ius constituendum kewenangan dan fungsi dpd melalui amandemen ke v undang-undang dasar negara...

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstitusi adalah Hukum dasar yang di jadikan pegangan dalam penyelengaraan suatu negara, konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim di sebut undang-undang dasar dan dapat pula tidak tertulis, undang – undang dasar menempati tata urutan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara , dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang kedaulatan tertinggi , sturktur negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan kekuasaan legislatif, kekuasaan peradilan dan berbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat. 1 Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyrakat dan dalam praktek penyelengaraan negara turut mempengaruhi perumusan pada naskah dengan demikian suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofi , sosiologis , polittis dan histori perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu di pahami denganseksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat pada pasal – pasal undang-undang dasar. 2 Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi dan paling fundamental sifatnya karena merupakan sumber legitimasi atau landasan otoritas bentuk –bentuk hukum atau peraturan perundang- undangan lainya , sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku univeral agar peraturan yang tingkatanya berada di bawah undang-undang dasar 1 Pimpinan Mpr dan Tim kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan berbangsa dan bernegara,(jln.jendral Gatot Subroto No 6 jakarta,Sekretariat Jendral MPR RI 2014 ) hal.117 2 Ibid 118-119

Upload: hidayat-muhtar

Post on 24-Jan-2017

63 views

Category:

Law


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstitusi adalah Hukum dasar yang di jadikan pegangan dalam penyelengaraan suatu

negara, konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim di sebut undang-undang dasar dan

dapat pula tidak tertulis, undang – undang dasar menempati tata urutan peraturan perundang-

undangan tertinggi dalam negara , dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman

tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang kedaulatan tertinggi , sturktur negara, bentuk negara,

bentuk pemerintahan kekuasaan legislatif, kekuasaan peradilan dan berbagai lembaga negara serta

hak-hak rakyat.1

Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam

masyrakat dan dalam praktek penyelengaraan negara turut mempengaruhi perumusan pada naskah

dengan demikian suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofi , sosiologis , polittis dan

histori perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu di pahami denganseksama,

untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat pada pasal –pasal undang-

undang dasar.2

Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi dan paling fundamental sifatnya karena

merupakan sumber legitimasi atau landasan otoritas bentuk –bentuk hukum atau peraturan perundang-

undangan lainya , sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku univeral agar peraturan yang

tingkatanya berada di bawah undang-undang dasar dapat berlaku dan di berlakukan , peraturan itu

tidak boleh bertantangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut .

Pengaturan sedemikian rupa menjadikan dinamika kekuasaan dalam proses penyelengaraan

pemerintahan dan negara dapat di batasi dan di kendalikan sebagaimana mestinya, dengan demikian

paham konstitusionalisme dalam suatu negara merupakan konsep yang seharusnya ada .

Paham konstitusionalisme berawal dari di pergunakanya konstitusi sebagai hukum dalam

penyelengaraan negara, konstitusionalisme mengatur pelaksanaan rule of law ( supremasi hukum )

dalam hubungan individu dengan pemerintahan. Konstitusionalisme menghadirkan situasi yang dapat

memupuk rasa aman, karena adanya pembatasan terhadap wewenang pemerintah yang telah di

tentukan terlebih dahulu , konstitusionalisme mengemban the limited state ( negara terbatas ), agar

penyelengaraan negara dan pemerintahan tidak sewenag-wenang dan hal di maksud dinyatakan serta

di atur secara tegas dalam pasal- pasal konstitusi .1 Pimpinan Mpr dan Tim kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan berbangsa dan bernegara,(jln.jendral Gatot Subroto No 6 jakarta,Sekretariat Jendral MPR RI 2014 ) hal.1172 Ibid 118-119

Page 2: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Menurut jhon alder dan Daniel S.lev paham konstitusionalisme adalah suatu paham negara

terbatas di mana kekuasaan politik resmi di kelilinggi oleh hukum yang akan mengubah kekuasaan

menjadi wewenang yang di tentukan secara hukum , sehingga pada intinya konstitusionalisme adalah

suatu proses hukum yang mengatur masalah pembagian kekuasaan dan wewenang .

Pada prinsipnya paham konstitusionalisme adalah menyangkut prinsip pembatasan

kekuasaan, konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain : pertama

, hubungan antara pemerintah , dengan warga negara dan kedua, hubungan antar lembaga

pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintah lainya . karena itu biasanya isis konstitusi di

maksudkan untuk mengatur tiga hal penting , yaitu menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ

negara ,mengatur hubungan antara lembaga –lembaga negara yang satu dengan lainya dan mengatur

hubungan kekuasaan antara lembaga –lembaga negara dengan warga negara .3

Era reformasi memberikan harapan bagi terjadinya perubahan menuju penyelengaraan negara

yang lebih demokratis , transparan dan memiliki akintabilitas tinggi serta terwujudnya good

governance dan adanya kebebasan berpendapat , semuanya itu di harapakan makin mendekatkan

bangsa pada pencapaian tujuan nasional sebagaimana terdapat dalam pembukaan Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Untuk itu gerakan reformasi di harapkan mampu

mendorong perubahan mental bangsa indonesia , baik pemimpin maupun rakyat , sehingga mampu

menjadi bangsa yang menganut dan menunjung tinggi nilai – nilai kebenaran, keadilan kejujuran ,

tangungjawab, persamaan , serta persaudaraan .4

Pada awal reformasi, berkembang dan populer di masyarakat banyak tuntutan reformasi yang

di desakan oleh berbagai komponen bangsa , termasuk mahasiswa dan pemuda , tuntutan itu antara

lain adalah : Amandemen Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tuntutan perubahan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang di

gulirkan oleh berbagai kalangan masyarakat dan kekuatan sosial politik di dasarkan pada pandangan

bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 belum cukup memuat landasan

bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat , dan penghormatan HAM.

Selain itu di dalamnya terdapat pasal-pasal yang menimbulkan multitafsir dan membuka

peluang bagi penyelengaraan negara yang otoriter , sentralistik , tetututp , dan KKN yang

menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan .

3 Ibid 119-1204 Pimpinan Mpr dan Tim kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014,Panduan Pemasyarakatn Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan MPR RI ,(jln.jendral Gatot Subroto No 6 jakarta,Sekretariat Jendral MPR RI 2014 ) hal.5

Page 3: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Tuntutan perubahan Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada era

reformasi tersebut merupakan satu langkah terobosan yang mendasar karena pada era sebelumnya

tidak di kehendaki adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.5

Dalam Perkembangan tuntutan perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 itu menjadi kebutuhan bersama bangsa indonesia, selanjutnya tuntunan itu di wujudkan

secara komperhensif , bertahap , dan sistematis dalam empat kali perubahan undang –undang dasar

negara republik indonesia Tahun 1945 pada emapat sidang MPR sejak taahun 1999 samapai dengan

2002 .

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 yang di lakukan oleh MPR

RI, selain merupakan perwujudan tuntutan reformasi , juga sejalan dengan pidato Ir.Soekarno , ketua

panitia penyusunan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam rapat

panitia persiapan kemerdekaan indonesia ( PPKI ) tangal 18 Agustus 1945.pada kesempatan itu ia

menyatakan antara lain : “Bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar kilta , bahwa barangkali

boleh di katakan pula, inilah Revolutiiegrondwet.nanti kita membuat undang –undang dasar yang

lebih sempurna dan lengkap’’.6

Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945,

banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945, memang

amandemen tdak di maksudkan untuk menganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan

prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUD-nya itu sendiri ,

amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang di jadikan lampiran otentik bagi UUD

tersebut , dengan sendirimya amandemen di lakukan dengan melakukan berbagai perubahan pada

pasal-pasal maupun memberikan tambahan – tambahan ,

Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentinganya amandemen UUD 1945 adalah tidak

adanya sistim kekuasaan dengan”check and balance” terutama terhadap kekuasaan eksekutif terhadap

UUD 1945 adalah marupakan suatu keharusan , karena hal itu akan mengantarkan bangsa indonesia

ke arah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketetanegaraan.

Amandemen terhadap UUD 1945 di lakukan oleh bangsa indonesia sejak tahun 1999 di mana

amandemen pertama di lakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhdap pasal 9 UUD

1945 , kemudian amandemen ke dua di lakukan pada tahun 2000, amandemen ke tiga di lakukan pada

tahun 2001 , dan amandemen ke empat di lakukan pada tanggal 10 agustus 2002 7.

5 Ibid hal 66 Ibid hal 7-87 Prof.Dr.H.Kaelan,Pendidikan kewarganegaraan,(Paradigma,Yogyakarta,2016),Hal.106-107

Page 4: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Tujuan di lakukan perubahan undang –undang dasar negara republik tahun 1945 untuk :

1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan

nasional yang terulang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 dan memperkokoh Negara kesatuan republik indonesia yang

berdasarkan pancasila .

2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat

serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham

demokrasi .

3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi

manusia agar sesuai perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat

manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum di cita-citakan

oleh Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Menyempurnakan aturan dasar penyelengaraan negara secara demokratis dan

modern, anatar lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistim saling

mengawasi dan saling megimbangi ( check and balance yang lebih ketat , transparan

dan pembentukan lembaga –lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi

perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman .

5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstutisional dan kewajiban

negara mewujudkan kesejahtraan sosial , mencerdaskan kehidupan berbangsa dan

bernegara , menegakan etika , moral dan solidaritas bernegara , sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara sejahtra .

6. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelengaraan negara bagi

eksitensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan

wilayah negara dan pemilihan umum .

7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa , sesuai

dengan perkembangan aspirasi , kebutuhan , serta kepentingan bangsa dan negara

indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecenderungan untuk kurun waktu

yang akan datang .

Dasar yuridis perubahan undang –undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 adalah :

MPR Melakukan perubahan berpedoman pada ketentuan pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur prosedu perubahan UUD NRI Tahun 1845, naskah

yang menjadi objek perubahan adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

yang di tetapkan pada tanggal 18 agustus 1945 dan di berlakukan kembali dengan dekrit presiden

pada tangal 5 juli 1959 serta di lakukan secara aklamasi pada tangal 22 juli 1959 oleh Dewan

Perwakilan Rakyat sebagaimana tercantum dalam Lemabar negara Nomor 75 Tahun 1959 .

Page 5: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Sebelum melakukan perubahan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 ,

MPR dalam sidang istimewa tahun 1998 mencabut Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 tentang

referendum , yang mengharuskan terlebih dahulu penyelengaraan referendum secara nasional dengan

persayaratan yang sedemikian sulit sebelum sebelum di lakukan perubahan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh MPR.putusan Majelis itu sejalan dengan kehendak untuk

melakukan perubahan undang-undang dasar dasar negara republik indonesia tahun 1945 dengan

mengunakan aturan yang ada di dalam Undang-Undang dasar itu sendiri, yaitu pasal 37 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.8

Tuntunan perubahan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada awal

reformasi terus berkembang, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun oleh kekuatan sosial politik

termasuk partai politik. Tuntutan itu kemudian di perjuangkan oleh fraksi –fraksi MPR.9

Tuntutan reformasi yang mengkehendaki agar Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 di ubah adalah : sebenarnya telah di awali dalam sidang istimewa MPR yang

pertama kalinya di selengarakan pada era reformasi tersebut, MPR telah menerbitkan tiga ketetapan,

ketetpan itu memang tidak secara langsung mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia, tetapi telah menyentuh muatan Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Pertama Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR Nomor

IV/MPR/1983 tentang Referendum . ketetapan MPR tentang referendum itu menetapkan bahwa

sebelum dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945harus di lakukan Referendum nasioanl untuk itu , yang di sertai dengan persayaratan yang

sedemikian rumit .

ke dua ketetapan MPR nomor XII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan presiden dan

wakil presiden indonesia. Ketiga ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi

Manusia , dengan terbitnya ketetapan itu dapat di lihat sebagai penyempurnaan ketentuan mengenai

hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, seperti pasal 27: pasal 28: pasal : 29 ayat (2).

Ketiga,Terbitnya ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1998 , ketetapan MPR Nomor

XIII/MPR/1998, dan Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 dapat di katakan sebagai langkah awal

bangsa indonesia dalam melakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Republik

Tahun 1945.

8 Majelis permusyawaratan Rakyat, Panduan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ( Sekretariat Jendaral MPR RI, 2014) Hal.12-149 Ibid hal 15.

Page 6: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Setelah terbitnya tiga ketetapan MPR Itu tersebut, kehendak dan kesepakatan untuk

melakukan perubahan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 makin mengkristal

di kalangan masyarakat , pemerintah dan kekuatan sosial politik termasuk partai politik.10

Dengan adanya perjalanan perubahan undang –undang Dasar Negara Republik indonesia

tentu memberikan warna baru terhadap tata aturan hukum yang berlaku saat ini,sehingga tata aturan

tersebut di jadikan pijakan untuk mengatur berbagai macam pergaulan hidup manusia termasuk

tentang urusan ketatanegaraan, aturan yang berlaku saat inilah yang di kenal sebagai hukum positif

atau dengan istilah Ius Constitutum, selain itu di dalam hukum juga mengenal istilah Ius

Constituendum yang pada prinsipnya memiliki perbedaan dengan hukum positif.

Ius Constitutum adalah hukum positif suatu negara yaitu hukum yang berlaku dalam suatu

negara pada suatu saat tertentu sebagai contoh : hukum indonesia yang berlaku saat dewasa ini di

namakan ius constitutum atau bersifat hukum fositif, juga di namakan tata hukum di inonesia,

demikian pula hukum di amerika , yang berlaku sekarang, ingris,Rusia, Jepang dan lain-lain.

Ius Constituendum adalah hukum yang di cita-citakan oleh pergaulan hidup dan negara, tetapi

belum merupakan kaidah hukum dalam bentuk undang-undang atau berbagai ketentuan

lain.perbedaan keduanya adalah didsasarkan pada perkembagan sejarah tata hukum tertentu , seperti

di katakan oleh W.L.G Lemdire( 1952 ) nahwa hukum menerbitkan pergaulan hidup manusia suatu

tempat tertentu dan dalam jangka wajtu terbentuk dan akan hilang , jadi bisa di katakan bahwa Ius

Constitutum sekarang adalah Ius Constituendum pada masa lampau .

Oleh purnabi dan purbacaraka dan soerjono soekanto(1980) di tegaskan bahwa perbedaan Ius

Constitutum dan Ius constituendum merupakan suatu abstraksi dari fakta bahwa sesunguhnya segala

sesuatu merupakan suatu proses perkembangan.

Demikian bahwa hukum pun merupakan suatu lembaga masyrakat yang senantiasa

mengalami perkembangan , sedemikian rupa, sehingga apa yang di cita-citakan pada saatnya terwujud

menjadi kenyataan, sebaliknya yang sedang berlaku menjadi pudar di telan waktu karena telah tidak

cocok lagi ( mengalami deskrapansi atau kesenjangan anatara Kaidah dan kenyataan sosial).11

Sehingga menurut hemat pribadi penulis bahwa ius constituendum adalah serangkaian hukum

yang di angan-angankan oleh masyarakat dalam mengatur tatanana pergaulan masyarakat dalam

sebuah negara , termasuk di negara indonesia, artinya hukum menajdi acuan di dalam mengatur

tatanan hidup masyarakat, menjadi norma dasar dalam pergaulan serta bersifat mengikat bagi seluruh

elemen bangsa.

Dewasa ini adanya semangat untuk melakukan amandemen tentu sangat di nanti oleh seluruh

elemen bangsa indonesia hal ini di sebabkn dengan adanya perubahan undang-undang dasar negara

republik indonesia maka sangat jelas tentu akan merubah sistim ketatanegaraan bangsa indonesia saat

ini , hal ini dapat di lihat pada masa sebelumnya adanya perubahan Undang-Undang Dasar melahirkan

10 Ibib Hal 20-2211 Dr.Soedjono Dirdjosisworo,Sh,Pengantar Ilmu Hukum,Jakarta,PT.raja Grafindo persada, 2008 Hal.163-164

Page 7: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Lembaga baru bagi sistim pemerintahan indonesia yang kita kenal sebagai Lembaga Perwakilan,

lembaga perwakilan yang di maksud adalah Dewan Perwakilan Daerah.

Hal ini dapat di lihat dalam amanat undang –undang dasar negara republik indonesia tahun

1945 pada pasal 22C dan 22D . dengan rumusan sebagai berikut :

BAB VIIA

Dewan Perwakilan Daerah

Pasal 22C

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah di pilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.

(2) Anggota perwakilan daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumalah seluruh

anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan

Perwakilan Rakyat .

(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun .

(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di atur dengan Undang-

Undang.

Dari amanat Undang-undang dasar di atas maka sangat jelas bahwa untuk menjadi anggota

Dewan Perwakilan Daerah sangatlah tidak mudah, menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah harus

berasal dari provinsi yang mengutusnya, di samping itu hal yang perlu di perhatiakan di dalam

menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah proses seleksi menjadi anggota dewan perwakilan

daerah sangatlah sulit karena setiap calon anggota dewan perwakilan daerah harus mampu meraup

suara terbanyak dan di seleksi di luar partai politik sehingga dapat di katakan bahwa untuk menjadi

anggota dewan perwakilan tidaklah mudah. Selain itu pasal yang mengatur tentang Dewan Perwakilan

Daerah dapat di lihat pada pasal sebagai berikut :

Pasal 22D

(1) Dewan Perwakilan dapat mengajukan kepada Dewan perwakilan rakyat rancangan undang-

undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah , pembentukan

dan pemekaran serta pengabungan daerah , pengelolaansumber daya alam dan sumber daya

ekonomi lainya, serta yang berkaitan dengan perlimpahan keuangan pusat dan daerah.

(2) Dewan Perwakakilan daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah , pembentukan dan pemekaran serta

pengabungan daerah , pengelolaansumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainya, serta

yang berkaitan dengan perlimpahan keuangan pusat dan daerah, serta memberikan

pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas Rancangan undang-undang angaran

pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

pajak,pendidikan dan agama .

(3) Dewan Perwakilan Daerah melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang

mengenai : Otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan pengabungan, hubungan pusat

dan daerah pengololaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainya, pelaksanaan

Page 8: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

angaran pendapatan dan belanja negara, pajak , pendidikan , dan agama , serta menyampaikan

hasil pengawasanya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk

di tindaklanjuti.

(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat di berhentikan dari jabatanya, yang syarat –syarat

dan tata caranya di atur dalam undang-undang.12

Dari uraian di atas maka dengan Adanya amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang mengakomodir dan mengatur tentang lembaga perwakilan dalam hal ini

adalah Dewan Perwakilan Daerah atau yang di singkat dengan DPD maka ini merupakan angin segar

di dalam sisitim lembaga perwakilan artinya adanaya cita untuk dapat melakukan perubahan yang

mengatur tentang kepentingan pusat dan daerah sehingga semua urusan daerah dapat di jalankan

dengan baik.

Di samping itu adanya semangat pembentukan dewan perwakilan semata-mata di maksudkan

untuk mewujudakan check and belance antar lembaga perwakilan sehingga Dewan Perwakilan

Daerah saling mengawasi dan mengimbanggi dalam urusan-urusan yang menyangkut tentang

kebijakan daerah, yang pada prinsipnya di maksudkan agar setiap urusan daerah dapat mudah di

laksanakan dengan baik,

Dewan perwakilan Daerah memiliki peranan yang sangat penting di dalam sistim

ketatanegaraan, adanya kedudukan sebagai lembaga perwakilan yang berasal dari berbagai daerah

sehingga hal ini di maksudkan untuk dapat memberikan warna baru di dalam sistim lembaga

perwakilan yang secara tidak langsung memiliki kedudukan sederajat dengan Dewan Perwakilan

Rakyat, adanya kewenangan yang di berikan dan di jamin oleh konstitusi seharusnya Dewan

Perwakilan Daerah mampu menjadi sebuah lembaga yang ideal di dalam menjalani tugas dan tangung

jawab DPD, misalnya mampu mengakomodir kepentingan rakyat dan daerah di dalam perumusan

kebijakan nasional, mampu memperjuangkan hak-haj rajyat dan daerah sesuai dengan apa yang di

jamin di dalam konstitusi.

Sehingga melalui perubahan Undang-undag dasar negara republik indonesia tahun 1945

melahirkan sebuah lembaga baru dalam struktur ketatanegaraan indonesia , yakni Dewan Perwakilan

Daerah.dengan kehadiran DPD dalam sisitim perwakilan indonesia , DPR harusnya di dukung dan di

perkuat oleh DPD , di mana DPR sebagai lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi dan paham politik

rakyat sebagai pemegang kedaulatan , sedangkan DPD merupakan Lembaga untuk meningkatkan

agresi dan akomodasi kepentingan daerah-daerah serta keanekaragaman aspirasi daerah dalam

perumusan kebijakan nasional yang brkaitan dengan negara dan daerah- daerah , selain itu untuk

mencapai percepatan demokrasi , pembangunana dan kemajuan daerah secara serasi dan seimbang

untuk mewujudkan kesejahtraan rakyat. maka dengan adanya DPD akan memberikan sebuah sistim

check and belance artinya sistim saling mengawasi dan mengimbangi antar cabang kekuasaan negara

12 Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,atau yang di singkat dengan UUD NRI Tahun 1945, Bab VII A Dewan Perwakilan Daerah Pasal 22C,22D.

Page 9: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

dan antar lembaga legislatif sendiri di dalam sistim ketatanegaraan, tetapi realita yang terjadi di dalam

perkembangan sistim lembaga perwakilan dalam hal ini DPD justru kewenangan dan fungsi DPD

sebagai penyalur keanekaragaman aspirasi daerah tidak dapat di jalankan seutuhnya hal ini di

sebababkan adanya kewenangan dan fungsi DPD yang masih sangat lemah di dalam bidang legislasi ,

anggaran, pengawasan ,dan pertimbangan, Dari uraian di atas maka penulis melakukan penilitian

dengan judul “ IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI

AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 1945’’

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kewenangan dan fungsi DPD Hasil amandemen Ke IV Tahun 1999-2002

2. Bagaimana Ius Constituendum kewenangan dan fungsi melalui amandemen ke V.

1.3 Tujuan Penilitian

1. Untuk Mengetahui dan menganalisis kewenangan dan Fungsi DPD hasil amandemen ke

IV tahun 1999-2002.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis Ius Constituendum Kewenangan dan fungsi DPD

melalui amandemen ke V.

1.4 Manfaat Penilitian

Gambaran mengenai tujuan- tujuan di atas, dapat di simpulkan bahwapenilitian ini di

harapakan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis penilitian ini bermanfaat sebagai bahan pemikiran yang dapat di jadikan

sebagai sumber referensi atau evaluasi mengenai kewenangan dan fungsi DPD hasil

amandemen ke IV tahun 1999-2002.

2. Secara praktis penilitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dan pengembangan ilmu

pengetahuan bagi peniliti di bidang hukum, mahasiswa dan berbagai pihak yang melakukan

penilitian menyangkut Ius Constituendum kewenangan dan fungsi DPD terhadap gagasan

amandemen ke V Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia .

Page 10: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Lembaga Negara

Lembaga negara bukan merupakan sebuah konsep yang secara terminologis

memiliki istilah tunggal dan seragam. Di dalam kepustakaan Inggris, lembaga negara disebut

dengan menggunakan istilah political institution, sedangkan dalam terminologi bahasa

Belanda terdapat istilah staat organen.13 Di Indonesia, dikenal beberapa istilah yaitu: lembaga

negara, badan negara, organ negara dan alat pelengkap negara yang tak jarang istilah itu

saling dipertukarkan satu sama lain.

Dalam hal peristilahan Jimly mengemukakan bahwa istilah lembaga, organ, badan,

dan alat perlengkapan itu seringkali dianggap identik dan karena itu sering saling

dipertukarkan. Akan tetapi, satu sama lain sebenarnya dapat dan memang perlu dibedakan,

sehingga tidak membingungkan. Untuk memahaminya secara tepat, maka perlu mengetahui

persis apa yang dimaksud dengan kewenangan dan fungsi. Sebagai contoh, Jimly

mengemukakan misalnya di dalam Dewan Perwakilan Rakyat ada badan kehormatan, tetapi

di dalam Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dapat dibentuk Dewan Kehormatan.

Artinya, yang mana yang lebih luas dan yang mana yang lebih sempit dari istilah dewan,

badan, dan lembaga sangat tergantung konteks pengertian yang dimaksud di dalamnya. Yang

penting untuk dibedakan apakah lembaga atau badan itu merupakan lembaga yang dibentuk

oleh dan untuk negara atau oleh dan untuk masyarakat.14

13 Firmansyah Arifin, et.al., Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, (Jakarta; Konsorsium Reformasi Hukum Nasional, 2005), hlm. 29.

14 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara pasca Reformasi (Jakarta; Setjen dan Kepaniteraan MK RI, 2006), hlm. 31-32.

Page 11: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Dalam Kamus Hukum, yang ditulis oleh Andi Hamzah15, lembaga negara diartikan

sebagai badan atau organisasi kenegaraan. Sedangkan dalam kamus Dictionary of Law,

Institution diartikan sebagai (1) an organisation or society set up for particular purpose

(sebuah organisasi atau perkumpulan yang dibentuk untuk tujuan tertentu), dan (2) building

for a special purpose (bangunan yang dibentuk untuk tujuan tertentu).16

Menurut Hans Kelsen, bahwa siapapun yang menjalankan fungsi yang ditetapkan oleh

tatanan hukum merupakan sebuah organ. Lebih lanjut dikatakan bahwa parlemen yang

menetapkan undang-undang dan warga negara yang memilih para wakilnya melalui

pemilihan umumnya sama-sama merupakan organ dalam arti luas. Demikian pula hakim

yang mengadili dan menghukum penjahat dan terpidana yang menjalankan hukuman tersebut

di lembaga pemasyarakatan, juga merupakan organ negara.17 pendek kata, dalam pengertian

yang luas ini organ negara itu identik dengan individu yang menjalankan fungsi atau jabatan

tertentu dalam konteks kegiatan bernegara. Inilah yang disebut sebagai jabatan publik atau

pejabat umum (public offices) dan pejabat publik (publik officials).18

Selain itu, Hans Kelsen juga mengemukakan adanya pengertian organ negara dalam

arti yang sempit, yaitu pengertian organ dalam arti materil. Individu dikatakan organ negara

hanya apabila ia secara pribadi memiliki kedudukan hukum yang tertentu.19

Secara konseptual, tujuan diadakannya lembaga negara atau alat-alat kelengkapan

negara selain untuk menjalankan fungsi negara, juga untuk menjalankan fungsi pemerintahan

secara aktual dijelaskan oleh Sri Soemantri, lembaga-lembaga itu hanya membentuk suatu

15 Andi Hamzah, Kamus Hukum, dikutip dalam Gunawan A. Tauda, Komisi Negara Independen..., op.cit., hlm. 53.

16 P.H. Collin, Dictionary of Law, dikutip dalam Gunawan A. Tauda, ibid.17 Dikutip dalam Jimly Asshiddiqie, Perkembangan..., op.cit., hlm. 32.18 Ibid.19 Ibid., hlm. 32.

Page 12: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

kesatuan proses yang satu sama lain saling berhubungan dalam rangka penyelenggaraan

fungsi negara, yang ia istilahkan sebagai actual governmental mechanism.20

Dalam setiap pembicaraan tentang organisasi negara, terdapat dua unsur pokok yang

saling berkaitan, yaitu organ, dan functie. Organ adalah bentuk atau wadahnya, sedangkan

functie adalah isinya. Organ adalah bentuknya, sedangkan functie adalah gerakan wadah itu

sesuai maksud pembentukannya.

Dalam naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, organ-

organ yang dimaksud ada yang disebut secara eksplisit namanya, dan ada pula yang disebut

secara eksplisit hanya fungsinya. Ada pula lembaga atau organ negara yang disebut baik

namanya maupun fungsi atau kewenangannya akan diatur dengan peraturan yang lebih

rendah.

Jika kita menelisik pada teori klasik, yaitu trias politica yang dikemukakan oleh

Montesquieu bahwa tercermin ada tiga lembaga kekuasaan, yaitu lembaga legislatif

(pembentuk hukum atau undang-undang negara), lembaga eksekutif (penerapan hukum sipil),

dan lembaga yudikatif (pelaksana sistem peradilan). Namun oleh Jimly Asshiddiqie21

dikatakan bahwa teori trias politica yang diidealkan oleh Montesquie ini jelas tidak relevan

lagi dewasa ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organisasi

tersebut hanya berurusan secara ekslusif dengan salah satu dari ketiga fungsi kekuasaan

tersebut. Kenyataan dewasa menunjukan bahwa hubungan antar cabang kekuasaan itu tidak

mungkin tidak saling bersentuhan, dan bahkan ketiganya bersifat sederajat dan saling

mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip check and balances.

2.2. Demokrasi dan kedaulatan rakyat

Banyaknya negara yang mengklaim sebagai negara demokrasi meski dengan

definisi dan kriteria masing-masing negara, namun harus diakui sampai sekarang istilah

demokrasi itu sudah menjadi bahasa umum yang menunjuk kepada pengertian sistem politik

20 Sri Soemantri, Tentang Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945, dikutip dalam Gunawan A. Tauda, Komisi Negara Independen..., op.cit., hlm. 54.

21 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi..., op.cit., hlm 32-33.

Page 13: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

yang diidealkan dimana-mana. Padahal dulunya, pada zaman Yunani kuno dari mana istilah

demokrasi itu pada awalnya berasal, istilah demokrasi memiliki konatasi yang buruk.

Demokrasi (demos+cratos atau demos+kratien) dibayangkan orang sebagai pemerintahan

oleh semua orang yang merupakan kebalikan dari konsep pemerintahan oleh satu orang

(autocracy). Baik otokrasi maupun demokrasi menurut pengertian umum di zaman yunani

kuno sama-sama buruknya. Oleh karena itu yang di idealkan adalah plutokrasi (pluto+cracy),

yaitu pemerintahan oleh banyak orang, bukan hanya dikendalikan oleh satu orang, tetapi

banyaknya orang itu tidak berarti semua orang ikut memerintah, sehingga keadaan menjadi

kacau dan tidak terkendali.22

Kedaulatan rakyat (popular sovereignty) dimaksudkan kekuasaan rakyat sebagai

imbangan terhadap kekuasaan penguasa tunggal atau yang berkuasa. Dalam hal ini ditarik

garis pemisah yang tajam antara rakyat yang diperintah disatu pihak dan penguasa-penguasa

masyarakat sebagai pemerintahan di lain pihak. Yang benar berdaulat dalam hubungan ini

ialah rakyat yang diperintah.23

Dalam paham kedaulatan rakyat (democracy), rakyatlah yang dianggap sebagai

pemilik dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.24 Rakyatlah yang

menentukan corak dan cara pemerintahan diselenggarakan. Rakyatlah yang menentukan

tujuan yang hendak dicapai oleh negara dan pemerintahannya itu. Dalam praktek, sering

dijumpai bahwa di negara yang jumlah penduduknya sedikit dan ukuran wilayahnya tidak

begitu luas saja pun, kedaulatan rakyat itu tidak dapat berjalan secara penuh. Apalagi di

negara-negara yang jumlah penduduknya banyak dan dengan wilayah yang sangat luas, dapat

dikatakan tidak mungkin untuk menghimpun pendapat rakyat seorang demi seorang dalam

menentukan jalannya suatu pemerintahan. Lagipula, dalam masyarakat modern seperti

sekarang ini, tingkat kecerdasan warga yang tidak merata dan dengan tingkat spesialisasi

antar sektor pekerjaan yang cenderung berkembang semakin tajam. Akibatnya kedaulatan

rakyat tidak dapat dilakukan secara murni. Kompleksitas keadaan menghendaki bahwa

kedaulatan rakyat itu dilaksanakan dengan melalui sistem perwakilan (representation).

Di indonesia sendiri, di dalam UUD 1945 menganut ajaran kedaulatan rakyat

sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945, khususnya setelah 22 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi... op.,cit. Hlm. 116.23 Muh. Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara, dikutip dalam Ni’matul Huda, Ilmu Negara, cetakan

ketiga, ( Jakarta, Rajawali Pers, 2011), hlm. 188. 24 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, cetakan kelima

(Jakarta; Pusat Studi Hukum Tata Negara FH-UI, 1983), hlm. 328.

Page 14: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

dilakukannya perubahan UUD 1945 di tahun 2001 (1-9 November 2001), perubahan terjadi

secara mendasar pada pasal 1 ayat (2) UUD 1945, yang sebelumnya berbunyi “Kedaulatan di

tangan rakyat dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”, berubah

menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar”. Rumusan baru ini justru merupakan penjabaran langsung dari alinea ke IV

pembukaan UUD 1945. Rumusan yang sebelumnya yang menyatakan bahwa kedaulatan ada

di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR justru telah mereduksi paham

kedaulatan rakyat itu menjadi kedaulatan negara.

Perubahan ketentuan tersebut oleh Ni’matul Huda dikatakan telah mengalihkan

negara Indonesia dari sistem MPR kepada sistem kedaulatan rakyat yang diatur melalui UUD

1945. UUD 1945-lah yang menjadi dasar dan rujukan utama dalam menjalankan kedaulatan

rakyat. UUD-lah yang menentukan bagian-bagian dari kedaulatan rakyat yang

pelaksanaannya diserahkan kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas, dan

fungsinya ditentukan oleh UUD 1945 itu, serta bagian mana yang langsung dilaksanakan oleh

rakyat, artinya tidak diserahkan kepada badan/lembaga manapun, dimana langsung

dilaksanakan oleh rakyat itu sendiri melalui pemilu25.

Kedaulatan rakyat indonesia yang diselenggarakan secara langsung dan melalui

sistem perwakilan. Secara langsung kedaulatan rakyat diwujudkan dalam tiga cabang

kekuasaan yang tercermin dalam Mejelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri atas Dewan

Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah sebagai pemegang kewenangan legislatif,

Presiden dan wakil Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, Mahkamah Agung dan

Mahkamah Konstitusi sebagai pelakasana kekuasaan kehakiman. Dalam menentukan

kebijakan pokok pemerintah dan mengatur ketentuan-ketentuan hukum berupa Undang-

undang Dasar dan Undang-Undang (fungsi Legislasi), serta dalam menjalankan fungsi

pengawasan (fungsi kontrol) terhadap jalannya pemerintahan, pelembagaan kedaulatan rakyat

itu disalurkan melalui sistem perwakilan, yaitu melalui Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah. Di daerah-daerah provinsi dan kabupaten/kota, pelembagaan kedaulatan

rakyat itu juga disalurkan melalui sistem perwakilan, yaitu melalui Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

25Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, cetakan keenam ( Jakarta, Rajawali Pers, 2012), hlm. 97.

Page 15: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Secara konseptual sistem perwakilan sekalipun terdapat perbedaan makna dalam

sistem perwakilan antara delegates dan trustees, dimana delegates itu dimaknai bahwa para

wakil semata-mata hanya mengikuti apa yang menjadi pilihan dari konstituen, sedangkan

trustees dimaknai bahwa para wakil mencoba bertindak atas nama para wakil sebagaimana

para wakil itu memahami permasalahan yang dihadapi oleh konstituen26. Sekalipun terjadi

perdebatan makna tersebut, Kacung Marijan menyatakan tidak perlu membenturkannya, dan

memperbincangkan perwakilan, sebenarnya bukan sekedar pada relasi antara kelompok wakil

dan terwakil. Paling tidak ada empat hal ketika memperbincangkan konsep perwakilan.

Pertama, adalah adanya sekelompok orang yang mewakili, yang termanifestasi ke dalam

bentuk lembaga perwakilan, organisasi, gerakan, dan lembaga-lembaga negara yang lain.

Kedua, adanya sekelompok orang yang diwakili, seperti konstituen dan klien. Ketiga, adanya

sesuatu yang diwakili seperti pendapat, kepentingan, dan perspektif. Terakhir adalah konteks

politik di mana perwakilan itu berlangsung27.

Dengan kata lain bahwa, di Indonesia yang juga menganut sistem perwakilan yang

diantaranya adalah MPR, DPR, DPD merupakan pelembagaan kedaulatan rakyat, sebab

kedaulatan rakyat tersebut tidaklah dapat dilaksanakan secara murni bukan saja di Indonesia,

tapi juga di negara-negara lainnya. Karena kedaulatan itu tidak dapat dilaksanakan secara

langsung oleh rakyat, maka diperlukan MPR, DPR, dan DPD yang merupakan jelmaan dari

seluruh rakyat Indonesia. Tetapi, proses penentuan aturan dalam membentuk dan mengisi

lembaga perwakilan bukanlah sebuah proses yang semata-mata bersifat formal-legalistik atau

yuridis, melainkan merupakan proses politik di mana kepentingan merupakan penentu utama.

Sebab bicara tentang politik selalu berhubungan dengan kepentingan (interest).

2.3 Pentinganya Sistem Bikameral dalam sistem Perwakilan Indonesia.

Sebagaimana diketahui bahwa sistem bikameral sering dikaitkan dengan keberadaan

dua kamar dalam parlemen. Dalam sistem bikameral, adanya dua kamar tersebut

dimaksudkan agar dapat menjalankan mekanisme check and balance dalam parlemen

Indonesia.

Hal itu tidak dapat terlepas dari tuntutan reformasi. Salah satu gagasan perubahan

yang ketika itu ditawarkan adalah usulan sistem dan mekanisme check and balances di dalam

sistem politik dan ketatanegaraan. Usulan ini menjadi penting artinya karena selama era orde

sebelumnya dapat diakatakan bahwa check and balances itu tidak ada. Dalam kaitan dengan

26 Kacung Marijan, op.,cit. Hlm. 39.27 Ibid., hlm. 41

Page 16: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

itu pula diajukan gagasan perubahan terhadap sistem parlemen dari supremasi MPR yang

terdiri dari tiga unsur (DPR, Utusan Daerah, Utusan Golongan) menjadi parlemen sistem

bikameral (dua kamar). Dengan diadopsinya sistem bikameral juga, yang mengharuskan

adanya dua kamar yang memiliki kekuatan yang seimbang, hal itu pula menegaskan

kepentingan yang diwakili oleh kamar-kamar tersebut. jika DPR yang merupakan kamar yang

satu mewakili partai politik yang dipilih langsung oleh rakyat, maka DPD yang merupakan

kamar lainnya konteksnya mewakili Daerah yang dipilih secara langsung pula.

Perlu di ingat bahwa dalam pengertian konsep sistem bikameral, dua-duanya

mempunyai hak kewajiban, tanggung jawab dan peranan, serta fungsi yang sama. Dua-

duanya berhak mengusahakan dan menginisiatifkan Undang-Undang28. Atau paling tidak

kamar yang lain memiliki hak veto terhadap kamar lain jika kamar tersebut tersebut

membentuk UU yang tidak sesuai dengan harapan dari kamar lainnya.

Lebih jauh Maswadi Rauf mengatakan pentingnya sistem strong bikameral ini, sebab

bagi Indonesia bicameralisme yang strong ini sebuah kebutuhan yang sangat mendesak,

mengingat beragamnya masyarakat kita dengan berbagai macam kepentingan sehingga

bicameralisme yang kuat ini dimaksudkan untuk bisa memperjuangkan lebih baik aspirasi

kepentingan yang berkembang di berbagai daerah, sehingga bicameralisme yang kuat ini bisa

dianggap merupakan bagian dari usaha untuk memperkuat negara kesauan.29 Oleh karenya

perlunya memberikan kewenangan yang besar terhadap DPD, karena DPD merupakan

lembaga yang diperuntukan bagi penyaluran kepentingan daerah. Sebab selama orde baru

telah terjadi kekecewaan daerah terhadap pengelolaan hubungan pusat dan daerah. Oleh

sebab itu demi kepentingan daerah, DPD harus diberikan kewenangan yang setara dengan

DPR.

28 Pernyataan Afan Gaffar dalam rapat PAH 1 BP MPR ke 13. Lihat B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara Indonesia.(Yogyakarta; Universitas Atma Jaya, 2009), hlm. 186.

29 Ibid., hlm. 190

Page 17: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB III

METODE PENILITIAN

3.1. Tipologi dan Pendekatan Penilitian

Page 18: IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945