istc dps
DESCRIPTION
documentTRANSCRIPT
INTERNASIONAL STANDARD FOR TB CARE(ISTC)
ISTC
Terdiri atas 17 standar 6 standar diagnosis 9 standar terapi 2 standar tanggung jawab
kesehatan masyarakat
Standard ISTC Standard 1: batuk >2-3mg evaluasi ke
arah TB Standard 2: bila diduga TB lakukan
pemeriksaan dahak Standard 3: diagnosis ektra paru Standard 4: meski foto toraks diduga
TB,tetap lakukan pemeriksaaan dahak Standard 5: kriteria diagnosis TB BTA
neg Standard 6: diagnosis TB anak
Standard 7: nilai kepatuhan berobat hingga selesai
Standard 8: berikan OAT lini pertama untuk TB tanpa riwayat OAT sebelumnya
Standard 9: Bina dan nilai kepatuhan, pengawasan dgn PMO
Standard 10: Monitor respons terapi Standard 11: Catatan tertulis Standard 12: konsdeling dan uji HIV
Standard 13: nilai dan rencanakan pemberian ARV dan saat pemberian OAT
Standard 14: pantau kemungkinan resistensi jika ada riwayat OAT sebelumnya
Standard 15: MDR tb, rujukan Standard 16: memeriksa kontak Standard 17: membuat laporan ke dinkes
DiagnosisMengapa menjadi masalah? Memakai foto toraks saja tanpa
memeriksa dahak Kesulitan mendapatkan sputum pada
anak tetapi ada sistem skoring
6 Standar Diagnosis
Standar 1Setiap individu dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya harus dievaluasi untuk tuberkulosis
Mengapa 2-3 minggu ? Penelitian di India (2005)
Kasus TB yang terdeteksi meningkat 46% pada pemeriksaan setelah batuk 2 minggu dibanding batuk 3 minggu
Standar 2 Semua pasien yang diduga
menderita TB paru, (dewasa, remaja dan anak yang dapat mengeluarkan dahak) harus menjalani pemeriksaan mikroskopis sputum sekurang-kurangnya 2 kali dan sebaiknya 3 kali. Bila memungkinkan minimal 1 x pemeriksaan berasal dari sputum pagi hari
Pemeriksaannya mudah, dapat dilakukan di hampir semua pusat kesehatan
Data terakhir : Pemeriksaan sputum I : positif 83-87% sputum II : positif bertambah 10-12% sputum III : positif bertambah 3-5%
NTP menyediakan akses pemeriksaan laboratorium
Standar 3 Pada semua pasien yang
diduga menderita TB ekstra paru, (dewasa, remaja dan anak) harus diambil bahan pemeriksaan mikroskopis dari kelainan yang dicurigai. Bila tersedia fasiliti dan sumber daya, juga harus dilakukan biakan dan pemeriksaan histopatologi
Sedikit M.tb yang ditemukan pada extra paru
Pada pleuritis tb : BTA (+) hanya 5-10% Pada meningitis TB lebih rendah lagi Biakan dan pemeriksaan histopatologi
lebih penting (spt biopsi jarum pada kgb)
ISTC - Standar 4
Semua individu dengan foto toraks yang mencurigakan akan TB harus menjalani
pemeriksaan sputum secara mikrobiologi
Gambaran Radiologik
TB The Great Imitator* Infiltrat* Fibroinfiltrat* Caviti* Milier* Atelektasis* Efusi Pleura* Pneumotoraks* Destroyed Lung* Massa* Dll
RADIOLOGIS
50%
98%
0
20
40
60
80
100
AFB Microscopy X-ray
Microscopy is a more specific test than X-ray for TB diagnosis
Specificity
98%
70%
0
20
40
60
80
100
AFB Microscopy X-ray
Microscopy is more objective and reliable than X-ray
Inter-observeragreement
0
20
40
60
80
100
Diagnosed by X-ray alone
Actual cases
X-ray-based evaluation causes over-diagnosis of TB
NTI, Ind J Tuberc, 1974
Over-diagnosis
Role of Chest X-ray No chest X-ray pattern is absolutely
typical of TB
10-15% of culture-positive TB patients not diagnosed by X-ray
40% of patients diagnosed as having TB on the basis of x-ray alone do not have active TB
Toman K. Tuberculosis case finding and chemotherapy. WHO, 1979
X-ray is unreliable for diagnosing and monitoring treatment of
tuberculosis
Observer Error (1)
Study (Reference) Under-reading (%)
Over-reading (%)
1. Five expert readers 2. Readers with varying experience 3. Mass radiography 4. Danish Tuberculosis Index, mass radiography5. Reader panel (mass radiography of 15 000 students, 10 readings per film) (a) all 50 readers (b) the five “best” readers selected from a panel of radiologists and chest specialists Group A Group B
252732
32
39
2126
-1.71.7
1.6
1.2
0.50.3
Observer error: under-reading and over-reading of radiographs (mostly unselected survey radiographs)
Observer Error (2)Experience Number of
readersUnder-reading
(%)Over-reading
(%)
1–4 years5–9 years >10 years
or
1–500 films annually 5 000–20 000 films annually>20 000 films annually
373788
434841
28.019.217.6
22.424.015.2
18.019.017.0
17.518.015.5
Average of all readers 21.8 19.5
Foto toraks sensitif tetapi tidak spesifik untuk TB.
Diagnosis TB tidak bisa ditegakkan hanya dengan foto toraks bisa overdiagnosis serta missed diagnosis
Foto toraks bermanfaat pada kasus-kasus BTA (-) dan pasien HIV
Standar 5 Diagnosis TB paru, BTA negatif harus
berdasarkan kriteria sebagai berikut : pemeriksaan mikroskopis sputum negatif paling kurang 3x (termasuk minimal 1x terhadap sputum pagi hari), foto toraks menunjukkan kelainan sesuai TB, tidak ada respons terhadap antibiotik spektrum luas (hindari pemakaian fluorokuinolon karena mempunyai efek anti TB sehingga terjadi perbaikan sesaat pada penderita TB). Bila ada fasiliti, pada kasus tersebut harus dilakukan pemeriksaan biakan.
Pada pasien dengan atau diduga HIV, evaluasi diagnostik harus disegerakan
Fig.1. An Illustrative approach to the diagnosis of sputum smear-negative pulmonary tuberculosis
All patients suspected of having pulmonary TB
Sputum microscopy for AFB
Three negative smears
Broad-spectrum antimicrobials (excluding anti TB drugs and fluoroquinolones)
No improvement Improvement
Repeat sputum microscopy
One or more positive smears All smears negative
Chest radiograph and physician’s judgement
TB Non TB
Pemeriksaan sputum bisa (+) bila terdapat minimal 10.000 kuman per milimeter sputum. Bila jumlah kuman < 1000 per milimeter sputum maka kemungkinan BTA (+) adalah dibawah 10%. Pada kultur hasil positif bila terdapat 100 kuman per milimeter sputum.
Standar 6 Diagnosis TB intratoraks (paru,
pleura,KGB hilus/mediastinum) pada anak dengan BTA negatif harus berdasarkan foto toraks yang sesuai dengan TB dan terdapat riwayat kontak dengan penderita menular atau bukti infeksi tb (uji tuberkulin/interferon gamma release assay positif).
Pada pasien demikian, bila ada fasiliti harus dilakukan pemeriksaan biakan dari bahan yang berasal dari batuk, bilasan lambung atau induksi sputum.
Pada anak biasanya BTA sputum (-) sehingga penting untuk dilakukan kultur/ biakan,uji tuberkulin dan foto toraks
Saat ini sedang dikembangkan sistem scoring
TerapiMengapa menjadi masalah: Dokter hanya menulis resep/ mengobati,
tidak memantau kepatuhan Memberikan rejimen yang tidak sesuai Tidak menciptakan sistem pengawasan
(tidak ada PMO) Tidak memonitor respons pengobatan
dengan tepat Tidak melakukan pencatatan Potensi Peningkatan Kasus MDR
Standar 7 Setiap praktisi yang mengobati pasien TB
mengemban tanggung jawab kesehatan yang penting
Untuk memenuhi tanggung jawab ini praktisi tidak hanya wajib memberikan paduan obat yang memadai tapi juga harus mampu menilai kepatuhan pasien kepada pengobatan serta dapat menangani ketidak patuhan bila terjadi
Dengan melakukan hal itu, penyelenggara kesehatan akan mampu meyakinkan kepatuhan kepada paduan sampai pengobatan selesai.
Standar 8 Semua pasien (termasuk pasien HIV)
yang belum pernah diobati harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional menggunakan obat yang biovaibilitinya sudah diketahui.
Fase awal terdiri dari RHZE diberikan selama 2 bulan.
E dapat tak diberikan pada kasus lesi tidak luas, BTA (-), HIV (-)
Fase lanjutan yang dianjurkan adalah INH dan rifampisin yang selama 4 bulan.
Standar 8 (lanjutan)
Pemberian INH dan E selama 6 bulan merupakan paduan alternatif untuk fase lanjutan yang dapat dipakai jika kepatuhan pasien tidak dapat dinilai akan tetapi hal ini berisiko tinggi untuk gagal dan kambuh, terutama untuk pasien yang terinfeksi HIV
Dosis obat antituberkulosis ini harus mengikuti rekomendasi internasional.
Kombinasi dosis tetap yang terdiri dari 2 obat (RH), 3 obat ( RHZ) dan 4 obat
( RHZE) sangat direkomendasikan terutama jika menelan obat tidak diawasi
Standar 9 Untuk membina dan menilai kepatuhan
pengobatan, suatu pendekatan pemberian obat berpihak kepada pasien, berdasarkan kebutuhan pasien dan rasa saling menghormati antara pasien & penyelenggara kesehatan, seharusnya dikembangkan untuk semua pasien.
Pengawasan dan dukungan haruslah sensitif terhadap jenis kelamin dan spesifik untuk berbagai usia dan harus memanfaatkan bermacam -macam intervensi yang direkomendasikan serta layanan pendukung yang tersedia, termasuk konseling dan penyuluhan pasien
Standar 9 ( lanjutan )
Elemen utama dalam strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan cara2 menilai dan mengutamakan kepatuhan terhadap paduan obat dan menangani ketidak patuhan, bila terjadi
Cara2 ini harus dibuat sesuai keadaan pasien dan dapa diterima kedua belah pihak, yaitu pasien dan penyelenggara pelayanan.
Cara2 ini dapat mencakup pengawasan langsung menelan obat ( directly observed therapy –DOT) oleh pengawas menelan obat yang dapat diterima dan dipercaya oleh pasien dan sistem kesehatan
Faktor terkait pasien
Faktor sistem kesehatan/tim pelayanan
kesehatanFaktor sosial /
ekonomi
Faktor terkait pengobatan
Faktor terkait kondisi
Gambar 1. Lima Dimensi Kepatuhan
Tabel1. Berbagai faktor yang mempengaruhi kepatuhan
TUBERKULOSIS
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN
INTERVENSI UNTUK MENINGKATKAN
KEPATUHAN
Faktor sosial / ekonomi
(-) Tidak ada jaringan dukungan sosial yang efektif dan keadaan hidup yang tidak stabil; budaya dan kepercayaan awam tentang penyakit dan pengobatan; stigma; kesukuan, gender, dan usia; pengobatan yang mahal; biaya transportasi yang tinggi; keterlibatan kriminal, keterlibatan penyebaran obat terlarang
Evaluasi kebutuhan sosial, dukungan sosial, perumahan, bantuan sembako dan cara legal lainnya; penyediaan transportasi ke lokasi pengobatan; bantuan kelompok; mobilisasi organisasi masyarakat; optimasi kerjasama antar berbagai layanan; pendidikan masyarakat dan penyelenggara kesehatan untuk mengurangi stigma; dukungan keluarga dan masyarakat
Faktor terkait sistem kesehatan/tim penyelenggara pelayanan kesehatan
(-) Layanan kesehatan yang kurang dikembangkan; hubungan yang tidak memadai antara penyelenggara kesehatan dan pasien; tenaga kesehatan tak terlatih, kebanyakan tugas atau kurang/ tidak ada pangawasan menjalankan tugas; tidak mampu memprediksi ketidakpatuhan.(+) Hubungan dokter pasien yang baik; ketersediaan tenaga ahli; kaitan dengan sistem pendukung pasien; jam kerja yang fleksibel.
Ketersediaan informasi yang selalu siap dan tak terputus; pelatihan dan manajemen proses yang bertujuan untuk meningkatkan cara pelayanan pasien tuberkulosis; dukungan untuk kelompok organisasi pasien setempat; manajemen penyakit dan penanganan terkait pasien, pelayanan multidisiplin; supervisi staf yang intensif; pelatihan pemantauan kepatuhan pasien; pelaksanaan pengobatan langsung
Tabel 1. Berbagai faktor yang mempengaruhi kepatuhan (lanjutan)
Faktor terkait kondisi (-) Pasien tanpa gejala; penggunaan obat terlarang; gangguan mental karena ketergantungan obat, depresi dan stres psikologi(+) Pengetahuan tentang TB, penyuluhan penggunaan obat, pemberian informasi tentang TB dan kebutuhan menjalani pengobatan
Penyuluhan tentang penggunan obat; penyediaan informasi tentang tuberkulosis dan kebutuhan menjalani pengobatan
Faktor terkait pengobatan
(-) Paduan obat yang rumit; efek samping obat, toksisiti
Penyuluhan tentang penggunaan obat dan efek samping obat; penyuluhan kepatuhan; penggunaan obat kombinasi dosis tetap; dukungan pengawasan pengobatan disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang berisiko tidak patuh; persetujuan (tertulis atau verbal) untuk kontrol berkala atau rencana pengobatan; pemantauan dan penilaian yang terus menerus.
Tabel1. Berbagai faktor yang mempengaruhi kepatuhan (lanjutan)
Faktor terkait pasien
(-) Lupa; penyalahgunaan obat; depresi; stres psikologi; pengucilan akibat stigma(+) Keyakinan akan keefektifan pengobatan ; motivasi
Hubungan pengobatan ; penentuan tujuan bersama; bantuan pengingatan ; insentif dan/ atau dorongan ; surat pengingatan, telepon pengingatan atau kunjungan rumah kepada pasien yang mangkir.
TB =tuberkulosis(+) = faktor yang berpengaruh positif pada
kepatuhan(-) = faktor yang berpengaruh negatif pada
kepatuhan Sumber : modifikasi dari
WHO, 2003
Tabel1. Berbagai faktor yang mempengaruhi kepatuhan (lanjutan)
Standar 10 Semua pasien harus dimonitor responsnya
terhadap terapi Penilaian terbaik pada penderita TB adalah
pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (2 spesimen) paling tidak pada fase awal pengobatan selesai (2 bulan), bulan ke lima dan pada akhir pengobatan
Pasien dengan sedian apus dahak(+) pada pengobatan bulan ke 5 harus dianggap sebagai gagal pengobatan dan pengobatan harus dimodifikasi secara tepat ( lihat standar 14 dan 15)
Pada pasien TB ekstraparu dan anak-anak, respons pengobatan terbaik dinilai secara klinis. Pemeriksaan foto toraks umumnya tidak diperlukan dan menyesatkan.
Standar 11 Rekaman tertulis tentang
pengobatan yang diberikan, respons bakteriologis dan efek samping harus disimpan untuk semua pasien
Standar 12 Di daerah dengan prevalensi HIV tinggi
pada populasi umum dan daerah dengan kemungkinan TB dan infeksi HIV, muncul bersamaan, konseling dan uji HIV diindikasikan bagi semua pasien TB sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin.
Di daerah dengan prevalensi HIV yang lebih rendah, konseling dan uji HIV diindikasikan bagi pasien TB dengan gejala dan atau tanda kondisi yang berhubungan dengan HIV dan pada pada pasien TB yang mempunyai riwayat risiko tinggi terpajan HIV.
Tabel 5. Gambaran klinik mengarah ke infeksi HIV pada pasien tuberkulosis105
Riwayat - Infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual - Herpes zoster ( shingles) - Baru saja menderita pneumonia atau kambuh - Infeksi bakteri yang berat - Baru saja mendapat pengobatan tuberkulosis
Gejala - Berat badan turun ( >10 kg atau > 20% dari berat awal) - Diare (> 1 bulan) - Nyeri retrosternal waktu menelan (dugaan kandidiasis esofagus) - Rasa terbakar di kaki ( peripheral sensory neuropathy)
Tanda - Bekas herpes zoster - Ruam bentol kulit yang gatal - Sarkoma kaposi - Limfadenopati umum simetris - Kandidiasis mulut - Angular cheilitis - Oral hairy leukoplakia - Necrotizing gingivitis - Giant aphthous ulceration - Persistent painful genital ulceration
Sumber : Dimodifikasi dari WHO, 2004105
Standar 13 Semua pasien TB-HIV seharusnya
dievaluasi untuk menentukan perlu/tidaknya pengobatan antiretroviral diberikan selama masa pengobatan TB.
Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat antiretroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi indikasi.
Standar 14
Penilaian kemungkinan resistensi obat berdasarkan riwayat pengobatan terdahulu , pajanan dengan sumber yang mungkin resisten obat dan prevalensi resistensi obat dalam masyrakat seharusnya dilakukan pada semua pasien.
Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik seharusnya selalu dipantau kemungkinan akan resistensi obat
Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan uji sensitifiti obat terhadap RHE seharusnya dilaksanakan segera.
Standar 15
Pasien TB yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR ) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung OAT lini kedua
Paling tidak harus digunakan 4 macam obat yang masif efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan.
Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan
Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalamanan dalam pengobatan pasien dengan MDR- TB harus dilakukan.
Kesehatan Masyarakat? Nyaris tidak dilakukan Jarang sekali seorang dokter
menanyakan atau memeriksa kontak Hampir seluruh dokter praktek ( swasta )
tidak melakukan pelaporan
Standar 16
Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien TB seharusnya memastikan bahwa semua orang (khususnya anak berumur di bawah 5 tahun dan orang terinfeksi HIV), yg mempunyai kontak erat dengan pasien TB menular seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional.
Anak berumur di bawah 5 tahun dan orang terinfeksi HIV yang telah terkontak dengan kasus menular seharusnya dievaluasi untuk infeksi laten M.TB maupun TB aktif
Standar 17 Semua penyelenggara pelayanan
kesehatan seharusnya melaporkan TB kasus baru maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke kantor dinas kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijakan yang berlaku
Setiap Petugas Kesehatan (pemerintah & Swasta) punya tanggung jawab kesehatan masyarakat
Adendum Standard 1.
Untuk pasien anak, selain gejala batuk, entry untuk evaluasi adalah berat badan yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan terakhir atau gizi buruk.
Standard 3.Sebaiknya dilakukuan juga pemeriksaan foto toraks untuk mengetahui ada tidaknya TB paru dan TB millier. Pemeriksaan dahak juga dilakukan, bila mungkin pada anak.
Standard 6.Untuk pelaksanaan di Indonesia, diagnosis didasarkan atas pajanan kepada kasus tuberkulosis yang menular atau bukti infeksi tuberkulosis (uji kulit tuberkulin positif atau interferron gamma release assay) dan kelainan radiografi toraks sesuai TB.
Standard 8.Etambutol boleh dihilangkan pada fase inisial pengobatan untuk orang dewasa dan anak dengan sediaan hapus dahak negatif, tidak menderita tuberkulosis paru yang luas atau penyakit extraparu yang berat, serta telah diketahui HIV negatif.Secara umum terapi TB pada anak diberikan selama 6 bulan, namun pada keadaan tertentu (meningitis TB, TB tulang, TB milier dan lain-lain) terapi TB diberikan lebih lama (9-12) dengan paduan OAT yang lebih lengkap sesuai dengan derajat penyakitnya.
Standard 10. Respons pengobatan pada pasien TB
milier dan efusi pleura atau TB paru BTA negatif dapat dinilai dengan foto toraks .
Standard 17.Pelaksanaan pelaporan seharusnya
difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.
TERIMA KASIH