its master 11419 paper

Upload: afryan

Post on 21-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    1/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|i

    DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN

    CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP

    KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTABENGKULU

    Aryan Purba)Ispurwono Soemarno

    2)Sri Nastiti N. Ekasiwi

    1.)Graduate school of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111,email:

    3)

    [email protected]

    2.)Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:[email protected].)

    Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:[email protected]

    Abstrak

    Keberadaan suatu kawasan perumahan sedikit banyaknya akan mempengaruhi

    lingkungan sekitarnya dari suatu wilayah. Selain dikarenakan adanya aktifitas dari warga

    perumahan, adanya ekses dari kawasan seperti , limbah rumah tangga, pembangunan

    infrastruktur yang dapat merubah bentang alam, dll, yang akan terus terakumulasi sesuai

    dengan perkembangan dari perumahan. Kondisi serupa adalah adanya kawasan perumahan

    yang dibangun berdampingan dengan wilayah Cagar Alam Danau Dusun Besar, Kota

    Bengkulu. Pengelolaan kedua kawasan ini, memerlukan penanganan khusus yang pada

    dasarnya saling bertentangan. Kesejahteraan manusia pada dasarnya tidak lepas dari

    dukungan lingkungannya. Sehingga setiap kegiatan ataupun pembangunan yang dapat

    merusak lingkungan akan mengancam kesejateraan dari manusia sendiri.Paper ini menyampaikan hasil penelitian tentang dampak yang disebabkan oleh

    kawasan perumahan terkait dengan kelestarian Danau Dendam Tak Sudah Kota Bengkulu.

    Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, analisis daya dukung lingkungan kawasan

    perumahan, dilengkapi dengan evaluasi dampak menggunakan matriks Leopold yang

    dimodifikasi.

    Dari hasil yang didapat, diketahui dampak yang ditimbulkan oleh perumahan pada

    kawasan ini dikategorikan belum merusak lingkungan, dimana hal ini tidak terlepas dari

    optimumnya daya dukung kawasan perumahan pada kawasan ini. Meskipun demikian

    diperlukan upaya-upaya yang dapat menjaga kondisi tersebut sekaligus memperbaiki adanya

    faktor-faktor yang dapat mengancam kelestarian kawasan Cagar Alam tersebut.

    Kata kunci : Dampak Perumahan, Kelestarian Cagar Alam, Lingkungan.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    2/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|ii

    Impact of Housing aroundDanau Dusun BesarNature

    Reserve Area to the Sustainability of LakeDendam Tak

    Sudah,BengkuluCity

    Aryan Purba)Ispurwono Soemarno

    2)Sri Nastiti N. Ekasiwi

    1.)

    Graduate school of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111,email:

    3)

    [email protected]

    2.)

    Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:[email protected]

    3.)Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:[email protected]

    Abstract

    The housing will affect the surrounding environment, especially the natural

    environment. It can affected by the activities of the residents, household waste, development

    activities, etc. Which it will accumulated due to its development. Along with the

    development in Bengkulu city, there are housing areas which was developed on area which

    adjencent to Danau Dusun Besar nature reserves. The management of these two areas

    require special handling that basically contradictory. In principle, human welfares cant be

    separated from the environment support. Any activity or development that could endanger the

    environment would threat the human life.

    This paper what is the impact caused by the housing associated with the sustainabilityof Lake Dendam Tak Sudah. Research approach is using qualitative descriptive method, the

    analysis of housing carrying capacity and factors, with environmental impact assessment

    using modified Leopold matrix.

    From the results obtained, the housing carrying capacity on this region is on optimum

    condition, and the impact can be categorized as hasnt damaged the environment yet. The

    efforts to maintain and improve this condition is needed to avoid impend the sustainabilityof

    this nature reserves.

    Keywords: Environment, Housing Impacts, Nature Reserves Areas Sustainability

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    3/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|iii

    PENDAHULUANSebagai suatu kawasan hunian, kawasan perumahan memiliki hubungan keterkaitan

    dengan lingkungan sekitarnya. Perumahan merupakan suatu wilayah hunian yang dapat

    berkembang seiring dengan dinamika para penghuninya. Perumahan dapat mempengaruhilingkungan sekitarnya melalui berbagai aktifitas pembangunan/pengembangan kawasan itu

    sendiri ataupun melalui perilaku dan aktifitas warganya. Perkembangan wilayah perumahan

    akan sangat bergantung pada daya dukung lahan (carrying capacity) dari kawasan perumahan

    itu sendiri yang memiliki batas-batas tertentu. Dimana bila batas tersebut terlampaui, dapat

    berakibat terganggunya keseimbangan alami dari lingkungan tersebut. Kerusakan suatu

    lingkungan tidak hanya berdampak pada kawasan dimana lingkungan tersebut berada, namun

    dapat menyebar ke daerah yang lebih luas (Soemarwoto, 1989)

    Seiring dengan perkembangan pembangunan di Kota Bengkulu, kawasan yang berada di

    Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, menjadi daerah yang sangat strategis untuk

    dikembangkan menjadi kawasan perumahan. Selain dikarenakan letak dan posisi, sertadukungan infrastruktur yang telah ada di sekitar kawasan tersebut, topografi kawasan ini

    sangat mendukung untuk dijadikan kawasan perumahan. Namun sebagian dari luasan

    kawasan tersebut, ternyata berbatasan langsung dengan kawasan Cagar Alam. Keadaan ini

    terjadi dengan dibangunnya kawasan perumahan Diknas pada tahun 1997 dengan luas

    kawasan 7 ha, dan perumahan Surabaya Permai dengan luas kawasan 33 ha, yang terletak

    pada daerah yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Danau Dusun Besar.

    Penyediaan sarana dan prasarana bagi kawasan perumahan bertujuan untuk mendukung

    peri kehidupan warga (penghuninya) secara optimum. Diperlukan juga upaya pemeliharaan

    dan pengembangan sarana dan prasarana yang ada untuk tetap menjaga kondisi tersebut

    berada dalam keadaan optimum, yang disesuaikan dengan perkembangan dari kawasanperumahan itu sendiri. Untuk itu dilakukan proses pembangunan guna mewujudkan hal

    tersebut, dimana didalam kegiatan pembangunan ini terkadang dilakukan berbagai perubahan

    terhadap lingkungan alami pada kawasan tersebut untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan

    dari pembangunan itu sendiri. Namun apakah pembangunan pada kawasan ini mempunyai

    dampak yang berpotensi mengancam kelestarian kawasan Cagar Alam? Mengingat setiap

    perubahan pada lingkungan akibat suatu aktifitas didefinisikan sebagai dampak, dan seringkali

    menimbulkan masalah karena perubahan yang terjadi selalu lebih luas daripada yang menjadi

    sasaran pembangunan yang direncanakan (Soemarwoto, 1989).

    Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu :

    1. Apa dampak yang ditimbulkan oleh adanya kawasan perumahan, terhadap kelestarian

    Cagar Alam Danau Dusun Besar?

    2. Faktor-faktor penentu apa saja, yang dapat mengancam kelestarian kawasan Cagar Alam,

    terkait dengan adanya perumahan pada kawasan tersebut?

    Penelitian dilaksanakan pada kawasan perumahan formal, yang berbatasan langsung dengan

    Cagar Alam Danau Dusun Besar, di Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, Kota

    Bengkulu

    KAJIAN TEORI

    Bila dikaji melalui pengertian dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992, Perumahan

    adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

    hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Jika dianalogikan rumah

    merupakan suatu proses, yang akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    4/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|iv

    kehidupan penghuninya. Maka perumahan merupakan suatu kelompok organisme yang

    akan terus berkembang dan cenderung mempengaruhi kawasan sekitarnya. Hal ini berkaitan

    dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi suatu wilayah dan kemajuan

    pembangunan di wilayah tersebut. Sehingga dalam menentukan kelayakan suatu kawasanperumahan/permukiman perlu memperhatikan daya dukung lingkungan dari kawasan yang

    dimaksud

    Pada dasarnya konsep daya dukung (carrying capacity) menjelaskan hubungan antara

    ukuran suatu populasi optimum yang dapat ditopang oleh sumber daya yang ada. Konsep ini

    dasarnya diaplikasikan untuk menjelaskan laju stok maksimum dalam suatu area

    (Soemarwoto, 2004). Hal ini berarti menjelaskan bahwa proses menentukan daya dukung

    lingkungan menghasilkan suatu ukuran sebagai acuan untuk menetapkan apa yang akan

    dioptimumkan. Mengingat bahwa suatu lingkungan akan memiliki kapasitas maksimum untuk

    mendukung suatu organisme (Kurnia, 2005).

    Dari berbagai regulasi yang mengatur tentang perumahan (Kepmen Perumahan Rakyat, No :09/KPTS/M/IX/1999, No : 31/Permen/M/2006, Nomor 32/Permen/M/2206, Petunjuk

    Perencanaan kawasan perumahan kota, SKBI 2.3.51. 1987, UDC: 711.58) dituliskan

    berbagai kriteria fisik lahan pengembangan kawasan perumahan. Dengan mengacu kepada

    peraturan-peraturan diatas, maka disusun kriteria mengenai daya dukung lingkungan untuk

    kawasan perumahan, yaitu :

    Tabel 1. Daya Dukung Lingkungan Kawasan Perumahan

    NO Uraian Kriteria

    1 Kelerengan

    0 15 % , Landai

    Memberikan kemudahan dalam pengembangan

    kawasan, mempermudah dalam pekerjaaninfrastruktur, pekerjaan fasilitas perumahan, dan

    memberikan keamanan bagi penghuninya dalam

    beraktifitas

    2Tidak berada pada daerah

    rawan bencana alam

    -

    Terletak pada daerah yang lebih tinggi dari

    permukaan air setempat

    -

    Tidak berada pada daerah yang memiliki

    jenis tanah yang mudah longsor atau

    berada pada daerah yang rawan longsor

    -

    Tidak berada pada daerah patahan atau alur

    gempa

    3Memiliki sumber air tanah

    yang cukup

    -

    Berada pada daerah yang relatif

    berdekatan dengan kawasan perairan atau

    -

    Memiliki sumber air tanah dangkal yang

    cukup

    4Tidak terancam oleh gangguan

    polusi

    - Berada pada daerah yang aman dari

    sumber polusi baik air, udara, suara, dll

    5Memiliki aksesibilitas yang

    baik

    -

    Berada pada kawasan yang telah

    ada/berkembang, sehingga proses

    pembentukan jaringan akan menjadi lebih

    mudah, sehingga akan lebih mudah

    berkembang.

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    5/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|v

    Selain dukungan alami dari kondisi fisik lingkungan, kawasan perumahan juga

    dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung lainnya seperti ; jumlah penduduk pada suatu

    kawasan yang tidak melebihi daya tampung kawasan, pasokan infrastruktur yang mampumenunjang kehidupan, seperti adanya jaringan listrik, jaringan air bersih dan jaringan jalan

    (Sastra dan Marlina, 2006), serta fasilitas sosial maupun utilitas lainnya. Namun daya dukung

    lingkungan dari suatu kawasan tidak selalu sama sepanjang waktu, artinya jika adanya

    perlakuan yang merusak keseimbangan dari lingkungan tersebut, maka daya dukung

    lingkungannya akan menurun, sehingga pada titik tertentu suatu kawasan perumahan dapat

    kehilangan daya dukung lingkungannya.

    Untuk dapat menjaga agar perumahan dapat mendukung peri kehidupan warganya,

    didalam proses perencanaan suatu perumahan dilakukan berbagai pertimbangan mengenai

    penataan terhadap lingkungan binaan yang akan dibangun. Berbagai aspek seperti, aspek

    lingkungan, iklim setempat, orientasi tanah, sosial ekonomi, kesehatan, serta aspek teknismerupakan hal yang harus dipertimbangkan secara seksama (Sastra dan Marlina, 2006).

    Kesemua aspek tadi direncanakan untuk dapat mengakomodasi kebutuhan warga perumahan

    dalam jumlah tertentu yang dapat ditampung dalam suatu batasan luas wilayah yang tertentu

    pula. Kesalahan prediksi dalam proses perencanaan dapat berakibat pada tidak optimumnya

    lingkungan perumahan dalam mendukung peri kehidupan warganya.

    Untuk dapat mewujudkan terciptanya daya dukung yang optimal, selain perhitungan

    mengenai daya tampung kawasan perumahan, kebutuhan akan sumber daya yang dibutuhkan

    (air bersih, energi listrik, dll), utilitas, maupun fasilitas sosial dilakukan kegiatan

    pembangunan. Setelah sarana dan prasarana perumahan terbangun, proses pemeliharaan

    terhadap sarana dan prasarana tersebut juga harus berlangsung dengan baik untuk menjagakualitas kondisi lingkungan yang telah terbentuk, dimana hal ini juga memerlukan kegiatan

    pembangunan. Selain dalam proses pembangunan, maupun pada saat pemeliharaan, kawasan

    perumahan juga akan melakukan proses pembangunan pada saat kawasan perumahan

    memerlukan pengembangan terhadap kawasan yang telah ada.

    Dengan kata lain, proses pembangunan pada kawasan perumahan bersifat simultan dan

    dalam waktu yang bertahap secara berkesinambungan. Hal ini tidak lepas dari perkembangan

    dari perumahan itu sendiri. Baik perkembangan akibat bertambahnya jumlah penduduk yang

    dipicu oleh angka kelahiran, pertumbuhan ekonomi warga perumahan, ataupun dinamika dari

    perkembangan kawasan sekitarnya akibat pertumbuhan dari kawasan perkotaan.

    Kegiatan pembangunan yang dalam arti construction atau developmentbertujuan

    untuk merubah suatu lingkungan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia

    (Soemarwoto, 2004). Suratmo (1993), mendefinisikan dampak sebagai, setiap perubahan

    yang terjadi pada lingkungan akibat aktivitas manusia. Dalam UU LH No 23 Tahun 1997,

    diuraikan, dampak lingkungan hidup sebagai pengaruh perubahan pada lingkungan hidup

    yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Dari sisi ekologi, pembangunan adalah

    gangguan (Soemarwoto, 1989), karena adanya upaya dari manusia untuk merubah suatu

    keseimbangan lingkungan untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia yang dilakukan

    secara sadar melalui pembangunan. Sehingga dari kacamata ekologi adalah tidak mungkin

    untuk melakukan pembangunan tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan (Soemarwoto,

    1989). Jika dikaitkan dengan teori mengenai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

    development), dimana menurut definisi World Commision on Environment (Komisi Dunia

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    6/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|vi

    untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan) sebagai, pembangunan yang memenuhi

    kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam

    memenuhi kebutuhannya. Sehingga meskipun pembangunan itu sendiri merubah

    keseimbangan lingkungan, namun yang harus dijaga adalah bagaimana pembangunan itusendiri tidak mengakibatkan lingkungan kehilangan kemampuan untuk mendukung kehidupan

    manusia (Soemarwoto, 1989).

    Salah satu sifat alam adalah tidak statis (unstatic) dan berproses secara terus menerus

    dengan hukum alam. Lingkungan hidup mengalami dinamika dan berevolusi seiring waktu.

    Dalam kamus Poerwadarminta, kata lestari berarti: tetap selama-lamanya; tidak berubah

    sebagai sediakala. Melestarikan berarti menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah.

    Wardhana (2001) mengungkapkan ada 2 (dua) faktor yang menyebabkan kerusakan daya

    dukung alam, yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

    kerusakan yang berasal dari alam itu sendiri dan sulit untuk dicegah, karena merupakan proses

    alami yang terjadi pada bumi yang sedang mencari keseimbangan dirinya. Sedangkan faktoreksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, dalam rangka

    meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya. Selain aktifitas pembangunan, dampak

    lingkungan dapat juga diakibatkan oleh aktifitas manusia (Soemarwoto, 1989). Sebagai bagian

    dari komponen perumahan, warga (manusia) tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

    sekitarnya. Berbagai sarana dan prasarana yang dibuat bertujuan untuk menunjang aktifitas

    warganya, baik dari segi kebutuhan akan kehidupan sosial, kesehatan, ekonomi, maupun

    pengembangan kualitas hidup setiap warganya.. Namun setiap individu manusia memiliki

    berbagai aktifitas sehari hari yang dapat berbeda setiap individu. Dimana setiap interaksi

    manusia terhadap lingkungannya sangat dipengaruhi oleh berbagai mekanisme, seperti

    mekanisme fisiologi, mekanisme anatomis, mekanisme perseptual, mekanisme kognitif,mekanisme pemaknaan (meaning), mekanisme afektif, mekanisme evaluatif , mekanisme

    tindakan dan perilaku, respon manusia terhadap kognisi (cognition), makna (meaning), afektif,

    dan evaluasi dan mekanisme supportiveness(Rapoport, 2000).

    Pengertian Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya

    mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu yang perlu di lindungi dan

    perkembangannya berlangsung secara alami. Terletak di sebelah Barat Kota Bengkulu, Cagar

    Alam Danau Dusun Besar atau lebih dikenal dengan Danau Dendam Tak Sudah, ditetapkan

    menjadi kawasan Cagar Alam pertama kali dalam Besluit Tuan Besar Gubernur Jendral

    Hindia Belanda tanggal 17 Juni 1936 no. 36 seluas 11, 5 ha. Selanjutnya pada tahun 1981

    kawasan lindung ini diperluas menjadi 430 ha berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.

    171/KPTS/UM/3/1981 dan pada tahun 1992 Menteri Kehutanan RI dengan surat keputusan

    No.602/KPTS-II/1992 tanggal 10 Juni 1992 menetapkan kelompok hutan danau Dusun Besar

    seluas 577 ha, sebagai kawasan hutan tetap (register 61) dengan fungsi hutan suaka

    alam/Cagar Alam dengan nama Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB). Sebagian besar

    wilayah kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar adalah rawa, dan sebagian lagi berupa

    tanah daratan dan perairan danau. Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar mempunyai dua

    tipe ekosistem yaitu, ekosistem perairan danau dan ekosistem hutan air tawar dengan luas 487

    ha yang berfungsi sebagai kawasan tangkapan air (catchment area)bagi zona perairan danau.

    Kawasan perumahan yang menjadi obyek penelitian ini, terletak pada kawasan yang

    berbatasan dengan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan tangkapan air bagi zona

    perairan danau. Tentunya kerusakan pada kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    7/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|vii

    Alam, akan mengancam keberlangsungan dari kawasan perairan Danau Dendam Tak Sudah,

    yang membutuhkan pasokan air dari kawasan tersebut.

    Gambar 1. Kawasan penelitian (Sumber : Dinas Tata Kota Bengkulu, 2009)

    Salah satu yang menjadi sumber dampak lingkungan adalah pencemaran lingkungan.

    Terjadinya suatu pencemaran terhadap suatu lingkungan terkadang melampaui batas atau

    wilayah yang sebelumnya diprediksi dapat terkena dampak. Hal ini disebabkan oleh media

    perantara dari pencemaran tersebut, seperti udara, air, ataupun tanah. Jika hal tersebut terjadi

    dalam waktu yang lama, dan dalam jumlah yang semakin banyak, maka kemampuan

    lingkungan untuk mengasimilasi zat pencemar akan terlampaui, sehingga dalam waktu

    tertentu kualitas lingkungan akan menjadi buruk dan pada akhirnya akan mengalamikerusakan lingkungan. Selain itu upaya pemanfaatan kawasan Cagar Alam dapat juga

    merusak kelestarian kawasan ini. Tindakan seperti menebang pohon, merubah bentuk alami

    kawasan Cagar Alam, dan berbagai aktifitas lain yang dapat bersifat merusak kealamian

    kawasan Cagar Alam.

    Dari apa yang telah diuraikan, ditarik keseimpulan bahwa, kawasan perumahan dapat

    menimbulkan dampak yang kurang baik pada lingkungan sekitarnya akibat beberapa faktor,

    yaitu : Menurunnya daya dukung lingkungan kawasan perumahan akibat terlampauinya

    kapasitas daya tampung kawasan perumahan. Kondisi ini dapat berakibat pada semakin

    bertambahnya beban lingkungan akibat, tingginya jumlah kebutuhan sumber daya seperti air

    bersih, tingginya unsur polutan yang dihasilkan oleh kawasan perumahan (sampah, limbah

    cair, pencemaran udara akibat asap buangan kendaraan, atau pencemaran air tanah), adanya

    pemanfaatan lahan pada kawasan sekitarnya yang tidak sesuai dengan peruntukannya sebagai

    akibat berkurangnya kemampuan kawasan perumahan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas

    warganya, baik dari kebutuhan sosial, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga

    akibat menurunnya daya dukung lingkungan pada kawasan perumahan dapat mempengaruhi

    kualitas lingkungan alami disekitarnya. Aktifitas pembangunan pada kawasan perumahan

    pada kawasan perumahan sebagai akibat dari dinamika perkembangan kawasan perumahan

    dapat juga mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya. Ini dapat terjadi jika,

    pembangunan pada kawasan perumahan tidak memperhatikan karakteristik kawasan yang

    berada disekitarnya. Pembangunan sarana infrastruktur dengan menggunakan metoda teknis

    yang tidak tepat atau sesuai dengan lingkungan sekitarnya seperti, pengeringan lahan,

    Kawasan Perumahan

    Wilayah Cagar Alam

    Danau Dusun Besar

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    8/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|viii

    penimbunan dan penggalian (cut and fill), atau penggunaan material yang dapat merusak

    keseimbangan lingkungan dapat berdampak buruk pada lingkungan sekitarnya. Perencanaan

    yang tidak cermat dalam penataan tata ruang kawasan juga dapat menimbulkan dampak yang

    merusak lingkungan sekitarnya. Sehingga kerusakan lingkungan yang terjadi tidak hanya padafase pembangunan, namun juga pada fase setelah pembangunan terlaksana. Selain kedua

    faktor tadi, aktifitas penghuni perumahan dapat juga berdampak buruk pada lingkungan.

    Sebagai bagian dari lingkungan, manusia akan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

    Aktifitas yang dapat merugikan kawasan Cagar Alam seperti ; Pemanfaatan lahan yang tidak

    sesuai dengan peruntukannya yang bersifat merubah bentang alami kawasan dapat meluas

    hingga ke kawasan Cagar Alam, mencemari kawasan Cagar Alam, perusakan lingkungan

    kawasan Cagar Alam, yang dapat dipengaruhi oleh upaya penyehatan lingkungan, aktifitas

    sosial, maupun aktifitas keseharian.

    METODE

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Untukmemperoleh data-data yang diperoleh dilakukan dengan beberapa cara : pengumpulan data

    sekunder melalui teknik dokumentasi (peta-peta, peraturan terkait, laporan resmi, dll), dan

    pengumpulan data primer, dengan menggunakan teknik, observasi, survey (menggunakan

    kuisioner), serta wawancara. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengolahan data

    untuk mendapatkan fakta-fakta serta gambaran mengenai kondisi lapangan fisik lingkungan ,

    baik pada kawasan perumahan dan kawasan Cagar Alam yang berada pada daerah yang

    terdekat dengan kawasan perumahan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar dampak

    lingkungan pada kawasan Cagar Alam, dilakukan pendekatan dengan menggunakan metoda

    analisa dampak Matriks Leopold yang dimodifikasi.

    Metoda ini memiliki keunggulan dalam menganalisis dampak lingkungan akibat suatukonstruksi ataupun berbagai aktifitas yang berada di suatu wilayah yang relatif masih alami

    (Fandeli, 1995). Menurut Soemarwoto (1989), kegunaan matriks Leopold adalah

    kemampuannya untuk mengidentifikasi interaksi antara aktifitas dan faktor lingkungan, untuk

    mendapatkan dampak potensial. Dalam perkembangannya, metoda matrik Leopold

    dimodifikasi oleh banyak pakar (Fandelli, 1995), atau yang dikenal dengan nama Metoda

    Matrik Leopold dimodifikasi. Modifikasi dari metoda ini terutama pada hal-hal seperti :

    Banyaknya komponen lingkungan tidak harus 88 unit, namun dapat disesuaikan dengan

    kondisi lingkungan setempat, banyaknya aktivitas tidak harus 100 jenis, melainkan ditentukan

    dan dipilih aktifitas-aktifitas yang paling menonjol atau memberi dampak.

    Matriks ini menginteraksikan antara aktifitas atau komponen kegiatan dengan

    komponen penelitian, sehingga dapat mengidentifikasi dampak lingkungan (Fandelli, 1995).

    Secara ringkas, penggunaan metoda ini adalah : pertama, dengan membuat matrik dengan

    menentukan dampak-dampak setiap aktifitas dari kawasan perumahan terhadap komponen

    lingkungan. Dimana data ini didapat dari hasil data-data primer dan sekunder. Langkah

    selanjutnya adalah menentukan besaran (magnitude) dan tingkat kepentingan (importance)

    dampak. Penentuan besaran dampak didasarkan pada analisis evaluatif yang obyektif dengan

    cara-cara kualitatif, maupun kuantitatif (dalam penelitian ini, hasil kuisioner). Untuk besaran

    kepentingan dampak ditinjau dari Keputusan Kepala Bapedal No : 056 Tahun 1994 tentang

    pedoman ukuran dampak penting. Yang meliputi kepentingan aktifitas, sektoral lokal,

    regional, nasional, luas persebaran dampak, sifat dampak, intensitas dampak, sifat kumulatif

    dampak, dan banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak. Dampak yang terjadiakibat adanya kegiatan diklasifikasikan sebagai dampak penting, bila salah satu kriteria dari

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    9/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|ix

    kriteria diatas mempunyai skala kriteria dampak > 2. Dalam analisa ini kriteria yang

    digunakan tertera sebagai berikut :Tabel 2. Skala Kepentingan Kriteria Dampak Penting

    NO Kriteria Skala1 2 3 4 5

    1

    LuasWilayah

    persebarandampak (ha)

    < 100

    Sangat sempit

    101 200

    sempit

    201 300

    sedang

    301 500

    luas

    > 500

    Sangat luas

    2Intensitas

    dampakTidak Permanen Permanen

    3

    KomponenLingkungan

    yang terkena

    dampak

    Sangatsedikit

    Sedikit Sedang BanyakSangat

    banyak

    4

    Sifat

    kumulatif

    dampak

    Antagonistiksaling

    menetralisir

    Dampak

    muncul

    kumulatifsedang

    Dampakmuncul

    komulatif

    lama

    Dampak muncul

    kumulatifrelatif sangat

    lama

    Dampak

    muncul

    kumulatifsangat lama

    5

    Berbalik

    atau tidak

    berbaliknya

    dampak

    Dampakterperbalikan

    Dampak

    terperbalikanselama

    terkendalikan

    Dampak

    terperbalikanagak sukar

    dikendalikan

    Dampak takterperbalikanefek majemuk

    Dampak takterperbalikanefek sangatmajemuk

    Sumber : Fandeli 1995

    Namun pertimbangan nilai (value judgement) dari suatu dampak dapat dipengaruhi oleh,

    waktu, kepentingan, wilayah, serta latar belakang pendidikan. Hal inilah yang seringmenimbulkan konflik, karena pada dasarnya pertimbangan nilai tersebut bersifat subyektif,

    meskipun penilaian tersebut dilakukan oleh seorang pakar (Soemarwoto, 1989).

    Untuk memudahkan menentukan tingkat besaran dampak, terlebih dahulu ditentukan

    batasan-batasan angka/ skala dari besaran dampak dengan menggunakan skala penilaian

    dalam tabel 3 yang diambil dari Fandeli. (1995)

    Tabel 3. Skala Penilaian

    NO Jenis Skala Besaran (%) Tafsiran

    1

    Keadaan Komponen

    Lingkungan

    1

    2

    34

    5

    1 20

    21 40

    41 6061 80

    81 - 100

    Sangat Buruk

    Buruk

    SedangBaik

    Sangat baik

    2Kepentingan komponen

    lingkungan

    1

    2

    3

    4

    5

    1 20

    21 40

    41 60

    61 80

    81 - 100

    Kurang Penting

    Cukup Penting

    Penting

    Lebih Penting

    Sangat Penting

    3Keadaan kualitaslingkungan

    1

    23

    4

    1 20

    21 4041 60

    61 80

    Sangat Buruk

    BurukSedang

    Baik

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    10/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|x

    5 81 - 100 Sangat baik

    4 Tafsiran Dampak

    1

    2

    34

    5

    1 20

    21 40

    41 6061 80

    81 - 100

    Dampak Sangat Kecil

    Dampak Kecil

    Dampak SedangDampak Besar

    Dampak Sangat Besar

    Sumber : Fandelli 1995

    Untuk dapat memperkirakan dampak yang terjadi, dilakukan pengolahan data baik

    sekunder maupun primer, sehingga dapat dijadikan dasar penilaian terhadap analisis yang

    akan dilakukan. Perhitungan mengenai kapasitas daya tampung penghuni pada kawasan

    perumahan juga dilakukan untuk mengetahui tekanan terhadap lingkungan pada kawasan

    perumahan dan lingkungan kawasan Cagar Alam. Lokasi penelitian adalah kawasan

    perumahan formal di Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu,meliputi

    kawasan perumahan Surabaya Permai, perumahan Diknas Surabaya, dan perumahan Griya

    Asri, dimana wilayah perumahan ini berbatasan langsung dengan kawasan Cagar Alam.

    Sebagai subyek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah komunitas warga yang

    menghuni kawasan perumahan yang berbatasan dengan Cagar Alam Danau Dusun Besar,

    Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. Sesuai dengan model

    penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, pengambilan sampel dalam

    mengumpulkan data primer dilakukan dengan cara Purposive sampling, baik melalui metoda

    kuisioner, wawancara, serta observasi mengenai aktifitas warga.

    ANALISIS DAN PEMBAHASANDari data sekunder ditemukan, Wilayah perumahan yang diteliti terdiri dari 11 RT,

    dengan jumlah KK sebanyak 831 KK, dengan jumlah jiwa sebanyak 3.170 jiwa. Sedangkan

    luas lahan yang telah didirikan perumahan yang berdekatan dengan kawasan tangkapan airkawasan Cagar Alam adalah seluas 46,4 ha, yang terdiri dari 3 kawasan perumahan yaitu

    Perumahan Diknas Surabaya, Perumahan Surabaya Permai, dan Perumahan Permata Griya

    Asri. Untuk dapat menghitung daya tampung optimum kawasan, maka dilakukan pendekatan

    dengan menghitung luas area perumahan, luas standar pemanfaatan lahan yang diizinkan,

    peraturan koefisien dasar bangunan (KDB), dan menghitung standar minimum kebutuhan

    ruang untuk setiap orang. Sehingga dapat diperoleh jumlah maksimum atau daya tampung

    maksimum dari kawasan perumahan tersebut. Melalui pendekatan diatas maka didapat daya

    tampung maksimum untuk setiap kawasan perumahan adalah sebagai berikut ;

    Tabel. 4. Jumlah Penduduk dan daya tampung kawasan perumahan

    Perumahan Luas KawasanPerumahan (ha)

    Daya TampungMaksimum (jiwa)

    Jumlah warga perumahansaat ini (jiwa)

    Diknas Surabaya 6,5 3.034 727

    Griya Asri 8,6 4.014 1.372

    Surabaya Permai 31,5 14.700 1.071

    Sumber. Analisa 2009

    Dari hasil pengamatan, ketersediaan sarana dan prasarana kawasan perumahan yang ada

    memiliki kemiripan antara satu kawasan dengan kawasan lain. seperti tersedianya fasilitas

    jaringan jalan yang memiliki lebar jalan 3 3, 5 m dimana mampu menampung lalulintas

    kendaraan untuk < 350 kendaraan per hari. Dilayani dengan jaringan air bersih PDAM, serta

    menggunakan septic tankdengan konstruksi kedap air/permanen. Ketiga kawasan perumahanini juga terhubung dengan jaringan jalan yang terbentuk dari jalan lingkungan pada kawasan

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    11/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|xi

    perumahan. Terdapat juga jaringan drainase air limbah rumah tangga, yang melayani ketiga

    kawasan perumahan ini. Konstruksi drainase yang terbuat dari pasangan batu dengan mortar

    ini mengalirkan air menjauhi kawasan Cagar Alam. Meskipun kawasan perumahan ini

    dilayani oleh jaringan air bersih PDAM, namun didapati adanya sumur galian pada sebagianrumah warga ( 55 %), namun sumber air bersih utama menggunakan PDAM ( 95 %). Dengan

    membandingkan antara ketersediaan sarana dan prasarana yang ada dengan jumlah penduduk

    pada kawasan perumahan ini, belum didapati adanya penurunan daya dukung kawasan

    perumahan yang diakibatkan oleh terlewatinya kapasitas daya tampung kawasan perumahan,

    dan kapasitas pelayanan pada sarana dan prasarana perumahan akibat pertumbuhan jumlah

    penduduk baik oleh angka kelahiran maupun pertambahan penduduk. Sehingga dukungan

    lingkungan kawasan perumahan yang berupa tingkat pelayanan sarana dan prasarana kawasan

    perumahan masih berada dalam kondisi yang dapat memenuhi kebutuhan warganya. Namun

    dari segi kualitas pelayanan, didapati keluhan warga mengenai kualitas jalan lingkungan yang

    ada (65 %). Adanya tumpukan sampah pada daerah perumahan yang belum dimanfaatkan(kosong), ataupun lahan kosong dalam jumlah yang relatif sedikit, kemungkinan disebabkan

    oleh tidak adanya fasilitas penampungan sampah sementara yang berada didalam kawasan

    perumahan. Namun pada kawasan perumahan Diknas Surabaya dan Permata Griya Asri

    ditemukan adanya managemen persampahan secara mandiri oleh warga perumahan, dengan

    membayar pekerja yang mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah.

    Dari pengamatan lapangan, karekteristik lingkungan kawasan Cagar Alam yang

    berbatasan dengan kawasan perumahan berupa ekosistem rawa-rawa. Dimana dari data

    sekunder didapati kawasan ini adalah kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan

    tangkapan air (catchment area) Cagar Alam. Mengingat tidak adanya sumber air yang

    permanen seperti sungai yang menyuplai air ke kawasan perairan danau, pelestarianlingkungan Cagar Alam yang berbentuk rawa-rawa dan wilayah yang ditetapkan sebagai

    wilayah tangkapan air kawasan Cagar Alam menjadi sangat penting. Untuk tetap menjaga

    agar kawasan yang merupakan wilayah Cagar Alam ini tidak mengalami penurunan

    kemampuan fungsinya atau kehilangan fungsinya. Selain dari karakteristik lingkungan,

    didapati juga komponen lingkungan yang dapat terkena dampak adalah batas wilayah Cagar

    Alam itu sendiri.

    Di sepanjang kawasan yang berbatasan langsung dengan kawasan perumahan tidak

    ditemui adanya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Tidak tampak

    adanya tumpukan sampah pada daerah yang berbatasan dengan kawasan perumahan. Kondisi

    vegetasi di daerah ini terdiri dari semak belukar dan beberapa kelompok pohon keras pada

    beberapa bagian dari kawasan. Demikian pula tidak ditemukan adanya aliran air yang dapat

    masuk secara langsung ke dalam kawasan tangkapan air dari arah kawasan perumahan. Hal ini

    dikarenakan adanya tanggul tanah yang dibangun setelah adanya kawasan perumahan. Selain

    itu pula adanya saluran drainase permanen yang mengalirkan air buangan rumah tangga ke

    arah yang menjauhi kawasan tangkapan air. Ini berarti tidak adanya sumber pencemaran

    lingkungan yang berasal dari kawasan perumahan, baik itu limbah cair maupun limbah padat

    seperti sampah, dan lain-lain.

    Sebagian besar aktifitas pembangunan yang ada pada kawasan perumahan, merupakan

    aktifitas pembangunan yang bertujuan melakukan pemeliharaan sarana infrastruktur yang ada,

    seperti pembangunan jalan, pembuatan drainase. Dari hasil pengamatan didapati jenis

    konstruksi yang dipergunakan untuk pembuatan jalan lingkungan menggunakan konstruksi

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    12/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|xii

    lapis perkerasan aspal. Pengembangan sarana seperti pembangunan masjid dilakukan secara

    swadaya oleh masyarakat, dengan waktu pembangunan yang relatif lama. Pengembangan unit

    rumah pada masing masing kapling tanah, dari hasil pengamatan dan kuisioner, menunjukkan

    hasil yang baik pada pada lingkungan sekitarnya. Dimana hasil yang didapat menunjukansebagian besar pengembangan unit rumah dibandingkan dengan luasan kaplingnya masih

    memenuhi persyaratan koefisien dasar bangunan sebesar 60 : 40 (85 %), sehingga selain ruang

    terbuka hijau yang ada, setiap kapling rumahpun masih mampu meresapkan air hujan ke

    dalam tanah. Ditemukan juga adanya bangunan tanggul tanah pada daerah yang berbatasan

    dengan kawasan Cagar Alam. Menurut warga perumahan, tanggul tanah yang dibangun pada

    tahun 1997 ini dibangun untuk mengatasi banjir akibat meluapnya air dari kawasan rawa-rawa

    yang berada di kawasan Cagar Alam terutama pada musim penghujan. Dari hasil pengamatan,

    jenis konstruksi tanggul yang menggunakan tanah ini, dibuat dengan menggunakan tanah

    timbunan yang didatangkan ke lokasi tersebut, tanpa melakukan penggalian tanah/rawa pada

    daerah kawasan Cagar Alam. Didapati juga adanya penggunaan lapisan beton pada dindingtanggul secara setempat setempat pada bagian dinding yang menghadap ke kawasan Cagar

    Alam. Pembangunan tanggul ini secara nyata telah membuat batasan secara fisik terhadap

    batas kawasan perumahan dengan kawasan Cagar Alam.

    Hasil pengamatan terhadap aktifitas warga perumahan, baik berdasarkan observasi

    maupun kuisioner. Didapati aktifitas yang paling menonjol dari warga perumahan berkaitan

    dengan lingkungan kawasan Cagar Alam, adalah aktifitas memancing di kawasan Cagar

    Alam. Berdasarkan hasil wawancara didapati juga adanya aktifitas berburu (menembak

    burung) yang dilakukan oleh warga, namun pada saat penelitian ini dilakukan, tidak didapati

    adanya aktifitas warga tersebut. Hal lain yang menonjol adalah adanya aktifitas berkebun pada

    lahan kosong yang beredekatan dengan kawasan Cagar Alam. Jenis tumbuhan yang ditanamberupa, pisang, jagung, dan sebagian lagi kelapa sawit.

    Dari uraian diatas, disimpulkan komponen lingkungan dari kawasan Cagar Alam yang

    dapat terkena dampak akibat adanya perumahan ini adalah :

    1.

    Perubahan bentuk alami kawasan Cagar Alam, terutama pada daerah yang berbatasan

    dengan kawasan perumahan.

    2.

    Perubahan batas kawasan Cagar Alam, secara illegal.

    3.

    Berkurangnya Kuantitas air permukaan (pada rawa-rawa) yang dipengaruhi oleh aktifitas

    warga dan aktifitas pembangunan kawasan perumahan.

    4.

    Potensi terjadinya pencemaran lingkungan akibat masuknya limbah cair kedalam

    kawasan Cagar Alam. Dapat terjadi pada air permukaan ataupun merembes melalui air

    tanah yang berada pada kawasan perumahan.

    5. Menurunnya kualitas alami lingkungan kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar

    Alam, akibat perusakan lingkungan.

    6. Adanya perubahan vegetasi alami kawasan tangkapan air (catchment area)Cagar Alam

    sebagai pengaruh dari aktifitas dan perilaku warga perumahan.

    7. Pemanfaatan kawasan Cagar Alam yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Baik secara

    langsung maupun tidak langsung oleh warga perumahan secara illegal.

    Setelah dilakukan pengidentifikasian aktifitas maupun komponen perumahan yang

    dapat menimbulkan dampak, dan mengidentifikasi komponen lingkungan yang dapat

    dipengaruhi oleh adanya kawasan perumahan. Maka dilakukan analisa dampak lingkungan

    akibat adanya kawasan perumahan dengan menggunakan analisa Matriks Leopold

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    13/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|xiii

    Tabel. 5 Matriks dampak Perumahan terhadap komponen lingkungan Cagar Alam

    N

    O

    Aktifitas

    KomponenLingkungan

    Rona Lingkungan Awal

    Nilai Keadaan

    lingkungan denganAktifitas

    Keadaan Lingkungansesudah Operasional

    Evaluasi

    Keadaan

    Kom

    ponen

    Lingkung

    an

    Nilai(Keadaan

    x

    Kepentingan)

    Lingkungan

    Nilai(maks

    keadaan

    x Makskepenting

    an)Lingkung

    an

    Persentase (%)

    (Kolom 4 /

    Kolom5)

    SkalaKualita

    sKompo

    nenLingkungan

    terbobot (A)

    Aktifitas

    Pembangunan

    Aktif

    itasWarga

    Nilai

    Keseluruhan

    Nilai

    Maksimum

    Pros

    en (% )

    Skala

    Dam

    pakyangterjadi

    Selis

    ihSkal

    a

    Tafsiran dampak

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    1 Bentuk Kawasan Cagar Alam4

    5 20 25 80 44

    44

    4 32 50 64 4 0 Tidak ada dampak

    2 Batas Kawasan Cagar Alam4

    520 25 80 4

    44

    45

    36 50 72 4 0 Tidak ada dampak

    3 Kualitas Air Permukaan4

    416 25 64 4

    34

    44

    28 50 56 3 -1Penurunan skala -1

    (sangat kecil)

    4 Kuantitas Air Permukaan4

    520 25 80 4

    34

    44

    28 50 56 3 -1Penurunan skala -1

    (sangat kecil)

    5Kualitas LingkunganCatchment Area

    45

    20 25 80 44

    54

    436 50 72 4 0 Tidak ada dampak

    6Pemanfaatan Kawasan CagarAlam

    45

    20 25 80 44

    54

    436 50 56 4 0 Tidak ada dampak

    7 Perubahan Vegetasi 44

    16

    25

    64

    4

    45

    44

    28 50

    56 3 -1 Penurunan skala -1(sangat kecil)

    Jumlah Nilai 132 108 116 224 dari perhitungan skalaternyata tidak ada

    dampak, namun dariprosentase, ada penurunan

    kualitas sebesar 11,43 %

    Nilai Maksimum 175 175 175 350

    Prosentase ( % ) 75,43 62 66 64 11,43

    Skala 4 4 4 4

    Selisih Skala 0

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    14/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|xiv

    Dari hasil pengolahan data menggunakan metoda analisa dampak matriks Leopold,

    ditemukan bahwa adanya kawasan perumahan memiliki dampak terhadap kawasan tangkapan

    air (catchment area) dari Cagar Alam Danau Dusun Besar. Dampak yang diakibatkan adalah :

    -

    Adanya dampak pada komponen lingkungan kualitas air permukaanDidapati dampak yang terjadi adalah penurunan skala 1 (sangat kecil). Kondisi ini

    diakibatkan oleh adanya sumber penghasil limbah baik limbah cair maupun sampah yang

    permanen pada lokasi yang dapat mempengaruhi kawasan tangkapan air (catchment

    area) Cagar Alam.

    -

    Adanya dampak pada komponen lingkungan kuantitas air permukaan.

    Didapati dampak yang terjadi adalah penurunan skala 1 (sangat kecil). Dengan

    dikembangkannya kawasan perumahan pada daerah yang semula menyatu dengan

    kawasan tangkapan air, maka luasan wilayah tangkapan air yang awalnya lebih

    ditentukan oleh faktor topografi kawasan, menjadi ditentukan oleh batas kawasan yang

    telah ditentukan. Selain itu adanya pemakaian air tanah juga mempengaruhi cadangan airtanah pada kawasan sekitarnya.

    - Adanya dampak pada komponen lingkungan vegetasi kawasan tangkapan air (catchment

    area) Cagar Alam.

    Didapati dampak yang terjadi adalah penurunan skala 1 (sangat kecil). Adanya aktifitas

    memancing dan berburu yang dapat mempengaruhi kelestarian vegetasi kawasan dan

    ekosistem kawasan tangkapan air serta adanya penanaman jenis tumbuhan yang bukan

    merupakan vegetasi asli kawasan dalam jumlah yang cukup banyak pada beberapa lokasi,

    terutama dari jenis tanaman yang dapat tersebar oleh bantuan hewan sehingga tanaman

    tersebut dapat tumbuh di dalam kawasan tangkapan air

    KESIMPULANDari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, meliputi kajian mengenai daya

    dukung lingkungan kawasan perumahan, dan analisa dampak perumahan terhadap kawasan

    Cagar Alam dengan menggunakan matriks Leopold yang dimodifikasi, serta faktor-faktor

    yang dapat mengancam kelestarian kawasan tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal,

    yaitu ;

    Keberadaan kawasan perumahan pada daerah yang berbatasan dengan kawasan tangkapan

    air (catchment area) yang merupakan bagian kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar,

    mengakibatkan dampak berkurangnya jumlah pasokan air ke dalam kawasan tangkapan air

    (catchment area) Cagar Alam, munculnya sumber limbah pada daerah yang sangat dekat

    dengan kawasan tangkapan air, dan adanya pengaruh perubahan vegetasi asli kawasan

    tangkapan air (catchment area) Cagar Alam. Namun dampak yang dihasilkan masih dapat

    dikategorikan sangat kecil, sehingga belum merusak keseimbangan lingkungan pada kawasan

    tangkapan air Cagar Alam Danau Dusun Besar.

    Kondisi ini terjadi diakibatkan adanya faktor-faktor yang menguntungkan bagi kedua

    kawasan seperti ; Daya dukung kawasan perumahan yang sangat baik. Kondisi ini

    dipengaruhi oleh perbandingan antara jumlah penghuni (warga perumahan) yang ada, tidak

    melebihi jumlah kapasitas yang dapat ditampung pada kawasan perumahan. Sehingga

    dukungan sarana dan prasarana kawasan perumahan yang ada masih memadai bagi kegiatan

    beraktifitas warga perumahan.

    Adanya keterpaduan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) kawasan perumahan yang berfungsi

    secara optimal dapat meningkatkan kualitas lingkungan kawasan perumahan. Hal ini dapatdilihat dari , adanya sistem drainase utama yang menyatukan ketiga kawasan perumahan.

  • 7/24/2019 ITS Master 11419 Paper

    15/15

    Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

    Jurusan Arsitektur ITS Maret 2010|xv

    Konstruksi saluran drainase menggunakan konstruksi pasangan batu yang kedap air, dapat

    mengarahkan air buangan menjauhi kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam,

    terlayaninya kawasan perumahan oleh jaringan air minum PDAM, sehingga penggunaan air

    tanah menjadi relatif sedikit. Terpenuhi Koefisien bangunan (KDB) atau rasio areal tanahyang ditutupi oleh lantai bangunan, pada kawasan perumahan di daerah ini sebagian besar

    memenuhi yang disyaratkan sebesar 60 : 40. Sehingga selain areal hijau dari kawasan

    perumahan, setiap kapling tanah pun masih mempunyai areal resapan air hujan. Pemilihan

    jenis konstruksi dan material yang tepat pada pembangunan tanggul tanah penahan banjir.

    DAFTAR PUSTAKA

    Fandeli, C (1995), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan

    Pemapanannya Dalam Pembangunan, edisi revisi, ed. Martopo, S, Liberty, Yogyakarta.

    Komarudin, (1996),Menelusuri Pembangunan Perumahan Dan Permukiman, Yayasan REI PT Rakasindo, Jakarta.

    Kurnia R, (2005), Penentuan Daya Dukung Lingkungan Pesisir, Makalah Individu,

    Program Pasca Sarjana / S 3 Institut Pertanian Bogor, http://www.rudyct.com/PPS702-

    ipb/10245/rahmat_kurnia.pdf,diakses tanggal 10 Nopember 2009.

    Rapoport, A (2000), Critical Reflections on the Work, ed. Moore, K.D, Ashagate Publishing,

    Ltd, London

    Sastra. S.M dan Marlina.E (2006), Perencanaan dan Pembangunan Perumahan, Andi,

    Yogyakarta.

    Soemarno, I (2009), Jenis/Type Pengadaan Perumahan/Permukiman, Bahan Kuliah : Sistem

    dan Metoda Pengadaan Perumahan Dan Permukiman, Institut Teknologi Sepuluh November(ITS), Surabaya.

    Soemarwoto, O (1989), Analisis Dampak Lingkungan, Cet. Ke 2, Gadjah Mada University

    Press, Yogyakarta.

    Soemarwoto, O (2004), Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Ed. Ke 10,

    Djambatan, Jakarta.

    Suratmo, F.G (1993), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, edisi ke 5 (lima), Gadjah

    Mada University Press, Yogyakarta.

    Wardhana, W.A (2004), Dampak Pencemaran Lingkungan, edisi revisi, Andi , Yogyakarta

    Waryono, T (2003), Peranan Kawasan Resapan Air dalam Pengelolaan Sumber Daya Air,

    dalam Kumpulan Makalah Periode 1987 2008, Fakultas Teknik UI , Jakarta

    http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/rahmat_kurnia.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/rahmat_kurnia.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/rahmat_kurnia.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/rahmat_kurnia.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/rahmat_kurnia.pdf