its-paper-33605-2210100158-paper.pdf
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 ITS-paper-33605-2210100158-Paper.pdf
1/6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
AbstrakDalam sistem komunikasi, pengiriman data bisa
melalui berbagai macam media seperti kabel tembaga, kabel fiber
optik, dan udara (fr ee space loss). Media udara digunakan pada
sistem komunikasi nirkabel. Sistem komunikasi ini akan
mengalami gangguan atau interferensi yang disebabkan oleh
keberadaan sejumlah penghalang, sehingga mengakibatkan
terjadinya lintasan jamak atau multipath fading. Di lingkungan
dalam gedung, terdapat penghalang berupa dinding, meja, lantai,
maupun furnitur lainnya. Teknik yang memanfaatkan
keberadaan multipath fadingsalah satunyaadalah Multiple-Input
Multiple-Output (MIMO). Salah satu skema MIMO yaitu Space-
Time Block Code (STBC), yakni metode pengiriman beberapa
replika sinyal informasi pada kanal fading. Teknik STBC yang
digunakan pada tugas akhir ini adalah pengkodean Alamouti
untuk dua antena pemancar, dan pengkodean Tarokh untuk
penggunaan empat antena pemancar. Sedangkan pada sisi
penerima digunakan Maximal-Ratio Combining (MRC) sebagai
combiner untuk proses decoding. Dalam tugas akhir ini, MIMO
bekerja pada kanal frekuensi 5 GHz indooryang dimodelkan oleh
I EEE 802.11n channel Bdan disimulasikan pada software Matlab
R2014a. Dengan bandwidthterbatas, sistem MIMO dengan kanal
ini mampu menunjukkan kinerja yang baik. Bit Er ror Rate (BER)
diperoleh dari matriks kanal 2x2 dan 4x4 dengan pengkodeanSTBC. Terdapat selisih nilai SNR pada kedua matriks kanal
tersebut, yakni 3,1 dB lebih besar untuk matriks kanal 4x4. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
jumlah antena yang digunakan, maka hasil kinerja dan kapasitas
akan semakin baik.
Kata Kunci IEEE 802.11n channel B, Multipath fading,
Multiple Input Mul tiple Outtput (MIMO), Space-Time Block Code
(STBC).
I.
PENDAHULUAN
ERKEMBANGAN teknologi semakin pesat, hal ini sejalan
dengan peningkatan kebutuhan manusia yang menuntutadanya kecepatan data transmisi tinggi serta sistem yang
handal serta efisisen. Teknologi sistem komunikasi tersedia
melalui media kabel maupun tanpa kabel. Pada sistem
komunikasi tanpa kabel seiring kali mengalami permasalahan
yakni adanya penghalang di antara pemancar (Tx) dan
penerima (Rx). Sistem komunikasi antara transmitter dan
receiver bisa dilakukan pada lingkungan indoor maupun
outdoor. Ketika di dalam ruangan, yang menjadi penghalang
yaitu dinding dan furniture yang membatasi jangkauan pada
ruangan sehingga akan mempengaruhi proses pengiriman
sebuah data. Jangkauan yang bisa ditempuh untuk area dalam
ruangan adalah 10 meter [1].
Saat mengirimkan data dari antena pemancar menuju antena
penerima memungkinkan jalur yang ditempuh berupa Line of
Sight(LOS) maupun Non-Line of Sight (NLOS). Frekuensi 5
GHz memiliki potensi untuk digunakan dalam sistem
komunikasi nirkabel di Indonesia. Walaupun memiliki
bandwidth yang terbatas, frekuensi 5 GHz memilikikarakteristik yang cocok untuk digunakan pada ruangan NLOS
[2].
Dengan adanya multipath fadingyang muncul di lingkungan
dalam gedung akan dimanfaatkan sebagai media untuk
menyalurkan data melalui teknik sistem komunikasi multi
antena, atau sering kali disebut denganMultiple Input Multiple
Output (MIMO). Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan
analisis kinerja dan kapasitas dari sistem MIMO pada kanal
frekuensi 5 GHz di dalam ruangan sebuah gedung. Keluaran
yang diperoleh berupa grafik nilai BER terhadap SNR pada
kanal frekuensi 5 GHz indoor yang dimodelkan oleh IEEE
802.11n channel B, dengan menggunakan beberapa teknik
transmisi Space-Time Block Code (STBC). Pengkodean STBC
yang digunakan adalah STBC Alamouti yang melibatkan dua
antena pada sisi pemancar [3] dan STBC Tarokh yang
melibatkan lebih dari dua antena pada sisi pemancarnya [4].
II. SISTEMKOMUNIKASIMIMOSTBC
Multiple-Input Multiple-Output (MIMO) adalah penggunaan
multi antena pada sisi pemancar dan penerima, serta memiliki
ciri khusus yakni terdapat kejadian random fading yang
merupakan kehandalan terhadap propagasi lintasan jamak
(multipath). Model sistem komunikasi MIMO ditunjukkan
oleh gambar 1.Penggunaan antenna arraypada sisi pemancar dan penerima
di lingkungan propagasi dengan memberikan efek scattering
yang cukup dapat meningkatkan throughput dan coverage
sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan efisiensi
spektrum dan kemudian mampu meningkatkan kapasitas
sistem. Lintasan langsung atau Line-of-Sight (LOS) antara
pemancar dan penerima diinginkan karena mampu
meminimalisir penghamburan dan absorbsi sinyal. Tetapi
dalam kondisi tertentu, multipath fading yang diakibatkan oleh
benda-benda penghambur sinyal justru menghasilkan kapasitas
Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem
Komunikasi MIMO pada Frekuensi 5 GHz di
Lingkungan dalam Gedung
Desi Natalia, Suwadi, dan Devy KuswidiastutiTeknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail:[email protected],[email protected],[email protected]
P
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/26/2019 ITS-paper-33605-2210100158-Paper.pdf
2/6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2
kanal yang jauh lebih besar daripada kondisi kanal yang Line-
of-Sight(LOS) pada sistem MIMO.
Gambar 1. Model sistem MIMO (a) 2x2, (b) 4x4
A.
Macam-macam Teknik MIMO
Teknik MIMO dibagi menjadi dua, yaitu spatial
multiplexing dan spatial diversity. Definisi dari spatial
multiplexing adalah dua atau lebih antena pemancar
mengirimkan data yang berbeda secara paralel. Tujuannya
untuk mendapatkan kapasitas kanal yang besar dengan caramemecah aliran data yang berlaju tinggi. Sedangkan spatial
diversity adalah beberapa replika sinyal informasi dikirim dari
dua atau lebih antena pemancar yang berbeda secara paralel.
Data informasi yang dikirim berupa informasi asli dan
informasi duplikat. Spatial diversity memiliki tujuan untuk
meningkatkan Signal-to-Noise Ratio (SNR) dan meningkatkan
kualitas link antara transmitter dan receiver [5]. Gambar 2.5
dan 2.6 menunjukkan teknik spatial multiplexing dan spatial
diversity dengan menggunakan dua antena pemancar dan dua
antena penerima.
Gambar 2.Teknik Spatial Multiplexing
Gambar 3.Teknik Spatial Diversity
B.
Pemoodelan Kanal
Model kanal yang digunakan pada frekuensi 5 GHz ialah
model IEEE 802.11n channel Bdengan bandwidth 48 MHz.
Formula dari matriks MIMO adalah sebagai berikut [1], [6] :
1
1 1
rician rayleigh
KH = P H + H
K + K + (1)
11 12
21 22
11 12
21 22
1
1 1
j j
j j
x xe eKH P
x xK Ke e
(2)
KHrician
K + 1merupakan komponen Line-of-Sight (LOS),
sedangkan 1
+1Hrayleigh
Kmerupakan komponen Non-Line
of Sight (NLOS). Kadalah faktor riciandan Padalah power
masing-masing lintasan. Xij (i-th antena penerima dan j-th
antena pemancar) berkorelasi rataan-nol, varians satu, dan
random variabel Gaussian kompleks dianggap sebagai
koefisien dari variabel NLOS (matriks reyleigh), sedangkan
adalah elemen dari fixed LOS (matriks rician). Hal ini
diasumsikan bahwa setiap tap terdiri dari sejumlah sinar
individu sehingga asumsi complex Gaussian berlaku. P pada
persamaan (1) merupakan jumlah dari fixed LOS power dan
variable NLOS power (jumlah daya dari semua tap)[1].
Parameter model kanal frekuensi 5 GHz adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.
Parameter untukIEEE 802.11n channel B[1]
Nama
Model
Kondisi Faktor
Rician K
(dB)
RMS
delay
spread
(ns)
No.
cluster
B LOS dan
NLOS/0 15 2
Untuk kanal HLOSdapat dijabarkan pada persamaan 2.3, yang
ditentukan berdasarkan komponen LOS [7], [8], dan [9].
2 2
2
2 1 2 1
1 1
.
Rx TxRx Tx
d
Rx TxRx Tx
T
d dj sin(AoA ) j sin(AoD )
j f t
LOS
d dj (M - )sin(AoA ) j (N- )sin(AoD )
e e(t)= e
.... ....
e e
H (3)
dengan,
( / )cosd
f v ;Rx
DoA AoA ; /c
c f
Keterangan :dTx : spasi antena pemancar
dRx : spasi antena penerima
v : kecepatanscaterrer(1,2 km/jam)
c : kecepatan udara (3x108m/s)
AoARx :Angel-of-Arrivalpada antena penerima
AoDTx :Angel-of-Departurepada antena pemancar
DoA :Direction-of-Arrival
M : jumlah antena penerima
N : jumlah antena pemancar
-
7/26/2019 ITS-paper-33605-2210100158-Paper.pdf
3/6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3
Kanal MIMO terdiri sejumlah dari antena pemancar
{1,2,...,MT} dan antena penerima {1,2,...,MR}, kanal waktu
diskrit dimodelkan menggunakan persamaan (4) sebagai
berikut [1] :
Y = .x + nH (4)
Y adalah nilai keluaran kanal (MRx 1).x adalah nilai data yang
ditransmisikan (MTx 1). Hadalah respon impuls kanal (MRxMT) dan n adalah additive white gaussian noise (AWGN).
AWGN adalah noise yang bersifat aditif, memiliki fungsi rapat
probabilitas distribusi Gaussian, dan rapat daya yang konstan
untuk semua frekuensi. Sedangkan respon kanal Hterdistribusi
secara Rician untuk komponen LOS dan Rayleigh untuk
komponen NLOS.
C.
Space-Time Block Code (STBC)
STBC merupakan salah satu teknik dalam MIMO yang
menggunakan diversitas ruang (space diversity). Prinsip dari
STBC ialah sebuah simbol mempunyai replika yang akan
ditransmisikan orthogonal satu sama lainnya dengan cara
menggeser kompleksitasnya. Tujuan dari sistem ini adalahmemperoleh kualitas sinyal yang tinggi dengan cara
memenfaatkan teknik diversitypada transmitter dan receiver.
STBC Alamouti merupakan pengkodean yang digunakan
untuk dua buah antena pemancar [3], sedangkan STBC Tarokh
adalah pengkodean pada lebih dari dua antena pemancar [4].
Matiks pengkodean untuk STBC Alamouti pada persamaan (5)
dan STBC Tarokh pada (6).
1 2
*
2 1
s sS
s s
(5)
1 2 3 4
2 1 4 3
3 4 1 2
4 3 2 1
4,1/2 * * * *
1 2 3 4
* * * *
2 1 4 3
* * * *
3 4 1 2
* * * *
4 3 2 1
s s s ss s s s
s s s s
s s s sC
s s s s
s s s s
s s s s
s s s s
(6)
D.
Kapasitas Sistem MIMOKapasitas sistem MIMO memiliki satuan bps/Hz dan dapat
diartikan sebagai banyaknya informasi yang dapat dikirimkan
melalui kanal. Operasi dekomposisi nilai singular atau
Singular Value Decomposition(SVD) merupakan suatu teknik
yang digunakan untuk mendiagnosis matriks dan menentukan
nilai eigennya, dalam hal ini bertujuan untuk mengestimasi
matirks respons kanal. Rumus kapasitas MIMO pada
persamaan (7) berikut ini [1], [10].
21 0
1logr
s
ii
T
EC
M N
(7)
Dengan nilai r menyatakan matriks kanal H dari operasi
SVD,Es/N0 menyatakan Signal to Noise Power,MTmerupakan
jumlah antena pemancar, dan merupakan nilai eigen positif
dari HHH yang menyatakanpower gain kanal.
III. PERANCANGANMODELDANSIMULASI
A. Metodologi Penelitian
Kanal frekuensi 5 GHz indoor untuk sistem komunikasi
MIMO dimodelkan oleh IEEE 802.11n channel B yang
terdistribusiRician danRayleigh sertamengalamipenambahan
noise AWGN. Untuk mengetahui performansi kanal tersebut,
maka dilakukan penelitian pada MIMO STBC Alamouti 2x2
dan STBC Tarokh 4x4. Kemudian dilakukan perhitungan nilai
kapasitas pada masing-masing sistem. Proses penelitian dapat
dilihat pada gambar 4.
start
Studi literatur
Penentuan parameter yang dibutuhkan
Pemodelan kanal MIMO indoor 5 GHz
Pemahaman pengkodean STBC
Proses simulasi menggunakansoftwareMatlab
Pengambilan d ata hasil simulasi
Mencari nilai BER vs SNR
Mencari nilai kapasitas sistem MIMO
Analisis hasil simulasi
end
Gambar 4. Diagram alir proses penelitian
B.
Pemodelan Sistem MIMO
Terdapat beberapa parameter khusus dalam simulasi sistem
MIMO pada kanal frekuensi 5 GHz indoor dengan Matlab
R2014a, antara lain :1. Data yang dibangkitkan sebanyak 1.000.000
2. Bekerja pada modulasi BPSK dan QPSK
3. Simulasi sinyal dalam kondisiflat fading,yaitu dengan rms
delay spread sebesar 15 ns
4. Matriks antena pemancar-penerima ialah 2x2 dan 4x4
5.
Pengkodean yang digunakan adalah STBC Alamouti untuk
matriks 2x2 dan STBC Tarokh untuk matriks 4x4
6.
Model kanal yang digunakan adalah IEEE.802 11n
channel B terdiri dari Rician fading dan Rayleigh fading
[2] dengan menambahkan noise AWGN
-
7/26/2019 ITS-paper-33605-2210100158-Paper.pdf
4/6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4
7. Combiner yang digunakan pada antena penerima adalah
Maximal-Ratio Combining (MRC)
8.
Perhitungan BER dilakukan dengan metodeMonte Carlo
9. Kapasitas kanal dihitung menggunakan operasi kanal
Singular Value Decomposition (SVD) dengan metode
Shannon
Gambar 5.Blok sistem MIMO STBC Alamouti 2x2
Gambar 6. Blok sistem MIMO STBC Tarokh 4x4
Gambar 5 dan 6 merupakan blok sistem komunikasi MIMO
STBC Alamouti 2x2 dan STBC Tarokh 4x4. Pemodelan
sistem MIMO tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu bagian transmitter, bagian kanal transmisi, dan bagian
receiver. Pada transmitter terdapat proses input data, modulasi
M-arry PSK, dan encoding STBC. Kanal transmisi mengalami
proses distribusi Rician dan Rayleigh serta terdapat
penambahan noise AWGN. Sedangkan pada receiver akan
mengalami proses kebalikan dari sisi transmitter, yakni
decoding STBC, deteksi sinyal, demodulasi M-arry PSK, dan
proses data output.
C. Perhitungan Kapasitas
Setelah diperoleh nilai BER terhadap SNR untuk
mengetahui performansi sistem, langkah selanjutnya yaitu
menghitung besarnya kapasitas dari kanal frekuensi 5 GHz
indoor. Besarnya nilai kapasitas benrgantung pada jumlah
elemen antena yang digunakan masing-masing sistem.
IV. ANALISISHASILSIMULASI
Hasil simulasi bertujuan untuk menganalisis kinerja dan
kapasitas dari sistem MIMO pada kanal frekuensi 5 GHz
indoor. Kinerja sistem komunikasi MIMO dilakukan evaluasi
berdasarkan jumlah bit yang salah dari total jumlah bit yang
ditransmisikan.A.
Analisis Sistem Komunikasi MIMO STBC Alamouti 2x2
Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa saat daya transmisi
sebesar 1 Watt, diperoleh daya pancar sebesar 3 dB oleh
BPSK terhadap QPSK pada nilai BER10-5. Sedangkan untuk
daya transmisi bernilai 2 Watt, membutuhkan daya pancar
sebesar 3 dB untuk memperoleh nilai BER yang sama dengan
daya pancar 1 Watt pada modulasi QPSK.
B.
Analisis Sistem Komunikasi MIMO STBC Tarokh 4x4
Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa saat daya transmisi
sebesar 1 Watt, diperoleh daya pancar sebesar 0,1 dB oleh
BPSK terhadap QPSK pada nilai BER10-5
. Sedangkan untukdaya transmisi bernilai 2 Watt, membutuhkan daya pancar
sebesar 2,9 dB untuk memperoleh nilai BER 10 -5dengan daya
pancar 1 Watt pada modulasi QPSK.
C.Analisis Perbandingan Hasil Sistem Komunikasi MIMO
STBC 2x2 dan 4x4
Hasil perbandingan sistem komunikasi MIMO 2x2 dan 4x4
dapat dilihat pada gambar 9 dan tabel 2, yaitu perbandingan
nilai BER yang dicapai oleh masing-masing sistem MIMO
dengan daya transmisi yang bervariasi. Pada saat daya
transmisi sebesar 0,25 Watt, nilai BER mencapai 10 -5 untuk
MIMO 2x2 yakni saat Eb/No bernilai 14,5 dB, sedangkan
MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 12 dB pada modulasi QPSK.
Kemudian untuk daya transmisi sebesar 0,5 Watt, nilai BER
mencapai 10-5oleh MIMO 2x2 yakni saat Eb/No bernilai 6,5
dB, sedangkan MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 5,2 dB. Daya
transmisi sebesar 0,75 Watt, nilai BER mencapai 10 -5 untuk
MIMO 2x2 adalah saat Eb/No bernilai 9,5 dB, dan MIMO 4x4
saat Eb/No bernilai 6,5 dB. Ketika daya transmisi sebesar 1
Watt, nilai BER mencapai 10-5 untuk MIMO 2x2 yakni saat
Eb/No bernilai 8,5 dB, sedangkan MIMO 4x4 saat Eb/No
bernilai 5,4 dB. Dan saat daya transmisi sebesar 2 Watt, nilai
BER mencapai 10-5 untuk MIMO 2x2 yakni saat Eb/No
bernilai 5,5 dB, sedangkan MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 2,5
-
7/26/2019 ITS-paper-33605-2210100158-Paper.pdf
5/6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5
dB pada modulasi QPSK. Pada sistem MIMO 4x4 dapat
menghemat penggunaan daya pancar sebesar 2-3 dB dari
MIMO 2x2. Penggunaan empat antena pada sisi pemancar dan
penerima memiliki nilai BER lebih baik dibandingkan
penggunaan dua antena pada kedua sisinya.
Tabel 2.
Perbandingan nilai BER MIMO STBC Alamouti 2x2 dan STBC Tarokh 4x4
dengan daya transmisi bervariasi pada modulasi QPSK
BER
SNR [dB] modulasi
P=0,25 P=0,5 P=0,75 P=1 P=2
2x2 4x4 2x2 4x4 2x2 4x4 2x2 4x4 2x2 4x4
10-3 10 8,2 6,5 5,2 5 4 4 2,2 1 -
10-4 12 10,2 9 7,2 7,5 5,3 6,5 4,2 3 1,2
10-5 14,5 12 11,5 9 9,5 6,5 8,5 5,4 5,5 2,5
10-6 17 13 14 10 11,5 8 9,5 7 7 4
D.
Kapasitas Kanal
Dari gambar 10., dapat ditunjukkan bahwa MIMO dengan
jumlah antena yang lebih banyak memiliki kapasitas yang
lebih tinggi. Jika dilihat pada level SNR 10 dB, penambahanelemen antena pada kedua sisi menghasilkan peningkatan
sebesar 10 bps/Hz. Peningkatan kapasitas tersebut bersifat
linier, yaitu semakin besar level SNR, maka nilai kapasitas
akan mengalami peningkatan secara tajam dan continue.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2010
-5
10-4
10-3
10-2
10-1
Eb/N0 (dB)
BER(
dB)
P=0,25 Watt (BPSK 2x2)
P=0,5 Watt (BPSK 2x2)
P=0,75 Watt (BPSK 2x2)
P=1 Watt (BPSK 2x2)
P=2 Watt (BPSK 2x2)
P=0,25 Watt (QPSK 2x2)
P=0,5 Watt (QPSK 2x2)
P=0,75 Watt (QPSK 2x2)
P=1 Watt (QPSK 2x2)
P=2 Watt (QPSK 2x2)
Gambar 7. Grafik kinerja MIMO STBC Alamouti 2x2 pada kanal frekuensi
5 GHz indoordengan daya transmisi bervariasi
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2010
-5
10-4
10-3
10-2
10-1
Eb/N0 (dB)
BER(
dB)
P=0,25 Watt (BPSK 4x4)
P=0,5 Watt (BPSK 4x4)
P=0,75 Watt (BPSK 4x4)
P=1 Watt (BPSK 4x4)
P=2 Watt (BPSK 4x4)
P=0,25 Watt (QPSK 4x4)P=0,5 Watt (QPSK 4x4)
P=0,75 Watt (QPSK 4x4)
P=1 Watt (QPSK 4x4)
P=2 Watt (QPSK 4x4)
Gambar 8. Grafik kinerja MIMO STBC Tarokh 4x4 pada kanal frekuensi 5
GHz indoordengan daya transmisi bervariasi
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2010
-5
10-4
10-3
10-2
10-1
Eb/N0 (dB)
BER(
dB)
P=0,25 Watt (QPSK 2x2)
P=0,25 Watt (QPSK 4x4)
P=0,5 Watt (QPSK 2x2)
P=0,5 Watt (QPSK 4x4)
P=0,75 Watt (QPSK 2x2)
P=0,75 Watt (QPSK 4x4)
P=1 Watt (QPSK 2x2)
P=1 Watt (QPSK 4x4)
P=2 Watt (QPSK 2x2)
P=2 Watt (QPSK 4x4)
Gambar 9. Grafik perbandingan BER STBC Alamouti 2x2 dan STBC
Tarokh 4x4 sistem MIMO
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 200
5
10
15
20
25
SNR
Capacity
MIMO 2x2
MIMO 4x4
Gambar 10. Grafik perbandingan kapasitas sistem MIMO 2x2 dan 4x4 pada
kanal frekuensi 5 GHz indoor
V.
KESIMPULAN/RINGKASANKesimpulan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1.
Kinerja sistem komunikasi MIMO dengan STBC Tarokh
4x4 lebih baik daripada penggunaan STBC Alamouti 2x2.
Dapat dilihat pada saat daya transmisi sama sebesar 1 Watt
untuk nilai BER 10-5, memiliki selisih daya pancar sebesar
3,1 dB. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan jumlah antena transmisi, sehingga MIMO 4x4
direkomendasikan untuk sistem komunikasi di lingkungan
dalam gedung pada frekuensi 5 GHz.
2. Jenis modulasi memberikan pengaruh terhadap performansi
sistem komunikasi. Dalam hal ini, penggunaan modulasi
pada sistem MIMO pada kanal frekuensi 5 GHz indoor
bergantung pada tingkatan orde, yakni berdasarkan jumlahbit informasi yang digunakan untuk mengirimkan satu
simbol. Dalam hal ini, modulasi BPSK memiliki kinerja
yang lebih baik daripada modulasi QPSK, yaitu pada
MIMO STBC Alamouti 2x2 mengalami penghematan daya
pancar sebesar 3 dB saat mencapai nilai BER 10-5.
Sedangkan MIMO STBC Tarokh 4x4 mengalami
penghematan daya pancar sebesar 0,1 dB saat mencapai
nilai BER 10-5.
3. Selisih nilai kapasitas MIMO 2x2 dan 4x4 adalah sekitar 5
bps/Hz, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
-
7/26/2019 ITS-paper-33605-2210100158-Paper.pdf
6/6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6
banyaknya elemen antena pada kedua sisi memberikan
pengaruh terhadap kapasitas sistem komunikasi.
DAFTARPUSTAKA
[1]
S., Kirthiga dkk, Performance and Capacity Analisys of MIMO System
at 5 GHz and 60 GHz in Indoor Environment, IEEE Issue 11, vol 11,
November, 2012.
[2]
Yu, Kai dkk, A Wideband Statistical Model for NLOS Indoor MIMO
Channels, IEEE Vehicular Technology Conference, vol. 1, pp. 370 -374,Spring, 2002.
[3]
Alamouti, Siavash M., A Simple Transmit Diversity Technique for
Wireless Communications, IEEE Journal on Selected Areas in
Communications, vol. 16, no.8, pp. 1451-1458, October, 1998.
[4]
Tarokh, Vahid dkk, Space-Time Block Codes from Orthogonal
Designs, IEEE Transaction on Information Theory, vol. 45, no. 5, pp.
1456-1467, July, 1999.
[5]
Costa, Nelson dkk, Multiple-Input, Multiple-Output Channel Model,
The Institute of Electrical and Electronis Engineers, Inc, New York,
2010.
[6] Erceg, Vinko dkk, TGn Channel Models, IEEE 802.11 document
03/940rb, January, 2004.
[7]
Xiong, Fuqin, Digital Modulation Techniques, Artech House
Telecommunications Library 2ndedition, Boston, London, 2006.
[8]
Schumacher, Laurent dkk, , FUNDP, The University of Namur,
Belgium, January, 2004.[9]
P.F.C., Eggers, Angular Dispersive Mobile Radio Environment Sensed
by Highly Directive Base Station Antennas , IEEE International
Symposium, vol.2, pp. 522-526, September, 1995.
[10]
Jankiraman, Mohinder, Space-Time Codes and MIMO Systems,
Artech House Universal Personal Communications Series, Boston,
London, 2004.