its undergraduate 13808 2408100504 presentation

20
ANALISA DISPERSI SERAT OPTIK MENGGUNAKAN JDSU MTS- 8000 DWDM OPTICAL ANALYZER Oleh : Eka Purnama Hadianti 24 8 1 5 4 Pembimbing Ir. Apriani Kusumawar dhani M.Sc

Upload: azwar-cx

Post on 13-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISA DISPERSI SERAT OPTIK MENGGUNAKAN JDSU MTS-8000 DWDM OPTICAL ANALYZER

    Oleh :Eka Purnama Hadianti

    2408 100 504

    Pembimbing

    Ir. Apriani Kusumawardhani, M.Sc

  • LA

    T

    A

    R

    B

    E

    L

    A

    K

    A

    N

    G

    kebutuhan akan komunikasi data terutama

    sistem komunikasi serat optik berkembang pesat

    untuk mengembangkan teknologi yang dapat

    mengakomodasi kebutuhan akan kapasitas yang

    besar dan kecepatan yang tinggi dari pengiriman

    data.

    PT.TELKOM sudah dilakukan analisa dispersi

    pada kabel serat optik single mode, dispersion

    shifted fiber, dan nonzero dispersion shifted fiber.

    Dispersi kromatik di dalam serat optik menjadi

    faktor dominan yang membatasi kecepatan

    transmisi pada sistem telekomunikasi masa kini.

    Perangkat yang dapat mengukur nilai dispersi

    serat optik yaitu JDSU MTS-8000 DWDM

    Optical Analyzer.

  • Permasalahan

    Bagaimana menganalisa dispersi serat optiktunggal dan penggabungan kabel serat optik(serat optik single mode, dispersion shiftedsingle mode, dan non zero dispersion shiftedsingle mode)dengan menggunakan JDSUMTS-8000.

  • Pengambilan data dan

    menganalisa menggunakan

    JDSU MTS-8000 DWDM

    Optical Analyzer

    BATASAN MASALAH

    Dispersi yang dianalisa adalah

    dispersi kromatik

    Topologi jaringan yang akan di

    analisis adalah topologi point to

    point dengan mengambil data di

    PT.Telkom divisi Infratel Jawa

    Timur.

    Kabel serat optik yang digunakan

    adalah single mode, Non zero

    dispersion shifted single mode,

    dispersin shifted single mode.

  • TUJUAN

    untuk menganalisa

    nilai dispersi serat optik

    (serat optik single mode,

    dispersion shifted fiber, dan

    non zero dispersion shifted

    fiber)

    untuk menganalisa nilai

    dispersi pada penggabungan kabel

    serat optik antara serat optik

    single mode, dispersion shifted

    fiber, dan non zero dispersion

    shifted fiber dengan menggunakan

    JDSU MTS-8000 DWDM Optical

    Analyzer

  • TINJAUAN PUSTAKA

    a. Serat OptikSerat optik merupakan teknologi yang menggunakan cahaya

    untuk mengirimkan informasi (data). Serat optik dibuat dari

    silikon dan germanium bereaksi dengan oksigen

    membentuk SiO2 dan GeO2

  • b. Dispersi

    Pulsa yang disalurkan melalui serat optik di ujung receiver

    akan mengalami pelebaran akibat panjang perambatan.

    Pelebaran pulsa ini disebut dispersi. Ada 3 macam jenis

    dispersi yaitu :

    Dispersi modalDispersi intramodalDispersi polarization mode

    Satuan dari dispersi adalah picoseconds perkilometer per

    nanometer (ps/km.nm)

  • Dispersi dalam serat optik mempengaruhi

    bandwidth dan bit rate maksimum yang digunakan

    pada sistem. Semakin besar dispersi yang dihasilkan

    maka bit rate maksimum yang dimungkinkan dalam

    suatu jarak akan berkurang.

    Hubungan bit rate dengan dispersi :

    Konversi dari bit rate (b) ke bandwidth (BW) :

    b = 2 X BW

    Hubungan dispersi serat optik dengan bandwidth

  • c. JDSU MTS-8000 DWDM Optical Analyzer

    JDSU merupakan modul

    transport yang menggunakan

    bahan kemasan anti statis

    untuk menghubungkan modul

    ke unit dasar. Terdapat 3 tipe

    pengukuran yaitu :

    Optical Time DomainReflectometer (OTDR)

    Chromatic Dispersion (CD)Optical Spectrum Analyzer(OSA)

  • METODOLOGI

    PENELITIAN

  • a. Peralatan

    JDSU MTS-8000kabel ITU-T G. 652ITU-T G.653ITU-T G.655 adapter 6 buahkabel patchcord.

    b. Rangkaian Eksperimen

  • TAMPILAN PADA JDSU MTS-8000

  • HA

    S

    I

    L

    P

    E

    N

    G

    U

    K

    U

    R

    A

    N

  • (nm)

    G.652&G.653

    (nm)

    G.652&G.653

    D() standar D() standar

    (ps/km.nm) deviasi (ps/km.nm) deviasi

    1300 -7.5084 0.054196863 1460 6.8444 0.015159156

    1310 -6.3542 0.045334314 1470 7.5304 0.015159156

    1320 -5.245 0.037067506 1480 8.1998 0.015073155

    1330 -4.1774 0.029534725 1490 8.8538 0.014618481

    1340 -3.149 0.022549945 1500 9.493 0.013838353

    1350 -2.158 0.016416455 1510 10.1186 0.01254193

    1360 -1.2018 0.01109955 1520 10.7316 0.011036304

    1370 -0.2784 0.006228965 1530 11.3326 0.009099451

    1380 0.6146 0.00250998 1540 11.9224 0.007368853

    1390 1.4782 0.002949576 1550 12.5016 0.005319774

    1400 2.3144 0.00598331 1560 13.0712 0.003420526

    1410 3.1252 0.008671793 1570 13.6314 0.003361547

    1420 3.9116 0.010784248 1580 14.1836 0.005549775

    1430 4.6756 0.01225969 1590 14.7276 0.009016651

    1440 5.4182 0.014024978 1600 15.2646 0.012778889

    1450 6.1406 0.014397917

  • PerhitunganTeoritis

    Penghitungan batas nilai koefisien dispersi berdasarkan persamaan pada

    rekomendasi ITU-T G.652, G.653, dan G.655(c) dapat dilihat persamaan berikut :

    Dimana : = panjang gelombang (nm) 0min = panjang gelombang zero dispersion minimum(nm)0max= panjang gelombang zero dispersion maksimum(nm)S0max = koefisien kemiringan zero dispersion(ps/km.nm

    2)

    D() = dispersi kromatis (ps/km.nm)

    4

    min0max0

    4

    max0max0 14

    14

    SD

    S

    PENGOLAHAN DATA

  • (nm) 0 max 0 min S0 max D() min D()max

    1300 1324 1300 0.093 -2.2945735 0

    1310 1324 1300 0.093 -1.3230209 0.919405234

    1320 1324 1300 0.093 -0.3736943 1.818152653

    1330 1324 1300 0.093 0.5542354 2.697013025

    1340 1324 1300 0.093 1.46156077 3.556722868

    1350 1324 1300 0.093 2.34903923 4.397986206

    1360 1324 1300 0.093 3.2173951 5.221476233

    1370 1324 1300 0.093 4.06732118 6.027836875

    1380 1324 1300 0.093 4.89948038 6.817684264

    1390 1324 1300 0.093 5.7145072 7.591608129

    1400 1324 1300 0.093 6.51300914 8.350173105

    1410 1324 1300 0.093 7.29556803 9.09391997

    1420 1324 1300 0.093 8.0627413 9.823366815

    1430 1324 1300 0.093 8.81506313 10.53901014

    1440 1324 1300 0.093 9.55304563 11.24132591

    1450 1324 1300 0.093 10.2771798 11.93077053

    1460 1324 1300 0.093 10.9879368 12.60778177

    1470 1324 1300 0.093 11.6857683 13.27277965

    1480 1324 1300 0.093 12.3711083 13.92616729

    1490 1324 1300 0.093 13.0443729 14.56833169

    1500 1324 1300 0.093 13.7059621 15.19964444

    1510 1324 1300 0.093 14.3562599 15.82046251

    1520 1324 1300 0.093 14.9956352 16.43112884

    1530 1324 1300 0.093 15.6244428 17.03197302

    1540 1324 1300 0.093 16.2430234 17.62331187

    1550 1324 1300 0.093 16.8517048 18.20545005

    1560 1324 1300 0.093 17.4508024 18.77868056

    1570 1324 1300 0.093 18.0406193 19.34328526

    1580 1324 1300 0.093 18.6214474 19.89953541

    1590 1324 1300 0.093 19.1935676 20.44769208

    1600 1324 1300 0.093 19.7572503 20.98800659

    P

    E

    R

    H

    I

    T

    U

    N

    G

    A

    N

    T

    E

    O

    R

    I

    T

    I

    S

  • KESIMPULAN

    1. Hasil pengukuran kabel tunggal yang memenuhi kriteria teknologi

    DWDM adalah kabel G.655 dengan nilai dispersi 4,7602 ps/km.nm.

    2. Penyambungan 2 kabel yang berbeda dimaksudkan untuk

    merekomendasikan perpaduan kabel yang bisa digunakan pada

    teknologi DWDM.

    3. Hasil pengukuran sambungan 2 kabel yang berbeda diketahui bahwa

    kabel yang terbaik adalah perpaduan kabel G.653&G.655 dengan nilai

    dispersi 2,5438 ps/km.nm.

    4. Dari beberapa panjang gelombang yang diujicobakan yang sesuai

    digunakan untuk kabel G.652 yaitu 1550 nm, kabel G.655 yaitu 1550

    nm, dan kabel G.653 yaitu 1550 nm.

    5. Perbandingan nilai dispersi pada pengukuran dengan perhitungan

    teoritis diketahui bahwa nilai dispersi pada kabel G.652 (perhitungan

    dan pengukuran) cukup sama, kabel G.653 cukup berbeda, sedangkan

    pada kabel G.655 (perhitungan dan pengukuran) juga cukup berbeda

    akibat nilai slope dan panjang gelombang referensi yang berbeda-beda.

  • DAFTAR PUSTAKA Attamimi, Ekhzani Ekram. 2009. Evaluasi Kinerja Dispersion Compensating Unit Pada

    Interkoneksi Antara Single Mode Optical Fiber Dan Non-Zero Dispersion-Shifted

    Fiber.Teknik elektro ITS. Surabaya.

    Keiser,Gerd. 1989.Optical Fiber Communication.Mc Grow Hill.

    Kolimbiris, Harold. 2004. International Edition Fiber optics communications. New

    Jersey.

    Kurniawan, Irwan. 2009. Penyandian (encoding) dan penguraian sandi (decoding)

    menggunakan Huffman coding. ITB. Bandung.

    Murtada,Abdulah Ali. 2009. Analisis karakteristik waveguide dispersion pada

    propagansi cahaya dalam serat optik single mode step index jenis depressed

    cladding.Teknik fisika FTI-ITS. Surabaya.

    Oppenheim,AlanV dkk. 1983.Signals and Systems.New delhi

    Tambing, Mathius. 2010. PT.TELKOM ARNET Surabaya.System SKSO dan SKKL. Surabaya.

    Telecommunication Standardization Sector of ITU-T. 2000. Switzerland.

    Widyaksono, M.rizal. 2004. Perancangan sistem komunikasi serat optik menggunakan

    WDM di wilayah Surabaya.Teknik fisika ITS. Surabaya.

    Widyana. 2010.Perancangan sensor serat optic untuk pengukuran pergerseran obyek

    dalam orde micrometer menggunakan serat optik multimode. Teknik fisika ITS.

    Surabaya.