issn no. 0216 -2083 media farmasifarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/hendrajournal/alpukat.pdftablet...
TRANSCRIPT
Media Farmasi Vol. XII. No. 21, Nopember 2014 ii
ISSN No. 0216-2083
MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
Penasehat : Direktur Politeknik Kementrian Kesehatan Makassar
Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kementrian
Kesehatan Makassar
Dewan Redaksi
Ketua : Drs. Jumain, M.Kes, Apt.
Wakil Ketua : Ronny Horax, S.Si.,M.Sc.,PhD.
Muhammad saud, SH, S.Farm, M.Kes.
Drs. H. Tahir Ahmad, Apt.
Drs. H. Ismail Ibrahim, Apt.
Drs. Rusli, Sp.FRS.,Apt.
Redaksi Pelaksana
Ketua : Rusdiaman, S.Si.,M.Si.,Apt.
Wakil Ketua : Drs. H. Asyhari Asyikin, S.Farm., M.Kes.
Sekretaris : DR. Hj. Nurisyah, M.Si.,Apt.
Bendahara : Tajuddin Abdullah, ST.,M.Kes.
Anggota : Dra. Hiany Salim, M.MKes., Apt.
Djuniasti Karim, S.Si., M.Si., Apt.
Sultan, S.Farm., M.MKes.
Harbiah, ST., M.Si.
Humas : Mispari, SH., S.Farm., M.Kes.
Rusdiaman, S.Si., M.Si.,Apt.
Raimundus Chaliks, S.Si
Arisanty, S.Si.,Apt.
Sirkulasi : Ahmad Murad, S.Sos.
Hendra Stevani, S.Si., Apt
Alamat Redaksi : Jurusan Farmasi Politeknik Kementrian
Kesehatan RI Makassar
Jl. Baji Gau No. 10 Makassar
Telp. +62411-854021
Fax. +62411-830883
e-mail : [email protected]
Kode Pos 90134
Media Farmasi Vol. XII. No. 21, Nopember 2014 iv
DAFTAR ISI
MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MAKASSAR ii
EDITORIAL iii
DAFTAR ISI iv
1. ANALISIS LEPAS LAMBAT ATENOLOL DARI TABLET MATRIK
BERBASIS HPMC 90 SH 100.000 SR – HPMC 90 SH 4.000 SR. Oleh Ariyani
Buang ……………………………………………………………………………
1
2. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY A DENGAN BBLR DI RSKD
IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR TANGGAL 16 – 18 mei 2013. Oleh
Lintje Tulu, Theresia Limbong ………………………………………………….
8
3. EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN BAYAM DURI (amaranthus spinosus)
PADA MENCIT (Mus musculus). Oleh Rusdiaman, Hardiyanti Iswan ……….
21
4. EFEK INFLAMASI GEL EKSTRAK DAUN LARUNA (Euphatorium
odoratum) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Oleh Arisanty, Muh Saud,
Muh Zulkifli P …………………………………………………………………..
29
5. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
IKTERUS NEONATURUM DI RSKD IBU DAN ANAK SITI FATIMAH
MAKASSAR TAHUN 2013. Oleh Dahniar …………………………………….
35
6. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI RSKD ST FATIMAH MAKASSAR THUN 2012.
Oleh Masykuriah, Mukrimah ……………………………………………………
43
7. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KEHAMILAN SEROTINUS DI RSUD HAJI MAKASSAR TAHUN 2013.
Oleh Nurdiana …………………………………………………………………
50
8. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KEPUTIHAN PADA WANITA USIA SUBUR DI RSUD SYEKH YUSUF
GOWA TAHUN 2013. Oleh Andi Hasnah ……………………………………..
59
9. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ABORTUS
SPONTAN DI RSU HAJI MAKASSAR TAHUN 2013. Oleh St Hadijah,
Muzdalifah Mannan ……………………………………………………………..
66
10. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNASALAHAN
TABLET KHLORPHENIRAMINI MALEAS SEBAGAI OBAT TIDUR DI
KELURAHAN TUMAMPUA KABUPATEN PANGKEP. Oleh Sisilia Teresia
Rosmala Dewi, Mispari, Santi Sinala Annisa Nurfitriany ……………………...
74
11. FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN
JARAK KEPYAR (Ricinus communis L) PADA LUKA BAKAR TERHADAP
KELINCI (Oryctolagus cuniculus) Oleh Asmawati, Jumain, Marno Purnomo .
81
12. GAMBARAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 0-11 BULAN
DI PUSKESMAS SUDIANG MAKASSAR PERIODE TAHUN 2010. Oleh
Saniasa Luba, Lintje Tulu ……………………………………………………….
89
13. GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA RINGAN PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS BARA BARAYA MAKASSAR PERIODE 2010. Oleh I Made
Sukarta, Rosdiana Tulu ………………………………………………………….
97
Media Farmasi Vol. XII. No. 21, Nopember 2014 v
14. GAMBARAN KEJADIAN BBLR DI RSKD IBU DAN ANAK SITI
FATIMAH MAKASSAR PERIODE JANUARI SAMPAI DESEMBER 2011.
Oleh Ernawati Pohan, Rukina …………………………………………………...
105
15. GAMBARAN KEJADIAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RS
BHAYANGKARA MAKASSAR TAHUN 2009. Oleh Ros Rahmawati,
Rosdianan Tulu, Ni Ketut S Riadi ........................................................................
115
16. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP
RESIKO PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 WALENRANG KEC.
WALENRANG KAB LUWU KOTA PALOPO PERIODE JULI 2011. Oleh
Hasniah, Theresia Limbong ……………………………………………………..
125
17. HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN FARMASI DENGAN
KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS BATANG KABUPATEN
BULUKUMBA. Oleh Mispari, Adriana Kadir, Astati Wahjuni ………………..
132
18. IDENTIFIKASI FENILBUTASON DALAM JAMU ASAM URAT YANG
BEREDAR DI KOTA MAKASSAR SECARA KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS. Oleh. Tajuddin Abdullah, H Sultan ……………………………………..
138
19. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KAROTENOID EKSTRAK
LOMBOK (Capsicum annum L) ASAL RANTEPANGLI KABUPATEN
TANA TORAJA Oleh Ismail Ibrahim, Rusdiaman, Ernata Mana Paembonan…
142
20. KADAR MERKURI PADA PRODUK KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG
DIPERDAGANGKAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2014. Oleh A Ar.
Rakhmansyah Iskandar …………………………………………………………..
148
21. KARAKTERISTIK BUMIL YANG MENDERITA ANEMIA DI RS
BHAYANGKARA JANUARI – DESEMBER 2010. Oleh Rudi Hartono,
Theresia Limbong ……………………………………………………………….
156
22. KINERJA DOSEN BERDASARKAN EKSPEKTASI MAHASISWA D III
FARMASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI JURUSAN
FARMASI POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR. Oleh Sesilia Rante
Pakadang, Hasnah Ibrahim, Hiany Salim ………………...................................
163
23. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A KEHAMILAN 34
MINGGU 5 HARI DENGAN PREEKLAMSIA RINGAN DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAPPAODANG MAKASSAR TANGGAL 20-22 JULI
2012. Oleh Lintje Tulu, Theresia Limbong ……………………………………..
171
24. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY D KEHAMILAN 30
MINGGU 5 HARI DENGAN PREEKLAMSIA RINGAN DI BPS NY
HIJRAWATI KABUPATEN BONE TANGGAL 18, 25 DAN 30 JUNI 2012.
Oleh Ernawati Pohan, Dudun Nuryati ………………………………………
190
25. MEDICATION ERROR TERKAIT PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN
PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG
BAJI MAKASSAR. Oleh Raimundus Chaliks, Rusli, Siti Aniah Hardyanti ……
209
26. PENENTUAN NILAI SPF EKSTRAK METANOL RUMPUT LAUT (Ulva
reticulate) SECARA IN VITRO. Oleh Santi Sinala ……………………………..
213
27. PENGARUH PENGGUNAAN PATI BIJI ALPUKAT (Persea gratissima
Gaertn) SEBAGAI PENGIKAT TERHADAP MUTU FISIK TABLET
PARASETAMOL. Oleh Eva Donna Br. Simanungkalit, Ariyani Buang, Hendra
Stevani, Hasnah Ibrahim, Raimundus Chaliks …………………………………..
218
Media Farmasi Vol. XII. No. 21, Nopember 2014 vi
28. PEMANFAATAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleca leucadendra L)
SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN Oleh
Mutmainnah B, Andi Nur Aisyiah ……………………………………………...
226
29. SIKAP DAN PENGETAHUAN PERAWAT BEDAH TERHADAP DETEKSI
DINI GANGGUAN MIKROVASKULER PADA KAKI DIABETIK DALAM
PENCEGAHAN AMPUTASI DI RS TK II PELAMONIA MAKASSAR. Oleh
Ratnah Mahmud, Fitria Hasanuddin, St Suarniati …………………………….
229
30. STANDARISASI PARAMETER NON SPESIFIK DAN UJI AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING
(Orthosiphon stamineus Benth) DENGAN METODE DPPH Oleh Nurisyah,
Asyahari Asyikin, Ivone Niki ……………………………………………………
242
31. STUDI KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cd PADA TANAMAN SAYURAN
YANG DIBUDIDAYAKAN MASYARAKAT SEKITAR PEMBUANGAN
AIR LIMBAH PT KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR. Oleh AM Fadhil
hayat, Nur Insani Yusuf, A AR Rakhmansyah Iskandar …………………….....
247
32. STUDI KANDUNGAN ZAT PENGAWET (FORMALIN) PADA IKAN ASIN
YANG DIJUAL DI PASAR-PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR.
Oleh Baharuddin Sunu ………………………………………………………….
253
33. TINGKAT PENGGUNAAN OBAT ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
PADA BAYI DAN BALITA DI PUSKESMAS KABUPATEN GOWA
TAHUN 2010. Oleh Harbiah, Tahir Ahmad …………………………………….
260
34. UJI DAYA HAMBAT REBUSAN DAUN URANG ARING (Eclipta alba L)
TERHADAP Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES GIGI Oleh Sesilia R
Pakadang, Sisilia teresia Rosmala Dewi, Fadillah Jamil ……………………….
267
35. UJI AKTIVITAS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Malassezia fulfur dan Staphylococcus aureus
SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SAMPHOO ANTI KETOMBE Oleh Nue
Alim, Jusniadi ……………………………………………………………………
271
36. UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK METANOL BIJI BUAH MENTIMUN
(Cucumis sativus) TERHADAP Staphylococcus aureus. Oleh Agus Dwi
Jayanti, Yusriani, Maulana Zulkarnain Imansyah …………………………….
275
37. UJI DAYA HAMBAT SEDIAAN PROPOLIS TERHADAP
PERTUMBUHAN albicans PENYEBAB KEPUTIHAN Oleh Rahmatullah
Muin, Ferna Indrayani, Andi Nurpati …………………………………………
278
38. UJI EFEK EKSTRAK METANOL HERBA DAUN SENDOK ( Plantago
major L) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA
KELINCI (Oryctolagus cuniculus) Oleh Saenal Edi Kamal, Angga Rizal Amura
281
39. UJI EFEKTIVITAS REBUSAN BUAH PARE (Momordica caranthia L)
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA MENCIT
JANTAN (Mus musculus). Oleh Rusdiaman, H. Tahir Ahmad, Mutiara Sareat..
287
40. UJI MUTU TABLET ASETOSAL DENGAN PENGIKAT PATI SINGKONG
(Manihot utilissima) TERGELATINASI SECARA KEMPA LANGSUNG oleh
Rusli, Ariyani Buang, Hesti Setiawaty …………………………………………..
293
41. UJI TOKSISITAS AKUT DAN LD50 INFUS DAUN JARAK KEPYAR
(Ricinus communis L) TERHADAP HEWAN UJI MENCIT (Mus musculus).
Oleh Jumain, Leriani Buton ……………………………………………………..
300
Media Farmasi Vol. XII. No. 21, Nopember 2014 vii
42. UJI EFEK ANTIDIARE REBUSAN KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia
mangostana L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Oleh H Sultan, H. tahir
Ahmad, karendita Leunura ………………………………………………………
305
43. MEDIA FARMASI …………………………………………………………….. 310
Pengaruh penggunaan pati Biji Alpukat (Persea gratissima Gaertn) sebagai pengikat
terhadap mutu fisik tablet Parasetamol
Eva Donna Br. Simanungkalit* Ariyani Buang* Hendra Stevani**
Biji buah alpukat saat ini hanya dibuang sebagai limbah yang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Padahal di dalam biji alpukat mengandung zat pati yang cukup
tinggi, yakni sekitar 23%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu fisik tablet
Paracetamol dengan menggunakan pati Biji Alpukat sebagai bahan pengikat yang dibuat
dengan metode granulasi basah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium
dimana tablet Parasetamol dibuat dengan konsentrasi pati biji alpukat yang berbeda yaitu F1
20%, F2 30%, F3 35% dan F4 35% sebagai pembanding dengan menggunakan Avicel.
kemudian dilakukan beberapa pengujian sebagai syarat mutu suatu tablet diantaranya
pengujian granul yang meliputi uji kadar air, daya alir(sudut diam), Bj sebenarnya, Bj nyata,
dan porositas, juga dilakukan pengujian mutu fisik tablet yang meliputi uji keseragaman
ukuran, uji keseragaman bobot, uji keregasan, uji kekerasan dan uji waktu hancur.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
kandungan Amilosa pati biji Alpukat pada konsentrasi F1, F2, F3 dan F4 belum memenuhi
persyaratan sebagai pengikat tablet.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia selain kebutuhan
sandang, pangan, serta pendidikan.
Dengan kondisi kesehatan yang baik dan
tubuh yang prima, manusia dapat
melaksanakan proses kehidupan, tumbuh
dan menjalankan aktivitasnya dengan baik.
Sebaliknya saat manusia mulai terganggu
kesehatannya, harmoni kehidupannyapun
ikut terganggu. Pada saat itulah manusia
membutuhkan obat untuk memulihkan
kesehatannya.
Adapun macam-macam bentuk
sediaan obat yang telah tersedia, namun
tablet merupakan bentuk sediaan obat yang
paling banyak dan sangat umum
digunakan oleh kalangan masyarakat,
karena beberapa keuntungannya seperti
ketepatan dosis, stabil dalam penyimpanan
serta penggunaannya yang praktis
(Kurniawan dan Sulaiman, 2009). Adapun
suatu obat hanya dapat memberikan efek
jika memiliki mutu dan kualitas yang
terjamin, oleh karena itu, tablet harus
memenuhi persyaratan pengujian agar
layak dikonsumsi.
Besarnya kadar zat aktif yang
mencapai peredaran darah tidak hanya
dipengaruhi oleh bentuk sediaan yang
digunakan dan faktor anatomi fisiologi
saluran cerna, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor farmasetik, seperti jenis bahan
pengikat, pengisi, penghancur dan bahan
tambahan lainnya yang digunakan pada
sediaan tablet (Ansel, 1989).
Salah satu bahan tambahan yang
memegang peranan penting dalam
pembuatan tablet adalah bahan pengikat .
Bahan pengikat ditambahkan dengan
maksud agar tablet tidak pecah (retak),
juga disebut granulator karena berfungsi
merekatkan serbuk sehingga dapat
berbentuk granul serta membantu dalam
pengikatan akhir tablet setelah
pengempaan, pengiriman dan selama
penggunaan oleh ahli farmasi dan pasien.
Bahan pengikat yang paling banyak
digunakan dalam granulasi basah
cenderung berupa turunan bahan alam
seperti pati (Voight, 1994).
Adapun salah satu bahan alam
yang dapat dikembangkan sebagai bahan
eksipien dalam sediaan farmasi yaitu pati
dari Biji Alpukat. Biji buah alpukat saat ini
hanya dibuang sebagai limbah yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Padahal di dalam biji alpukat mengandung
zat pati yang cukup tinggi, yakni sekitar
23%. Hal ini memungkinkan biji alpukat
sebagai alternatif sumber pati.
Pemanfaatan biji buah alpukat yang diolah
menjadi pati, selain bermanfaat
mengurangi pencemaran lingkungan, juga
dapat menciptakan peluang usaha baru.
Beberapa orang sudah memanfaatkan biji
alpukat menjadi berbagai hasil olahan
yang mempunyai nilai jual tinggi, antara
lain : dodol, kerupuk, snack, biskuit dan
sebagainya (Winarti dan Purnomo, 2006).
Biji alpukat tergolong besar,
terdiri dari dua keping (cotyledon), dan
dilapisi oleh kulit biji yang tipis melekat.
Biji tersusun oleh jaringan parenchyma
yang mengandung sel-sel minyak dan butir
tepung sebagai bahan cadangan makanan
(Kalie, 1997). Menurut hasil analisis
Winarti dan Purnomo, (2006) biji alpukat
memiliki kandungan pati diantaranya
amilosa 43,3% dan amilopektin 37.7%.
Bertitik tolak dari hal diatas,
peneliti mencoba untuk meneliti mutu fisik
tablet Paracetamol dengan menggunakan
pati Biji Alpukat sebagai bahan pengikat
secara granulasi basah. Adapun
Parasetamol dipilih sebagai bahan aktif
dalam peneltian ini karena mempunyai
kompresibilitas yang kurang baik,
sehingga untuk dapat dicetak
membutuhkan bahan pengikat yang sesuai.
Metode yang digunakan dalam formulasi
tablet Paracetamol yaitu metode granulasi
basah, karena merupakan metode
pembuatan yang terluas digunakan dalam
memproduksi tablet kompressi, selain itu
hampir semua jenis zat khasiat dapat
diproses secara granulasi basah, terutama
untuk bahan yang tidak mudah terurai oleh
air dan tahan terhadap pemanasan.
Penggunaan pati Biji Alpukat
sebagai bahan pengikat tablet Paracetamol
pada kadar tertentu diharapkan akan
memperbaiki mutu fisik tablet yang
dihasilkan, sekaligus dapat memanfaatkan
pati produksi sendiri yang mudah didapat.
Berdasarkan hal tersebut akan
dilakukan penelitian mengenai pengaruh
penggunaan pati Biji Alpukat sebagai
bahan pengikat pada tablet Paracetamol.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah : Bagaimana pengaruh
penggunaan pati biji alpukat sebagai bahan
pengikat terhadap mutu fisik tablet
paracetamol?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh
penambahan pati biji alpukat sebagai
bahan pengikat ( binder ) dalam
pembuatan tablet paracetamol dengan
metode granulasi basah.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bahan pengikat
dalam pembuatan tablet.
2. Sebagai informasi tentang sumber pati
alternatif yang dapat digunakan dalam
bidang farmasi. 3. Sebagai acuan dan atau referensi
penelitian-penelitian berikutnya
tentang manfaat dari biji alpukat.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat - alat yang digunakan :
Gelas kimia, Batang pengaduk,
Gelas ukur 100ml, Sarung tangan,
lemari pengering, Ayakan, mesin
pencetak tablet ( Single Punch Tablet
Press), Corong, Kertas, Penggaris,
Piknometer 25ml, Stop watch, Klem
penyangga, Timbangan analitik,
Jangka sorong, Hardness tester,
Friability tester (Charles Ischi AG,
Pharma Pruftechnik), Desintegrator
tester.
2. Bahan-bahan yang digunakan :
Pati biji alpukat (Persea
gratissima Gaertn), Aqua destillata,
Paracetamol, Lactosum, Talk,
Magnesium stearat, Avicel pH-102.
B. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimen
laboratorium yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan pati biji
alpukat sebagai bahan pengikat terhadap
mutu fisik tablet paracetamol dengan
variasi konsentrasi 20%, 30%, dan 35%.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di
Laboratorium Teknologi Farmasetika,
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Makassar pada
bulan Juni-Juli 2014.
D. Populasi dan Sampel
Populasi yaitu Buah Alpukat yang
masak berwarna hijau dengan sampel yang
digunakan yaitu Biji Alpukat, yang
diperoleh dari penjual jus buah yang
berada di Makassar dan diolah dengan
metode sederhana sehingga diperoleh pati
dari Biji Alpukat tersebut.
E. Formulasi Tablet Paracetamol
Tabel 2. Rancangan formulasi tablet
Masing-masing Formulasi Tablet 1 (konsentrasi pati biji alpukat 20%), Formulasi Tablet
2 (konsentrasi pati biji alpukat 30%), Formulasi Tablet 3 (konsentrasi pati biji alpukat 35%),
dan Formulasi Tablet 4 sebagai pembanding dengan penambahan Avicel (konsentrasi pati biji
alpukat 35%) dibuat sebanyak 100 tablet dengan bobot tablet @350mg. Adapun pemilihan
bobot tablet @350mg dikarenakan ketersediaan alat tabletasi yang hanya berada pada bobot
tersebut.
F. Prosedur Kerja
1. Penyiapan Pati Biji Alpukat
Adapun prosedur kerjanya yaitu;
dipisahkan biji Alpukat dari daging
buah lalu dicuci bersih, setelah itu
dipotong kecil – kecil dan
dihaluskan/digiling menggunakan
blender kemudian dimasukkan
kedalam kain flanel lalu diperas. Air
hasil perasan di endapkan, kemudian
dilakukan proses pemisahan lalu
dikeringkan di oven pada suhu 40 –
500C selama 8 jam, lalu diayak.
2. Pembuatan mucilago (larutan pasta
pati) biji alpukat :
Konsentrasi 20% dibuat dengan
menimbang 20g pati biji alpukat
dengan penambahan air 40ml diaduk
hingga homogen (campuran 1), sisa
60ml air dididihkan kemudian
dimasukkan campuran pertama sambil
diaduk hingga membentuk cairan
kental, setelah itu mucilago
didinginkan dan dicukupkan beratnya
hingga 100g. Dengan cara yang sama
dibuat mucilago pati biji alpukat
konsentrasi 30%, 35% dan 35%
sebagai pembanding dengan
penambahan avicel.
NO Nama bahan Kegunaan F1 F2 F3 F4
(Pembanding)
1. Paracetamol Zat aktif 250 250 250 250
2. Pati biji Alpukat Pengikat 20% 30% 35% 35%
3. Avicel pH-102 Penghancur dalam - - - 5%
4. Avicel pH-102 Penghancur luar - - - 5%
5. Mg. stearate Pelicin 1% 1% 1% 1%
6. Talk Pelincir 1% 1% 1% 1%
7. Laktosum ad Pengisi 100% 100% 100% 100%
3. Pembuatan tablet
a. Granulasi basah
Ditimbang Parasetamol dan
laktosum untuk masing-masing
formulasi (F1, F2, F3) gerus
hingga homogen lalu diayak.
Setelah itu, campuran dibasahi
dengan mucilago biji alpukat
dengan konsentrasi yang berbeda
pada setiap formulasi hingga
diperoleh massa yang dapat
dikempal, kemudian digranulasi
dengan ayakan mesh dan dihitung
berat granul dalam keadaan basah,
lalu granul dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40o -
60oC selama 8 jam. Setelah kering,
granul diayak kembali
menggunakan mesh 16 dan
dihitung berat granul kering.
Dengan cara yang sama dibuat F4
( pembanding ) dengan
penambahan avicel sebagai
penghancur dalam.
b. Granulasi kering Granul yang telah kering
dicampur kembali dengan pelicin
dan pelincir (F1, F2, F3) dan
dengan pelicin, pelincir dan avicel
sebagai penghancur luar (F4)
diaduk sampai homogen, lalu
dilakukan pengujian granul. Massa
kemudian siap dikempa
(ditabletasi) menggunakan punch
yang sesuai dengan bobot yang
diinginkan.
G. Pengujian Mutu Tablet
1. Uji Kesergaman Ukuran
Dilakukan dengan mengukur
diameter dan ketebalan tablet
menggunakan jangka sorong. Syarat :
diameter tablet tidak boleh kurang
11/3 tebal tablet dan tidak boleh lebih
dari 3 x tebal tablet.
2. Uji Keseragaman Bobot
Tablet tidak bersalut harus
memenuhi persyaratan keseragaman
bobot dengan cara ditimbang 20
tablet, hitung bobot rata-ratanya lalu
timbang satu-persatu dari 20 tablet
tadi. Syarat : tidak boleh lebih dari 2
tablet yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata dari kolom A dan
tidak ada satupun tablet yang
menyimpang bobotnya dari bobot
kolom B.
Tabel 3. Persyaratan keseragaman
bobot
Bobot rata-
rata
Penyimpangan bobot
rata-rata dalam %
A B
25 mg atau
kurang 15% 30%
26 mg
sampai
dengan 150
mg
10% 20%
151 mg
sampai
dengan 300
mg
7.5% 15%
Lebih dari
300 5% 10%
1. Uji Keregasan
Ditimbang 20 tablet yang akan
diuji lalu dihitung beratnya (berat
awal). Kemudian dimasukkan ke
dalam alat friability tester, dijalankan
selama 4 menit dengan kecepatan
25rpm. Setelah 4 menit, tablet
dikeluarkan dan dibersihkan dari debu
dan partikel tablet yang lepas lalu
dihitung beratnya.
Tablet dinyatakan memenuhi
syarat jika penyimpangannya tidak
lebih dari 1% (Voight, 1994).
2. Uji kekerasan
Dipilih 6 tablet yang akan diuji,
kemudian dimasukkan kedalam alat
pengukur kekerasan. Menurut
Lachman 1994, persyaratan kekerasan
berkisar 4 - 8 kg/cm3, bobot tersebut
dianggap sebagai batas minimum
untuk menghasilkan tablet yang
memuaskan.
3. Uji waktu hancur
Diambil masing-masing 6 tablet
Paracetamol dari beberapa macam
formula. Kemudian dimasukkan 1
tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, dan alat dijalankan pada
frekuensi yang tetap yaitu 30 kali
permenit, digunakan air sebagai media
sebanyak 700 ml, bersuhu antara 360
dan 380C. Kemudian dilakukan
pengamatan. Semua tablet harus
hancur sempurna selama 15 menit,
tablet dinyatakan hancur jika tidak ada
bagian tablet yang tertinggal diatas
kasa, Diulangi perlakuan tersebut
untuk Formulasi lainnya. Jika tablet
tidak memenuhi syarat ini, diulangi
pengujian menggunakan tablet satu
persatu, kemudian diulangi lagi
menggunakan 5 tablet dengan cakram
penuntun, dengan pengujian ini tablet
harus memenuhi syarat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian Tablet
Paracetamol menggunakan bahan pengikat
pati biji Alpukat, maka diperoleh data
sebagai berikut :
1. Data Uji Keseragaman Ukuran Tablet Paracetamol Sebanyak 20 Tablet
Tabel 4. Data uji keseragaman ukuran
Tablet Diameter (cm) Ketebalan (cm)
F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4
1 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
2 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
3 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.8 0.8
4 1.1 1.1 1.1 1.1 0.8 0.6 0.4 0.8
5 1.1 1.1 1.1 1.1 0.8 0.8 0.4 0.8
6 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
7 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
8 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
9 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
10 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
11 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
12 1.1 1.1 1.1 1.1 0.8 0.8 0.4 0.8
13 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.4 0.8
14 1.1 1.1 1.1 1.1 0.8 0.8 0.8 0.8
15 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.8 0.8
16 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.8 0.8
17 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.8 0.8
18 1.1 1.1 1.1 1.1 0.4 0.8 0.8 0.8
19 1.1 1.1 1.1 1.1 0.8 0.8 0.8 0.8
20 1.1 1.1 1.1 1.1 0.8 0.8 0.8 0.8
Persyar
atan Memenuhi
2. Data Uji Keseragaman Bobot Tablet Paracetamol Sebanyak 20 Tablet
Tabel 5. Data uji keseragaman bobot
Tablet Bobot tiap-tiap tablet (g) Penyimpangan bobot rata-rata (g)
F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4
1 0.278 0.265 0.288 0.292 2.96% 0.00% 0.35% 0.34%
2 0.284 0.263 0.294 0.291 5.19% 0.75% 1.73% 0.00%
3 0.276 0.268 0.291 0.294 2.22% 1.13% 0.69% 1.03%
4 0.272 0.266 0.284 0.289 0.74% 0.38% 1.73% 0.69%
5 0.252 0.264 0.296 0.295 6.67% 0.38% 2.42% 1.37%
6 0.273 0.267 0.288 0.293 1.11% 0.75% 0.35% 0.69%
7 0.278 0.257 0.291 0.295 2.96% 3.02% 0.69% 1.37%
8 0.253 0.272 0.294 0.292 6.30% 2.64% 1.73% 0.34%
9 0.266 0.263 0.293 0.291 1.48% 0.75% 1.38% 0.00%
10 0.276 0.250 0.292 0.293 2.22% 5.66% 1.04% 0.69%
11 0.269 0.270 0.287 0.288 0.37% 1.89% 0.69% 1.03%
12 0.273 0.258 0.290 0.296 1.11% 2.64% 0.35% 1.72%
13 0.288 0.264 0.291 0.290 6.67% 0.38% 0.69% 0.34%
14 0.277 0.265 0.284 0.287 2.59% 0.00% 1.73% 1.37%
15 0.272 0.269 0.295 0.294 0.74% 1.51% 2.08% 1.03%
16 0.276 0.262 0.274 0.285 2.22% 1.13% 5.19% 2.06%
17 0.269 0.257 0.284 0.287 0.37% 3.02% 1.73% 1.37%
18 0.253 0.262 0.290 0.290 6.30% 1.13% 0.35% 0.34%
19 0.270 0.267 0.290 0.292 0.00% 0.75% 0.35% 0.34%
20 0.252 0.265 0.284 0.294 6.67% 0.00% 1.73% 1.03%
Rata-rata 0.269 0.263 0.289 0.291
Standar
deviasi 0.01057 0.005283 0.005296 0.003113
3. Data Uji Keregasan Tablet Paracetamol Sebanyak 20 Tablet
Tabel 6. Data uji keregasan
Pengukuran
Keregasan Tablet (%)
F1
(gram)
F2
(gram)
F3
(gram)
F4,
pembanding
(gram)
Berat awal
5.344 5.232 5.804 5.881
Berat akhir Tablet
hancur 3.877 4.585 5.852
%
Keregasan
Tablet
hancur 25.8 21 0.49
Syarat <1% Tidak
memenuhi
Tidak
memenuhi
Tidak
memenuhi Memenuhi
4. Data Uji Kekerasan Tablet Paracetamol Sebanyak 6 Tablet
Tabel 7. Data uji kekerasan
Pengukuran
Uji Kekerasan
F1 F2 F3 F4
(pembanding)
1 3 3 4 6
2 3 4 5 5.5
3 3 3.5 5 5
4 2.5 3 5.5 5
5 3.5 3 4 5
6 4 3.5 5 4,5
Rata - rata 3.16 3.33 4.75 5.16
Persyaratan 4 – 8 kg Tidak
memenuhi
Tidak
memenuhi Memenuhi Memenuhi
5. Data Uji Waktu Hancur Tablet Paracetamol Sebanyak 6 Tablet
Tabel 8. Data uji waktu hancur
Pengukuran
Uji Waktu Hancur (menit)
F1 F2 F3 F4
(pembanding)
1 21.43 05.42 01.00 00.35.48
2 22.12 07.31 01.02 00.38.81
3 >25 08.55 01.21 00.45.95
4 >25 10.12 01.28 00.50.48
5 >25 10.25 02.01 00.51.24
6 >25 11.33 03.19 00.52.95
Rata-rata >25 8.83 1.61 00.45.81
Syarat ≤ 15
menit
Tidak
memenuhi memenuhi Memenuhi Memenuhi
Keterangan :
F1 : Tablet Paracetamol dengan Bahan Pengikat Konsentrasi 20%
F2 : Tablet Paracetamol dengan Bahan Pengikat Konsentrasi 30%
F3 : Tablet Paracetamol dengan Bahan Pengikat Konsentrasi 35%
F4 : Tablet Paracetamol dengan Bahan Pengikat Konsentrasi 35%
sebagai pembanding dengan penambahan avicel.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah tablet Parasetamol, yang
dibuat sebanyak 100 tablet dengan bobot
tablet @350mg kemudian dicetak dengan
variasi bahan pengikat F1 20%, F2 30%,
F3 35% dan F4 35% sebagai pembanding
(dengan penambahan avicel)
menggunakan pati biji Alpukat sebagai
pengikat dengan metode granulasi basah.
Setelah itu dilakukan pengujian
diantaranya uji mutu fisik tablet yaitu uji
keseragaman ukuran, uji keseragaman
bobot, uji keregasan, uji kekerasan dan uji
waktu hancur. Adapun sebelum tabletasi
juga dilakukan pengujian granul meliputi
uji kadar air, uji daya alir, uji Bj
sebenarnya, Bj nyata dan uji porositas. Hal
ini dilakukan karena pengujian tersebut
merupakan salah satu parameter kualitas
tablet.
Data hasil uji keseragaman
ukuran dan keseragaman bobot
menunjukkan semua formulasi telah
memenuhi persyaratan, dimana pada uji
keseragaman ukuran diameter tablet tidak
kurang 11/3 tebal tablet dan tidak lebih dari
3 x tebal tablet, dan untuk uji keseragaman
bobot tidak lebih dari 2 tablet yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
dari kolom A dan tidak ada satupun tablet
yang menyimpang bobotnya dari bobot
kolom B.
Data hasil uji keregasan,
diperoleh F2 25.8%, F3 21%, dan F4
0.49%. Data pada konsentrasi F2 dan F3
menunjukkan bahwa formulasi tersebut
belum berhasil dalam mengikat tablet,
karena tablet dinyatakan memenuhi syarat
jika kehilangan bobot tidak lebih dari 1%
(Voight, 1994). Adapun juga pada
konsentrasi F1 tidak memenuhi
persyaratan uji keregasan tablet karena
pada saat pengujian, tablet mengalami
splitting yaitu lepasnya lapisan tipis dari
permukaan tablet terutama pada bagian
tengah dan capping yaitu melepasnya
tablet pada bagian atas. Tidak berhasilnya
formulasi tersebut dikarenakan konsentrasi
pengikat dalam pati biji Alpukat belum
mampu mengikat tablet dengan baik.
Adapun hasil berbeda ditunjukkan pada
konsentrasi F4 sebagai pembanding
dengan penambahan Avicel yaitu 0.49%
dan formulasi tersebut dinyatakan berhasil
karena bobotnya tidak lebih dari 1%.
Berhasilnya formulasi tersebut
dikarenakan adanya bantuan Avicel dalam
mengikat tablet. Avicel sendiri memiliki
fungsi sebagai pengikat, penghancur
sekaligus pengisi.
Data hasil uji kekerasan
diperoleh konsentrasi F1 3.16kg, F2
3.33kg, F3 4.75kg, dan F4 5.16kg.
Adapun persyaratan kekerasan tablet
adalah 4-8kg/cm2 (Lachman, 1994). Hasil
uji kekerasan pada konsentrasi F1 dan F2
tidak memenuhi persyaratan karena
memiliki bobot di bawah 4kg/cm2.
Sedangkan pada konsentrasi F3 dan F4
dapat memenuhi persyaratan kekerasan
suatu tablet. Adapun pada konsentrasi F4
sebagai pembanding dengan penambahan
avicel menunjukkan hasil yang lebih baik
dari konsentrasi F3, hal ini dikarenakan
adanya pengaruh penambahan Avicel.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kekerasan tablet adalah tekanan kompressi
dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan
ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang
diberikan saat penabletan akan
meningkatkan kekerasan tablet.
Data hasil uji waktu hancur
diperoleh formulasi konsentrasi F2
8.83menit, F3 1.61menit, dan F4
0.45menit. Hasil data tersebut
menunjukkan bahwa pada konsentrasi F2
dan F3 pati biji Alpukat telah memenuhi
persyaratan waktu hancur yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia yaitu dimana
waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan tablet tidak lebih dari 15
menit, sedangkan pada konsentrasi F4
sebagai pembanding memiliki waktu
hancur yang lebih cepat, hal ini
dikarenakan adanya penambahan Avicel
yang juga berfungsi sebagai penghancur.
Adapun hasil data pada konsentrasi F1
belum memenuhi persyaratan waktu
hancur.
Adapun perbedaan hasil pada
setiap pengujian sebagai berikut ; pada
konsentrasi F2 telah memenuhi
persyaratan uji waktu hancur dan tidak
memenuhi persyaratan uji keregasan dan
kekerasan, hal ini dikarenakan tablet
tergolong rapuh sehingga pada saat
terkena air tablet dapat larut dan tidak
memerlukan waktu yang lama. Hasil
pada konsentrasi F3 telah memenuhi
persyaratan uji kekerasan dan waktu
hancur namun tidak memenuhi pada uji
keregasan, hal ini dikarenakan kandungan
amilosa biji Alpukat pada konsentrasi ini
belum mampu mengikat tablet dengan
baik. Adapun kekerasannya memenuhi
persyaratan dikarenakan besarnya tekanan
yang diberikan pada saat penabletan, dan
pada uji waktu hancur memiliki waktu
yang cepat dikarenakan adanya pengaruh
amilopektin sebagai penghancur. Adapun
hasil pada semua konsentrasi (F1, F2, F3)
belum memenuhi persyaratan disebabkan
pada pati masih mengandung senyawa
lainnya seperti amilopektin dan
sebagainya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa kandungan Amilosa
pati biji Alpukat pada konsentrasi F1, F2,
dan F3 belum memenuhi persyaratan uji
mutu fisik suatu tablet.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, demi
mengoptimalkan hasil yang akan diperoleh
dalam pembuatan tablet disarankan untuk
menarik senyawa murni dari biji Alpukat
seperti Amilosa sebagai pengikat dan
Amilopektin sebagai penghancur.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C, 1989, Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi, Edisi keempat,
Universitas Indonesia Press,
Jakarta, 263, 264, 266, 269
Alache, J.M., Hermann,Guyot, A.M.,
1982, Biofarmasi, Edisi II,
Terjemahan Galenica 2
Biopharmacie oleh Widji
Soerati, 1993, Airlangga
University Press, Surabaya, 301,
303
Connors,K.A., Amidon, G.L., Stella, V.J.,
1986, Stabilitas Kimiawi Sediaan
Farmasi, Edisi II, Jakarta, Jhon
willey and Sons, 200-201.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia ,1995, Farmakope
Indonesia, Edisi IV. Direktorat
Jenderal POM., Jakarta. 488-489,
515-516, 649, 771-772.
Gad, S.C., 2008, Pharmaceutical
Manufacturing Handbook
Production and Processes, John
Wiley & Sons, Italy, 984-985,
986.
Gaud, R.S., Yadav, A.V., Yeole, P.G.,
Gokhale, S.B., 2008,
Pharmaceutics, Thenth Edition,
CRC Press, Nirali Prakashan,
256-257, 411
Gibson, G.G., Skett,P., 2006, Pengantar
Metabolisme Obat, Penerjemah:
Iis Aisyah, Penerbit EGC, Jakarta,
295-296.
Harmita, A.A.Kd., Hayun, Harahap,Y.,
2008,Buku Ajar Kimia
Medisinal, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 20-21.
http://id.wikipedia.org/wiki/Apokat
Kurniawan, D.W., Sulaiman, T.N.S., 2009.
Teknologi Farmasi, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 21-22.
Lachman, L., H.A.Lieberman,1994, Teori
dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi II, Terjemahan The Theory
and Practise of Industrial
Pharmacy oleh S Suyatmi,
University Indonesia Press,
Jakarta, 653, 655-656, 686-687,
697, 702.
Mahato, R.I, Narang, A.S., 2011,
Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery, CRC Press
Pharmacy Education Series,
France, 726,810
Parrot, E.L., 1971, Experimental
Pharmaceutical Technology,
Burgers publishing company, 60
Remington, P.J., 2005, Remington The
Science and Practice of
Pharmacy, 21 st Edition,
Lippincot Wiliams & Wilkins,
University of the Sciences in
Philadelphia, United States of
America, 215, 210
Rowe, C. R., Sheskey, J.Paul., Quinn,
E.M., 2009, Handbook
Pharmaceutical Excipients,
Sixth Edition, Pharmaceutical
Press and American Pharmacist
Association, Italy, 119-120, 365-
366, 404-405, 687-689, 729.
Syamsuni, Syarief, R.Winny, 2005,
Farmasetika Dasar & Hitungan
Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta, 78-79
Universitas Gadjah Mada Program
Pascasarjana, 2000, Sains
Kesehatan Berkala, Universitas
Gadja Mada, Yogyakarta.
Voight,R., 1994. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi, Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta, 199-201
Widjajanti, V.N., 2009, Obat-obatan,
Kanisius, Yogyakarta.