issn 0853 - 8204 w a r t aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  ·...

32
AKAR MANIS (Glycyrrhiza glabra) TANAMAN OBAT EKSPEKTORAN BERNILAI EKONOMI Akar manis atau Licoric (Ameri- ka) atau Liquorice (Inggris) ada- lah simplisia yang dihasilkan dari akar Glycyrrhiza glabra dan Glycyrrhiza inflata, dalam peng- obatan tradisional digunakan untuk ekspektoran dan peng- obatan tukak lambung, hepatitis C, penyakit paru-paru, serta kulit. Hasil penelitian menunjukkan Asam Glycyrrhizic (GA) dapat menghambat aktivitas virus HIV1, virus hepatitis, avian infectious bronchitis virus (IBV) dan efektif menghambat replikasi dari dua isolat virus korona terkait SARS (FFM-1 dan FFM-2) dalam sel Vero. Nilai perdagangan dunia ekstrak tanaman ini pada tahun 2019 mencapai US $ 170.137 juta, dengan negara eksportir utama Turkmenistan, Iran, Perancis, Uni Emirat Arab dan Cina. Industri farmasi di Indonesia mengimpor ekstrak akar manis dari beberapa negara produsen dengan nilai mencapai US$ 2,74 juta. Akar ma- nis merupakan bahan obat yang sebagian besar ditambang dari alam, pasokan dalam perdagang- an global berfluktuasi dan cen- derung berkurang. Sebagai salah satu negara importir, Indonesia perlu mengantisipasi dengan pemenuhan dari dalam negeri karena selain untuk memenuhi industri, tanaman ini prospek- tif untuk pengobatan penyakit pernafasan yang saat ini sedang menjadi pandemi. kar manis atau Licoric (Amerika) atau Liquorice (Inggris) adalah simplisia + A Volume 26, Nomor 2 Agustus 2020 W A R T A BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TERBIT TIGA KALI SETAHUN ISSN 0853 - 8204 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Sumber : https://wartakota.tribunnews.com/2015/01/10/tanaman-akar-manis-ternyata-bisa-sembuhkan-diabetes Gambar 1. a) Tanaman akar manis b) daun, batang, c) bunga, d) irisan batang akar manis (disebut akar manis), e) akar manis dihaluskan dan seduhan akar manis. a b c d e

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

AKAR MANIS (Glycyrrhiza glabra) TANAMAN OBAT EKSPEKTORAN BERNILAI EKONOMI

Akar manis atau Licoric (Ameri-ka) atau Liquorice (Inggris) ada-lah simplisia yang dihasilkan dari akar Glycyrrhiza glabra dan Glycyrrhiza inflata, dalam peng-obatan tradisional digunakan

untuk ekspektoran dan peng-obatan tukak lambung, hepatitis C, penyakit paru-paru, serta kulit. Hasil penelitian menunjukkan Asam Glycyrrhizic (GA) dapat menghambat aktivitas virus HIV1,

virus hepatitis, avian infectious bronchitis virus (IBV) dan efektif menghambat replikasi dari dua isolat virus korona terkait SARS (FFM-1 dan FFM-2) dalam sel Vero. Nilai perdagangan dunia ekstrak tanaman ini pada tahun 2019 mencapai US $ 170.137 juta, dengan negara eksportir utama Turkmenistan, Iran, Perancis, Uni Emirat Arab dan Cina. Industri farmasi di Indonesia mengimpor ekstrak akar manis dari beberapa negara produsen dengan nilai mencapai US$ 2,74 juta. Akar ma-nis merupakan bahan obat yang sebagian besar ditambang dari alam, pasokan dalam perdagang-an global berfluktuasi dan cen-derung berkurang. Sebagai salah satu negara importir, Indonesia perlu mengantisipasi dengan pemenuhan dari dalam negeri karena selain untuk memenuhi industri, tanaman ini prospek- tif untuk pengobatan penyakit pernafasan yang saat ini sedang menjadi pandemi.

kar manis atau Licoric

(Amerika) atau Liquorice

(Inggris) adalah simplisia

+

A

Volume 26, Nomor 2 Agustus 2020

W A R T A

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

TERBIT TIGA KALI SETAHUN

ISSN 0853 - 8204

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN INDUSTRI

Sumber : https://wartakota.tribunnews.com/2015/01/10/tanaman-akar-manis-ternyata-bisa-sembuhkan-diabetes

Gambar 1. a) Tanaman akar manis b) daun, batang, c) bunga, d) irisan batang akar manis (disebut akar manis), e) akar manis dihaluskan dan seduhan akar manis.

a

b

c d

e

Page 2: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 2

yang dihasilkan dari akar Gly-

cyrrhiza glabra dan Glycyrrhiza

inflata, merupakan tanaman sejenis

polong-polongan berasal dari Eropa

Selatan dan beberapa bagian wilayah

Asia. G. glabra ditemukan di

Spanyol, Italia, Turki, Irak, Iran,

Asia Tengah dan bagian barat laut

Cina. Nama liquorice berasal dari

bahasa Yunani kuno "Glykos rhiza,"

yang artinya “akar manis”. Akar

manis merupakan tanaman tahunan

dari famili Fabaceae, karena per-

kembangan akarnya yang dapat me-

ngurangi produksi tanaman utama,

maka akar manis digolongkan

sebagai gulma pada pertanaman

gandum, kapas, kentang, bit dan

pakan ternak. Berdasarkan daerah

penyebarannya terdapat beberapa

varietas akar manis yaitu G. glabra

var. Typica (Licorice Spanyol) dan

G. glabra var. Glandulifera (Li-

corice Rusia), G. uralensis di-

temukan di Asia Tengah, Mongolia

dan Cina, sedangkan G. inflata

ditemukan di daerah Otonomi

Xinjiang Uygur Cina. Menariknya,

semua 3 spesies Glycyrrhiza, yaitu

G. glabra, G. uralensis dan G.

inflata, ditemukan di Xinjiang, Cina

(Yamamoto dan Tani 2006).

Akar Glycyrrhiza berwarna co-

kelat, panjang dan silindris dan

harus berumur 3 sampai 4 tahun

sebelum dapat dipanen dan di-

keringkan untuk ekstraksi. Ekstrak

akar manis diperdagangkan sebagai

pasta, blok atau bubuk kering

semprot. Asam Glycyrrhizic (GA)

atau Glycyrrhizin sebagai kompo-

nen utama akar manis, merupakan

saponin triterpenoid yang diklaim

30 - 50 kali lebih manis dari sukrosa

dan digunakan dalam industri far-

masi, makanan dan tembakau. In-

dustri tembakau merupakan peng-

guna utama ekstrak akar manis.

Industri kembang gula diperkirakan

menjadi pengguna terbesar kedua,

disusul industri farmasi.

Akar manis memiliki sifat far-

makologis yang bermanfaat seperti

antiinflamasi, antivirus, antimikroba,

antioksidan, antikanker dan imuno-

modulator. Akar manis yang dikenal

sebagai kayu legi juga digunakan

sebagai obat tradisional terutama

untuk pengobatan tukak lambung,

hepatitis C dan penyakit paru-paru

dan kulit. Rimpang dan akar ke-

ring akar manis telah digunakan se-

bagai ekspektoran dan karminatif

oleh orang Mesir, Cina, Yunani,

India dan peradaban Romawi, juga

digunakan sebagai opthalmia, anti

sifilis dan antidisentri, gangguan

pencernaan, tenggorokan kering,

abses bengkak dan bertindak sebagai

diuretik (Usmanghani, 1997). Di

Jepang, GA telah digunakan se-

lama lebih dari 40 tahun untuk

pengobatan penyakit hati, khususnya

untuk mengobati hepatitis kronis (Li,

2014).

Tahun 2019, nilai perdagangan

dunia ekstrak tanaman ini mencapai

US$ 170.137 juta, dengan negara

eksportir utama Turkmenistan, Iran,

Perancis, Uni Emirat Arab dan Cina.

Industri farmasi di Indonesia me-

ngimport ekstrak akar manis dari

beberapa negara produsen dengan

nilai mencapai US$ 2,74 juta. Pada

tahun 2017 Indonesia pernah meng-

ekspor simplisia akar manis ke Iran,

Turki, Belanda dan Jerman.

Deskripsi Tanaman

Akar manis (G. glabra) termasuk

famili Fabaceae, berupa tanaman

tahunan berbentuk terna dan dapat

tumbuh tinggi sampai satu meter

dengan daun yang tumbuh seperti

sayap (pinnate) yang panjangnya 7

sampai 15 cm, dengan jumlah daun

9-17 helai dalam satu cabang. Bunga

akar manis tersusun secara in-

florescens (berkelompok dalam satu

cabang), warnanya berkisar dari

keunguan sampai putih kebiru-

biruan serta berukuran panjang 0,8 -

1,2 cm. Buah akar manis berpolong

dan berbentuk panjang 2 - 3 cm, dan

mengandung biji. Akar manis

tumbuh dengan baik di tanah yang

dalam, subur, cukup air dan dalam

Warta Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri me-muat pokok-pokok kegiatan serta hasil penelitian dan pengem-bangan tanaman perkebunan.

PELINDUNG : Kapuslitbang Perkebunan

SYAFARUDDIN

PENANGGUNG JAWAB :

TEDY DIRHAMSYAH

A. DEWAN REDAKSI Ketua Merangkap Anggota

ENDANG HADIPOENTYANTI

Anggota :

DONO WAHYUNO DYAH MANOHARA

E. RINI PRIBADI OCTIVIA TRISILAWATI IWA MARA TRISAWA

HERNANI

B. REDAKSI PELAKSANA

SUDARSONO ELFIANSYAH DAMANIK

YANA SURYANA

Alamat Redaksi dan Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan.

Jln. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111 Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194

Sumber Dana :

DIPA 2O20 Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Perkebunan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

DAFTAR ISI

Informasi Komoditas

Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat

ekspektoran bernilai ekonomi .......................... 1

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya

meningkatkan kesejahteraan petani sawit ........ 5

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dam-

paknya terhadap perubahan pola iklim di

IP2TP Sukamulya ............................................ 9

Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji

(Cinnamomum burmanii) asal Jambi ............... 16

Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan

lahan dan konservasi air pada kawasan kemiri

sunan (Reutealis trisperma) ............................ 20

Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan

pendapatan petani karet ................................... 24

Mengenal pala hutan Aceh Selatan .................. 27

Budidaya kopi Liberika ӟsahatani berkelanjut-

an dan ramah lingkungan” di tanah lahan

gambut ............................................................. 30

Berita

Menteri Pertanian launching gerakan di-

versifikasi pangan secara nasional ................... 32

Pedoman bagi penulis ...................................... 32

Page 3: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

3 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

iklim yang penuh cahaya mata-

hari. Biasanya dipanen pada musim

gugur 2 atau 3 tahun setelah pe-

nanaman. Zat yang terkandung di

dalamnya adalah glycyrrhizin, Spe-

sies G. uralensis adalah jenis akar

manis yang paling banyak mengan-

dung zat ini. Spesies lainnya yang

berasal dari Amerika Utara ada-

lah G. lepidopta dan G. uralensis

tumbuh di daerah Cina biasa di-

gunakan sebagai bahan baku obat-

obatan.

Kandungan Kimia

Akar manis mengandung ber-

bagai komponen kimia yaitu gula,

flavonoid, sterol, asam amino, resin,

pati, minyak atsiri dan saponin.

Saponin utama mengandung asam

glycyrrhizic atau glycyrrhizin (C42

H62 O16), terbanyak terdapat pada

akar mencapai 6% - 20% berat

kering. Asam amino yang terdapat

pada akar manis adalah asam-2-beta-

glycyrrhizic, asam glukuronat, asam

glycyrrhetinic (enoxolone), tannic

asam, asparagin, resin, minyak atsiri.

Flavonoid seperti liquiritigenin,

liquiritin, isoliquiritigenin, isoli-

quiritin dan senyawa kumarin, se-

perti herniarin dan umbelliferone.

Flavonoid paling terkenal yang di-

temukan oleh Organisasi Standar-

disasi Internasional di akar manis

adalah senyawa glabridin, gliserin

flavon, glabren, glabryl, formono-

netin, isoliquiritigenin. Daun akar

manis mengandung rotine dan

isoquercetin dan juga dihydro-

stilbenes sebagai antioksidan.

Kandungan senyawa organik

pada akar manis berupa asam gli-

siretinat yang berkhasiat sebagai

ekspektoran dengan cara mengu-

rangi kekentalan mukus untuk me-

mudahkan pengeluaran dahak (Biz-

zet, 1994), serta merupakan peng-

hambat enzim 11β-hydroxysteroid

dehydrogenase (11β-OHSD) type

2 yang berfungsi mengubah hor-

mon kortisol menjadi hormon korti-

son. Konsumsi berlebihan dapat

menimbulkan simtoma diuresis

dan lebih lanjut menyebabkan

tekanan darah tinggi. Senyawa

bioaktif dari tanaman akar manis

yang berperan sebagai senyawa

antibakteri adalah adalah n-

Hexadecanoic acid yang merupakan

golongan asam lemak dan 4H-Pyran

4-one 2,3 dihydro-3,5-dihydroxy-6

methyl dari golongan flavonoid.

Pemanfaatan Akar Manis Sebagai

Ekspektoran dan Aktivitas Ga

sebagai Antivirus Serta Gang-

guan Pernafasan

Akar manis atau bahasa dae-

rahnya kayu legi bukan merupakan

tanaman obat yang tidak asing bagi

pengobatan masyarakat di Indonesia,

dalam pengobatan tradisonal di-

gunakan sebagai ekspektoran (pe-

luruh dahak). Dalam industri obat,

akar manis merupakan komponen

utama obat batuk hitam (OBH) dan

permen pelega tenggorokan (Fornas,

1978). Sebagai obat batuk dire-

komendasikan dengan dosis 1 x 10

gram akar/hari (Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No-

mor HK.01.07/MENKES/187/2017).

Hasil penelitian menunjukkan GA

dapat menghambat aktivitas virus

HIV1, virus hepatitis dan avian

infectious bronchitis virus (IBV)

pada manusia (Li et al. 2009). Pada

tahun 2003, dilaporkan bahwa GA

secara efektif menghambat replikasi

dari dua isolat virus korona terkait

SARS (FFM-1 dan FFM-2) dalam

sel Vero. Modifikasi struktur GA,

khususnya dengan memodifikasi

turunan amida dan konjugat asam

amino dapat meningkat aktivitas

melawan SARS-CoV dan mengu-

rangi peningkatan sitotoksisitas

(Hoever et al. 2005). GA juga ber-

guna untuk mengobati infeksi per-

napasan dan sindrom gangguan per-

nafasan akut (Jia et al. 2015; Li et

al. 2018; Yao et al. 2019). GA juga

dapat mengurangi cedera paru akut

(Kong et al. 2019).

Nilai Ekonomi Akar Manis

Akar manis diperdagangkan da-

lam bentuk terna, simplisia dan

ekstrak. Dengan berkembangnya in-

dustri obat dan penggunaannya,

beberapa sumber melaporkan bahwa

permintaan akar manis selalu me-

ningkat akan tetapi data spesifik

perdagangan dari masing-masing

jenis produk akar manis sulit untuk

diperoleh. Delapan puluh persen

Tabel 1. Ekspor ekstrak akar manis dunia tahun 2015 sampai 2019

Negara eksportir

Ekspor tahun 2019 Tahun 2015 - 2019 Laju

nilai

ekspor

2018-

2019

(%)

Pangsa

pasar

(%) Nilai (US$

juta)

Volume

(ton)

Harga

satuan

(US$/

ton)

Laju nilai

ekspor (%)

Laju

volume

ekspor

(%)

Dunia 170.137 0 -5 2 -18 100 Perancis 27.559 3.333 8.269 15 14 -2 16,2 Uzbekistan 25.906 5.828 4.445 37 15,2 Iran 18.018 3.562 5.058 -3 4 -19 10,6 Jerman 17.507 2.613 6.700 -6 -5 0 10,3 Cina 16.534 2.591 6.381 -8 -4 -21 9,7 Turkmenistan 13.614 2.882 4.724 3 17 5 8 Amerika 13.078 986 13.264 -21 -22 -31 7,7 Uni Emirat Arab 10.693 1.750 6.110 2 20 -46 6,3 Belanda 9.578 1.170 8.186 14 8 13 5,6 Israel 5.232 0 -24 -51 3,1 Jepang 3.765 31 121.452 -6 -8 -20 2,2 Tajikistan 1.243 114 10.904 -10 -2 1 0,7 Azerbaijan 1.156 163 7.092 -17 1 9 0,7 Itali 1.132 153 7.399 33 60 19 0,7 Denmark 880 54 16.296 8 4 -23 0,5 Korea Selatan 608 6 101.333 3 15 3 0,4 Inggris 586 67 8.746 12 17 129 0,3 Rusia 549 77 7.130 192 109 85 0,3 Kazakhstan 525 89 5.899 100 112 -28 0,3 Negara Lainnya 1.974 257

Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics.

Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi

Page 4: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 4

akar manis yang diperdagangkan

diperoleh dari penambangan ta-

naman liar. Karena peningkatan

permintaan, beberapa negara di

Eropa seperti Perancis, Itali dan

Spanyol mencoba untuk membudi-

dayakannya, akan tetapi harga jual

yang mereka peroleh tidak dapat

bersaing dengan akar manis yang

ditambang dari alam.

Pada tahun 2019 nilai per-

dagangan akar manis mencapai

US$ 170.137 juta. Diperkirakan se-

pertiga perdagangan akar manis

dunia dalam bentuk esktrak dan dua-

pertiga dalam bentuk terna dan

simplisia. Eksportir utama ekstrak

akar manis adalah Perancis, Uzbe-

kistan, Iran, Jerman dan Cina.

Antara tahun 2015 sampai 2019 laju

volume ekspor akar manis di pasar

dunia meningkat dengan laju

2%/tahun, akan tetapi laju nilai

ekspornya turun sebesar 5%/tahun.

Negara-negara eksportir dengan laju

peningkatan nilai ekspor positif

seperti Perancis dan Turmekistan,

maka laju volume ekspornya juga

meningkat. Negara-negara maju

seperti Amerika, Jepang dan Korea

Selatan memperoleh harga jual

esktrak yang lebih mahal dari negara

lain, mungkin karena produk yang

mereka hasilkan lebih tinggi

mutunya (Tabel 1.)

Transparency Market Research

memperkirakan antara tahun 2017

sampai 2025 laju pertumbuhan

permintaan akar manis pasar global

sebesar 4% per tahun. Uni Eropa

menyumbang sekitar seperempat

dari kebutuhan pasar global. Pro-

duksi pemanis MAG (Mono Ammo-

nium Glycyrrhizinate) dari akar

manis adalah pendorong utama di

balik pertumbuhan pasar (https://

www. cbi.eu/market-information/na-

tural-food-additives/liquorice). Saat

ini meskipun produksi MAG kecil,

penggunaan MAG sebagai peng-

ganti pada produk pemanis stevia

memiliki banyak potensi untuk

berkembang.

Di Eropa permintaan akar manis

terus meningkat dan diperkirakan

akan terjadi kelangkaan pasokan ke

pasar Eropa karena Cina, yang

dulunya adalah pengekspor akar dan

ekstrak, menjadi pengimpor. Hal

tersebut tidak hanya disebabkan oleh

peningkatan permintaan, tetapi juga

oleh berkurangnya pasokan di Cina.

Kebanyakan akar akar manis di-

panen secara liar (ditambang) dan

karena permintaan yang besar maka

sumber daya yang ada menjadi

langka. Sebagai perbandingan, pada

tahun 1990-an Cina mengekspor

8.000 - 10.000 ton akar manis (baik

akar maupun ekstrak), sedangkan

ekspor turun menjadi sekitar 3.500

ton pada tahun 2006 dengan impor

meningkat menjadi lebih dari 4.000

ton. Perkembangan ini memenga-

ruhi ketersediaan ekstrak akar manis

untuk digunakan di Eropa.

Indonesia adalah salah satu ne-

gara importir ekstrak akar manis,

dengan volume 2% dari total im-

por ekstrak akar manis dunia. Pada

tahun 2019, impor akar manis In-

donesia senilai US$ 2,74 juta de-

ngan volume sebanyak 227 ton.

Tabel 2. Impor ekstrak akar manis dunia tahun 2015 sampai 2019

Negara Importir

Impor tahun 2019

Laju impor

2015 - 2019 (%) Laju

nilai

impor

2018-

2019 (%)

Pangsa

terhadap

impor

dunia

(%)

Perkir

aan

tarif

masu

k (%)

Nilai

(US$

1.000)

Volume

(ton)

Harga/

satuan

(US$/

ton)

Nilai Volume

Dunia 138.010 20.464 6.744 -3 1 -16 100

Jerman 27.016 4.296 6.289 -5 -3 -6 19,6 0,8

Cina 24.518 4.943 4.960 3 9 34 17,8 5,8

Belanda 15.084 2.024 7.453 14 18 -3 10,9 0,8

Amerika 13.442 1.679 8.006 -6 -1 -50 9,7 1,5

Perancis 11.899 1.935 6.149 5 9 -39 8,6 0,8

Jepang 5.338 408 13.083 -2 9 18 3,9 0

Inggris 2.987 415 7.198 3 3 15 2,2 0,8

Finlandia 2.861 435 6.577 -2 -3 -16 2,1 0,8

Indonesia 2.735 227 12.048 -2 -4 -8 2 4,7

Itali 2.734 704 3.884 -3 10 1 2 0,8

Uni Emirat Arab 2.680 509 5.265 79 332 1,9 4,5

Rusia 2.574 166 15.506 -8 -12 -15 1,9 3,2

Polandia 1.949 213 9.150 -20 -11 -32 1,4 0,8

Turki 1.935 182 10.632 -3 -2 -48 1,4 1,7

Austria 1.687 216 7.810 66 63 39 1,2 0,8

Kanada 1.409 229 6.153 6 7 -3 1 0

Slovakia 1.235 208 5.938 -4 -6 -9 0,9 0,8

Thailand 1.161 82 14.159 -5 -11 -28 0,8 3,7

Singapura 1.125 126 8.929 4 10 -43 0,8 0

Negara Lainnya 13.637 1.467

Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics

Tabel 3. Impor ekstrak akar manis Indonesia tahun 2015 sampai 2019

Negara

Eksportir

Impor tahun 2019

Laju impor

2015 - 2019 (%) Laju

nilai

impor

2018-

2019

(%)

Rata-rata

tarif yang

ditetapkan

oleh

Indonesia

(%)

Nilai

(US$

1.000)

Pangsa

terhadap

impor

Indonesia

(%)

Volume

(ton)

Harga/s

atuan

(US$/

ton)

Nilai Volume

Dunia 2.735 100,00 227 12.048 -2 -4 -8

Cina 1.641 60,00 169 9.710 10 7 -19 0

Jepang 478 17,50 1 478.000 65 17 0

Jerman 298 10,90 45 6.622 -10 -8 -22 5

Amerika 271 9,90 9 30.111 -35 -39 125 5

Iran 21 0,80 2 10.500 16 15 -1 5

Perancis 11 0,40 0 30 618 5

Malaysia 7 0,30 0 321 0

Belanda 5 0,20 0 24 5

Swiss 3 0,10 0 -2 1 5

Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics

Penulisan Cina Cina

Page 5: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

5 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

Harga beli satuan akar manis yang

diimpor ke Indonesia cukup mahal

dibandingkan dengan negara Im-

portir lainnya (Tabel 2).

Antara tahun 2015 sampai 2019,

Indonesia mengimpor ekstrak akar

manis antara lain dari Cina, Jepang,

Jerman, Amerika dan Iran. Cina dan

Iran adalah wilayah yang meng-

hasilkan akar manis, sedangkan

Jepang, Jerman dan Amerika bukan

penghasil herba akar manis, mereka

adalah negara importir akar manis

dan mengolahnya menjadi ekstrak

yang bernilai jual tinggi.

Glycyrrhizin adalah obat resep

yang digunakan dalam pengobatan

penyakit hati dan alergi di Jepang,

diproduksi sebagai sediaan injeksi

dan dalam bentuk tablet dan telah

tersedia di pasar Jepang selama lebih

dari 60 tahun tahun. Obat tersebut

juga diekspor ke Cina, Korea, Tai-

wan, Indonesia, India dan Mongolia

dimana prevalensi virus hepatitis B

dan C relatif tinggi (http://www.mi-

nophagen. co .jp/en/index.html),

mungkin karena diperdagangkan

dalam bentuk siap pakai maka pro-

duk akar amanis yang dimpor In-

donesia dari Jepang harga satuannya

paling mahal dibandingkan harga

jual ekstrak akar manis dari negara

lainnya (Tabel 3).

Ekstrak akar manis Cina paling

dihargai oleh industri farmasi,

karena mengandung persentase

Asam Glycyrrhizic tertinggi. Cina

terutama menanam G. inflata dan G.

uralensis. Ekstrak akar manis

memiliki profil rasa yang unik dan

sulit untuk diganti. Oleh karena itu,

produsen makanan terus membeli

ekstrak akar manis bahkan ketika

harga sedang tinggi. Dilain pihak

akar manis bisa menjadi langka

dan mahal jika dipanen secara

berlebihan, selain itu ekstraksi akar

manis membutuhkan investasi yang

signifikan. Kelangkaan di pasar

ekstrak akar manis memberikan

peluang bagi pemasok baru

Kelangkaan pasokan akar manis

dari beberapa negara importir ke

Indonesia perlu diantisipasi dengan

pemenuhan dari dalam negeri.

Indonesia pernah melakukan ekspor

simplisia akar manis ke Iran, Turki,

Belanda dan Jerman dengan volume

ekspor 1.116 kg sampai 26.170 kg

simplisia (BPS, 2017 dan 2019),

akan tetapi wilayah produksinya

tidak diketahui pasti. Dengan

demikian, peluang pengembangan

akar manis di Indonesia sangat

memungkinkan untuk dilakukan.

Selain untuk memasok Industri yang

selama ini telah menggunakan,

dengan adanya Pandemi Covid-19

akar manis diharapkan dapat

dikembangan lebih lanjut membantu

mengatasi pengobatan masalah

pernafasan karena akar manis telah

teruji sebagai ekspektorant dan

antivirus.

Penutup

Akar manis merupakan tanaman

obat sudah digunakan dalam sistem

kesehatan formal dan Kemenkes

telah merekomendasikan sebagai

obat batuk. Kelangkaan pasokan

akar manis dari beberapa negara

importir ke Indonesia perlu di-

antisipasi dengan pemenuhan dari

dalam negeri. Selain untuk mema-

sok industri yang selama ini telah

menggunakannya, dengan adanya

Pandemi Covid-19 akar manis di-

harapkan dapat dikembangan lebih

lanjut untuk membantu pengobatan

pernafasan karena akar manis telah

teruji sebagai ekspektoran dan anti

virus.

KEPEMILIKAN SERTIFIKAT ISPO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI SAWIT

Kelapa sawit di Indonesia paling

banyak diusahakan oleh pekebun

rakyat dan diprediksi tahun 2030

presentase kepemilikannya bisa

mencapai 60%. Pembangunan ke-

lapa sawit ke depan diharapkan

berkelanjutan, khususnya dalam

dimensi ekonomi, sosial dan ling-

kungan. Pembangunan kelapa

sawit berkelanjutan ditingkat

pengusaha direpresentasikan dari

kepemilikan ISPO. Sementara da-

lam pelaksanannya masih ada

pengusaha yang belum mendapat-

kannya, terutama di tingkat pe-

kebun rakyat. Untuk mengatasi-

nya Pemerintah memfasilitasi

dengan mengeluarkan PP No 44

tahun 2020.

erkebunan sawit awalnya

dimiliki oleh pemerintah dan

swasta pada tahun 1970

dengan luasan masing-masing se-

besar 86.640 ha dan 46.658 ha.

Sementara kebun sawit rakyat mulai

terdata tahun 1979 dengan luasan

3.125 ha. Pada tahun 2019 kebun

P

Ekwasita Rini Pribadi, Balittro

Page 6: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 6

sawit milik rakyat berkembang

menjadi 5.958.502 ha (40,60%) dan

swasta bertambah menjadi 8.085.134

ha (55,09%). Sementara perkebun-

an sawit milik negara pada tahun

yang sama luasannya hanya se-

besar 633.924 ha (4,32%) (Statis-

tik Perkebunan. 2019). Dengan per-

kembangan yang sangat cepat ini,

tidaklah heran jika industri kelapa

sawit Indonesia menjadi topik yang

menarik perhatian masyarakat dunia

(Purba, 2017).

Perkebunan sawit akan semakin

berkembang, terutama pada per-

kebunan kelapa sawit milik rakyat.

Perkiraan PASPI (2017) tahun 2030

pangsa perkebunan kelapa sawit

rakyat diproyeksikan meningkat

menjadi 60 persen dari total luas

perkebunan kelapa sawit nasional.

Oleh karena itu masa depan per-

kebunan kelapa sawit Indonesia

terletak pada perkebunan sawit

rakyat. Namun demikian, per-

kebunan kelapa sawit kecil masih

menghadapi dua tantangan utama,

yaitu (a) bagaimana meningkatkan

produktivitas dan (b) pengelolaan

perkebunan kelapa sawit yang

berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan

(Sustainable Development Goals)

terdapat dalam platform pem-

bangunan global 2015-2030 yang

ditetapkan oleh masyarakat dunia

melalui United Nations pada tahun

2015. Pembangunan berkelanjutan

memiliki tiga dimensi yakni ke-

berlanjutan secara ekonomi (eco-

nomic sustainability), sosial (social

sustainability) dan lingkungan (en-

vironment sustainability). Ketiga

dimensi tersebut memiliki proporsi

yang seimbang dalam menyumbang

kualitas sustainability. World Bank

(2013) mengungkapkan bahwa ke-

berlanjutan tidak cukup hanya ber-

tumbuh "hijau" (green growth) tetapi

juga haruslah bersifat menyeluruh

Tim Riset PASPI (2017) menge-

mukakan inklusifitas ekonomi dari

kebun sawit selain kontribusinya

dalam devisa juga tercermin dari

peranan/kontribusinya dalam: pem-

bangunan kawasan pedesaan, men-

ciptakan pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi baru di kawasan pedesaan

dan dampak multiplier ekonomi

perkebunan sawit. Demikian juga

inklusifitas sosial kebun sawit

tercermin dari: penyerapan tenaga

kerja pedesaan, mengurangi ke-

miskinan. Sedangkan inklusifitas

ekologi kebun sawit antara lain

ditunjukan oleh peranannya sebagai

“paru-parunya” ekosistem yang me-

nyerap dan mengurangi karbon-

dioksida serta menghasilkan oksi-

gen ke atmosfer bumi. Dengan in-

klusifitas ekonomi, sosial dan eko-

logis perkebunan sawit maka man-

faat ekonomi, sosial dan ekologi

kebun sawit tidak hanya dinikmati

oleh mereka yang terlibat langsung

dalam kegiatan kebun sawit tetapi

juga dinikmati oleh masyarakat

umum yang tidak terlibat secara

langsung dengan kebun sawit.

Keragaan Kelapa Sawit Indonesia

Perkebunan kelapa sawit ter-

masuk industri padat karya dan

produknya banyak memberikan

manfaat bagi masyarakat. Oleh

karena itu keberlangsungan perke-

bunan sawit akan memengaruhi: (i)

kesejahteraan masyarakat yang ter-

libat langsung dalam industri sawit,

dan (ii) masyarakat sebagai kon-

sumen yang menikmati produk

berbahan baku kelapa sawit. Per-

kembangan masyarakat yang terlibat

langsung dalam industri sawit baik

sebagai petani maupun sebagai

tenaga kerja dalam tiga tahun ter-

akhir (2017-2019) mengalami pe-

ningkatan. Petani yang mengusaha-

kan tanaman sawit meningkat dari

Tabel 1. Perkembangan jumlah petani dan jumlah tenaga kerja 2017-2019

Pulau

Tahun

2017 2018 2019

Petani

(KK)

Tenaga

kerja (org)

Petani

(KK)

Tenaga

kerja (org)

Petani

(KK)

Tenaga

kerja (org)

Sumatera 1.987.271 2.104.738 2.025.036 2.149.119 2.068.676 2.210.613

Jawa 7.199 14.421 7.602 14.413 7.870 14.568

Bali + Nusa Tenggara 0 0 0 0 0 0

Kalimantan 459.870 2.006.458 470.558 2.039.721 486.514 2.072.695

Sulawesi 98.309 144.936 99.465 149.046 101.631 154.751

Maluku + Papua 65.478 70.304 71.149 69.927 76.506 74.122

Indonesia 2.618.127 4.340.848 2.673.810 4.422.226 2.740.747 4.526.713

Sumber: Statistik Perkebunan

Tabel 2. Keragaan kelapa sawit Indonesia

Tahun

Luas areal

(juta ha)

Produksi CPO

(ton)

Produktivitas

CPO

(ton/ha)

Vol ekspor CPO dan

produk turunannya

(000 Ton)

2015 11.260 31.069 3.15 32.543

2016 11.201 31.731 3.23 28.493

2017 14.049 37.965 3.17 33.519

2018 14.326 42.884 3.37 34.597

2019 14.724 45.861 3.44 35.593

Trend 7,41 10,42 2,27 2,82

Sumber: Statistik Perkebunan

Page 7: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

7 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

2.618 127 KK pada tahun 2017

menjadi 2.740.747 KK pada tahun

2019. Jumlah tenaga kerja yang

ikut dalam kegiatan budidaya sawit

meningkat dari 4.340.848 orang

pada tahun 2017 menjadi 4.526.713

orang pada tahun 2019 (Tabel 1).

Tanaman sawit tidak diusahakan

di Pulau Bali dan Nusa Tenggara.

Sebaliknya pulau Sumatera me-

rupakan pulau yang paling banyak

petani dan tenaga kerja yang terlibat

dalam perkebunan sawit. Hal ini bisa

terjadi karena 56% tanaman sawit

berada di Pulau Sumatera. Kali-

mantan termasuk pulau kedua ter-

besar luas lahan sawitnya (38%),

tetapi dari perbandingan jumlah

petani lebih sedikit sedangkan

tenaga kerjanya lebih besar di-

bandingkan pulau Sumatera. Hal ini

bisa diartikan kepemilikan kebun

sawit di Pulau Kalimantan lebih

banyak diusahakan oleh pengusaha

atau non petani.

Perkembangan kelapa sawit

dalam lima tahun terakhir cukup

mengembirakan. Hal ini direpresen-

tasikan dari perkembangan luas

areal, produksi dan volume ekspor

mengalami peningkatan. Dalam ku-

run waktu 2015 sampai 2019 pro-

duksi CPO mengalami kenaikan

rata-rata 10,42% pertahun (Tabel 2).

Kenaikan produksi CPO disebabkan

bertambahnya luas areal tanaman

sawit rata-rata 7,41% pertahun dan

meningkatnya produktivitas kelapa

sawit rakyat sebesar 2,27% pertahun.

Meningkatnya produksi CPO ber-

dampak pada meningkatnya volume

ekspor CPO dan produk turunannya

sebesar 2,82% pertahun.

Meskipun produktivitas CPO

mengalami kenaikan, tetapi masih

jauh dari segi potensi produksi yang

bisa menghasilkan 5 sampai 6 ton

CPO/ha. Selain masalah rendahnya

produktivitas, menurut Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan masalah lain yang ada di

industri kelapa sawit adalah: (i)

belum ada satu data dan satu peta

yang menjadi acuan bersama, (ii)

terindikasi 3 juta ha lahan sawit

berada dalam kawasan hutan, (iii)

masih ada kebun sawit yang belum

mempunyai legalitas, (iv) perlu di-

tingkatkan lagi harmonisasi antara

perkebunan besar, swasta dan rakyat,

(v) belum sesuai pembangunan per-

kebunan dengan prinsip berkelanjut-

an (sustainable), (vi) tuntutan dari

negara konsumen khususnya dari

Uni Eropah dan (vii) potensi sum-

berdaya untuk energi terbarukan

belum maksimal.

Indonesian Sustainable Palm Oil

(ISPO)

Pembangunan perkebunan kelapa

sawit berkelanjutan menjadi issue

penting untuk dilaksanakan, pe-

merintah telah mengeluarkan Ins-

truksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2019 tentang Ren-

cana Aksi Nasional Perkebunan

Kelapa Sawit Berkelanjutan tahun

2019-2024. Dalam pelaksanaan In-

pres tersebut melibatkan beberapa

institusi, khusus untuk rencana aksi

di Kementerian Pertanian adalah:

1. Melakukan penguatan data

dasar perkebunan kelapa sawit

berkoordinasi dengan Menteri

Lingkungan Hidup dan Ke-

hutanan, Menteri Agraria dan

Tata Ruang/Kepala Badan In-

formasi dan Geospasial seseuai

dengan kewenangan.

2. Meningkatkan sosialisasi ten-

tang regulasi dan kebijakan

terkait usaha perkebunan kelapa

sawit berkelanjutan bagi pe-

kebun dan pemangku kepen-

tingan lainnya.

3. Meningkatkan kepatuhan hu-

kum pelaku usaha dalam usaha

perkebunan kelapa sawit secara

koordinatif.

4. Meningkatkan kapasitas dan

kapabilitas pekebun dalam

menggunakan benih bersertifi-

kat dan menerapkan praktik

budidaya yang baik (Good

Agricultural Practices).

5. Meningkatkan akses pendana-

an peremajaan tanaman bagi

pekebun.

6. Mendorong percepatan pem-

bentukan dan penguatan ke-

lembagaan pekebun.

7. Meningkatkan penyuluhan per-

tanian di kawasan sentra pro-

duksi kelapa sawit.

8. Melaksanakan pencegahan ke-

bakaran kebun dan lahan yang

berkoordinasi dengan kemen-

terian/lembaga daerah serta

instansi lain terkait.

9. Melaksanakan penurunan emisi

gas rumah kaca di kebun dan

lahan.

10. Mendorong pemanfaatan lim-

bah kelapa sawit untuk me-

ningkatkan rantai nilai ekonomi

11. Mendorong percepatan realisasi

kewajiban perusahaan dalam

memfasilitasi pembangunan ke-

bun kelapa sawit berkelanjutan

bagi masyarakat

12. Melakukan sosialisasi Serti-

fikasi Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (Indo-

nesia Sustainable Palm Oil/

ISPO) untuk pemangku ke-

pentingan nasional dan me-

lakukan percepatan pelaksanaan

Sertifikasi Perkebunan Kelapa

Sawit Berkelanjutan Indonesia

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

Page 8: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 8

(Indonesia Sustainable Palm

Oil/ISPO) untuk perusahaan

dan pekebun.

Inpres Rencana Aksi Nasional

Perkebunan Kelapa Sawit Ber-

kelanjutan kemudian diteruskan

pemerintah dengan mengeluarkan

Peraturan Presiden No. 44 Tahun

2020 tentang Sistem Sertifikasi

Perkebunan Kelapa Sawit Ber-

kelanjutan. Perpres ini bertuju-

an untuk meningkatkan pangsa pasar

dan daya saing produk kelapa sawit

Indonesia, serta mengurangi emisi

gas rumah kaca sehingga menjadi-

kannya bagian dari kebijakan iklim

Indonesia. Sertifikasi ISPO adalah

rangkaian kegiatan penilaian ke-

sesuaian terhadap Usaha Perkebunan

Kelapa Sawit yang berkaitan dengan

pemberian jaminan tertulis bahwa

produk dan/atau tata kelola Per-

kebunan Kelapa Sawit telah me-

menuhi prinsip dan kriteria ISPO.

Dalam Perpres tersebut sertifikat

ISPO dikeluarkan oleh Lembaga

Sertifikasi sehingga proses serti-

fikasi ISPO kini dapat menjadi lebih

independen. Pengajuan Sertifikasi

ISPO wajib dilakukan oleh pelaku

usaha perkebunan mulai dari pelaku

budidaya, pengolahan hasil atau

gabungan antara budidaya dan

pengolahan hasil kelapa sawit.

Pengajuan sertifikasi oleh petani bisa

dilakukan secara perorangan atau

berkelompok. Dalam pengajuan ter-

sebut petani harus melampirkan

dokumen tanda daftar usaha per-

kebunan dan hak atas tanah.

Kewajiban, Persyaratan dan

Penilaian Sertifikat ISPO

Dalam Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2020 tentang Sistem Ser-

tifikasi Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan disebutkan bahwa

usaha perkebunan sawit wajib me-

miliki sertifikat ISPO. Usaha per-

kebunan sawit yang sudah memiliki

sertifikat ISPO menandakan bahwa

usaha perkebunan kelapa sawit

tersebut sudah memiliki produk dan

tata kelola perkebunan kelapa sawit

yang telah memenuhi prinsip dan

kriteria ISPO yang layak secara

ekonomi, sosial budaya dan ramah

lingkungan.

Pengajuan sertifikat ISPO dapat

dilakukan secara perorangan atau

berkelompok. Persyaratan atau do-

kumen yang diperlukan bagi yang

mengajukan secara perorangan ada-

lah: (i) tanda daftar usaha perke-

bunan dan (ii) hak atas tanah. Doku-

men yang diperlukan untuk peng-

ajuan secara berkelompok adalah: (i)

izin usaha perkebunan, (ii) hak atas

tanah, (iii) iizn lingkungan dan (iv)

penetapan penilaian usaha per-

kebunan dari pemberi izin usaha

perkebunan.

Permohonan Sertifikasi ISPO di-

sampaikan oleh pelaku usaha kepada

Lembaga Sertifikasi ISPO. Lembaga

Sertifikasi ISPO melakukan Serti-

fikasi ISPO dengan menilai peme-

nuhan prinsip yang meliputi: i.

kepatuhan terhadap peraturan perun-

dang-undangan; ii. penerapan prak-

tik perkebunan yang baik; iii. Pe-

ngelolaan lingkungan hidup, sumber

daya alam dan keanekaragaman

hayati; iv. tanggung jawab ketenaga

kerjaan; v. tanggung jawab sosial

dan pemberdayaan ekonomi ma-

syarakat; vi. penerapan transparansi;

dan vii. peningkatan usaha secara

berkelanjutan.

Dampak Kepemilikan Sertifikat

Ispo Terhadap Kesejahteraan

Petani Sawit

Petani kelapa sawit yang me-

miliki sertifikat ISPO, tentunya

sudah menerapkan 7 prinsip yang

ada dalam sertifikat ISPO. Pene-

rapan prinsip tersebut bisa ber-

dampak pada peningkatan kesejah-

teraan,yang direpresentasikan dari:

(i) meningkatnya produksi dan pro-

duktivitas TBS karena petani mem-

buka lahan, menggunakan benih

unggul bersertifikat, mengendalikan

hama terpadu, menggunakan pesti-

sida, aplikasi pupuk dan manajemen

panen serta pasca panen dilakukan

berdasarkan rekomendasi budidaya,

(ii) jaminan rantai pasok TBS dari

petani yang sudah ISPO ke PKS

yang sudah ISPO, sebagai salah satu

persyaratan ekspor serta mening-

katkan daya saing kelapa sawit

Indonesia di pasar internasional, (iii)

memudahkan petani sawit memin-

jam modal usaha ke pihak per-

bankan, karena lahan sawitnya sudah

bersertifikat.

Penutup

Masalah lingkungan menjadi

salah satu persyaratan yang di-

perlukan dalam mengekspor CPO ke

luar negeri. Untuk mengatasinya

pemerintah sudah menerbitkan

Inpres no 6 tahun 2019 dan Perpres

no 44 tahun 2020. Kedua peraturan

tersebut berisikan tentang Indone-

sian Sustainable Palm Oil (ISPO)

yang layak ekonomi, layak sosial

budaya dan ramah lingkungan.

Sertifikat ISPO diwajibkan bagi

pelaku usaha baik secara perorang-

an maupun perusahaan atas tanah.

Page 9: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

9 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

Sementara ditingkat petani hak atas

tanah ini masih menjadi persoalan.

Oleh karena itu perlu dukungan dari

pemerintah untuk membantu petani

dalam memperoleh hak atas tanah

tersebut. Selain meningkatkan pro-

duktivitas yang mengacu pada

budidaya sawit berdasarkan panduan

GAP, Sertifikasi lahan dalam

mendapatkan sertifikat ISPO juga

menjadi sebuah keniscayaan dalam

mensejahterakan petani sawit.

ANALISIS CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

DI IP2TP SUKAMULYA

Instalasi Penelitian dan Pengem-

bangan Teknologi Pertanian (IP2-

TP) Sukamulya mempunyai tipe

iklim A menurut Schmidt-Fergu-

son dan B2 menurut Odeman.

Analisis data selama 20 tahun dari

tahun 2000 sampai 2019 ini di-

dapat rata-rata curah hujan 2.733

mm/tahun dan hari hujan 131

hh/tahun, jumlah bulan basah 6

bulan dan jumlah bulan kering 3

bulan. Berdasarkan hasil analisis

terjadi perubahan tipe iklim

menurut Schmidt-Ferguson yang

semula A berubah menjadi B dan

menurut Oldeman dari B2 ber-

ubah menjadi C2. Perubahan tipe

iklim ini tentunya mempunyai

dampak tersendiri bagi mandat

kebun untuk melaksanakan pe-

nelitian, konservasi plasma nutfah

dan produksi khususnya tanaman

rempah, obat dan atsiri dataran

rendah. Beberapa tanaman man-

dat seperti tanaman lada (Piper

nigrum L.) dan tanaman vanili

(Vanilla planifolia Andrews) ma-

suk dalam kategori Sesuai sedang-

kan tanaman Pala (Myristica fra-

grans Houtt) masuk dalam kate-

gori Amat Sesuai untuk dibudi-

dayakan di IP2TP Sukamulya.

ecara geografis Instalasi Pe-

nelitian dan Pengkajian Tek-

nologi Pertanian (IP2TP)

Sukamulya terletak di kampung

Kebon Jeruk Desa Sukamulya, Ke-

camatan Cikembar Kabupaten Suka-

bumi, Provinsi Jawa Barat. Luas la-

han 48,56 ha, berada pada ketinggi-

an 350 meter dari permukaan laut

(m dpl), jenis tanah Latosol Merah

Kecokelatan dan topografi datar

hingga berlereng, dengan tipe iklim

A menurut Schmidt-Ferguson dan

B2 menurut Oldeman (Pasril Wahid,

1987). Pada awal didirikan kebun

ini merupakan kebun karet milik PT.

Eisai Indonesia, pada tahun 1982

ditukar dengan tanah milik Kemen-

terian Pertanian seluas 3 ha yang

berada di daerah Cibinong Bogor

yang selanjutnya dikelola oleh

Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Industri (Puslibangtri) dan

dijadikan kebun tempat pelaksanaan

penelitian tanaman rempah dan obat

di bawah pengelolaan Balai Pene-

litian Tanaman Rempah dan Obat

(Balittro) Bogor. Pada tahun 2006

kebun ini mengalami perubahan

dimana pada saat itu pengelolaannya

dibawah Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Aneka Tanaman In-

dustri (Balittri) Pakuwon Sukabumi.

Namun seiiring berjalannya waktu

dan berbagai kebijakan dari Badan

Penelitian dan Pengembangan Per-

tanian, pada tahun 2012 kebun ini

kembali dikelola di bawah naungan

Balai Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat Bogor. Sejak dibukanya

kebun tahun 1982 yang kemudian

mendapat sertifikat hak guna pakai

No. 1 dan 2/UP/BPN/1988 dari Ke-

pala Badan Pertanahan Nasional

tanggal 6 Desember 1988. Kebera-

daan IP2TP Sukamulya milik pe-

merintah ini cukup membantu ba-

nyak pihak dalam memberikan infor-

masi inovasi baru dibidang per-

tanian, khususnya tanaman rempah,

obat dan atsiri dataran rendah.

Analisis data curah hujan dan

hari hujan diperlukan oleh IP2TP

Sukamulya untuk menunjang dan

meningkatkan fungsinya sebagai

tempat penelitian, konservasi plas-

ma nutfah dan produksi khususnya

tanaman rempah, obat dan atisiri da-

taran rendah serta untuk mendu-

kung perencanaan dan pengem-

bangan fisik di bidang pertanian.

Analisis data curah hujan dan hari

hujan diperlukan untuk mengetahui

jeluknya (rainfall), jujuh hujan

(rainfall duration) dan kelebatan

hujan (rainfall intensity). Sifat-sifat

hujan tersebut penting diketahui

karena berperan atas terjadinya

limpasan air (run off), erosi dan S

Valeriana, PSEKP

Page 10: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 10

dapat menentukan dan berpengaruh

pada kejadian alam dan lain-lainnya.

Pendataan hujan dan unsur iklim

lainnya sering diperlukan untuk

menunjang penelitian yang ber-

kenaan dengan alam.

Klasifikasi Zona Iklim

Unsur iklim yang memengaruhi

pertumbuhan tanaman adalah hujan,

suhu, angin, kelembapan dan sinar

matahari. Curah hujan adalah jumlah

air yang jatuh di permukaan tanah

datar selama periode tertentu yang

diukur dengan satuan tinggi (mm) di

atas permukaan horizontal bila tidak

terjadi evaporasi, run off dan in-

filtrasi. Hujan merupakan komponen

utama daur air dan sumber air utama

suatu wilayah. Curah hujan yang

kecil akan mengakibatkan kese-

imbangan air di suatu wilayah me-

ngalami defisit yang cukup besar,

terutama di wilayah tropis yang laju

evaporasinya cukup besar. Variabel

hujan (presipitasi) yaitu: curahan

(tebal), lama (durasi) dan intensitas

hujan merupakan variabel atau faktor

penting dalam pengendalian air

limpasan permukaan dan rekayasa

konservasi tanah dan air (Mawardi,

2012).

Untuk daerah tropis seperti In-

donesia, hujan merupakan faktor

pembatas penting dalam pertum-

buhan dan produksi tanaman per-

tanian. Selain hujan, unsur iklim

yang memengaruhi pertumbuhan

tanaman adalah suhu, angin, ke-

lembapan dan sinar matahari. Setiap

tanaman pasti memerlukan air dalam

siklus hidupnya, sedangkan hujan

merupakan sumber air utama bagi

tanaman. Namun demikian karena

Indonesia meliputi kawasan yang

sangat luas, maka pola hujan yang

jatuh di wilayah Indonesia sangat

beragam, dipengaruhi oleh kondisi

topografi dan geografi wilayah

masing-masing (Munawara, 2015).

Menurut Lukman dan Cipta (2015)

perubahan iklim berdasarkan sistem

klasifikasi agroklimat bisa terjadi

pada satu dekade (10 tahun), contoh

pada IP2TP Cicurug yang tadinya

menurut Oldeman masuk kategori

tipe iklimnya A berubah menjadi B2.

Perubahan kondisi iklim di muka

bumi disebabkan rotasi dan revolusi

bumi serta adanya perbedaan garis

lintang dari setiap region di dunia

(Hartono, 2007). Ada beberapa

macam tipe iklim, yang akan dibahas

di sini adalah dua tipe iklim yang

berhubungan dengan perubahan

iklim di IP2TP Sukamulya yaitu :

1. Iklim Schmidt-Ferguson

Khusus untuk keperluan di

bidang pertanian dan perkebunan,

Schmidt-Ferguson membuat peng-

golongan iklim khusus daerah tropis.

Dasar pengklafisian iklim ini adalah

jumlah curah hujan yang jatuh setiap

setiap bulan sehingga diketahui rata-

rata bulan basah, lembap dan kering

(Utoyo, 2009). Bulan kering adalah

bulan-bulan yang memiliki curah

hujan kurang dari 60 mm. Bulan

lembap adalah bulan-bulan yang

memiliki curah hujan antara 60 - 100

mm. Bulan basah adalah bulan-

bulan yang memiliki curah hujan

lebih dari 100 mm (Utoyo, 2007).

Klasifikasi Schmidt-Ferguson se-

ring disebut Q model, didasarkan

atas indeks nilai Q (Pakpahan, et al.,

2009) dimana :

Rata-Rata Bulan Kering Q = ------------------------------ x 100%

Rata-Rata Bulan Basah

Bulan basah jika curah hujan > 100 mm

Bulan kering jika curah hujan < 60 mm

Bulan lembap jika curah hujan 60-100 mm

Schmidt-Ferguson membagi

Iklim Indonesia menjadi 8 tipe,

sebagaimana tertera pada Tabel

berikut ini:

Nama

Iklim Kategori Iklim Nilai Q (%)

A Sangat basah 0-≤14,3

B Basah ≥14,3 - ≤33,3

C Agak basah ≥33,3 - ≤60

D Sedang ≥60 - ≤100

E Agak kering ≥100 - ≤167

F Kering ≥167 - ≤300

G Sangat kering ≥300 - ≤700

H Luar biasa kering ≥700

Zona A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan

Zona B1 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering

Zona B2 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering

Zona C1 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering

Zona C2 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering

Zona C3 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering

Zona D1 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering

Zona D2 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering

Zona D3 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering

Zona D4 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan Kering

Zona E1 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering

Zona E2 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering

Zona E3 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering

Zona E4 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering

Page 11: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.

11 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

2. Iklim Oldeman

Tipe iklim yang dikembangkan

oleh Oldeman ditunjukkan untuk

keperluan budidaya tanaman atau

pertanian. Dasar klasifikasi iklim

yang digunakan Oldeman sama

dengan yang digunakan oleh

Schmidt-Ferguson yaitu hanya yang

didasarkan pada curah hujan.

Berdasarkan data curah hujan,

Oldeman membagi wilayah iklim

menjadi lima bagian, yaitu sebagai

berikut :

Iklim A : Jika terdapat lebih dari

9 bulan basah berturut-

turut

Iklim B : Jika terdapat 7 - 9 bulan

basah berurutan

Iklim C : Jika terdapat 5 - 6 bulan

basah berurutan

Iklim D : Jika terdapat 3 - 4 bulan

basah berurutan

Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3

bulan basah berurutan

Batasan bulan basah yang di-

gunakan Oldeman berbeda dengan

Schmidt-Ferguson, yaitu suatu bulan

yang memiliki curah hujan sekurang

kurangnya 200 mm, jumlah tersebut

cukup untuk membudidayakan padi

sawah, sedangkan palawija diper-

lukan jumlah curah hujan minimal

perbulannya 100 mm. Selain di-

dasarkan pada bulan basah, Oldeman

juga memperhitungkan bulan kering

yang ditempatkan sebagai sub region

dari kelima tipe tersebut, simbol

yang digunakan tidak lagi berupa

hurup tetapi berupa angka. Suatu

bulan dikatakan bulan kering apabila

curah hujannya kurang dari 100 mm

per bulan.

Iklim merupakan salah satu

faktor pembatas dalam proses

pertumbuhan dan produksi tanaman.

Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa

menentukan jenis-jenis tanaman

yang tumbuh pada suatu daerah serta

produksinya, oleh karena itu kajian

klimatologi dalam bidang pertanian

sangat diperlukan. Perubahan iklim

merupakan tantangan dan ancam-

an nyata sektor pertanian dalam

menjaga keberlangsungan produksi

pangan (Munawara, 2015). Hasil

pertanian selain dipengaruhi oleh

faktor tanah juga ditentukan oleh

faktor iklim. Kompleksnya karak-

teristik dan perilaku cuaca serta

iklim mengakibatkan kemampuan

ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam mengendalikan iklim sangat

terbatas. Hal ini bisa terjadi karena

iklim merupakan kondisi alam dalam

wilayah yang luas sehingga manusia

tidak dapat mengendalikan iklim

maupun cuaca yang akan terjadi.

Namun manusia dapat mensiasati hal

itu dengan menanam jenis tanaman

yang sesuai misalnya bawang merah

dan bawang putih ditanam pada

musim kemarau, padi ditanam pada

musim hujan dan lain sebagainya.

Pendekatan yang paling efektif

untuk memanfaatkan sumberdaya

iklim adalah menyesuaikan sistem

usahatani dan paket teknologi-

nya dengan kondisi iklim setem-

pat. Penyesuaian tersebut harus

berdasarkan pada pemahaman ter-

hadap karakteristik dan sifat iklim

Tabel 1. Data curah hujan (mm) bulanan dari tahun 2000 s/d 2019 (20 tahun) di

IP2TP Sukamulya Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total CH

2000 550 410 351 303 225 15 40 75 75 205 165 280 2.694

2001 325 282 240 295 70 115 185 128 128 222 473 65 2.528

2002 228 250 200 210 40 80 150 0 0 29 126 325 1.638

2003 110 241 291 244 98 35 0 35 35 60 210 265 1.624

2004 253 172 320 279 142 208 86 168 169 66 365 476 2.704

2005 154 415 318 179 213 395 68 318 318 184 465 309 3.335

2006 321 205 326 511 71 19 36 0 0 17 262 617 2.384

2007 192 664 181 445 164 214 43 14 0 120 310 733 3.079

2008 194 308 401 276 90 108 0 123 42 256 476 572 2.845

2009 331 267 247 262 197 149 0 0 97 275 436 328 2.589

2010 300 329 363 57 486 516 476 170 480 579 501 577 4.834

2011 189 91 158 52 248 76 155 9 35 97 565 180 1.855

2012 533 665 334 517 102 44 12 0 17 242 382 387 3.235

2013 449 178 171 278 230 211 179 83 33 166 334 527 2.839

2014 164 188 280 378 345 111 31 205 0 31 651 431 2.815

2015 79 156 241 180 142 64 9 0 0 91 590 554 2.106

2016 550 257 581 624 215 239 218 126 212 653 651 393 4.719

2017 288 429 256 418 256 315 112 44 35 255 410 153 2.971

2018 228 194 118 1 152 77 0 0 87 13 664 105 1.639

2019 400 173 170 304 122 0 0 0 32 101 181 752 2.234

Jumlah 5837 5.874 5.545 5.813 3.608 2.991 1.800 1.498 1.794 3.662 8.217 8.029 54.667

Rata-ata 292 294 277 291 180 150 90 75 90 183 411 401 2.733

Min 79 91 118 1 40 0 0 0 0 13 126 65 1.624

Max 550 665 581 624 486 516 476 318 480 653 664 752 4.834

Gambar 1. Jumlah curah hujan bulanan tahun 2000-2019 di IP2TP Suka-

mulya

Page 12: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 12

secara baik melalui analisis dan

interpretasi data iklim. Data yang

benar dan lengkap melalui peng-

amatan akan membuka kejelasan

gejala dan perilaku cuaca atau

keadaan iklim setempat dan dapat

digunakan sebagai pedoman dalam

kegiatan pertanian karena dunia

pertanian berkaitan erat dengan

cuaca dan iklim sehingga data

yang benar akan sangat membantu

kegiatan pertanian (Nurlaili, 2015).

Perubahan Zona Iklim IP2TP

Sukamulya

IP2TP Sukamulya terletak di

kampung Kebon Jeruk Desa Suka-

mulya Kecamatan Cikembar Kabu-

paten Sukabumi Propinsi Jawa

Barat, kurang lebih 50 km dari kota

Bogor atau 40 km dari Pelabuhan

Ratu. Adapun letak geografinya

berada pada 6050 - 6075 LS dan

0005 - 0010 BT dengan luas lahan

48,56 ha, berada pada ketinggian

350 meter dari permukaan laut (m

dpl), jenis tanah Latosol Merah

Kecokelatan dan topografi datar

hingga berlereng.

Untuk mendukung dan mening-

katkan fungsi IP2TP Sukamulya

sebagai tempat penelitian, khususnya

tanaman rempah, obat dan tanaman

atsiri dataran rendah serta peren-

canaan pengembangan fisik di bi-

dang pertanian, analisis data curah

hujan dan hari hujan sangat di-

perlukan. Analisis data curah hujan

dan hari hujan diperlukan untuk

mengetahui jeluknya (rainfall), jujuh

hujan (rainfall duration) dan ke-

lebatan hujan (rainfall intensity).

Sifat-sifat hujan tersebut penting

diketahui karena berperan atas ter-

jadinya limpasan air (run off), erosi,

dan dapat menentukan dan ber-

pengaruh pada peristiwa dan ke-

jadian alam dan lain-lainnya. Pen-

dataan hujan dan unsur iklim

lainnya sering diperlukan untuk

menunjang penelitian yang ber-

kenaan dengan alam (Hasan Basri

Jumin, 2002).

Pendataan curah hujan dan hari

hujan yang tepat merupakan ke-

harusan, karena bila data tersebut

tidak benar, maka kemungkinan

akan terjadi kesalahan atau ke-

gagalan suatu kegiatan penelitian

yang bergantung kepada kondisi

iklim setempat. Pemetaan ulang zona

iklim di IP2TTP Sukamulya ber-

dasarkan tipe iklim Schmidt-Fergu-

son dan Oldeman dilakukan dengan

menganalisis data curah hujan dan

hari hujan selama 20 tahun dari ta-

hun 2000-2019. Data curah hujan

dan hari hujan tahunan diperoleh

dari pencatatan data harian setiap bu-

lan yang dijumlahkan sesuai dengan

periode waktu yang diperlukan.

Analisa data curah hujan dan hari

hujan selama dua dekade (2000 -

2019) di IP2TP Sukamulya di-

lakukan untuk mengetahui ke-

sesuaian iklim saat ini serta

perubahan pola iklimnya. Dalam

kurun waktu 2000 sampai 2019

curah hujan tertinggi jatuh pada

bulan Desember 2019 yaitu

sebanyak 752 mm sedangkan curah

hujan terendah terjadi pada bulan

Agustus dan September 2002, Juli

2003, Agustus dan September 2006,

September 2007, Juli 2008, Juli dan

Agustus 2009, Agustus 2012,

September 2014, Agustus dan

September 2015, Juli dan Agustus

2018, serta Juni sampai Agustus

2019, yaitu 0 mm. Artinya bahwa

ada kecenderungan setiap bulan Juni

Tabel 2. Data hari hujan (hh) bulanan dari tahun 2000 sampai 2019 (20 tahun) di IP2TP Sukamulya

Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total HH

2000 19 12 14 13 9 1 2 3 4 9 9 14 109 2001 18 17 20 18 6 7 9 4 7 15 17 2 140 2002 13 16 14 15 3 4 7 1 0 2 11 19 105 2003 6 11 18 13 4 2 0 1 1 5 6 9 76 2004 12 7 16 14 8 5 5 0 14 11 21 23 136 2005 10 14 14 11 10 18 5 5 7 10 19 18 141 2006 21 15 20 20 8 3 1 0 0 3 11 27 129 2007 11 17 15 20 9 12 4 2 0 8 15 30 143 2008 14 25 24 15 5 6 0 3 3 9 15 15 134 2009 11 14 10 11 10 8 0 0 5 13 21 16 119 2010 16 16 16 7 20 13 15 10 19 13 17 24 186 2011 9 8 10 3 13 3 7 1 1 6 17 9 87 2012 22 17 12 15 5 5 1 0 1 13 19 27 137 2013 27 14 9 23 13 12 11 4 4 7 14 19 157 2014 9 12 11 14 17 7 3 5 0 6 23 17 124 2015 12 11 13 9 11 6 1 0 0 3 21 20 107 2016 16 14 18 24 16 9 14 7 11 23 25 22 199 2017 15 22 15 22 9 19 5 2 2 12 19 7 149 2018 14 17 14 1 11 22 0 0 7 5 20 7 118 2019 24 15 20 16 13 0 0 0 1 7 6 22 124 Jumlah 299 294 303 284 200 162 90 48 87 180 326 347 2620 Rata rata 14.95 14.70 15.15 14.20 10.00 8.10 4.50 2.40 4.35 9.00 16.30 17.35 131 Min 6 7 9 1 3 0 0 0 0 2 6 2 76 Mak 27 25 24 24 20 22 15 10 19 23 25 30 199

Page 13: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.

13 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

sampai September setiap tahunnya

curah hujan di IP2TP sangat rendah

yaitu sekitar 75 mm/bulan sampai

150 mm/bulan atau tidak ada hujan

sama sekali sehingga dapat di-

kategorikan sebagai bulan kering

sampai bulan sedang.

Schmidt-Ferguson dan Oldeman

menentukan bahwa hari hujan di-

nyatakan sebagai suatu tempat yang

mengalami hujan dengan angka cu-

rah hujan 0,55 mm atau lebih. Hari

hujan bulanan adalah curah hujan

yang diukur berdasarkan jangka

waktu satu hari (24 jam) yang

dikumpulkan selama satu bulan

dengan periode minimal 10 tahun.

Distribusi hujan dapat dilihat data

jumlah hari hujan atau bulan basah

dan kering. Hasil pengumpulan data

rata-rata hari hujan masing-masing

bulan selama dua dekade dari tahun

2000 sampai 2019 disajikan pada

Tabel 2 dan Gambar 2.

Dalam kurun waktu 2000 sampai

2019 hari hujan tertinggi ada pada

bulan Desember 2007 yaitu se-

banyak 30 hari/bulan sedangkan

pada bulan September 2002, Juli

2003, Agustus 2004, Agustus dan

September 2006, September 2007,

Juli 2008, Juli dan Agustus 2009,

September 2014, Agustus dan

September 2015, Juli dan Agustus

2018, Juni sampai Agustus 2019

tidak ada hujan sama sekali. Artinya

bahwa ada kecenderungan setiap

bulan Juni sampai September setiap

tahunnya di IP2TP Sukamulya tidak

ada hujan sama sekali ataupun ada

hujan rata-rata 2,4 sampai 8,1 hari

setiap bulannya itupun dengan

intensitas curah hujan yang sangat

rendah yang dikategorikan sebagai

bulan kemarau (Tabel 3).

Untuk mengetahui perubahan

tipe iklim di IP2P Sukamulya

berdasarkan tipe iklim Schmidt-

Ferguson dan Oldeman, data curah

hujan dan hari hujan selama peri-

ode 2000 sampai 2019 diolah dan

dianalisis untuk mendapatkan data

bulan basah dan bulan kering (Tabel

4 dan 5).

Rata-rata bulan kering 48

Q = ------------ x 100% = ------ x 100% = 28,1%,

Rata-rata bulan basah 171

Hasil analisis data curah hujan

berdasarkan klasifikasi Schmidt-

Ferguson pada dekade 2000 sampai

2019 (20 tahun) IP2TP Sukamulya

termasuk zona iklim B dilihat dari

hasil indeks Q yang mempunyai nilai

rata-rata 28,1 sedangkan berdasarkan

Oldeman termasuk zona iklim C2

yang mempunyai rata-rata 6,05

bulan basah dan 3,45 bulan kering.

Kesesuaian Komoditas Utama di

IP2TP

Perubahan iklim yang sangat

drastis ini tidak hanya ditentu-

kan oleh total curah hujan, tetapi

juga oleh distribusi hujan. Jumlah

hujan yang sama akan berbeda

pengaruhnya jika tercurah pada

Tabel 3. Curah hujan dan hari hujan tahun 2000 sampai 2019 di IP2TP Sukamulya

Bulan

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)

Akumulatif

cura hujan

selama 20

tahun

Rata-rata

curah hujan

per bulan

Min Mak

Akumulatif

Hari hujan

selama 20

tahun

Rata-rata hari

hujan per

bulan

Min Mak

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

5.837

5.874

5.545

5.813

3.608

2.991

1.800

1.498

1.794

3.662

8.217

8.029

292

294

277

291

180

150

90

75

90

183

411

401

79

91

118

1

40

0

0

0

0

13

126

65

550

665

581

624

486

516

476

318

480

653

664

752

299

294

303

284

200

162

90

48

87

180

326

347

14,95

14,7

15,15

14,2

10

8,1

4,5

2,4

4,35

9

16,3

17,35

6

7

9

1

3

0

0

0

0

2

6

2

27

25

24

24

20

22

15

10

19

23

25

30

Jumlah 54.667 2.773 1.624 4.834 2.620 131 76 199

Rata-rata 4.555,6 231,1 135,3 402,8 218,3 10,9 6,3 16,6

Gambar 2. Jumlah hari hujan bulanan tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya

Page 14: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 14

waktu yang berlainan. Beberapa

pakar geografi tumbuhan bahkan

menyebutkan bahwa distribusi hujan

tahunan jauh lebih penting dan besar

pengaruhnya dibandingkan dengan

total curah hujan tahunan (Arsyad S.,

2000). Demikian juga keberhasilan

tanaman yang sedang dibudidayakan

tidak terlepas dari perubahan iklim

ini. IP2TP Sukamulya terdapat ta-

naman mandat yang dibudidayakan

diantaranya lada (Piper nigrum L.),

vanili (Vanilla planifolia Andrews)

dan pala (Myristica fragrans Houtt).

Masing-masing tanaman memiliki

syarat tumbuh yang berbeda, dari

hasil analisis curah hujan dan hari

hujan selama 20 tahun (2000-2019)

yang didapat akan diketahui apakah

ketiga tanaman mandat ini cocok

ditanam di IP2TP Sukamulya.

Tanaman mandat utama adalah

lada (Piper nigrum L.). Menurut

Syakir (2002) unsur-unsur iklim

yang berpengaruh terhadap per-

tumbuhan dan produksi lada antara

lain curah hujan, hari hujan, bulan

kering dan elevasi. Berikut ini

Tabel 4. Hasil analisis curah hujan berdasarkan bulan basah dan bulan kering tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya menurut Schmidt-Ferguson.

Kategori Jumlah Curah Hujan (mm/bln) Tahun 2000 - 2019 (20 tahun)

Bulan Basah

Bulan Kering

Bulan Lembap

> 100

< 100

100 – 200

171

48

21

Tabel 5. Hasil analisis curah hujan berdasarkan bulan basah dan bulan ke-ring tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya menurut Oldeman.

Kategori Jumlah curah c hujan (mm/bln)

Tahun 2000-2019 (20 tahun)

Rata-rata

Bulan basah > 200 121 6,05

Bulan sedang >100 - < 200 50 2,5

Bulan kering < 100 69 3,45

Gambar 3. Pola curah hujan dan hari hujan setiap bulannya tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya.

292 294322

291

180150

90 75 90

183

411 401

550

665

1072

624

486516

476

318

480

653 664

752

79 91118

140

0 0 0 0 13

126

65

0

200

400

600

800

1000

1200

Jan Peb Mart Aprl Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

Cu

rah

Hu

jan

Rata-rata

Mak

Min

Page 15: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.

15 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

adalah kesesuaian lingkungan ta-

naman lada di Indonesia (Tabel 6).

Dilihat dari data yang telah

dianalisis, rata-rata curah hujan

selama dua dekade adalah 2.733

mm/tahun, rata-rata hari hujan 131

hh/tahun, jumlah bulan kering 3

bulan dan elevasi 350 m dpl,

tanaman lada (P. nigrum L.) masuk

dalam kategori sesuai.

Selanjutnya adalah syarat tum-

buh Vanili (V. planifolia), me-

nurut Ruhnayat (2003) iklim ada-

nlah salah satu faktor yang me-

mengaruhi pertumbuhan dan per-

kembangan tanaman, berikut ada-

lah tingkat kesesuaian iklimnya

(Tabel 7).

Dilihat dari data yang telah

dianalisis, rata-rata curah hujan

selama dua dekade adalah 2.733

mm/tahun, rata-rata hari hujan

131 hh/tahun, jumlah bulan ba-

sah 6 dan jumlah bulan kering

3 bulan, tanaman vanili masuk

dalam kategori Sesuai.

Pada tahun 1989 Rosman et al.,

melakukan studi kesesuaian ling-

kungan mengungkapkan bawa

pengusahaan tanaman pala (M.

ristica fragrans) terutama di dae-

rah baru perlu sekali diperhati-

kan tentang kesesuaian iklim,

jenis tanah, suhu, pH tanah, drai-

nase dan sebagainya agar tanaman

dapat tumbuh dan menghasil-

kan dengan baik. Faktor-faktor ter-

sebut sangat besar pengaruhnya

terhadap pertumbuhan dan pro-

duktivitas pala (Tabel 8).

Dilihat dari data yang telah

dianalisis, rata-rata curah hujan

selama dua dekade adalah 2.733

mm/tahun, rata-rata hari hujan

131 hh/tahun, jumlah bulan ba-

sah 6 bulan, jumlah bulan ke-

ring 3 bulan dan elevasi 350 m

dpl, tanaman Pala (M. fragrans)

masuk dalam kategori Amat

Sesuai.

Penutup

Terdapat perubahan tipe iklim

di IP2TP Sukamulya, pada awal

didirikan IP2TP Sukamulya ter-

masuk tipe iklim A menurut

Schmidt-Ferguson. Hasil analisis

data selama 20 tahun (2000-2019)

berubah menjadi B berdasarkan

hasil indeks Q. Sedangkan menurut

tipe iklim Oldeman dari B2 berubah

menjadi C2 dengan curah hujan

tinggi rata-rata 2.733 mm/tahun.

Dengan 6 bulan basah (Januari-

April sampai Nopember-Desember)

dan 3 bulan sedang (Mei-Juni

dan Oktober) dan 3 bulan kering

(Juli-September) serta hari hujan

rata-rata 131 hh/tahun. Siklus iklim

lima tahunan di IP2TP Sukamul-

ya perlu diwaspadai karena da-

lam kurun waktu 20 tahun ini

terdapat 4 bulan kering yang sama

sekali tidak ada hujan, yaitu bulan

Juni sampai September. Tanaman

lada dan tanaman vanili masuk

dalam kategori Sesuai sedangkan

tanaman pala masuk dalam kate-

gori amat sesuai untuk dibudi-

dayakan di kebun percobaan ini.

Wawan Lukman, Yayat Hidayat

dan Sarjono

Sukamulya- Balittro

Tabel 6. Kesesuaian lingkungan tanaman lada di Indonesia

Curah Hujan

(mm/tahun)

Bulan Kering Elevasi (m dpl) Hari Hujan

(hh/tahun)

Kendala Kesesuaian

2.000 - 2.500 < 2 < 500 110 - 150 Tidak ada Amat sangat sesuai

2.500 - 3.000 < 2 < 500 115 - 160 Tidak ada Sangat sesuai

2.000 - 3.000 3 < 500 110 - 160 Tidak ada Sesuai

3.000 - 4.000 < 2 < 500 145 - 190 Curah hujan

tinggi

Agak sesuai

1.500 - 2.000 < 3 < 500 90 - 135 Kekeringan Agak sesuai

1.500 - 4.000 4-5 < 500 90 - 175 Kekeringan

periodik

Kurang sesuai

- - > 500 - Suhu rendah Tidak dianjurkan

< 1.500 - - - Kurang air Tidak dianjurkan

> 4.000 - 1 - - Terlalu

basah

Tidak dianjurkan

- > 5 - - Kekeringan Tidak dianjurkan

Tabel 7. Kesesuaian iklim tanaman vanili

Faktor Iklim Amat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai

Curah Hujan (mm/tahun) 1.500 - 2.000 2.000 -3.000 > 3000 > 3000

Jumlah Hari (hh/tahun) 80 - 178 178 - 210 < 80 atau > 178 < 80 atau > 178

Bulan Basah 7 - 9 5 - 6 atau 10 - 11 3 - 4 atau > 11 < 3

Bulan Kering 2 - 3 3 - 4 < 2 atau >4 - 6 < 2 atau > 6

Temperatur 24 - 26 23 - 24 20 - 22 atau 27 - 28 < 20 atau > 28

Kelembapan 60 - 75 50 - 60 < 50 > 80

Radiasi Matahari 30 - 50 51 - 55 > 55 < 20

Tabel 8. Kesesuaian lingkungan tanaman pala

Faktor Iklim Kriteria Lokasi

Amat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai

Ketinggian (m dpl) 0 - 700 700 - 900 900

Curah Hujan (mm/th) 2.000 - 3.500 1500 - 2000 <4500

Hari hujan (hh/th) 100 - 160 80 - 100 atau 160 - 180 80 atau 180

Temperatur (˚C) 25 - 28 20 - 25 25 atau 31

Kelembapan nisbi (%) 60 - 80 55 - 60 55 atau 85

Drainase Baik agak baik s/d baik agak baik

Tekstur tanah berpasir liat berpasir/lempung berpasir liat atau berpasir

Kemasaman (pH) netral agak masam/netral -

Page 16: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 16

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL KAYUMANIS KOERINTJI (Cinnamomum burmanii) ASAL JAMBI

Salah satu penghasil kayumanis

Cinnamomum. burmanii terbaik

di Indonesia adalah Kabupaten

Kerinci, Provinsi Jambi. Produksi

kayumanis di Provinsi Jambi pada

tahun 2017 sebesar 53.249 ton.

Pada tahun 2018 dilakukan per-

luasan areal kayumanis di Provin-

si Jambi menjadi 46.132 Ha de-

ngan dua sentra produksi yaitu

Kabupaten Kerinci (40.762 Ha)

dan Kabupaten Merangin (4.233

Ha). Perluasan areal ini mampu

meningkatkan produksi kayuma-

nis menjadi 56.253 ton. Sebagian

besar tanaman kayumanis yang

saat ini berkembang di Provinsi

Jambi dan sekitarnya berasal dari

pohon induk kayumanis yang

terdapat di Kabupaten Kerinci.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi

(2015) menyatakan bahwa kayu-

manis Koerintji adalah kayumanis

yang memiliki kandungan sina-

maldehida >90%. Kayumanis ini

terbukti telah menjadi produk

yang spesial karena memiliki cita

rasa khas yang diminati oleh

konsumen dunia. Melalui proses

pemuliaan bekerjasama dengan

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi

dan Kabupaten Kerinci Jambi,

Varietas unggul Kayumanis

dari jenis Cinnamomum burmanii

Blume yang banyak berkembang

di Kerinci, telah disetujui oleh

Tim Pelepasan Varietas Tanaman

Perkebunan menjadi varietas

unggul dengan nama Kayumanis

Koerintji tahun 2019.

ayumanis (Cinnamomum

burmanii Blume)

merupakan salah satu

tanaman asli daerah tropis yang

terletak di sepanjang khatulistiwa.

Tanaman ini termasuk dalam famili

Lauraceae. Kulit batang, cabang dan

dahan kayumanis dapat digunakan

se- bagai rempah-rempah yang me-

miliki aroma manis dan pedas. Kulit

batang dan daun kayumanis juga

dapat diolah menjadi minyak atsiri

dan oleoresin yang berperan se-

bagai antioksidan dan antimi-

kroba (Singh et al., 2007). Sebagian

besar kulit kayumanis yang diekspor

oleh Indonesia berasal dari jenis

C. burmanii. Nugraheni (2012) me-

laporkan bahwa senyawa aktif da-

lam minyak atsiri daun kayu-

manis adalah L-linalool (34,40%),

1,8-cineole (18,18%), 𝛼-pinene

(13,96%), 𝛽-pinene (9,30%), dan

benzyl benzoat (4,42%). Senyawa

kimia yang terkandung dalam

kayumanis memiliki efek farma-

kologis yang berkhasiat sebagai

obat-obatan seperti carminative,

diaphoretic, antirematik, istomachica

dan analgesik.

Salah satu penghasil kayumanis

C. burmanii terbaik di Indonesia

adalah Kabupaten Kerinci, Jambi.

Produksi kayumanis di Provinsi

Jambi pada tahun 2017 sebesar

53,249 ton (BPS Jambi, 2019). Pada

tahun 2018 dilakukan perluasan

areal kayumanis di Provinsi Jambi

menjadi 46.132 Ha dengan dua

sentra produksi yaitu Kabupaten

Kerinci (40.762 Ha) dan Kabupaten

Merangin (4.233 Ha). Perluasan

areal ini mampu meningkatkan

produksi kayumanis menjadi 56.253

ton (Dinas Perkebunan Provinsi

Jambi, 2018). Sebagian besar ta-

naman kayumanis yang saat ini

berkembang di Provinsi Jambi dan

sekitarnya berasal dari pohon induk

kayumanis yang terdapat di Ka-

bupaten Kerinci. Dinas Perkebunan

Provinsi Jambi (2015) menyatakan

bahwa kayumanis Koerintji adalah

kayumanis yang memiliki kan-

dungan sinamaldehida >90%. Kayu-

manis ini terbukti telah menjadi

produk yang spesial karena memiliki

cita rasa khas yang diminati oleh

konsumen dunia.

Penyebaran kayumanis C. bur-

manii asal Kabupaten Kerinci dan

keturunannya yang sudah meluas

memerlukan legalitas dan jaminan

mutu benih bagi konsumen sesuai

dengan Undang-undang tersebut.

Jaminan mutu benih yang diberi-

kan berupa identitas genotipe yang

jelas berdasarkan karakteristik mor-

fologi, hasil dan mutu. Undang-

undang No. 12 tahun 1992 men-

jelaskan bahwa benih yang beredar

harus berasal dari benih bina (benih

yang telah dilepas oleh Menteri

Pertanian).

Salah satu usaha untuk me-

ningkatkan mutu dan kualitas kayu-

manis Indonesia dapat dilakukan

melalui penyediaan benih unggul

dan unggul lokal yang berasal dari

Pohon Induk Terpilih (PIT) dalam

kebun Blok Penghasil Tinggi (BPT).

Pemerintah Provinsi Jambi melalui

Dinas Perkebunan Provinsi bekerja-

sama dengan Balai Penelitian Ta-

naman Rempah dan Obat (Balittro)

melaksanakan kegiatan observasi/

eksplorasi, seleksi Blok Penghasil

Tinggi (BPT) dan seleksi Pohon

Induk sejak tahun 2016-2018 pada

populasi kayumanis asal Desa Air

Betung, Lempur Tengah dan Perikan

Tengah untuk menghasilkan benih

bina melalui pelepasan varietas.

Kayumanis Desa Air Betung, Lem-

pur Tengah dan Perikan Tengah te-

K

Page 17: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..

17 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

lah berkembang di masyarakat dan

tersebar luas sejak zaman peme-

rintahan Hindia Belanda dan telah

terdaftar pada kantor Pusat Per-

lindungan Varietas dan Perijinan

Pertanian pada tahun 2019 sebagai

varietas unggul lokal Kayumanis

Koerintji. Untuk memenuhi ke-

butuhan permintaan dan pengem-

bangan kayumanis Koerintji keluar

Provinsi Jambi, maka kayumanis

Koerintji diusulkan menjadi varietas

unggul nasional dengan nama

Kayumanis Koerintji.

Seleksi Blok Penghasil Tinggi

(BPT)

Eksplorasi/observasi dilakukan

di sentra pertanaman kayumanis di

Kabupaten Kerinci, Jambi yaitu

Kecamatan Gunung Raya, Keca-

matan Batang Merangin dan Ke-

camatan Gunung Kerinci. Hasil

observasi menunjukkan pertanam-

an kayumanis di Desa Lempur

Tengah, Desa Perikan Tengah dan

Desa Air Betung menampilkan per-

forma yang baik, bebas dari

serangan OPT, ukuran pohon yang

besar yang memungkinkan pro-

duksi tinggi dan areal pertanaman

yang luas sehingga populasi po-

hon berjumlah ribuan (Tabel 1).

Selain itu, hasil observasi kondisi

agroklimat di ketiga desa tersebut

memenuhi syarat budidaya per-

tanaman kayumanis secara umum.

Ketiga desa tersebut telah ditetap-

kan dan diputuskan oleh Menteri

Pertanian Republik Indonesia se-

bagai BPT dan Pohon Induk Terpilih

kayumanis di Desa Perikan Tengah

pada tahun 2017 dengan SK No.

51/Kpts/KB. 020/9/2017 tanggal 4

September 2017, BPT dan Pohon

Induk Terpilih kayumanis di Desa

Lempur Tengah dan Air Betung

pada tahun 2019 dengan SK No.

48/Kpts/KB.020/2/2019 tanggal 27

Februari 2019.

Tabel 1. Keragaan kebun blok penghasil tinggi (BPT) kayumanis pada beberapa lokasi di Provinsi Jambi

Lokasi Tahun tanam Luas

(ha)

Populasi

(pohon) Pohon Induk

Desa Lempur Tengah

Kec. Gunung Raya

Kab. Kerinci

1998 1,5 1.600 20

Desa Perikan Tengah

Kec. Gunung Raya

Kab. Kerinci

1997 3,261 2.000 15

Desa Air Betung

Kec. Gunung Kerinci

Kab. Kerinci

1993 2 2.400 20

Tabel 2. Karakteristik morfologi daun dan batang 55 pohon induk terpilih (PIT)

Pengamatan Keterangan

Bentuk tajuk Kerucut-Silindris lebar

Habitus Tegak

Tinggi pohon (m) 15 - 35

Batang

Lingkar batang (cm) 85 - 150

Lebar kanopi (utara – selatan) (m) 7 - 11

Lebar kanopi (timur – barat) (m) 7 - 11

Batang utama membagi 7 - 15

Daun

Panjang tangkai daun (cm) 1,00 - 1,02

Panjang daun (cm) 8,54 - 9,05

Lebar daun (cm) 2,40 - 3,02

Tepi daun Rata

Warna daun tua Hijau-hijau tua

Warna pucuk daun Merah muda-merah

Bentuk Daun Memanjang

Permukaan daun Halus licin

Warna pangkal tangkai daun Kuning kehijauan

Tabel 3. Karakteristik morfologi bunga 55 pohon induk terpilih (PIT)

Pangamatan Keterangan

Tipe rangkaian bunga Malai

Panjang rangkaian bunga (cm) 11,50 - 12,25

Lebar rangkaian bunga (cm) 10,50 - 11,66

Tinggi rangkaian bunga (cm) 5,55 - 8,92

Jumlah bunga/rangkaian 30 - 60

Bentuk bunga Piala - roset

Warna tangkai bunga Putih agak krem

Warna mahkota Putih - kuning

Bentuk mahkota Bintang

Ukuran bunga Kecil

Panjang Tangkai Bunga (cm) 1 - 3

Diameter Bunga (mm) 3

Warna Bunga Putih kekuningan

Jumlah Kelopak Bunga (buah) 6

Jumlah Benangsari (buah) 9

Page 18: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 18

Seleksi Pohon Induk Terpilih

(PIT)

Telah terpilih pohon induk di

dengan perincian sebagai berikut :

Desa Lempur Tengah terpilih 20

pohon induk terbaik dari 1.600

pohon (1,25%), Desa Perikan

Tengah terpilih 15 pohon induk

terbaik dari 2.000 pohon (1%) dan

Desa Air Betung terpilih 20 pohon

induk terbaik dari 2.400 pohon

(0,83 %).

Karateristik Morfologi Pohon

Induk Terpilih

Morfologi pohon

Karakteristik dari 55 pohon

induk terbaik yaitu tajuk kerucut-

silindris lebar, batang membagi

hingga 7 - 15 cabang batang/pohon,

habitus tegak, percabangan tinggi,

bentuk daun memanjang, permukaan

daun halus licin, tepi daun rata

dengan warna pangkal daun hijau

ke-kuningan (Tabel 2).

Morfologi bunga dan biji

Bunga kayumanis asal Kabupa-

ten Kerinci mempunyai tipe rang-

kaian bunga berupa malai dengan

panjang rangkaian 11,50 - 12,25 cm

dan lebar 10,50 - 11,66 cm. Bunga

kayumanis berbentuk piala dan

roset. Kayumanis Koerintji memiliki

warna mahkota putih dan kuning

dengan bentuk seperti bintang.

Kayumanis memiliki bunga yang

kecil dan warna bunga putih

kekuningan (Tabel 3).

Buah kayumanis asal Kabupaten

Kerinci berbentuk bulat lonjong

dengan warna buah muda hijau,

sedangkan warna buah matang

hitam kebiruan. Potensi produksi

kayumanis Koerintji ini sekitar

29,24 - 69,37 butir/pohon (Tabel 4).

Tabel 4. Karakteristik morfologi buah dan biji 55 pohon induk terpilih (PIT)

Pengamatan Keterangan

Warna Buah Muda Hijau

Warna Buah Tua Hitam kebiruan

Bentuk Buah Bulat lonjong

Panjang buah (cm) 0,65 - 1,2

Diameter buah (cm) 0,35 - 0,70

Tebal kulit buah (mm) 1,5 - 2,5

Panjang biji (cm) 0,5 - 0,9

Lebar biji (cm) 0,25 - 0,5

Potensi produksi buah (butir/pohon) 29,24 - 69,37

Tabel 5. Kandungan mutu kulit kayumanis dari 55 pohon induk terpilih

Kandungan mutu

Air Betung Lempur Tengah Perikan Tengah

PIT Pohon

pembanding PIT

Pohon

pembanding PIT Pohon pembanding

Sinamaldehida (%) 93.77 76.08 94.19 82.88 91.88 87.02

Minyak atsiri (%) 2.13 1.13 3.57 1.00 1.29 0.40

Gambar 1. Morfologi daun pohon induk terpilih dan pohon kayumanis lokal

penampilan daun

Tabel 6. Pengembangan benih asal BPT Jambi sampai 2019

Kecamatan Desa Jumlah Petani Luas (Ha)

Gunung Raya Lempur Mudik 200 400 Baru Lempur 250 500 Majunto Lempur 100 200 Lempur Tengah 400 800 Lempur Hilir 150 300 Perikan Tengah 150 300 Masgo 250 500 Kebun Baru 250 500 Sungai Hangat 92 184 Selampaung 122 244 Kebun Lima 108 216 Air Mumu 85 170 Bukit Kerman Talang Kemuning 200 268 Bintang Marak 94 129 Tanjung Syiam 60 81 Pondok 130 160 Lolo Kecil 100 150 Muaro Lolo 70 105 Pengasi Lama 100 200 Pengasi Baru 150 300 Batang Merangin Tarutung 150 300 B. Pulau Sangkar 100 200 Sebrang Merangin 75 150 Lubuk Paku 100 200 Pasar Tamiai 75 150 Tamiai 75 150 Pematang Lingkung 50 100 Batang Merangin 75 150 Muara Imat 75 150

Sumber : Disbun Prov. Jambi, 2019.

Page 19: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..

19 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

Karakteristik mutu

Berdasarkan kandungan minyak

atsiri kulit, pohon induk terpilih di

tiga lokasi mempunyai rendemen

minyak sekitar 1,29 - 3,57%.

Rendemen ini lebih tinggi dari

pohon kayumanis sekitarnya (pohon

pembanding) sebesar 0,40% -

1,13%. Sementara itu kandungan

sinamaldehid kulit, pohon induk

terpilih di tiga lokasi mempunyai

kandungan sinamaldehid yaitu 91,88

- 94,19%. Sedangkan kandungan

sinamaldehid pohon pembanding

sekitar 76,08 - 87,02%. Lima puluh

lima PIT mempunyai keunggulan

kandungan mutu minyak atsiri dan

kandungan sinamaldehid dari pada

pohon kayumanis sekitarnya (pohon

pembanding) (Tabel 5). Kandungan

sinamaldehid dari PIT ini melebihi

standar SNI yaitu 50%.

Keunggulan kayumanis Koerintji

Keunggulan pada kayumanis

Koerintji yaitu kandungan sina-

maldehid sangat tinggi sekitar 91,88

- 94,19 % melebihi standar SNI

yaitu 50%, dan bobot basah kulit

yang mencapai 80 kg/pohon

melebihi standar yang ditetapkan

oleh Kep-mentan nomor:

05/KPTS/KB.020/ 1/2018 yaitu 20

kg/pohon. Hal ini disebabkan karena

kayumanis Koerintji secara genetik

dan dilihat secara visual mempunyai

ukuran pohon yang besar dan kokoh

dari pohon kayumanis sekitarnya,

se-hingga mampu menyerap unsur

hara secara maksimal (Gambar 1).

Dinas Perkebunan Jambi me-

nyatakan bahwa tanaman kayu-

manis asal BPT telah dijadikan

sebagai salah satu sumber benih

kayumanis untuk wilayah Jambi

(Tabel 6).

Saat harga kulit kayumanis mulai

naik pengembangan pertanaman

menjadi lebih aktif. Tahun 2015

Dinas perkebunan Provinsi Jambi

mulai menyebarkan benih ke Ke-

camatan-kecamatan wilayah Kabu-

paten Kerinci seperti Kecamatan

Gunung Raya sebanyak 12 desa

dengan pengembangan 4.314 ha,

Bukit Kerman sebanyak 8 desa

dengan pengembangan 1.393 ha dan

Batang Merangin sebanyak 9 desa

dengan pengembangan 1.550 ha.

Pada tahun berikutnya penyebaran

benih kayumanis terus meluas

sampai ke Kecamatan Gunung

Kerinci dan kecamatan lainnya

(Tabel 7).

Benih yang dikembangkan be-

rasal dari 55 pohon induk terbaik,

yang menjadi tetua melalui pe-

nyerbukan terbuka. Panen biji

Tanaman kayumanis di sekitar 55

pohon induk terbaik. Rerata po-

tensi produksi minimum 1.000.000

benih/tahun dari ketiga desa ter-

sebut. Pembibitan untuk penanam-

an tahun 2019 telah dilakukan di

lokasi yang terpilih sebagai calon

BPT, sebab di lokasi tersebut

terdapat program pengembangan

kayumanis dari Direktorat Jen-

deral Perkebunan dan Pemerintah

Daerah (PEMDA) setempat dengan

menggunakan dana APBD. Panen

yang mulai dilakukan pada tahun

2020 dapat menyediakan benih

sebanyak sekitar satu juta benih.

Pemerintah Daerah (Pemda)

Jambi memberikan instruksi kepada

Pemda Kabupaten Kerinci untuk

mengembangkan areal pertana-

man kayumanis di wilayahnya

(kecamatan) dengan menggunakan

dana APBD mulai tahun 2019-2023

dengan luasan lahan mencapai 20-50

ha/tahun (Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kabupaten Kerinci,

2019). Oleh karena itu, sejak tahun

2019 pemerintah daerah Provinsi

Jambi dan Kabupaten Kerinci telah

mengadakan benih kayu manis

Koerintji untuk pengembangan.

Penutup

Pohon induk terpilih tersebut

merupakan kayumanis terbaik di

Provinsi Jambi dan telah menye-

bar ke berbagai daerah di Provinsi

Jambi dan terbukti tumbuh dan

berproduksi dengan baik di sentra

produksi yang baru sehingga

Kementan menyetujui untuk dilepas

sebagai varietas unggul kayumanis

Cinnamomum burmanii dengan

nama Varietas Kayumanis Koerintji.

Tabel 7. Rencana pengembangan kayumanis Koerintji di 6 kecamatan di Kabupaten Kerinci

Kecamatan Tahun (ha)

2019 2020 2021 2022 2023

Gunung Raya 10 10 10 10

Gunung Kerinci 10 10 10 10 10

Kota Sungai Penuh 10

Bukit Kerman 10 10 10

Batang Merangin 10 10 10

Air Hangat Timur 10

Jumlah 20 20 40 50 50

Sumber: Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kerinci, 2019

Cheppy Syukur, Balittro

Page 20: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 20

TEKNOLOGI BIOPORI UNTUK PERBAIKAN KESUBURAN LAHAN DAN KONSERVASI AIR PADA

KAWASAN KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma)

Pengembangan tanaman kemiri

sunan bahan baku BBN diarah-

kan pada lahan suboptimal dan

lahan marginal sehingga tidak

bersaing dengan tanaman pangan

dalam pemanfaatan lahan. Bio-

pori adalah istilah yang diguna-

kan untuk mendeskripsikan lu-

bang resapan. Lubang resapan

biopori adalah lubang silindris

yang dibuat secara vertikal ke

dalam tanah sebagai metode

resapan air yang ditujukan untuk

mengatasi genangan air dengan

cara meningkatkan daya resap air

pada tanah. Dengan pembuat-

an biopori, terjadi penambahan

nutrisi tanah yang berasal dari

kompos, serta peningkatan akti-

vitas mikroorganisme menambat

hara dari tanah dan udara,

sehingga akan mengurangi peng-

gunaan pupuk kimiawi dan

menghemat biaya usahatani dan

ramah lingkungan. Penghematan

biaya usahatani akan meningkat-

kan margin keuntungan yang

diperoleh petani atau pekebun,

dan menjamin budidaya kemiri

sunan yang berkelanjutan.

anaman kemiri sunan me-

rupakan komoditas pertanian

yang ditetapkan sebagai salah

satu sumber energi alternatif.

Kemiri sunan cukup efisien sebagai

bahan baku bahan bakar nabati

karena produksi buah kemiri sunan

bisa mencapai 50 - 289 kg/pohon/

tahun atau biji sebanyak 4 - 6 ton

biji kering per hektar per tahun

setara dengan 2 - 3 ton minyak kasar

per hektar per tahun. Rendemen biji

kemiri sunan bisa mencapai 50%.

Pengembangan tanaman BBN

diarahkan pada lahan suboptimal

dan lahan marginal sehingga tidak

bersaing dengan tanaman pangan

dalam pemanfaatan lahan. Lahan

marginal yang belum diusahakan

untuk pertanian masih cukup luas.

Keberadaan lahan marginal di tanah

air diperkirakan sekitar 3,4 juta ha

(Balai Penelitian Tanah dan iklim,

2008). Lahan marginal atau kritis,

umumnya didominasi dengan lahan

miring dan berbukit yang rawan

terhadap erosi akibat benturan air

hujan langsung terhadap permukaan

tanah dan aliran permukaan (run-

off).

Besarnya erosi itu sendiri di-

pengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah iklim, topo-

grafi, vegetasi, kondisi tanah dan

perilaku manusia. Faktor iklim yang

memegang peranan penting terhadap

besarnya erosi di derah tropis

terutama intensitas dan hari hujan.

Pada curah hujan dengan frekuen-

si dan intensitas yang tinggi me-

nyebabkan rusaknya agregat tanah

dan menimbulkan aliran permukaan

(run-off) yang besar. Kondisi lahan

yang berlereng dengan tingkat

kemiringan lebih besar dari 10%

memberikan kekuatan daya gerus

aliran permukaan terhadap lapisan

tanah bagian atas (top soil).

Walaupun tanaman kemiri sunan

memiliki daya adaptasi yang baik di

lahan kering akan tetapi tanaman ini

membutuhkan batas-batas kondisi

ekosistem untuk berproduksi secara

optimal. Kondisi lahan marginal

umumnya memiliki kandungan

bahan organik rendah, sementara

serasah yang berasal dari daun

kering kemiri sunan yang rontok

melimpah pada saat menjelang

musim kemarau. Hasil observasi

memperlihatkan dalam satu pohon

kemiri sunan berumur 5 - 6 tahun

dapat menghasilkan serasah 75 kg

per tahun. Dalam satu hektar dengan

populasi tanaman minimal 100 - 200

pohon dapat menghasilkan serasah

atau biomassa sebanyak 7,5 - 15 ton

per hektar. Biomassa daun kering

kemiri sunan berpeluang untuk

sebagai serasah biopori agar dapat

meningkatkan laju infiltrasi/me-

ngurangi aliran air permukaan (run-

off).

Dengan meningkatnya kan-

dungan bahan organik tanah akan

meningkatkan kemampuan tanah

dalam memegang air (water holding

capacity) sehingga meningkatkan

ketersediaan air tanaman pada mu-

sim kemarau mendukung pertum-

buhan dan produksi kemiri sunan.

Fungsi air cukup penting dalam

budidaya kemiri sunan karena bisa

membantu dalam penyerapan mi-

neral yang ada di dalam tanah, serta

mempercepat proses mengomposan

dan ketersediaan hara bagi tanaman,

pada akhirnya akan meningkatkan

kesuburan lahan. Kondisi ini akan

mendukung budidaya kemiri sunan

dan ketersediaan bahan baku BBN

secara berkelanjutan.

Tambahkan pengertian biopori

dari salah satu paragraf yang di

bawah (Konsep biopori) Dengan

teknologi biopori penyediaan ba-

han organik di bawah lapisan olah

T

Page 21: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..

21 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

sesuai dengan panjang paralon/

tabung biopori yang dipasang.

Pengertian dan Konsep Biopori

Biopori merupakan cara me-

ngatasi permasalahan daya serap air

yang semakin menurun. Metode

biopori awalnya dicetuskan oleh Dr.

Kamir Raziudin Brata, Faperta-IPB

yang diartikan sebagai lubang

resapan sedalam 80 - 100 cm dengan

diameter 10 - 30 cm untuk me-

nampung air hujan dan meresap-

kannya kembali ke tanah. Biopori

memperbesar daya tampung tanah

terhadap air hujan, mengurangi

genangan air, yang selanjutnya

mengurangi limpahan air hujan

turun ke sungai. Tim Biopori IPB

(2007) menguraikan bahwa biopori

adalah lubang-lubang di dalam tanah

yang terbentuk akibat berbagai

akitifitas organisma di dalamnya,

seperti cacing, perakaran tanaman,

rayap, dan fauna tanah lainnya.

Lubang-lubang yang terbentuk akan

terisi udara dan akan menjadi tempat

berlalunya air di dalam tanah.

Secara umum biopori adalah

istilah yang digunakan untuk men-

deskripsikan lubang resapan. Lu-

bang resapan biopori adalah lubang

silindris yang dibuat secara vertikal

ke dalam tanah sebagai metode

resapan air yang ditujukan untuk

mengatasi genangan air dengan cara

meningkatkan daya resap air pada

tanah. Menurut Arifin dan Orizanto,

(2013) beberapa manfaat biopori (1)

meningkatkan daya resap air, (2)

mengubah sampah organik menjadi

kompos, (3) memanfaatkan peran

aktivitas fauna tanah dan akar

tanaman, (4) mengatasi masalah

yang ditimbulkan oleh genangan air

seperti penyakit demam berdarah

dan malaria, (5) sebagai “kar-

bonsink” untuk membantu men-

cegah terjadinya pemanasan global.

Peningkatan daya resap air pada

tanah dilakukan dengan membuat

lubang pada tanah dan menim-

bunnya dengan sampah organik

untuk menghasilkan kompos.

Sampah organik yang ditimbunkan

pada lubang ini kemudian dapat

menghidupi fauna dan flora tanah

seperti cacing, hewan kecil di dalam

tanah, bahkan juga akar tumbuhan.

Jadi, selain bisa menjadi sarana

pembuangan sampah organik,

lubang biopori ini juga sebagai

tempat penyimpan makanan bagi

makhluk hidup, selanjutnya mampu

menciptakan pori-pori di dalam

tanah.

Implementasi Biopori untuk

Perbaikan Kesuburan Lahan dan

Konservasi Air

Penerapan lubang resapan bio-

pori (LRB) memberikan banyak

manfaat meliputi mencegah ge-

nangan dan erosi, wahana untuk

menampung serasah/biomasa, pa-

brik penghasil kompos secara

alami, meningkatkan aktivitas

fauna tanah, meningkatkan kappa-

sitas tanah memegang air, me-

nyuburkan lahan, meningkatkan

daya jangkau akar dan mendukung

pertumbuhan dan produksi tanaman.

Sumber: https://andrianpurwanto48.blogspot.com/2013/09/makalah-pklh-lubang-resapan-biopori.html

Gambar 1. Penampang paralon yang dilubangi sebagai tabung biopori

Gambar 2. Paralon tertanam disamping pohon di bawah tajuk

Page 22: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 22

Dengan penerapan biopori dapat

mengurangi aliran air permukaan

dan meningkatkan laju resapan air

ke dalam tanah. Menurut Jhon Herf

(2008) manfaat dari biopori me-

liputi: a. Memelihara cadangan air

tanah; b. Mencegah terjadi keam-

blesan (subsidence) dan keretakan

tanah; c. Menghambat intrusi air

laut; d Mengubah sampah organik

menjadi kompos; e. Meningkatkan

kesuburan tanah; f. Menjaga ke-

anekaragaman hayati dalam tanah;

g. Mengurangi masalah pembakar-

an biomasa yang mengakibatkan

pencemaran udara, emisi gas ru-

mah kaca (CO2 dan metan); h. Serta

mengurangi banjir, longsor dan

kekeringan.

Biopori dapat memperbaiki

lingkungan, yaitu memperluas

bidang penyerapan air, sebagai

penanganan limbah organik dan

meningkatkan kesehatan tanah.

Biopori mampu meningkatkan

daya penyerapan tanah terhadap

air sehingga mengurangi resiko

penggenangan pada musim peng-

hujan. Air yang masuk ke lubang

biopori akan disimpan dan dapat

menjaga kelembapan tanah terutama

di musim kemarau. Dinding lubang

biopori akan membentuk lubang-

lubang kecil (pori-pori) yang mam-

pu menyerap air sehingga dengan

lubang berdiameter 10 cm dan ke-

dalaman 100 cm, dengan per-

hitungan geometri tabung sederhana

akan didapatkan bahwa lubang akan

memiliki luas bidang penyerapan

sebesar 3.220,13 cm2. Tanpa

biopori, area tanah berdiameter 10

cm hanya memiliki luas bidang

penyerapan 78 cm persegi.

Biopori juga dapat mengubah

sampah organik menjadi kompos.

Pengomposan sampah organik

mengurangi aktivitas pembakaran

sampah yang dapat meningkatkan

kandungan gas rumah kaca di

atmosfer. Dalam proses pengom-

posan, rasio C/N menentukan kua-

litas kompos yang akan didapatkan,

semakin tinggi C/N rasio proses

dekomposisi semakin lambat. Untuk

mempercepat proses pengomposan

dapat ditambahkan limbah yang

mengandung unsur N tinggi seperti

limbah hewani, atau dengan me-

nambahkan cacing tanah. Ke-

beradaan biopori dapat mening-

katkan aktivitas organisme dan

mikroorganisme tanah sehingga

meningkatkan kesehatan tanah dan

perakaran tumbuhan di sekitarnya.

Organisme dan mikrorganisme tanah

memiliki peran penting dalam

ekologi di antaranya sebagai de-

tritivora dan pengikat nitrogen

dari atmosfer. Pengikatan nitro-

gen mampu meningkatkan kadar

nitrogen tanah sehingga pengguna-

an pupuk anorganik urea akan

berkurang.

Menurut Hilwatullisan (2010)

jumlah lubang resapan biopori

(LRB) yang dibutuhkan pada suatu

area dapat dihitung dengan meng-

gunakan persamaan:

Jumlah LRB = Intensitas hujan

(mm/jam) x Luas bidang kedap

(m2)/Laju Peresapan Air per Lubang

(liter/jam)

Sebagai gambaran pada daerah

dengan intensitas hujan 50 mm/jam,

dan laju peresapan air per lubang 3

liter/menit (180 liter/jam) pada 100

m2, maka jumlah LRB yang perlu

dibuat (50 x 100)/180 = 28 lubang.

Kedalaman biopori disesuaikan

dengan posisi bahan organik yang

akan ditambahkan pada kedalaman

yang diinginkan dari permukaan ta-

nah, yang umumnya disesuaikan de-

ngan distribusi perakaran dengan

tujuan mempertahankan kelembapan

tanah terutama pada musim kema-

rau. Keunggulan aplikasi serasah da-

lam tabung biopori adalah bahan

organik atau kompos yang dihasil-

kan dapat mencapai lapisan sub-soil

sesuai dengan kedalaman tabung

biopori, sedangkan aplikasi serasah

sebagai mulsa hanya dipermukaan

dan di lapisan olah. Selain itu proses

Gambar 3. (a) Pemasangan tabung biopori di bawah pohon kemiri sunan, (b)

serasah daun kemiri sunan ditambah cacing tanah Lumbricus

rubellus.

a b

Page 23: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..

23 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

pengomposan serasah dalam tabung

biopori lebih cepat dibanding

sebagai mulsa.

Aplikasi Biopori pada Pertanam-

an Kemiri Sunan

Tabung biopori diletakan pada

dua sisi pohon dengan jarak dari

pangkal pohon selebar kanopi. Hasil

penelitian menunjukkan kedalaman

biopori 50 cm memberikan per-

tumbuhan tanaman kemiri sunan ter-

baik dibandingkan yang lebih dang-

kal atau tanpa biopori. Biopori juga

dapat memperbaiki sifat kimia tanah

terutama peningkatan kandungan C-

organik, N dan KTK. Penambahan

cacing tanah Lumbricus rubellus

pada serasah daun kemiri sunan da-

pat mempercepat proses pengom-

posan dua kali dibanding hanya

serasah daun, karena serasah daun

langsung dikonsumsi oleh cacing

tanah dan menghasilkan kotoran

yang umum disebut Kascing dalam

bentuk kompos yang lebih mudah

tersedia bagi tanaman. Biopori de-

ngan kedalaman tabung 50 cm dapat

menampung serasah kering seba-

nyak 1,025 kg dengan kadar air

9,5%, sedangkan 1 pohon kemiri

sunan dapat menghasilkan serasah

daun 75 kg per tahun. Serasah dapat

terus ditambahkan secara periodik

ke dalam lubang biopori untuk me-

ngisi ruang tabung yang telah

kosong agar lubang biopori tetap

berfungsi secara optimal. Dengan

demikian proses pengomposan se-

cara aerobik oleh mikroorganisme

akan terus berlanjut. Selain cacing

tanah Lumbricus rubellus dapat juga

ditambahkan inokulum gabungan

dari mikroorganisme seperti Sac-

charomyces, Lactobacillus, Bacil-

lus dan Acetobacter untuk mem-

percepat pengomposan proses degra-

dasi sampah organik (Komala et al.

2012; Wiedarti et al. 2015)

Meskipun daun kemiri sunan

bersifat toksik, ternyata cacing

tanah mampu beradaptasi dalam

mengkonsumsi serasah daun sebagai

sumber pakannya. Hal ini di-

perlihatkan dengan jumlah populasi

cacing dalam tabung biopori yang

semakin meningkat dengan umur

cacing yang beragam. Dengan

adanya konversi limbah organik

menjadi pupuk kompos melalui

proses biologis, tanah di sekitar

lubang tersebut akan meningkat

kemampuan memegang air, aktivi-

tas mikroorganisme dan kandungan

hara tanah sehingga tanah menjadi

lebih subur. Hasil penelitian mem-

perlihatkan bahwa panjang tabung

biopori 50 cm meningkatkan laju

transpirasi 8,31 mmmol m2/detik,

laju fotosintesis 0,67 µ mol/m2/detik

dan konduktivitas stomata 11,51

mol/m2/detik signifikan lebih tinggi

dibandingkan tanpa aplikasi bio-

pori (laju transpirasi 4,93 mmmol

m2/detik, laju fotosintesis 0,28 µ

mol/m2/detik dan konduktivitas sto-

mata 5,19 mol/m2/detik). Hal ini

disebabkan dengan jumlah bahan

organik yang semakin tinggi, ke-

mampuan untuk memegang air

(water holding capacity) semakin

baik sehingga tanaman kemiri sunan

dapat melakukan proses fisiologi

secara normal. Hasil pengamatan

parameter pertumbuhan tinggi ta-

naman, lingkar batang, jumlah ca-

bang dan lebar kanopi pada aplikasi

biopori lebih baik dibandingkan

tanpa aplikasi biopori.

Dengan pembuatan biopori, ter-

jadi penambahan nutrisi tanah yang

berasal dari kompos, serta pening-

katan aktivitas mikoorganisme me-

nambat hara dari tanah dan udara,

sehingga akan mengurangi peng-

gunaan pupuk kimiawi dan meng-

hemat biaya usahatani dan ramah

lingkungan. Penghematan biaya usa-

hatani akan meningkatkan margin

keuntungan yang diperoleh petani

atau pekebun dan menjamin budi-

daya kemiri sunan yang berkelanjut-

an. Aplikasi bahan organik ke tanah

juga dapat mempengaruhi karak-

teristik biologi dan biokimia tanah

dengan cara meningkatkan populasi

mikroba tanah. Akibatnya kualitas

tanah menjadi lebih baik bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman

secara berkelanjutan.

Penutup

Lubang Resapan Biopori (LRB)

secara umum adalah lubang-lubang

di dalam tanah yang terbentuk akibat

berbagai aktivitas organisme di

dalamnya, seperti cacing, perakaran

tanaman, rayap dan fauna tanah

lainnya. Penerapan lubang resapan

biopori (LRB) memberikan banyak

manfaat meliputi mencegah ge-

nangan dan erosi, wahana untuk

menampung seresah/biomasa, pabrik

penghasil kompos secara alami,

meningkatkan aktivitas fauna tanah,

meningkatkan kapasitas tanah me-

megang air, menyuburkan lahan,

meningkatkan daya jangkau akar,

dan mendukung pertumbuhan dan

produksi tanaman. Dengan pembuat-

an biopori, terjadi penambahan nu-

trisi tanah yang berasal dari kompos,

serta peningkatan aktivitas mikoor-

ganisme menambat hara dari tanah

dan udara sehingga akan mengu-

rangi penggunaan pupuk kimiawi,

dan menghemat biaya usahatani dan

ramah lingkungan. Penghematan

biaya usahatani akan meningkatkan

margin keuntungan yang diperoleh

petani atau pekebun dan menjamin

budidaya kemiri sunan yang

berkelanjutan.

Mohammad Cholid dan

Budi Santoso,

Balittas

Page 24: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan pendapatan petani karet

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 24

REVOLUSI JARAK TANAM 2 X 10 M MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KARET

Pendapatan petani karet semakin

rendah. Pendapatan tersebut ti-

dak lagi memenuhi kebutuhan

rumah tangga mereka. Salah

satu cara untuk meningkatkan

pendapatan petani karet adalah

dengan memanfaatkan lahan

karet yang dimilikinya. Berapa

hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada karet berumur muda

banyak jenis tanaman sela yang

dapat ditanam, karena intensitas

cahaya matahari cukup tinggi,

namun setelah dewasa intensitas

cahaya matahari makin rendah

dan jenis tanaman yang dapat

tubuh menjadi berkurang. Pe-

nanaman tanam sela dapat me-

nambah pendapatan petani karet.

Jarak tanam 2 x 10 m, tanaman

karet dewasa menghasilkan inten-

sitas cahaya matahari lebih ting-

gi. Kondisi ini akan memberikan

peluang jenis tanaman sela yang

dapat ditanam lebih banyak,

tanpa mengurangi populasi ta-

naman karet dan produksinya.

Tambahan pendapatan akan me-

ningkatkan daya saing petani

dan petani akan mempertahan-

kan tanaman karet sebagai ta-

naman utamanya untuk sumber

pendapatan.

arga karet dalam negeri

dipengaruhi oleh harga karet

di pasar dunia, Turunnya

harga karet dunia, diikuti oleh

turunnya harga karet ditingkat pe-

tani. Rendahnya harga karet dunia,

disebabkan oleh tinggi stok, yang

dipicu oleh meningkatnya produksi

karet, terutama dari negara Vietnam

dan Philipina serta berkurangnya

penggunaan karet alam.

Meningkatkan harga karet dunia

dapat dilakukan dengan menurunkan

stok karet. Untuk menurunkan stok

karet dunia dapat dilakukan de-

ngan mengurangi produksi dan

meningkatkan penggunaan. Untuk

itu tiga negara utama penghasil

karet yaitu Thailand, Indonesia

dan Malaysia yang tergabung da-

lam organisasi International Tri-

partate Rubber Council (ITRC)

telah berusaha untuk menurunkan

produksi karet sebanyak 300.000

ton/tahun dan usaha tersebut telah

menunjukkan hasil dengan naiknya

harga karet dunia dari USD 3 pada

tahun 2014 menjadi USD 3,6 pada

tahun 2017 (ITRC, 2017). Namun

kenaikan harga tersebut, yang di-

ikuti oleh penurunan produksi ti-

dak meningkatkan pendapatan pe-

tani, Dengan kepemilikan yang

hanya 0,7 ha/KK, pendapatan pe-

tani rendah sekali sehingga tidak

dapat memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya.

Konsumsi karet alam, diper-

kirakan akan makin berkurang,

karena peningkatan penggunaan

karet sintetis. Banyak usaha untuk

meningkatkan penggunaan karet

alam seperti penggunaan karet alam

pada pengaspalan jalan. Namun

komposisi penggunaan karet alam

hanya 5% dari aspal yang di-

gunakan. Pada pembangunan 1,2

juta km jalan tol, karet alam yang

digunakan hanya sebesar 64.000 ton

atau hanya 53,33 kg/km jalan (Ke-

menindustri, 2019).

Bagi petani yang memiliki lahan

yang tidak begitu luas, dengan

tenaga kerja dalam keluarga me-

reka dapat melakukan penanaman

tanaman sela, namun karena in-

tensitas cahaya matahari sangat

rendah pada tanaman karet dewasa,

produksi tanaman sela tidak optimal.

Pada jarak tanaman karet secara

konvensional yaitu 3 x 6 m atau

3 x 7 m, populasi tanaman masing-

masing 550 batang dan 500 batang

(PT. Perkebunan VIII, 2011).

Namun pada jarak taman tersebut,

pada umur 5 - 20 tahun intensitas

cahaya yang sampai ke permukaan

tanah di bawah tanaman hanya

sekitar 40 - 60%, intensitas cahaya

yang sangat terbatas untuk mena-

nam tanaman sela. Pada jarak tanam

2 x 10 m intensitas cahaya mata

hari di bawah tanaman karet dewasa

(7 - 25 tahun) cukup tinggi yaitu

berkisar antara 60 - 90% (Ferry,

2016), dengan populusi 500 batang/

ha, banyak jenis tanaman sela yang

dapat ditanam pada kondisi ter-

sebut. Misalnya tanaman kakao

yang menghendaki intensitas ca-

haya <80% (Tumpal et al. 1994),

demikian juga dengan kopi Ro-

busta yang menghendaki naungan

(Rahardjo. 2012).

Jarak tanam karet 2 x 10 m, di

antara tanaman karet dapat ditanami

kakao dengan jarak 2 x 3 m dua

baris, dengan demikian terdapat

sebanyak 594 batang tanaman kakao

atau ekuivalen dengan 0,54 ha

tanaman kakao monokultur. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa,

tanaman karet yang ditanam de-

ngan jarak 3 x 6 m (konvensional),

menyebabkan pertumbuhan tanam-

an tidak seragam, tanaman yang di

tengah pertumbuhnnya terlambat

karena kekurangan CO2. Sedangkan

tanaman yang di pinggir, mendapat

CO2 yang cukup (Siagian, 2000).

Jarak tanam 2 x 10 meter mem-

H

Page 25: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Mengenal pala hutan Aceh Selatan

25 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

berikan peluang kepada semua

tanaman untuk menyerap CO2 yang

sama sehingga peran perkebunan

karet sebagai fungsi hutan ber-

jalan dengan baik. Di masa datang

perkebunan harus berwawasan ling-

kungan yang dikenal dengan sus-

tainability. Perkebunan karet harus

juga berfungsi sebagai lahan sum-

ber pendapatan petani dan lahan

konservasi.

Di lain pihak tanaman kakao

sangat perlu ditingkatkan produksi-

nya. Banyak industri saat ini yang

kekurangan bahan baku biji kakao.

Penanaman kakao di antara karet

merupakan salah satu solusi untuk

memperluas areal dan meningkat

produksi. Hal yang sama juga ber-

laku untuk tanaman kopi Robusta.

Kopi Robusta mengalami kompe-

tisi dalam memanfaatkan lahan di

dataran rendah dan luas areal

tanaman kopi Robusta mengalami

penurunan. Penanaman kopi ini di

antara tanaman karet merupakan

peluang untuk memperluas areal dan

produksi tanaman ini.

Pemanfaatan lahan di antara

karet tidak hanya dapat mening-

katkan pendapatan petani tetapi juga

dapat meningkat produksi kakao

untuk memenuhi kebutuhan industri

dalam negeri atau memenuhi per-

mintaan ekspor kopi yang makin

meningkat.

Keadaan umum perkebunan karet

rakyat

Luas areal tanaman karet telah

mencapai 3,7 juta ha, sebagian besar

(80%) berbentuk perkebunan rakyat,

yang dicirikan dengan lahan yang

sempit, tanaman tidak seragam,

jarak tanam kurang teratur, masih

terdapat tanaman yang berasal dari

biji dan bukan bibit unggul dan

produktivitas rendah, yaitu hanya

mencapai 895 kg/ha/tahun, atau

hanya 0,9 kg/pohon/tahun.

Jumlah petani yang terlibat

dalam usahatani karet mencapai 3,6

juta KK atau mencapai 20 juta jiwa.

Jumlah ini belum termasuk yang

terlibat pada sektor pemelihara-

an tanaman, pengolahan dan trans-

portasi serta pemasaran. Harga

karet yang murah akan mem-

bawa petani karet menjadi petani

miskin dengan pendapatan sekitar

Rp 3.200.000 per tahun, pendapatan

yang sangat rendah untuk hidup

sejahtera. Meningkatkan pendapatan

petani karet akan menaikan taraf

hidup masyarakat yang cukup besar,

karena tidak hanya petani yang

terperbaiki tetapi juga masyarakat

sekitarnya seperti pedagang, tenaga

kerja (buruh tani), transportasi, dan

sebagainya.

Sumber pendapatan petani karet

Pendapatan petani karet dapat di-

tingkatkan menjadi Rp 18.925.000/

tahun (seperti pendapatan petani

karet di Provinsi Riau), dimana

Rp 10.567.000 (55,74%) berasal dari

luar tanaman karetnya. Hal ini

menunjukkan bahwa untuk mening-

katkan pendapat petani harus me-

ningkatkan pendapatan dari luar

tanaman karet. Hal yang sama juga

terjadi Kalimantan Barat, tanpa

pendapatan dari luar tanaman karet,

pendapatan mereka hanya sebesar

Rp 3.445.000/tahun.

Pendapatan petani karet yang

tinggi yang berasal dari tanam-

an karet (67,19%) adalah Kaliman-

tan Selatan, hal ini terjadi ka-

rena kepemilikan yang lebih luas

yaitu mencapai 3 ha/KK. Kaliman-

tan Barat pendapatan petani karet

sangat rendah hanya mencapai

Rp 7.784.000. itupun telah dibantu

oleh pendapatan dari luar kebun

karet yaitu sebesar Rp 4.339.000

(55,74%). Jika hanya mengandal-

kan pendapatan dari tanaman ka-

ret, maka pendapatan petani karet

hanya mencapai Rp 3.445.000,-

(Tabel 1).

Meningkatkan pendapatan pe-

tani dari tanaman karet sepertinya

sulit sekali, karena produktivitas

rendah dan stok karet dunia dan

dalam negeri yang tinggi. Untuk

meningkatkan pendapatan petani

karet harus diperoleh dari luar

tanaman karet, artinya harus dicari

sumber pendapatan lain dari luar

tanaman karet. Pendapatan lain dari

tanaman karet dapat berasal dari

tanaman sela di lahan yang sama

(Nancy dan Supriadi, 2005). Jarak

tanam 2 x 10 m, memberikan

peluang besar untuk melakukan

penanaman tanaman lain diantara

tanaman karet dan menghasilkan

pendapatan tambahan.

Tabel 1. Sumber pendapatan petani karet di beberapa wilayah penghasil karet

Propinsi Karet Lain-lain Jumlah (Rp) (Rp) % (Rp) %

Sumut 8.824.000 79,79022 2.235.000 20,20978 11.059.000

Kalsel 11.542.000 67,19059 5.636.000 32,80941 17.178.000

Kalbar 3.445.000 44,25745 4.339.000 55,74255 7.784.000

Riau 8.398.000 44,28157 10.567.000 55,71843 18.965.000

Jambi 7.490.000 59,80517 5.034.000 40,19483 12.524.000

Total 39.699.000 27.811.000 67.510.000

Rata-rata 7.939.800 58,80462 5.562.200 41,19538 13.502.000

Sumber : Dirjenbun, 2014

Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan pendapatan petani karet

Page 26: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan pendapatan petani karet

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 26

Jarak tanam tanaman karet rakyat

umumnya 3 x 6 m atau 3 x 7 m,

dengan populasi tanaman masing-

masing sebanyak 550 dan 500

tanaman/ha. Jumlah yang tidak jauh

berbeda jika dirubah menjadi 2 x 10

m, dengan jumlah populasi 500

tanaman/ha. Pengurangan populasi

dari 550 pada jarak tanam 3 x 6 m

menjadi 500 pada arak tanam 2 x 10

tidak mengurangi produktivitas

per hektar, karena secara invidu

tanaman mengalami peningkatkan

produksi, akibat lebih meratanya

kecukupan CO2 dan lebih ter-

peliharanya tanaman melalui pe-

meliharaan tanaman sela.

Petani dapat melakukan pena-

naman tanaman sela dengan meng-

gunakan tenaga kerja dalam ke-

luarga sehingga tidak memerlukan

biaya yang besar untuk melaku-

kannya.

Sebagai ilustrasi dari jumlah

tanaman kakao 594 batang akan

diperoleh biji kakao kering mini-

mal 891 kg/ha/tahun (1,5 kg/ba-

tang), dengan harga Rp 23.000/kg

akan diperoleh pendapatan sebesar

Rp 20.493.000/tahun/ha. Jauh lebih

besar dibandingkan dari tanam-

an karet, apalagi kalau hanya

mengurangi 50 batang tanaman

karet.

Potensi Tanaman di antara

Tanaman Karet

Banyak peneliti yang melaporkan

bahwa menanam tanaman sela di

antara tanaman karet tidak hanya

mendapat tambahan pendapatan

petani tetapi juga berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman karet. Penanaman

tanaman jagung di antara tanam-

an karet, mendapatkan tambahan

penghasilan mencapai Rp 2.500.000

per hektar permusim tanam (Adri et

al., 2012). sama diperoleh pada

penanaman kacang tanah, atau

kacang hijau dan tanaman lainnya.

Tanaman sela di antara karet

dapat ditanam pada sepanjang umur

karet. Pada usia tanaman karet

masih muda (<3 tahun) hampir

semua tanaman pangan seperti

jagung, kacang tanah dan lain-lain

dapat ditanam. Pada usia tanaman

karet telah dewasa dapat ditanam

dengan tanaman kopi atau kakao

yang memerlukan tanaman pe-

naung, tanaman karet dapat ber-

fungsi sebagai tanaman penaung

tersebut. Selama ini sebagai tanaman

penaung ditanam glerisidia yang

hanya menghasilkan daun, jika

tanaman penaung dari tanaman

karet, yang bernilai ekonomi, akan

lebih menguntungkan. Tanaman

sela seperti kopi atau kakao dapat

ditanam pada tanaman karet telah

berumur dewasa atau telah

menghasilkan.

Strategi Perubahan Jarak Tanam

Karet Dimasa Datang

Untuk pengembangan baru,

penanaman dilakukan dengan jarak

tanam 2 x 10 m dan di antara

tanaman karet muda ditanam

dengan palawija. Hal ini dilaku-

kan untuk mengurangi biaya pe-

meliharaan tanaman karet dan

tambahan pendapatan. Banyak la-

poran yang menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh positif terhadap

pertumbuhan tanaman karet dengan

penanaman tanaman sela tersebut.

Pada tanaman karet eksisting

Dilakukan dengan penjarangan

tanaman karet, pada tanaman karet

jarak tanaman 3 x 7 dapat dilaku-

kan dengan menebang satu pohon

secara selang-seling pada 1 baris

tanaman karet berjarak 7 m se-

hingga tesedia lahan 6 x 14 m di

antara dua tanaman karet untuk

ditanam tanaman kakao dengan

jarak 2 x 3 m,

Pada pola tanam ini, jumlah

tanaman karet menjadi 343 tanaman

(69%). Sedangkan populasi tanaman

kakao berjumlah 2.880 tanaman

(261%), lebih banyak dibanding-

kan dengan tanaman yang di-

tanam secara konvensional (1.100

tanaman/ha).

Pada tanaman karet yang jarak

tanamnya tidak beraturan dapat

Gambar 1. Tanaman jagung di antara tanaman karet

Page 27: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Mengenal pala hutan Aceh Selatan

27 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

dilakukan dengan penebangan ta-

naman karet sistem jalur. Ukuran

lebar jalur tanaman karet 3 m dan

jalur untuk tanaman sela 7 m.

sebagai sumber biaya dapat

diperoleh dari hasil penjualan kayu

dari penebangan tanaman karet.

Menyediakan Bibit Tanaman Sela

a. Tanaman pangan

Untuk meningkatkan kemam-

puan petani menanam tanaman sela

sebaiknya petani dibantu dengan

penyediaan bibit agar luasan dan

produksinya menjadi tercapai dan

ekonomis. Jumlah yang sedikit

menyebabkan harga akan murah

karena biaya transportasi yang

tinggi.

b. Tanaman Tahunan/Perkebunan

Perlunya bantuan bibit untuk

tanaman perkebunan sehubungan

dengan ketersediaan bibit unggul.

Tanpa bantuan, petani akan sulit

mendapatkan bibit unggul selain

tidak tersedia, juga harganya mahal.

Penyediaan bibit unggul untuk

cokelat dapat dilakukan dengan

penyediaan bibit unggul lokal, yaitu

bibit yang berasal dari pohon induk

terpilih di lokasi tersebut dan

diperbanyak dengan vegetatif (bibit

grafting). Ini dapat dilakukan

dengan melatih petani untuk

membuat bibit sendiri.

Pengendalian Penyakit

Dapat dilakukan dengan mem-

bentuk satuan-satuan tugas (satgas)

pengendalian penyakit pada setiap

kecamatan yang dikoordinasi oleh

dinas pertanian Kabupaten atau

kota madya. Satgas-satgas tersebut

dilatih oleh balai komoditi yang

berhubungan dengan tanaman yang

dikembangkan.

Penutup

Meningkatkan pendapatan petani

karet dapat dilakukan dengan

merubah jarak tanam yang lama

menjadi jarak tanam yang baru yaitu

2 x 10 m. dengan jarak tanam yang

lebih jarang di antara tanaman

karet dapat ditanam dengan ber-

bagai jenis tanaman sela. Sejak dari

umur muda sampai tanaman karet

dewasa. Dari penghasilan tanaman

sela pendapatan petani karet akan

bertambahdan meningkat. Beberapa

strategi yang dapat ditempuh antara

lain, pada pengembangan baru

dapat langsung ditanam dengan

jarak 2 x 10 dan tanaman palawija.

Pada tanaman yang eksisting di-

lakukan dengan menebang sebagian

tanaman karet sehingga inten sitas

cahaya matahari meningkat dan

dapat ditanam dengan tanaman yang

sesuai. Membantu petani dalam

penyediaan bibit unggul untuk

tanaman sela, dan membentuk

satuan tugas untuk pengendalian

hama dan penyakit.

MENGENAL PALA HUTAN ACEH SELATAN

Pala hutan di Aceh Selatan

banyak ditemukan di areal

perbukitan dan diidentifikasi

sebagai Myristica schifferii Warb.

Pohon dengan tinggi tanaman

dapat mencapai 20 meter.

Buahnya berbentuk bulat sampai

agak lonjong. Warna kulit buah

muda kehijauan, dan pada buah

yang telah tua kulit buah ber-

warna kecokelatan. Ukuran tana-

man, daun, buah dan biji pala

hutan aceh lebih besar dari

buah/biji pala pada umumnya.

Biji diselimuti arilus bewarna

jingga terang saat matang, atau

warna arilus krem kekuningan

saat masih muda. Penutupan

arilus pada buah padat dan rapat

sehingga biji tidak kelihatan.

Buah, arilus dan biji tidak ber-

sifat aromatik. Buah dan fuli bila

dipegang agak bergetah dan cen-

derung agak lengket. Belum ada

penggunaan secara tradisional

buah, biji dan fuli pala hutan

untuk kesehatan oleh masyarakat

setempat. namun biji pala hutan

dimanfaatkan oleh petani setem-

pat sebagai batang bawah di-

sambung dengan pala budidaya.

Disinyalir penggunaan pala hu-

tan sebagai batang bawah untuk

mendapatkan tanaman tahan ter-

hadap serangan jamur akar putih,

selain mendorong pertumbuh-

an tanaman lebih cepat besar.

Penggunaan pala hutan sebagai

batang bawah ini perlu di-

Yulius Ferry dan Saefudin,

Balittri

Page 28: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Mengenal pala hutan Aceh Selatan

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 28

kaji lebih lanjut pengaruhnya

terhadap mutu buah dan biji

sebelum dikembangkan di areal

yang lebih luas.

iri utama marga Myristica

adalah tumbuhan berupa

pohon, percabangan mono-

podial. Daun tunggal, susunan daun

berseling (alternatus), dengan per-

mukaan bawah daun agak kasar,

berkelenjar atau berbulu halus,

pangkal daun meruncing, ujung

daun runcing. Bunga majemuk,

axiler, terdiri dari 2 - 4 bunga. Buah

bulat sampai agak oblong dengan

panjang antara 1 - 10 cm, halus atau

dengan kelenjar pada permukaan-

nya, berdaging tipis sampai agak

tebal. Biji dengan kulit biji yang

keras dan diselubungi oleh salut biji

(arillus) dengan minyak atau lemak

yang aromatik. Di daerah Aceh

Selatan, terdapat tanaman yang

mempunyai penampilan buah dan

biji mirip dengan marga Myristica.

Biji tanaman terbungkus arilus

(fuli), namun baik buah, biji dan

fuli tidak mempunyai aroma me-

nyengat seperti ciri khas pada pala.

Masyarakat setempat menyebut

sebagai pala hutan. Identifikasi yang

telah dilakukan tanaman tersebut

adalah M. schifferii Warb., yang

merupakan salah satu spesies dalam

genus Myristica. Umumnya tanaman

ini hanya dimanfaatkan kayunya

atau sebagai tanaman pemecah

angin/pohon pelindung pada per-

tanaman pala. Akhir-akhir ini biji

pala hutan tersebut dimanfaatkan

untuk batang bawah pada penyam-

bungan pala sebagai bagian dari

usaha untuk penanggulangan penya-

kit akar yang biasa menyerang pala.

Kharakteristik Tanaman

Pala Hutan Aceh berupa tanaman

pohon dengan tinggi tanaman dapat

mencapai 20 meter, bahkan lebih.

Tanaman tumbuh di area per-

tanaman pala atau di wilayah hutan

yang berbatasan dengan kebun pala,

difungsikan untuk pohon pelin-

dung atau pemecah angin. Di area

pertanaman pala di Maluku, sebagai

pohon pelindung biasanya adalah

kenari. Pala hutan Aceh mempunyai

susunan percabangan teratur, antar

cabang membentuk lingkaran ca-

bang seperti pada tanaman pala

pada umumnya. Buah pala hutan

Aceh Selatan berbentuk bulat sam-

pai agak lonjong. Warna kulit buah

muda kehijauan dan pada buah

yang telah tua kulit buah berwarna

kecokelatan. Kulit buah tidak licin

seperti buah pala.

Buah terbentuk pada ketiak daun,

dalam satu rangkaian dapat terdiri

dari banyak bunga namun yang

berkembang sampai buah besar

umumnya 1 - 2 buah/rangkai. Berat

buah masak 100 - 200 gram/butir.

Biji diselimuti arilus bewarna jing-

ga terang saat matang, warna

arilus saat masih muda krem

kekuningan. Penutupan arilus pada

buah sangat padat dan rapat

sehingga biji tidak terlihat. Baik

C

Gambar 1 : Pala hutan di Aceh Selatan (M schifferii). a) penampilan tanaman pala hutan di Aceh Selatan, b) bunga, c) buah dan biji dan d) Per-bandingan pala hutan (warna fuli kuning) dan pala banda (fuli merah).

Gambar : Hasil sambungan pala hutan dan pala budidaya a) dan b) 4 tahun di

lapangan umur 1 tahun

a

b

c

d

a b

Page 29: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Budidaya kopi liberika : ‘’Usahatani berkelanjutan dan ramah lingkungan”

29 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

buah, arilus dan biji tidak bersifat

aromatik. Buah dan fuli bila di-

pegang agak bergetah dan cenderung

agak lengket, dan rasanya agak

kelat. Kulit buah tergolong agak

tipis sehingga porsi biji dalam buah

terlihat lebih besar. Selama ini baik

dari fuli maupun biji belum pernah

dimanfaatkan dan disuling untuk

dianalisa mutu minyaknya.

Manfaat Pala Hutan

Buah, biji dan daun pala hutan

belum banyak dimanfaatkan, bagian

yang telah dimanfaatkan adalah

batang kayu tanaman digunakan

untuk perkakas, walaupun bukan

termasuk kelas kayu bagus. Di Aceh

Selatan biji pala hutan sudah mulai

dimanfaatkan oleh petani setem-

pat sebagai batang bawah untuk

disambung dengan pala budidaya.

Ada indikasi bahwa pala hutan

relatif tahan terhadap serangan

jamur akar putih. Pekebun pala di

Aceh Selatan mulai mengembang-

kan pala sambung sejak tahun 2014

namun masih dalam jumlah ter-

batas. Sampai saat ini belum ada

pertanaman pala hasil sambungan

dengan pala hutan dalam bentuk

hamparan. Benih pala sambungan

tersebut telah pula disebarkan ke

daerah lain di luar Aceh Selatan, di

antaranya ke Pagar Alam, Sumatra

Selatan. Adapun pala yang diguna-

kan sebagai batang bawah adalah

pala hutan sementara untuk batang

atas digunakan pala unggul lokal.

Tanaman pala hasil sambungan

umur 18 bulan sudah mulai belajar

berbunga dan umur 2 tahun sudah

mulai berproduksi. Penyambungan

pala budidaya dengan batang bawah

pala hutan umumnya menggunakan

batang atas pala dari tunas air. Hal

ini disebabkan karena batang yang

terbentuk dari kecambah pala hutan

berukuran lebih besar sehingga

untuk batang atas yang sesuai

ukuran adalah batang yang diambil

dari tunas air. Oleh karena itu

ketersediaan batang atas pala budi-

daya terbatas jumlahnya.

Umumnya tanaman pala yang

telah tua tidak banyak mempunyai

tunas air alami. Untuk merangsang

terbentuknya tunas air perlu dilaku-

kan pemangkasan cabang. Keber-

hasilan penyambungan untuk per-

banyakan tanaman telah banyak

digunakan di antaranya pada ta-

naman hortikultura. Syarat pemi-

lihan batang bawah, di antaranya

adalah tidak mengurangi kualitas

dan kuantitas buah pada tanam-

an yang disambungkan/diokulasi

(Prastowo et. al. 2006). Penyam-

bungan pala hutan ini secara teknis

dan pertumbuhan tanaman telah

berhasil, namun demikian perlu

dilihat lebih lanjut adakah pengaruh

batang bawah terhadap mutu buah

yang dihasilkan. Penggunaan pala

hutan sebagai batang bawah ini

perlu dikaji lebih lanjut pengaruhnya

terhadap mutu buah dan biji.

sebelum dikembangkan benihnya

untuk ditanam di areal yang lebih

luas.

Di Aceh Selatan, di sekitar

wilayah Air Pinang, identifikasi pala

hutan di sekitar daerah tersebut

diperoleh jumlah tanaman pala hutan

dan taksiran produksi benih yang

dapat dihasilkan sekitar 200.000

butir/tahun. Belum ada penggunaan

secara tradisional buah, biji dan fuli

pala hutan untuk kesehatan oleh

masyarakat setempat selain untuk

batang bawah. Pohon pala hutan

biasanya berada di tempat yang

sulit dijangkau, oleh karena itu

pengambilan biji tua untuk ke-

perluan batang bawah benih agak

susah. Biji pala hutan tua kelas

benih di petani dihargai lebih mahal.

Penutup

Pala hutan Aceh Selatan me-

rupakan spesies Myristica sche-

fferii. Pemanfaatan tanaman ada-

lah sebagai batang bawah pada

penyambungan dengan pala budi-

daya dan dimaksudkan untuk me-

ngatasi serangan jamur akar putih.

Penampilan tanaman ini mempunyai

ciri ukuran daun, buah dan biji yang

lebih besar dari pala budidaya pada

umumnya.

Sri Wahyuni dan Ahmad Bakre,

Balittro dan Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH)

Subussalam-Aceh

Mengenal pala hutan Aceh Selatan

Page 30: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Budidaya kopi Liberika: ‘’Usahatani berkelanjutan dan ramah lingkungan”

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 30

BUDIDAYA KOPI LIBERIKA ‘’USAHATANI BERKELANJUTAN DAN RAMAH

LINGKUNGAN” DI TANAH GAMBUT

Tanah gambut merupakan salah satu pilihan lahan untuk pengem-bangan pertanian ke depan yang sulit dihindari di Indonesia. Selain ketersediaan yang cukup luas (10 juta ha), tanah gambut bila di-kelola dengan tepat dapat menjadi lahan pertanian produktif. Kopi Liberika, jenis kopi komersil ke-tiga setelah Arabika dan Robusta dapat dibudidayakan pada tanah gambut dan pengembangannya direkomendasikan karena terbuk-ti selain menguntungkan secara ekonomi, juga menjadi usahatani berkelanjutan dan menjaga keles-tarin tanah gambut sebagai sim-panan karbon dunia di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi dan Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

alah satu jenis tanah yang da-

pat dimanfaatkan untuk pe-

ngembangan pertanian adalah

tanah gambut, yaitu tanah yang

terbentuk dari tumpukan bahan

organik setebal 50 cm atau lebih

dengan kandungan karbon organik

sedikitnya 12% (kalau ketebalan

< dari 50 cm disebut tanah ber-

gambut). Tanah gambut banyak

didapatkan di daerah sebelah dalam

pantai Sumatera, Kalimantan dan

Papua dan bisaanya terpengaruh

oleh air pasang-surut. Tanah gambut

rentan mengalami degradasi dan di

Indonesia yang dinilai sesuai untuk

pengembangan pertanian ada sekitar

10 juta ha (Haryono, 2013).

Secara alami penggunaan tanah

gambut untuk lahan budidaya mem-

punyai beberapa faktor pembatas

pertumbuhan dan produksi, seperti

reaksi tanah masam, ketersediaan

hara rendah, rentan mengalami sub-

sidensi (penurunan permukaan

tanah) dan daya menahan beban ren-

dah. Tanah gambut dari aspek ling-

kungan adalah primadona karena

perannya yang begitu besar sebagai

menyimpan karbon dunia. Penggu-

naan tanah gambut yang tidak hati-

hati akan menyebabkan terjadinya

emisi karbon dan gas rumah kaca

lainnya ke atmosfir sehingga men-

dorong pemanasan global dan per-

ubahan iklim.

Tanah gambut di lahan gambut

pasang surut Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, Provinsi Jambi dan

Kabupaten Meranti, Provinsi Riau,

dimanfaatkan petani untuk budi-

dayakan kopi Liberika yaitu jenis

kopi komersil ketiga setelah kopi

Arabika dan Robusta di Indonesia.

Tanaman kopi Liberika dan buah/

bijinya lebih besar dibanding kopi

Arabika dan Robusta. Oleh karena

jarak tanam kopi ini pada tanah

gambut sekitar 3 x 3 m atau 4 x 2,5

m Jenis kopi ini belum begitu di-

kenal karena konsumennya yang

masih terbatas yaitu terutama di

daerah lokasi penanaman dan negara

pengimpor kopi Liberika yakni

Malaysia dan Singapura.

Di daerah Tanjung Jabung Barat,

Provinsi Jambi, petani menanam

kopi Liberika di tanah gambut seluas

lebih kurang 3000 ha, sementara di

daerah Kabupaten Meranti, Provinsi

Riau seluas 1000 ha. Bagaimana asal

muasal penanaman kopi Liberika di

daerah tersebut informasinya belum

begitu jelas, namun menurut petani

kopi di daerah Tanjung Jabung

Barat, Provinsi Jambi, kopi Liberika

mulai dikembangkan orang tua me-

reka di tanah gambut pada tahun

1940an.

Prospek Pengembangan Kopi

Liberika

Balai Penelitian Tanaman Indus-

tri dan Penyegar (Balittri) yang ber-

tanggungjawab untuk penelitian ta-

naman kopi pada Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perkebunan, Ba-

dan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, di antaranya mempelajari

potensi plasma dan ekonomi dari

tanaman perkebunan yang berkem-

bang di tengah masyarakat, salah

satunya tanaman kopi Liberika.

Strategi yang digunakan untuk hal

itu adalah dengan melakukan peng-

enalan produk kopi Liberika ke

masyarakat pecinta kopi pada setiap

ajang pameran inovasi teknologi

pertanian dan ternyata respon konsu-

men kopi cukup baik. Hasil uji cita

rasa untuk mengetahui nilai kesuka-

an konmumen terhadap kopi Libe-

rika mendapatkan nilai berkisar 7,5.

Nilai ini lebih baik dibanding nilai

kesukaan konsumen terhadap kopi

Robusta yaitu berkisar 6,5 - 7,0.

Potensi lain dari kopi Liberika

yang ditanam pada tanah gambut

pasang surut adalah tanaman ber-

buah sepanjang tahun (dipanen

setaip bulan) dengan dua kali masa

panen puncak yaitu bulan Mei - Juli

dan bulan November - Januari.

Rendemen kopi Liberika berkisar

10%, lebih rendah dibanding ren-

demen kopi Arabika (16%) dan

Robusta (20%), tetapi dengan ber-

buah sepanjang tahun, produksi biji

kopi tanaman kopi Liberika di

tanah gambut pada tingkat petani

berkisar 800 kg/ha/tahun yang

adalah lebih baik dibanding rata-

rata produksi kopi Robusta petani

yang berkisar 650 kg/ha/tahun.

Kadar kafein kopi ini sekitar 1,1 -

1,3%, lebih rendah dari pada kadar

kafein kopi Robusta (1,7 - 4 %) dan

agak sebanding dengan kadar kafein

kopi Arabika (0,8 - 1,4%).

S

Page 31: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Budidaya kopi liberika: ‘’Usahatani berkelanjutan dan ramah lingkungan”

31 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020

Berkelanjutannya usahatani kopi

Liberika di tanah gambut di Kabu-

paten Tanjung Jabung Barat, Provin-

si Jambi dan Kabupaten Meranti,

Provinsi Riau adalah karena pangsa

pasar yang jelas, harga yang meng-

untungkan dan tingkat produksi bisa

bertahan. Biji kopi Liberika sampai

saat ini selalu dicari oleh pedagang

pengumpul untuk diekspor ke Ma-

laysia dan Singapura. Harga biji

kopi Liberika saat ini berkisar

Rp 28.000/kg dengan harga terting-

gi mencapai Rp 43.000/kg (tahun

2017/2018) dan harga terrendah ber-

kisar Rp 25.000/kg. Dengan pro-

duksi biji sekitar 800 kg/ha/tahun

dan harga Rp 28.000/kg maka peng-

hasilan petani kopi Liberika yang

ditanam di lahan gambut mencapai

22,4 juta/ha/pertahun. Sampai saat

ini harga biji kopi Liberika masih

jauh lebih baik dibanding harga biji

kopi Robusta yang masih berkisar

Rp 18.000/kg. Hasil budidaya kopi

Liberika yang cukup baik ini telah

menjadi penghasilan utama bagi

sekitar 2.300 KK petani di Kabu-

paten Tanjung Jabung Barat, Pro-

vinsi Jambi.

Sebagai bentuk lain dari ke-

seriusan Balittri mendorong per-

kembangan kopi Liberika maka

Pemulian Balittri berhasil melepas

dua varietas unggul lokal tanaman

kopi Liberika yaitu varietas Liberoid

Meranti 1 (LIM 1) dan Liberoid

Meranti 2 (LIM 2).

Budidaya Kopi Liberika Ramah

Lingkungan

Saat ini sudah menjadi kepen-

tingan kita semua untuk ikut meme-

lihara kelestarian tanah gambut

sebagai penyimpan karbon dunia.

Bila tanah gambut dikelola secara

sembarangan maka tidak diragukan

lagi akan melepas begitu banyak gas

CO2 dan emisi gas rumah kaca

lainnya ke udara/atmosfir (FAO,

2012). Sekitar 50% dari emisi gas

karbon di Indonesia dilaporkan ber-

asal dari tanah gambut (Hooijer et

al. 2012). Oleh karena itu Peneliti

dari Balittri (Hafif dan Sasmitha

2019) mempelajari bagaimana pe-

ngaruh budidaya kopi Liberika ter-

hadap kerusakan lingkungan di ta-

nah gambut khususnya terhadap

dinamika simpanan karbon tanah

gambut. Hasil observasi mendapat-

kan secara rata-rata emisi CO2 dari

tanah gambut yang ditanami kopi

Liberika adalah 24 ton/ha/tahun.

Rata-rata besaran emisi CO2 dari

lahan gambut yang ditanami kopi

Liberika tersebut masih berada da-

lam rentang emisi CO2 dari tanah

gambut kondisi alami (20 - 40 ton/

ha/tahun) (Dewi et al. 2010). Se-

mentara dari biomasa tanaman kopi

(serasah, kulit dan caking buah)

yang kembalikan ke lahan tanam be-

rupa kompos, berkontribusi terhadap

sekuestrasi (penyimpanan karbon

kembali ke tanah gambut) sekitar 12

ton/ha/tahun, atau dalam bentuk CO2

berkisar 45 ton/ha/tahun. Hal itu

belum mencakupkan begitu banyak-

nya C atmosfir yang terjerap di da-

lam biomasa tanaman kopi Liberika

yang masih tumbuh. Dari perhitung-

an dan pertimbangan tersebut dapat

direkomendasikan bahwa budidaya

kopi Liberika pada tanah gambut

adalah budidaya yang ramah ling-

kungan, khususnya lingkungan tanah

gambut.

Penutup

Dari uraian di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa ke depan peng-

gunaan tanah gambut untuk areal

pertanian merupakan salah satu pi-

lihan yang tidak dapat dihindari di

Indonesia. Tantangan cukup besar

dalam memanfaatkan tanah gambut

adalah menjaga kelestariannya kare-

na tanah ini rentan terdedgradasi.

Budidaya tanaman kopi Liberika di

tanah gambut dinilai merupakan

pilihan yang baik, karena budidaya

tanaman ini selain berpotensi secara

ekonomi juga berkelanjutan dan

menjaga kelestarian tanah gambut

sebagai simpanan karbon dunia.

Gambar 1. Keragaan tanaman kopi Liberika produktif; a) berumur >10 tahun

dan b) berumur 5 tahun di tanah gambut kecamatan Betara Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi

Gambar 2. Keragaan kebun kopi Liberika petani yang tertata baik di tanah

gambut daerah Betara Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi

Bariot Hafif, Balittri

a b

Page 32: ISSN 0853 - 8204 W A R T Aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02  · tanaman obat yang tidak asing bagi pengobatan masyarakat di Indonesia, dalam pengobatan

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 32

egara kita tercinta memiliki potensi pangan lokal yang luar biasa besar dan bisa

menjadi substitusi beras sebagai ma-kanan pokok. Untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal, Tanggal 19 Agustus 2020 dicanangkan Gerakan Diversifikasi Pangan serentak secara Nasional, Ekspose UMKM Pangan Lokal dan Buah Nusantara tahun 2020 oleh Menteri Pertanian dan melibatkan Pemerintah Daerah di 34 Provinsi seluruh Indonesia di halam-an gedung PIA Kementan, Jakarta.

Gerakan ini sekaligus mengajak masyarakat untuk mengubah pola konsumsi agar tidak tergantung pada satu komoditas saja. Melalui kegiat-an ini, masyarakat diajak untuk mengenal dan memahami manfaat pangan lokal yang sangat beragam dan sangat berpotensi dijadikan sumber karbohidrat non beras.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutan dan arahan beliau saat menyapa para Kepala Daerah (Gubernur/Bupati) secara virtual, “Hari ini kami melaunching Pencanangan Gerakan Diversifikasi Pangan serentak secara Nasional, Ekspose UMKM Pangan Lokal dan Buah Nusantara tahun 2020, mohon bantuan para Gubernur untuk bersama-sama”, himbau Mentan.

Kita akan buat di luar negeri ada hari khusus Indonesia dengan meng-undang secara gratis orang minum kopi, akan kami programkan tahun ini. Kegiatannya berupa pameran kecil sambil minum kopi di cafe-

cafe yang ada di luar negeri sambil menampilkan beberapa produk kita yang bisa mereka beli. Tidak hanya itu, ubi kayu, mungkin saja orang Indonesia yang ada di Korea Selat-an, Jepang, butuh ubi kayu, itu su-dah menjadi solusi produk UMKM kita.

Di pameran ada pangan lokal dari ubi, pisang, sagu, talas, kentang, kesemuanya saya kagum, rasanya enak, bervariasi”, ujarnya. Orang di luar negeri termasuk orang Indone-sia yang berada di sana, tentu rindu makanan khasnya dan kita bisa pro-duk itu. Untuk itu diharapkan kerja-sama yang baik dari para Gubernur, Kementan siap dihubungi kapan saja, imbuh Mentan.

Mentan berharap disaat-saat pan-demi seperti ini kekompakan men-jadi penting. Kesatuan emosional menghadapi tantangan adalah salah satu jalan keluar, kita tidak perlu mencari apa yang kurang, yang ada mari kita saling melengkapi dan harus bersedia bekerjasama, bergo-tong royong dan ini adalah arahan Presiden kepada semua Menteri

yang ada. Selanjutnya Mentan mela-kukan dialog dengan para Gubernur dan Wakil Gubernur secara virtual.

Dalam kunjungan ke stand pa-meran, Menteri Pertanian yang di-dampingi Kepala Badan Litbang Pertanian beserta pejabat eselon 1 dan 2 lingkup Kementan berkenan mengunjungi stand Badan Litbang Pertanian. Pada kesempatan ini Pus-litbang Perkebunan bersama Balit menampilkan produk Hand Sanitizer yang langsung digunakan oleh pak Menteri. Di samping itu beliau juga mencicipi produk olahan cokelat, serta melihat-lihat produk lain se-perti Coconut brown sugar, secang dan lain-lain. Mentan memberi arah-an agar produk-produk ini di- kelola dengan baik, begitu juga dengan mesinnya, kemasannya dan pemasarannya, supaya masyarakat mengetahui akan produk-produk yang dihasilkan Badan Litbang Kementerian Pertanian.

PEDOMAN BAGI PENULIS

Pengertian : Warta merupakan in-formasi teknologi, prospek komo-ditas yang dirangkum dari sejumlah hasil penelitian yang telah diter-bitkan. Bahasa : Warta memuat tulisan dalam Bahasa Indonesia. Struktur : Naskah disusun dalam urutan : judul tulisan (15 kata), Ringkasan, pendahuluan, topik-topik yang dibahas, penutup dan saran, serta daftar pustaka maksimal 5 serta nama penulis dengan alamat ins-tansinya.

Bentuk Naskah : Naskah diketik di

kertas A4 pada satu permukaan saja,

dua spasi huruf Times New Roman-

ce ukuran 12 pt dengan jarak 1,5

spasi. Tepi kiri kanan tulisan dise-

diakan ruang kosong minimal 3,5

cm dari tepi kertas. Panjang naskah

sebaiknya tidak melebihi 15 halam-

an termasuk tabel dan gambar.

Judul Naskah : Judul tulisan me-

rupakan ungkapan yang menggam-

barkan fokus masalah yang dibahas

dalam tulisan tersebut.

Pendahuluan : Berisi poin-poin

penting dari isi naskah, suatu peng-

antar atau paparan tentang latar

belakang topik, ruang lingkup ba-

hasan dan tujuan tulisan. Jika diper-

lukan disajikan pengertian-penger-

tian dan cakupan bahasan.

Topik bahasan : Informasi tentang

topik yang dibahas disusun dengan

urutan logika secara sistematis.

Penutup dan Saran : Berisi inti sari pembahasan himbauan atau saran tergantung dari materi bahasan.

N

MENTERI PERTANIAN LAUNCHING GERAKAN DIVERSIFIKASI PANGAN

SECARA NASIONAL

BERITA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

Bursatriannyo/Tim Web