelayan C = tua K = buruh D = sd L =pedagang E = smp-sma M = pegawai negeri sipil F = sarjana N = wiraswasta G = penghasilan rendah O = jumlah penduduk H = penghasilan sedang P = jumlah hotel

Gambar 30. Plot observasi dan variabel sosial aliran beban limbah pada sumbu utama 1 dan 2

Berdasarkan hasil analisis komponen utama terbentuk tiga tipologi aliran

beban limbah dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Tipologi I

Tipologi ini memiliki bentuk buatan/pengerasan. Kecenderungan tipologi

ini dicirikan oleh kedalaman dan lebar penampang aliran yang dangkal. Salinitas

dipengaruhi oleh air dari darat yang bersalinitas rendah. Kandungan P dalam

bentuk fosfat tinggi, pH air rendah menunjukkan air bersifat asam. Kadar COD

yang tinggi menunjukkan air mengandung limbah organik sukar terurai cukup

tinggi.

Pada tipologi ini jumlah penduduk yang bermukim tinggi, Umumnya

bekerja sebagai wiraswasta dengan tingkat penghasilan yang rendah. Terdapat

hotel yang membuang limbah ke kanal.

b. Tipologi II

Tipologi ini memiliki bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok. Variabel

fisik kimia yang cenderung mencirikan tipologi II adalah adalah nilai nitrat, TSS,

suhu air, logam Cd yang tinggi. Masyarakat yang bermukim di aliran ini umumnya

bekerja sebagai buruh dan pedagang, umumnya berpendidikan SD.

c. Tipologi III

Tipologi ini berbentuk aliran sungai yang lurus, sehingga mengakibatkan

kecepatan arus yang tinggi. Kandungan bahan organik mudah urai secara biologi

(BOD5) cukup tinggi. Logam berat Pb banyak dikandung pada air di aliran ini.

Jumlah penduduk rendah dengan penghasilan sedang. Umumnya bekerja

sebagai nelayan. Pendidikan yang diselesaikan umumnya tamat SMP.

Page 31: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

79

4.5. Pemodelan Sistem Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai Kota 4.5.1. Identifikasi Sistem

Pemodelan sistem merupakan penyederhanaan dari sebuah objek atau

situasi. Keterkaitan antara sub-sub model dalam upaya pengendalian

pencemaran perairan pantai Kota Makassar dimodelkan untuk mendapatkan

suatu kecenderungan sebuah sistem yang lebih luas. Pencemaran perairan

pantai merupakan fungsi limbah domestik, limbah industri dan kemampuan

instalasi pengolahan limbah kota.

Melalui pendekatan sistem perancangan model disusun berdasarkan

empat empat submodel yang terkait erat dengan sistem pengendalian

pencemaran perairan pantai kota yaitu: submodel penduduk, submodel hotel,

submodel industri dan submodel IPAL yang saling berinteraksi membentuk

sebuah sistem pengendalian (Gambar 31 ).

- Submodel Penduduk

Penduduk merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian

pencemaran perairan pantai kota, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penduduk difokuskan pada kelurahan atau kecamatan yang berada di daerah

aliran sungai atau kanal. Penduduk pada ketiga tipologi aliran beban limbah di

wilayah Kota Makassar tersebut memberikan beban pencemaran ke perairan

pantai.

- Submodel Hotel

Hotel merupakan elemen dari kegiatan wisata yang berpengaruh

terhadap upaya pengendalian pencemaran perairan pantai kota, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Hotel difokuskan pada kelurahan atau

kecamatan yang berada di daerah aliran sungai atau kanal.

- Submodel Industri

Submodel industri dibangun berdasarkan keterkaitan antara luas areal

Kawasan Industri Makassar (KIMA) yang dimiliki kota Makassar dengan

pertumbuhan industri. Luas kawasan ini kurang lebih 200 hektar yang khusus

diperuntukkan untuk pembangunan industri. KIMA terletak dekat aliran Sungai

Tallo yang memberikan beban limbah terhadap sungai tersebut.

Page 32: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

80

- Submodel Pengolahan Limbah Cair

Submodel pengolah limbah cair berupa instalasi pengolahan limbah cair

kota yang mampu mengolah cair kota hingga memenuhi baku mutu. Beban

pencemaran berasal dari berbagai kegiatan di darat seperti pemukiman, hotel

dan industri pengolahan. Pada submodel pengolah limbah cair berinteraksi

dengan submodel penduduk, submodel hotel dan sub model industri melalui

prediksi limbah yang mencemari lingkungan perairan pantai kota.

4.5.2. Validasi Kinerja Model

Validasi merupakan tahap akhir dalam pengembangan pemodelan untuk

memeriksa model dengan kesesuaian output model dengan sistem. Validasi

terhadap perilaku dilakukan untuk menjawab apakah model konsisten terhadap

realitas yang digambarkan dan konsisten dengan tujuan kegunaan dan hal yang

dipermasalahkan.

Pengujian validasi perilaku model difokuskan pada uji prediksi model di

masa depan. Pengujian dilakukan untuk melihat kecenderungan peningkatan

jumlah penduduk yang berpengaruh terhadap limbah domestik yang dihasilkan.

Validasi kualitatif terhadap perilaku hasil simulasi terhadap submodel penduduk

memperlihatkan kemiripan dengan kondisi sebenarnya (Gambar 32).

Berdasarkan hasil uji kalman filter (Tabel 8), data hasil simulasi cukup akurat

karena mempunyai tingkat kecocokan yang tinggi yaitu sebesar 0.497

Page 33: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

81

Jml_Kmr

Pert_Htl

Pert_Pddk

Part_Masy

Lcp

Fkj

Sedia_Lhn

Lhn_TerpPemb_Lhn

Tutup_I

Fki

Lch

Flch

Keb_Lhn

Lhn_per_Ind

Fkem

Jml_Kj

Peng_Pddk

Rkm

Jml_Htl

Urb Jml_Pddk

FPlimbFkel

Jml_Ind

Jml_limb_diredukJml_Limb

Bangun_I

FLcp

Lci

Perm_Lhn

BL

BM

NP

FnpKap_IPAL

Limb_Ind

LcI_IPAL

FlciIPAL_Ind

Fpi

Gambar 31. Model sistem pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar

Keterangan: Bangun I = Pembangunan industri BL = Beban limbah BM = Baku mutu FCOD = Fraksi limbah COD per kapita per tahun Fkel = Fraksi laju kelahiran penduduk per tahun Fkem = Fraksi laju kematian penduduk per tahun Fki = Fraksi pengurangan industri Fkj = Fraksi kunjungan hotel per tahun Flch = Fraksi limbah cair hotel Flci = Fraksi limbah cair industri FPlimb = Fraksi penduduk membuang limbah cair Fpi = Fraksi pertambahan industri per tahun

Page 34: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

82

Fnp = Fraksi non point limbah cair IPAL ind = Kapasitas IPAL industri Jml Ind = Jumlah industri Jml Limb = Jumlah Iimbah cair keseluruhan Jml limb direduk = Jumlah limbah cair direduksi oleh IPAL Jml Kj = Jumlah kunjungan hotel per tahun Jml Kmr = Jumlah kamar per hotel Jml Pddk = Jumlah penduduk di daerah aliran beban limbah Kap IPAL = Kemampuan Instalasi pengolah limbah cair per tahun Koe Lhn = Koefisien pertambahan industri berdasarkan luas lahan Lch = Jumlah limbah cair yang berasal dari hotel Lci = Jumlah limbah cair yang berasal dari industri Lci IPAL = Jumlah cair industri yang diolah di IPAL Lcp = Jumlah limbah cair yang berasal dari penduduk Lhn = Kebutuhan lahan industri Lhn per ind = Kebutuhan lahan per industri Lhn Terp = Luas lahan industri yang terpakai Limb Ind = Limbah industri diolah atau tanpa pengolahan Pemb Lhn = Pembukaan lahan industri Peng pddk = Pengurangan penduduk oleh kematian Perm Lhn = Permintaan lahan industri Pert htl = Pertambahan jumlah hotel oleh pembangunan per tahun Pert Ind = Pertambahan jumlah industri oleh pembangunan per tahun Pert pddk = Pertambahan jumlah penduduk dari kelahiran dan urbanisasi Rkm = Rata-rata jumlah kamar per hotel Sedia Lhn = Luas lahan yang tersedia untuk industri Tutup I = Penutupan industri Urb = Urbanisasi

Aktual

y = 15995x + 1E+06R2 = 0.9738

1020000

1040000

10600001080000

1100000

1120000

11400001160000

1180000

1200000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Simulasi

y = 16129x + 1E+06R2 = 0.9999

1120000

1140000

1160000

1180000

1200000

1220000

1240000

1260000

1280000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 32. Validasi kinerja submodel penduduk secara kualitatif

Page 35: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

83

Tabel 8. Uji Statistik kalman filter pada submodel penduduk

Keterangan Nilai

Va = varian nilai aktual 1225984820

Vs=varian nilai simulasi 1214226442

KF = Vs/(Vs+Va) 0.497

Setelah model dinyatakan valid, maka selanjutnya disimulasikan pada

tiga tipologi aliran beban limbah Kota Makassar.

Asumsi-asumsi model Dalam mengeksekusi model untuk melihat gambaran pola perubahan

dimasa depan bebera asumsi yang digunakan yaitu:

a. Periode simulasi dibatasi sampai 10 tahun yaitu periode jangka

menengah pelaksanaan suatu kebijakan.

b. Daerah yang dihitung dalam simulasi hanya daerah yang berada dalam

wilayah Kota Makassar.

c. Migrasi penduduk ke daerah lain tidak diperhitungkan dan dianggap nol

d. Pertumbuhan penduduk mengikuti pola laju pertumbuhan pada setiap

tipologi aliran beban limbah.

e. Limbah yang berasal dari run off atau non point source dianggap stabil,

besarnya sesuai tipologi aliran beban limbah.

f. Parameter limbah yang digunakan adalah COD dengan nilai baku mutu

sebesar 80 mg/L.

4.6. Implementasi Model Sistem Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai Kota

4.6.1. Tipologi I

A. Penentuan Faktor Kunci (dominan)

Hasil simulasi kinerja model sistem menunjukkan bahwa sistem yang ada

saat ini masih memberikan beban pencemaran terhadap perairan pantai Kota

Makassar, sehingga dengan demikian perlu dirumuskan suatu skenario strategi

yang dapat mengendalikan pencemaran perairan pantai Kota Makassar.

Identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya

pengendalian pencemaran perairan pantai pada tipologi I didasarkan pada

pendapat pakar. Berdasarkan pendapat pakar teridentifikasi 13 faktor yang

Page 36: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

84

berpengaruh terhadap sistem pengendalian pencemaran perairan pantai sebagai

berikut:

(a) Persepsi masyarakat

Persepsi Masyarakat, adalah pandangan responden tentang kegiatan

pengendalian pencemaran pantai. Cara untuk mengetahui pandangan

tersebut yaitu melalui beberapa indikator pernyataan yang menjelaskan

pandangan responden terhadap (a) kegiatan pencegahan pencemaran

pantai, (b) kegiatan penanggulangan pencemaran pantai dan (c) kegiatan

dalam berpartisipasi pada pencegahan dan penanggulangan pencemaran

pantai.

(b) Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah tindakan atau keterlibatan responden dalam

usaha pengendalian pencemaran pantai secara langsung. Partisipasi diukur

dengan indikator yaitu: Partisipasi dalam pelaksanaan, yaitu partisipasi

responden dalam tahap pelaksanaan seperti membuang sampah di tempat

yang disediakan dan memelihara lingkungan pantai;

(c) Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk terjadi akibat pertambahan melalui kelahiran dan

urbanisasi serta pengurangan akibat kematian. Pertumbuhan penduduk

mempengaruhi jumlah limbah yang dihasilkan dari sektor domestik. Jumlah

penduduk didasarkan pada pertambahan historis tiap tahunnya pada setiap

tipologi.

(d) Fasilitas pengolahan limbah kota

Fasiltas pengolahan limbah yang dibangun oleh pemerintah untuk mengolah

limbah cair kota. Limbah cair berasal dari kegiatan domestik yang melalui

drainase kota.

(e) Biaya lingkungan

Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dan swasta untuk perbaikan

lingkungan tiap tahunnya.

(f) Kelembagaan

Wadah kerjasama antar stakeholder dalam upaya pengendalian pencemaran

perairan pantai.

Page 37: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

85

(g) Dukungan pemerintah daerah

Pemerintah daerah baik eksekutif maupun legislatif berupaya untuk

mendukung pembagunan berwawasan lingkungan. Dukungan dapat berupa

fasilitas fisik maupun non fisik.

(h) Dukungan pihak swasta,

Pihak swasta adalah pengusaha yang berusaha di kota pantai. Memberikan

dukungan terhadap upaya pengendalian pencemaran melalui partisipasi aktif

dengan menekan beban limbah dan bantuan biaya.

(i) penataan ruang

Adalah upaya mengatur penempatan kegiatan sesuai peruntukannya agar

tidak mengganggu ekosistem perairan pantai yang ada. Kawasan pantai

sebaiknya memiliki batas untuk pemukiman dan industri.

(j) Penegakan hukum

Penegakan hukum adalah upaya aparat yudikatif untuk menghukum pelaku

pencemaran perairan pantai. Di Kota Makassar upaya penegakan hukum

terhadap pelaku pencemaran belum pernah dilakukan.

(k) Dukungan perguruan tinggi

Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memberikan dukungan dalam

bentuk sumbangan pemikiran ilmu dan teknologi pengendalian pencemaran

perairan pantai.

(l) Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga non pemerintah yang dibentuk masyarakat untuk meningkatkan

kapasitas dan pengetahuan masyarakat dalam upaya pengendalian

pencemaran perairan pantai.

(m) Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Besarnya alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah terhadap upaya

pengendalian pencemaran pantai.

Dari pendapat pakar yang dikumpulkan terhadap tipologi I diperoleh

faktor-faktor kunci yang mempengaruhi upaya pengendalian pencemaran.

Adapun faktor-faktor tersebut adalah pertumbuhan penduduk, partisipasi

masyarakat, dukungan pihak swasta, fasilitas pengolahan limbah kota, biaya

lingkungan, Kerjasama lintas sektor, dukungan perguruan tinggi. (Gambar 33).

Page 38: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

86

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

---------

Pertumb Penduduk

Partisipasi Masy

Biaya Lingk

Fasilitas Peng Limb KotaPersepsi Masy

Kelembagaan

Dukungan Pemda

Dukungan Swasta

Penataan Ruang

Penegakan HukumDukungan Perguruan Tinggi

Dukungan LSM

APBD

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

Ketergantungan

Peng

aruh

Gambar 33. Gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian pencemaran di tipologi I

Hasil analisis pengaruh langsung antar faktor pada tipologi I diperoleh

faktor kunci sebagai berikut:

a) Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk pada tipologi I saat ini sebesar 0,54% dari jumlah

peenduduk sebesar 336.036 jiwa

b) Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat terhadap upaya pengendalian saat ini sebesar 75%

dari jumlah penduduk.

c) Fasiltas pengolahan limbah cair

Fasilitas pengolahan limbah cair kota yang mampu mengolah limbah

domestik.

B. Pengembangan skenario strategi Skenario strategi yang dikembangkan untuk tiologi I adalah pesimistik,

moderat, optimistik. Skenario mengacu pada tiga faktor kunci yang berpengaruh

(Tabel 9).

Page 39: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

87

Tabel 9. Prospektif faktor-faktor kunci pengendalian pencemaran pada tipologi I

Faktor Keadaan

Pertumbuhan penduduk

1A Tetap

1B Meningkat

1C Meningkat tinggi

Partisipasi Masyarakat 2A Menurun

2B Tetap

2C Meningkat

Fasilitas Pengolah Limbah

3A Ada

3B Tidak ada

Tabel 10. Skenario strategi pengendalian pencemaran pada tipologi I

No. Skenario Urutan Faktor

1. Pesimistik 1C-2A-3B

2. Moderat 1A-2A-3B

3. Optimistik 1B-2B-3A

C. Implikasi Penerapan Skenario Strategi

Tipologi I merupakan tipe aliran limbah yang berpengaruh besar terhadap

ekosistem perairan pantai Kota Makassar. Aliran ini melalui Kota Makassar,

melalui dua kanal utama yaitu Kanal Panampu dan Kanal Jongaya. Kedua kanal

ini bermuara di perairan yang relartif tenang, sehingga kemungkinan akumulasi

pencemar lebih besar. Muara Kanal Panampu terletak di perairan Paotere,

sementara Kanal Jongaya di perairan Pantai Losari. Tabel 9 dan 10

mempelihatkan kedudukan (state) dari faktor-faktor dominan dan skenario yang

kemungkinan terjadi di masa depan pada tipologi I. Kemudian pada Tabel 11

diperlihatkan implikasi dari penerapan skenario strategi pengendalian

pencemaran untuk tipologi I.

Page 40: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

88

Tabel 11. Implikasi penerapan skenario strategi pengendalian pencemaran pada tipologi I

Skenario State Faktor Implikasi

Pesimistik

• Pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 1,0%

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran menurun menjadi 50%

• Tidak tersedianya fasilitas pengolah limbah cair kota

• Beban pencemaran meningkat dan tidak memenuhi baku mutu

• Kurangnya partisipasi masyarakat

Moderat

• Pertumbuhan penduduk tetap pada tingkat pertumbuhan 0,54%

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran 75%

• Tidak tersedianya fasiltas pengolah limbah cair kota

• Beban pencemaran meningkat akibat pertumbuhan penduduk

• Beban pencemaran tidak memenuhi baku mutu

Optimistik

• Pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,75%

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran meningkat menjadi 85%

• Tersedianya fasilitas pengolah limbah cair kota

• Peningkatan jumlah penduduk

• Partisipasinya masyarakat meningkat

• Beban pencemaran yang masuk ke perairan pantai memenuhi baku mutu

• Memerlukan anggaran pembangunan IPAL

D. Simulasi Penerapan Skenario Strategi pada Tipologi I

Skenario Pesimistik Apabila skenario pesimistik yang diterapkan pada tipologi I akan

dihasilkan kinerja sistem yang tidak mampu menekan beban pencemaran. Pada

skenario ini, kondisi tingkat pertumbuhan penduduk pada laju pertumbuhan

mencapai 1% per tahun dan partisipasi masyarakat dalam pengendalian

pencemaran menurun menjadi 50%. Kondisi ini akan mengakibatkan

peningkatan beban limbah cukup besar dari tipologi I dan tidak memenuhi baku

mutu pada tahun 2015.

Page 41: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

89

Gambar 34 memperlihatkan hasil simulasi model terhadap skenario

pesimistik sampai tahun 2015. Beban limbah (BL) dari aktivitas pembangunan di

Kota Makassar berada di atas baku mutu. Non point source (NP) merupakan

sumber limbah cair terbesar untuk tipologi I . Limbah cair dari penduduk (Lcp)

dan hotel (Lch) masih berada di bawah baku mutu air.

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

50,000

100,000

150,000

1 23

45

1 23

45

1 23

45

1 23

45

1 23

45

1 23

45

1 23

45

1 23

45

1 23

45

1 23

45

13

4

Gambar 34. Prediksi beban limbah pada tipologi I dalam skenario pesimistik

sampai tahun 2015 Skenario Moderat

Pada pengembangan skenario moderat yang didasarkan pada kondisi

eksisting saat ini, menghasilkan kinerja sistem yang tidak mampu menekan

meningkatnya laju beban limbah di masa depan. Kondisi laju pertumbuhan

penduduk sebesar 0,54% per tahun dan 74% penduduk yang bermukim di

daerah sekitar muara masih membuang limbah ke kanal. Kondisi ini akan

mengakibatkan peningkatan beban limbah dan belum melebihi baku mutu pada

tahun 2015.

Hasil simulasi model terhadap skenario moderat diperlihatkan pada

Gambar 35. Skenario moderat merupakan kondisi saat ini, di masa depan akan

memberikan beban limbah (BL) di atas baku mutu. Limbah cair penduduk (Lcp)

dan hotel (Lch) masih berada di bawah baku mutu. Limbah non point merupakan

sumber limbah cair terbesar pada tipologi I dan berada di atas baku mutu.

Page 42: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

90

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

50,000

100,000

150,000

123

4 5

123

4 5

123

4 5

123

4 5

123

4 5

123

4 5

123

4 5

123

4 5

123

4 5

123

4 5

13

4

Gambar 35. Prediksi beban limbah pada tipologi I dalam skenario moderat

sampai tahun 2015 Skenario Optimistik

Penerapan skenario optimistik pada tipologi I akan menghasilkan kinerja

sistem yang mampu menekan meningkatnya beban pencemaran di masa depan.

Pada kondisi pertumbuhan penduduk yang meningkat 0,54% per tahun, dan

peningkatan kesadaran penduduk yang bermukim di daerah sekitar muara untuk

tidak membuang limbah ke kanal (85%). Serta adanya upaya pengolahan limbah

cair menggunakan instalasi pengolahan limbah cair dengan kapasitas minimal

168.000 ton/tahun, akan menurunkan beban limbah sampai memenuhi baku

mutu pada tahun 2015.

Gambar 36 memperlihatkan hasil skenario optimistik terhadap model

pada tipologi I. Beban limbah (BL) masih berada di atas baku mutu. Upaya

meningkatkan partisipasi masyarakat mampu menekan beban limbah, namun

belum memenuhi baku mutu. Pembangunan instalasi pengolahan limbah cair

mampu menekan beban limbah memenuhi baku mutu.

Page 43: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

91

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5Jml_Limb6

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

0

50,000

100,000

150,000

123

4 5

6

12 3

4 5

6

12 3

4 5

61

23

4 5

61

23

45

61 23

45

61 23

45

6 1 23

45

45

45

4

Gambar 36. Prediksi beban limbah pada tipologi I dalam skenario optimistik

sampai tahun 2015

Berdasarkan analisis perbandingan ketiga skenario pada Gambar 37,

skenario yang paling diharapkan terjadi di masa depan adalah optimistik. Namun

demikian pilihan responden menentukan bahwa urutan skenario yang mungkin

terjadi di masa depan adalah pesimistik 50%, moderat 30% dan optimistik 20%.

Hasil akhir skenario mencerminkan bahwa perlu dilakukan suatu rekayasa sistem

agar dapat dicapai kondisi yang diharapkan dengan suatu dorongan kebijakan

yang kondusif. Dengan pilihan skenario pesimistik, maka perlu dilakukan usaha

yang dituangkan dalam bentuk strategi pengendalian pencemaran pada tipologi I.

172929.85 171353.07

6705.28 10690.86

0

50000

100000

150000

200000

Beb

an L

imba

h (to

n/ta

hun)

Pesimistik Moderat Optimistik Baku mutu

Gambar 37. Grafik perbandingan beban limbah organik dari skenario pesimistik, moderat dan optimistik pengendalian pencemaran tipologi I pada tahun 2015

Page 44: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

92

4.6.2. Tipologi II A. Penentuan faktor kunci (dominan)

Identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya

pengendalian pencemaran perairan pantai pada tipologi II didasarkan pendapat

pakar. Diidentifikasi 14 faktor yang berpengaruh terhadap sistem pengendalian

pencemaran perairan pantai sebagai berikut:

(a) Persepsi masyarakat

Persepsi Masyarakat, adalah pandangan responden tentang kegiatan

pengendalian pencemaran pantai. Cara untuk mengetahui pandangan

tersebut yaitu melalui beberapa indikator pernyataan yang menjelaskan

pandangan responden terhadap (a) kegiatan pencegahan pencemaran

pantai, (b) kegiatan penanggulangan pencemaran pantai dan (c) kegiatan

dalam berpartisipasi pada pencegahan dan penanggulangan pencemaran

pantai.

(b) Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah tindakan atau keterlibatan responden dalam

usaha pengendalian pencemaran pantai secara langsung. Partisipasi diukur

dengan indikator yaitu: Partisipasi dalam pelaksanaan, yaitu partisipasi

responden dalam tahap pelaksanaan seperti membuang sampah di tempat

yang disediakan dan memelihara lingkungan pantai;

(c) Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk terjadi akibat pertambahan melalui kelahiran dan

urbanisasi serta pengurangan akibat kematian. Pertumbuhan penduduk

mempengaruhi jumlah limbah yang dihasilkan dari sektor domestik. Jumlah

penduduk didasarkan pada pertambahan historis tiap tahunnya pada setiap

tipologi.

(d) Pertumbuhan Industri

Pertumbuhan industri terjadi akibat bertambahnya industri pengolahan yang

menghasilkan limbah indusrtri. Pertumbuhan industri dilihat dari besarnya

pertumbuhan tiap tahunnya, pada saat penelitian laju pertumbuhan industri

Kota Makassar sebesar 1%.

(e) Fasilitas pengolahan limbah kota

Fasiltas pengolahan limbah yang dibangun oleh pemerintah untuk mengolah

limbah cair kota. Limbah cair berasal dari kegiatan domestik yang melalui

drainase kota.

Page 45: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

93

(f) Biaya lingkungan

Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dan swasta untuk perbaikan

lingkungan tiap tahunnya.

(g) Kelembagaan

Wadah kerjasama antar stakeholder dalam upaya pengendalian pencemaran

perairan pantai.

(h) Dukungan pemerintah daerah

Pemerintah daerah baik eksekutif maupun legislatif berupaya untuk

mendukung pembagunan berwawasan lingkungan. Dukungan dapat berupa

fasilitas fisik maupun non fisik.

(i) Dukungan pihak swasta,

Pihak swasta adalah pengusaha yang berusaha di kota pantai. Memberikan

dukungan terhadap upaya pengendalian pencemaran melalui partisipasi aktif

dengan menekan beban limbah dan bantuan biaya.

(j) Penataan ruang

Adalah upaya mengatur penempatan kegiatan sesuai peruntukannya agar

tidak mengganggu ekosistem perairan pantai yang ada. Kawasan pantai

sebaiknya memiliki batas untuk pemukiman dan industri.

(k) Penegakan hukum

Penegakan hukum adalah upaya aparat yudikatif untuk menghukum pelaku

pencemaran perairan pantai. Di Kota Makassar upaya penegakan hukum

terhadap pelaku pencemaran belum pernah dilakukan.

(l) Dukungan perguruan tinggi

Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memberikan dukungan dalam

bentuk sumbangan pemikiran ilmu dan teknologi pengendalian pencemaran

perairan pantai.

(m) Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga non pemerintah yang dibentuk masyarakat untuk meningkatkan

kapasitas dan pengetahuan masyarakat dalam upaya pengendalian

pencemaran perairan pantai.

(n) Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Besarnya alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah terhadap upaya

pengendalian pencemaran pantai.

Page 46: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

94

Diperoleh tiga faktor yang kunci (dominan) yaitu partisipasi masyarakat,

pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri. (Gambar 38). Selanjutnya ketiga

faktor yang berpengaruh dan saling ketergantungan digunakan untuk

mendefenisikan dan mengideskripsikan kemungkinan perubahan di masa depan

bagi pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar.

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

APBDDukungan LSM

Dukungan Perguruan Tinggi

Penegakan Hukum

Penataan Ruang

Dukungan Swasta

Dukungan PEMDA

Kelembagaan Biaya Lingk

Persepsi MasyPertumb Industri

Fasilitas Peng Limb Kota

Partisipasi Masy

Pertumb Penduduk

----------

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

- 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Ketergantungan

Peng

aruh

Gambar 38. Gambaran tingkat kepentingan faktor - faktor yang berpengaruh pada pengendalian pencemaran di tipologi II

Deskripsi masing-masing faktor kunci hasil analisis pengaruh langsung

antar faktor sebagai berikut:

a) Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan

pengendalian pencemaran perairan pantai di tipologi II saat ini persentase

penduduknya sebesar 62% per tahun.

b) Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk akibat pertambahan melalui kelahiran dan urbanisasi

serta pengurangan akibat kematian. Jumlah penduduk saat ini sebesar

173.846 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2,22% per tahun.

c) Pertumbuhan Industri

Pertumbuhan industri terjadi akibat bertambahnya industri pengolahan setiap

tahunnya sebesar 1% per tahun. Pembangunan industri dipusatkan di

kawasan industri Makassar (KIMA) dengan luas 200 Ha. Memiliki pengolahan

limbah 3000 m3/hari yang menghasilkan limbah industri. Jumlah industri pada

saat ini sebesar 49 buah

Page 47: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

95

B. Pengembangan skenario strategi Skenario strategi yang dikembangkan untuk menekan beban pencemaran

dari tipologi II dalam upaya pengendalian pencemaran perairan pantai Kota

Makassar yaitu skenario pesimistik, moderat, optimistik (Tabel 12).

Tabel 12. Prospektif faktor-faktor kunci pengendalian pencemaran tipologi II

Faktor Keadaan

Partisipasi Masyarakat 1A Menurun

1B Tetap

1C Meningkat

Pertumbuhan Penduduk

2A Tetap

2B Meningkat

2C Meningkat tinggi akibat urbanisasi

Pertumbuhan industri 3A

Tetap 3B

Meningkat 3C

Meningkat tinggi

Tabel 13. Skenario strategi pengendalian pencemaran pada tipologi II

No. Skenario Urutan Faktor

1. Pesimistik 1A-2C-3C

2. Moderat 1B-2A-3A

3. Optimistik 1C-2A-3B

C. Implikasi Penerapan Skenario Strategi Tipe aliran beban limbah tipologi II berpengaruh sedang terhadap

ekosistem perairan pantai Kota Makassar. Tingkat pertumbuhan penduduknya

tinggi dan terdapat kawasan industri Makassar (KIMA). Aliran tipologi ini berhulu

di Kota Makassar dan merupakan sungai drainase kota. Berdasarkan Tabel 12

dan 13 diperlihatkan faktor-faktor dominan dan kedudukan serta skenario strategi

yang mungkin terjadi pada tipologi II di masa depan. Pada Tabel 14 dijelaskan

implikasi dari skenario strategi yang dibuat.

Page 48: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

96

Tabel 14. Implikasi penerapan skenario strategi pengendalian pencemaran pada tipologi II

Skenario State Faktor Implikasi

Pesimistik

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran menurun menjadi 30% per tahun

• Pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 3%

• Pertumbuhan industri meningkat 0,2% per tahun

• Beban pencemaran yang bersumber dari domestik meningkat

• Beban pencemaran tidak memenuhi baku mutu

• Terjadi pencemaran dari industri

Moderat

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran 62% per tahun

• Pertumbuhan penduduk pada tingkat 2,22% per tahun

• Pertumbuhan industri pada tingkat 0,1% per tahun

• Beban pencemaran domestik meningkat

• Beban pencemaran tidak memenuhi baku mutu

• Jumlah penduduk meningkat

• Terjadi pencemaran dari industri

Optimistik

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran meningkat menjadi 75% per tahun

• Pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 2,5% per tahun

• Pertumbuhan industri meningkat 0,2% per tahun

• Beban pencemaran yang masuk ke perairan pantai memenuhi baku mutu

• Beban pencemaran dari sektor industri menurun

• Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pengendalian pencemaran pantai

D. Simulasi Penerapan Skenario Strategi pada Tipologi II

Skenario Pesimistik Penerapan skenario pesimistik pada tipologi II menghasilkan kinerja

sistem yang tidak mampu menekan beban pencemaran. Skenario didasarkan

pada pertumbuhan penduduk meningkat melebihi kondisi saat ini. Laju

pertumbuhan penduduk mencapai 3% per tahun mengakibatkan beban limbah

meningkat. Menurunnya partisipasi masyarakat menjadi 30% atau dengan kata

lain 70% penduduk masih membuang limbah ke sungai, pertumbuhan Industri

meningkat menjadi 2% per tahun di kawasan industri tanpa memanfaatkan IPAL

Page 49: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

97

akan mengakibatkan peningkatan beban limbah cukup besar diatas baku mutu

pada tahun 2015.

Gambar 39 memperlihatkan simulasi model terhadap skenario pesimistik

pada tipologi II. Sumber limbah non point masih merupakan sumber terbesar

beban limbah. Pertumbuhan industri tanpa memanfaatkan pengolahan limbah

cair akan menyumbang cukup besar beban limbah cair. Kualitas kedua sumber

beban limbah ini berada di atas baku mutu. Limbah cair penduduk dan hotel

berada di bawah baku mutu. Skenario ini memberikan beban limbah di atas baku

mutu.

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5Limb_Ind6

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2

4

5

6

Gambar 39. Prediksi beban limbah pada tipologi II dalam skenario pesimistik

sampai tahun 2015

Skenario Moderat Skenario moderat pada tipologi II didasarkan pada kondisi eksisting saat

ini. Kinerja sistem yang dihasilkan tidak mampu menekan meningkatnya beban

pencemaran di masa depan. Pertumbuhan penduduk pada tipologi II sebesar

2,22% per tahun dan masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk tidak

membuang limbah ke sungai, pertumbuhan industri sebesar 1% per tahun di

kawasan industri tanpa memanfaatkan IPAL akan mengakibatkan peningkatan

beban limbah dan masih berada diatas baku mutu di tahun 2015.

Gambar 40 memperlihatkan hasil simulasi model terhadap skenario

moderat tipologi II. Sumber non point dan industri merupakan penyumbang

Page 50: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

98

terbesar bebal limbah. Kualitas beban limbah ini berada di atas baku mutu yang

ditetapkan. Sedangkan kualitas beban limbah limbah cair penduduk dan hotel

berada di bawah baku mutu. Serupa dengan skenario pesimistik, skenario ini

memberikan beban limbah di atas baku mutu.

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5Limb_Ind6

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2 3

4

5

6

1

2

4

5

6

Gambar 40. Prediksi beban limbah pada tipologi II dalam skenario moderat

sampai tahun 2015

Skenario optimistik Skenario optimistik yang diterapkan pada tipologi II menghasilkan kinerja

sistem yang mampu menekan meningkatnya beban pencemaran di masa

depan. Kondisi pertumbuhan penduduk yang melebihi keadaan saat ini yaitu

sebesar 2,0% per tahun memberi peningkatan beban limbah, namun dengan

peningkatan kesadaran penduduk dari 62% menjadi 75% untuk tidak membuang

limbah ke sungai akan menurunkan beban limbah ke sungai, pertumbuhan

industri 2% per tahun di kawasan industri dengan memanfaatkan IPAL dengan

kapasitas 950.000 ton/tahun akan mengurangi peningkatan beban limbah dan

memenuhi baku mutu pada tahun 2015.

Hasil simulasi model pada Gambar 41 untuk skenario optimistik akan

memberikan beban limbah dari industri, penduduk dan hotel yang memenuhi

baku. Sumber non point masih merupakan beban limbah terbesar yang

menyebabkan pencemaran.

Page 51: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

99

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5Limb_Ind6

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

500,000

1,000,000

1,500,000

1

2 3

45

6

1

2 3

45

6

1

2 3

45

6

1

2 3

45

6

1

2 3

4

5

61

2 3

4

5

61

2 3

4

5

61

2 3

4

5

61

2 3

4

5

61

2 3

4

5

61

4

5

Gambar 41. Prediksi beban limbah pada tipologi II dalam skenario moderat

sampai tahun 2015

Berdasarkan analisis perbandingan terhadap ketiga skenario tersebut,

maka skenario yang paling mungkin di masa depan pada tipologi II adalah

dengan urutan skenario pesimistik 58%, moderat 30% dan optimistik 12%.

Gambar 42 memperlihatkan perbandingan skenario yang terjadi dimasa depan

terhadap sistem dalam menghasilkan beban limbah. Skenario optimistik

merupakan skenario yang diharapkan terjadi. Pilihan skenario pesimistik

mengakibatkan perlu dilakukan usaha-usaha yang dituangkan dalam bentuk

strategi-strategi pengendalian pencemaran perairan pantai.

Page 52: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

100

645209.28551111.96

195209.28238295.52

0100000200000300000400000500000600000700000

Beba

n Li

mba

h (to

n/ta

hun)

Pesimistik Moderat Optimistik Baku mutu

Gambar 42. Grafik perbandingan beban limbah organik dari skenario pesimistik, moderat dan optimistik pengendalian pencemaran tipologi II pada tahun 2015

4.6.3. Tipologi III A. Penentuan faktor kunci (dominan)

Identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya

pengendalian pencemaran perairan pantai pada tipologi III didasarkan pendapat

pakar. Diidentifikasi 13 faktor yang berpengaruh terhadap sistem pengendalian

pencemaran perairan pantai sebagai berikut:

(a) Persepsi masyarakat

Persepsi Masyarakat, adalah pandangan responden tentang kegiatan

pengendalian pencemaran pantai. Cara untuk mengetahui pandangan

tersebut yaitu melalui beberapa indikator pernyataan yang menjelaskan

pandangan responden terhadap (a) kegiatan pencegahan pencemaran

pantai, (b) kegiatan penanggulangan pencemaran pantai dan (c) kegiatan

dalam berpartisipasi pada pencegahan dan penanggulangan pencemaran

pantai.

(b) Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah tindakan atau keterlibatan responden dalam

usaha pengendalian pencemaran pantai secara langsung. Partisipasi diukur

dengan indikator yaitu: Partisipasi dalam pelaksanaan, yaitu partisipasi

responden dalam tahap pelaksanaan seperti membuang sampah di tempat

yang disediakan dan memelihara lingkungan pantai

Page 53: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

101

(c) Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk terjadi akibat pertambahan melalui kelahiran dan

urbanisasi serta pengurangan akibat kematian. Pertumbuhan penduduk

mempengaruhi jumlah limbah yang dihasilkan dari sektor domestik. Jumlah

penduduk didasarkan pada pertambahan historis tiap tahunnya pada setiap

tipologi.

(d) Fasilitas pengolahan limbah kota

Fasiltas pengolahan limbah yang dibangun oleh pemerintah untuk mengolah

limbah cair kota. Limbah cair berasal dari kegiatan domestik yang melalui

drainase kota.

(e) Biaya lingkungan

Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dan swasta untuk perbaikan

lingkungan tiap tahunnya.

(f) Kelembagaan

Wadah kerjasama antar stakeholder dalam upaya pengendalian pencemaran

perairan pantai.

(g) Dukungan pemerintah daerah

Pemerintah daerah baik eksekutif maupun legislatif berupaya untuk

mendukung pembagunan berwawasan lingkungan. Dukungan dapat berupa

fasilitas fisik maupun non fisik.

(h) Dukungan pihak swasta,

Pihak swasta adalah pengusaha yang berusaha di kota pantai. Memberikan

dukungan terhadap upaya pengendalian pencemaran melalui partisipasi aktif

dengan menekan beban limbah dan bantuan biaya.

(i) penataan ruang

Adalah upaya mengatur penempatan kegiatan sesuai peruntukannya agar

tidak mengganggu ekosistem perairan pantai yang ada. Kawasan pantai

sebaiknya memiliki batas untuk pemukiman dan industri.

(j) Penegakan hukum

Penegakan hukum adalah upaya aparat yudikatif untuk menghukum pelaku

pencemaran perairan pantai. Di Kota Makassar upaya penegakan hukum

terhadap pelaku pencemaran belum pernah dilakukan.

(k) Dukungan perguruan tinggi

Page 54: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

102

Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memberikan dukungan dalam

bentuk sumbangan pemikiran ilmu dan teknologi pengendalian pencemaran

perairan pantai.

(l) Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga non pemerintah yang dibentuk masyarakat untuk meningkatkan

kapasitas dan pengetahuan masyarakat dalam upaya pengendalian

pencemaran perairan pantai.

(m) Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Besarnya alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah terhadap upaya

pengendalian pencemaran pantai.

Diperoleh dua faktor yang kunci (dominan) yaitu pertumbuhan penduduk,

dan partisipasi masyarakat. (Gambar 43). Selanjutnya kedua faktor yang

berpengaruh dan saling ketergantungan digunakan untuk mendefenisikan dan

mengideskripsikan kemungkinan perubahan di masa depan bagi pengendalian

pencemaran perairan pantai Kota Makassar.

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

APBDDukungan LSM

Dukungan Perguruan Tinggi

Penegakan Hukum

Penataan Ruang

Dukungan Swasta

Dukungan PemdaKelembagaan

Persepsi Masy

Fasilitas Peng Limb KotaBiaya Lingk

Partisipasi Masy

Pertumb Penduduk

----------

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Ketergantungan

Peng

aruh

Gambar 43. Gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian pencemaran di tipologi III

Deskripsi masing-masing faktor kunci hasil analisis pengaruh langsung

antar faktor pada tipologi III sebagai berikut:

a) Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk memberikan pengaruh terhadap peningkatan beban

limbah yang masuk ke perairan pantai. Jumlah penduduk pada tipologi III

saat ini berjumlah 636.148 jiwa dengan laju pertumbuhan 0,54% per tahun.

Page 55: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

103

b) Partisipasi masyarakat

Keterlibatan responden dalam usaha pengendalian pencemaran pantai yang

secara langsung adalah bentuk partisipasi. Partisipasi masyarakat pada

tipologi III saat ini sebesar 74%.

B. Pengembangan Skenario Strategi

Skenario strategi pesimistik, moderat dan optimistik dikembangkan untuk

menekan beban pencemaran pada tipologi III. Faktor-faktor yang digunakan

untuk mensimulasi model adalah yang bersifat kuantitatif. Tabel 15 memperlihatkan faktor kunci yang berpengaruh pada tipologi III.

Tabel 15. Prospektif faktor-faktor kunci pengendalian pencemaran tipologi III

Faktor Keadaan

Pertumbuhan penduduk

1A Tetap

1B Meningkat

1C Meningkat tinggi akibat urbanisasi

Partisipasi Masyarakat

2A Menurun

2B Tetap

2C Meningkat

Tabel 16. Skenario strategi pengendalian pencemaran pada tipologi III

No. Skenario Urutan Faktor

1. Pesimistik 1C-2A

2. Moderat 1A-2B

3. Optimistik 1B-2C

C. Implikasi Skenario Strategi

Skenario strategi yang dibuat menggambarkan keadaan yang akan terjadi

dimasa depan. Skenario berdasarkan perubahan faktor-faktor dominan pada

suatu kedudukan (state). Pada tiap tipologi memiliki skenario startegi yang

berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan karakteristik kondisi fisik, kimia dan

sosial.

Tipologi III merupakan tipe aliran limbah yang berpengaruh kecil terhadap

perubahan ekosistem. Pada tipologi ini di wilayah Kota Makassar jumlah

penduduknya rendah dengan tingkat pertumbuhan yang rendah pula. Namun

pada aliran tipologi ini yang berhulu dan melalui Kabupaten Gowa mempunyai

kepadatan penduduk cukup tinggi, areal persawahan dan perkebunan. Kondisi

Page 56: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

104

perairan di muara sungai mempunyai arus yang kuat dan ombak cukup besar,

sehingga mampu mengurangi beban pencemaran. Berdasarkan Tabel 15 dan 16

diperlihatkan kedudukan dari faktor-faktor dominan dan skenario yang mungkin

terjadi di masa depan. Tabel 17 menjelaskan implikasi dari skenario strategi yang

dibuat pada tipologi III.

Tabel 17. Implikasi penerapan skenario strategi pengendalian pencemaran pada tipologi III

Skenario State Faktor Implikasi

Pesimistik

• Pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 3%

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran menurun menjadi 50%

• Beban pencemaran dari domestik meningkat

• Beban pencemaran tidak memenuhi baku mutu

• Partisipasi masyarakat rendah

Moderat

• Pertumbuhan penduduk tetap pada tingkat pertumbuhan 0,54%

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran 74%

• Beban pencemaran dari domestik meningkat

• Beban pencemaran tidak memenuhi baku mutu

Optimistik

• Pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,75%

• Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran meningkat menjadi 85%

• Peningkatan jumlah penduduk

• Partisipasi masyarakat meningkat

D. Simulasi Penerapan Skenario Strategi pada Tipologi III Menentukan pilihan skenario strategi yang mungkin terjadi di masa depan

dapat dilakukan setelah mengetahui implikasi dan hasil simulasi model. Berikut

ini dijelaskan simulasi penerapan skenario strategi pada tipologi III.

Skenario Pesimistik Penerapan skenario pesimistik pada tipologi III menghasilkan kinerja

sistem yang tidak mampu menekan beban pencemaran. Skenario yang

didasarkan pada pertumbuhan penduduk meningkat pesat dengan laju

pertumbuhan mencapai 2% per tahun. Terjadi penurunan partisipasi masyarakat

Page 57: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

105

dalam membuang limbah, sehingga 50% Penduduk yang bermukim di daerah

sekitar muara masih membuang limbah ke sungai. Kondisi ini akan

mengakibatkan peningkatan beban limbah jauh diatas baku mutu pada tahun

2015.

Gambar 44 memperlihatkan hasil simulasi model skenario pesimistik

pada tipologi III. Beban limbah (BL) di masa depan akan meningkat terutama

yang berasal dari sumber penduduk. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam

pengendalian pencemaran memberikan dampak yang cukup besar. Skenario ini

menghasilkan beban limbah yang melebihi baku mutu.

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

1

2 3

4 5

1

23

45

12

3

45

123

45

12

3

45

1 2

3

4

5

1 2

3

4

5

12

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

Gambar 44. Prediksi beban limbah pada tipologi III dalam skenario pesimistik

sampai tahun 2015

Skenario moderat Skenario moderat didasarkan pada kondisi eksisting saat ini. Kinerja

sistem tidak mampu menekan meningkatnya beban pencemaran di masa depan.

Pertumbuhan penduduk sebesar 0,54% per tahun dan 34% penduduk yang

bermukim di daerah aliran beban limbah membuang limbah ke sungai, akan

mengakibatkan peningkatan beban limbah sampai tahun 2015. Skenario ini lebih

baik dari keadaan skenario pesimistik.

Gambar 45 memperilhatkan hasil simulasi model terhadap skenario

moderat pada tipologi III. Beban limbah yang bersumber dari non point masih

cukup besar, sedangkan sumbangan limbah cair dari aktivitas penduduk jumlah

kecil dan berada di bawah baku mutu.

Page 58: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

106

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

500,000

1,000,000

1,500,000

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2

4

Gambar 45. Prediksi beban limbah pada tipologi III dalam skenario moderat

sampai tahun 2015

Skenario optimistik Perubahan signifikan pada skenario ini, kinerja sistem mampu menekan

meningkatnya beban pencemaran di masa depan. Pertumbuhan penduduk

0,75% per tahun di tipologi ini menambah beban limbah dibanding skenario

moderat, namun upaya peningkatan partisipasi penduduk sebesar 90% untuk

tidak membuang limbah ke sungai mengurangi akan beban limbah. Kondisi ini

jauh lebih baik dibanding skenario pesimistik dan moderat. Skenario ini diyakini

akan menurunkan beban limbah hingga mencapai baku mutu pada tahun 2015.

Gambar 46 memperlihatkan hasil simulasi model untuk memprediksi

beban limbah di masa depan terhadap skenario optimistik pada tipologi III.

Skenario optimistik menghasilkan beban limbah yang tidak jauh berbeda dengan

skenario moderat. Beban limbah yang sebagian besar disumbangkan oleh

sumber non point (NP) berada di atas baku mutu, namun sumber dari aktivitas

penduduk dan hotel berada di bawah baku mutu.

Page 59: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

107

TAHUN

BM1Lcp2Lch3NP4BL5

2,005 2,007 2,009 2,011 2,013 2,015

500,000

1,000,000

1,500,000

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2 3

4 5

1

2

4

Gambar 46. Prediksi beban limbah pada tipologi III dalam skenario optimistik

sampai tahun 2015

Berdasarkan analisis perbandingan ketiga skenario tersebut serta dengan

memperhatikan kajian pemodelan sistem, maka skenario yang paling mungkin di

masa depan adalah dengan urutan skenario pesimistik 30%, moderat 68% dan

optimistik 12%. Hasil akhir skenario mencerminkan bahwa perlu dilakukan suatu

upaya pencegahan agar dapat dicapai kondisi yang diharapkan dengan suatu

dorongan kebijakan yang kondusif.

Gambar 47 memperlihatkan perbandingan skenario yang terjadi di masa

depan terhadap sistem dalam menghasilkan beban limbah. Skenario optimistik

merupakan skenario yang diharapkan terjadi, namun pilihan skenario adalah

moderat, sehingga diperlukan usaha-usaha yang dituangkan dalam bentuk

strategi-strategi pengendalian pencemaran perairan pantai.

Page 60: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

108

775299.95

10775.59

6387.24238295.52

0

200000

400000

600000

800000

1000000

Beba

n Li

mba

h (to

n/ta

hun)

Pesimistik Moderat Optimistik Baku mutu

Gambar 47. Grafik perbandingan beban limbah organik dari skenario pesimistik, moderat dan optimistik pengendalian pencemaran pada tipologi III pada tahun 2015

4.7. Strategi Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai Rumusan strategi pengendalian pencemaran yang disarankan pada tiap

tipologi adalah:

Tipologi I - Meskipun tingkat pertumbuhan dapat dikatakan rendah yaitu 0,74% per

tahun, namun jumlah dan kepadatan penduduk cukup tinggi, sehingga

diperlukan upaya untuk mengontrol tingkat pertumbuhan penduduk.

- Partisipasi masyarakat pada tipologi I masih rendah yaitu sebesar 50%.

Maka perlu melakukan upaya peningkatan partisipasi masyarakat untuk

mengurangi beban limbah.

- Hal yang terpenting untuk menekan beban limbah ke perairan pantai agar

memenuhi baku mutu adalah mengupayakan pembangunan instalasi

pengolahan air limbah. Kapasitas IPAL yang sarankan minimal 168.000 ton

per tahun. Pembangunan dilakukan pada setiap outlet beban limbah.

Tipologi II - Peningkatan partisipasi masyarakat perlu dilakukan untuk mengurangi

beban limbah. Partisipasi masyarakat sebesar 64% masih perlu

ditingkatkan.

- Tingkat pertumbuhan penduduk pada tipologi II cukup tinggi yaitu sebesar

2,22% per tahun. Meskipun jumlah dan kepadatan penduduk rendah, perlu

mewaspadai pertumbuhan penduduk dimasa depan dengan mengontrol

tingkat pertumbuhannya.

Page 61: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40788/4/BAB IV... · DAM Bili-bili, maka sedimen yang ... daerah wisata renang dan penginapan

109

- Sektor industri yang diduga memberikan beban limbah yang besar pada

tipologi ini perlu mendapat perhatian. Pertumbuhan yang masih rendah

dapat ditingkatkan sebesar 0,2% per tahun. Namun perlu melakukan upaya

pengontrolan beban limbah dari kawasan industri.

Tipologi III - Tingkat pertumbuhan, jumlah dan kepadatan penduduk pada tipologi III dapat

dikatakan rendah. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,54% per tahun

dapat dipertahankan agar tidak memberikan beban limbah yang besar di

masa yang akan datang.

- Partisipasi masyarakat sudah relatif tinggi yaitu 74%, namun perlu

ditingkatkan untuk mencegah terjadinya pencemaran. Partisipasi melalui pola

hidup bersih dengan menerapkan 4R ( reduce, reuse, recycle dan replant)

dapat menekan beban limbah ke perairan pantai.

Tabel 18 menyajikan hasil kajian dan pilihan responden terhadap prioritas

strategi pengendalian yang diterapkan pada tiga tipolgi aliran beban

pencemaran. Pemerintah Kota Makassar perlu menerapkan strategi

pengendalian strategi pengendalian yang berbeda untuk tiap tipologi aliran

beban limbah. Pada tipologi I adalah membangun instalasi pengolahan limbah

cair, karena sumber non point menyumbang limbah terbesar dibanding dari

penduduk dan hotel. Pada tipologi II prioritasnya adalah mengontrol limbah dari

kawasan industri, karena merupakan sumber limbah terbesar setelah sumber

non point. Pada tipologi III prioritas strategi yang diterapkan adalah peningkatan

partisipasi masyarakat dalam penanggulangan pencemaran, karena sumber

limbah terbesar pada tipologi III berasal dari non point.

Tabel 18. Strategi pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar

Tipologi Strategi Pelaksana

I

Pembangunan instalasi pengolahan air limbah. Kapasitas IPAL yang sarankan minimal 168.000 ton per tahun. Pembangunan dilakukan pada setiap outlet beban limbah.

Pemda, swasta dan perguruan tinggi

II Pengontrolan beban limbah dari kawasan industri.

Pemda dan swasta

III

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi pencemaran pantai melalui pola hidup bersih dengan menerapkan 4R ( reduce, reuse, recycle dan replant).

Pemda, mayarakat, LSM, perguruan tinggi