isu isu akuntansi manajemen
DESCRIPTION
Akuntansi ManajemenTRANSCRIPT
Isu Isu Akuntansi Manajemen BALANCE SCORECARD
Pada tahun 1992, Robert Kaplan dan David Norton memperkenalkan suatu sistem alat yang
mereka sebut "The Balance Scorecard". Mereka mengatakan bahwa kekurangan dari manajemen
terhadap organisasi semata-mata karena menggunakan alat keuangan tradisional, seperti return on
investment dan earning pershare. Kaplan dan Norton menyadari bahwa ukuran keuangan telah
berbeda dengan baik dalam suatu daerah industri. Tetapi keluaran dari langkah dengan
kemampuan dan kompetensi perusahaan yang mencoba dikuasai pada saat ini, tingginya
persaingan lingkungan yang dihadapi perusahaan (Kaplan dan Norton, 1992 dalam Latshaw dan
Choi, 2002).
Balance Scorecard terdiri dari suatu susunan alat keuangan tradisional yang
mengindikasikan bahwa hasil dari tindakan telah diambil, dan sasaran terhadap alat operasional
mengindikatorkan terhadap kinerja laporan keuangan masa depan, yang lebih penting lagi, BSC
dimulai dengan strategi organisasi dari tujuan operasional dan tujuan mendirikan, dan alat kinerja
telah dikembangkan dalam jajaran dengan strategi organisasi. Akhirnya, alat keuangan ditentukan
untuk memastikan bahwa hubungan diantara strategi dan perbaikan alat kinerja diterjemahkan
kedalam memperbaiki keberhasilan keuangan.
Ada beberapa isu-isu kunci yang dibutuhkan dalam menyoroti hubungan didalam Balance
Scorecard. Pertama, strategi organisasi adalah point awal dari proses bahwa memungkinkan top
manajemen menjadikan dalam pikiran mereka apa yang menjadi strategi perusahaan adalah apa
tujuan yang dibutuhkan menyelesaikan berdasarkan strategi. Secara objektif, kegiatan operasional
dibutuhkan untuk menyempurnakan tujuan, dan alat operasional keuangan diperlukan untuk
memonitor keberhasilan operasional, atau semua dilakukan berdasarkan strategi.
4 Persfektif dalam Balance Scorecard
Balance Scorecard menerjemahkan misi dan strategi kedalam berbagai tujuan dan ukuran,
yang tersusun kedalam empat persfektif yang meliputi, financial, pelanggan, proses bisnis internal,
serta pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 1992 dalam Lubis dan Sutapa, 2003).
Empat persfektif Scorecard memberi keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka
panjang, antara hasil yang diinginkan dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut, dan
antara ukuran obyektif yang keras dengan ukuran subjektif yang lebih lunak.
Persfektif Financial
Nama:Made Aditya Putra
NIM:1014081049
Kelas:VC
BSC tetap menggunakan persfektif financial karena ukuran financial sangat penting bagi
perusahaan. Ukuran financial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Pada saat
perusahaan melakukan pengukuran secara financial, maka hal pertama yang dilakukan adalah
mendeteksi kebenaran industri yang dimilikinya, apakah dalam tahap perkembangan growth,
sustain, atau harvest (Norton dan Kaplan; 1996, Monika; 2000). Ketiga tahapan tersebut
mempunyai konsekuensi yang berbeda terhadap ukuran penelitian.
Dalam persfektif financial, scorecard memungkinkan para eksekutif senior setiap unit bisnis
untuk menetapkan bukan hanya ukuran yang mengevaluasi keberhasilan jangka panjang
perusahaan, tetapi juga berbagai variabel yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan
mendorong tercapainya tujuan jangka panjang.
Persfeklif Pelanggan
Perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki.
Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan financial
perusahan. Persfektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran
pelanggan penting-kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan probabilitas dengan pelanggan dan
segmen pasar sasaran. Para manager juga harus mengenali apa yang dinilai tinggi oleh para segmen
sasaran dan memilih proposisi nilai apa yang akan diberikan. Mereka kemudian dapat memilih
tujuan dan ukuran dari tiga kelompok atribut, yang jika memuaskan memungkinkan perusahaan
mempertahankan dan memperluas bisnis dengan pelanggan sasaran. Ketiga atribut itu adalah:
atribut produk dan jasa, hubungan pelanggan serta citra dan reputasi.
Persfektif Proses Bisnis Internal
Dalam persfektif proses bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasi berbagai proses
internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit
bisnis untuk:
a. Memberikan proposisi nilai yang menarik perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan
b. Memenuhi harapan keuntungan financial yang tinggi dari para pemegang saham.
Persfektif proses ini mengungkapkan dua perbedaan ukuran kinerja yaitu pendekatan
tradisional dengan pendekatan BSC. Pendekatan tradisional berusaha memantau dan
meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Sedangkan pendekatan BSC memadukan berbagai
proses inovasi dalam persfektif proses bisnis internal. Pada peraga dibawah akan digambar suatu
persfektif rantai nilai proses bisnis internal. Sistem pengukuran kinerja tradisional terfokus kepada
proses penyampaian produk dan jasa perusahaan saat ini kepada pelanggan. Sistem tradisional
digunakan dalam upaya mengendalikan dan memperbaiki proses saat ini yang dapat diumpankan
sebagai gelombang pendek penciptan nilai. Gelombang pendek ini dimulai dengan diterimanya
pesanan produk (jasa) perusahaan dan pelanggan dan berakhir dengan menyerahkan kepada
pelanggan. Perusahaan menciptakan nilai dengan memproduksi, menyerahkan, dan memberikan
produk dan layanan kepada pelanggan dengan biaya dibawah harga yang dibayar oleh pelanggan.
Persfektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Persfektif ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga sumber utama
pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan dihasilkan dari : person, sistem dan prosedur
perusahaan. Sementara kelompok pekerja yang utama dibedakan lagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
kepuasan, produk dan retensi yang memberikan ukuran hasil dari investasi yang ditawarkan atas
para pekerja, sistem dan keselarasan perusahaan. Berbagai tujuan ini diartikulasikan dalam
persfektif pembelajaran dan pertumbuhan Balance Scorecard. Secara keseluruhan BSC
menerjemahkan visi dan strategi keberbagai tujuan dan ukuran dalam seperangkat persfektif yang
seimbang. Scorecard terdiri atas berbagai ukuran hasil yang diinginkan perusahaan dan juga
berbagai proses yang akan mendorong tercapainya hasil masa depan yang diinginkan.
Dalam perkambangan selanjutnya BSC tidak hanya dipakai untuk mengukur kinerja
organisasi saja, tetapi berkembang menjadi inti dari sistem manajemen strategik. (Lubis dan
Sutapa, 2003). Lebih dari sekedar pengukuran, BSC merupakan sistem manajemen yang
memotivasi breakthrough improvement dalam semua bidang kritis, seperti produk, proses dan
pelanggan serta pengembangan pasar. Ada empat proses manajemen strategik yang
mengkombinasikan tujuan jangka panjang dan jangka pendek secara optimal yaitu :
Proses Translating the Vision. Proses ini membantu manager membangun konsensus visi
dan strategi organisasi.
Proses Communicating and Linking. Proses ini mengajak manajemen mengkonfirmasikan
tujuan individu dan departemen, setting tujuan, serta menghubungkan dengan reward
dengan kinerja.
Proses Business Planning. Proses ini memungkinkan perusahaan mengintegrasikan
perencanaan bisnis dan keuangan yang meliputi setting target, alokasi sumber daya,
pelurusan inisiatif strategi dan penetapan kejadian-kejadian penting.
Proses Feedback and Learning. Mengartikulasikan bagian visi, menyiapkan umpan balik
strategi, memfasilitasi review dan learning strategi.