isu pemanasan global akhir

6
Isu pemanasan global akhir-akhir ini selalu menjadi topik perbincangan hangat di forum-forum diskusi. Sebuah kenyataan yang sepertinya tak bisa lagi diacuhkan begitu saja adalah lapisan ozon makin menipis. Akibatnya bumi semakin panas, atau biasa disebut pemanasan global. Penyebab menipisnya lapisan ozon ini adalah banyaknya penggunaan Klorofluorokarbon (CFC) di bumi. CFC mengandung klorin yang apabila dilepas ke atmosfer dapat merusak molekul-molekul ozon. Bahkan, satu molekul CFC dapat menghancurkan 10.000 molekul ozon. CFC paling banya dihasilkan oleh Air Conditioned (AC), kulkas, aerosol, pembuatan busa dan bahan pelarut yang banyak terdapat di kilang-kilang elektronik. Semua alat penghasil CFC ini boleh dibilang merupakan kebutuhan dasar manusia modern. Selain itu, salah satu hal yang memperparah kian menipisnya lapisan ozon adalah semakin berkurangnya pepohonan. Di negara- negara maju dan berkembang, hutan-hutan dibabat habis dan dijadikan lahan industri. Pepohonan diganti dengan gedung- gedung pencakar langit. Padahal, tumbuhan hijau berperan mengubah karbondioksida (CO2) yang terlepas ke udara menjadi oksigen (O2) melalui proses fotosintesis. Dan tentunya kita tahu, oksigen adalah sumber kehidupan manusia. Saya membayangkan suatu hari nanti, jika pepohonan benar-benar habis, bumi semakin panas, oksigen kian berkurang, dan makhluk hidup akan sesak nafas, maka kehidupan di muka bumi akan berakhir. Apalagi dengan semakin menipisnya lapisan ozon, hal paling ngeri yang patut kita ingat adalah mencairnya lapisan es di daerah kutub, yang akan mengakibatkan bumi tenggelam. Dan jika hal ini benar-benar terjadi, kiamat bukan lagi suatu hal yang tak dapat kita bayangkan. Kita semua pasti tahu bahaya yang bisa ditimbulkan oleh akibat menipisnya lapisan ozon. Ozon berperan untuk menangkis sinar ultraviolet, sehingga mengurangi panas yang sampai ke bumi. Jika lapisan ozon menipis, maka radiasi sinar matahari akan langsung ke bumi tanpa melalui proses penyaringan, dan hal ini dapat berakibat fatal. Salah satunya adalah munculnya berbagai penyakit, seperti kanker kulit. Sementara itu, pemerintah terkesan cuek dan tidak bisa bertindak tegas atas segala bentuk pengrusakan hutan yang marak terjadi di Indonesia. Buktinya, maraknya kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra seakan tidak mendapat tindak lanjut apa-apa. Padahal, hal seperti ini perlu penanganan yang

Upload: farah-reza-praditya

Post on 30-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isu Pemanasan Global Akhir

Isu pemanasan global akhir-akhir ini selalu menjadi topik perbincangan hangat di forum-forum diskusi. Sebuah kenyataan yang sepertinya tak bisa lagi diacuhkan begitu saja adalah lapisan ozon makin menipis. Akibatnya bumi semakin panas, atau biasa disebut pemanasan global. Penyebab menipisnya lapisan ozon ini adalah banyaknya penggunaan Klorofluorokarbon (CFC) di bumi. CFC mengandung klorin yang apabila dilepas ke atmosfer dapat merusak molekul-molekul ozon. Bahkan, satu molekul CFC dapat menghancurkan 10.000 molekul ozon. CFC paling banya dihasilkan oleh Air Conditioned (AC), kulkas, aerosol, pembuatan busa dan bahan pelarut yang banyak terdapat di kilang-kilang elektronik. Semua alat penghasil CFC ini boleh dibilang merupakan kebutuhan dasar manusia modern.Selain itu, salah satu hal yang memperparah kian menipisnya lapisan ozon adalah semakin berkurangnya pepohonan. Di negara-negara maju dan berkembang, hutan-hutan dibabat habis dan dijadikan lahan industri. Pepohonan diganti dengan gedung-gedung pencakar langit. Padahal, tumbuhan hijau berperan mengubah karbondioksida (CO2) yang terlepas ke udara menjadi oksigen (O2) melalui proses fotosintesis. Dan tentunya kita tahu, oksigen adalah sumber kehidupan manusia. Saya membayangkan suatu hari nanti, jika pepohonan benar-benar habis, bumi semakin panas, oksigen kian berkurang, dan makhluk hidup akan sesak nafas, maka kehidupan di muka bumi akan berakhir. Apalagi dengan semakin menipisnya lapisan ozon, hal paling ngeri yang patut kita ingat adalah mencairnya lapisan es di daerah kutub, yang akan mengakibatkan bumi tenggelam. Dan jika hal ini benar-benar terjadi, kiamat bukan lagi suatu hal yang tak dapat kita bayangkan. 

Kita semua pasti tahu bahaya yang bisa ditimbulkan oleh akibat menipisnya lapisan ozon. Ozon berperan untuk menangkis sinar ultraviolet, sehingga mengurangi panas yang sampai ke bumi. Jika lapisan ozon menipis, maka radiasi sinar matahari akan langsung ke bumi tanpa melalui proses penyaringan, dan hal ini dapat berakibat fatal. Salah satunya adalah munculnya berbagai penyakit, seperti kanker kulit. 

Sementara itu, pemerintah terkesan cuek dan tidak bisa bertindak tegas atas segala bentuk pengrusakan hutan yang marak terjadi di Indonesia. Buktinya, maraknya kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra seakan tidak mendapat tindak lanjut apa-apa. Padahal, hal seperti ini perlu penanganan yang serius. Belum lagi kasus illegal loging yang tiada henti dan Hak Guna Usaha hutan yang dengan seenaknya saja diberikan kepada pengusaha yang berkepentingan mempertebal kantong sendiri. 

Bermula dari rasa keprihatinan akan hal ini, terbentuklah komunitas-komunitas pencinta lingkungan, yang dengan giat mengampanyekan seruan penghijauan atau yang lebih dikenal dengan istilah Go Green. Meskipun komunitas-komunitas seperti ini lahir setelah bumi sudah terlanjur memanas, kehadirannya tetap patut diapresiasi. Komunitas-komunitas pencinta lingkungan memang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Namun Setidaknya, di antara sekian banyak manusia di dunia ini, masih ada segelintir orang yang peduli akan kelangsungan hidup bumi. 

Sekarang ini, cukup banyak komunitas pencinta lingkungan yang muncul dari rasa keprihatinan akan nasib bumi kita. Komunitas-komunitas seperti ini patut diacungi jempol. Di tengah-tengah masyarakat yang kelihatannya cuek-cuek saja akan dampak pemanasan global, mereka mau mendedikasikan hidupnya melakukan sejumlah kegiatan sebagai upaya menyelamatkan bumi ini. Semoga kehadiran mereka bisa menjadi inspirasi bagi orang lain dan bagi pemerintah, agar mereka tidak terkesan ‘peduli sendiri’.

Page 2: Isu Pemanasan Global Akhir

Akan tetapi, masalah pemanasan global tentu saja tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada para komunitas pencinta lingkungan. Kelestarian lingkungan adalah tanggungjawab kita semua. Kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk menjaga lingkungan harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Dan bentuk kepedulian itu tak cukup dengan sekedar menghadirkan spanduk besar dengan slogan Go Green di sepanjang jalan. Perlu ada tindakan konkrit. Sebab yang ironis, meski pemerintah gencar melakukan kampanye penghijauan lingkungan, gedung-gedung pencakar langit tetap menjamur menggantikan lahan-lahan yang awalnya terbuka hijau. Akibatnya bumi semakin panas, yang akhirnya membuat penggunaan AC kian meningkat, yang ternyata malah berdampak terhadap kian menipisnya lapisan ozon. 

Apresiasi besar sepatutnya kita berikan pada orang-orang yang masih peduli akan kelestarian lingkungan. Saya ingin memberikan sebuah contoh tindakan peduli lingkungan yang dilakukan warga Desa Bone-bone, Kabupaten Enrekang, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Ada satu hal unik di sana yang, bagi yang baru pertama kali mendengar mungkin akan terdengar lucu. Di desa ini, setiap kali ada yang akan menikah, kedua mempelai diwajibkan menanam 5 batang bibit pohon. Bagi calon pengantin yang menolak, maka kepala desa akan menolak menandatangani surat pengantar mereka untuk memperoleh buku nikah. Tapi selama ini, warga di desa tersebut memang tidak ada yang menolak peraturan itu. Karena mereka sadar, hal itu untuk kebaikan mereka sendiri.    

Bayangkan saja, jika dalam setahun ada 10—atau mungkin lebih—pasangan yang menikah, berapa pohon baru yang akan bermunculan di desa tersebut. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat untuk penghijauan, dan memang itulah tujuan kepala desa di sana menjalankan program ini. Selain itu, desa ini juga menerapkan peraturan anti rokok. Warga diharamkan untuk merokok. Alasannya, terkadang masyarakatnya menghabiskan uang untuk membeli rokok ketimbang untuk biaya sekolah anak-anak mereka. Dan terlebih lagi, anak-anak kadang ikut-ikutan orang dewasa dalam merokok. Alhasil, setelah lama program ini berjalan, kesehatan warga desa ini pun meningkat.

Wujud nyata kecintaan pada hutan juga dapat disaksikan di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, sebuah kabupaten yang terletak di ujung selatan Provinsi Sulawesi Selatan. Di Desa Tana Toa, hutan sangat dihargai. Memang, wilayah perkampungan desa ini berada di tengah hutan. Dan mereka menyadari betul manfaat yang telah diberikan hutan kepada mereka. Bukan hanya sebagai sumber air bersih, tapi juga sumber nafkah. Di desa ini, ada beberapa jenis hutan. Selain hutan adat atau hutan pusaka, ada juga hutan kemasyarakatan dan hutan rakyat. Hutan adat sangat dijaga dan tak seorang pun boleh mengganggunya. Sementara hutan kemasyarakatan bisa digarap dengan syarat, sebelum ditebang, harus ditanam dulu pohon pengganti di samping pohon yang akan ditebang tersebut. Lain lagi dengan hutan rakyat, yang memang diperuntukkan untuk digarap bersama-sama oleh masyarakat Tana Toa, dan hasilnya pun dinikmati bersama. 

Masyarakat Desa Tana Toa tahu betul pentingnya hutan. Oleh sebab itu, di sana tak pernah ada penebangan pohon tanpa ijin. Hal ini sudah menjadi kesepakatan antara warga dan Ammatoa, pemimpin adat di desa tersebut. Jika ada yang menebang pohon tanpa ijin, hukumannya tak tanggung-tanggung. Satu batang pohon diganti dengan seekor sapi jantan atau kerbau dan sejumlah uang. Untuk warga di desa ini sendiri, hukuman tersebut terbilang mengerikan. Sebab harga seekor sapi atau kerbau jauh lebih mahal ketimbang sebatang pohon. Dan warga yang memiliki seekor sapi pun bisa disebut sebagai warga yang lumayan berada. Manfaatnya pun terasa. Hutan di Desa Tana Toa tetap lestari hingga saat ini.

Page 3: Isu Pemanasan Global Akhir

Setiap pemerintah daerah di Indonesia patut mencontoh kedua desa ini. Sebuah hal besar berawal dari hal kecil. Harus ada tindakan nyata jika memang kita ingin bumi tetap aman dan berumur panjang. Langkah awal dapat diambil dengan menganjurkan setiap warga menanam pohon di halaman rumah masing-masing. Dalam hal ini, pemerintah daerah dapat mengambil peranan dengan membagikan bibit pohon gratis kepada masyarakat. Rasanya ini bukanlah hal yang terlalu sulit dilakukan jika memang ada kemauan untuk itu. Jika setiap rumah memiliki dua atau tiga pohon di halaman rumah masing-masing, lapisan ozon yang terbuka akan dapat ditutup kembali sedikit demi sedikit dengan cara seperti ini. 

Jika semua pemerintah daerah bersatu menerapkan program ini, lingkungan hijau akan terbuka kembali. Dan bagi mereka yang tak punya halaman cukup, tak usah berkecil hati, langkah ini dapat diganti dengan menanam bunga-bungaan di dalam pot. Bisa dibayangkan manfaatnya. Udara segar akan gampang diperoleh dan panasnya cuaca akan berkurang. Ya, setidaknya ini salah satu usulan tindakan nyata yang bisa diambil. Sebab kampanye penghijauan tak cukup dengan sekedar memasang spanduk besar bergambar pohon hijau di pinggir jalan. Peranan pemerintah dibutuhkan karena tidak semua masyarakat punya kesadaran untuk melakukan tindakan ini. Jika kepala Desa Bone-bone menolak menandatangani surat rekomendasi calon pengantin untuk memperoleh buku nikah, dan pemangku adat Tana Toa menghukum penebang pohon dengan seekor sapi jantan dan sejumlah uang, mungkin pemerintah daerah juga bisa memikirkan jenis hukuman lainnya bagi warga yang tidak peduli lingkungan.

Langkah lain yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan ozon adalah dengan mengurangi bahkan menghentikan pemakaian AC. Kenapa harus gengsi menggunakan kipas angin? Atau bukalah jendela selebar-lebarnya sehingga angin dapat masuk ke dalam ruangan untuk mengurangi rasa gerah dan panas. Walaupun Indonesia telah berkomitmen untuk menghentikan pemakaian CFC dalam AC dan menggantikannya dengan Hidrofluorokarbon HCFC sejak tahun 2007, tetap saja HCFC bisa mengikis lapisan ozon, meski tak separah dampak yang dihasilkan CFC. Jadi, kenapa tak sekalian menghentikan penggunaan AC dan menanam pepohonan di sekitar kita agar suasana tetap sejuk tanpa bantuan alat pendingin ruangan?

Selain itu, manfaat lain yang dapat diperoleh dengan penghijauan adalah mencegah bencana alam, seperti banjir. Pepohonan berfungsi menyerap air hujan ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi resiko banjir.  Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan banjir, karena banjir merupakan bencana langganan setiap kali musim hujan tiba. Hampir tidak ada lagi wilayah yang terbebas dari terjangan banjir setiap musim hujan datang. Mulai dari banjir yang biasa-biasa saja, hingga banjir bandang yang tak jarang memakan korban jiwa. 

Sebenarnya, ada cara lain untuk mengurangi resiko banjir jika masyarakat mau bekerjasama. Misalnya saja dengan membuat sumur biopori di rumah masing-masing. Sumur biopori ini berfungsi menampung air saat hujan turun. Di Jakarta misalnya, yang merupakan salah satu daerah langganan banjir, bayangkan saja jika semua penduduknya memiliki sumur biopori di rumah masing-masing.

Sudah saatnya pemerintah sadar dari keacuhannya. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam menjaga lingkungan. Sebab masyarakat tidak bisa bergerak sendiri tanpa dukungan pemerintah. Dan pemerintah pun butuh dukungan masyarakat dalam setiap program penyelamatan lingkungan yang dibuatnya. Sudah saatnya pemerintah lebih menampakkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Sudah saatnya pemerintah bertindak

Page 4: Isu Pemanasan Global Akhir

tegas memberi hukuman berat pada para pelaku illegal logging dan pada orang-orang yang sengaja membakar hutan demi kepentingan pribadi. 

Jadi, mari kita bekerjasama bahu membahu menjaga kelestarian bumi kita dengan menanam pohon. Mulailah dari diri masing-masing. Sebab permasalahan ini harus menjadi tanggungjawab kita bersama, bukan semata-mata menjadi tanggungjawab pemerintah atau tanggungjawab komunitas pencinta lingkungan.