isthita’ah kesehatan jamaah haji dalam perspektif...

137
ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF KEMENTRIAN KESEHATAN RI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Siska Kurniasih NIM : 11140530000022 KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI

DALAM PERSPEKTIF KEMENTRIAN

KESEHATAN RI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Siska Kurniasih

NIM : 11140530000022

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN

UMRAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

ISTHITA'AH KESEHATAN J.A.MAATi HAJI

DALAM PERSPBKTI F KEMENTRIAN

KESEHATAN RI

Sl ripsi

Diajukrn I(epada Fakultas Ilnru Daku,ah dan lln.ru KomunikasiTJntuk Merlenuhi Persya ratan Merupcrolel.r

Gclar Sarjana Sosial (S, Sos)

Olelr :

Siska Kumiasitr11140530000022

Pembinrbirrg:

Drs. H. Ahmad Kartono. M.Si

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DANUMRAH

PROGRAM ST'UDI NIANAJEMEN DAKWAHFAKULTAS ILMU DAKWAH DAII ILMU

KOMUNIKASIUNI]/ERSITAS ISI,AM NEGERI

SYARIF IIIDAYATTILLATI JAKARTA1439 H t2018 M

Page 3: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

LEMBAR PENGESATIAN

Skripsi berjudul *trSTITHA'AH I(trSEHATAN JAMAAIIIIAJI DALAM PERSPEKTIF KEMENTERIANKESEHATAN RI" telah diujikan dalarn sidang munaqasyahFakultas llmu Dakwah Dan Ilmr.r l(omunikasi Universitas lslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarla pada 28 Juni 2018. Skripsi initelah diterirna sebagal salah satu syarat men1petoleh gelar sar,juirsosial (S.Sos) pada Fakultas Ihlu Dakwah Dan llmu I(omunihasi.

Jakarta, 28 Juni 201 8

Sida.ng Mutruqasyalt

I(etua iMelangkapAuggota

,@frDrs. Cec..u Castra Wriava. MANIP. 1 96708 I 8 I 99803 1002

Penguji I

*Bra/(r

Drs. H.-ll4sanuddin Ibnu Hibban. MANIP. 19660505 199403 1005

199603 I 00 I

H. Mulkanasir. BA. S.Pd. MMNiP.l 9550 I 0l t983C2 I 00 I

Drs, H. Ahr.r.racl I(ar1ono, M.Si

Pembimbing

Page 4: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

NIM

: Siska Kumiasih

: 1 I140530000022

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang betjudul

ISTITHA'AH KESEIIATAN JAMAAH HAJI DALAM

PERSPEKTIF KEMENTERIAN KESEHATAN RI adalah

benar rnerupakan hasil karya saya sendiri dan tidak rrelakukan

tindal:an plagiat dalan-r penyusunannya. Adaprur kutipan yang ada

dalarr penyusuan karya ini telah saya cantumkan suntber

kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang

semestinya sesuai dengan peratur:an perundangan yang bellal<u

jika terrryata skripsi ini sebagian atau keseluruhan menqrakar.r

plagiat dari karya orang lain.

Demikian pemyataan

benarnya.

saya buat denagn sebenar'-

Jakarta, 5 Mei 201 8

Siska Kumiasih

l1 140530000022

Page 5: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

i

ABSTRAK

Siska Kurniasih 11140530000022, Istitha’ah Kesehatan

Jamaah Haji Dalam Perspektif Kementerian Kesehatan RI,

di bawah bimbingan Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si.

Menunaikan ibadah haji adalah melakukan rukun Islam

yang kelima dan hukumnya wajib bagi setiap umat Islam yang

mampu (istitha’ah) melaksanakannya sekali seumur hidupnya.

Pada musim haji tahun 2016 pemerintah mengeluarkan peraturan

baru yakni PERMENKES RI No. 15 Tahun 2016 tentang

istitha’ah kesehatan jamaah haji yang terdaftar untuk berangkat

haji. Kemampuan (istitha’ah) secara fisik menjadi syarat boleh

atau tidaknya jamaah untuk berangkat. Sebelum berangkat

jamaah harus melaksanakan pemeriksaan kesehatan hingga tiga

kali tahapan. Berdasarkan proses tahapan penetuan istitha’ah

kesehatan itu menjadi penentu jamaah tersebut laik atau tidak

untuk jamaah tersebut berangkat haji.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah, untuk

mengetahui apa yang menjadi ketentuan istitha’ah dalam ibadah

haji, mengetahui ketentuan istitha’ah kesehatan dalam

pemeriksaan kesehatan jamaah haji, menegetahui proses penetuan

kriteria kesehatan (istitha’ah badaniah) jamaah yang dapat

diberangkatkan menunaikan ibadah haji. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode kualitatif yaitu dengan

mengumpulkan informasi-informasi terkait kesehatan jamaah haji

baik dengan melakukan pengamatan, wawancara ataupun

dokumentasi untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang

dapat diterima oleh orang banyak.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat

disimpulkan bahwa istitha’ah kesehatan jamaah haji dalam

perspektif Kementerian Kesehatan RI yakni jamaah yang dapat

menjaga dan mempertahankan kesehatan fisiknya hingga tiba

saatnya untuk ditentukan kelaikan terbang.

Kata Kunci: Istitha’ah Kesehatan, Jamaah Haji, Perspektif,

dan Kementerian Kesehatan RI

Page 6: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

ii

KATA PENGATAR

Puji syukur Alhamdulillahirabbil’alamin penulis

panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat, pertolongan,

kekuatan dan kasih sayang penulis mampu menyelesaikan sebuah

skripsi untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan perkuliahan

di jurusan Manajemen Dakwah konsentrasi Manajemen Haji dan

Umrah. Sholawat dan salam penulis sanjungkan kepada baginda

Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh

umat Islam, beliau juga merupakan Uswatun Hasanah yang kita

sebagai pengikut beliau dapat mengikuti jejak-jejak amal sholeh

beliau dalam menjalankan kehidupan ini.

Alhamdulillah dalam waktu kurang lebih dua bulan,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan proses penulisan karya

ilmiah ini yang berjudul “Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji

Dalam Perspektif Kementerian Kesehatan RI” guna untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari

banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini.

Namun dengan keterbatasan dan kekurangan akhirnya penulisan

karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Hal ini tidak akan selesai

dengan sendirinya, melainkan karena dukungan dan bantuan

banyak pihak, baik moril maupun materil. Pada kesempatan kali

ini penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada :

Page 7: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

iii

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede

Rosyada, MA, beserta para jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, MA,

beserta jajarannya.

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan

Manajemen Dakwah.

4. Drs. Sugiharto, MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah.

5. Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si, selaku dosen pembimbing

skripsi. Beliau yang telah mengajarkan banyak matakuliah

tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi

ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan serta

melindungi beliau, beliau telah banyak memberikan

pengetahuan bagi penulis dan juga kepada teman MHU

(Manajemen Haji dan Umrah) angkatan 2014. Mudah-

mudahan ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi dunia

dan akhirat.

6. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing

akademik yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan pengarahan kepada penulis.

7. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA, selaku dosen pengampu

matakuliah Fiqih Haji yang telah memberikan pengalaman

bagi penulis untuk memberikan pengalaman membimbing

manasik di lapangan, dan juga banyak memberikan masukan

serta semangat kepada penulis.

Page 8: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

iv

8. Para dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi

Khususnya Manajemen Haji dan Umrah yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi penulis sehingga

bisa mencapai gelar sarjana.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta serta perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah mengizinkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi di ruang perpustakaan, serta melayani

dalam peminjaman buku.

10. Dr. Edi Supriyatna, MKK, selaku staf PF12 Haji

Kementerian Kesehatan RI yang telah membantu penulis

dalam memberikan data, sehingga skripsi ini bisa

diselesaikan sesuai denagn harapan.

11. Sukri, selaku Kasi UPT Embarkasi, Dr. Theresia Hermini

SW, selaku Kasi Kesehatan Matra dan Lintas Wilayah KKP

Soekarno Hatta, yang telah megizinkan penulis untuk

mendapatkan data informasi pendukung di Embarkasi Jakarta

Pondok Gede.

12. Kepada kedua orang tua penulis, Mamah Yusningsih dan

Ayah Karmita yang selalu mendoakan, meridhoi,

memberikan semangat, memperjuangkan pendidikan penulis

dan mengajari penulis makna dari perjalanan hidup. Tanpa

Mamah dan Ayah, gelar sarjana yang penulis raih tak akan

mudah didapatkan seperti membalikkan kedua telapak

tangan. Namun dengan doa, kerja keras, perjuangan, serta

semangat dari kedua tangan beliau-beliaulah penulis dapat

menyelesaikan studi strata satu ini. Semoga Allah selalu

Page 9: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

v

muliakan derajat Mamah dan Ayah. Aamiin ya

Rabbal’alamiin. Serta

13. Adik penulis Muhammad Rijwan Jahmi dan juga om Rudi,

om Ripto, dan semua keluarga besar penulis yang tak

hentinya memberikan dukungan baik moril maupun materil

hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan pendidikan

starata satu.

14. Kepada seseorang yang spesial yakni Muhamad Fadlil

Hidayat yang selalu menemani penulis dalam melakukan

penelitian, membantu dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini, terimakasih pasanganku love you.

15. BAZIS Provinsi DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan, yang

telah memberikan bantuan biaya pendidikan kepada penulis

dari semester dua hingga penulis dapat menyelesaikan studi

strata satu, semoga para muzaki yang telah menyisihkan

sebagian dari penghasilan untuk ditubaikan zakat, infaq, dan

shadaqahnya di terima Allah SWT serta mendapatkan

keberkahan dan pahala dari Allah SWT.

16. Dinda, Sikah, Eka, Ithah, Mega, Bela, Fatimah, Nurul,

Rahma, dan Nufus yang telah memberikan semagat kepada

penulis, semoga Allah selalu mudahkan mereka dalam segala

urusan serta dalam menyelesaikan apa yang dicita-citakan.

17. Teman-teman MHU (Manajemen Haji dan Umrah) angkatan

2014 dan teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) Skyline14

2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga bagi yang

belum menyususn skripsi segera menyusul dan dimudahkan

Page 10: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

vi

dalam penulisan skripsinya serta dilancarkan karir

kedepannya.

Serta kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih

dan semoga Allah SWT memudahkan dan meridhai semua

aktifitas kita. Aamiin. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis, bagi pembaca dan bagi pihak yang

menyelenggarakan biro perjalanan khususnya travel haji dan

umrah.

Sekali lagi penusil mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu melancarkan penulisan ini.

Semoga urusan kita selalu dimudahkan oleh Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, 22 Mei 2018

Siska Kurniasih

Page 11: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........ 8

1. Pembatasn Masalah ............................................. 8

2. Perumusan Masalah ............................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 8

1. Tujuan Penelitian ................................................ 8

2. Manfaat Penelitian .............................................. 9

D. Metodelogi Penelitian ............................................ 10

1. Metode Penelitian.............................................. 11

2. Subjek dan Objek Penelitian ................................ 11

3. Sumber Data .......................................................... 11

a. Data Primer ................................................... 11

b. Data Sekunder .................................................. 11

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................ 11

5. Teknik Pengumpulan Data ................................... 12

a. Wawancara .................................................. 12

b. Observasi ........................................................... 12

Page 12: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

viii

c. Dokumentasi .................................................... 13

6. Teknik Analisis Data ......................................... 13

7. Tinjauan Pustaka ................................................... 13

8. Sistematika Penulisan ........................................... 14

9. Teknik Penulisan Skripsi ..................................... 16

BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 16

A. Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji .......................... 17

1. Pengertian Istitha’ah.......................................... 17

2. Pengertian Kesehatan ........................................... 21

3. Pengertian Jamaah ................................................ 22

4. Pengertian Haji ...................................................... 22

5. Klasifikasi Kesehata Jamaah Haji ....................... 23

6. Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji ..................... 25

B. Perspektif Kementerian Kesehatan ........................ 27

1. Pengertian Perspektif ........................................ 26

2. Kementerian Kesehatan........................................ 26

3. Perspektif Kementerian Kesehatan ...................... 27

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KEMENTERIAN

KESEHATAN RI ...................................................................... 29

A. Profil Umum Pusat Kesehatan Haji Kementerian

Kesehatan RI .......................................................... 29

B. Visi da Misi Pusat Kesehatan Haji Indonesia ........ 30

1. Visi .................................................................. 30

2. Misi ....................................................................... 30

C. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................ 31

Page 13: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

ix

D. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi, dan Target .. 37

1. Tujuan ............................................................. 37

a. Tujuan Umum ............................................ 37

b. Tujuan Khusus ............................................... 38

2. Sasaran ............................................................ 39

3. Kebijakan ............................................................. 39

4. Startegi ................................................................. 41

5. Target ................................................................... 42

E. Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Haji ............. 43

F. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan RI .... 44

BAB IV ANALISIS ISTITHA’AH KESEHATAN JAMAAH

HAJI ........................................................................................... 45

A. Ketentuan Istitha’ah Ibadah Haji Berdasarkan

Hukum Syara’ ........................................................ 45

B. Ketentuan Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji

Berdasarkan Regulasi Kementerian Kesehatan ...... 49

1. Ketentuan Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji

........................................................................ 49

2. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji

............................................................................... 51

a. Tahap Pertama............................................ 52

b. Tahap Kedua .................................................. 53

c. Tahap Ketiga .................................................. 54

3. Pembinaan Kesehatan Jamaah Untuk Mencapai

Istitha’ah ......................................................... 56

Page 14: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

x

a. Pembinaan Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji

Masa Tunggu.............................................. 56

b. Pembinaan Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji

Masa Keberangkatan ..................................... 63

C. Proses Penentuan Istitha’ah Kesehatan dan

Rekomendasi Hasil Pemeriksaan Kesehatan ......... 71

1. Tahap Pertama ................................................ 71

a. Anamnesia .................................................. 73

b. Pemeriksaan Fisik ......................................... 73

c. Pemeriksaan Penunjang ................................ 74

d. Diagnosis ........................................................ 75

e. Penetapan Tingkat Risiko Kesehatan ......... 75

f. Rekomendasi / Saran / Rencana Tindak

Lanjut ......................................................... 77

2. Tahap Kedua ................................................... 79

a. Anamnesia .................................................. 79

b. Pemeriksaan Fisik ......................................... 80

c. Pemeriksaan Penunjang ................................ 80

d. Hasil dan Rekomendasi Dokter Spesialis .. 81

e. Penetapan Diagnosis ..................................... 81

f. Penetapan Istitha’ah Kesehatan ................... 82

g. Rekomendasi / Saran / Rencana Tindak

Lanjut .............................................................. 87

h. Penandaan Gelang Bagi Jamaah Haji ......... 87

3. Tahap Ketiga ................................................... 88

a. Anamnesia .................................................. 90

b. Pemeriksaan Fisik ......................................... 90

Page 15: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

xi

c. Pemeriksaan Penunjang ................................ 91

d. Penetapan Diagnosis ..................................... 92

e. Penetapan Kelaikan Terbang ....................... 92

f. Rekomendasi / Saran / Tindak Lanjut ........ 93

BAB V PENUTUP ..................................................................... 98

A. Kesimpulan ............................................................ 98

B. Saran .......................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi.

2. Surat Izin Penelitian.

3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.

4. Hasil Wawancara.

5. Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesehatan

Jamaah Haji Tahap Pertama.

6. Berita Acara Penetapan Istitha’ah Kesehatan Jamaah

Haji Tahap Kedua.

7. Berita Acara Kelaikan Terbang Jamaah Haji.

8. Daftara Penyakit yang Diategorikan Laik dan Tidak

Laik Terbang.

Page 17: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menunaikan ibadah haji adalah melakukan rukun Islam

yang kelima dan hukumnya wajib bagi setiap umat Islam yang

mampu (istitha’ah) melaksanakannya sekali seumur hidupnya.

Oleh sebab itu, umat Islam yang sudah istitha’ah memiliki

semangat tinggi untuk bisa melaksanakan haji agar terhidar dari

dosa dan tentu mengharapkan pahala dan ridha Allah SWT.

Pada kurun waktu selama sepuluh tahun belakangan ini

jumlah umat Islam yang menunaikan haji menunjukan

peningkatan yang luar biasa. Jumlah tersebut mencapai tiga

samapai empat jutaan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia

berkumpul dalam satu waktu pada satu tempat yang sama

(Ka’bah, Arafah, Muzdalifah, Mina, dan lain-lain).1 Ibadah haji

disebut pula sebagai ibadah badaniah atau ibadah fisik, dimana

hampir seluruh kegiatan ibadah haji bersifat fisik. Jamaah haji

mengerjakan amalan ibadah di tempat yang telah di tentukan

oleh syara’ dan yang bersangkutan harus berada di tempat

tersebut secara fisik.

1 Kementerian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji

Dan Umrah, Keputusan Mudzakarah Perhajian Indonesia, (Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2015), h. 5-6.

Page 18: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

2

Dengan demikian maka setiap jamaah harus dalam

keadaan sehat jasmani dan ruhani agar dapat melaksanakan

ibadah dengan sempurna.2 Rasulullah SAW ketika ditanya

tentang istitha’ah (kemampuan) dalam ibadah haji beliau

menjawab “bekal dan kendaraan”. Yang dimaksud “bekal” adalah

bekal materi, pengetahuan dan kesehatan. Sedangkan yang

dimaksud “kendaraan” adalah sesuatu yang dapat mengantar

terlaksananya ibadah haji yaitu kendaraan, waktu, dan

kesempatan termasuk mendapatkan kuota haji.3 Dalam Al-Qur’an

surat Ali-Imran ayat 97, Allah SWT berfirman :

وهلل على الناس حج الب يت من استطاع إليو سبيال ومن كفر فإن اهلل

غن عن العالمي

Artinya: “Dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah

adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu

bagi orang-orang yang mampu mengadakan

perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari

kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha

Kaya dari seluruh alam”.4 (Q.S. Ali-Imran: 97).

Selanjutnya dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan

oleh Addarimi dijelaskan pula sebagai berikut:

2 Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan

Ibadah Haji Menurut Empat Mazhab, (Ciputat: Pustaka Cendekiamuda, 2016),

h.81-82. 3 Ibid., 82.

4 Al Quran dan Terjemahnya, Kementrian Agama RI, tahun 2012, h.

92.

Page 19: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

3

و ا ة ر اى ظ ة اج ح ج ال ن م ع ن ي ل ن : م ال ق م ل س و و ي ل ع ى اهلله ل ص ب الن ن ع

ن ا و اي د و هه ي اء ش ن ا ت مه ي ل ف ج يه ل و ت ام ف س اب ح ض ر م و ا ر ئ ا ج ان ط ل سه

ي(م ار الد اهه و )ر اي ان ر ص ن ء شا

Artinya : “Dari Nabi Saw. Beliau bersabda : Barang siapa

yang tidak terhalang untuk berangkat haji oleh

suatu hajat (kebutuhan) yang mendesak, tidak

terhalang oleh penguasa yang jahat, atau dia tidak

terhalang oleh penyakit yang parah tetapi dia

tidak melaksanakan haji, maka silahkan apakah

mau mati sebagai Yahudi atau Nasrani.”5 (H.R.

Addarimi).

Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits tersebut di atas secara

umum kemampuan fisik (badan), bekal dan transportasi menjadi

hal yang paling utama dalam istitha’ah seseorang dalam ibadah

haji maupun umrah.6 Kesehatan adalah modal dalam perjalanan

ibadah haji. Kondisi kesehatan yang tidak memadai, niscaya

pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh

karena itu setiap jamaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki

status kesehatan yang optimal dan mempertahankannya. Salah

satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan

jamaah haji sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi.

5 Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan

Ibadah Haji Menurut Empat Mazhab, (Ciputat: Pustaka Cendekiamuda, 2016),

h. 123. 6 Kementerian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji

dan Umrah, Keputusan Mudzakarah Perhajian Indonesia, (Jakarta: Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2015), h. 12.

Page 20: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

4

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1394 /

MENKES / SK / XI / 2002 menimbang bahwa penyelenggaraan

ibadah haji tidak saja memerlukan persiapan dari aspek tuntutan

agama tapi juga kesiapan fisik agar ibadah haji dapat berjalan

dengan aman, tertib dan lancar.

Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, perawatan dan

pemeliharaan kesehatan jamaah haji untuk menjaga agar jamaah

haji tetap dalam keadaan sehat antara lain tidak menularkan atau

ketularan penyakit selama menjalankan ibadah haji. Dalam

kaitannya dengan pelayanan kesehatan, kinerja yang diakukan

dalam hal ini yakni peningkatan pelatihan petugas kesehatan

dengan kurikulum yang mengarah kepada : (1) peningkatan

kemampuan teknis dan medis yang berkaitan dengan pelayanan

kesehatan jamaah haji (2) penguasaan materi khusus misalnya

penanganan kasus meningitis dan formularium obat haji (3)

peningkatan kinerja petugas sehingga tercipta petugas yang

berdedikasi dan bertanggung jawab. Kemudian pemerintah juga

melakukan penyuluhan kesehatan kepada jamaah haji dengan

tujuan : (1) menumbuhkan pengertian calon jamaah tentang

kondisi sehat yang sangat diperlukan dalam melaksanakan ibadah

haji (2) meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan

kesehatan calon jamaah haji sesuai ketentuan dan direkam dalam

buku kesehatan haji (3) melakukan rujukan calon jamaah haji

Page 21: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

5

resiko tinggi sesegera mungkin bagi yang memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut.7

Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari

pelayanan kesehatan di daerah (pemerikasaan kesehatan sebelum

keberangkatan/ pra haji dan pada saat kepulangan/ pasca haji),

pelayanan kesehatan di embarkasi dan debarkasi, pelayanan

kesehatan selama penerbangan, pelayanan kesehatan selama di

Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan dikelompok terbang.

Pelayanan kesehatan tersebut satu dengan lainnya merupakan

proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan

komperhensif.8

Dalam tahapan ini juga dilakukan pemerikasaaan tes

kehamilan, vaksin meningitis meningokokus, pembinaan dan

penyuluhan kesehatan, pelayanan rujukan dan pengamatan

penyakit, pemeriksaan di embarkasi dilakukan secara selektif,

termasuk kelengkapan dokumen kesehatan haji.9

Penyelenggaraan kesehatan haji merupakan tugas nasional dan

dilaksanakan oleh pemerintah secara interdepartemental.10

Persiapan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci Makkah

al-Mukarramah mencakup kekuatan fisik dan mental dalam

keadaan prima, karena keadaan Arab Saudi berbeda dengan

7 Ahmad Nizam, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikru Hakim, 2000), h.

78. 8Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jamaah Haji (Keputusan

Menkes RI No. 442/MENKES/SK/VI/2009) h.13. 9 Muhammad Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK

Press, 2008), h. 159. 10

UU. No. 17 tahun 1999 BAB III Pasal 6 ayat 1, Penyelengaraan

Ibadah Haji.

Page 22: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

6

keadaan di Indonesia, yaitu cuaca dan iklim yang lebih tinggi,

keadaan lingkungan yang lebih beraneka ragam, serta jenis

makanan yang berbeda. Kini pusat Kesehatan telah berperan aktif

untuk mempersiapkan dan upaya pencegahan dalam menjaga

kesehatan jamaah haji dari sebelum pemberangkatan ibadah haji,

yakni dalam bentuk kegiatan pembinaan kesehatan jamaah haji

yang dilakukan secara intensif dan terus menerus sejak terdaftar

sampai saat keberangkatan yang meliputi aspek-aspek kesehatan

umum. Untuk mempersiapkan, meningkatkan dan

mempertahankan kondisi kesehatan jamaah haji diperlukan suatu

sistem dan manajemen pembinaan dan pemberian pelayanan

kesehatan secara terpadu dan menyeluruh. Dari data yang

diperoleh dari Kemenkes jumlah jamaah risti pada tahun 2013,

serta tahun 2014 jemaah risti mengalami peningkatan. Pada tahun

2013 presentase jumlah jamaah haji risti sebesar 51% dan pada

tahun 2014 menjadi 54,7%.11

Sehingga terjadi calon jamaah haji

risti ikut dalam keberangkatan. Berikut data dari SISKOHATKES

mengenai profil jamaah haji.

Profil jamaah haji Indonesia berdasarkan data Sistem

Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (SISKOHATKES),

pemberian tanda pada jamaah haji yang dapat diberangkatkan

dibagi menjadi tiga warna yakni, hijau, kuning, dan merah.

Warna hijau merupakan jumlah tanda yang di berikan kepada

jamaah haji yang berumur lebih dari 60 tahun, namun tidak

mempunyai riwayat penyakit apapun. Warna kuning merupakan

11

KEMENKES RI, Laporan Kinerja Pusat Kesehatan Haji Tahun

Anggaran 2016 , (Jakarta : Pusat Kesehatan Haji 2016), h. 5.

Page 23: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

7

jumlah tanda yang di berikan kepada jamaah haji yang berumur

kurang dari 60 tahun, namun memiliki factor resiko penyakit

tertentu. Serta warna merah merupakan jumlah tanda jamaah haji

yang berumur lebih dari 60 tahun, dan mempunyai penyakit

tertentu. Hampir setiap tahun 60% - 67% dari total jamaah haji

yang berangkat ke Tanah Suci, tergolong dalam kelompok risiko

tinggi (risti) yang dapat membahayakan keselamatan dan

kesehatan jamaah haji dalam menjalankan ibadahnya di Tanah

Suci12

. Angka kesakitan dan kematian cenderung berfluktuatif,

namun masih dapat dinyatakan tinggi.

Oleh karena itu dalam pelayanan kesehatan jamaah haji

diperlukan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis, serta kualifikasi

yang sesuai, yang diharapkan mampu menampilkan kinerja yang

optimal dalam menekan angka kesakitan dan kematian jamaah

haji.

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan tersebut di

atas, membuat penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian

dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi dalam rangka

meraih gelar kesarjanaan pada bidang manajemen haji dan

umrah, denagn judul : “Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji

dalam Perspektif Kementerian Kesehatan RI”

12

KEMENKES RI, Pemeriksaan Dan Pembinaan Kesehatan Haji

Mencapai Istita’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju Keluarga Sehat,

(Kemenkes: Sekjen Pusat Kesehatan Haji, 2017), h.3.

Page 24: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka

penulis membatasi masalah yang akan dibahas hanya pada

Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas maka pokok masalah

yang akan diteliti dalam skripsi ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Apa ketentuan istitha’ah ibadah haji berdasarkan empat

Imam Mazhab’ ?

b. Apa saja ketentuan istitha’ah kesehatan bagi jamaah haji

berdasarkan regulasi Kementerian Kesehatan ?

c. Bagaimana proses penentuan istitha’ah kesehatan

(istitha’ah badaniah) jamaah haji yang dapat

diberangkatkan melaksanakan haji ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang

telah dikemukakan penulis maka dalam hal ini yang menjadi

tujuan dilaksanakannya penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui apa yang menjadi ketentuan istitha’ah

dalam ibadah haji.

Page 25: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

9

b. Agar dapat mengetahui ketentuan istita’ah kesehatan

dalam pemeriksaan kesehatan jamaah haji.

c. Untuk menegetahui proses penetuan kriteria kesehatan

(istitha’ah badaniah) jamaah yang dapat diberangkatkan

menunaikan ibadah haji.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin penulis capai dalam

penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademik

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi terkait istitha’ah kesehatan jamaah haji,

umumnya bagi masyarakat dan khususnya bagi

mahasiswa jurusan manajemen haji dan umrah.

2) Dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan mutu

kesehatan jamaah haji Indonesia, sehingga mereka

dapat melaksanakan ibadahnya dengan tenang,

aman, dan lancar.

b. Pengembangan Khazanah Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang

menarik dan dapat menambah wawasan khazanah

keilmuan bagi para pembaca khususnya mahasiswa

Manajemen Dakwah, serta dapat berguna bagi banyak

pihak terutama sebagai tambahan referensi atau

perbandingan bagi studi-studi yang akan datang.

Page 26: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

10

c. Manfaat Praktisi

Sebagai pengembangan khazanah ilmu pengetahuan

tentang istitha’ah kesehatan jamaah haji yang

dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan, yakni sebagai

pembuat peraturan terkait kesehatan, khususnya bagi

jurusan Manajemen Haji dan Umrah pada Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, diharapkan kelak

alumninya dapat berperan dalam mensukseskan

penyelenggaraan ibadah haji bidang kesehatan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono, penelitian

kualitatif adalah pengumpulan data yang dipadu oleh fakta-

fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.13

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1990).14

Metode

penelitian kualitatif juga sering disebut sebagai metode

konstruktif karena dengan metode kualitatif dapat ditemukan

13

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 3. 14

Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,

(Jakarta:Bumi Aksara, 2009), h. 92.

Page 27: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

11

data-data yang berserakan, selanjutnya dikonstruksikan dalam

suatu tema yang lebih bermakna dan mudah difahami.15

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Pusat Kesehatan Haji

Kementerian Kesehatan RI. Sedang objek penelitian ini adalah

mengenai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang penting dalam

penelitian untuk mengetahui benar atau tidaknya sebuah

penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan sumber data

dari :

a. Data Primer

Merupakan data utama yang diperoleh langsung

dari responden berupa catatan tulis dari hasil wawancara,

serta dokumentasi dengan pihak Kementerian Kesehatan

RI.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber-

sumber yang tertulis dalam buku dan literatur terkait.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Jl. H. R. Rasuna Said, RT. 1/RW. 2, Karet Kuningan,

Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu

15

Sugiyono, metode Penelitian Manajemen, h. 347.

Page 28: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

12

Kota Jakarta 12940. Dilakukan pada tanggal 10 April 2018

sampai dengan 23 Mei 2018.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dalam bahasa inggris disebut interview,

merupakan percakapan dua orang atau lebih dan berlangsung

antara narasumber dan pewawancara. Wawancara sebagai

salahsatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara

(penulis) kepada narasumber (responden). 16

Penulis mengadakan komunikasi langsung dengan

beberapa pihak dalam bentuk wawancara. Memberikan

pertanyaan dan mendengarkan jawaban keterangan atau

informasi dari pihak Kementrian Kesehatan.

2. Observasi

Observasi merupakan proses pencatatan pola prilaku

subjek (orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematis

tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-

individu yang diteliti.17

Dalam hal ini, peneliti mengamati

langsung dan mencatat hal-hal yang diperlukan dalam

penelitian agar data yang diperoleh lebih akurat.

16

https://id.m.wikipedia.org/wiki/wawancara , diakses, 11 November

2017 pukul 13.00 WIB. 17

Sugiono, Metode penelitian pendidikan, (Jakarta: 2010) h. 171.

Page 29: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

13

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat

data primer yang didapat dari sumber data yang berupa

dokumentasi dan laporan yang ada hubungannya dengan

masalah yang dibahas.

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang penulis lakukan adalah

pengumpulan data-data wawancara, observasi dan bahan-bahan

pustaka. Selanjutnya data-data tersebut diolah dengan

menggunakan pola deskriptif analisis yaitu memaparkan semua

data dan informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data

dan menguraikan secara jelas dan utuh dengan permasalahan

yang ada yaitu sesuai dengan judul skripsi penulis “Istitha’ah

Kesehatan Jamaah Haji dalam Perspektif Kementerian Kesehatan

RI”.

H. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang penulis

tempuh adalah mengkaji pustaka-pustaka yang ada sebelum

penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya

menjadi suatu karya ilmiah.

Adapun kajian pustaka yang memiliki judul hampir sama

dengan yang ditulis oleh penulis adalah yang pertama penelitian

yang dilakukan oleh Akhmad Al Habasah, dalam penelitiannya

yang berjudul “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji

Page 30: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

14

Pada Musim Haji 2016 Di Embarkasi Jakarta Pondok Gede”.

Dalam penelitian ini memaparkan tentang manajemen pelayanan

kesehatan bagi jamaah haji pada Embarkasi Jakarta.

Isnaini S, yang dalam penelitiannya berjudul “Manajemen

Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Dalam skripsi ini

memaparkan tentang bagaimana sistem manajemen pelayanan

kesehatan yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang

kepada jamaah haji sesuai dengan fungsi manajemen serta aspek

yang dilayani.

Kajian pustaka selanjutnya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Putri Debby Iswara.R, dalam penelitiannya yang

berjudul “Evaluasi Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Pada Pusat

Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI Tahun 2014”. Dalam

penelitian ini memaparkan tentang hasil evaluasi kinerja

kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehata RI.

Dari ketiga penelitian diatas, tidak ada kesamaan judul

dan materi pembahasan yang berkaitan dengan istitha’ah.

Sedangkan yang penulis kaji adalah membahas tentang Istitha’ah

Kesehatan Jamaah Haji dalam Perspektif Kemeterian Kesehatan

RI.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari lima

Bab, adapun sebagai berikut :

Page 31: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

15

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini penulis menguraikan

latar belakang masalah, pembatasan masalah dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian,

lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, tinjauan

pustaka dan sistematika penulisan skripsi, serta konsep, yang

dipakai dalam membahas masalah ini.

BAB II : Landasan Teori, Bab ini menguraikan teori

tentang pengertian istitha’ah, pengertian kesehatan, pengertian

jamaah, pengertian haji, pengertian perspektif, Kementerian

Kesehatan, pelayanan kesehatan haji, klasifikasi jamaah haji,

standar kelayakan kesehatan jamaah haji.

BAB III : Gambaran Umum Pusat Kesehatan Haji pada

Kementerian Kesehatan RI, Bab ini membahas tentang profil

umum, visi dan misi, tugas pokok dan fungsi, tujuan, sasaran,

kebijakan, strategi dan target, struktur organisasi Pusat

kesehatan haji.

BAB IV : Analisis Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji, Bab

ini menguraikan tentang ketentuan istitha’ah dalam ibadah haji

berdasarkan hukum syara’, ketentuan istitha’ah berdasarkan

regulasi Kementerian Kesehatan, dan proses penetuan (istitha’ah

badaniah) jamaah haji yang dapat diberangkatkan melaksanakan

haji.

BAB V : Penutup, Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

dari uraian dan pembahasan skripsi dari mulai Bab I sampai

Page 32: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

16

dengan Bab V, selanjutnya disertakan pula daftar pustaka dan

lampiran-lampiran yang diperlukan.

J. Teknik Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor : 507

Tahun 2017, Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ditetapkan

di Jakarta, pada tanggal 14 Juni 2017.

Page 33: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji

1. Pengertian Istitha’ah

Menurut bahasa (Etimologi), istitha‟ah berarti

kemampuan dan kesanggupan melakukan sesuatu. Menurut

istilah, istitha‟ah adalah kemampuan fisik , kemampuan harta

dan kemampuan pada waktu seseorang hendak mengerjakan

haji atau umrah.1 Istitha‟ah adalah kemampuan atau

kesanggupan fisik/badan, biaya dan keamanan untuk

melakukan perjalanan ke Mekkah dalam rangka ibadah haji.2

Berdasarkan ayat Al-Qur‟an surat Ali-Imran ayat 97:

اللولله كفرفإهن استطاعإهليههسبهيالومن منه الب يته ج حه علىالناسه

ي العالمه عنه غنه

Artinya: “Dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah

adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu

bagi orang-orang yang mampu mengadakan

perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari

1 Kementerian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji

dan Umrah, Keputusan Mudzakarah Perhajian Indonesia, (Jakarta: 2015), h.

10. 2 Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan

Ibadah Haji Menurut Empat Mazhab, (Jakarta: Pustaka Cendikiamuda, 2016),

h.16.

Page 34: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

18

kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha

Kaya dari seluruh alam”.3 (Q.S. Ali-Imran: 97).

Berdasarkan ayat tersebut, para ulama fikih terdapat

perbedaan pendapat terkait dalam mengartikan batasan-

batasan serta aspek-aspek kemampuan (istitha‟ah) dalam

melaksanakan ibadah haji.

Berdasarkan pemahaman para ulama mazhab, mazhab

Imam Hanafi mengatakan bahwa makna dari istitha‟ah terbagi

menjadi tiga kategori yakni (1) istitha’ah maliyah

(kemampuan biaya), (2) istitha’ah badaniyyah (kemampuan

kesehatan), (3) istitha’ah amniyyah (kemempuan keamanan

selama perjalanan dan sampai ke tanah air).4 Seseorang yang

termasuk dalam golongan istitha‟ah menurut mazhab Hanafi

wajib melaksanakan haji. Kemampuan yang pertama

mencakup kemampuan dalam membiayai dirinya dalam

keberangkatan hingga pemulangan, membiayai dirinya selama

berada di tanah suci, serta mampu membiayai keluarga yang

ditinggalkan di tanah air. Kemampuan yang kedua adalah

kemampuan kesehatan badan, seorang yang akan

melaksanakan ibadah haji harus mampu dalam kesehatan

jasmani dan rohani untuk melakukan perjalanan ibadah haji,

tidak terdapat penyakit yang membahayakan dirinya bahkan

penyakit menular yang akan membuat orang lain terbebani,

orang yang buta, lumpuh, cacat, dan memiliki usia lanjut yang

3 Al Quran dan Terjemahnya, Kementrian Agama RI, tahun 2012, h.

92. 4 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 259.

Page 35: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

19

tidak mampu berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain tidak

wajib melaksanakan ibadah haji. Kemampuan yang ketiga

yaitu kemampuan yang menjamin keselamatan dan keamanan

selama dalam perjalanan termasuk adanya seorang mahram

bagi perempuan, mahram yang baligh berakal, tidak fasik

untuk menemani perempuan selama melakukan perjalanan

dalam ibadah haji, bahkan meliputi keamanan bagi keluarga

yang ditinggalkan di tanah air.

Istitha‟ah menurut mazhab Maliki adalah kemampuan

untuk pergi dan sampai di Mekkah baik berjalan kaki atau

dengan menaiki kendaraan. Menurut mazhab Maliki istitha‟ah

dibagi menjadi tiga aspek yaitu, (1) kesehatan jasmani, (2)

kemampuan biaya, (3) kemampuan fasilitas kendaraan dan

jalan untuk sampai ke Mekkah.5

Kemudian mazhab Imam Syafi‟I membagi makna

istitha‟ah kedalam tjuh aspek, yaitu: (1) kemampua kesehatan

jamaah yang dapat diukur dengan kemampuan untuk duduk

diatas kendaraan tanpa menimbulkan kesulitan, (2)

kemampuan untuk biaya pergi dan pulang, (3) adanya

kendaraan, (4) adanya bekal selama pelaksanaan ibadah haji,

(5) adanya keamanan, baik dalam perjalanan atau di tanah

suci, (6) harus ada mahram bagi perempuan, (7) kemampuan

5 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 259.

Page 36: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

20

untuk sampai tujuan pada batas wak tu yang ditentukan, sejak

bulan syawal sampai dengan tanggal 10 dzulhijjah.6

Mazhab Hambali mensyaratkan istitha‟ah menjadi 2

aspek yakni kemampuan menyiapkan bekal dan (ongkos)

kendaraan.7 Hal ini berdasarkan hadits riwayat Daruquthni :

و اد الز ل ا ؟ ق ل ي ب الس ما للا ل و س ر : يا ل ج ر ل قا ,ن س الح ن ع س عن يون

)رواه الدار قطني ( ة ل اح الر

Artinya : Dari Yunus, dari Al hasan berkata, ada seorang laki-

laki berkata : Ya Rasulullah, apakah yang disebut sabil

(jalan) itu ? Rasulullah menjawab : bekal dan

kendaraan. (HR. Daruquthi).8

Menyatakan bahwa pernah seorang laki-laki datang

kepada Rasulullah SAW untuk bertanya tentang sesuatu yang

mewajibkan haji itu ialah bekal dan kendaraan.9

Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) aspek

dikatakan seseorang itu istitha‟ah dalam melaksanakan ibadah

haji adalah apabila jasmaniah, ruhaniah, dan pembekalan

memungkinkan ia untuk menunaikan tanpa menelantarkan

kewajiban terhadap keluarga.10

6 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 260. 7 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 260. 8Kementerian Agama RI, Keputusan Mudzakarah Perhajian

Indonesia, (Jakarta: KEMENAG RI, 2015), h. 11. 9 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 261. 10

Asrorun Ni‟am Sholeh, Istitha’ah Kesehatan Dalam Haji

Perspektif Fatwa MUI, (Jakarta: Bidakara: 2017), h. 9.

Page 37: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

21

Dari penjelasan terkait pengertian istitha‟ah diatas,

maka penulis dapat mengemukakan bahwa makna istitha‟ah

adalah kemampuan atau kesanggupan fisik/badan, biaya untuk

selama perbekalan serta untuk keluarga yang ditinggalkan dan

keamanan bagi seseorang untuk melakukan perjalanan ke

tanah suci dalam rangka ibadah haji.

2. Pengertian Kesehatan

Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa

dan social yang memungkinkan hidup produktif secara social

dan ekonomi. Maka kesehatan harus dilihat sebagai satu

kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan

social dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian

integral kesehatan.11

Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia

(MUI) Kesehatan adalah sebagai ketahanan „jasmaniah,

ruhaniyah, dan sosial‟ yang dimiliki manusia sebagai karunia

Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-

Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.12

Dari pemaparan mengenai pengertian kesehatan maka

dapat dikatakan kesehatan adalah kekuatan atau ketahanan

jasmani dan ruhani yang dimiliki manusia dan harus dijaga

untuk kestabilan hidup dan produktif dalam kegiatan social

dan ekonomi.

11

UU No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan. 12

Majelis Ulama Indonesia, Musyawarah Nasional Ulama, Tahun

1983.

Page 38: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

22

3. Pengertian Jamaah

Secara bahasa (Etimologi), jamaah diambil dari kata

jama‟a, artinya mengumpulkan sesuatu dengan جمع

mendekatkan sesuatu dengan mendekatkan sebagian denagan

sebagian lain. Seperti kalimat جمعتو jama’tuhu (saya telah

mengumpulkannya); فاجتمع fajtama’a (maka berkumpullah).

Kata tersebut juga berasal dari kata االجتماع ijtima’

(perkumpulan).13

Arti jamaah dalam ensiklopedia bahasa Indonesia

adalah wadah bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah.14

Sedangkan jamaah menurut istilalah dapat diartikan sebagai

pelaksanaan ibadah secara bersama-sama yang dipimpin

seorang imam.15

Dari penjelasan terkait pengertian jamaah

tersebut, penulis dapat mengemukakan bahwa jamaah adalah

sekemupulan orang yang berkumpul sama-sama melakukan

ibadah yang dipimpin seorang imam.

4. Pengertian Haji

Haji menurut bahasa ialah Al-qashdu artinya

menyengaja.16

Menurut istilah syara‟ haji ialah sengaja

13

Abdullah Bin Abdil Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlus

Sunnah Wal Jemaah, ter. Farid Bin Muhammad Bathathy (Jakarta: Pustaka

Imam Asy-Syafi‟I, 2006), h. 54. 14

Zurizal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga

Penelitian Universitas Islam, 2008), h. 185. 15

Zurizal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga

Penelitian Universitas Islam, 2008), h. 186. 16

Zainal Muttaqin, Pendidikan Agama Islam Fiqih, (Semarang: PT.

Karya Toha Putra, 2009), h. 60.

Page 39: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

23

mengunjungi Ka‟bah untuk melaksanakan serangkaian amal

ibadah sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.17

Dalam buku

Fiqih Empat Mazhab bagian ibadat (puasa, zakat, haji, kurban)

menyatakan yang dimaksud dengan “Haji” secara bahasa

adalah kemuliaan, sedangkan menurut istilah adalah amalan-

amalan tertentu dan cara tertentu pula.18

Dapat disimpulkan dari penjelasan mengenai

pengertian haji diatas, bahwa haji adalah serangkaian kegiatan

ibadah yang dilakukan dengan sengaja mengunjungi Baitullah

dengan syarat dan rukun tertentu agar mendapat kemuliaan

dan keridhaan Allah SWT.

Dari penjelasan tersebut maka dapat dikemukakan

istitha‟ah kesehatan jamaah haji adalah kemampuan jamaah

haji dari segi kesehatan baik fisik dan mental yang telah

dilakukan dengan proses pemeriksaan dan dapat

dipertanggung jawabkan sehingga jamaah haji dapat

diberangkatkan untuk meunaikan ibadah haji.

5. Klasifikasi Kesehatan Jamaah Haji

Sebagaimana pengertian jamaah haji yang telah

diuraikan. Klasifikasi jamaah haji Indonesia menurut tingkat

kondisi kesehatannya adalah sebagai berikut :

17

Kementerian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan Perspektif Haji

Indonesia, (Jakarta: Ditjen PHU Kemenag RI, 2010), h. 87. 18

Abdurrahman al-Zaziri, Fiqih Empat Mazhab Bagian Ibadat

(Puasa, Zakat, Haji, Kurban), (Jakarta: Darul Ulum Press, 1996), cet. Ke- 1, h.

177.

Page 40: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

24

a. Jamaah haji mandiri adalah jamaah haji yang memiliki

kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa

tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.

b. Jamaah haji observasi adalah jamaah haji yang memiliki

kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan

bantuan alat atau obat.

c. Jamaah haji pengawasan adalah jamaah haji yang

memiliki kemapuan mengikuti perjalanan ibadah haji

dengan bantuan alat atau obat dan orang lain.

d. Jamaah haji tunda adalah jamaah haji yang kondisi

kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti

perjalanan haji.

e. Jamaah haji risiko tinggi adalah jamaah haji dengan

kondisi kesehatan yang secara epidemiologi berisiko sakit

dan atau mati selama perjalanan ibadah haji, meliputi :

1) Jamaah haji lanjut usia.

2) Jamaah haji penderita penyakit menular tertentu

yang tidak boleh terbawa keluar dari Indonesia

berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku.

3) Jamaah haji wanita hamil.

4) Jamaah haji dengan ketidak mampuan tertentu

terkait penyakit kronis dan atau penyakit tertentu

lainnya.19

19

Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat

Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI: 2010), h. 3-4.

Page 41: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

25

6. Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji

Pelayanan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan

pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan,

bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji. Pelayanan

kesehatan, imunisasi, surveilan, dan respon KLB (Kejadian

Luar Biasa), penanggulangan KLB, dan musibah masal,

kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan

kesehatan haji.20

Pelayanan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan

pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya

bagi jamaah haji pada bidang kesehatan, sehingga jamaah haji

dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran

agama Islam. Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya

peningkatan kondisi kesehatan sebelum keberangkatan,

menjaga kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba

kembali di Indonesia, serta mencegah transmisi penyakit

menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jamaah

haji.21

Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa

kondisi kesehatan yang memadai, niscaya prosesi ritual

peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap

jamaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status

20

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, (Departemen

Kesehatan RI: 2009), h. 5. 21

Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat

Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI: 2010), h. 7.

Page 42: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

26

kesehatan optimal dan mempertahankannya. Untuk itu, upaya

pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksan kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi

status kesehatan sebagai landasan karakteristik, prediksi dan

penentuan penetapan cara eleminasi faktor risiko kesehatan.

Dengan demikian, prosedur dan jenis-jenis pemeriksaan mesti

diaksanakan secara holistic.22

Pemeriksaan kesehatan jamaah haji adalah penilaian

status kesehatan bagi jamaah haji yang telah memiliki nomor

porsi sebagai upaya persiapan kesanggupan ber-haji melalui

mekanisme baku pada sarana pelayanan kesehatan standar

yang diselenggarakan secara kontinium (berkesinambungan)

dan komprehensif (menyeluruh), yang dimaksud kontinium

dan komprehensif yaitu : bahwa proses dan hasil pemeriksaan

selaras dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan dalam

rangka perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya

pembinaan dan perlindungan jamaah haji.23

Untuk memberikan pelayanan bagi jamaah haji yang

mempunyai kategori risiko tinggi yaitu kondisi penyakit

tertentu yang terdapat pada jamaah haji yang dapat

memperburuk kesehatannya selama menjalankan ibadah haji

maka mulai tahun 1999 dibentuk kloter khusus bagi jamaah

risiko tinggi. Kloter risti ini adalah kloter jamaah haji biasa

22

Ibid, h. 7. 23

Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat

Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI: 2010), h. 8.

Page 43: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

27

yang dipersiapkan bagi jamaah haji risiko tinggi dengan

pelayanan khusus di bidang pelayanan umum, ibadah dan

kesehatan serta fasilitas lainnya untuk menghindarkan lebih

berisiko tinggi dengan mengarah kepada terwujudnya ibadah

yang sah, lancar dan selamat.24

B. Perspektif Kementerian Kesehatan

1. Pengertian Perspektif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian

perspektif adalah cara melukiskan suatu benda pada

permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh

mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya).25

Menurut Martono, perspektif adalah suatu cara pandang

terhadap suatu masalah yang terjadi, atau sudut pandang

tertentu yang digunakan dalam melihat suatu fenomena.26

Dapat disimpulkan bahwasannya perspektif adalah sebagai

cara seseorang dalam menilai sesuatu yang bisa dipaparkan

baik secara lisan maupun tulisan.

2. Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(Kemenkes RI) adalah kementerian dalam Pemerintahan

Indonesia yang membidangi urusan kesehatan. Kementerian

24

Ahmad Nizam dan Alatif Hasan, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikru

Hakim, 2000), h. 2. 25

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Perspektif,

https://kbbi.web.id/perspektif, diakses 25 Maret 2018, pukul 20:04 WIB. 26

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-perspektif-atau-

sudut-pandang/, diakses 25 Maret 2018, pukul 20:29 WIB.

Page 44: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

28

Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden.27

Menurut KBBI Kementerian Kesehatan

adalah pekerjaan (urusan) negara terkait kesehatan yang

dipegang oleh seorang menteri.28

Dari penjelasan tersebut maka perspektif Kementerian

Kesehatan adalah cara kementerian yang membidangi masalah

kesehatan dalam menggambarkan atau memaparkan baik

secara lisan maupun tulisan mengenai keadaan kesehatan.

3. Perspektif Kementerian Kesehatan

Perspektif Kementerian Kesehatan adalah suatu

pandangan dan penilaian kementerian yang membidangi

kesehatan terkait ketentuan kesehatan yang dipaparkan secara

lisan maupun tulisan serta dapat dipertanggung jawabkan. 29

27

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Depkes, (Jakarta:

Kemenkes RI, 2016). 28

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kementerian Kesehatan,

https://kbbi.web, diakses 25 Maret 2018, pukul : 21:04 WIB.

29 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Depkes, (Jakarta:

Kemenkes RI, 2016).

Page 45: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

29

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

A. Profil Umum Kementerian Kesehatan RI Pusat Kesehatan

Haji

Kementerian Kesehatan RI adalah Kementerian dalam

Pemerintah Indonesia yang membidangi Urusan Kesehatan.

Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat

Kesehatan Haji adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas

Kementerian Kesehatan dibidang kesehatan haji yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan

melalui Sekretaris Jendral.1

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas Nasional

dan dilaksanakan oleh Pemerintah secara inter departemental

(UU No. 17 tahun 1999 Bab III pasal 6 ayat 1). Kementerian

Kesehatan merupakan salah satu Kementerian terkait dan

bertanggung jawab dalam masalah pengamanan kesehatan bagi

calon atau jamaah haji Indonesia. Keterlibatan Kementerian

Kesehatan dalam penyelenggaraan ini perlu terus ditingkatkan

untuk mencapai tujuan jangka panjang bidang Agama, antara lain

1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Laporan Kinerja,

(Jakarta: Pusat Kesehatan Haji, 2016), h. 1.

Page 46: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

30

:2 Menjalankan usaha untuk terus meningkatkan pelayanan dan

kelancaran penunaian ibadah haji bagi umat Islam sesuai dengan

kemampuan masyarakt (TAP MPR No. II/MPR/1993). Tanggung

jawab pelayanan kesehatan ini meliputi sejak sebelum

keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan pergi/pulang, selama

di Arab Saudi dan setelah kembalinya jamaah haji ke tanah air.

Sebelum keberangkatan Kementerian Kesehatan telah

menyiapkan sarana, prasarana termasuk tenaga kesehatan haji

dalam mengidentifikasi status kesehatan calon haji yang

memenuhi persyaratan kesehatan (Istitha’ah kesehatannya) untuk

berangkat ke Arab Saudi, rujukan bagi calon jamaah haji yang

berisiko tinggi, pembinaan kesehatan yang dikoordinasikan

dengan pihak terkait seperti Kementerian Agama, KBIH, LSM

Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat), Askes, dll.

B. Visi dan Misi Kesehatan Haji Indonesia3

1. Visi

Calon jamaah haji bebas penularan penyakit, mandiri

dalam pemeliharaan kesehatan, untuk istitha’ah ibadah haji.

2. Misi

a. Memfasilitasi terselenggaranya upaya-upaya mencapai

kemandirian calon/ jamaah haji dalam pemeliharaan

kesehatannya dan prilaku hidup sehat.

2 Profil Kesehatan Haji Indonesia, (Kementerian Kesehatan: 2008), h.

2. 3 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Haji,

(Kementerian Kesehatan: 2008), h. 7-10.

Page 47: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

31

b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesehatan haji.

c. Mengembangkan dan memanfaatkan jejaring informasi

telekomunikasi berbasis computer untuk pengambilan

keputusann dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

d. Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya

manusia yang berpengetahuan, terampil, berdedikasi,

dan profesional dalam kesehatan haji.

e. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam

surveilans, penanggulangan KLB/ wabah dan bencana

atau musibah masal.

f. Mengembangkan kemitraan dengan lembaga swadaya

masyarakan (LSM), organisasi profesi, badan pengelola

pembiayaan pemeliharaan kesehatan, lembaga/ badan

penelitian dan kerjasama lintas program serta lintas

sector.

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Pusat Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan,

evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan kesehatan haji sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.4 Dalam

penyelenggaraan operasional perkantoran, personil Pusat

Kesehatan haji yang berjumlah 50 orang aparatur sipil negara

didukung oleh 54 orang tenaga honorer yang terdiri dari 35 orang

laki-laki dan 19 orang perempuan. Tingkat pendidikan pegawai

4 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Laporan Kinerja,

(Jakarta: Pusat Kesehatan Haji, 2016), h. 2.

Page 48: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

32

dengan jenjang S3 sejumlah 2 orang, S2 sejumlah 25 orang, S1

sejumlah 17 orang, Diploma sejumlah 5 orang dan akademi

sejumlah 1 orang.5 Pusat kesehatan haji mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan

pelayanan, pendayagunaan, peningkatan, dan pengendalian

kesehatan haji dan umrah. Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 987 PERMENKES 1144

Tahun 2010, Pusat Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program

dibidang pembinaan kesehatan jamaah, pelayanan medis,

pengendalian kesehatan jamaah, penyehatan lingkungan

pemondokan, keamanan makanan dan risiko kesehatan

lingkungan lainnya, sistem kewaspadaan dini dan respon

kejadian luar biasa penyakit dan musibah masal,

pendayagunaan dan pengembangan sumber daya dan

layanan informasi kesehatan haji dan umrah.

b. Pelaksanaan tugas dibidang pembinaan kesehatan jamaah,

pelayanan medis, pengendalian kesehatan jamaah,

penyehatan lingkungan pemondokan, keamanan makanan

dan risiko kesehatan lingkungan lainnya, sistem

kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa penyakit

dan musibah masal, pendayagunaan dan pengembangan

sumber daya dan layanan informasi kesehatan haji dan

umrah.

5 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Laporan Kinerja,

(Jakarta: Pusat Kesehatan Haji, 2016), h. 2.

Page 49: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

33

c. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

dibidang pembinaan kesehatan jamaah, pelayanan medis,

pengendalian kesehatan jamaah, penyehatan lingkungan

pemondokan, keamanan makanan dan risiko kesehatan

lingkungan lainnya, sistem kewaspadaan dini dan respon

kejadian luar bias penyakit dan musibah masal,

pendayagunaan dan pengembangan sumber daya dan

layanan informasi kesehatan haji dan umrah

d. Pelaksanaan administrasi pusat.

Berikut ini adalah susunan organisasi Pusat

Kesehatan Haji beserta tugas dan fungsinya. Pusat

Kesehatan Haji terdiri atas :

1) Bidang Pendayagunaan Sumber Daya dan Fasilitas

Kesehatan Haji.

Bidang pelayanan dan pendayagunaan sumber

daya kesehatan haji mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan kebijakan teknis, koordinasi

dan pelaksanaan pelayanan, pedayagunaan dan

pengembangan sumber daya kesehatan haji dan umrah.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud, bidang pelayanan dan pendayagunaan

sumber daya kesehatan haji menjalankan fungsi :

a) Penyiapan penyusunan kebijakan teknis pelayanan,

pendayagunaan, dan pengembangan tenaga dan

penunjang pelaksanaan kesehatan haji dan umrah.

Page 50: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

34

b) Penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan

pelayanan, pendayagunaan dan pengembangan

tenaga dan penunjang pelaksanaan kesehatan

jamaah haji dan umrah.

c) Pemberian bimbingan teknis pelayanan,

pendayagunaan, dan pengembangan tenaga dan

penunjang pelaksanaan kesehatan haji dan umrah.

d) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan,

pendayagunaan, dan pengembangan tenaga dan

penunjang pelaksanaan kesehatan haji dan umrah.

Bidang Pendayagunaan Sumber Daya dan Fasilitas

Kesehatan Haji terdiri atas :

Subbidang Pendayagunaan Sumber Daya

Kesehatan Haji.

Subbidang Fasilitas Kesehatan Haji.

Subbidang pelayanan kesehatan haji mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

kebijakan teknis koordinasi dan bimbingan teknis serta

monitoring dan evauasi pelaksanaan pelayanan medis

di puskesmas dan rumah sakit serta pelayanan medis

lapangan dibidang kesehatan haji dan umrah.

Subbidang pendayagunaan dan pengembangan

sumber daya kesehatan haji mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan

teknis, koordinasi dan bimbingan teknis serta

Page 51: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

35

monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemilihan,

pelatihan, dan pengarahan tenaga, pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan sarana kesehatan haji dan

umrah.

2) Bidang Pembimbing dan Pengendalian Faktor Risiko

Kesehatan Haji.

Bidang peningkatan kesehatan dan pengendalian

fakor risiko kesehatan haji mempunyai tugas

melaksanakan program penyusunan kebijakan teknis,

koordinasi dan pelaksanaan peningkatan kesehatan,

pengendalian faktor risiko dan pengelolaan sistem

informs kesehatan haji dan umrah.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud, bidang peningkatan kesehatan haji dan

pengendalian faktor risiko kesehatan haji

menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan penyusunan kebijakan teknis

peningkatan kesehatan, pengendalian faktor risiko

dan pengelolaan sistem informasi kesehatan haji

dan umrah.

b) Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan

peningkatan kesehatan, pengendalian faktor risiko

dan pengendalian sistem informasi kesehatan haji

dan umrah.

Page 52: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

36

c) Bimbingan teknis peningkatan kesehatan,

pengendalian faktor risiko dan pengelolaan sistem

informasi kesehatan haji dan umrah.

d) Monitoring dan evaluasi peningkatan kesehatan,

pengendalian faktor risiko dan pengelolaan sistem

informasi kesehatan haji dan umrah.

Bidang Pembimbing dan Pengendalian Faktor

Risiko Kesehatan Haji terdiri atas:

Subbidang Penyuluhan dan Pembimbing

Kesehatan.

Subbidang Pengendalian Faktor Risiko.

Subbidang peningkatan kesehatan jamaah haji

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan kebijakan teknis, koordinasi dan

bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi

pelaksanaan peningkatan kesehatan haji dan umrah.

Subbidang pengendalian faktor risiko kesehatan

haji mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan kebijakan teknis, koordinasi dan

bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi

pelaksanaan pengendalian faktor risiko kesehatan haji

dan umrah serta pengelolaan sistem informasi.

3) Subbagian Tata Usaha

Page 53: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

37

Subbagian tata usaha mempunyai tugas melakukan

urusan tata persuratan, kearsipan, rumah tangga,

perlengkapan, dan keuangan, serta kepegawaian.

D. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi, dan Target

1. Tujuan

Tujuan penyelenggaraan kesehatan haji adalah

mencegah vulnerabilitas jamaah haji melalui :6 (1) penyiapan

jamaah haji menuju istitha’ah, (2) pengendalian faktor risiko

kesehatan haji, (3) menjaga dan meningkatkan kondisi

kesehatan jamaah haji di Indonesia, selama dalam perjalanan

dan di Arab Saudi, (4) menjaga terjadinya penularan

penyakit yang berpotensi wabah yang kemungkinan dapat

terbawa oleh jamaah haji, (5) penguatan pemberdayaan

masyarakat.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penyelenggaraan kesehatan haji :7

Meningkatnya kondisi kesehatan calon/ jamaah

haji Indonesia serta terbebasnya masyarakat Indonesia/

Internasional dari tarnsmisi penyakit menular yang

mungkin terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jamaah haji

Indonesia.

6 Muchtaruddin Mansyur, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian

Kesehatan, Penyelenggaraan Kesehatan Haji Menuju Istitha’ah, (Jakarta:

Rakernas, 2017), h. 3. 7 Profil Kesehatan haji Indonesia, (Kementerian Kesehatn: 2008), h.

3.

Page 54: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

38

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus penyelenggaraan kesehatan haji :

1) Teridentifikasinya calon jamaah haji yang

memenuhi persyaratan kesehatan untuk ibadah haji.

2) Terbinanyan kondisi kesehatan calon jamaah haji

dan kemandirian pemeliharaan kesehatan

3) Tersedianya petugas kesehatan haji yang

berpengetahuan, terampil, berdedikasi, dan

profesioal disetiap jenjang pelayanan kesehatan haji.

4) Meningkatnya surveilans, sistem kewaspadaan dini

dan respon KLB.

5) Terwujudnya kesiap siagaan dalam mengantisipasi

penanggulangan bencana dan musibah masal pada

jamaah haji Indonesia.

6) Tersedianya data/ informasi cepat, tepat, terpercaya,

dan diseminasi informasi kesehatan haji.

7) Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas program,

sektor, bilateral dan multilateral tentang kesehatan

haji.

8) Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai dengan

kebutuhan.

9) Menurunnya angka kunjungan sakit dan angka

kematian jamaah haji di Arab Saudi.8

8 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Haji,

(Kementerian Kesehatan: 2008), h. 12-14.

Page 55: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

39

2. Sasaran

Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji Indonesia

adalah seluruh calon/ jamaah haji sejak terdaftar di daerah

asal, di perjalanan, selama di Arab Saudi dan 14 hari setelah

kembali dari Arab Saudi, pengelolaan kesehatan haji, tenaga

kesehatan, instansi pemerintah disemua jenjang administrasi

yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan haji dan

petugas kesehatan haji (Tim Kesehatan haji Indonesia dan

Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji di Arab Saudi bidang

kesehatan).9

3. Kebijakan

a. Meningkatkan sistem dan manajemen penyelenggaraan

kesehatan haji secara terpadu, menyeluruh baik lintas

program maupun lintas sector dengan pendekatan

epidemiologi.

b. Meningkatkan mutu pelayanan haji dengan

mengoptimalkan kemampuan di puskesmas, dinas

kesehatan provinsi, embarkasi/ debarkasi haji dan di

Arab Saudi.

c. Mengembangkan dan meningkatkan pembinaan

kesehatan calon/ jamaah haji dengan pendekatan

manajemen resiko, profesional, terintegrasi lintas

program, lintas sektor terkait dan mengikut sertakan

peran masyarakat.

9 Profil Kesehatan haji Indonesia, (Kementerian Kesehatn: 2008), h.

3.

Page 56: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

40

d. Mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans

dengan fokus penyakit potensial wabah terutama

Meningitis Meningkokus, penyakit menular baru (new

emerging diseases) dan penyakit menular yang

berjangkit kembali (re emerging diseases), sistem

kewaspadaan dini dengan respon KLB, bencana serta

musibah masal.

e. Mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme

sumber daya manusia dalam penyelenggaraan kesehatan

haji dibidang pemeriksaan dan pembinaan, surveilans,

Kesehatan Lingkungan, penanggulangan KLB dan

musibah masal, sistem informasi kesehatan haji.

f. Menyediakan dan meningkatkan perangkat keras dan

perangkat lunak sistem informasi manajemen kesehatan

haji pada setiap jenjang administrasi kesehatan.

g. Menyiapkan dan menyusun daftar kebutuhan obat, alat

kesehatan haji dan distribusinya.

h. Menjalin kerjasama lintas program, sektoral, regional

Asean, bilateral dengan Pemerintah Arab Saudi maupun

Internasional.

i. Meningkatkan dan menetapkan sistem rekrutmen Panitia

Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi

bidang kesehatan dan petugas yang menyertai jamaa haji

(TKHI Kloter) melalui prosedur, kriteria serta cara

penyeleksian secara berjenjang dari dinas kesehatan

provinsi dan pusat.

Page 57: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

41

j. Meningkatkan kemampuan penggalian sumber daya

daerah (provinsi dan kabupaten/ kota) dan sumber daya

yang berasal dari masyarakat dalam penyelenggaraan

kesehatan kesehatan haji.10

4. Strategi

a. Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon

jamaah haji sehingga petugas dan masyarakat

mengetahui manfaat dari pemeriksaan dan pembinaan

kesehatan haji.

b. Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan

calon jamaah haji.

c. Advokasi pada pengambil keputusan untuk dukungan

politis dan komitmen dalam pembiayaan terutama SKD

dan respon KLB, bencana dan musibah masal.

d. Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung pemeriksaan

laboratorium yang akurat, tatalaksana kasus dengan

pendekatan manajemen resiko sesuai dengan standar

yang berlaku.

e. Swadana dalam pemeriksaan dan pembinaan kesehatan

calon jamaah haji.

f. Penggalangan kemitraan dengan badan pengelola

pembiayaan kesehatan seperti Asuransi Kesehatan

(ASKES), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(JPKM) dan asuransi kesehatan lainnya dalam

pembinaan kesehatan haji.

10

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Haji,

(Kementerian Kesehatan: 2008), h. 16-22.

Page 58: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

42

g. Fasilitas asistensi metode, teknologi pemeriksaan,

pembinaan serta pengukuran kualitas (quality assurance)

kesehatan haji.

h. Pengembangan metode dan materi pelatihan petugas

kesehatan haji (PPIH dan TKHI) yang sesuai dengan

kebutuhan di lapangan (aplikatif).

i. Intensivikasi surveilans epidemiologi, SKD, dan respon

KL.

5. Target

a. Seluruh puskesmas pemeriksa kesehatan calon jamaah

haji dan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota

melaksanakan pemeriksaan, rujukan dan pembinaan

kesehatan sesuai dengan standar.

b. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji

100%.

c. Cakupan tes kehamilan pada calon jamaah haji wanita

pasangan usia subur (PUS) 100%.

d. Cakupan imunisasi Meningitis Meningkokus, tetravalen

100% dengan indeks pemakaian (IP) 9.

e. Frekuensi KLB menurun.

f. Menurunnya angka kunjungan dan angka kematian.

g. Seluruh pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji

melaksanakan pemeriksaan dokumen kesehatan haji

sesuai dengan standar.

h. Cakupan pengumpulan Kartu Kewaspadaan Kesehatan

Jamaah Haji (K3JH) 80%.

Page 59: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

43

E. Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Haji

Gambar 3.1Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Haji

Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

KEPALA

PUSAT KESEHATAN HAJI

BAGIAN

TATA USAHA

KEPALA BIDANG

Pendayagunaan Sumber

Daya dan Fasilitasi

Pelayanan Kesehatan Haji

Subbagian Program dan

Informasi Kesehatan Haji

Subbagian Keuangan dan

Barang Milik Negara

Subbagian Kepegawaian dan

Umum

KEPALA BIDANG

Pembimbingan dan

Pengendalian Faktor

Risiko Kesehatan Haji

Subbidang

Pengendalian Faktor

Risiko

Subbidang Penyuluhan

dan Pembimbingan

Kesehatan

Subbidang Pendayagunaan

Sumber Daya Kesehatan

Haji

Subbidang Fasilitasi

Pelayanan Kesehatan Haji

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

Page 60: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

44

F. Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan RI

Page 61: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

45

BAB IV

ANALISIS ISTITHA’AH KESEHATAN JAMAAH

HAJI

A. Ketentuan Istitha’ah Ibadah Haji Berdasarkan Empat Imam

Mazhab’

Sebagaimana telah diketahui bahwa kewajiban haji adalah

bagi orang-orang yang memiliki kemampuan (istitha’ah), dan

tidak boleh menunda-nunda jika tidak ada alasan syar’i.

Kesehatan merupakan bagian dari istitha’ah kewajiban

melaksanakan ibadah haji. Berdasarkan ayat tersebut

sebagaimana yang tersirat dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat

97 sebagai berikut :

من استطاع إليه سبيال ومن كفر فإن اهلل وهلل على الناس حج الب يت

غن عن العالمي

Artinya: “Dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah

adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu

bagi orang-orang yang mampu mengadakan

perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari

kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha

Kaya dari seluruh alam”.1 (Q.S. Ali-Imran: 97).

1 Al Quran dan Terjemahnya, Kementrian Agama RI, tahun 2012, h.

92.

Page 62: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

46

Para imam mazhab mengemukakan kententuan dalam

melaksanakan ibadah haji harus mencapai istitha’ah :2

1. Menurut Imam Maliki, istitha’ah adalah bagi yang sanggup

berjalan kaki dan mencari nafkah/bekerja selama ibadah haji

dan adanya biaya yang cukup bagi keluarga yang

ditinggalkan, maka yang bersangkutan sudah termasuk

istitha’ah.

2. Imam Syafi’i, berpendapat bahwa istitha’ah terbagi menjadi

dua yaitu : kemampuan diri sendiri (istitha’ah mubasyarah)

dan kemapuan karena bantuan orang lain (istitha’ah ghairu

mubasyarah).

3. Imam Hanafi mengatakan bahwa makna dari istitha’ah

terbagi menjadi tiga kategori yakni :3 (1) istitha’ah maliyah

(kemampuan biaya), (2) istitha’ah badaniyyah (kemampuan

kesehatan), (3) istitha’ah amniyyah (kemempuan keamanan

selama perjalanan dan sampai ke tanah air).4 Seseorang yang

termasuk dalam golongan istitha’ah menurut mazhab Hanafi

wajib melaksanakan haji. Kemampuan yang pertama

mencakup kemampuan dalam membiayai dirinya dalam

keberangkatan hingga pemulangan, membiayai dirinya

selama berada di tanah suci, serta mampu membiayai

keluarga yang ditinggalkan di tanah air. Kemampuan yang

2 Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan

Ibadah Haji Menurut Empat Mazhab, (Ciputat: Pustaka Cendekiamuda, 2016),

h. 123. 3 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 259. 4 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 259.

Page 63: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

47

kedua adalah kemampuan kesehatan badan, seorang yang

akan melaksanakan ibadah haji harus mampu dalam

kesehatan jasmani dan rohani untuk melakukan perjalanan

ibadah haji, tidak terdapat penyakit yang membahayakan

dirinya bahkan penyakit menular yang akan membuat orang

lain terbebani, orang yang buta, lumpuh, cacat, dan memiliki

usia lanjut yang tidak mampu berjalan sendiri tanpa bantuan

orang lain tidak wajib melaksanakan ibadah haji.

Kemampuan yang ketiga yaitu kemampuan yang menjamin

keselamatan dan keamanan selama dalam perjalanan

termasuk adanya seorang mahram bagi perempuan, mahram

yang baligh berakal, tidak fasik untuk menemani perempuan

selama melakukan perjalanan dalam ibadah haji, bahkan

meliputi keamanan bagi keluarga yang ditinggalkan di tanah

air.

4. Imam Hambali mensyaratkan istitha’ah menjadi 2 aspek

yakni kemampuan menyiapkan bekal dan (ongkos)

kendaraan.5 Hal ini berdasarkan hadits riwayat Daru Quthni

dari Jabir, Ibnu Umar, Ibnu Amir, Anas Bin Malik, dan

Aisyah yang menyatakan bahwa pernah seorang laki-laki

datang kepada Rasulullah SAW untuk bertanya tentang

sesuatu yang mewajibkan haji itu ialah bekal dan kendaraan.6

5. Menurut Ulama Mutaakhirin (kontemporer), dalam istitha’ah

perlu memasukan unsur kesehatan, kesempatan, dan

5 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 260. 6 Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve), Cet. Ke-7, h. 261.

Page 64: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

48

keamanan sebagai salah satu unsur yang memungkinkan

sampainya seseorang di tempat pelaksanaan haji, serta terkait

dengan kebijakan pemerintah Arab Saudi dan pemerintah

Indonesia, seperti pengaturan Kuota Haji.

6. Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

(rumusan musyawarah Alim Ulama 1975) terkait ketentuan

istitha’ah, adalah orang Islam dianggap mampu (istitha’ah)

melaksanakan ibadah haji, apabila jasmaniah, ruhaniah, dan

pembekalan memungkinkan ia untuk menunaikan tanpa

menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.7

Berdasarkan uraian terkait ketentuan istitha’ah dalam

ibadah haji menurut hukum syara’, penulis dapat kemukakan

bahwasannya dalam melaksanakan ibadah haji ketentuan

istitha’ah yang dimiliki tidak hanya mampu secara harta/uang

(istitha’ah amaliyah) saja, melainkan istitha’ah secara fisik

(istitha’ah Badaniah), mental, bekal, serta aman dalam

perjalanan. Karea ibadah haji yang dilakukan telah memenuhi

ketentuan seperti yang diungkapkan para imama mazhab serta

ulama, niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi maksimal

dan mendapat pahala serta ridha Allah SWT.

7 KEMENKES RI, Istitha’ah Kesehatan Haji, h. 12.

Page 65: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

49

B. Ketentuan Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Berdasarkan

Regulasi Kementerian Kesehatan

1. Ketentuan Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji

Dalam memperoleh tercapainya keistitha’ahan

jamaah haji dalam menunaikan ibadah haji, Pusat Kesehatan

Haji Kementerian Kesehatan RI dalam penyelenggaraan

kesehatan bertujuan untuk memberikan pembinaan,

pelayanan, dan perlindungan sebaik-baiknya melalui sistem

dan manajemen penyelenggaraan yang terpadu. Dalam

pembinaan tersebut agara pelaksanaan ibadah haji dapat

berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman, sesuai

tuntunan agama serta jamaah haji dapat melaksanakan ibadah

haji secara mandiri sehingga memperoleh haji yang mabrur.

Karena ibadah haji merupakan ibadah fisik, sehingga

jamaah haji dituntut mampu secara fisik dan rohani agar

dapat melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan baik dan

lancar. Salah satu penyelenggaraan kesehatan haji yang

sangat penting dan strategis adalah serangkaian upaya

kegiatan melalui program pemeriksaan dan pembinaan

kesehatan haji agar terpenuhinya kondisi istitha’a kesehatan

(kemampuan kesehatan jamaah haji untuk melakukan

serangkaian aktivitas rukun dan wajib haji). Penyelenggara

kesehatan haji menuju istitha’ah Kementerian Kesehatan RI

dalam hal ini memberlakukan mekanisme pemeriksaan

kesehatan bagi jamaah haji di Indonesia sebelum

diberangkatan berdasarkan PERMENKES No. 15 Tahun

Page 66: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

50

2016 tentang istitha’ah kesehatan jamaah haji sebagai berikut

:

Gambar 3.2 Mekanisme Pemeriksaan Kesehatan Bagi Jamaah

Haji Indonesia

Sumber : Kementerian Kesehatan RI

Puskesmas /

Rumah Sakit

Pemeriksaan Kesehatan

Tahap Pertama

RISTI NON RISTI

Pembinaan Masa Tunggau

Kabupaten / Kota

Pemeriksaan Kesehatan

Tahap Kedua

Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

dengan

Pendampingan

Tidak

Memenuhi

Syarat

Sementara

Tidak

Memenuhi

Syarat

Embarkasi

Pembinaan Masa Keberangkatan

Pemeriksaan Kesehatan

Tahap Ketiga

Laik Terbang Tidak Laik Terbang

Page 67: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

51

2. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji

Upaya pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji

dalam rangka mencapai istitha’ah kesehatan jamaah haji

merupakan penilaian kriteria istitha’ah kesehatan bagi

jamaah haji yang dilakukan melalui pemeriksaan dan

pembinaan kesehatan dalam rangka mempersiapkan kondisi

kesanggupan berhaji melalui mekanisme baku pada sarana

pelayanan kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara

kontinum (berkesinambungan, melingkupi seluruh periode

waktu perjalanan ibadah haji dan tingkatan pelayanan

kesehatan mulai dari pelayanan kesehatan tingkat dasar,

spesialistik, serta rujukan dalam setiap strata layanan

kesehatan), dan komperhensif (penanganan menyeluruh

dengan melakukan pendekatan yang meliputi promosi

kesehatan (health promotion), perlindungan khusus (spesific

protection), diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan

tepat (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan

kecacatan (disability limitation), dan rehabilitasi

(rehabilitation).8

Proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji

menuju istitha’ah dimulai pada saat calon jamaah haji

mendaftarkan diri. Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan

haji yang pelaksanaannya dimulai di Puskesmas / klinik dan

rumah sakit di Kabupate/Kota menjadi tanggung jawab tim

8 Wawancara dengan Bpk. dr. Edi Supriyatna, Mkk, Staf PF12 Pusat

Kesehatan Haji, Tanggal 10 April 2018, pukul 11:20 WIB.

Page 68: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

52

penyelenggara kesehatan haji Kabupaten/Kota. Sedangkan

pemeriksaan kesehatan tahap ketiga yang diselenggarakan di

Embarkasi menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan haji

yang bergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) Embarkasi bidang Kesehatan. Pelayanan Kesehatan

Haji di Puskesmas / klinik dan rumah sakit di

Kabupaten/Kota dilaksanakan mengikuti sistem pelayanan

kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Tahapan yang ditentukan Kementerian Kesehatan

dalam alur pemeriksaan kesehatan bagi jamaah haji untuk

mencapai istitha’ah kesehatan jamaah haji adalah tertuang

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.15 tahun 2016 pasal 6, yang terbagi dalam tiga tahapan

yaitu :9

1) Tahap pertama

2) Tahap kedua

3) Tahap ketiga

Berdasarkan pada penjelasan poin tahapan

pemeriksaan, berikut penjelasan tahapan secara terperici :

a. Tahap Pertama

Pemeriksaan tahap pertama dilaksanakan oleh tim

penyelenggara kesehatan haji Kabupaten/Kota di Puskesmas

9 PERMENKES RI No. 15 Tahun 2016, Istitha’ah Kesehatan Jamaah

Haji, h. 5-10.

Page 69: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

53

/ Rumah Sakit pada saat jamaah haji melakukan pendaftaran

untuk mendapatkan nomor porsi. Pemeriksaan kesehatan

tahap pertama dilakukan di Puskesmas oleh dokter

Puskesmas sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga

keperawatan dan analis laboratorium. Pemeriksaan tahap

pertama meliputi :10

1) Anamnesia.

2) Pemeriksan Fisik.

3) Pemeriksaan Penunjang.

4) Diagnosis.

5) Penetapan Tingkat Risiko Kesehatan.

6) Rekomendasi / Saran / Rencana Tindak lanjut.

b. Tahap Kedua

Pemeriksaan tahap kedua dilaksanakan oleh tim

penyelenggara kesehatan haji Kabupaten/Kota di Puskesmas

/ Rumah Sakit pada saat pemeriksaan telah menentukan

kepastian keberangkatan jamaah haji pada tahun berjalan.

Pemeriksaan kesehatan tahap ke dua akan menentukan

seseorang memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat

istitha’ah kesehatan. Pemeriksaan kesehatan tapap kedua

meliputi :

1) Anamnesia.

2) Pemeriksan Fisik.

10

Kementerian Kesehatan RI, Pemeriksaan dan Pembinaan

Kesehatan Haji Mencapai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju

Keluarga Sehat, (Jakarta : 2017), h. 12.

Page 70: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

54

3) Pemeriksaan Penunjang.

4) Diagnosis.

5) Penetapan Istitha’ah Kesehatan.

6) Rekomendasi / Saran / Rencana Tindak lanjut.

7) Penandaan Gelang Bagi jamaah haji.11

c. Tahap Ketiga

Pemeriksaan tahap ketiga dilakukan untuk menetapkan

status kesehatan jamaah haji laik atau tidak laik terbang.

Jamaah haji yang tidak laik terbang merupakan jamaah haji

dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan

penerbangan Internasional dan/atau peraturan kesehatan

Internasional. Dalam penetapan status kesehatan tersebut,

PPIH embarkasi bidang kesehatan berkoordinasi dengan

dokter penerbangan. Penetapan laik atau tidak laik

merupakan wujud tanggung jawab pemerintah dalam

memberikan perlindungan kesehatan kepada jamaah haji

karena tidak semua kondisi kesehatan atau penyakit tertentu

dapat dinyatakan aman bagi jamaah haji dan/ atau jamaah

haji lainnya selama perjalanan di pesawat dan di Arab

Saudi.12

Sudah menjadi tanggung jawab PPIH Embarkasi bidang

Kesehatan menetapkan seorang jamaah haji memenuhi

11

Kementerian Kesehatan RI, Pemeriksaan dan Pembinaan

Kesehatan Haji Mencapai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju

Keluarga Sehat, (Jakarta : 2017), h. 26. 12

Wawancara dengan Bpk. dr. Edi Supriyatna, Mkk, Staf PF12 Pusat

Kesehatan Haji, Tanggal 10 April 2018, pukul 11:20 WIB.

Page 71: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

55

kriteria laik atau tidak laik terbang. Dalam menetapkan status

kesehatan sebagaimana dimaksud, Kantor Kesehatan

Pelabuhan (KKP) sebagai bagian dari penyelenggara

kesehatan berkoordinasi dengan dokter penerbangan dan/atau

dokter ahli di rumah sakit rujukan.

Berdasarkan pengamatan penulis alur mekanisme yang

ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI yang bertujuan

memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan

menurut penulis sudah sesuai sebagaimana mestinya, karena

pada tahap pembinaan kesehatan jamaah diselenggarakan

secara terpadu, terencana, terstruktur, dan terukur melalui

serangkaian kegiatan promotif serta pencegahan preventif,

yang dimulai pada saat jemaah haji mendaftar sampai

kembali ke indonesia.

Kemudian dalam hal pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada jamaah, dilakukan sudah pada seluruh

tahap penyelenggaraan ibadah haji. Serta dalam perlindungan

bagi kesehatan jamaah haji upaya kesehatan sudah baik

karena dalam perlindungan dibentuk sistem cepat tanggap

dan perlindungan spesifik untuk melindungi keselamatan

jemaah haji pada seluruh tahapan penyelenggaraan ibadah

haji. Pada tahapan awal jamaah mendapatkan data kesehatan,

upaya-upaya perawatan dan pemeliharaan, juga pembinaan

dan perlindungan. Dan juga pada tahap pemeriksaan ke dua

jamaah mendapat status data kesehatan terkini dari hasil

evaluasi perawatan, pemeliharaan, pembinaan, dan

Page 72: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

56

perlindungan serta rekomendasi penetapan status kelaikan

pemberangkatan haji. Dan di tahapan yang ketiga jamaah

juga mendapatkan hasil ketentuan terkait kelaikkan bagi

dirinya untuk dapat diberangkatkan atau tidak, sehingga

metode tahapan yang telah ditetapkan ini sudah sangat baik

dan membatu jamaah juga berbagai pihak yang menjadi

petugas terkait.

3. Pembinaan Kesehatan Jamaah Untuk Mencapai

Istitha’ah

Pembinaan kesehatan jamaah haji dilakuka

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan jamaah haji.

Pembinaan kesehatan dimaksud upaya untuk mempersiapkan

istitha’ah kesehatan haji. Jenis dan metode pembinaan

kesehatan tersebut meliputi kegiatan penyuluhan, konseling,

latihan kebugaran, pemanfaatan pos pembinaan terpadu

(Posbindu), pemanfaatan media massa, penyebarluasan

informasi, kunjungan rumah dan manasik haji.

Berdasarkan periode pelaksanaannya, pembinaan

dalam rangka istitha’ah kesehatan jamaah haji terdiri atas :

a. Pembinaan Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Masa

Tunggu

Pelaksanaan pembinaan kesehatan jamaah haji

harus terintegrasi dengan program kesehatan di

Kabupaten/Kota, antara lain: keluarga sehat, pencegahan

penyakit menular, posbindu penyakit tidak menular,

Page 73: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

57

pembinaan kelompok olah raga dan latihan fisik, serta

posbindu lansia. Pembinaan kesehatan tersebut

dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan

organisasi profesi dan/atau organisasi masyarakat.

Pembinaan istitha’ah kesehatan jamaah haji masa

tunggu dilakukan terhadap seluruh jamaah haji setelah

memperoleh nomor porsi dan harus di sesuaikan dengan

hasil pemeriksaan kesehatan. Berikut tabel kegiatan

pembinaan kesehatan haji masa tunggu. Secara umum,

kegiatan pembinaan kesehatan haji diklasifikasikan

menjadi dua yakni :13

1) Kegiatan Pembimbingan Kesehatan Haji.

Pembimbingan kesehatan jamaah haji merupakan

proses pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi

kesehatan secara terencana, sistematis, dan

berkesinambungan terhadap jamaah haji sehingga

jamaah tersebut dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

kesehatan lingkungan dalam rangka mempertahankan

dan meningkatkan kesehatannya. Bentuk pembimbingan

kesehatan antara lain :

a) Konseling Kesehatan

Konseling merupakan komunikasi dua arah antara

dokter atau tenaga kesehatan dan jamaah haji di

Puskesms/klinik atau rumah sakit. Konseling perlu

13

Kementerian Kesehatan RI, Pemeriksaan dan Pembinaan

Kesehatan Haji Mencapai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju

Keluarga Sehat, (Jakarta : 2017), h. 18-32.

Page 74: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

58

dilaksanakan oleh konselor dalam rangka melakukan

pengendalian faktor risiko kesehatan jamaah haji

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama.

Konselor harus memberikan nasehat dan informasi

terkait penyakit yang diderita oleh jamaah haji terutama

faktor risiko penyakit yang ditemukan.

Proses konseling ini sangat penting dalam rangka

mengendalikan faktor risiko penyakit yang terdapat pada

jamaah haji agar jamaah haji menyadari faktor-faktor

risiko yng ada pada dirinya dan ikut berperan aktif

(termasuk keluarga) dalam menjaga kesehatannya

sehingga perlu dikomunikasikan tentang perkembangan

dan pengendalian penyakit yang diderita jamaah haji

pada masa pembinaan.

b) Peningkatan Kebugaran Jasmani

Peningkatan kebugaran jasmani dilaksanakan

melalui latihan fisik secara terus - menerus dan teratur

yang diselenggarakan oleh Puskesmas / klinik secara

berkelompok atau mandiri. Prosesnya dapat dilakukan

melalui kerja sama dengan satuan kerja yang

membidangi kesehatan olah raga, organisasi masyarakat,

atau kelompok bimbingan. Metode penilaian /

pengukuran kebugaran jasmani dapat dilakukan dengan

metode Rockport Walking Test atau Six Minutes Walking

Test.

Page 75: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

59

Pengukuran kebugaran jasmani dengan metode

Rockport Walking Test atau Six Minutes Walking Test

dapat dilakukan secara berkala untuk mengetahui

jantung dan paru-paru, sehingga hasil pengukuran

kebugaran jasmani digunakan untuk menilai kesiapan

jamaah haji dalam melakukan aktivitas fisik selama

ibadah haji. Bentuk latihan fisik yang dilakukan

sebaiknya disesuaikan dengan kesenangann seperti :

jalan kaki, jogging, senam aerobic (Senam Haji Sehat,

Senam Lansia, Senam Jantung Sehat, Senam Diabetes

Mellitus, Senam Asma, Senam Sehat Bugar, dan Senam

Kebugaran Jasmani), berenang serta bersepeda.

c) Pemanfaatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

Salah satu pemanfaatan kegiatan berbasis

masyarakat dalam rangka melaksanakan pembinaan

kesehatan jamaah haji dalah melalui pemanfaatan pos

pembinaan terpadu (Posbindu). Program Posbindu akan

memberikan pembinaan kesehatan, mengontrol tekanan

darah, gula darah, lingkar perut, Berat Badab (BB),

Tinggi Badan (TB), dan Indeks Massa Tubuh (IMT),

d) Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dapat diintegrasikan dengan

pendekatan keluarga sehat dan kegiatan Perawatan

Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Indikasi kunjungan

rumah adalah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut

tentang faktor risiko kesehatan pada jamaah haji dan

Page 76: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

60

indikasi tindakan medis yang tidak memungkinkan

jamaah haji mengunjungi fasilitas kesehatan.

2) Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Haji.

Yang dimaksud penyuluhan kesehatan haji adalah

proses penyampaian pesan kesehatan secara singkat dan

jelas yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

dan mengubah prilaku jamaah haji seperti yang

diharapkan. Yang termasuk dalam komponen

penyuluhan kesehatan antara lain :

a) Penyuluhan kesehatan bagi jamaah haji

dilaksanakan oleh Puskesmas / klinik atau oleh

organisasi masyarakat. Penyuluhan berisi pemberian

informasi tentang upaya menjaga dan

mempertahankan kondisi kesehatan selama masa

tunggu sehinga jamaah haji dapat memenuhi

persyaratan istitha’ah sampai waktu keberangkatan.

b) Penyebar Luasan Informasi salah satu cara

pembinaan istitha’ah kesehatan dilakukan melalui

penyebarluasan informasi dengan menggunakan

poster, brosur, leaflet dan video. Hal yang penting

dan perlu dilakukan dalam penyebarluasan

informasi adalah tahapan-tahapan atau upaya

program kesehatan haji yang dapat mengantar

jamaah menuju istitha’ah yang tercantum dalam

Permenkes Nomor 15 Tahun 2016.

Page 77: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

61

c) Pemanfaatan Media Massa

Pemanfaatan media massa dapat berupa running

teks atau dialog interaktif di radio atau televise,

dan penulisan artikel tentang pentingnya

kesehatan dalam ibadah haji.

Jenis Pembinaan N

o.

Kegiatan Pelaksana Tempat

A. Pembimbing

an

Kesehatan

Haji

1. Konseling 1. Puskesmas

2. Rumah Sakit

3. Dokter

Praktik

Mandiri

Puskesmas/Ru

mah

Sakit/Klinik

2. Latihan

Kebugaran

1. Puskesmas

2. Organisasi

Msyarakat

Puskesmas

atau tempat

lain yang telah

disepakati

3.

Pemanfaatan

kegiatan

berbasis

Masyarakat,

contoh :

Posbindu

1. Puskesmas

2. Organisasi

Masyarakat

Tempat yang

disepakati

4. Kunjungan

Rumah

1. Puskesmas Rumah

Jamaah Haji

1. Penyuluhan 1. Puskesmas

2. Organisasi

Masyarakat

Peskesmas

atau tempat

lain yang telah

disepakati

Page 78: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

62

B. Penyuluhan

Kesehatan

Haji

2. Penyebarlua

san

informasi

melalui

poster,

brosur,

leaflet, dan

video

1. Pemerintah

2. Organisasi

Masyarakat

Tempat yang

disepakati

3. Pemanfaatan

media massa

1. Pemerintah

2. Organisasi

Masyarakat

Tempat yang

disepakati

Sumber: Table 2.1

Kegiatan Pembinaan Kesehatan Haji Masa Tunggu

Jamaah haji yang telah melakukan program pembinaan

kesehatan selama masa tunggu (selama kurang lebih dua tahun)

akan dicatat dan dipantau status kesehatannya terutama saat

konseling kesehatan dengan konselor. Pada akhir pembinaan,

dinilai kategori jamaah haji berpotensi :

Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji.

Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji dengan

pendampingan atau;

Tidak memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji untuk

sementara.

Tidak memenuhi syarat istitha’ah kesehatan.

Page 79: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

63

b. Pembinaan Kesehatan Jamaah Haji Masa

Keberangkatan

Kondisi kesehatan bersifat dinamis seperti halnya

yang terjadi pada jamaah haji setelah penetapan

istitha’ah kesehatan sesuai kriteria. Untuk itu, diperlukan

upaya kesehatan untuk meningkatkan atau setidaknya

mempertahankan status kesehatan jamaah haji agar

memenuhi syarat istitha’ah kesehatan sampai menjelang

keberangkatan melalui pembinaan kesehatan haji.

Pembinaan kesehatan jamaah haji dimasa keberangkatan

adalah pembinaan yang dilakukan kepada jamaah haji

setelah jamaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan

tahap kedua sampai keberangkatan. Pembinaan

kesehatan masa keberangkatan dilakukan pada jamaah

haji yang telah masuk dalam kuota keberangkatan tahun

berjalan, artinya jamaah tersebut sudah dipastikan akan

beragkat, tentunya setelah memperoleh konfirmasi

keberangkatan dari Kementerian Agama dan telah

melakukan pemeriksaan kesehatan tahap kedua (sudah

ditetapkan status istitha’ah kesehatannya). Secara umum

kegiatan pembinaan kesehatan haji dibagi menjadi tiga

bagian yakni :

1) Kegiatan Pembimbingan Kesehatan Haji

Pembimbingan kesehatan jamaah haji merupakan

proses pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi

kesehatan secara terencana, sistematis, dan

Page 80: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

64

berkesinambungan terhadap jamaah haji sehingga

jamaah tersebut dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

kesehatan lingkungan dalam rangka mempertahankan

dan meningkatkan kesehatannya. Bentuk pembimbingan

kesehatan antara lain:

a) Konseling Kesehatan

Konseling merupakan komunikasi dua arah antara

dokter atau tenaga kesehatan dan jamaah haji di

Puskesms/klinik atau rumah sakit. Konseling perlu

dilaksanakan oleh konselor dalam rangka melakukan

pengendalian faktor risiko kesehatan jamaah haji

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua.

b) Peningkatan Kebugaran Jasmani

Peningkatan kebugaran jasmani dilaksanakan

melalui latihan fisik secara terus - menerus dan teratur

yang diselenggarakan oleh Puskesmas / klinik secara

berkelompok atau mandiri. Prosesnya dapat dilakukan

melalui kerja sama dengan satuan kerja yang

membidangi kesehatan olah raga, organisasi masyarakat,

atau kelompok bimbingan. Metode penilaian /

pengukuran kebugaran jasmani dapat dilakukan dengan

metode Rockport Walking Test atau Six Minutes Walking

Test.

Pengukuran kebugaran jasmani dengan metode

Rockport Walking Test atau Six Minutes Walking Test

dapat dilakukan secara berkala untuk mengetahui

jantung dan paru-paru, sehingga hasil pengukuran

Page 81: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

65

kebugaran jasmani digunakan untuk menilai kesiapan

jamaah haji dalam melakukan aktivitas fisik selama

ibadah haji. Bentuk latihan fisik yang dilakukan

sebaiknya disesuaikan dengan kesenangann seperti :

jalan kaki, jogging, senam aerobic (Senam Haji Sehat,

Senam Lansia, Senam Jantung Sehat, Senam Diabetes

Mellitus, Senam Asma, Senam Sehat Bugar, dan Senam

Kebugaran Jasmani), berenang serta bersepeda.

c) Pemanfaatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

Salah satu pemanfaatan kegiatan berbasis

masyarakat dalam rangka melaksanakan pembinaan

kesehatan jamaah haji adalah melalui pemanfaatan pos

pembinaan terpadu (Posbindu). Program Posbindu akan

memberikan pembinaan kesehatan, mengontrol tekanan

darah, gula darah, lingkar perut, Berat Badab (BB),

Tinggi Badan (TB), dan Indeks Massa Tubuh (IMT),

d) Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dapat diintegrasikan dengan

pendekatan keluarga sehat dan kegiatan Perwatan

Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Indikasi kunjungan

rumah adalah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut

tentang faktor risiko kesehatan pada jamaah haji dan

indikasi tindakan medis yang tidak memungkinkan

jamaah haji mengunjungi fasilitas kesehatan.

e) Bimbingan Manasik

Manasik haji diselenggarakan oleh Kementerian

Agama. Pemerintah daerah dinas kesehatan

Page 82: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

66

Kabupaten/Kota dapat bekerjasama denagan Kantor

Kementerian Agama setempat dalam pelaksanaan

manasik kesehatan. Informasi yang diberikan pada

manasik kesehatan haji berisi pesan kepada jamaah haji

agar berprilaku hidup bersih dan sehat, antara lain

istirahat cukup, tidak merokok, makan makanan bergizi,

mengelola stress, cuci tangan paki sabun, bercukur

aman, serta memahami kondisi perjalanan, cuaca dan

lingkungan saat berada di Arab Saudi.

2) Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

Yang dimaksud penyuluhan kesehatan haji

adalah proses penyampaian pesan kesehatan secara

singkat dan jelas yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan mengubah prilaku jamaah haji seperti

yang diharapkan. Yang termasuk dalam komponen

penyuluhan kesehatan antara lain :

a) Penyuluhan Kesehatan Bagi Jamaah Haji

Meteri penyuluhan berisi pemberian informasi

tentang upaya menjaga dan mempertahankan kondisi

kesehatan selama masa keberangkatan agar jamaah haji

dapat menjaga kesehatannya dan memahami potensi atau

kondisi lingkungan di Arab Saudi yang dapat

mempengaruhi status kesehatan jamaah haji saat

menjalankan ibadahnya di Tanah Suci.

b) Penyebarluasan Informasi

Penyebar Luasan Informasi salah satu cara

pembinaan istitha’ah kesehatan dilakukan melalui

Page 83: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

67

penyebarluasan informasi dengan menggunakan poster,

brosur, leaflet dan video.

c) Pemanfaatan Media Masa

Pemanfaatan media massa dapat berupa running

teks atau dialog interaktif di radio atau televise, dan

penulisan artikel tentang pentingnya kesehatan dalam

ibadah haji.

3) Pembinaan Terpadu Jamaah Haji

Merupakan bentuk pembinaan yang terintegrasi

lintas program dan lintas sector antara Kementerian

Kesehata dan Kementerian Agama. Integrasi lintas

program dalam lingkup kesehatan merupakan integrasi

dari program Posbindu, latihan kebugaran, dan pusat

kesehatan haji. Selain itu, pembinaan terpadu merupakan

kegiatan pembimbingan dan penyuluhan kesehatan haji

yang dijadikan dalam satu paket dengan istilah

pembinaan terpadu.

Berikut table kegiatan pembinaan kesehatan

haji masa keberangkatan:

Jenis Pembinaan N

o

.

Kegiatan Pelaksanaan Tempat

A. Pembimbingan

Kesehatan Haji

1

.

Konseling 1. Puskesmas

2. Rumah Sakit

3. Dokter Praktik

Mandiri

4. PPIH

Puskesmas/Ru

mah

Sakit/Klinik

Mandiri/Asra

ma Haji

Page 84: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

68

Embarkasi

2

.

Pembinaan

Kebugaran

Jasmani

1. Puskesmas

2. Organisasi

Masyarakat

Puskesmas

atau tempat

lain yang telah

disepakati

3

.

Pemanfaat

an kegiatan

berbasis

masyarakat

, contoh:

Posbindu

1. Puskesmas

2. Masyarakat

Tempat yang

disepakati

4

.

Kunjungan

Rumah

1. Puskesmas Rumah

Jamaah Haji

5

.

Bimbingan

Manasik

1. Kementerian

Agama

2. Puskesmas

3. Organisasi

Masyarakat

Tempat yang

disepakati

B. Penyuluhan

Kesehatan Haji

1

.

Penyuluha

n

1. Puskesmas

2. Organisasi

Masyarakat

3. PPIH

Embarkasi

1. Puskesma

s

2. Tempat

lain yang

telah

disepakati

3. Asrama

Haji

2

.

Penyebarlu

asan

informasi

1. Pemerintah

2. Organisasi

Masyarakat

Tempat yang

disepakati

Page 85: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

69

melalui

poster,

brosur,

leaflet, dan

video

3. PPIH

Embarkasi

3

.

Pemanfaat

an media

massa

1. Pemerintah

2. Organisasi

Masyarakat

3. PPIH

Embarkasi

Tempat yang

disepakati

C. Pembinaan

Terpadu

1

.

Pembinaan

Terpadu

1. Kementerian

Agama

2. Puskesmas

3. ORMAS

Tempat yang

disepakati

Sumber: Table 2.2

Kegiatan Pembinaan Kesehatan Haji Masa Keberangkatan

Pembinaan masa keberangkatan dilakukan kepada jamaah

haji yang akan berangkat pada tahun berjalan dan merupakan

jamaah haji dengan penetapan

Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji.

Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji dengan

pendampingan atau;

Tidak memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji untuk

sementara.

Berdasarkan pengamatan penulis dalam hal ini

Kementerian Kesehatan telah berupaya dan berusaha memberikan

Page 86: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

70

ketentuan yang terbaik bagi kesehatan jamaah haji untuk bisa

menunaikan ibadah haji dengan keadaan yang optimal sehingga

kegiatan rukun serta wajib haji dapat dilaksanakan sehingga dapat

menjadi haji yang mabrur. Kegiatan pemeriksaan yang dijalankan

berdasarkan PERMENKES yang telah diberlakukan dari mulai

calon jamaah haji mendaftarkan diri yakni tahap pertama, hingga

proses pemeriksaan masa keberangkatan atau tahap ketiga sudah

mencerminkan bahwasannya ibadah haji memang merupakan

ibadah yang memerlukan kemampuan fisik.

Sehingga peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan bukan untuk menyulitkan jamaah, melainkan

mendukung dari pada prosesi kegiatan ibadah jamaah di Tanah

Suci. Fasilitas pemeriksaan serta pembinaan dan penyuluhan

adalah rangkaian yang di tetapkan Kementerian Kesehatan RI

pada jamaah haji untuk mencapai istitha’ah kesehtan dan

memberikan pembelajaran serta motivasi sehat kepada jamaah

tersebut. Pada setiap kegiatan yang dilakukan dalam mendukung

terwujudnya istitha’ah kesehatan bagi jamaah memberikan

wawasan serta pengetahuan dan juga informasi yang positif yang

dapat dibagikan kepada jamaah terkait informasi penyakit, risiko

yang akan ditanggung. Dengan banyaknya informasi serta

pengetahuan terkait kesehatan yang harus disosialisasikan kepada

jamaah, masih terdapat kendala yakni kurangnya tenaga medis

yang mendampingi jamaah ketika jamaah sakit dan dirujuk ke

rumah sakit sehingga jamaah haji tidak bisa berkonsultasi banyak

tentang penyakitnya untuk mencapai ketentuan laik terbang.

Page 87: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

71

Sehingga jamaah banyak yang kurang bisa menjaga kesehatannya

sampai waktunya tiba mereka berangkat.

C. Proses Penentuan Istitha’ah Kesehatan dan Rekomendasi

Hasil Pemeriksaan Kesehatan

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Repsublik Indonesia

No. 15 tahun 2016 tentang istitha’ah kesehatan jamaah haji,

kementerian kesehatan berupaya mempersiapkan jamaah haji

agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya

untuk menuju terwujudnya jamaah haji sehat dan mandiri.

Kemudian pengaturan istitha’ah kesehatan haji bertujuan untuk

terselenggaranya pemeriksaan kesehatan dan pembinaan

kesehatan jamaah haji agar dapat menunaikan ibadahnya sesuai

dengan ketentuan ajaran agama Islam. Ada ketentuan serta hasil

dari tahapan pemeriksaan yang menjadikan syarat kriteria jamaah

haji yang dapat diberangkatkan meaksanakan haji berdasarkan

peraturan Menteri Kesehatan No. 15 tahun 2016 Bab I pasal 6

yakni :14

1. Tahap Pertama

Pemeriksaan tahap pertama dilaksanakan oleh tim

penyelenggara kesehatan haji Kabupaten/Kota di Puskesmas

/ Rumah Sakit pada saat jamaah haji melakukan pendaftaran

untuk mendapatkan nomor porsi. Pemeriksaan kesehatan

tahap pertama dilakukan di Puskesmas oleh dokter

Puskesmas sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga

14 PERMENKES RI No. 15 Tahun 2016, Istitha’ah Kesehatan

Jamaah Haji, h. 3-4.

Page 88: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

72

keperawatan dan analis laboratorium. Pemeriksaan tahap

pertama meliputi :15

a. Anamnesia.

b. Pemeriksan Fisik.

c. Pemeriksaan Penunjang.

d. Diagnosis.

e. Penetapan Tingkat Risiko Kesehatan.

f. Rekomendasi / Saran / Rencana Tindak lanjut.

Pada tahap pertama hasil pemeriksaan yang di dapat

berupa menetapkan Status Kesehatan Jamaah Haji Risiko

Tinggi atau Tidak Risiko Tinggi. Status kesehatan Risiko

Tinggi ditetapkan dengan kriteria :

1) Berusia 60 tahun atau lebih; dan/atau

2) Memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan

yang potensial menyebabkan keterbatasan dalam

melaksanakan ibadah haji.

Penetapan status kesehatan jamaah haji risiko tinggi

dituangkan dalam surat keterangan hasil pemeriksaan

kesehatan jamaah haji yang dikeluarkan dan ditandatangani

oleh dokter pemeriksa kesehatan haji. Selain diagnosis dan

penetapan tingkat risiko kesehatan, hasil pemeriksaan tahap

pertama juga akan menghasilkan rekomendasi atau tindakan

15

Kementerian Kesehatan RI, Pemeriksaan dan Pembinaan

Kesehatan Haji Mencapai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju

Keluarga Sehat, (Jakarta : 2017), h. 12.

Page 89: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

73

kesehatan selanjutnya berupa pembinaan kesehatan pada

masa tunggu. Pemeriksaan tahap pertama meliputi :16

a) Anamnesia

Identitas jamaah haji meliputi, nama, nomor porsi,

tempat dan tangal lahir, umur, jenis kelamin, alamat

dan nomor telepon, pekerjaan, pendidikan terakhir,

status perkawinan, dan tanggal pemeriksaan.

Riwayat kesehatan.

(a) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi

penyakit kronis yang diderita, penyakit

menular, atau penyakit yang berhubungan

dengan disabilitas tertentu.

(b) Riwayat penyakit dahulu, yaitu penyakit

pernah diderita (termasuk operasi yang pernah

dijalani), ditulis secara kronologi.

(c) Riwayat penyakit keluarga, meliputi jenis

penyakit yang diderita anggota keluarga yang

berhubungan secara genetic. Dalam riwayat

kesehatan, dicatat pula hasil pembinaan

kesehatan pada masa tunggu.

b) Pemeriksaan Fisik

Tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, serta

suhu tubuh.

16

Kementerian Kesehatan RI, Pemeriksaan dan Pembinaan

Kesehatan Haji Mencapai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju

Keluarga Sehat, (Jakarta : 2017), h. 12.

Page 90: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

74

Postur tubuh : Tinggi Badan (TB), Berat Badan

(BB).

Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi)

dilakukan terhadap : kulit, kepala (termasuk

pemeriksaan saraf cranial), mata (katarak atau

glaucoma), telinga, hidung, tenggorokan, serta

mulut. Leher dan pembulu getah bening.

Pemeriksaan fisik terhadap dada : pemeriksaan paru,

jantung, perut.

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap : ekstreminitas

(kekuatan otot dan reflex), rectum dan urogenital,

traktus urinarus dan traktus genitalia (inspeksi dan

palpasi).

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk

mendeteksi suatu keadaan atau risiko gangguan

kesehatan yang umum terjadi pada jamaah haji, baik

penyakit tidak menular maupun penyakit menular yang

dapat menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan

ibadah haji. Jenis pemeriksaan penunjang antara lain

pemeriksaan laboratorium (darah, lengkap, golongan

darah, rhesus, kimia darah seperti glukosa darah sewaktu

dan kolesterol), pemeriksaan urine lengkap, rontagen,

dan Elektrokardiografi (EKG) yang seluruhnya

dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis yang akurat.

Pemeriksaan penunjang lainnya diperlukan

kepada jamaah haji yang memiliki penyakit tertentu

Page 91: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

75

sesuai indikasi medis. Indikasi medis dimaksud untuk

memperluas temuan gangguan kesehatan sedini mungkin

yang potensial terjadi di masyarakat khususnya Jemaah

haji.

d) Diagnosis

Diagnosis ditetapkan dari hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis utama dicantumkan dalam form pemeriksaan

kesehatan. Atas dasar diagnosis umum tersebut,

diperoleh kelompok risti dan non-risti. Hasil penetapan

diagnosis dari pemeriksaan kesehatan tahap pertama

adalah untuk mendapatkan status kesehatan sehingga

dapat terdeteksi gangguan kesehatan yang harus segera

diobati (early diagnosis and prompt treatment) dan

dilakukan tindakan pengendalian faktor risiko dan

pembinaan kesehatan pada masa tunggu.

e) Penetapan Tingkat Risiko Kesehatan

Berdasarkan diagnosis dan hasil pemeriksaan

kesehatan tahap pertama, tim penyelengara kesehatan

haji Kabupaten/Kota menetapkan status risti atau non-

risti.

Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan bagi

jamaah haji dengan kriteria :

Berusia 60 tahun atau lebih; dan/atau

Memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan

kesehatan yang potensial menyebabkan keterbatasan

dalam melaksanakan ibadah haji, misalnya :

Page 92: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

76

Penyakit degeneratif, diantaranya Alzheimer

dan demensia.

Penyakit metabolik, diantaranya diabetes

mellitus, dyslipidemia, dan hiperkolesterolemia.

Penyakit kronis, diantaranya sirosis hepatis,

keganasan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

(PPOK), Chronic Kidney Diseases (gagal ginjal

kronik), decompensasi cordis (gagal jantung),

dan hipertensi.

Penyakit imunologis, diantaranya asma,

sindrom lupus Eritematosus (SLE), dan

HIV/AIDS (pertimbangkan kerahasiaannya);

Penyakit bawaan, diantaranya kelainan katup

jantung, kista ginjal, diabetes meletus tipe 1:

dan

Penyakit jiwa, diantaranya skizofrenia dan

gangguan bipolar.

Memiliki faktor risiko kesehatan yang potensi

menyebabkan ketidakmampuan menjalankan rukun

wajib haji dan mengancam keselamatan jamaah haji,

antara lain :

Penyakit kardiovaskuler.

Penyakit metabolik.

Penyakit paru atau saluran nafas.

Penyakit ginjal.

Penyakit hipertensi.

Page 93: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

77

Penyakit keganasan seperti kanker.

Faktor risiko yang telah teridentifikasi, kemudian

dilakukan pengendalian faktor risiko secara

berkesinambungan dalam masa pembinaan kesehatan.

f) Rekomendasi/Saran atau Tindak Lanjut

Seluruh jamaah haji yang telah melakukan

pemeriksaan kesehatan pada tahap pertama, diberikan

rekomendasi/saran atau tindak lanjut untuk dilakukan

pembinaan kesehatan pada masa tunggu.

Jamaah haji Wanita Usia Subur harus

diinformasikan mengenai ketentuan Surat Keputusan

Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan

No. 458 Tahun 2000 tentang calon jamaah haji hamil.

Jamaah haji (WUS) dianjurkan mengikuti program

Keluarga Berencana (KB) untuk pengaturan

kehamilannya, agar jamaah tersebut dapat berangkat ke

Tanah Suci. Hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama

dan rekomendasi yang diberikan kemudian dicatat dalam

Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKHJ) atau pencatatan

elektronik melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu

Kesehatan (SISKOHATKES).

Seluruh jamaah haji yang telah melakukan

pemeriksaan kesehatan tahap pertama harus diberikan

informasi dan edukasi tentang Peratura Menteri

Kesehatan No. 15 tahun 2016 mengenai tahapan-tahapan

dan upaya yang harus dilalui untuk mencapai istitha’ah

kesehatan jamaah haji sampai menjelang keberangkatan.

Page 94: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

78

2. Tahap Kedua

Pemeriksaan tahap kedua dilaksanakan oleh tim

penyelenggara kesehatan haji Kabupaten/Kota di Puskesmas

/ Rumah Sakit pada saat pemeriksaan telah menentukan

kepastian keberangkatan jamaah haji pada tahun berjalan.

Pemeriksaan kesehatan tahap ke dua akan menentukan

seseorang memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat

istitha’ah kesehatan. Pemeriksaan kesehatan tahap kedua

meliputi :

a. Anamnesia.

b. Pemeriksan Fisik.

c. Pemeriksaan Penunjang.

d. Diagnosis.

e. Penetapan Istitha’ah Kesehatan.

f. Rekomendasi / Saran / Rencana Tindak lanjut.

g. Penandaan Gelang Bagi jamaah haji

Komponen istitha’ah kesehatan dari hasil

pemeriksaan kesehatan tahap kedua didasarkan pada

pertimbangan medik sebagai berikut :17

1) Jamaah haji dapat melakukan aktivitas fisik

untuk menyelesaikan seluru rangkaian ibadah

haji yang bersifat rukun dan wajib haji.

17

Kementerian Kesehatan RI, Pemeriksaan dan Pembinaan

Kesehatan Haji Mencapai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju

Keluarga Sehat, (Jakarta : 2017), h. 23.

Page 95: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

79

2) Status kesehatan jamaah haji tidak akan

memburuk oleh pengaruh prosesi haji ibadahnya

dan lingkungannya;

3) Kondisi kesehatan jamaah haji tidak

menyebabkan gangguan kesehatan dan

kenyamanan bagi jamaah haji lainnya;

4) Kondisi kesehatan jamaah haji dan tindakan yang

diperlukan tidak mengganggu lingkungan

sekitarnya.

Untuk memperjelas apa yang diuraikan diatas berikut

dikemukakan pula secara rinci dibawah ini :

a) Anamnesia

Identitas jamaah haji meliputi, nama, nomor porsi,

tempat dan tangal lahir, umur, jenis kelamin,

alamat dan nomor telepon, pekerjaan, pendidikan

terakhir, status perkawinan, dan tanggal

pemeriksaan.

Riwayat kesehatan.

Riwayat kesehatan sekarang, meliputi

penyakit kronis yang diderita, penyakit

menular, atau penyakit yang berhubungan

dengan disabilitas tertentu.

Riwayat penyakit dahulu, yaitu penyakit

pernah diderita (termasuk operasi yang pernah

dijalani), ditulis secara krinologi.

Page 96: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

80

Riwayat penyakit keluarga, meliputi jenis

penyakit yang diderita anggota keluarga yang

berhubungan secara genetic. Dalam riwayat

kesehatan, dicatat pula hasil pembinaan

kesehatan pada masa tunggu.

b) Pemeriksaan Fisik

Tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, serta

suhu tubuh.

Postur tubuh : Tinggi Badan (TB), Berat Badan

(BB).

Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi)

dilakukan terhadap : kulit, kepala (termasuk

pemeriksaan saraf cranial), mata (katarak atau

glaucoma), telinga, hidung, tenggorokan, serta

mulut. Leher dan pembulu getah bening.

Pemeriksaan fisik terhadap dada : pemeriksaan

paru, jantung, perut.

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap :

ekstreminitas (kekuatan otot dan reflex), rectum

dan urogenital, traktus urinarus dan traktus

genitalia (inspeksi dan palpasi).

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium (darah lengkap, golongan darah, rhesus,

kimia darah seperti gula darah puasa dan gula darah 2

jam pos perandial dan profil lemak), pemeriksaan urine

lengkap (warna, kejernihan, bau, sedimen, glukosa urin,

Page 97: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

81

dan protein urin), tes kehamilan, rontagen dan EKG

dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis yang akurat.

Pemeriksaan tambahan lainnya seperti CT scan atau

MRI dapat diperlukan kepada jamaah haji yang memilik

penyakit tertentu sesuai indikasi medis.

Pemeriksaan lainnya yang diperlukan adalah

pengukuran kebugaran dengan menggunakan metode

Rockpot atau six minute walking test.

d) Hasil dan Rekomendasi Dokter Spesialis

Rujukan kepada dokter spesialis atau fasilitas

kesehatan lain diindikasikan bagi jamaah haji yang

memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk penetapan

diagnosis atau memerlukan tindakan medis lanjutan

untuk penyembuhan kelainan yang di dapat. Selain itu

hasil pemeriksaan dokter spesialis dapat menjadi acuan

untuk penilaian keparahan gangguan kesehatan yang

terjadi sebagai dasar pertimbangan untuk pembinaan

kesehatan dan penetapan kriteria istitha’ah kesehatan

jamaah haji. Hasil dan rekomendasi dokter spesialis

harus dimasukan sebagai data bersama dengan hasil

pemeriksaan kesehatan lainnya.

e) Penetapan Diagnosis

Diagnosis ditetapkan dari hasil anamnesia,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang termasuk

hasil dan rekomendasi rujukan dokter spesialis.

Berdasarkan diagnosis tersebut ditetapkan kriteria

istitha’ah kesehatan jamaah haji yang bersangkutan.

Page 98: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

82

f) Penetapan Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji

Berdasarkan pemeriksaan kesehatan tahap kedua,

ditetapkan istitha’ah keehatan jamaah haji yang meliputi

:

Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji.

Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji dengan

pendampingan.

Tidak memenuhi syarat istitha’ah sementara.

Tidak memenuhi syarat istitha’ah.

Berdasarkan penjelasan pada poin di atas tersebut

maka di bawah ini penetapan tentang istitha’ah sebagai

berikut :

(a) Memenuhi Syarat Istitha’ah Kesehatan Haji

Jamaah haji yang ditetapkan memenuhi syarat

istitha’ah kesehatan haji merupakan jamaah haji

yang memiliki kemampuan mengikuti proses ibadah

haji tanpa bantuan obat, alat dan/atau orang lain

dengan tingkat kebugaran jasmani setidaknya

denagn kategori cukup. Penentuan tingkat

kebugaran dilakukan dengan melakukan

pemeriksaan kebugara yang disesuaikan dengan

karakteristik individu jamaah haji. Jamaah haji

tersebut wajib berperan aktif dalam kegiatan

promotif dan preventif.

Page 99: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

83

(b) Memenuhi Syarat Istitha’ah Kesehatan Haji

dengan Pendampingan.

Jamaah haji yang ditetapkan memenuhi syarat

istitha’ah kesehatan haji dengan pendampingan,

merupakan jamaah haji dengan kriteria :

Berusia 60 tahun atau lebih, atau

Menderita penyakit tertentu yang tidak masuk

dalam kriteria tidak memenuhi syarat istitha’ah

sementara dan/atau tidak memenuhi syarat

istitha’ah.

Yang dimaksud pendamping berupa :18

Orang

Seseorang yang sanggup menjadi pendamping

jamaah haji harus memenuhi syarat kebugaran

dan harus bertanggung jawab penuh terhadap

jamaah haji yang didampingi. Selain itu orang

yang akan mendampingi jamaah haji dengan

penyakit harus memiliki kopetensi yang sesuai

dalam mengatasi masalah kesehatan jamaah haji

yang bersangkutan.

18

Kementerian Kesehatan RI, Pemeriksaan dan Pembinaan

Kesehatan Haji Mencapai Istitha’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk Menuju

Keluarga Sehat, (Jakarta : 2017), h. 27.

Page 100: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

84

Alat kesehatan

Alat yang digunakan sebagai pendamping harus

dapat digunakan secara maksimal oleh jamaah

haji tersebut. Alat kesehatan yang dimaksud

harus benar-benar dibawa, dan dijamin

ketersediaannya oleh jamaah haji untuk

mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

Obat-obatan

Obat yang dibawa jamaah haji dapat dipahami

aturan minumnya, dibawa dengan jumlah yang

cukup, dan dapat dikelola secara mandiri.

Jamaah haji yang memenuhi syarat istitha’ah

kesehatan haji dengan pendampingan harus

berkonsultasi dengan dokter TKHI secara teratur

dan berkala pada saat yang bersangkutan

melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.

(c) Tidak Memenuhi Syarat Istitha’ah Sementara.

Jamaah haji yang ditetapkan tidak memenuhi

syarat istitha’ah kesehatan haji untuk sementara,

merupakan jamaah haji dengan kriteria :

Tidak memiliki sertifikat vaksin Internasional

(ICV) yang sah. Artinya jamaah haji yang

belum dilakukan penyuntikan vaksinisasi

meningitis meningokokus.

Page 101: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

85

Menderita penyakit tertentu yang berpeluang

sembuh, antara lain Tuberkulosis sputum BTA

Positif, Tuberculosis Multi Drug Resistance,

Diabetes Melitus Tidak Terkontrol, Hipertiroid,

HIV-AIDS dengan Diare Kronik, Stroke Akut,

Perdarahan Saluran Cerna, dan Anemia Gravis.

Suspek dan/atau konfirm penyakit menular

yang berpotensi wabah.

Psikosis Akut.

Fraktur tungkai yang membutuhkan

Immobilisasi.

Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi

neurologis atau

Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada

saat keberangkatan kurang dari 14 minggu atau

lebih dari 26 minggu.

Jamaah yang memiliki kondisi atau penyakit

yang tergolong kriteria tidak memenuhi syarat

istitha’ah sementara seperti di atas, harus

mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal

agar jamaah haji tersebut dapat segera memenuhi

syarat istitha’ah.

(d) Tidak Memenuhi Syarat Istitha’ah.

Jamaah haji yang ditetapkan tidak memenuhi

syarat istitha’ah kesehatan haji, merupakan jamaah

dengan kriteria sebagai berikut :

Page 102: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

86

Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa,

antara lain : Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK) derajat IV, Gagal Jantung Stadium IV,

Chronic Kidney Disease Stadium IV dengan

peritoneal dialysis/hemodialisis reguler, AIDS

stadium IV dengan infeksi oportunistik, Stroke

Haemorhagic luas;

Gangguan jiwa berat antara lain skizofrenia

berat, dimensia berat, dan retardasi mental

berat;

Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan

kesembuhannya, antara lain keganasan stadium

akhir, Tuberculosis Totaly Drugs Resistance

(TDR), sirosis atau hepatoma decompensata

Penetapan istitha’ah kesehtan jamaah haji

tersebut dituangkan dalam berita acara penetapan

istitha’ah kesehatan jamaah haji yang dikeluarkan

dan ditanda tangani oleh ketua Tim Penyelenggara

Kesehatan Haji, dan disampaikan kepada jamaah

haji yang bersangkutan serta disampaikan kepada

Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk di

tindak lanjuti sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Rekapitulasi hasil penetapan istitha’ah kesehatan

jamaah haji dilaporkan kepada kepala daerah

Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi.

Page 103: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

87

g) Rekomendasi/Saran/Tindak Lanjut

Terhadap seluruh jamaah haji yang telah

dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap kedua, diberikan

rekomendasi / saran atau tindak lanjut untuk dilakukan

pembinaan kesehatan pada masa keberangkatan.

Pembinaan kesehatan pada masa keberangkatan akan

menetapkan kondisi keehatan jamaah haji menjelang

keberangkatan.

Seluruh jamaah haji yang telah melakukan

pemeriksaan kesehatan tahap kedua (kecuali yang tidak

memenuhi syarat), wajib mengikuti pembinaan

kesehatan di masa keberangkatan (setelah pemeriksaan

tahap kedua) harus mempertimbangkan diagnosis yang

telah ditetapkan. Khusus kepada jamaah haji yang tidak

memenuhi syarat istitha’ah kesehatan, maka tidak akan

dilakukan program pembinaan jamaah haji di masa

keberangkatan, mengingat status atau kondisi

kesehatannya yang sangat memiliki keterbatasan dan

sangat sulit mengalami perubahan yang signifikan. Pada

jamaah haji yang tidak memenuhi syarat istitha’ah

kesehatan masih dapat melakukan konsultasi medis

terkait penyakit yang ada.

h) Penandaan Gelang Bagi Jamaah Haji

Jamaah haji yang telah dilakukan pemeriksaan

kesehatan tahap kedua, selanjutnya akan diberikan tanda

melalui pemberian gelang. Pemeberian gelang kepada

jamaah haji bertujuan untuk mengidentifikasi jamaah

Page 104: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

88

haji secara aktif, sehinga jamaah haji dapat memahami

kondisi kesehatannya dan dapat melakukan kegiatan

preventif dan pengendalian factor risiko kesehatan yang

jamaah haji miliki secara proaktif.

Saat ini kementerian kesehatan memberikan tanda

kepada jamaah haji dengan kriteria sebagai berikut :

Gelang berwarna merah, merupakan tanda jamaah

haji berusia diatas 60 tahun dengan penyakit.

Gelang berwarna kuning, merupakan tanda jamaah

haji berusia dibawah 60 tahun dengan penyakit.

Gelang berwarna hijau, merupakan tanda jamaah

haji yang berusia diatas 60 tahun tanpa penyakit.

Untuk jamaah haji dibawah 60 tahun dan tidak

memiliki penyakit, maka jamaah tersebut tidak

diberikan gelang.

Pemberian warna gelang kepada jamaah haji

dimaksudkan agar pada pelaksanaan kesehatan haji di

Arab Saudi, jamaah haji lebih dapat mudah dipantau

oleh Tim Kesehata Haji Indonesia (TKHI) di kloternya.

3. Tahap Ketiga

Pemeriksaan tahap ketiga dilakukan untuk

menetapkan status kesehatan jamaah haji laik atau tidak laik

terbang. Jamaah haji yang tidak laik terbang merupakan

jamaah haji dengan kondisi yang tidak memenuhi standar

keselamatan penerbangan Internasional dan/atau peraturan

kesehatan Internasional. Dalam penetapan status kesehatan

Page 105: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

89

tersebut, PPIH embarkasi bidang kesehatan berkoordinasi

dengan dokter penerbangan. Penetapan laik atau tidak laik

merupakan wujud tanggung jawab pemerintah dalam

memberikan perlindungan kesehatan kepada jamaah haji

karena tidak semua kondisi kesehatan atau penyakit tertentu

dapat dinyatakan aman bagi jamaah haji dan/ atau jamaah

haji lainnya selama perjalanan di pesawat dan di Arab

Saudi.19

Sudah menjadi tanggung jawab PPIH Embarkasi

bidang Kesehatan menetapkan seorang jamaah haji

memenuhi kriteria laik atau tidak laik terbang. Dalam

menetapkan status kesehatan sebagaimana dimaksud, Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai bagian dari

penyelenggara kesehatan berkoordinasi dengan dokter

penerbangan dan/atau dokter ahli di rumah sakit rujukan.

Dalam hal PPIH Embarkasi bidang Kesehatan

mendapatkan jamaah haji memiliki potensi tidak memenuhi

syarat istitha’ah kesehatan, maka PPIH Embarkasi bidang

Kesehatan dapat melakukan pemeriksaan kesehatan kepada

jamaah haji yang dimaksud dengan menyertakan tim

penyelenggara kesehatan haji Kabupaten/Kota untuk

menetapkan kriteria istitha’ah jamaah haji tersebut.

19 Wawancara dengan Bpk. dr. Edi Supriyatna, Mkk, Staf PF12 Pusat

Kesehatan Haji, Tanggal 10 April 2018, pukul 11:20 WIB.

Page 106: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

90

Pemeriksaan kesehatan tahap ketiga meliputi :

a. Anamnesia.

b. Pemeriksaan Fisik.

c. Pemeriksaan Penunjang.

d. Penetapan Diagnosis.

e. Penetapan Kelaikan Terbang.

f. Rekomendasi / Saran / Tindak Lanjut.

Untuk memperjelas apa yang diuraikan diatas berikut

dikemukakan pula secara rinci dibawah ini :

a) Anamnesia

Identitas jamaah haji meliputi, nama, nomor porsi,

tempat dan tangal lahir, umur, jenis kelamin, alamat

dan nomor telepon, pekerjaan, pendidikan terakhir,

status perkawinan, dan tanggal pemeriksaan.

Riwayat kesehatan.

Riwayat kesehatan sekarang, meliputi penyakit

kronis yang diderita, penyakit menular, atau

penyakit yang berhubungan dengan disabilitas

tertentu.

Riwayat penyakit dahulu, yaitu penyakit pernah

diderita (termasuk operasi yang pernah dijalani),

ditulis secara krinologi.

Riwayat penyakit keluarga, meliputi jenis

penyakit yang diderita anggota keluarga yang

berhubungan secara genetic. Dalam riwayat

Page 107: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

91

kesehatan, dicatat pula hasil pembinaan

kesehatan pada masa tunggu.

b) Pemeriksaan Fisik

Tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, serta

suhu tubuh.

Postur tubuh : Tinggi Badan (TB), Berat Badan

(BB).

Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi)

dilakukan terhadap : kulit, kepala (termasuk

pemeriksaan saraf cranial), mata (katarak atau

glaucoma), telinga, hidung, tenggorokan, serta

mulut. Leher dan pembulu getah bening.

Pemeriksaan fisik terhadap dada : pemeriksaan paru,

jantung, perut.

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap : ekstreminitas

(kekuatan otot dan reflex), rectum dan urogenital,

traktus urinarus dan traktus genitalia (inspeksi dan

palpasi).

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium (darah lengkap, golongan darah, rhesus,

kimia darah seperti gula darah puasa dan gula darah 2

jam pos perandial dan profil lemak), pemeriksaan urine

lengkap (warna, kejernihan, bau, sedimen, glukosa urin,

dan protein urin), tes kehamilan, rontagen dan EKG

dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis yang akurat.

Pemeriksaan penujang lainnya seperti pemeriksaan

Page 108: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

92

krsehatan jiwa sederhana dapat dilakukan. Pemeriksaan

tambahan lainnya diperlukan kepada jamaah haji yang

memiliki penyakit tertentu sesuai indikasi medis.

d) Penetapan Diagnosis

Diagnosis ditetapkan dari hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis utama dicatumkan pada formulir. Kemudian

atas dasar diagnosis utama tersebut, ditentukan jamaah

haji memenuhi syarat laik atau tidak laik terbang.

e) Penetapan Kelaikan Terbang

Penetapan kelaikan terbang dilakukan oleh dokter

dengan kompetensi kedokteran penerbangan di PPIH

Embarkasi bidang Kesehatan berdasarkan hasil diagnosis

pasien. Penyakit yang ditetapkan tidak laik terbang

dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut

:

Penyakit menular berpotensi wabah. Penyakit

karantina : pes (plague), Kolera (colera), demam

kuning (yellow fever), cacar (small pox), tifus

bercak wabahi (typhus anthomaticus

infectiosa/louse borne typhus), demam balik-balik

(louse borne relapsing fever), penyakit menular lain

yang ditentukan.

Penyakit yang berhubungan keselamatan

penerbangan dan ketinggian serta usia kehamilan.

Penyakit yang keadaan saturasi oksigen yang

kurang.

Page 109: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

93

Penyakit yang membahayakan orang lain dan

penerbangan.

Penetapan status jamaah haji yang tidak laik

terbang dituangkan dalam berita acara kelaikan terbang

yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh ketua PPIH

Embarkasi Bidang Kesehatan dan disampaikan kepada

Ketua PPIH Embarkasi.

f) Rekomendasi/Saran/Tindak lanjut

Terhadap seluruh jamaah haji yang telah

dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap ketiga dengan

penetapan Tidak Laik Terbang, maka diberikan

rekomendasi/saran atau tindak lanjut untuk dilakukan

tindakan selanjutnya kepada ketua PPIH Emabrkasi

bidang Kesehatan merujuk kepada hasil pemeriksaan

kesehatan tahap ketiga sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan No.15 ahun 2016.

Pemberitahuan rekomendasi harus disampaikan

secara jelas kepada jamaah haji sehingga jamaah haji

dapat berperan aktif melaksanakan rekomendasi yang

dimaksud. Beberapa kondisi yang harus disampaikan

kepada jamaah haji yang tidak laik terbang dan/atau

tidak memenuhi syarat istitha’ah kesehatan (yang

diketahui saat di embarkai) antara lain bahaya penyakit

yang diderita oleh jamaah haji dalam penerbangan dan

potensi lainnya seperti potensi terjadinya penularan

penyakit yang dibawa oleh jamaah haji tersebut.

Disampaikan pula kondisi kesehatannya dikaitkan

Page 110: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

94

dengan penerbangan yang cukup memakan waktu lama

ke Arab Saudi sebagai tanggung jawab pemerintah

dalam memberikan perlindungan kesehatan jamaah haji.

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 15 Tahun

21016, jamaah yang dapat diberangkatkan adalah :

Jamaah haji yang sudah mendapat suntik

meningitis. Contoh, jamaah haji perempuan yang

hamil tidak boleh melakukan suntik meningitis,

otomatis mereka tidak boleh diberangkatkan.

Jamaah yang tidak dalam proses cuci darah.

Jamaah yang terbebas dari virus TBC.

Jamaah yang terbebas dari Hemoglobin (HB)

rendah yaitu dibawah 8,5 karena jika HB rendah

maka akan bermasalah diregulasi penerbangan

karena di pesawat tekanan udaranya tinggi bisa

mengakibatkan pingsan.

Jamaah yang sudah bebas dari dari HB 7 karena

terpaksa harus ditransfuse dulu sampai HBnya

naik, rata-rata sembilan sampai sepuluh baru boleh

diberangkatkan.

Jamaah yang terbebas dari gagal ginjal, karena

gagal ginjal tidak boleh lagi untuk tahun ini.

Berdasarkan ketentuan istitha’ah kesehatan

jamaah haji yang di tetapkan oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia yakni peraturan Nomor

15 Tahun 2016, penulis dapat mengemukakan

bahwasannya ketentuan yang dibuat serta dijadikan

Page 111: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

95

sebagai kriteria kesehatan (istitha’ah badaniah) jamaah

haji yang dapat diberangkatkan sudah sangat baik.

Karena berdasarkan peraturan dan ketentuan tersebut

jamaah yang dapat diberangkatkan adalah jamaah yang

istitha’ah dari segala aspek, walaupun jamaah sudah

melakukan pemeriksaan kesehatan beberapa kali, namun

belum tentu mereka dapat diberangkatkan.

Dengan adanya ketentuan yang menjadikan

kriteria kelaikan jamaah yang dapat diberangkatkan

sangat membantu tim petugas yang bertugas melayani

jamaah, baik di Tanah Suci maupun di Tanah Air.

Dengan adanya peraturan tentang kesehatan terkait

tercapainya istitha’ah kesehatan jamaah haji ini yang

meberikan perbedaan pada tahun-tahun sebelumnya,

ketika ada jamaah yang sakit dan harus melakukan cuci

darah masih boleh diberangkatkan setelah ditetapkan

peraturan ini, pemerintah Arab benar-benar menegaskan

lagi agar tidak berangkat, karena terlalu membebani

mereka para petugas disana. Karena ketika jamaah yang

tidak tergolong istitha’ah tetap dipaksa untuk bisa

berangkat, yang ada sampai disana mereka bukan

beribadah tetapi malah masuk rumah sakit, hal ini tentu

membuat panitia bahkan pemerintah Arab Saudi sendiri

terbebani.

Dengan adanya peraturan Menteri Kesehatan ini

sangat membantu semua pihak, walaupun secara kasat

mata merugikan jamaah yang sudah terpanggil tapi tidak

Page 112: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

96

bisa berangkat dikarenakan penyakit yang dideritanya.

Semua orang atau jamaah sebagian besar berkeinginan

untuk meninggal disana, makanya memaksakan diri

untuk tetap bisa berangkat. Tapi disisi lain, ketika orang

yang sakit atau yang tidak memenuhi kriteria istitha’ah

kesehatan tetap diberangkatkan mereka bukannya

meninggal disana akan tetapi malah akan merepotkan

orang banyak.

Peraturan terkait tentang istitha’ah kesehatan

jamaah haji ini kurang disosialisasikan kepada jamaah,

maka kebanyakan dari mereka dan kalangan keluarga

jamaah masih belum mengerti. Pernah terjadi jamaah

tahun 2016 yang tidak istitha’ah dalam kesehatan,

terpaksa tidak diberangkatkan dan dipulangkan ke

kampung halamannya di Banten dengan mobil

ambulance, tetapi karena pihak keluarga jamaah tidak

terima salah satu keluarganya di pulangkan, supir dari

mobil ambulance tersebut dipukuli.20

Dengan adanya ketentuan kriteria berdasarkan

Kementerian Kesehatan terkait jamaah yang

diperbolehkan berangkat akan sangat membantu tim

petugas yang bertugas, karena di dalam satu kloter hanya

ada lima sampai tujuh orang petugas dan hanya tiga

orang petugas yang menangani bidang kesehatan. Tiga

orang inilah yang akan menangani jamaah walaupun

20

Wawancara dengan Bpk. Sukri, Kasi UPT Embarkasi Jakarta,

Tanggal 23 Maret 2018, pukul 09:35 WIB.

Page 113: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

97

nanti ada juga petugas Daerah Kerja (Daker) dan tim

kesehatan yang membantu.

Page 114: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

98

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian dan pengertian mengenai “Istitha’ah

Kesehatan Jamaah Haji Dalam Perspektif Kementerian Kesehatan

RI” yang telah diuraikan sebelumnya dalam beberapa bab yang

dikumpulakan melalui proses penelitian dengan melakukan studi

kepustakaan, pengamatan, serta wawancara. Maka dalam bab ini

penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dari penelitian

yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan beberapa

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Ketentuan istitha’ah berdasarkan hukum syara’ dalam

ibadah haji merujuk kepada Fiqih Islam, bahwa istitha’ah

adalah salah satu poin dari “Syarat wajib” dalam

menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu setiap imam

mazhab, Ulama Mutaakhirin (kontemporer), serta Fatwa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengemukakan pendapat

bahwasaanya kegiatan ibadah haji tidak hanya dituntut

untuk istitha’ah secara harta, melainkan istitha’ah secara

fisik. Dimana unsur istitha’ah kesehatan menjadi bagian

terpenting dalam terlaksananya rangkaian ritual ibadah haji

dari rukun dan waib haji itu sendiri. Karena ibadah haji itu

Page 115: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

99

sendiri dalam setiap rangkaian kegiatannya merupakan

ibadah yang memerlukan kesehatan dan kebugaran fisik.

2. Ketentuan istitha’ah kesehatan berdasarkan regulasi

Kementerian Kesehatan adalah setiap jamaah dalam

melakukan tes kesehatan harus melakukan tiga tahapan

pemeriksaan. Yakni pemeriksaan Tahap Pertama

pemeriksaan ini dilaksanakan oleh tim penyelenggara

kesehatan haji Kabupaten/Kota di Puskesmas / Rumah Sakit

pada saat jamaah haji melakukan pendaftaran untuk

mendapatkan nomor porsi. Kemudian pada tahap pertama

ini dilakukan kegiatan pemeriksaan yakni a) Anamnesia b)

Pemeriksaan fisik c) Pemeriksaan penunjang d) Diagnosis

e) Penetapan tingkat risiko kesehatan f) Rekomendasi /

saran / rencana tindak lanjut. Kemudian dilakukan pula

pemeriksaan kesehatan Tahap Kedua pemeriksaan ini

dilaksanakan oleh tim penyelenggara kesehatan haji

Kabupaten/Kota di Puskesmas / Rumah Sakit pada saat

pemeriksaan telah menentukan kepastian keberangkatan

jamaah haji pada tahun berjalan. Pada tahap ini akan

memberikan ketentuan seorang jamaah memenuhi syarat

atau tidak memenuhi syarat istitha’ah kesehatan. Tahapan

pemeriksaan kedua yakni a) Anamnesia b) Pemeriksaan

fisik c) Pemeriksaan penunjang d) Diagnosis e) Penetapan

istitha’ah kesehatan f) Rekomendasi / saran / rencana tindak

lanjut g) Penandaan Gelang Bagi jamaah haji. Kemudian

dalam ketentuan Kementerian Kesehatan dilakukan proses

pemeriksaan terakhir yakni pemeriksaan Tahap Ketiga

Page 116: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

100

yang dilakukan untuk menetapkan status kesehatan jamaah

haji laik atau tidak laik terbang. Pemeriksaan tahap ketiga

yakni a) Anamnesia b) Pemeriksaan fisik, c) Pemeriksaan

penunjang d) Diagnosis e) Penetapan kalaikan terbang f)

Rekomendasi / saran / rencana tindak lanjut. Kemudian dari

setiap tahapan pemerikasaan juga diadakan tahapan

pembinaan istitha’ah kesehatan jamaah haji masa tunggu

dan juga pembinaan istitha’ah kesehatan jamaah haji masa

keberangkatan. Karena pada tahapan-tahapan inilah jamaah

mendapatkan pemantauan, pemeriksaan, serta bimbingan

serta arahan untuk menjaga kestabilan kesehatan hingga

jamaah laik untuk diterbangkan atau diberangkatkan.

3. Peroses penentuan istitha’ah kesehatan dan rekomendasi

hasil pemeriksaan jamaah haji dalam penentuan ini yang

dapat diberangkatkan menurut Kementerian Kesehatan RI

adalah jamaah haji telah melalui tahap pemeriksaan

kesehatan tahap pertama dan mendapatkan hasil pada tahap

pertama hasil pemeriksaan yang di dapat berupa

menetapkan Status Kesehatan Jamaah Haji Risiko Tinggi

atau Tidak Risiko Tinggi. Kemudian jamaah haji juga telah

melakukan pemeriksaan kesehatan tahap kedua, yang

menghasilkan ketetapan istitha’ah kesehatan jamaah haji

yakni : a) Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji. b)

Memenuhi syarat istitha’ah kesehatan haji dengan

pendampingan. c) Tidak memenuhi syarat istitha’ah

sementara. d) Tidak memenuhi syarat istitha’ah. Kemudian

hasil pemeriksaan kesehatan tahap ke tiga adalah yang

Page 117: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

101

menentukan jamaah haji yang dapat diberangkatkan adalah

jamaah yang tidak memiliki penyakit menular yang dapat

berpotensi wabah, pes (plague), Kolera (colera), demam

kuning (yellow fever), cacar (small pox), tifus bercak

wabahi (typhus anthomaticus infectiosa/louse borne

typhus), demam balik-balik (louse borne relapsing fever),

penyakit menular lain yang ditentukan, penyakit yang

berhubungan keselamatan penerbangan dan ketinggian,

serta penyakit keadaan saturasi oksigen yang kurang,

jamaah haji yang sudah mendapat suntik meningitis, jamaah

yang tidak dalam proses cuci darah, jamaah yang terbebas

dari virus TBC, jamaah yang terbebas dari Hemoglobin

(HB) rendah yaitu dibawah 8,5 karena jika HB rendah maka

akan bermasalah diregulasi penerbangan karena di pesawat

tekanan udaranya tinggi bisa mengakibatkan pingsan,

jamaah yang terbebas dari gagal ginjal, karena gagal ginjal

tidak boleh lagi untuk tahun ini.

B. Saran

1. Diharapkan ketentuan terkait istitha’ah kesehatan menurut

para imam mazhab, ulama serta MUI dan Kementerian

Kesehatan dapat di sosialisasikan kepada seluruh calon

jamaah haji serta anggota keluarga jamaah. Agar

pengetahuan mengenai istitha’ah kesehatan dapat dipahami

oleh jamaah.

2. Pada setiap tahapan pemeriksaan jaamah haji harus selalu

diingatkan dan diberikan motivasi untuk menjaga

kesehatan, serta pada tahapan ketiga suasana di Embarkasi

Page 118: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

102

yang menjadi tempat terakhir pemeriksaan kesehatan

jamaah disterilkan, jamaah tidak usah diperkenankan

memakan makanan yang dibawa dari rumah, dikhawatirkan

akan memicu kondisi kesehtan jamaah haji menjadi tidak

stabil. Dan tidak diperkenankan lagi untuk menerima tamu,

agar jamaah bias beristirahat sebelum keberangkatan.

3. Perlunya pendanpingan serta sosialisasi bahaya penyakit

yang menjadikan jamaah menjadi tidak laik diberangkatkan.

Sehingga jamaah haji tidak ada yang memaksakan

kehendak untuk tetap berangkat, karena dapat mengancam

dirinya sendiri secara fisik dan dapat menghalangi

keabsahan ibadah haji, karena rukun dan wajib haji akan

sulit dilakukan bagi jamaah yang kondisi fisiknya

mengalami gangguan penyakit berat.

Page 119: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Intisari Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jemaah, ter. Farid

Bin Muhammad Bathathy (Jakarta: Pustaka Imam Asy-

Syafi’I, 2006).

Abdurrahman, al-Zaziri. Fiqih Empat Mazhab Bagian Ibadat

(Puasa, Zakat, Haji, Kurban), (Jakarta: Darul Ulum

Press, 1996).

Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2016).

Ambary, Hasan Muarif dk. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve).

Basyuni, Muhammad. Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK

Press,2008).

Debby, Putri. Evaluasi Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Pada

Pusat Kesahat Haji, (Jakarta : Pusat Kesehatan Haji

2014).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kesehatan Haji,

(Kementerian Kesehatan: 2008).

Kartono, Ahmad. Manajemen Operasional Penyelenggaraan

Haji Dan Umrah, (Ciputat: 2017).

____________, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan

Ibadah Haji Menurut Empat Mazhab, (Ciputat: Pustaka

Cendekiamuda, 2016).

Kasmir. Etika Customer Service, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005).

KEMENKES RI. Istitha’ah Kesehatan Haji.

____________, Kebijakan Operasional Penyelenggaraan

Kesehatan Haji, (Jakarta : 2017).

Page 120: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

_____________, Laporan Kinerja Pusat Kesehatan Haji Tahun

Anggaran 2016 , (Jakarta : Pusat Kesehatan Haji 2016).

_____________, Pemeriksaan Dan Pembinaan Kesehatan Haji

Mencapai Istita’ah Kesehatan Jamaah Haji Untuk

Menuju Keluarga Sehat, (Kemenkes: Sekjen Pusat

Kesehatan Haji, 2017).

Kementerian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji

Dan Umrah. Keputusan Mudzakarah Perhajian

Indonesia, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2015).

____________, Problematika Penyelenggaraan Ibadah haji,

(Jakarta: Kementerian Agama RI, 2016).

Kementerian Agama RI Ditjen PHU. Dinamika dan Perspektif

Haji Indonesia, (Jakarta: Ditjen PHU Kemenag RI,

2010).

Kementrian Agama. Peraturan Menteri Agama Nomor 9 Tahun

2014 Tentang Bimbingan Manasik Bagi Jamaah Haji

Reguler Oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan,

Jakarta: Dirjen PHU.

Majelis Ulama Indonesia. Musyawarah Nasional Ulama, Tahun

1983.

Mansyur, Muchtaruddin. Kepala Pusat Kesehatan Haji

Kementerian Kesehatan, Penyelenggaraan Kesehatan

Haji Menuju Istitha’ah, (Jakarta: Rakernas, 2017).

Muttaqin, Zainal. Pendidikan Agama Islam Fiqih, (Semarang:

PT. Karya Toha Putra, 2009).

Nizam, Ahmad. Manajemen Haji, (Jakarta: Zikru Hakim, 2000).

Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2017).

Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat

Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI: 2010).

Page 121: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jamaah Haji, (Keputusan

Menkes RI No. 442/MENKES/SK/VI/2009).

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, (Departemen

Kesehatan RI: 2009).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Depkes,

(Jakarta: Kemenkes RI, 2016).

PERMENKES RI No. 15 Tahun 2016, Istitha’ah Kesehatan

Jamaah Haji.

Profil Kesehatan Haji Indonesia, (Kementerian Kesehatan:

2008).

Sholeh, Asrorun Ni’am. Istitha’ah Kesehatan Dalam Haji

Perspektif Fatwa MUI, (Jakarta: Bidakara: 2017).

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

2010).

____________, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung:

Alfabeta, 2014).

____________, Metode penelitian pendidikan, (Jakarta: 2010).

UU. No. 17 tahun 1999 BAB III Pasal 6 ayat 1, Penyelenggaraan

Ibadah Haji.

UU No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan.

Zuhriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,

(Jakarta:Bumi Aksara, 2009).

Zurizal, Z . Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian

Universitas Islam, 2008).

Page 122: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

KEMENTERIAIIAGAMAUNTVERSITAS ISLAM NEGERT (Urr9SYARIF EIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUMKASI

I- tr H. JuaDda No. 95, Ciputat l54l2.IndonesiaWebsite : www, fidkom.uisjkt.ac id

Telp.tF ax (62-21) 1 432128 I 1 4703580Email: fi [email protected]

Nomor ; B - 47U/F.51PP.0.09,^//2018Lamp : [ ( satu) bundelHal : Bimbingan Skripsi

NamaNomor PokokJurusanSemesterTelp.Judut Skripsi

Tembusan :

l. Dekan2. Ketua Jursan Manajemen Dakwah (MD)

Siska Kurniasihr r 140530000022Manajemen DakwahVIII (Delapan)08990766656Istitha'ah Kssehatan Jamaah Haji Dalam PerspektifKementerian Keseharan RI

Jakarta, 8 Maret 2018

Kepada Yth.Drs. H, Ahmad Kartono, M.SiDosen Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A s s alamu' alai kum Wr Wb.

Bersarna ini kami sampaikan outline dan nsakah proposal skripsi yang diajukan oleh

mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan IImu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai berikut,

Kami mohon kesediaannya untuk me mbimbing mahasiswa tersebut dalam

pen)rusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 8 Maret s.d. 8

September 2018.

Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.

llas salamu' al aikum 14 r W.

an. Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik

Suparfi(M.Ed, Ph.DTNrp fqz rorlo rgqso:

Page 123: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

KEMENTERIANAGAMALTNIYERSITAS ISLAM NEGERI (UTI9SYARIF' HIDAYATULLAII JAKARTA

EAKULTAS ILMU DAKWAE DAN ILMU KOMTJNIKASI

Jl. Ir. H. JuandaNo. 95, Ciputat 15412. hdonesia Telp./Iax: (62-21) 7432128 / j4'to35t

NomorLampiran

Hal

: e -yfil rc.snr.o os/|V2ot8 Jakarta. AL Marel 201 8

: Izin Penclitifln (Sl<ripsi)

Kepada Ytl).Keorernterian Kesehatan RlJL H.R IlasLrna Saici IIT 001/02Karet l(Lrrringau Setia BudiJakarta Selatandi

Ternpat l

A s s o I a nru' a l.r i kt t u ll r. ll/ b.

Dek;Ln Fakultas IlmLr Dakrvah dan Ilnru I(ornunikasi UIN Syarif Ilirlal,,rtLrllah.lakarla rneneraigkan bahrva:

Nomor Pol<ol<

Seorester.lurLrsan/Prod i

Ternpat/'fgl. Lahir.A larnat1'elp

Siska KLrlrriasiirI r 140510000022VIll(Delaprn)Mana-jenrerr Dal<rvahJr liarta, 4 Mei 199(rJl. Nila ltl-004/01 Cigarrjrrr Jagakarsa Jakarrir Sclarar.l0 89907666 5 6

Adalah benar.mahasisrva FakLrltas llnru Dakrvah dan llmu l(onrunikasi UIN Syalii.Hidayatullah Jakana yang akan melaksanakarr peneritian/rrencari d"r" d,,r,,n, ,.,rgl.pentrlisan skripsi dengan -iudul 'lstitha'oh KesehatQn Joncrah Ilclji da/ont I,er,s1,ektifKe.tehotcnt N "

Sehubungan dengao itu, dinrohorr kiranya llapak/lbu/ScJr.. (lap.tnrenerinra/nrengizinka, ,ahasisrva karni tersebrrt dararr perar<sanaan r<egirtan clirraristrd

Ctenrihiar,. atas l<er.iasarta dan Lrantuannyfl l(ami ntengucapkan terinta l(asil)

IIto:taIttnu tt/uikun Llr ll'b

Tembusan:L Wakil Del.:an Bidang r\kadernik2. Ketua Jurusan/Plodi ivlrrr iqr:rlcrr Dalirvuh

Srr bhrn, M,\r r0 r99i0l

Page 124: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBL}K INDONESIA

SEKRET&RIAT JENNERALJL HR. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9, Jakarta I2950

Telp. (t121) 5201590 (Hcmtir?g)GERMAS

SURAT KETERANGANNomo( : UM.01.0511t 1Sg7 tZOlB

Yang berlanda tangan dibawah ini, menerangkan kepada :

Nama

Nornor PokokProgram StudiFakultas

Nomor HP

: Siska Kurniasih: 1 1 140530000022: Manaiemen Dakwah; llmu Dakwah & llmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakerla: 08990766656

elakukan penelitian a untuk penulisan"lstitha'ah Reseha dabm perspektif

n Rf pada satuan ke Haji, Kementerian

Demikian surat keterangan ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimanamestinya.

Page 125: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : dr. Edi Supriyatna, Mkk

Jabatan : Staf PF12 Pusat Kesehatan Haji

Tempat : Kementerian Kesehatan RI

Hari/Tanggal : Selasa, 10 April 2018

Waktu : 11.20 WIB

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Pusat Kesehatan Haji

Kementerian Kesehatan RI ?

Kalau sejarah berdirinya memang tidak dipaparkan kapan

berdirinya Pusat Kesehatan Haji, melainkan yang

dikemukakan adalah profil umum Pusat Kesehatan Haji

Kementerian Kesehatan RI berdasarkan Permenkes

Nomor 64 Tahun 2015 mengenai organisasi dan tata kerja

Kementerian Kesehatan.

2. Untuk Visi, Misi dari Pusat Kesehatan Haji itu sendiri

bagaimana ?

Untuk visi dan misinya pusat kesehatan haji bisa dilihat

dan dibaca pada buku pedoman kami, yang dikeluarkan

Kementerian Kesehatan mengenai kesehatan haji.

Page 126: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

3. Bagaimana bentuk struktur organisasi Pusat

kesehatan Haji Kementerian Kesehatan ?

Bentuk organisasinya berada dibawah Kementerian

Kesehatan RI, untuk susunannya sendiri nanti bisa saya

berikan.

4. Apakah tim pemeriksa kesehatan dari tahapan

pertama hingga yang terakhir semuanya adalah

orang-orang dari kementerian kesehatan ?

Tidak, karena kesehatan haji bukan milik Kementerian

Kesehatan Pusat Kesehatan Haji, lain dengan ibadah haji

adalah milik Kementerian Agama, karena dari

keseluruhan atas hingga bawah yang mengatur dan

melaksanakannya adalah bagian dari pada Kementerian

Agama. Tetapi kalau Kesehatan haji adalah milik daerah,

karena setiap daerah punya otonomi daerah, sehingga tim

pemeriksanya berbeda, seperti tahap pertama dilakukan di

puskesmas, kedua dilakukan oleh tim Penyelenggara

Kesehatan Haji Kabupaten/Kota, dan tahap ketiga

dilakukan oleh PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan,

kemudian nanti pihak PusKes haji yang meminta data

personil .

5. Adakah keputusan Kementerian Kesehatan terkait

kriteria istitha’ah haji ?

Tentu ada, itu tertuang dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No 15 tahun 2016 pasal 9 ayat 1 dan 2, serta

pasal 13 dan pasal 15 ayat 2 tentang Istitha’ah Kesehatan

Jamaah Haji.

Page 127: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

6. Adakah keputusan bersama dari Kementerian

Kesehatan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI)

terkait istitha’ah haji ?

Iya ada, yakni Keputusan Musyawarah Alim Ulama

Tahun 1975, kemudian Fatwa MUI tahun 1979.

7. Kenapa orang hamil tidak boleh berangkat pak ?

Karena mereka belum vaksin kecuali usia kandungan 14 –

26 minggu dan sudah di vaksin.

Page 128: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Sukri

Jabatan : Kasi Unit Pelayanan Terpadu Jakarta

Tempat : Embarkasi Jakarta

Hari/Tanggal : Jum’at, 23 Maret 2018

Waktu : 09.35 WIB

1. Kendala apa saja yang pernah terjadi, pada saat hasil

pemeriksaan kesehatan ?

Kendala yan sering terjadi adalah kurangnya sosialisai

terkait istitha’ah kesehatan bagi jamaah haji baik terhadap

jamaah haji itu sendiri serta kalangan keluarga.

2. Apa yang pernah terjadi dilapangan, berdasarkan

kendala diatas ?

Pernah terjadi jamaah tahun 2016 yang tidak istitha’ah

dalam kesehatan, terpaksa tidak diberangkatkan dan

dipulangkan ke kampung halamannya di Banten dengan

mobil ambulance, tetapi karena pihak keluarga jamaah

tidak terima salah satu keluarganya di pulangkan, supir

dari mobil ambulance tersebut dipukuli.

Page 129: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

3. Apa kendala dalam pemeriksaan kesehatan pak ?

Kendala yang terjadi dalam pemeriksaan kesehatan yakni

jamaah suka datang terlambat.

Page 130: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

SURAT KETERANGAN HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN JEMAAH HAJI

, (Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama)

Nomor:............-

Yang be(anda tangan dihawah ini:

Nama

Jabatan

Telah melakukan pemeriksaan kesehatan kepada Jamaah Haji dibawah ini:

Nama

Bin/Binti

Umur

Nomor Porsi

Pekerjaan

Alamat

l\4enyatakan bahwa Jemaah tersebut diatas didiagn(rsis sebagai:

1. ....,.............,..,..,.. .....,....,

2. .......................... ..... .....

3. ... ..... .............................

4. .......................................

5. ...........,

Sehingqa, sesuai Surat Peratrtran Menter Kesehatan Rl I'Jomor 15 Tahul 201(j

Tentang lstithaah Kesehatan Jemaah haji.

Menyatakan bahwa Status Kesehatan Jemaah Haji tersebut (Risiko Tinggi/Tidak

Risiko Tinggi). untuk ditindaklanjuti dengan Pembinaan Kesehatan Haji.

.,..,....,..................20..... ..

Stenpel/Cap

P{rsres,ras/Fs

Dokter Pemeriksa Tal,ap Pertama

*) Coret yang tidak perlu

Page 131: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

EERI'I'A ACARA PENETAPAN ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI

(Perneriksaan Kesehatan Tahap Kedua)

Nomor:.,....,.,........,..,..,,.....

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama

Jabatan :

Berdasarkan has I pemeriksaan kesehatan yang telah kan]i terirna dari T nl

Penyelenggara Kesehatan Haji kabupaten/kota, dengan ini inenyatakan bahwa .lemoalrHaji di trawah irri:

NamaBin/BintiU murNomor PorsiPekerjaanAIamat

l\4erryatakan bahwa Jemaah Tersebut diatas didiagnosis sebagai:1. .... ... ......2. ......................... .. ..... ....3. .......................................4. ...,,..,.,,,,..,...........,..,...,....5. ...................

Sehingga, se{iuai Surat Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 15 Tahuf 2010

Tentang lstithaah Kesehatan Jemaah haji,

Menyatakan bahwa Jemaah Haji tersebut (MEMENUHI SYARAT/MEIvIENUH I SYARA-IDENGAN PENDAMPINGAN/TIDAK MEMENUHI SYARAT SEIMENTARAi IIDAKMEMENUHI SY,AIIAT). untuk pelaksanaan ibadah haji.

20

Sle Delcap

Kabupaten/ Kata

Ketua Tim Penyelenggara Kesehatan HajiKab/Kota

') Coret yarrg ticlak pei.lu

Page 132: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

BERITA ACARA KELAIKAN TERBANG JEMAAH HAJI

(Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga)

Nomor:,.,...,....,.....,......,..,..

Yang bertanda tangan dibawah ini:

NamaJabatan

Seielah memperoleh hasil pemeriksaan yang te ah kami terima dari Tinr PenyclengoaraKesehatan lleji Kabupaten/Kota, dengan ini menyatakan bahwa Jemaah Haj d lrawirlr

ini:

NamaBin/BintiU murNonror PorsiNomor PasporPekerjaanAlamat

a. Telah dilaksanakan pemeriksaan kesehatan dan diberikan penjelasan merrgenalketentuan lstithaah Kesehatan yang terdapat dalam Peraturan Menteri KesehalanNomor 15 Tahun 2016i

b. Menetapkan bah\n/a jemaah haji tersebut di atas (LAIK/TIDAK LAII()" Terbangberdasarkan Pemeriksaan Kesehatan Tahap ketiga yang dilakukan oleh Tim PF,l-lEmbarl(asi Bidang Kesehatan.

Demikian surat penetapan ini dibuat untuk di tindaklanjuti sesuai ketentuan yangberlaku.

.20........

PPIH Ei,bdkasi

Kelua PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan

Anggota Tim P€)nyelenggara Kesehatan Haji:

2...............

*) Coret yang tidak perlu

Page 133: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

Daftar Penyakit Yang Dikategorikan Laik Dan Tidak Laik Terbang

DIAGNOSA TIDAK LAIK LAIK KETERANGAN

ffi,ffi |[|ffiAngina Unstable Angina atau

angina dengan minimalaktivitas

Terkontrol dengan oba!obatan.Tidak terjadl angina padasaat istirahat.

lnfarkmiokard

Kurang dari 10 hariterakhir atau berisikotinggi

>10 hari jika tanpakomplikasi

Gagaljantung

Gagal jantung akut ataugagal jantung kronistidak terkontrol

Gagal jantung terkontroldan kondisi stabil

Dikatakan adekuatjika mampu berlalan50 m atau dapatmenaiki tanggadengan kecepatannormal tanpa sesaknafas.Meskipun demlkianperludipertimbangkantersedianya oksigendalam pesawat.

Edema paru Belum sembuh Sudah sembuh Perhatikarrkemungkinan terjadiinfark miokard

Penyakitjantungkongenitalsianotik

semua kasus

Operasijantung

s t hariUrrtuk CABG danoperasi katup.Transposisi ASD, VSD,transplantasi dll

>10 hari ASD = atrial septaldefect!'SD = ventricularseptal defectCABG = coronaryartery bypass graph

Angiography 24 jam atau kurang >24 jam bila kondisiStabil

Angioplastidengan atautanpa stent(Pelebaranpembuluhdarah)

2 hari atau kurang >3 hari jika asimtomaiik /tanpa gejala

Alat pacujantung atar-rpenanamandefibrillator

>2 hari jika tidak adapneumotoraksdan irama jantung stabil

Page 134: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

DIAGNOSA TIDAK LAIK LAIK KETERANGAN

Ablationtherapy

>2 hari pasren yangmelakukanpenerbangan dalamwaktu seminggusetelah prosedur inidianggap berisikotinggi terjadinya DVT

DeepVenousThrornbosiskaki

Aktif Setelah Asimtomatik Stabil denganpenggunaanantikoagulan per oral

Emboli Paru Onset 4 hari ataukurang

>5 hari jika stabil diberiantikoagulandan PAO 2 normal

ffiffiffi ffiffiWffiS$ffiffil$iililI;i$[tl$ lftr.ffi;Fii;;ffi llrttiltrlliiiiiXltilffi==li{Nu\{Lft liiiiaHhrliisN l:

Anenria Hb kurang dari 9,5 gidl(5,9 mmol/L)kecuali karena penyakilkronis

zHb 9,5 g i dl (5,9 mmol /L)

Jika akut anemia,kadar Hb harus dinilaiIebih dari 24 jam.setelah kehilangandarah terakhir dimanaperdarahan harusberhenti

PenyakitSickle cell

sebelum t hari masakrisis slckling

>10 hari Dibutuhkan suplemenoksigen

f ,[!!,H*i$.rfiffi.-E;r]lt-. ], iX

Pneumotoraks

Enam hari atau kurangsetelah parumengembang penuh.

Tujuh hari setelah parumengembang penuhdan14 hari setelah parumengembang daripneumotoral(s traumatik

BedahThorax

1 0 hari atau kurang >1 t hari denganPemulihan

misalnya lobektomi,pieurectomy, biopsiterbuka paru

Pneumonia Dengan gejala Sudah sembuh atau tidakada gejala meskipun X-ray positif

Tuberkulosis Tidak diobati atau padadua minggu pertamapengobatan

Setelah dua mingguataulebih dilakukanpengobatan adekuat dantanpa gejala (BTA -)

COPD,Emfisema,Fibrosisparu, Efusipleura

Membutuhkan tambahanoksigen .

PO2 <50mmHg,Setelah eksaserbasitidak sembuh sempurna

toleransi latihan(berjalan)>50 meter tarrpadyspneadan kondisi umumadekuat.Pemulihan penuhsesudah eksaserbas dantidak ada infeksi.

Page 135: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

DIAGNOSA TIDAK LAIK LAIK KETERANGAI{

HipertensiPulmonal

NYHA klasifikasi ll danlil

NYHA klasifikasi I

Cysticfibrosis

FEVl <50% Tidak ada infeksi

Asma Saat ini asimtomatik dantidak ada infeksi

Kanker Dalam pengobatan aktif(radio terapi ataukemoterapi) terdapatEfusi pleura, Dyspnoedan hemoptisis

Asimtomatik

Bronkiektasis Hypoxemia Tidak ada infeksi

PenyakitNeuromuskular

Terbatasnyaperigembangan paruyang sangat beratsehingga memerlukanalat ventilasi di rumah

MalformasiArteri venapulmoner

Hypoxemia Berat (SpO2<80%)

$tNffi,h.ffi.,,TIA 2 hari atau kurang Setelah 2 hari

CVA(Stroke)

4 hari atau kurang 5-14 hari jika stabil atauada perbaikan, denganpendampingan perawat.2 minggu paskaserangan stroke harusdiberikan oksigentambahan

Jika telah sembuhtanpa komplikasi tidakperlu pendampinganperawai

Grand mall fit 24jam atau kurang >24 jam jika keadaanumumnya baik danterkontrol

Operasikranial

t hari atau kurang >10 hari, kranial bebasdari udara dan keadaanumum dalam kondisi baik

Perdarahansaluranpencernaan

Perdarahan terjadi 24jarn atau kurang

>10 hari

1-9 hari jika pemeriksaanendoskopi baik, Hb terusmeningkat sebagai tandapenyembuhan

Page 136: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

DIAGNOSA TIDAK LAIK LAIK KETERANGAN

Operasibesarabdomen

t hari atau kurang >10 hari jika tidak adakomplikasi

misalnya reseksiusus, openhisterektomi, operasiginjal dll

Operasi ususbuntu

4 hari atau kurang >5 hari jika tidak adakomplikasi

Operasilaparoskopi

4 hari atau kurang >5 hari jika tidak adakomplikasl

misalnyacholecystecomy(pengangkatankarrdung empedu)operasi tuba

Laparoskopidiagnostik

2z[ jam atau kurang >24 jam jika gas sudahterserap

!lirsl,t['NA{Rs$]n$$$tiil! lrlilli El4f s:ltitil I

e-sil ,:- .l

Otitis mediadanSinusitis

Keadaan akut atauhilangnya fungsiEustachius

Operasitelinga tengah

t hari atau kurang >10 hari denganketerangan medispengobatan dari dokterahli THT

Ex: stapedektomy

Tonsillectomy 3 hari atau kurang >4 hari

Wired jaw tanpa alat pelindung Dengan alat pelindungatau dapat mudah dilepas sendiri

ffi-$iffi}}i#,,H ffi($i tPsikosis akut Episode dalam 30 hari

(misalnya mania,skizofrenia)

untuk alasankeamanan

Gangguanjiwa kronis

Jika terdapat risiko yangsignitikan dalampenerbangan

Stabil dan dapatdikendalikan denganpengobatan

ititi8rs$$ffiffi*s{Nu

L.uka tembusmata

6 hari atau kurang >7 hari

operasi intra-okular

6 hari atau kurang >7 hari

Operasikatarak

24jam atau kurang >24 jam

Operasi laserkornea

24jam atau kurang >24)am

'ffi

Page 137: ISTHITA’AH KESEHATAN JAMAAH HAJI DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis

DIAGNOSA TIDAK LAIK LAIK KETERANGAN

Tunggal,tanpapenyulit

Kehamilan <14 mingguatau >26 mlnggu(Dihitung denganTaksiran TanggalP,ersalinan).

Kembar,tanpapenyulit

Lebih dari 32 rninggu(Dihitung denganTaksiran TanggalFersalinan).

Kehamilarrdenganpenyulit

Sesuai kasus

Keguguran(Terancamataulengkap)

Dengan perdarahan aktif Setelah stabil, tidak adaperdarahan dan tidak adarasa sakit dalam waktu24 jam

lltti}filt I$ NHIq.l'.,1 1lr'1#

Full plastercasf

Kurang dari 48 jampasca cidera jika tidakmengenai kedua sendi

>48hrs Perhatikan tanda-tanda anemia Lrntuk #femur / pelvis

Luka bakar Dalam keadaan shockatau denganinfeksi yang luas

Jika stabil

Ventilator Kasus serius harus dikonsultasikan dahuludengankedokteranpenerbarrgan

kasus yang stabil danhanya membutuhkanventilasinormal

ili)ilffi'ft,$tffiffi ffisNIl.ffi .l$

Penyakitmenular

Selama masa penularan

Penyakitterminal

Penilaian spesifik untukmasing-masing kasus

Dekompresi Tidak diobati dan/ataudengan gejala

Tiga hari setelahpengobatan untukkelainan jaringan Iunaksaja atau 7 hari setelahpengobatan untuk gejalaneurologis