issn 0853 - 8204 w a r t aperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2020/08/02 ·...
TRANSCRIPT
AKAR MANIS (Glycyrrhiza glabra) TANAMAN OBAT EKSPEKTORAN BERNILAI EKONOMI
Akar manis atau Licoric (Ameri-ka) atau Liquorice (Inggris) ada-lah simplisia yang dihasilkan dari akar Glycyrrhiza glabra dan Glycyrrhiza inflata, dalam peng-obatan tradisional digunakan
untuk ekspektoran dan peng-obatan tukak lambung, hepatitis C, penyakit paru-paru, serta kulit. Hasil penelitian menunjukkan Asam Glycyrrhizic (GA) dapat menghambat aktivitas virus HIV1,
virus hepatitis, avian infectious bronchitis virus (IBV) dan efektif menghambat replikasi dari dua isolat virus korona terkait SARS (FFM-1 dan FFM-2) dalam sel Vero. Nilai perdagangan dunia ekstrak tanaman ini pada tahun 2019 mencapai US $ 170.137 juta, dengan negara eksportir utama Turkmenistan, Iran, Perancis, Uni Emirat Arab dan Cina. Industri farmasi di Indonesia mengimpor ekstrak akar manis dari beberapa negara produsen dengan nilai mencapai US$ 2,74 juta. Akar ma-nis merupakan bahan obat yang sebagian besar ditambang dari alam, pasokan dalam perdagang-an global berfluktuasi dan cen-derung berkurang. Sebagai salah satu negara importir, Indonesia perlu mengantisipasi dengan pemenuhan dari dalam negeri karena selain untuk memenuhi industri, tanaman ini prospek- tif untuk pengobatan penyakit pernafasan yang saat ini sedang menjadi pandemi.
kar manis atau Licoric
(Amerika) atau Liquorice
(Inggris) adalah simplisia
+
A
Volume 26, Nomor 2 Agustus 2020
W A R T A
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
TERBIT TIGA KALI SETAHUN
ISSN 0853 - 8204
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN INDUSTRI
Sumber : https://wartakota.tribunnews.com/2015/01/10/tanaman-akar-manis-ternyata-bisa-sembuhkan-diabetes
Gambar 1. a) Tanaman akar manis b) daun, batang, c) bunga, d) irisan batang akar manis (disebut akar manis), e) akar manis dihaluskan dan seduhan akar manis.
a
b
c d
e
Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 2
yang dihasilkan dari akar Gly-
cyrrhiza glabra dan Glycyrrhiza
inflata, merupakan tanaman sejenis
polong-polongan berasal dari Eropa
Selatan dan beberapa bagian wilayah
Asia. G. glabra ditemukan di
Spanyol, Italia, Turki, Irak, Iran,
Asia Tengah dan bagian barat laut
Cina. Nama liquorice berasal dari
bahasa Yunani kuno "Glykos rhiza,"
yang artinya “akar manis”. Akar
manis merupakan tanaman tahunan
dari famili Fabaceae, karena per-
kembangan akarnya yang dapat me-
ngurangi produksi tanaman utama,
maka akar manis digolongkan
sebagai gulma pada pertanaman
gandum, kapas, kentang, bit dan
pakan ternak. Berdasarkan daerah
penyebarannya terdapat beberapa
varietas akar manis yaitu G. glabra
var. Typica (Licorice Spanyol) dan
G. glabra var. Glandulifera (Li-
corice Rusia), G. uralensis di-
temukan di Asia Tengah, Mongolia
dan Cina, sedangkan G. inflata
ditemukan di daerah Otonomi
Xinjiang Uygur Cina. Menariknya,
semua 3 spesies Glycyrrhiza, yaitu
G. glabra, G. uralensis dan G.
inflata, ditemukan di Xinjiang, Cina
(Yamamoto dan Tani 2006).
Akar Glycyrrhiza berwarna co-
kelat, panjang dan silindris dan
harus berumur 3 sampai 4 tahun
sebelum dapat dipanen dan di-
keringkan untuk ekstraksi. Ekstrak
akar manis diperdagangkan sebagai
pasta, blok atau bubuk kering
semprot. Asam Glycyrrhizic (GA)
atau Glycyrrhizin sebagai kompo-
nen utama akar manis, merupakan
saponin triterpenoid yang diklaim
30 - 50 kali lebih manis dari sukrosa
dan digunakan dalam industri far-
masi, makanan dan tembakau. In-
dustri tembakau merupakan peng-
guna utama ekstrak akar manis.
Industri kembang gula diperkirakan
menjadi pengguna terbesar kedua,
disusul industri farmasi.
Akar manis memiliki sifat far-
makologis yang bermanfaat seperti
antiinflamasi, antivirus, antimikroba,
antioksidan, antikanker dan imuno-
modulator. Akar manis yang dikenal
sebagai kayu legi juga digunakan
sebagai obat tradisional terutama
untuk pengobatan tukak lambung,
hepatitis C dan penyakit paru-paru
dan kulit. Rimpang dan akar ke-
ring akar manis telah digunakan se-
bagai ekspektoran dan karminatif
oleh orang Mesir, Cina, Yunani,
India dan peradaban Romawi, juga
digunakan sebagai opthalmia, anti
sifilis dan antidisentri, gangguan
pencernaan, tenggorokan kering,
abses bengkak dan bertindak sebagai
diuretik (Usmanghani, 1997). Di
Jepang, GA telah digunakan se-
lama lebih dari 40 tahun untuk
pengobatan penyakit hati, khususnya
untuk mengobati hepatitis kronis (Li,
2014).
Tahun 2019, nilai perdagangan
dunia ekstrak tanaman ini mencapai
US$ 170.137 juta, dengan negara
eksportir utama Turkmenistan, Iran,
Perancis, Uni Emirat Arab dan Cina.
Industri farmasi di Indonesia me-
ngimport ekstrak akar manis dari
beberapa negara produsen dengan
nilai mencapai US$ 2,74 juta. Pada
tahun 2017 Indonesia pernah meng-
ekspor simplisia akar manis ke Iran,
Turki, Belanda dan Jerman.
Deskripsi Tanaman
Akar manis (G. glabra) termasuk
famili Fabaceae, berupa tanaman
tahunan berbentuk terna dan dapat
tumbuh tinggi sampai satu meter
dengan daun yang tumbuh seperti
sayap (pinnate) yang panjangnya 7
sampai 15 cm, dengan jumlah daun
9-17 helai dalam satu cabang. Bunga
akar manis tersusun secara in-
florescens (berkelompok dalam satu
cabang), warnanya berkisar dari
keunguan sampai putih kebiru-
biruan serta berukuran panjang 0,8 -
1,2 cm. Buah akar manis berpolong
dan berbentuk panjang 2 - 3 cm, dan
mengandung biji. Akar manis
tumbuh dengan baik di tanah yang
dalam, subur, cukup air dan dalam
Warta Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Industri me-muat pokok-pokok kegiatan serta hasil penelitian dan pengem-bangan tanaman perkebunan.
PELINDUNG : Kapuslitbang Perkebunan
SYAFARUDDIN
PENANGGUNG JAWAB :
TEDY DIRHAMSYAH
A. DEWAN REDAKSI Ketua Merangkap Anggota
ENDANG HADIPOENTYANTI
Anggota :
DONO WAHYUNO DYAH MANOHARA
E. RINI PRIBADI OCTIVIA TRISILAWATI IWA MARA TRISAWA
HERNANI
B. REDAKSI PELAKSANA
SUDARSONO ELFIANSYAH DAMANIK
YANA SURYANA
Alamat Redaksi dan Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Jln. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111 Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194
Sumber Dana :
DIPA 2O20 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
DAFTAR ISI
Informasi Komoditas
Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat
ekspektoran bernilai ekonomi .......................... 1
Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan petani sawit ........ 5
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dam-
paknya terhadap perubahan pola iklim di
IP2TP Sukamulya ............................................ 9
Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji
(Cinnamomum burmanii) asal Jambi ............... 16
Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan
lahan dan konservasi air pada kawasan kemiri
sunan (Reutealis trisperma) ............................ 20
Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan
pendapatan petani karet ................................... 24
Mengenal pala hutan Aceh Selatan .................. 27
Budidaya kopi Liberika ӟsahatani berkelanjut-
an dan ramah lingkungan” di tanah lahan
gambut ............................................................. 30
Berita
Menteri Pertanian launching gerakan di-
versifikasi pangan secara nasional ................... 32
Pedoman bagi penulis ...................................... 32
Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..
3 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
iklim yang penuh cahaya mata-
hari. Biasanya dipanen pada musim
gugur 2 atau 3 tahun setelah pe-
nanaman. Zat yang terkandung di
dalamnya adalah glycyrrhizin, Spe-
sies G. uralensis adalah jenis akar
manis yang paling banyak mengan-
dung zat ini. Spesies lainnya yang
berasal dari Amerika Utara ada-
lah G. lepidopta dan G. uralensis
tumbuh di daerah Cina biasa di-
gunakan sebagai bahan baku obat-
obatan.
Kandungan Kimia
Akar manis mengandung ber-
bagai komponen kimia yaitu gula,
flavonoid, sterol, asam amino, resin,
pati, minyak atsiri dan saponin.
Saponin utama mengandung asam
glycyrrhizic atau glycyrrhizin (C42
H62 O16), terbanyak terdapat pada
akar mencapai 6% - 20% berat
kering. Asam amino yang terdapat
pada akar manis adalah asam-2-beta-
glycyrrhizic, asam glukuronat, asam
glycyrrhetinic (enoxolone), tannic
asam, asparagin, resin, minyak atsiri.
Flavonoid seperti liquiritigenin,
liquiritin, isoliquiritigenin, isoli-
quiritin dan senyawa kumarin, se-
perti herniarin dan umbelliferone.
Flavonoid paling terkenal yang di-
temukan oleh Organisasi Standar-
disasi Internasional di akar manis
adalah senyawa glabridin, gliserin
flavon, glabren, glabryl, formono-
netin, isoliquiritigenin. Daun akar
manis mengandung rotine dan
isoquercetin dan juga dihydro-
stilbenes sebagai antioksidan.
Kandungan senyawa organik
pada akar manis berupa asam gli-
siretinat yang berkhasiat sebagai
ekspektoran dengan cara mengu-
rangi kekentalan mukus untuk me-
mudahkan pengeluaran dahak (Biz-
zet, 1994), serta merupakan peng-
hambat enzim 11β-hydroxysteroid
dehydrogenase (11β-OHSD) type
2 yang berfungsi mengubah hor-
mon kortisol menjadi hormon korti-
son. Konsumsi berlebihan dapat
menimbulkan simtoma diuresis
dan lebih lanjut menyebabkan
tekanan darah tinggi. Senyawa
bioaktif dari tanaman akar manis
yang berperan sebagai senyawa
antibakteri adalah adalah n-
Hexadecanoic acid yang merupakan
golongan asam lemak dan 4H-Pyran
4-one 2,3 dihydro-3,5-dihydroxy-6
methyl dari golongan flavonoid.
Pemanfaatan Akar Manis Sebagai
Ekspektoran dan Aktivitas Ga
sebagai Antivirus Serta Gang-
guan Pernafasan
Akar manis atau bahasa dae-
rahnya kayu legi bukan merupakan
tanaman obat yang tidak asing bagi
pengobatan masyarakat di Indonesia,
dalam pengobatan tradisonal di-
gunakan sebagai ekspektoran (pe-
luruh dahak). Dalam industri obat,
akar manis merupakan komponen
utama obat batuk hitam (OBH) dan
permen pelega tenggorokan (Fornas,
1978). Sebagai obat batuk dire-
komendasikan dengan dosis 1 x 10
gram akar/hari (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No-
mor HK.01.07/MENKES/187/2017).
Hasil penelitian menunjukkan GA
dapat menghambat aktivitas virus
HIV1, virus hepatitis dan avian
infectious bronchitis virus (IBV)
pada manusia (Li et al. 2009). Pada
tahun 2003, dilaporkan bahwa GA
secara efektif menghambat replikasi
dari dua isolat virus korona terkait
SARS (FFM-1 dan FFM-2) dalam
sel Vero. Modifikasi struktur GA,
khususnya dengan memodifikasi
turunan amida dan konjugat asam
amino dapat meningkat aktivitas
melawan SARS-CoV dan mengu-
rangi peningkatan sitotoksisitas
(Hoever et al. 2005). GA juga ber-
guna untuk mengobati infeksi per-
napasan dan sindrom gangguan per-
nafasan akut (Jia et al. 2015; Li et
al. 2018; Yao et al. 2019). GA juga
dapat mengurangi cedera paru akut
(Kong et al. 2019).
Nilai Ekonomi Akar Manis
Akar manis diperdagangkan da-
lam bentuk terna, simplisia dan
ekstrak. Dengan berkembangnya in-
dustri obat dan penggunaannya,
beberapa sumber melaporkan bahwa
permintaan akar manis selalu me-
ningkat akan tetapi data spesifik
perdagangan dari masing-masing
jenis produk akar manis sulit untuk
diperoleh. Delapan puluh persen
Tabel 1. Ekspor ekstrak akar manis dunia tahun 2015 sampai 2019
Negara eksportir
Ekspor tahun 2019 Tahun 2015 - 2019 Laju
nilai
ekspor
2018-
2019
(%)
Pangsa
pasar
(%) Nilai (US$
juta)
Volume
(ton)
Harga
satuan
(US$/
ton)
Laju nilai
ekspor (%)
Laju
volume
ekspor
(%)
Dunia 170.137 0 -5 2 -18 100 Perancis 27.559 3.333 8.269 15 14 -2 16,2 Uzbekistan 25.906 5.828 4.445 37 15,2 Iran 18.018 3.562 5.058 -3 4 -19 10,6 Jerman 17.507 2.613 6.700 -6 -5 0 10,3 Cina 16.534 2.591 6.381 -8 -4 -21 9,7 Turkmenistan 13.614 2.882 4.724 3 17 5 8 Amerika 13.078 986 13.264 -21 -22 -31 7,7 Uni Emirat Arab 10.693 1.750 6.110 2 20 -46 6,3 Belanda 9.578 1.170 8.186 14 8 13 5,6 Israel 5.232 0 -24 -51 3,1 Jepang 3.765 31 121.452 -6 -8 -20 2,2 Tajikistan 1.243 114 10.904 -10 -2 1 0,7 Azerbaijan 1.156 163 7.092 -17 1 9 0,7 Itali 1.132 153 7.399 33 60 19 0,7 Denmark 880 54 16.296 8 4 -23 0,5 Korea Selatan 608 6 101.333 3 15 3 0,4 Inggris 586 67 8.746 12 17 129 0,3 Rusia 549 77 7.130 192 109 85 0,3 Kazakhstan 525 89 5.899 100 112 -28 0,3 Negara Lainnya 1.974 257
Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics.
Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi
Akar manis (Glycyrrhiza glabra) tanaman obat ekspektorat bernilai ekonomi
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 4
akar manis yang diperdagangkan
diperoleh dari penambangan ta-
naman liar. Karena peningkatan
permintaan, beberapa negara di
Eropa seperti Perancis, Itali dan
Spanyol mencoba untuk membudi-
dayakannya, akan tetapi harga jual
yang mereka peroleh tidak dapat
bersaing dengan akar manis yang
ditambang dari alam.
Pada tahun 2019 nilai per-
dagangan akar manis mencapai
US$ 170.137 juta. Diperkirakan se-
pertiga perdagangan akar manis
dunia dalam bentuk esktrak dan dua-
pertiga dalam bentuk terna dan
simplisia. Eksportir utama ekstrak
akar manis adalah Perancis, Uzbe-
kistan, Iran, Jerman dan Cina.
Antara tahun 2015 sampai 2019 laju
volume ekspor akar manis di pasar
dunia meningkat dengan laju
2%/tahun, akan tetapi laju nilai
ekspornya turun sebesar 5%/tahun.
Negara-negara eksportir dengan laju
peningkatan nilai ekspor positif
seperti Perancis dan Turmekistan,
maka laju volume ekspornya juga
meningkat. Negara-negara maju
seperti Amerika, Jepang dan Korea
Selatan memperoleh harga jual
esktrak yang lebih mahal dari negara
lain, mungkin karena produk yang
mereka hasilkan lebih tinggi
mutunya (Tabel 1.)
Transparency Market Research
memperkirakan antara tahun 2017
sampai 2025 laju pertumbuhan
permintaan akar manis pasar global
sebesar 4% per tahun. Uni Eropa
menyumbang sekitar seperempat
dari kebutuhan pasar global. Pro-
duksi pemanis MAG (Mono Ammo-
nium Glycyrrhizinate) dari akar
manis adalah pendorong utama di
balik pertumbuhan pasar (https://
www. cbi.eu/market-information/na-
tural-food-additives/liquorice). Saat
ini meskipun produksi MAG kecil,
penggunaan MAG sebagai peng-
ganti pada produk pemanis stevia
memiliki banyak potensi untuk
berkembang.
Di Eropa permintaan akar manis
terus meningkat dan diperkirakan
akan terjadi kelangkaan pasokan ke
pasar Eropa karena Cina, yang
dulunya adalah pengekspor akar dan
ekstrak, menjadi pengimpor. Hal
tersebut tidak hanya disebabkan oleh
peningkatan permintaan, tetapi juga
oleh berkurangnya pasokan di Cina.
Kebanyakan akar akar manis di-
panen secara liar (ditambang) dan
karena permintaan yang besar maka
sumber daya yang ada menjadi
langka. Sebagai perbandingan, pada
tahun 1990-an Cina mengekspor
8.000 - 10.000 ton akar manis (baik
akar maupun ekstrak), sedangkan
ekspor turun menjadi sekitar 3.500
ton pada tahun 2006 dengan impor
meningkat menjadi lebih dari 4.000
ton. Perkembangan ini memenga-
ruhi ketersediaan ekstrak akar manis
untuk digunakan di Eropa.
Indonesia adalah salah satu ne-
gara importir ekstrak akar manis,
dengan volume 2% dari total im-
por ekstrak akar manis dunia. Pada
tahun 2019, impor akar manis In-
donesia senilai US$ 2,74 juta de-
ngan volume sebanyak 227 ton.
Tabel 2. Impor ekstrak akar manis dunia tahun 2015 sampai 2019
Negara Importir
Impor tahun 2019
Laju impor
2015 - 2019 (%) Laju
nilai
impor
2018-
2019 (%)
Pangsa
terhadap
impor
dunia
(%)
Perkir
aan
tarif
masu
k (%)
Nilai
(US$
1.000)
Volume
(ton)
Harga/
satuan
(US$/
ton)
Nilai Volume
Dunia 138.010 20.464 6.744 -3 1 -16 100
Jerman 27.016 4.296 6.289 -5 -3 -6 19,6 0,8
Cina 24.518 4.943 4.960 3 9 34 17,8 5,8
Belanda 15.084 2.024 7.453 14 18 -3 10,9 0,8
Amerika 13.442 1.679 8.006 -6 -1 -50 9,7 1,5
Perancis 11.899 1.935 6.149 5 9 -39 8,6 0,8
Jepang 5.338 408 13.083 -2 9 18 3,9 0
Inggris 2.987 415 7.198 3 3 15 2,2 0,8
Finlandia 2.861 435 6.577 -2 -3 -16 2,1 0,8
Indonesia 2.735 227 12.048 -2 -4 -8 2 4,7
Itali 2.734 704 3.884 -3 10 1 2 0,8
Uni Emirat Arab 2.680 509 5.265 79 332 1,9 4,5
Rusia 2.574 166 15.506 -8 -12 -15 1,9 3,2
Polandia 1.949 213 9.150 -20 -11 -32 1,4 0,8
Turki 1.935 182 10.632 -3 -2 -48 1,4 1,7
Austria 1.687 216 7.810 66 63 39 1,2 0,8
Kanada 1.409 229 6.153 6 7 -3 1 0
Slovakia 1.235 208 5.938 -4 -6 -9 0,9 0,8
Thailand 1.161 82 14.159 -5 -11 -28 0,8 3,7
Singapura 1.125 126 8.929 4 10 -43 0,8 0
Negara Lainnya 13.637 1.467
Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics
Tabel 3. Impor ekstrak akar manis Indonesia tahun 2015 sampai 2019
Negara
Eksportir
Impor tahun 2019
Laju impor
2015 - 2019 (%) Laju
nilai
impor
2018-
2019
(%)
Rata-rata
tarif yang
ditetapkan
oleh
Indonesia
(%)
Nilai
(US$
1.000)
Pangsa
terhadap
impor
Indonesia
(%)
Volume
(ton)
Harga/s
atuan
(US$/
ton)
Nilai Volume
Dunia 2.735 100,00 227 12.048 -2 -4 -8
Cina 1.641 60,00 169 9.710 10 7 -19 0
Jepang 478 17,50 1 478.000 65 17 0
Jerman 298 10,90 45 6.622 -10 -8 -22 5
Amerika 271 9,90 9 30.111 -35 -39 125 5
Iran 21 0,80 2 10.500 16 15 -1 5
Perancis 11 0,40 0 30 618 5
Malaysia 7 0,30 0 321 0
Belanda 5 0,20 0 24 5
Swiss 3 0,10 0 -2 1 5
Sumber : ITC calculations based on UN COMTRADE and ITC statistics
Penulisan Cina Cina
Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..
5 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
Harga beli satuan akar manis yang
diimpor ke Indonesia cukup mahal
dibandingkan dengan negara Im-
portir lainnya (Tabel 2).
Antara tahun 2015 sampai 2019,
Indonesia mengimpor ekstrak akar
manis antara lain dari Cina, Jepang,
Jerman, Amerika dan Iran. Cina dan
Iran adalah wilayah yang meng-
hasilkan akar manis, sedangkan
Jepang, Jerman dan Amerika bukan
penghasil herba akar manis, mereka
adalah negara importir akar manis
dan mengolahnya menjadi ekstrak
yang bernilai jual tinggi.
Glycyrrhizin adalah obat resep
yang digunakan dalam pengobatan
penyakit hati dan alergi di Jepang,
diproduksi sebagai sediaan injeksi
dan dalam bentuk tablet dan telah
tersedia di pasar Jepang selama lebih
dari 60 tahun tahun. Obat tersebut
juga diekspor ke Cina, Korea, Tai-
wan, Indonesia, India dan Mongolia
dimana prevalensi virus hepatitis B
dan C relatif tinggi (http://www.mi-
nophagen. co .jp/en/index.html),
mungkin karena diperdagangkan
dalam bentuk siap pakai maka pro-
duk akar amanis yang dimpor In-
donesia dari Jepang harga satuannya
paling mahal dibandingkan harga
jual ekstrak akar manis dari negara
lainnya (Tabel 3).
Ekstrak akar manis Cina paling
dihargai oleh industri farmasi,
karena mengandung persentase
Asam Glycyrrhizic tertinggi. Cina
terutama menanam G. inflata dan G.
uralensis. Ekstrak akar manis
memiliki profil rasa yang unik dan
sulit untuk diganti. Oleh karena itu,
produsen makanan terus membeli
ekstrak akar manis bahkan ketika
harga sedang tinggi. Dilain pihak
akar manis bisa menjadi langka
dan mahal jika dipanen secara
berlebihan, selain itu ekstraksi akar
manis membutuhkan investasi yang
signifikan. Kelangkaan di pasar
ekstrak akar manis memberikan
peluang bagi pemasok baru
Kelangkaan pasokan akar manis
dari beberapa negara importir ke
Indonesia perlu diantisipasi dengan
pemenuhan dari dalam negeri.
Indonesia pernah melakukan ekspor
simplisia akar manis ke Iran, Turki,
Belanda dan Jerman dengan volume
ekspor 1.116 kg sampai 26.170 kg
simplisia (BPS, 2017 dan 2019),
akan tetapi wilayah produksinya
tidak diketahui pasti. Dengan
demikian, peluang pengembangan
akar manis di Indonesia sangat
memungkinkan untuk dilakukan.
Selain untuk memasok Industri yang
selama ini telah menggunakan,
dengan adanya Pandemi Covid-19
akar manis diharapkan dapat
dikembangan lebih lanjut membantu
mengatasi pengobatan masalah
pernafasan karena akar manis telah
teruji sebagai ekspektorant dan
antivirus.
Penutup
Akar manis merupakan tanaman
obat sudah digunakan dalam sistem
kesehatan formal dan Kemenkes
telah merekomendasikan sebagai
obat batuk. Kelangkaan pasokan
akar manis dari beberapa negara
importir ke Indonesia perlu di-
antisipasi dengan pemenuhan dari
dalam negeri. Selain untuk mema-
sok industri yang selama ini telah
menggunakannya, dengan adanya
Pandemi Covid-19 akar manis di-
harapkan dapat dikembangan lebih
lanjut untuk membantu pengobatan
pernafasan karena akar manis telah
teruji sebagai ekspektoran dan anti
virus.
KEPEMILIKAN SERTIFIKAT ISPO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI SAWIT
Kelapa sawit di Indonesia paling
banyak diusahakan oleh pekebun
rakyat dan diprediksi tahun 2030
presentase kepemilikannya bisa
mencapai 60%. Pembangunan ke-
lapa sawit ke depan diharapkan
berkelanjutan, khususnya dalam
dimensi ekonomi, sosial dan ling-
kungan. Pembangunan kelapa
sawit berkelanjutan ditingkat
pengusaha direpresentasikan dari
kepemilikan ISPO. Sementara da-
lam pelaksanannya masih ada
pengusaha yang belum mendapat-
kannya, terutama di tingkat pe-
kebun rakyat. Untuk mengatasi-
nya Pemerintah memfasilitasi
dengan mengeluarkan PP No 44
tahun 2020.
erkebunan sawit awalnya
dimiliki oleh pemerintah dan
swasta pada tahun 1970
dengan luasan masing-masing se-
besar 86.640 ha dan 46.658 ha.
Sementara kebun sawit rakyat mulai
terdata tahun 1979 dengan luasan
3.125 ha. Pada tahun 2019 kebun
P
Ekwasita Rini Pribadi, Balittro
Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 6
sawit milik rakyat berkembang
menjadi 5.958.502 ha (40,60%) dan
swasta bertambah menjadi 8.085.134
ha (55,09%). Sementara perkebun-
an sawit milik negara pada tahun
yang sama luasannya hanya se-
besar 633.924 ha (4,32%) (Statis-
tik Perkebunan. 2019). Dengan per-
kembangan yang sangat cepat ini,
tidaklah heran jika industri kelapa
sawit Indonesia menjadi topik yang
menarik perhatian masyarakat dunia
(Purba, 2017).
Perkebunan sawit akan semakin
berkembang, terutama pada per-
kebunan kelapa sawit milik rakyat.
Perkiraan PASPI (2017) tahun 2030
pangsa perkebunan kelapa sawit
rakyat diproyeksikan meningkat
menjadi 60 persen dari total luas
perkebunan kelapa sawit nasional.
Oleh karena itu masa depan per-
kebunan kelapa sawit Indonesia
terletak pada perkebunan sawit
rakyat. Namun demikian, per-
kebunan kelapa sawit kecil masih
menghadapi dua tantangan utama,
yaitu (a) bagaimana meningkatkan
produktivitas dan (b) pengelolaan
perkebunan kelapa sawit yang
berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals)
terdapat dalam platform pem-
bangunan global 2015-2030 yang
ditetapkan oleh masyarakat dunia
melalui United Nations pada tahun
2015. Pembangunan berkelanjutan
memiliki tiga dimensi yakni ke-
berlanjutan secara ekonomi (eco-
nomic sustainability), sosial (social
sustainability) dan lingkungan (en-
vironment sustainability). Ketiga
dimensi tersebut memiliki proporsi
yang seimbang dalam menyumbang
kualitas sustainability. World Bank
(2013) mengungkapkan bahwa ke-
berlanjutan tidak cukup hanya ber-
tumbuh "hijau" (green growth) tetapi
juga haruslah bersifat menyeluruh
Tim Riset PASPI (2017) menge-
mukakan inklusifitas ekonomi dari
kebun sawit selain kontribusinya
dalam devisa juga tercermin dari
peranan/kontribusinya dalam: pem-
bangunan kawasan pedesaan, men-
ciptakan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi baru di kawasan pedesaan
dan dampak multiplier ekonomi
perkebunan sawit. Demikian juga
inklusifitas sosial kebun sawit
tercermin dari: penyerapan tenaga
kerja pedesaan, mengurangi ke-
miskinan. Sedangkan inklusifitas
ekologi kebun sawit antara lain
ditunjukan oleh peranannya sebagai
“paru-parunya” ekosistem yang me-
nyerap dan mengurangi karbon-
dioksida serta menghasilkan oksi-
gen ke atmosfer bumi. Dengan in-
klusifitas ekonomi, sosial dan eko-
logis perkebunan sawit maka man-
faat ekonomi, sosial dan ekologi
kebun sawit tidak hanya dinikmati
oleh mereka yang terlibat langsung
dalam kegiatan kebun sawit tetapi
juga dinikmati oleh masyarakat
umum yang tidak terlibat secara
langsung dengan kebun sawit.
Keragaan Kelapa Sawit Indonesia
Perkebunan kelapa sawit ter-
masuk industri padat karya dan
produknya banyak memberikan
manfaat bagi masyarakat. Oleh
karena itu keberlangsungan perke-
bunan sawit akan memengaruhi: (i)
kesejahteraan masyarakat yang ter-
libat langsung dalam industri sawit,
dan (ii) masyarakat sebagai kon-
sumen yang menikmati produk
berbahan baku kelapa sawit. Per-
kembangan masyarakat yang terlibat
langsung dalam industri sawit baik
sebagai petani maupun sebagai
tenaga kerja dalam tiga tahun ter-
akhir (2017-2019) mengalami pe-
ningkatan. Petani yang mengusaha-
kan tanaman sawit meningkat dari
Tabel 1. Perkembangan jumlah petani dan jumlah tenaga kerja 2017-2019
Pulau
Tahun
2017 2018 2019
Petani
(KK)
Tenaga
kerja (org)
Petani
(KK)
Tenaga
kerja (org)
Petani
(KK)
Tenaga
kerja (org)
Sumatera 1.987.271 2.104.738 2.025.036 2.149.119 2.068.676 2.210.613
Jawa 7.199 14.421 7.602 14.413 7.870 14.568
Bali + Nusa Tenggara 0 0 0 0 0 0
Kalimantan 459.870 2.006.458 470.558 2.039.721 486.514 2.072.695
Sulawesi 98.309 144.936 99.465 149.046 101.631 154.751
Maluku + Papua 65.478 70.304 71.149 69.927 76.506 74.122
Indonesia 2.618.127 4.340.848 2.673.810 4.422.226 2.740.747 4.526.713
Sumber: Statistik Perkebunan
Tabel 2. Keragaan kelapa sawit Indonesia
Tahun
Luas areal
(juta ha)
Produksi CPO
(ton)
Produktivitas
CPO
(ton/ha)
Vol ekspor CPO dan
produk turunannya
(000 Ton)
2015 11.260 31.069 3.15 32.543
2016 11.201 31.731 3.23 28.493
2017 14.049 37.965 3.17 33.519
2018 14.326 42.884 3.37 34.597
2019 14.724 45.861 3.44 35.593
Trend 7,41 10,42 2,27 2,82
Sumber: Statistik Perkebunan
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,
7 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
2.618 127 KK pada tahun 2017
menjadi 2.740.747 KK pada tahun
2019. Jumlah tenaga kerja yang
ikut dalam kegiatan budidaya sawit
meningkat dari 4.340.848 orang
pada tahun 2017 menjadi 4.526.713
orang pada tahun 2019 (Tabel 1).
Tanaman sawit tidak diusahakan
di Pulau Bali dan Nusa Tenggara.
Sebaliknya pulau Sumatera me-
rupakan pulau yang paling banyak
petani dan tenaga kerja yang terlibat
dalam perkebunan sawit. Hal ini bisa
terjadi karena 56% tanaman sawit
berada di Pulau Sumatera. Kali-
mantan termasuk pulau kedua ter-
besar luas lahan sawitnya (38%),
tetapi dari perbandingan jumlah
petani lebih sedikit sedangkan
tenaga kerjanya lebih besar di-
bandingkan pulau Sumatera. Hal ini
bisa diartikan kepemilikan kebun
sawit di Pulau Kalimantan lebih
banyak diusahakan oleh pengusaha
atau non petani.
Perkembangan kelapa sawit
dalam lima tahun terakhir cukup
mengembirakan. Hal ini direpresen-
tasikan dari perkembangan luas
areal, produksi dan volume ekspor
mengalami peningkatan. Dalam ku-
run waktu 2015 sampai 2019 pro-
duksi CPO mengalami kenaikan
rata-rata 10,42% pertahun (Tabel 2).
Kenaikan produksi CPO disebabkan
bertambahnya luas areal tanaman
sawit rata-rata 7,41% pertahun dan
meningkatnya produktivitas kelapa
sawit rakyat sebesar 2,27% pertahun.
Meningkatnya produksi CPO ber-
dampak pada meningkatnya volume
ekspor CPO dan produk turunannya
sebesar 2,82% pertahun.
Meskipun produktivitas CPO
mengalami kenaikan, tetapi masih
jauh dari segi potensi produksi yang
bisa menghasilkan 5 sampai 6 ton
CPO/ha. Selain masalah rendahnya
produktivitas, menurut Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan masalah lain yang ada di
industri kelapa sawit adalah: (i)
belum ada satu data dan satu peta
yang menjadi acuan bersama, (ii)
terindikasi 3 juta ha lahan sawit
berada dalam kawasan hutan, (iii)
masih ada kebun sawit yang belum
mempunyai legalitas, (iv) perlu di-
tingkatkan lagi harmonisasi antara
perkebunan besar, swasta dan rakyat,
(v) belum sesuai pembangunan per-
kebunan dengan prinsip berkelanjut-
an (sustainable), (vi) tuntutan dari
negara konsumen khususnya dari
Uni Eropah dan (vii) potensi sum-
berdaya untuk energi terbarukan
belum maksimal.
Indonesian Sustainable Palm Oil
(ISPO)
Pembangunan perkebunan kelapa
sawit berkelanjutan menjadi issue
penting untuk dilaksanakan, pe-
merintah telah mengeluarkan Ins-
truksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2019 tentang Ren-
cana Aksi Nasional Perkebunan
Kelapa Sawit Berkelanjutan tahun
2019-2024. Dalam pelaksanaan In-
pres tersebut melibatkan beberapa
institusi, khusus untuk rencana aksi
di Kementerian Pertanian adalah:
1. Melakukan penguatan data
dasar perkebunan kelapa sawit
berkoordinasi dengan Menteri
Lingkungan Hidup dan Ke-
hutanan, Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan In-
formasi dan Geospasial seseuai
dengan kewenangan.
2. Meningkatkan sosialisasi ten-
tang regulasi dan kebijakan
terkait usaha perkebunan kelapa
sawit berkelanjutan bagi pe-
kebun dan pemangku kepen-
tingan lainnya.
3. Meningkatkan kepatuhan hu-
kum pelaku usaha dalam usaha
perkebunan kelapa sawit secara
koordinatif.
4. Meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas pekebun dalam
menggunakan benih bersertifi-
kat dan menerapkan praktik
budidaya yang baik (Good
Agricultural Practices).
5. Meningkatkan akses pendana-
an peremajaan tanaman bagi
pekebun.
6. Mendorong percepatan pem-
bentukan dan penguatan ke-
lembagaan pekebun.
7. Meningkatkan penyuluhan per-
tanian di kawasan sentra pro-
duksi kelapa sawit.
8. Melaksanakan pencegahan ke-
bakaran kebun dan lahan yang
berkoordinasi dengan kemen-
terian/lembaga daerah serta
instansi lain terkait.
9. Melaksanakan penurunan emisi
gas rumah kaca di kebun dan
lahan.
10. Mendorong pemanfaatan lim-
bah kelapa sawit untuk me-
ningkatkan rantai nilai ekonomi
11. Mendorong percepatan realisasi
kewajiban perusahaan dalam
memfasilitasi pembangunan ke-
bun kelapa sawit berkelanjutan
bagi masyarakat
12. Melakukan sosialisasi Serti-
fikasi Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia (Indo-
nesia Sustainable Palm Oil/
ISPO) untuk pemangku ke-
pentingan nasional dan me-
lakukan percepatan pelaksanaan
Sertifikasi Perkebunan Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia
Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..
Kepemilikan sertifikat ISPO sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan …..
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 8
(Indonesia Sustainable Palm
Oil/ISPO) untuk perusahaan
dan pekebun.
Inpres Rencana Aksi Nasional
Perkebunan Kelapa Sawit Ber-
kelanjutan kemudian diteruskan
pemerintah dengan mengeluarkan
Peraturan Presiden No. 44 Tahun
2020 tentang Sistem Sertifikasi
Perkebunan Kelapa Sawit Ber-
kelanjutan. Perpres ini bertuju-
an untuk meningkatkan pangsa pasar
dan daya saing produk kelapa sawit
Indonesia, serta mengurangi emisi
gas rumah kaca sehingga menjadi-
kannya bagian dari kebijakan iklim
Indonesia. Sertifikasi ISPO adalah
rangkaian kegiatan penilaian ke-
sesuaian terhadap Usaha Perkebunan
Kelapa Sawit yang berkaitan dengan
pemberian jaminan tertulis bahwa
produk dan/atau tata kelola Per-
kebunan Kelapa Sawit telah me-
menuhi prinsip dan kriteria ISPO.
Dalam Perpres tersebut sertifikat
ISPO dikeluarkan oleh Lembaga
Sertifikasi sehingga proses serti-
fikasi ISPO kini dapat menjadi lebih
independen. Pengajuan Sertifikasi
ISPO wajib dilakukan oleh pelaku
usaha perkebunan mulai dari pelaku
budidaya, pengolahan hasil atau
gabungan antara budidaya dan
pengolahan hasil kelapa sawit.
Pengajuan sertifikasi oleh petani bisa
dilakukan secara perorangan atau
berkelompok. Dalam pengajuan ter-
sebut petani harus melampirkan
dokumen tanda daftar usaha per-
kebunan dan hak atas tanah.
Kewajiban, Persyaratan dan
Penilaian Sertifikat ISPO
Dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2020 tentang Sistem Ser-
tifikasi Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan disebutkan bahwa
usaha perkebunan sawit wajib me-
miliki sertifikat ISPO. Usaha per-
kebunan sawit yang sudah memiliki
sertifikat ISPO menandakan bahwa
usaha perkebunan kelapa sawit
tersebut sudah memiliki produk dan
tata kelola perkebunan kelapa sawit
yang telah memenuhi prinsip dan
kriteria ISPO yang layak secara
ekonomi, sosial budaya dan ramah
lingkungan.
Pengajuan sertifikat ISPO dapat
dilakukan secara perorangan atau
berkelompok. Persyaratan atau do-
kumen yang diperlukan bagi yang
mengajukan secara perorangan ada-
lah: (i) tanda daftar usaha perke-
bunan dan (ii) hak atas tanah. Doku-
men yang diperlukan untuk peng-
ajuan secara berkelompok adalah: (i)
izin usaha perkebunan, (ii) hak atas
tanah, (iii) iizn lingkungan dan (iv)
penetapan penilaian usaha per-
kebunan dari pemberi izin usaha
perkebunan.
Permohonan Sertifikasi ISPO di-
sampaikan oleh pelaku usaha kepada
Lembaga Sertifikasi ISPO. Lembaga
Sertifikasi ISPO melakukan Serti-
fikasi ISPO dengan menilai peme-
nuhan prinsip yang meliputi: i.
kepatuhan terhadap peraturan perun-
dang-undangan; ii. penerapan prak-
tik perkebunan yang baik; iii. Pe-
ngelolaan lingkungan hidup, sumber
daya alam dan keanekaragaman
hayati; iv. tanggung jawab ketenaga
kerjaan; v. tanggung jawab sosial
dan pemberdayaan ekonomi ma-
syarakat; vi. penerapan transparansi;
dan vii. peningkatan usaha secara
berkelanjutan.
Dampak Kepemilikan Sertifikat
Ispo Terhadap Kesejahteraan
Petani Sawit
Petani kelapa sawit yang me-
miliki sertifikat ISPO, tentunya
sudah menerapkan 7 prinsip yang
ada dalam sertifikat ISPO. Pene-
rapan prinsip tersebut bisa ber-
dampak pada peningkatan kesejah-
teraan,yang direpresentasikan dari:
(i) meningkatnya produksi dan pro-
duktivitas TBS karena petani mem-
buka lahan, menggunakan benih
unggul bersertifikat, mengendalikan
hama terpadu, menggunakan pesti-
sida, aplikasi pupuk dan manajemen
panen serta pasca panen dilakukan
berdasarkan rekomendasi budidaya,
(ii) jaminan rantai pasok TBS dari
petani yang sudah ISPO ke PKS
yang sudah ISPO, sebagai salah satu
persyaratan ekspor serta mening-
katkan daya saing kelapa sawit
Indonesia di pasar internasional, (iii)
memudahkan petani sawit memin-
jam modal usaha ke pihak per-
bankan, karena lahan sawitnya sudah
bersertifikat.
Penutup
Masalah lingkungan menjadi
salah satu persyaratan yang di-
perlukan dalam mengekspor CPO ke
luar negeri. Untuk mengatasinya
pemerintah sudah menerbitkan
Inpres no 6 tahun 2019 dan Perpres
no 44 tahun 2020. Kedua peraturan
tersebut berisikan tentang Indone-
sian Sustainable Palm Oil (ISPO)
yang layak ekonomi, layak sosial
budaya dan ramah lingkungan.
Sertifikat ISPO diwajibkan bagi
pelaku usaha baik secara perorang-
an maupun perusahaan atas tanah.
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,
9 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
Sementara ditingkat petani hak atas
tanah ini masih menjadi persoalan.
Oleh karena itu perlu dukungan dari
pemerintah untuk membantu petani
dalam memperoleh hak atas tanah
tersebut. Selain meningkatkan pro-
duktivitas yang mengacu pada
budidaya sawit berdasarkan panduan
GAP, Sertifikasi lahan dalam
mendapatkan sertifikat ISPO juga
menjadi sebuah keniscayaan dalam
mensejahterakan petani sawit.
ANALISIS CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
DI IP2TP SUKAMULYA
Instalasi Penelitian dan Pengem-
bangan Teknologi Pertanian (IP2-
TP) Sukamulya mempunyai tipe
iklim A menurut Schmidt-Fergu-
son dan B2 menurut Odeman.
Analisis data selama 20 tahun dari
tahun 2000 sampai 2019 ini di-
dapat rata-rata curah hujan 2.733
mm/tahun dan hari hujan 131
hh/tahun, jumlah bulan basah 6
bulan dan jumlah bulan kering 3
bulan. Berdasarkan hasil analisis
terjadi perubahan tipe iklim
menurut Schmidt-Ferguson yang
semula A berubah menjadi B dan
menurut Oldeman dari B2 ber-
ubah menjadi C2. Perubahan tipe
iklim ini tentunya mempunyai
dampak tersendiri bagi mandat
kebun untuk melaksanakan pe-
nelitian, konservasi plasma nutfah
dan produksi khususnya tanaman
rempah, obat dan atsiri dataran
rendah. Beberapa tanaman man-
dat seperti tanaman lada (Piper
nigrum L.) dan tanaman vanili
(Vanilla planifolia Andrews) ma-
suk dalam kategori Sesuai sedang-
kan tanaman Pala (Myristica fra-
grans Houtt) masuk dalam kate-
gori Amat Sesuai untuk dibudi-
dayakan di IP2TP Sukamulya.
ecara geografis Instalasi Pe-
nelitian dan Pengkajian Tek-
nologi Pertanian (IP2TP)
Sukamulya terletak di kampung
Kebon Jeruk Desa Sukamulya, Ke-
camatan Cikembar Kabupaten Suka-
bumi, Provinsi Jawa Barat. Luas la-
han 48,56 ha, berada pada ketinggi-
an 350 meter dari permukaan laut
(m dpl), jenis tanah Latosol Merah
Kecokelatan dan topografi datar
hingga berlereng, dengan tipe iklim
A menurut Schmidt-Ferguson dan
B2 menurut Oldeman (Pasril Wahid,
1987). Pada awal didirikan kebun
ini merupakan kebun karet milik PT.
Eisai Indonesia, pada tahun 1982
ditukar dengan tanah milik Kemen-
terian Pertanian seluas 3 ha yang
berada di daerah Cibinong Bogor
yang selanjutnya dikelola oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri (Puslibangtri) dan
dijadikan kebun tempat pelaksanaan
penelitian tanaman rempah dan obat
di bawah pengelolaan Balai Pene-
litian Tanaman Rempah dan Obat
(Balittro) Bogor. Pada tahun 2006
kebun ini mengalami perubahan
dimana pada saat itu pengelolaannya
dibawah Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Aneka Tanaman In-
dustri (Balittri) Pakuwon Sukabumi.
Namun seiiring berjalannya waktu
dan berbagai kebijakan dari Badan
Penelitian dan Pengembangan Per-
tanian, pada tahun 2012 kebun ini
kembali dikelola di bawah naungan
Balai Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat Bogor. Sejak dibukanya
kebun tahun 1982 yang kemudian
mendapat sertifikat hak guna pakai
No. 1 dan 2/UP/BPN/1988 dari Ke-
pala Badan Pertanahan Nasional
tanggal 6 Desember 1988. Kebera-
daan IP2TP Sukamulya milik pe-
merintah ini cukup membantu ba-
nyak pihak dalam memberikan infor-
masi inovasi baru dibidang per-
tanian, khususnya tanaman rempah,
obat dan atsiri dataran rendah.
Analisis data curah hujan dan
hari hujan diperlukan oleh IP2TP
Sukamulya untuk menunjang dan
meningkatkan fungsinya sebagai
tempat penelitian, konservasi plas-
ma nutfah dan produksi khususnya
tanaman rempah, obat dan atisiri da-
taran rendah serta untuk mendu-
kung perencanaan dan pengem-
bangan fisik di bidang pertanian.
Analisis data curah hujan dan hari
hujan diperlukan untuk mengetahui
jeluknya (rainfall), jujuh hujan
(rainfall duration) dan kelebatan
hujan (rainfall intensity). Sifat-sifat
hujan tersebut penting diketahui
karena berperan atas terjadinya
limpasan air (run off), erosi dan S
Valeriana, PSEKP
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 10
dapat menentukan dan berpengaruh
pada kejadian alam dan lain-lainnya.
Pendataan hujan dan unsur iklim
lainnya sering diperlukan untuk
menunjang penelitian yang ber-
kenaan dengan alam.
Klasifikasi Zona Iklim
Unsur iklim yang memengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah hujan,
suhu, angin, kelembapan dan sinar
matahari. Curah hujan adalah jumlah
air yang jatuh di permukaan tanah
datar selama periode tertentu yang
diukur dengan satuan tinggi (mm) di
atas permukaan horizontal bila tidak
terjadi evaporasi, run off dan in-
filtrasi. Hujan merupakan komponen
utama daur air dan sumber air utama
suatu wilayah. Curah hujan yang
kecil akan mengakibatkan kese-
imbangan air di suatu wilayah me-
ngalami defisit yang cukup besar,
terutama di wilayah tropis yang laju
evaporasinya cukup besar. Variabel
hujan (presipitasi) yaitu: curahan
(tebal), lama (durasi) dan intensitas
hujan merupakan variabel atau faktor
penting dalam pengendalian air
limpasan permukaan dan rekayasa
konservasi tanah dan air (Mawardi,
2012).
Untuk daerah tropis seperti In-
donesia, hujan merupakan faktor
pembatas penting dalam pertum-
buhan dan produksi tanaman per-
tanian. Selain hujan, unsur iklim
yang memengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah suhu, angin, ke-
lembapan dan sinar matahari. Setiap
tanaman pasti memerlukan air dalam
siklus hidupnya, sedangkan hujan
merupakan sumber air utama bagi
tanaman. Namun demikian karena
Indonesia meliputi kawasan yang
sangat luas, maka pola hujan yang
jatuh di wilayah Indonesia sangat
beragam, dipengaruhi oleh kondisi
topografi dan geografi wilayah
masing-masing (Munawara, 2015).
Menurut Lukman dan Cipta (2015)
perubahan iklim berdasarkan sistem
klasifikasi agroklimat bisa terjadi
pada satu dekade (10 tahun), contoh
pada IP2TP Cicurug yang tadinya
menurut Oldeman masuk kategori
tipe iklimnya A berubah menjadi B2.
Perubahan kondisi iklim di muka
bumi disebabkan rotasi dan revolusi
bumi serta adanya perbedaan garis
lintang dari setiap region di dunia
(Hartono, 2007). Ada beberapa
macam tipe iklim, yang akan dibahas
di sini adalah dua tipe iklim yang
berhubungan dengan perubahan
iklim di IP2TP Sukamulya yaitu :
1. Iklim Schmidt-Ferguson
Khusus untuk keperluan di
bidang pertanian dan perkebunan,
Schmidt-Ferguson membuat peng-
golongan iklim khusus daerah tropis.
Dasar pengklafisian iklim ini adalah
jumlah curah hujan yang jatuh setiap
setiap bulan sehingga diketahui rata-
rata bulan basah, lembap dan kering
(Utoyo, 2009). Bulan kering adalah
bulan-bulan yang memiliki curah
hujan kurang dari 60 mm. Bulan
lembap adalah bulan-bulan yang
memiliki curah hujan antara 60 - 100
mm. Bulan basah adalah bulan-
bulan yang memiliki curah hujan
lebih dari 100 mm (Utoyo, 2007).
Klasifikasi Schmidt-Ferguson se-
ring disebut Q model, didasarkan
atas indeks nilai Q (Pakpahan, et al.,
2009) dimana :
Rata-Rata Bulan Kering Q = ------------------------------ x 100%
Rata-Rata Bulan Basah
Bulan basah jika curah hujan > 100 mm
Bulan kering jika curah hujan < 60 mm
Bulan lembap jika curah hujan 60-100 mm
Schmidt-Ferguson membagi
Iklim Indonesia menjadi 8 tipe,
sebagaimana tertera pada Tabel
berikut ini:
Nama
Iklim Kategori Iklim Nilai Q (%)
A Sangat basah 0-≤14,3
B Basah ≥14,3 - ≤33,3
C Agak basah ≥33,3 - ≤60
D Sedang ≥60 - ≤100
E Agak kering ≥100 - ≤167
F Kering ≥167 - ≤300
G Sangat kering ≥300 - ≤700
H Luar biasa kering ≥700
Zona A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan
Zona B1 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
Zona B2 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
Zona C1 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
Zona C2 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
Zona C3 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering
Zona D1 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
Zona D2 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
Zona D3 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering
Zona D4 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan Kering
Zona E1 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
Zona E2 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering
Zona E3 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering
Zona E4 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.
11 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
2. Iklim Oldeman
Tipe iklim yang dikembangkan
oleh Oldeman ditunjukkan untuk
keperluan budidaya tanaman atau
pertanian. Dasar klasifikasi iklim
yang digunakan Oldeman sama
dengan yang digunakan oleh
Schmidt-Ferguson yaitu hanya yang
didasarkan pada curah hujan.
Berdasarkan data curah hujan,
Oldeman membagi wilayah iklim
menjadi lima bagian, yaitu sebagai
berikut :
Iklim A : Jika terdapat lebih dari
9 bulan basah berturut-
turut
Iklim B : Jika terdapat 7 - 9 bulan
basah berurutan
Iklim C : Jika terdapat 5 - 6 bulan
basah berurutan
Iklim D : Jika terdapat 3 - 4 bulan
basah berurutan
Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3
bulan basah berurutan
Batasan bulan basah yang di-
gunakan Oldeman berbeda dengan
Schmidt-Ferguson, yaitu suatu bulan
yang memiliki curah hujan sekurang
kurangnya 200 mm, jumlah tersebut
cukup untuk membudidayakan padi
sawah, sedangkan palawija diper-
lukan jumlah curah hujan minimal
perbulannya 100 mm. Selain di-
dasarkan pada bulan basah, Oldeman
juga memperhitungkan bulan kering
yang ditempatkan sebagai sub region
dari kelima tipe tersebut, simbol
yang digunakan tidak lagi berupa
hurup tetapi berupa angka. Suatu
bulan dikatakan bulan kering apabila
curah hujannya kurang dari 100 mm
per bulan.
Iklim merupakan salah satu
faktor pembatas dalam proses
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa
menentukan jenis-jenis tanaman
yang tumbuh pada suatu daerah serta
produksinya, oleh karena itu kajian
klimatologi dalam bidang pertanian
sangat diperlukan. Perubahan iklim
merupakan tantangan dan ancam-
an nyata sektor pertanian dalam
menjaga keberlangsungan produksi
pangan (Munawara, 2015). Hasil
pertanian selain dipengaruhi oleh
faktor tanah juga ditentukan oleh
faktor iklim. Kompleksnya karak-
teristik dan perilaku cuaca serta
iklim mengakibatkan kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengendalikan iklim sangat
terbatas. Hal ini bisa terjadi karena
iklim merupakan kondisi alam dalam
wilayah yang luas sehingga manusia
tidak dapat mengendalikan iklim
maupun cuaca yang akan terjadi.
Namun manusia dapat mensiasati hal
itu dengan menanam jenis tanaman
yang sesuai misalnya bawang merah
dan bawang putih ditanam pada
musim kemarau, padi ditanam pada
musim hujan dan lain sebagainya.
Pendekatan yang paling efektif
untuk memanfaatkan sumberdaya
iklim adalah menyesuaikan sistem
usahatani dan paket teknologi-
nya dengan kondisi iklim setem-
pat. Penyesuaian tersebut harus
berdasarkan pada pemahaman ter-
hadap karakteristik dan sifat iklim
Tabel 1. Data curah hujan (mm) bulanan dari tahun 2000 s/d 2019 (20 tahun) di
IP2TP Sukamulya Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total CH
2000 550 410 351 303 225 15 40 75 75 205 165 280 2.694
2001 325 282 240 295 70 115 185 128 128 222 473 65 2.528
2002 228 250 200 210 40 80 150 0 0 29 126 325 1.638
2003 110 241 291 244 98 35 0 35 35 60 210 265 1.624
2004 253 172 320 279 142 208 86 168 169 66 365 476 2.704
2005 154 415 318 179 213 395 68 318 318 184 465 309 3.335
2006 321 205 326 511 71 19 36 0 0 17 262 617 2.384
2007 192 664 181 445 164 214 43 14 0 120 310 733 3.079
2008 194 308 401 276 90 108 0 123 42 256 476 572 2.845
2009 331 267 247 262 197 149 0 0 97 275 436 328 2.589
2010 300 329 363 57 486 516 476 170 480 579 501 577 4.834
2011 189 91 158 52 248 76 155 9 35 97 565 180 1.855
2012 533 665 334 517 102 44 12 0 17 242 382 387 3.235
2013 449 178 171 278 230 211 179 83 33 166 334 527 2.839
2014 164 188 280 378 345 111 31 205 0 31 651 431 2.815
2015 79 156 241 180 142 64 9 0 0 91 590 554 2.106
2016 550 257 581 624 215 239 218 126 212 653 651 393 4.719
2017 288 429 256 418 256 315 112 44 35 255 410 153 2.971
2018 228 194 118 1 152 77 0 0 87 13 664 105 1.639
2019 400 173 170 304 122 0 0 0 32 101 181 752 2.234
Jumlah 5837 5.874 5.545 5.813 3.608 2.991 1.800 1.498 1.794 3.662 8.217 8.029 54.667
Rata-ata 292 294 277 291 180 150 90 75 90 183 411 401 2.733
Min 79 91 118 1 40 0 0 0 0 13 126 65 1.624
Max 550 665 581 624 486 516 476 318 480 653 664 752 4.834
Gambar 1. Jumlah curah hujan bulanan tahun 2000-2019 di IP2TP Suka-
mulya
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 12
secara baik melalui analisis dan
interpretasi data iklim. Data yang
benar dan lengkap melalui peng-
amatan akan membuka kejelasan
gejala dan perilaku cuaca atau
keadaan iklim setempat dan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam
kegiatan pertanian karena dunia
pertanian berkaitan erat dengan
cuaca dan iklim sehingga data
yang benar akan sangat membantu
kegiatan pertanian (Nurlaili, 2015).
Perubahan Zona Iklim IP2TP
Sukamulya
IP2TP Sukamulya terletak di
kampung Kebon Jeruk Desa Suka-
mulya Kecamatan Cikembar Kabu-
paten Sukabumi Propinsi Jawa
Barat, kurang lebih 50 km dari kota
Bogor atau 40 km dari Pelabuhan
Ratu. Adapun letak geografinya
berada pada 6050 - 6075 LS dan
0005 - 0010 BT dengan luas lahan
48,56 ha, berada pada ketinggian
350 meter dari permukaan laut (m
dpl), jenis tanah Latosol Merah
Kecokelatan dan topografi datar
hingga berlereng.
Untuk mendukung dan mening-
katkan fungsi IP2TP Sukamulya
sebagai tempat penelitian, khususnya
tanaman rempah, obat dan tanaman
atsiri dataran rendah serta peren-
canaan pengembangan fisik di bi-
dang pertanian, analisis data curah
hujan dan hari hujan sangat di-
perlukan. Analisis data curah hujan
dan hari hujan diperlukan untuk
mengetahui jeluknya (rainfall), jujuh
hujan (rainfall duration) dan ke-
lebatan hujan (rainfall intensity).
Sifat-sifat hujan tersebut penting
diketahui karena berperan atas ter-
jadinya limpasan air (run off), erosi,
dan dapat menentukan dan ber-
pengaruh pada peristiwa dan ke-
jadian alam dan lain-lainnya. Pen-
dataan hujan dan unsur iklim
lainnya sering diperlukan untuk
menunjang penelitian yang ber-
kenaan dengan alam (Hasan Basri
Jumin, 2002).
Pendataan curah hujan dan hari
hujan yang tepat merupakan ke-
harusan, karena bila data tersebut
tidak benar, maka kemungkinan
akan terjadi kesalahan atau ke-
gagalan suatu kegiatan penelitian
yang bergantung kepada kondisi
iklim setempat. Pemetaan ulang zona
iklim di IP2TTP Sukamulya ber-
dasarkan tipe iklim Schmidt-Fergu-
son dan Oldeman dilakukan dengan
menganalisis data curah hujan dan
hari hujan selama 20 tahun dari ta-
hun 2000-2019. Data curah hujan
dan hari hujan tahunan diperoleh
dari pencatatan data harian setiap bu-
lan yang dijumlahkan sesuai dengan
periode waktu yang diperlukan.
Analisa data curah hujan dan hari
hujan selama dua dekade (2000 -
2019) di IP2TP Sukamulya di-
lakukan untuk mengetahui ke-
sesuaian iklim saat ini serta
perubahan pola iklimnya. Dalam
kurun waktu 2000 sampai 2019
curah hujan tertinggi jatuh pada
bulan Desember 2019 yaitu
sebanyak 752 mm sedangkan curah
hujan terendah terjadi pada bulan
Agustus dan September 2002, Juli
2003, Agustus dan September 2006,
September 2007, Juli 2008, Juli dan
Agustus 2009, Agustus 2012,
September 2014, Agustus dan
September 2015, Juli dan Agustus
2018, serta Juni sampai Agustus
2019, yaitu 0 mm. Artinya bahwa
ada kecenderungan setiap bulan Juni
Tabel 2. Data hari hujan (hh) bulanan dari tahun 2000 sampai 2019 (20 tahun) di IP2TP Sukamulya
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total HH
2000 19 12 14 13 9 1 2 3 4 9 9 14 109 2001 18 17 20 18 6 7 9 4 7 15 17 2 140 2002 13 16 14 15 3 4 7 1 0 2 11 19 105 2003 6 11 18 13 4 2 0 1 1 5 6 9 76 2004 12 7 16 14 8 5 5 0 14 11 21 23 136 2005 10 14 14 11 10 18 5 5 7 10 19 18 141 2006 21 15 20 20 8 3 1 0 0 3 11 27 129 2007 11 17 15 20 9 12 4 2 0 8 15 30 143 2008 14 25 24 15 5 6 0 3 3 9 15 15 134 2009 11 14 10 11 10 8 0 0 5 13 21 16 119 2010 16 16 16 7 20 13 15 10 19 13 17 24 186 2011 9 8 10 3 13 3 7 1 1 6 17 9 87 2012 22 17 12 15 5 5 1 0 1 13 19 27 137 2013 27 14 9 23 13 12 11 4 4 7 14 19 157 2014 9 12 11 14 17 7 3 5 0 6 23 17 124 2015 12 11 13 9 11 6 1 0 0 3 21 20 107 2016 16 14 18 24 16 9 14 7 11 23 25 22 199 2017 15 22 15 22 9 19 5 2 2 12 19 7 149 2018 14 17 14 1 11 22 0 0 7 5 20 7 118 2019 24 15 20 16 13 0 0 0 1 7 6 22 124 Jumlah 299 294 303 284 200 162 90 48 87 180 326 347 2620 Rata rata 14.95 14.70 15.15 14.20 10.00 8.10 4.50 2.40 4.35 9.00 16.30 17.35 131 Min 6 7 9 1 3 0 0 0 0 2 6 2 76 Mak 27 25 24 24 20 22 15 10 19 23 25 30 199
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.
13 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
sampai September setiap tahunnya
curah hujan di IP2TP sangat rendah
yaitu sekitar 75 mm/bulan sampai
150 mm/bulan atau tidak ada hujan
sama sekali sehingga dapat di-
kategorikan sebagai bulan kering
sampai bulan sedang.
Schmidt-Ferguson dan Oldeman
menentukan bahwa hari hujan di-
nyatakan sebagai suatu tempat yang
mengalami hujan dengan angka cu-
rah hujan 0,55 mm atau lebih. Hari
hujan bulanan adalah curah hujan
yang diukur berdasarkan jangka
waktu satu hari (24 jam) yang
dikumpulkan selama satu bulan
dengan periode minimal 10 tahun.
Distribusi hujan dapat dilihat data
jumlah hari hujan atau bulan basah
dan kering. Hasil pengumpulan data
rata-rata hari hujan masing-masing
bulan selama dua dekade dari tahun
2000 sampai 2019 disajikan pada
Tabel 2 dan Gambar 2.
Dalam kurun waktu 2000 sampai
2019 hari hujan tertinggi ada pada
bulan Desember 2007 yaitu se-
banyak 30 hari/bulan sedangkan
pada bulan September 2002, Juli
2003, Agustus 2004, Agustus dan
September 2006, September 2007,
Juli 2008, Juli dan Agustus 2009,
September 2014, Agustus dan
September 2015, Juli dan Agustus
2018, Juni sampai Agustus 2019
tidak ada hujan sama sekali. Artinya
bahwa ada kecenderungan setiap
bulan Juni sampai September setiap
tahunnya di IP2TP Sukamulya tidak
ada hujan sama sekali ataupun ada
hujan rata-rata 2,4 sampai 8,1 hari
setiap bulannya itupun dengan
intensitas curah hujan yang sangat
rendah yang dikategorikan sebagai
bulan kemarau (Tabel 3).
Untuk mengetahui perubahan
tipe iklim di IP2P Sukamulya
berdasarkan tipe iklim Schmidt-
Ferguson dan Oldeman, data curah
hujan dan hari hujan selama peri-
ode 2000 sampai 2019 diolah dan
dianalisis untuk mendapatkan data
bulan basah dan bulan kering (Tabel
4 dan 5).
Rata-rata bulan kering 48
Q = ------------ x 100% = ------ x 100% = 28,1%,
Rata-rata bulan basah 171
Hasil analisis data curah hujan
berdasarkan klasifikasi Schmidt-
Ferguson pada dekade 2000 sampai
2019 (20 tahun) IP2TP Sukamulya
termasuk zona iklim B dilihat dari
hasil indeks Q yang mempunyai nilai
rata-rata 28,1 sedangkan berdasarkan
Oldeman termasuk zona iklim C2
yang mempunyai rata-rata 6,05
bulan basah dan 3,45 bulan kering.
Kesesuaian Komoditas Utama di
IP2TP
Perubahan iklim yang sangat
drastis ini tidak hanya ditentu-
kan oleh total curah hujan, tetapi
juga oleh distribusi hujan. Jumlah
hujan yang sama akan berbeda
pengaruhnya jika tercurah pada
Tabel 3. Curah hujan dan hari hujan tahun 2000 sampai 2019 di IP2TP Sukamulya
Bulan
Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)
Akumulatif
cura hujan
selama 20
tahun
Rata-rata
curah hujan
per bulan
Min Mak
Akumulatif
Hari hujan
selama 20
tahun
Rata-rata hari
hujan per
bulan
Min Mak
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
5.837
5.874
5.545
5.813
3.608
2.991
1.800
1.498
1.794
3.662
8.217
8.029
292
294
277
291
180
150
90
75
90
183
411
401
79
91
118
1
40
0
0
0
0
13
126
65
550
665
581
624
486
516
476
318
480
653
664
752
299
294
303
284
200
162
90
48
87
180
326
347
14,95
14,7
15,15
14,2
10
8,1
4,5
2,4
4,35
9
16,3
17,35
6
7
9
1
3
0
0
0
0
2
6
2
27
25
24
24
20
22
15
10
19
23
25
30
Jumlah 54.667 2.773 1.624 4.834 2.620 131 76 199
Rata-rata 4.555,6 231,1 135,3 402,8 218,3 10,9 6,3 16,6
Gambar 2. Jumlah hari hujan bulanan tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 14
waktu yang berlainan. Beberapa
pakar geografi tumbuhan bahkan
menyebutkan bahwa distribusi hujan
tahunan jauh lebih penting dan besar
pengaruhnya dibandingkan dengan
total curah hujan tahunan (Arsyad S.,
2000). Demikian juga keberhasilan
tanaman yang sedang dibudidayakan
tidak terlepas dari perubahan iklim
ini. IP2TP Sukamulya terdapat ta-
naman mandat yang dibudidayakan
diantaranya lada (Piper nigrum L.),
vanili (Vanilla planifolia Andrews)
dan pala (Myristica fragrans Houtt).
Masing-masing tanaman memiliki
syarat tumbuh yang berbeda, dari
hasil analisis curah hujan dan hari
hujan selama 20 tahun (2000-2019)
yang didapat akan diketahui apakah
ketiga tanaman mandat ini cocok
ditanam di IP2TP Sukamulya.
Tanaman mandat utama adalah
lada (Piper nigrum L.). Menurut
Syakir (2002) unsur-unsur iklim
yang berpengaruh terhadap per-
tumbuhan dan produksi lada antara
lain curah hujan, hari hujan, bulan
kering dan elevasi. Berikut ini
Tabel 4. Hasil analisis curah hujan berdasarkan bulan basah dan bulan kering tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya menurut Schmidt-Ferguson.
Kategori Jumlah Curah Hujan (mm/bln) Tahun 2000 - 2019 (20 tahun)
Bulan Basah
Bulan Kering
Bulan Lembap
> 100
< 100
100 – 200
171
48
21
Tabel 5. Hasil analisis curah hujan berdasarkan bulan basah dan bulan ke-ring tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya menurut Oldeman.
Kategori Jumlah curah c hujan (mm/bln)
Tahun 2000-2019 (20 tahun)
Rata-rata
Bulan basah > 200 121 6,05
Bulan sedang >100 - < 200 50 2,5
Bulan kering < 100 69 3,45
Gambar 3. Pola curah hujan dan hari hujan setiap bulannya tahun 2000-2019 di IP2TP Sukamulya.
292 294322
291
180150
90 75 90
183
411 401
550
665
1072
624
486516
476
318
480
653 664
752
79 91118
140
0 0 0 0 13
126
65
0
200
400
600
800
1000
1200
Jan Peb Mart Aprl Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Cu
rah
Hu
jan
Rata-rata
Mak
Min
Analisis curah hujan dan hari hujan dan dampaknya terhadap ,,,,,.
15 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
adalah kesesuaian lingkungan ta-
naman lada di Indonesia (Tabel 6).
Dilihat dari data yang telah
dianalisis, rata-rata curah hujan
selama dua dekade adalah 2.733
mm/tahun, rata-rata hari hujan 131
hh/tahun, jumlah bulan kering 3
bulan dan elevasi 350 m dpl,
tanaman lada (P. nigrum L.) masuk
dalam kategori sesuai.
Selanjutnya adalah syarat tum-
buh Vanili (V. planifolia), me-
nurut Ruhnayat (2003) iklim ada-
nlah salah satu faktor yang me-
mengaruhi pertumbuhan dan per-
kembangan tanaman, berikut ada-
lah tingkat kesesuaian iklimnya
(Tabel 7).
Dilihat dari data yang telah
dianalisis, rata-rata curah hujan
selama dua dekade adalah 2.733
mm/tahun, rata-rata hari hujan
131 hh/tahun, jumlah bulan ba-
sah 6 dan jumlah bulan kering
3 bulan, tanaman vanili masuk
dalam kategori Sesuai.
Pada tahun 1989 Rosman et al.,
melakukan studi kesesuaian ling-
kungan mengungkapkan bawa
pengusahaan tanaman pala (M.
ristica fragrans) terutama di dae-
rah baru perlu sekali diperhati-
kan tentang kesesuaian iklim,
jenis tanah, suhu, pH tanah, drai-
nase dan sebagainya agar tanaman
dapat tumbuh dan menghasil-
kan dengan baik. Faktor-faktor ter-
sebut sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan pro-
duktivitas pala (Tabel 8).
Dilihat dari data yang telah
dianalisis, rata-rata curah hujan
selama dua dekade adalah 2.733
mm/tahun, rata-rata hari hujan
131 hh/tahun, jumlah bulan ba-
sah 6 bulan, jumlah bulan ke-
ring 3 bulan dan elevasi 350 m
dpl, tanaman Pala (M. fragrans)
masuk dalam kategori Amat
Sesuai.
Penutup
Terdapat perubahan tipe iklim
di IP2TP Sukamulya, pada awal
didirikan IP2TP Sukamulya ter-
masuk tipe iklim A menurut
Schmidt-Ferguson. Hasil analisis
data selama 20 tahun (2000-2019)
berubah menjadi B berdasarkan
hasil indeks Q. Sedangkan menurut
tipe iklim Oldeman dari B2 berubah
menjadi C2 dengan curah hujan
tinggi rata-rata 2.733 mm/tahun.
Dengan 6 bulan basah (Januari-
April sampai Nopember-Desember)
dan 3 bulan sedang (Mei-Juni
dan Oktober) dan 3 bulan kering
(Juli-September) serta hari hujan
rata-rata 131 hh/tahun. Siklus iklim
lima tahunan di IP2TP Sukamul-
ya perlu diwaspadai karena da-
lam kurun waktu 20 tahun ini
terdapat 4 bulan kering yang sama
sekali tidak ada hujan, yaitu bulan
Juni sampai September. Tanaman
lada dan tanaman vanili masuk
dalam kategori Sesuai sedangkan
tanaman pala masuk dalam kate-
gori amat sesuai untuk dibudi-
dayakan di kebun percobaan ini.
Wawan Lukman, Yayat Hidayat
dan Sarjono
Sukamulya- Balittro
Tabel 6. Kesesuaian lingkungan tanaman lada di Indonesia
Curah Hujan
(mm/tahun)
Bulan Kering Elevasi (m dpl) Hari Hujan
(hh/tahun)
Kendala Kesesuaian
2.000 - 2.500 < 2 < 500 110 - 150 Tidak ada Amat sangat sesuai
2.500 - 3.000 < 2 < 500 115 - 160 Tidak ada Sangat sesuai
2.000 - 3.000 3 < 500 110 - 160 Tidak ada Sesuai
3.000 - 4.000 < 2 < 500 145 - 190 Curah hujan
tinggi
Agak sesuai
1.500 - 2.000 < 3 < 500 90 - 135 Kekeringan Agak sesuai
1.500 - 4.000 4-5 < 500 90 - 175 Kekeringan
periodik
Kurang sesuai
- - > 500 - Suhu rendah Tidak dianjurkan
< 1.500 - - - Kurang air Tidak dianjurkan
> 4.000 - 1 - - Terlalu
basah
Tidak dianjurkan
- > 5 - - Kekeringan Tidak dianjurkan
Tabel 7. Kesesuaian iklim tanaman vanili
Faktor Iklim Amat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Curah Hujan (mm/tahun) 1.500 - 2.000 2.000 -3.000 > 3000 > 3000
Jumlah Hari (hh/tahun) 80 - 178 178 - 210 < 80 atau > 178 < 80 atau > 178
Bulan Basah 7 - 9 5 - 6 atau 10 - 11 3 - 4 atau > 11 < 3
Bulan Kering 2 - 3 3 - 4 < 2 atau >4 - 6 < 2 atau > 6
Temperatur 24 - 26 23 - 24 20 - 22 atau 27 - 28 < 20 atau > 28
Kelembapan 60 - 75 50 - 60 < 50 > 80
Radiasi Matahari 30 - 50 51 - 55 > 55 < 20
Tabel 8. Kesesuaian lingkungan tanaman pala
Faktor Iklim Kriteria Lokasi
Amat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai
Ketinggian (m dpl) 0 - 700 700 - 900 900
Curah Hujan (mm/th) 2.000 - 3.500 1500 - 2000 <4500
Hari hujan (hh/th) 100 - 160 80 - 100 atau 160 - 180 80 atau 180
Temperatur (˚C) 25 - 28 20 - 25 25 atau 31
Kelembapan nisbi (%) 60 - 80 55 - 60 55 atau 85
Drainase Baik agak baik s/d baik agak baik
Tekstur tanah berpasir liat berpasir/lempung berpasir liat atau berpasir
Kemasaman (pH) netral agak masam/netral -
Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 16
KERAGAAN VARIETAS UNGGUL KAYUMANIS KOERINTJI (Cinnamomum burmanii) ASAL JAMBI
Salah satu penghasil kayumanis
Cinnamomum. burmanii terbaik
di Indonesia adalah Kabupaten
Kerinci, Provinsi Jambi. Produksi
kayumanis di Provinsi Jambi pada
tahun 2017 sebesar 53.249 ton.
Pada tahun 2018 dilakukan per-
luasan areal kayumanis di Provin-
si Jambi menjadi 46.132 Ha de-
ngan dua sentra produksi yaitu
Kabupaten Kerinci (40.762 Ha)
dan Kabupaten Merangin (4.233
Ha). Perluasan areal ini mampu
meningkatkan produksi kayuma-
nis menjadi 56.253 ton. Sebagian
besar tanaman kayumanis yang
saat ini berkembang di Provinsi
Jambi dan sekitarnya berasal dari
pohon induk kayumanis yang
terdapat di Kabupaten Kerinci.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
(2015) menyatakan bahwa kayu-
manis Koerintji adalah kayumanis
yang memiliki kandungan sina-
maldehida >90%. Kayumanis ini
terbukti telah menjadi produk
yang spesial karena memiliki cita
rasa khas yang diminati oleh
konsumen dunia. Melalui proses
pemuliaan bekerjasama dengan
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
dan Kabupaten Kerinci Jambi,
Varietas unggul Kayumanis
dari jenis Cinnamomum burmanii
Blume yang banyak berkembang
di Kerinci, telah disetujui oleh
Tim Pelepasan Varietas Tanaman
Perkebunan menjadi varietas
unggul dengan nama Kayumanis
Koerintji tahun 2019.
ayumanis (Cinnamomum
burmanii Blume)
merupakan salah satu
tanaman asli daerah tropis yang
terletak di sepanjang khatulistiwa.
Tanaman ini termasuk dalam famili
Lauraceae. Kulit batang, cabang dan
dahan kayumanis dapat digunakan
se- bagai rempah-rempah yang me-
miliki aroma manis dan pedas. Kulit
batang dan daun kayumanis juga
dapat diolah menjadi minyak atsiri
dan oleoresin yang berperan se-
bagai antioksidan dan antimi-
kroba (Singh et al., 2007). Sebagian
besar kulit kayumanis yang diekspor
oleh Indonesia berasal dari jenis
C. burmanii. Nugraheni (2012) me-
laporkan bahwa senyawa aktif da-
lam minyak atsiri daun kayu-
manis adalah L-linalool (34,40%),
1,8-cineole (18,18%), 𝛼-pinene
(13,96%), 𝛽-pinene (9,30%), dan
benzyl benzoat (4,42%). Senyawa
kimia yang terkandung dalam
kayumanis memiliki efek farma-
kologis yang berkhasiat sebagai
obat-obatan seperti carminative,
diaphoretic, antirematik, istomachica
dan analgesik.
Salah satu penghasil kayumanis
C. burmanii terbaik di Indonesia
adalah Kabupaten Kerinci, Jambi.
Produksi kayumanis di Provinsi
Jambi pada tahun 2017 sebesar
53,249 ton (BPS Jambi, 2019). Pada
tahun 2018 dilakukan perluasan
areal kayumanis di Provinsi Jambi
menjadi 46.132 Ha dengan dua
sentra produksi yaitu Kabupaten
Kerinci (40.762 Ha) dan Kabupaten
Merangin (4.233 Ha). Perluasan
areal ini mampu meningkatkan
produksi kayumanis menjadi 56.253
ton (Dinas Perkebunan Provinsi
Jambi, 2018). Sebagian besar ta-
naman kayumanis yang saat ini
berkembang di Provinsi Jambi dan
sekitarnya berasal dari pohon induk
kayumanis yang terdapat di Ka-
bupaten Kerinci. Dinas Perkebunan
Provinsi Jambi (2015) menyatakan
bahwa kayumanis Koerintji adalah
kayumanis yang memiliki kan-
dungan sinamaldehida >90%. Kayu-
manis ini terbukti telah menjadi
produk yang spesial karena memiliki
cita rasa khas yang diminati oleh
konsumen dunia.
Penyebaran kayumanis C. bur-
manii asal Kabupaten Kerinci dan
keturunannya yang sudah meluas
memerlukan legalitas dan jaminan
mutu benih bagi konsumen sesuai
dengan Undang-undang tersebut.
Jaminan mutu benih yang diberi-
kan berupa identitas genotipe yang
jelas berdasarkan karakteristik mor-
fologi, hasil dan mutu. Undang-
undang No. 12 tahun 1992 men-
jelaskan bahwa benih yang beredar
harus berasal dari benih bina (benih
yang telah dilepas oleh Menteri
Pertanian).
Salah satu usaha untuk me-
ningkatkan mutu dan kualitas kayu-
manis Indonesia dapat dilakukan
melalui penyediaan benih unggul
dan unggul lokal yang berasal dari
Pohon Induk Terpilih (PIT) dalam
kebun Blok Penghasil Tinggi (BPT).
Pemerintah Provinsi Jambi melalui
Dinas Perkebunan Provinsi bekerja-
sama dengan Balai Penelitian Ta-
naman Rempah dan Obat (Balittro)
melaksanakan kegiatan observasi/
eksplorasi, seleksi Blok Penghasil
Tinggi (BPT) dan seleksi Pohon
Induk sejak tahun 2016-2018 pada
populasi kayumanis asal Desa Air
Betung, Lempur Tengah dan Perikan
Tengah untuk menghasilkan benih
bina melalui pelepasan varietas.
Kayumanis Desa Air Betung, Lem-
pur Tengah dan Perikan Tengah te-
K
Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..
17 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
lah berkembang di masyarakat dan
tersebar luas sejak zaman peme-
rintahan Hindia Belanda dan telah
terdaftar pada kantor Pusat Per-
lindungan Varietas dan Perijinan
Pertanian pada tahun 2019 sebagai
varietas unggul lokal Kayumanis
Koerintji. Untuk memenuhi ke-
butuhan permintaan dan pengem-
bangan kayumanis Koerintji keluar
Provinsi Jambi, maka kayumanis
Koerintji diusulkan menjadi varietas
unggul nasional dengan nama
Kayumanis Koerintji.
Seleksi Blok Penghasil Tinggi
(BPT)
Eksplorasi/observasi dilakukan
di sentra pertanaman kayumanis di
Kabupaten Kerinci, Jambi yaitu
Kecamatan Gunung Raya, Keca-
matan Batang Merangin dan Ke-
camatan Gunung Kerinci. Hasil
observasi menunjukkan pertanam-
an kayumanis di Desa Lempur
Tengah, Desa Perikan Tengah dan
Desa Air Betung menampilkan per-
forma yang baik, bebas dari
serangan OPT, ukuran pohon yang
besar yang memungkinkan pro-
duksi tinggi dan areal pertanaman
yang luas sehingga populasi po-
hon berjumlah ribuan (Tabel 1).
Selain itu, hasil observasi kondisi
agroklimat di ketiga desa tersebut
memenuhi syarat budidaya per-
tanaman kayumanis secara umum.
Ketiga desa tersebut telah ditetap-
kan dan diputuskan oleh Menteri
Pertanian Republik Indonesia se-
bagai BPT dan Pohon Induk Terpilih
kayumanis di Desa Perikan Tengah
pada tahun 2017 dengan SK No.
51/Kpts/KB. 020/9/2017 tanggal 4
September 2017, BPT dan Pohon
Induk Terpilih kayumanis di Desa
Lempur Tengah dan Air Betung
pada tahun 2019 dengan SK No.
48/Kpts/KB.020/2/2019 tanggal 27
Februari 2019.
Tabel 1. Keragaan kebun blok penghasil tinggi (BPT) kayumanis pada beberapa lokasi di Provinsi Jambi
Lokasi Tahun tanam Luas
(ha)
Populasi
(pohon) Pohon Induk
Desa Lempur Tengah
Kec. Gunung Raya
Kab. Kerinci
1998 1,5 1.600 20
Desa Perikan Tengah
Kec. Gunung Raya
Kab. Kerinci
1997 3,261 2.000 15
Desa Air Betung
Kec. Gunung Kerinci
Kab. Kerinci
1993 2 2.400 20
Tabel 2. Karakteristik morfologi daun dan batang 55 pohon induk terpilih (PIT)
Pengamatan Keterangan
Bentuk tajuk Kerucut-Silindris lebar
Habitus Tegak
Tinggi pohon (m) 15 - 35
Batang
Lingkar batang (cm) 85 - 150
Lebar kanopi (utara – selatan) (m) 7 - 11
Lebar kanopi (timur – barat) (m) 7 - 11
Batang utama membagi 7 - 15
Daun
Panjang tangkai daun (cm) 1,00 - 1,02
Panjang daun (cm) 8,54 - 9,05
Lebar daun (cm) 2,40 - 3,02
Tepi daun Rata
Warna daun tua Hijau-hijau tua
Warna pucuk daun Merah muda-merah
Bentuk Daun Memanjang
Permukaan daun Halus licin
Warna pangkal tangkai daun Kuning kehijauan
Tabel 3. Karakteristik morfologi bunga 55 pohon induk terpilih (PIT)
Pangamatan Keterangan
Tipe rangkaian bunga Malai
Panjang rangkaian bunga (cm) 11,50 - 12,25
Lebar rangkaian bunga (cm) 10,50 - 11,66
Tinggi rangkaian bunga (cm) 5,55 - 8,92
Jumlah bunga/rangkaian 30 - 60
Bentuk bunga Piala - roset
Warna tangkai bunga Putih agak krem
Warna mahkota Putih - kuning
Bentuk mahkota Bintang
Ukuran bunga Kecil
Panjang Tangkai Bunga (cm) 1 - 3
Diameter Bunga (mm) 3
Warna Bunga Putih kekuningan
Jumlah Kelopak Bunga (buah) 6
Jumlah Benangsari (buah) 9
Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 18
Seleksi Pohon Induk Terpilih
(PIT)
Telah terpilih pohon induk di
dengan perincian sebagai berikut :
Desa Lempur Tengah terpilih 20
pohon induk terbaik dari 1.600
pohon (1,25%), Desa Perikan
Tengah terpilih 15 pohon induk
terbaik dari 2.000 pohon (1%) dan
Desa Air Betung terpilih 20 pohon
induk terbaik dari 2.400 pohon
(0,83 %).
Karateristik Morfologi Pohon
Induk Terpilih
Morfologi pohon
Karakteristik dari 55 pohon
induk terbaik yaitu tajuk kerucut-
silindris lebar, batang membagi
hingga 7 - 15 cabang batang/pohon,
habitus tegak, percabangan tinggi,
bentuk daun memanjang, permukaan
daun halus licin, tepi daun rata
dengan warna pangkal daun hijau
ke-kuningan (Tabel 2).
Morfologi bunga dan biji
Bunga kayumanis asal Kabupa-
ten Kerinci mempunyai tipe rang-
kaian bunga berupa malai dengan
panjang rangkaian 11,50 - 12,25 cm
dan lebar 10,50 - 11,66 cm. Bunga
kayumanis berbentuk piala dan
roset. Kayumanis Koerintji memiliki
warna mahkota putih dan kuning
dengan bentuk seperti bintang.
Kayumanis memiliki bunga yang
kecil dan warna bunga putih
kekuningan (Tabel 3).
Buah kayumanis asal Kabupaten
Kerinci berbentuk bulat lonjong
dengan warna buah muda hijau,
sedangkan warna buah matang
hitam kebiruan. Potensi produksi
kayumanis Koerintji ini sekitar
29,24 - 69,37 butir/pohon (Tabel 4).
Tabel 4. Karakteristik morfologi buah dan biji 55 pohon induk terpilih (PIT)
Pengamatan Keterangan
Warna Buah Muda Hijau
Warna Buah Tua Hitam kebiruan
Bentuk Buah Bulat lonjong
Panjang buah (cm) 0,65 - 1,2
Diameter buah (cm) 0,35 - 0,70
Tebal kulit buah (mm) 1,5 - 2,5
Panjang biji (cm) 0,5 - 0,9
Lebar biji (cm) 0,25 - 0,5
Potensi produksi buah (butir/pohon) 29,24 - 69,37
Tabel 5. Kandungan mutu kulit kayumanis dari 55 pohon induk terpilih
Kandungan mutu
Air Betung Lempur Tengah Perikan Tengah
PIT Pohon
pembanding PIT
Pohon
pembanding PIT Pohon pembanding
Sinamaldehida (%) 93.77 76.08 94.19 82.88 91.88 87.02
Minyak atsiri (%) 2.13 1.13 3.57 1.00 1.29 0.40
Gambar 1. Morfologi daun pohon induk terpilih dan pohon kayumanis lokal
penampilan daun
Tabel 6. Pengembangan benih asal BPT Jambi sampai 2019
Kecamatan Desa Jumlah Petani Luas (Ha)
Gunung Raya Lempur Mudik 200 400 Baru Lempur 250 500 Majunto Lempur 100 200 Lempur Tengah 400 800 Lempur Hilir 150 300 Perikan Tengah 150 300 Masgo 250 500 Kebun Baru 250 500 Sungai Hangat 92 184 Selampaung 122 244 Kebun Lima 108 216 Air Mumu 85 170 Bukit Kerman Talang Kemuning 200 268 Bintang Marak 94 129 Tanjung Syiam 60 81 Pondok 130 160 Lolo Kecil 100 150 Muaro Lolo 70 105 Pengasi Lama 100 200 Pengasi Baru 150 300 Batang Merangin Tarutung 150 300 B. Pulau Sangkar 100 200 Sebrang Merangin 75 150 Lubuk Paku 100 200 Pasar Tamiai 75 150 Tamiai 75 150 Pematang Lingkung 50 100 Batang Merangin 75 150 Muara Imat 75 150
Sumber : Disbun Prov. Jambi, 2019.
Keragaan varietas unggul kayumanis Koerentji (Cinnamomum …..
19 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
Karakteristik mutu
Berdasarkan kandungan minyak
atsiri kulit, pohon induk terpilih di
tiga lokasi mempunyai rendemen
minyak sekitar 1,29 - 3,57%.
Rendemen ini lebih tinggi dari
pohon kayumanis sekitarnya (pohon
pembanding) sebesar 0,40% -
1,13%. Sementara itu kandungan
sinamaldehid kulit, pohon induk
terpilih di tiga lokasi mempunyai
kandungan sinamaldehid yaitu 91,88
- 94,19%. Sedangkan kandungan
sinamaldehid pohon pembanding
sekitar 76,08 - 87,02%. Lima puluh
lima PIT mempunyai keunggulan
kandungan mutu minyak atsiri dan
kandungan sinamaldehid dari pada
pohon kayumanis sekitarnya (pohon
pembanding) (Tabel 5). Kandungan
sinamaldehid dari PIT ini melebihi
standar SNI yaitu 50%.
Keunggulan kayumanis Koerintji
Keunggulan pada kayumanis
Koerintji yaitu kandungan sina-
maldehid sangat tinggi sekitar 91,88
- 94,19 % melebihi standar SNI
yaitu 50%, dan bobot basah kulit
yang mencapai 80 kg/pohon
melebihi standar yang ditetapkan
oleh Kep-mentan nomor:
05/KPTS/KB.020/ 1/2018 yaitu 20
kg/pohon. Hal ini disebabkan karena
kayumanis Koerintji secara genetik
dan dilihat secara visual mempunyai
ukuran pohon yang besar dan kokoh
dari pohon kayumanis sekitarnya,
se-hingga mampu menyerap unsur
hara secara maksimal (Gambar 1).
Dinas Perkebunan Jambi me-
nyatakan bahwa tanaman kayu-
manis asal BPT telah dijadikan
sebagai salah satu sumber benih
kayumanis untuk wilayah Jambi
(Tabel 6).
Saat harga kulit kayumanis mulai
naik pengembangan pertanaman
menjadi lebih aktif. Tahun 2015
Dinas perkebunan Provinsi Jambi
mulai menyebarkan benih ke Ke-
camatan-kecamatan wilayah Kabu-
paten Kerinci seperti Kecamatan
Gunung Raya sebanyak 12 desa
dengan pengembangan 4.314 ha,
Bukit Kerman sebanyak 8 desa
dengan pengembangan 1.393 ha dan
Batang Merangin sebanyak 9 desa
dengan pengembangan 1.550 ha.
Pada tahun berikutnya penyebaran
benih kayumanis terus meluas
sampai ke Kecamatan Gunung
Kerinci dan kecamatan lainnya
(Tabel 7).
Benih yang dikembangkan be-
rasal dari 55 pohon induk terbaik,
yang menjadi tetua melalui pe-
nyerbukan terbuka. Panen biji
Tanaman kayumanis di sekitar 55
pohon induk terbaik. Rerata po-
tensi produksi minimum 1.000.000
benih/tahun dari ketiga desa ter-
sebut. Pembibitan untuk penanam-
an tahun 2019 telah dilakukan di
lokasi yang terpilih sebagai calon
BPT, sebab di lokasi tersebut
terdapat program pengembangan
kayumanis dari Direktorat Jen-
deral Perkebunan dan Pemerintah
Daerah (PEMDA) setempat dengan
menggunakan dana APBD. Panen
yang mulai dilakukan pada tahun
2020 dapat menyediakan benih
sebanyak sekitar satu juta benih.
Pemerintah Daerah (Pemda)
Jambi memberikan instruksi kepada
Pemda Kabupaten Kerinci untuk
mengembangkan areal pertana-
man kayumanis di wilayahnya
(kecamatan) dengan menggunakan
dana APBD mulai tahun 2019-2023
dengan luasan lahan mencapai 20-50
ha/tahun (Dinas Perkebunan dan
Peternakan Kabupaten Kerinci,
2019). Oleh karena itu, sejak tahun
2019 pemerintah daerah Provinsi
Jambi dan Kabupaten Kerinci telah
mengadakan benih kayu manis
Koerintji untuk pengembangan.
Penutup
Pohon induk terpilih tersebut
merupakan kayumanis terbaik di
Provinsi Jambi dan telah menye-
bar ke berbagai daerah di Provinsi
Jambi dan terbukti tumbuh dan
berproduksi dengan baik di sentra
produksi yang baru sehingga
Kementan menyetujui untuk dilepas
sebagai varietas unggul kayumanis
Cinnamomum burmanii dengan
nama Varietas Kayumanis Koerintji.
Tabel 7. Rencana pengembangan kayumanis Koerintji di 6 kecamatan di Kabupaten Kerinci
Kecamatan Tahun (ha)
2019 2020 2021 2022 2023
Gunung Raya 10 10 10 10
Gunung Kerinci 10 10 10 10 10
Kota Sungai Penuh 10
Bukit Kerman 10 10 10
Batang Merangin 10 10 10
Air Hangat Timur 10
Jumlah 20 20 40 50 50
Sumber: Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kerinci, 2019
Cheppy Syukur, Balittro
Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 20
TEKNOLOGI BIOPORI UNTUK PERBAIKAN KESUBURAN LAHAN DAN KONSERVASI AIR PADA
KAWASAN KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma)
Pengembangan tanaman kemiri
sunan bahan baku BBN diarah-
kan pada lahan suboptimal dan
lahan marginal sehingga tidak
bersaing dengan tanaman pangan
dalam pemanfaatan lahan. Bio-
pori adalah istilah yang diguna-
kan untuk mendeskripsikan lu-
bang resapan. Lubang resapan
biopori adalah lubang silindris
yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah sebagai metode
resapan air yang ditujukan untuk
mengatasi genangan air dengan
cara meningkatkan daya resap air
pada tanah. Dengan pembuat-
an biopori, terjadi penambahan
nutrisi tanah yang berasal dari
kompos, serta peningkatan akti-
vitas mikroorganisme menambat
hara dari tanah dan udara,
sehingga akan mengurangi peng-
gunaan pupuk kimiawi dan
menghemat biaya usahatani dan
ramah lingkungan. Penghematan
biaya usahatani akan meningkat-
kan margin keuntungan yang
diperoleh petani atau pekebun,
dan menjamin budidaya kemiri
sunan yang berkelanjutan.
anaman kemiri sunan me-
rupakan komoditas pertanian
yang ditetapkan sebagai salah
satu sumber energi alternatif.
Kemiri sunan cukup efisien sebagai
bahan baku bahan bakar nabati
karena produksi buah kemiri sunan
bisa mencapai 50 - 289 kg/pohon/
tahun atau biji sebanyak 4 - 6 ton
biji kering per hektar per tahun
setara dengan 2 - 3 ton minyak kasar
per hektar per tahun. Rendemen biji
kemiri sunan bisa mencapai 50%.
Pengembangan tanaman BBN
diarahkan pada lahan suboptimal
dan lahan marginal sehingga tidak
bersaing dengan tanaman pangan
dalam pemanfaatan lahan. Lahan
marginal yang belum diusahakan
untuk pertanian masih cukup luas.
Keberadaan lahan marginal di tanah
air diperkirakan sekitar 3,4 juta ha
(Balai Penelitian Tanah dan iklim,
2008). Lahan marginal atau kritis,
umumnya didominasi dengan lahan
miring dan berbukit yang rawan
terhadap erosi akibat benturan air
hujan langsung terhadap permukaan
tanah dan aliran permukaan (run-
off).
Besarnya erosi itu sendiri di-
pengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah iklim, topo-
grafi, vegetasi, kondisi tanah dan
perilaku manusia. Faktor iklim yang
memegang peranan penting terhadap
besarnya erosi di derah tropis
terutama intensitas dan hari hujan.
Pada curah hujan dengan frekuen-
si dan intensitas yang tinggi me-
nyebabkan rusaknya agregat tanah
dan menimbulkan aliran permukaan
(run-off) yang besar. Kondisi lahan
yang berlereng dengan tingkat
kemiringan lebih besar dari 10%
memberikan kekuatan daya gerus
aliran permukaan terhadap lapisan
tanah bagian atas (top soil).
Walaupun tanaman kemiri sunan
memiliki daya adaptasi yang baik di
lahan kering akan tetapi tanaman ini
membutuhkan batas-batas kondisi
ekosistem untuk berproduksi secara
optimal. Kondisi lahan marginal
umumnya memiliki kandungan
bahan organik rendah, sementara
serasah yang berasal dari daun
kering kemiri sunan yang rontok
melimpah pada saat menjelang
musim kemarau. Hasil observasi
memperlihatkan dalam satu pohon
kemiri sunan berumur 5 - 6 tahun
dapat menghasilkan serasah 75 kg
per tahun. Dalam satu hektar dengan
populasi tanaman minimal 100 - 200
pohon dapat menghasilkan serasah
atau biomassa sebanyak 7,5 - 15 ton
per hektar. Biomassa daun kering
kemiri sunan berpeluang untuk
sebagai serasah biopori agar dapat
meningkatkan laju infiltrasi/me-
ngurangi aliran air permukaan (run-
off).
Dengan meningkatnya kan-
dungan bahan organik tanah akan
meningkatkan kemampuan tanah
dalam memegang air (water holding
capacity) sehingga meningkatkan
ketersediaan air tanaman pada mu-
sim kemarau mendukung pertum-
buhan dan produksi kemiri sunan.
Fungsi air cukup penting dalam
budidaya kemiri sunan karena bisa
membantu dalam penyerapan mi-
neral yang ada di dalam tanah, serta
mempercepat proses mengomposan
dan ketersediaan hara bagi tanaman,
pada akhirnya akan meningkatkan
kesuburan lahan. Kondisi ini akan
mendukung budidaya kemiri sunan
dan ketersediaan bahan baku BBN
secara berkelanjutan.
Tambahkan pengertian biopori
dari salah satu paragraf yang di
bawah (Konsep biopori) Dengan
teknologi biopori penyediaan ba-
han organik di bawah lapisan olah
T
Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..
21 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
sesuai dengan panjang paralon/
tabung biopori yang dipasang.
Pengertian dan Konsep Biopori
Biopori merupakan cara me-
ngatasi permasalahan daya serap air
yang semakin menurun. Metode
biopori awalnya dicetuskan oleh Dr.
Kamir Raziudin Brata, Faperta-IPB
yang diartikan sebagai lubang
resapan sedalam 80 - 100 cm dengan
diameter 10 - 30 cm untuk me-
nampung air hujan dan meresap-
kannya kembali ke tanah. Biopori
memperbesar daya tampung tanah
terhadap air hujan, mengurangi
genangan air, yang selanjutnya
mengurangi limpahan air hujan
turun ke sungai. Tim Biopori IPB
(2007) menguraikan bahwa biopori
adalah lubang-lubang di dalam tanah
yang terbentuk akibat berbagai
akitifitas organisma di dalamnya,
seperti cacing, perakaran tanaman,
rayap, dan fauna tanah lainnya.
Lubang-lubang yang terbentuk akan
terisi udara dan akan menjadi tempat
berlalunya air di dalam tanah.
Secara umum biopori adalah
istilah yang digunakan untuk men-
deskripsikan lubang resapan. Lu-
bang resapan biopori adalah lubang
silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah sebagai metode
resapan air yang ditujukan untuk
mengatasi genangan air dengan cara
meningkatkan daya resap air pada
tanah. Menurut Arifin dan Orizanto,
(2013) beberapa manfaat biopori (1)
meningkatkan daya resap air, (2)
mengubah sampah organik menjadi
kompos, (3) memanfaatkan peran
aktivitas fauna tanah dan akar
tanaman, (4) mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh genangan air
seperti penyakit demam berdarah
dan malaria, (5) sebagai “kar-
bonsink” untuk membantu men-
cegah terjadinya pemanasan global.
Peningkatan daya resap air pada
tanah dilakukan dengan membuat
lubang pada tanah dan menim-
bunnya dengan sampah organik
untuk menghasilkan kompos.
Sampah organik yang ditimbunkan
pada lubang ini kemudian dapat
menghidupi fauna dan flora tanah
seperti cacing, hewan kecil di dalam
tanah, bahkan juga akar tumbuhan.
Jadi, selain bisa menjadi sarana
pembuangan sampah organik,
lubang biopori ini juga sebagai
tempat penyimpan makanan bagi
makhluk hidup, selanjutnya mampu
menciptakan pori-pori di dalam
tanah.
Implementasi Biopori untuk
Perbaikan Kesuburan Lahan dan
Konservasi Air
Penerapan lubang resapan bio-
pori (LRB) memberikan banyak
manfaat meliputi mencegah ge-
nangan dan erosi, wahana untuk
menampung serasah/biomasa, pa-
brik penghasil kompos secara
alami, meningkatkan aktivitas
fauna tanah, meningkatkan kappa-
sitas tanah memegang air, me-
nyuburkan lahan, meningkatkan
daya jangkau akar dan mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Sumber: https://andrianpurwanto48.blogspot.com/2013/09/makalah-pklh-lubang-resapan-biopori.html
Gambar 1. Penampang paralon yang dilubangi sebagai tabung biopori
Gambar 2. Paralon tertanam disamping pohon di bawah tajuk
Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 22
Dengan penerapan biopori dapat
mengurangi aliran air permukaan
dan meningkatkan laju resapan air
ke dalam tanah. Menurut Jhon Herf
(2008) manfaat dari biopori me-
liputi: a. Memelihara cadangan air
tanah; b. Mencegah terjadi keam-
blesan (subsidence) dan keretakan
tanah; c. Menghambat intrusi air
laut; d Mengubah sampah organik
menjadi kompos; e. Meningkatkan
kesuburan tanah; f. Menjaga ke-
anekaragaman hayati dalam tanah;
g. Mengurangi masalah pembakar-
an biomasa yang mengakibatkan
pencemaran udara, emisi gas ru-
mah kaca (CO2 dan metan); h. Serta
mengurangi banjir, longsor dan
kekeringan.
Biopori dapat memperbaiki
lingkungan, yaitu memperluas
bidang penyerapan air, sebagai
penanganan limbah organik dan
meningkatkan kesehatan tanah.
Biopori mampu meningkatkan
daya penyerapan tanah terhadap
air sehingga mengurangi resiko
penggenangan pada musim peng-
hujan. Air yang masuk ke lubang
biopori akan disimpan dan dapat
menjaga kelembapan tanah terutama
di musim kemarau. Dinding lubang
biopori akan membentuk lubang-
lubang kecil (pori-pori) yang mam-
pu menyerap air sehingga dengan
lubang berdiameter 10 cm dan ke-
dalaman 100 cm, dengan per-
hitungan geometri tabung sederhana
akan didapatkan bahwa lubang akan
memiliki luas bidang penyerapan
sebesar 3.220,13 cm2. Tanpa
biopori, area tanah berdiameter 10
cm hanya memiliki luas bidang
penyerapan 78 cm persegi.
Biopori juga dapat mengubah
sampah organik menjadi kompos.
Pengomposan sampah organik
mengurangi aktivitas pembakaran
sampah yang dapat meningkatkan
kandungan gas rumah kaca di
atmosfer. Dalam proses pengom-
posan, rasio C/N menentukan kua-
litas kompos yang akan didapatkan,
semakin tinggi C/N rasio proses
dekomposisi semakin lambat. Untuk
mempercepat proses pengomposan
dapat ditambahkan limbah yang
mengandung unsur N tinggi seperti
limbah hewani, atau dengan me-
nambahkan cacing tanah. Ke-
beradaan biopori dapat mening-
katkan aktivitas organisme dan
mikroorganisme tanah sehingga
meningkatkan kesehatan tanah dan
perakaran tumbuhan di sekitarnya.
Organisme dan mikrorganisme tanah
memiliki peran penting dalam
ekologi di antaranya sebagai de-
tritivora dan pengikat nitrogen
dari atmosfer. Pengikatan nitro-
gen mampu meningkatkan kadar
nitrogen tanah sehingga pengguna-
an pupuk anorganik urea akan
berkurang.
Menurut Hilwatullisan (2010)
jumlah lubang resapan biopori
(LRB) yang dibutuhkan pada suatu
area dapat dihitung dengan meng-
gunakan persamaan:
Jumlah LRB = Intensitas hujan
(mm/jam) x Luas bidang kedap
(m2)/Laju Peresapan Air per Lubang
(liter/jam)
Sebagai gambaran pada daerah
dengan intensitas hujan 50 mm/jam,
dan laju peresapan air per lubang 3
liter/menit (180 liter/jam) pada 100
m2, maka jumlah LRB yang perlu
dibuat (50 x 100)/180 = 28 lubang.
Kedalaman biopori disesuaikan
dengan posisi bahan organik yang
akan ditambahkan pada kedalaman
yang diinginkan dari permukaan ta-
nah, yang umumnya disesuaikan de-
ngan distribusi perakaran dengan
tujuan mempertahankan kelembapan
tanah terutama pada musim kema-
rau. Keunggulan aplikasi serasah da-
lam tabung biopori adalah bahan
organik atau kompos yang dihasil-
kan dapat mencapai lapisan sub-soil
sesuai dengan kedalaman tabung
biopori, sedangkan aplikasi serasah
sebagai mulsa hanya dipermukaan
dan di lapisan olah. Selain itu proses
Gambar 3. (a) Pemasangan tabung biopori di bawah pohon kemiri sunan, (b)
serasah daun kemiri sunan ditambah cacing tanah Lumbricus
rubellus.
a b
Teknologi biopori untuk perbaikan kesuburan lahan dan konservasi …..
23 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
pengomposan serasah dalam tabung
biopori lebih cepat dibanding
sebagai mulsa.
Aplikasi Biopori pada Pertanam-
an Kemiri Sunan
Tabung biopori diletakan pada
dua sisi pohon dengan jarak dari
pangkal pohon selebar kanopi. Hasil
penelitian menunjukkan kedalaman
biopori 50 cm memberikan per-
tumbuhan tanaman kemiri sunan ter-
baik dibandingkan yang lebih dang-
kal atau tanpa biopori. Biopori juga
dapat memperbaiki sifat kimia tanah
terutama peningkatan kandungan C-
organik, N dan KTK. Penambahan
cacing tanah Lumbricus rubellus
pada serasah daun kemiri sunan da-
pat mempercepat proses pengom-
posan dua kali dibanding hanya
serasah daun, karena serasah daun
langsung dikonsumsi oleh cacing
tanah dan menghasilkan kotoran
yang umum disebut Kascing dalam
bentuk kompos yang lebih mudah
tersedia bagi tanaman. Biopori de-
ngan kedalaman tabung 50 cm dapat
menampung serasah kering seba-
nyak 1,025 kg dengan kadar air
9,5%, sedangkan 1 pohon kemiri
sunan dapat menghasilkan serasah
daun 75 kg per tahun. Serasah dapat
terus ditambahkan secara periodik
ke dalam lubang biopori untuk me-
ngisi ruang tabung yang telah
kosong agar lubang biopori tetap
berfungsi secara optimal. Dengan
demikian proses pengomposan se-
cara aerobik oleh mikroorganisme
akan terus berlanjut. Selain cacing
tanah Lumbricus rubellus dapat juga
ditambahkan inokulum gabungan
dari mikroorganisme seperti Sac-
charomyces, Lactobacillus, Bacil-
lus dan Acetobacter untuk mem-
percepat pengomposan proses degra-
dasi sampah organik (Komala et al.
2012; Wiedarti et al. 2015)
Meskipun daun kemiri sunan
bersifat toksik, ternyata cacing
tanah mampu beradaptasi dalam
mengkonsumsi serasah daun sebagai
sumber pakannya. Hal ini di-
perlihatkan dengan jumlah populasi
cacing dalam tabung biopori yang
semakin meningkat dengan umur
cacing yang beragam. Dengan
adanya konversi limbah organik
menjadi pupuk kompos melalui
proses biologis, tanah di sekitar
lubang tersebut akan meningkat
kemampuan memegang air, aktivi-
tas mikroorganisme dan kandungan
hara tanah sehingga tanah menjadi
lebih subur. Hasil penelitian mem-
perlihatkan bahwa panjang tabung
biopori 50 cm meningkatkan laju
transpirasi 8,31 mmmol m2/detik,
laju fotosintesis 0,67 µ mol/m2/detik
dan konduktivitas stomata 11,51
mol/m2/detik signifikan lebih tinggi
dibandingkan tanpa aplikasi bio-
pori (laju transpirasi 4,93 mmmol
m2/detik, laju fotosintesis 0,28 µ
mol/m2/detik dan konduktivitas sto-
mata 5,19 mol/m2/detik). Hal ini
disebabkan dengan jumlah bahan
organik yang semakin tinggi, ke-
mampuan untuk memegang air
(water holding capacity) semakin
baik sehingga tanaman kemiri sunan
dapat melakukan proses fisiologi
secara normal. Hasil pengamatan
parameter pertumbuhan tinggi ta-
naman, lingkar batang, jumlah ca-
bang dan lebar kanopi pada aplikasi
biopori lebih baik dibandingkan
tanpa aplikasi biopori.
Dengan pembuatan biopori, ter-
jadi penambahan nutrisi tanah yang
berasal dari kompos, serta pening-
katan aktivitas mikoorganisme me-
nambat hara dari tanah dan udara,
sehingga akan mengurangi peng-
gunaan pupuk kimiawi dan meng-
hemat biaya usahatani dan ramah
lingkungan. Penghematan biaya usa-
hatani akan meningkatkan margin
keuntungan yang diperoleh petani
atau pekebun dan menjamin budi-
daya kemiri sunan yang berkelanjut-
an. Aplikasi bahan organik ke tanah
juga dapat mempengaruhi karak-
teristik biologi dan biokimia tanah
dengan cara meningkatkan populasi
mikroba tanah. Akibatnya kualitas
tanah menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman
secara berkelanjutan.
Penutup
Lubang Resapan Biopori (LRB)
secara umum adalah lubang-lubang
di dalam tanah yang terbentuk akibat
berbagai aktivitas organisme di
dalamnya, seperti cacing, perakaran
tanaman, rayap dan fauna tanah
lainnya. Penerapan lubang resapan
biopori (LRB) memberikan banyak
manfaat meliputi mencegah ge-
nangan dan erosi, wahana untuk
menampung seresah/biomasa, pabrik
penghasil kompos secara alami,
meningkatkan aktivitas fauna tanah,
meningkatkan kapasitas tanah me-
megang air, menyuburkan lahan,
meningkatkan daya jangkau akar,
dan mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman. Dengan pembuat-
an biopori, terjadi penambahan nu-
trisi tanah yang berasal dari kompos,
serta peningkatan aktivitas mikoor-
ganisme menambat hara dari tanah
dan udara sehingga akan mengu-
rangi penggunaan pupuk kimiawi,
dan menghemat biaya usahatani dan
ramah lingkungan. Penghematan
biaya usahatani akan meningkatkan
margin keuntungan yang diperoleh
petani atau pekebun dan menjamin
budidaya kemiri sunan yang
berkelanjutan.
Mohammad Cholid dan
Budi Santoso,
Balittas
Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan pendapatan petani karet
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 24
REVOLUSI JARAK TANAM 2 X 10 M MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KARET
Pendapatan petani karet semakin
rendah. Pendapatan tersebut ti-
dak lagi memenuhi kebutuhan
rumah tangga mereka. Salah
satu cara untuk meningkatkan
pendapatan petani karet adalah
dengan memanfaatkan lahan
karet yang dimilikinya. Berapa
hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada karet berumur muda
banyak jenis tanaman sela yang
dapat ditanam, karena intensitas
cahaya matahari cukup tinggi,
namun setelah dewasa intensitas
cahaya matahari makin rendah
dan jenis tanaman yang dapat
tubuh menjadi berkurang. Pe-
nanaman tanam sela dapat me-
nambah pendapatan petani karet.
Jarak tanam 2 x 10 m, tanaman
karet dewasa menghasilkan inten-
sitas cahaya matahari lebih ting-
gi. Kondisi ini akan memberikan
peluang jenis tanaman sela yang
dapat ditanam lebih banyak,
tanpa mengurangi populasi ta-
naman karet dan produksinya.
Tambahan pendapatan akan me-
ningkatkan daya saing petani
dan petani akan mempertahan-
kan tanaman karet sebagai ta-
naman utamanya untuk sumber
pendapatan.
arga karet dalam negeri
dipengaruhi oleh harga karet
di pasar dunia, Turunnya
harga karet dunia, diikuti oleh
turunnya harga karet ditingkat pe-
tani. Rendahnya harga karet dunia,
disebabkan oleh tinggi stok, yang
dipicu oleh meningkatnya produksi
karet, terutama dari negara Vietnam
dan Philipina serta berkurangnya
penggunaan karet alam.
Meningkatkan harga karet dunia
dapat dilakukan dengan menurunkan
stok karet. Untuk menurunkan stok
karet dunia dapat dilakukan de-
ngan mengurangi produksi dan
meningkatkan penggunaan. Untuk
itu tiga negara utama penghasil
karet yaitu Thailand, Indonesia
dan Malaysia yang tergabung da-
lam organisasi International Tri-
partate Rubber Council (ITRC)
telah berusaha untuk menurunkan
produksi karet sebanyak 300.000
ton/tahun dan usaha tersebut telah
menunjukkan hasil dengan naiknya
harga karet dunia dari USD 3 pada
tahun 2014 menjadi USD 3,6 pada
tahun 2017 (ITRC, 2017). Namun
kenaikan harga tersebut, yang di-
ikuti oleh penurunan produksi ti-
dak meningkatkan pendapatan pe-
tani, Dengan kepemilikan yang
hanya 0,7 ha/KK, pendapatan pe-
tani rendah sekali sehingga tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.
Konsumsi karet alam, diper-
kirakan akan makin berkurang,
karena peningkatan penggunaan
karet sintetis. Banyak usaha untuk
meningkatkan penggunaan karet
alam seperti penggunaan karet alam
pada pengaspalan jalan. Namun
komposisi penggunaan karet alam
hanya 5% dari aspal yang di-
gunakan. Pada pembangunan 1,2
juta km jalan tol, karet alam yang
digunakan hanya sebesar 64.000 ton
atau hanya 53,33 kg/km jalan (Ke-
menindustri, 2019).
Bagi petani yang memiliki lahan
yang tidak begitu luas, dengan
tenaga kerja dalam keluarga me-
reka dapat melakukan penanaman
tanaman sela, namun karena in-
tensitas cahaya matahari sangat
rendah pada tanaman karet dewasa,
produksi tanaman sela tidak optimal.
Pada jarak tanaman karet secara
konvensional yaitu 3 x 6 m atau
3 x 7 m, populasi tanaman masing-
masing 550 batang dan 500 batang
(PT. Perkebunan VIII, 2011).
Namun pada jarak taman tersebut,
pada umur 5 - 20 tahun intensitas
cahaya yang sampai ke permukaan
tanah di bawah tanaman hanya
sekitar 40 - 60%, intensitas cahaya
yang sangat terbatas untuk mena-
nam tanaman sela. Pada jarak tanam
2 x 10 m intensitas cahaya mata
hari di bawah tanaman karet dewasa
(7 - 25 tahun) cukup tinggi yaitu
berkisar antara 60 - 90% (Ferry,
2016), dengan populusi 500 batang/
ha, banyak jenis tanaman sela yang
dapat ditanam pada kondisi ter-
sebut. Misalnya tanaman kakao
yang menghendaki intensitas ca-
haya <80% (Tumpal et al. 1994),
demikian juga dengan kopi Ro-
busta yang menghendaki naungan
(Rahardjo. 2012).
Jarak tanam karet 2 x 10 m, di
antara tanaman karet dapat ditanami
kakao dengan jarak 2 x 3 m dua
baris, dengan demikian terdapat
sebanyak 594 batang tanaman kakao
atau ekuivalen dengan 0,54 ha
tanaman kakao monokultur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa,
tanaman karet yang ditanam de-
ngan jarak 3 x 6 m (konvensional),
menyebabkan pertumbuhan tanam-
an tidak seragam, tanaman yang di
tengah pertumbuhnnya terlambat
karena kekurangan CO2. Sedangkan
tanaman yang di pinggir, mendapat
CO2 yang cukup (Siagian, 2000).
Jarak tanam 2 x 10 meter mem-
H
Mengenal pala hutan Aceh Selatan
25 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
berikan peluang kepada semua
tanaman untuk menyerap CO2 yang
sama sehingga peran perkebunan
karet sebagai fungsi hutan ber-
jalan dengan baik. Di masa datang
perkebunan harus berwawasan ling-
kungan yang dikenal dengan sus-
tainability. Perkebunan karet harus
juga berfungsi sebagai lahan sum-
ber pendapatan petani dan lahan
konservasi.
Di lain pihak tanaman kakao
sangat perlu ditingkatkan produksi-
nya. Banyak industri saat ini yang
kekurangan bahan baku biji kakao.
Penanaman kakao di antara karet
merupakan salah satu solusi untuk
memperluas areal dan meningkat
produksi. Hal yang sama juga ber-
laku untuk tanaman kopi Robusta.
Kopi Robusta mengalami kompe-
tisi dalam memanfaatkan lahan di
dataran rendah dan luas areal
tanaman kopi Robusta mengalami
penurunan. Penanaman kopi ini di
antara tanaman karet merupakan
peluang untuk memperluas areal dan
produksi tanaman ini.
Pemanfaatan lahan di antara
karet tidak hanya dapat mening-
katkan pendapatan petani tetapi juga
dapat meningkat produksi kakao
untuk memenuhi kebutuhan industri
dalam negeri atau memenuhi per-
mintaan ekspor kopi yang makin
meningkat.
Keadaan umum perkebunan karet
rakyat
Luas areal tanaman karet telah
mencapai 3,7 juta ha, sebagian besar
(80%) berbentuk perkebunan rakyat,
yang dicirikan dengan lahan yang
sempit, tanaman tidak seragam,
jarak tanam kurang teratur, masih
terdapat tanaman yang berasal dari
biji dan bukan bibit unggul dan
produktivitas rendah, yaitu hanya
mencapai 895 kg/ha/tahun, atau
hanya 0,9 kg/pohon/tahun.
Jumlah petani yang terlibat
dalam usahatani karet mencapai 3,6
juta KK atau mencapai 20 juta jiwa.
Jumlah ini belum termasuk yang
terlibat pada sektor pemelihara-
an tanaman, pengolahan dan trans-
portasi serta pemasaran. Harga
karet yang murah akan mem-
bawa petani karet menjadi petani
miskin dengan pendapatan sekitar
Rp 3.200.000 per tahun, pendapatan
yang sangat rendah untuk hidup
sejahtera. Meningkatkan pendapatan
petani karet akan menaikan taraf
hidup masyarakat yang cukup besar,
karena tidak hanya petani yang
terperbaiki tetapi juga masyarakat
sekitarnya seperti pedagang, tenaga
kerja (buruh tani), transportasi, dan
sebagainya.
Sumber pendapatan petani karet
Pendapatan petani karet dapat di-
tingkatkan menjadi Rp 18.925.000/
tahun (seperti pendapatan petani
karet di Provinsi Riau), dimana
Rp 10.567.000 (55,74%) berasal dari
luar tanaman karetnya. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk mening-
katkan pendapat petani harus me-
ningkatkan pendapatan dari luar
tanaman karet. Hal yang sama juga
terjadi Kalimantan Barat, tanpa
pendapatan dari luar tanaman karet,
pendapatan mereka hanya sebesar
Rp 3.445.000/tahun.
Pendapatan petani karet yang
tinggi yang berasal dari tanam-
an karet (67,19%) adalah Kaliman-
tan Selatan, hal ini terjadi ka-
rena kepemilikan yang lebih luas
yaitu mencapai 3 ha/KK. Kaliman-
tan Barat pendapatan petani karet
sangat rendah hanya mencapai
Rp 7.784.000. itupun telah dibantu
oleh pendapatan dari luar kebun
karet yaitu sebesar Rp 4.339.000
(55,74%). Jika hanya mengandal-
kan pendapatan dari tanaman ka-
ret, maka pendapatan petani karet
hanya mencapai Rp 3.445.000,-
(Tabel 1).
Meningkatkan pendapatan pe-
tani dari tanaman karet sepertinya
sulit sekali, karena produktivitas
rendah dan stok karet dunia dan
dalam negeri yang tinggi. Untuk
meningkatkan pendapatan petani
karet harus diperoleh dari luar
tanaman karet, artinya harus dicari
sumber pendapatan lain dari luar
tanaman karet. Pendapatan lain dari
tanaman karet dapat berasal dari
tanaman sela di lahan yang sama
(Nancy dan Supriadi, 2005). Jarak
tanam 2 x 10 m, memberikan
peluang besar untuk melakukan
penanaman tanaman lain diantara
tanaman karet dan menghasilkan
pendapatan tambahan.
Tabel 1. Sumber pendapatan petani karet di beberapa wilayah penghasil karet
Propinsi Karet Lain-lain Jumlah (Rp) (Rp) % (Rp) %
Sumut 8.824.000 79,79022 2.235.000 20,20978 11.059.000
Kalsel 11.542.000 67,19059 5.636.000 32,80941 17.178.000
Kalbar 3.445.000 44,25745 4.339.000 55,74255 7.784.000
Riau 8.398.000 44,28157 10.567.000 55,71843 18.965.000
Jambi 7.490.000 59,80517 5.034.000 40,19483 12.524.000
Total 39.699.000 27.811.000 67.510.000
Rata-rata 7.939.800 58,80462 5.562.200 41,19538 13.502.000
Sumber : Dirjenbun, 2014
Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan pendapatan petani karet
Revolusi jarak tanam 2 X 10 m meningkatkan pendapatan petani karet
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 26
Jarak tanam tanaman karet rakyat
umumnya 3 x 6 m atau 3 x 7 m,
dengan populasi tanaman masing-
masing sebanyak 550 dan 500
tanaman/ha. Jumlah yang tidak jauh
berbeda jika dirubah menjadi 2 x 10
m, dengan jumlah populasi 500
tanaman/ha. Pengurangan populasi
dari 550 pada jarak tanam 3 x 6 m
menjadi 500 pada arak tanam 2 x 10
tidak mengurangi produktivitas
per hektar, karena secara invidu
tanaman mengalami peningkatkan
produksi, akibat lebih meratanya
kecukupan CO2 dan lebih ter-
peliharanya tanaman melalui pe-
meliharaan tanaman sela.
Petani dapat melakukan pena-
naman tanaman sela dengan meng-
gunakan tenaga kerja dalam ke-
luarga sehingga tidak memerlukan
biaya yang besar untuk melaku-
kannya.
Sebagai ilustrasi dari jumlah
tanaman kakao 594 batang akan
diperoleh biji kakao kering mini-
mal 891 kg/ha/tahun (1,5 kg/ba-
tang), dengan harga Rp 23.000/kg
akan diperoleh pendapatan sebesar
Rp 20.493.000/tahun/ha. Jauh lebih
besar dibandingkan dari tanam-
an karet, apalagi kalau hanya
mengurangi 50 batang tanaman
karet.
Potensi Tanaman di antara
Tanaman Karet
Banyak peneliti yang melaporkan
bahwa menanam tanaman sela di
antara tanaman karet tidak hanya
mendapat tambahan pendapatan
petani tetapi juga berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman karet. Penanaman
tanaman jagung di antara tanam-
an karet, mendapatkan tambahan
penghasilan mencapai Rp 2.500.000
per hektar permusim tanam (Adri et
al., 2012). sama diperoleh pada
penanaman kacang tanah, atau
kacang hijau dan tanaman lainnya.
Tanaman sela di antara karet
dapat ditanam pada sepanjang umur
karet. Pada usia tanaman karet
masih muda (<3 tahun) hampir
semua tanaman pangan seperti
jagung, kacang tanah dan lain-lain
dapat ditanam. Pada usia tanaman
karet telah dewasa dapat ditanam
dengan tanaman kopi atau kakao
yang memerlukan tanaman pe-
naung, tanaman karet dapat ber-
fungsi sebagai tanaman penaung
tersebut. Selama ini sebagai tanaman
penaung ditanam glerisidia yang
hanya menghasilkan daun, jika
tanaman penaung dari tanaman
karet, yang bernilai ekonomi, akan
lebih menguntungkan. Tanaman
sela seperti kopi atau kakao dapat
ditanam pada tanaman karet telah
berumur dewasa atau telah
menghasilkan.
Strategi Perubahan Jarak Tanam
Karet Dimasa Datang
Untuk pengembangan baru,
penanaman dilakukan dengan jarak
tanam 2 x 10 m dan di antara
tanaman karet muda ditanam
dengan palawija. Hal ini dilaku-
kan untuk mengurangi biaya pe-
meliharaan tanaman karet dan
tambahan pendapatan. Banyak la-
poran yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif terhadap
pertumbuhan tanaman karet dengan
penanaman tanaman sela tersebut.
Pada tanaman karet eksisting
Dilakukan dengan penjarangan
tanaman karet, pada tanaman karet
jarak tanaman 3 x 7 dapat dilaku-
kan dengan menebang satu pohon
secara selang-seling pada 1 baris
tanaman karet berjarak 7 m se-
hingga tesedia lahan 6 x 14 m di
antara dua tanaman karet untuk
ditanam tanaman kakao dengan
jarak 2 x 3 m,
Pada pola tanam ini, jumlah
tanaman karet menjadi 343 tanaman
(69%). Sedangkan populasi tanaman
kakao berjumlah 2.880 tanaman
(261%), lebih banyak dibanding-
kan dengan tanaman yang di-
tanam secara konvensional (1.100
tanaman/ha).
Pada tanaman karet yang jarak
tanamnya tidak beraturan dapat
Gambar 1. Tanaman jagung di antara tanaman karet
Mengenal pala hutan Aceh Selatan
27 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
dilakukan dengan penebangan ta-
naman karet sistem jalur. Ukuran
lebar jalur tanaman karet 3 m dan
jalur untuk tanaman sela 7 m.
sebagai sumber biaya dapat
diperoleh dari hasil penjualan kayu
dari penebangan tanaman karet.
Menyediakan Bibit Tanaman Sela
a. Tanaman pangan
Untuk meningkatkan kemam-
puan petani menanam tanaman sela
sebaiknya petani dibantu dengan
penyediaan bibit agar luasan dan
produksinya menjadi tercapai dan
ekonomis. Jumlah yang sedikit
menyebabkan harga akan murah
karena biaya transportasi yang
tinggi.
b. Tanaman Tahunan/Perkebunan
Perlunya bantuan bibit untuk
tanaman perkebunan sehubungan
dengan ketersediaan bibit unggul.
Tanpa bantuan, petani akan sulit
mendapatkan bibit unggul selain
tidak tersedia, juga harganya mahal.
Penyediaan bibit unggul untuk
cokelat dapat dilakukan dengan
penyediaan bibit unggul lokal, yaitu
bibit yang berasal dari pohon induk
terpilih di lokasi tersebut dan
diperbanyak dengan vegetatif (bibit
grafting). Ini dapat dilakukan
dengan melatih petani untuk
membuat bibit sendiri.
Pengendalian Penyakit
Dapat dilakukan dengan mem-
bentuk satuan-satuan tugas (satgas)
pengendalian penyakit pada setiap
kecamatan yang dikoordinasi oleh
dinas pertanian Kabupaten atau
kota madya. Satgas-satgas tersebut
dilatih oleh balai komoditi yang
berhubungan dengan tanaman yang
dikembangkan.
Penutup
Meningkatkan pendapatan petani
karet dapat dilakukan dengan
merubah jarak tanam yang lama
menjadi jarak tanam yang baru yaitu
2 x 10 m. dengan jarak tanam yang
lebih jarang di antara tanaman
karet dapat ditanam dengan ber-
bagai jenis tanaman sela. Sejak dari
umur muda sampai tanaman karet
dewasa. Dari penghasilan tanaman
sela pendapatan petani karet akan
bertambahdan meningkat. Beberapa
strategi yang dapat ditempuh antara
lain, pada pengembangan baru
dapat langsung ditanam dengan
jarak 2 x 10 dan tanaman palawija.
Pada tanaman yang eksisting di-
lakukan dengan menebang sebagian
tanaman karet sehingga inten sitas
cahaya matahari meningkat dan
dapat ditanam dengan tanaman yang
sesuai. Membantu petani dalam
penyediaan bibit unggul untuk
tanaman sela, dan membentuk
satuan tugas untuk pengendalian
hama dan penyakit.
MENGENAL PALA HUTAN ACEH SELATAN
Pala hutan di Aceh Selatan
banyak ditemukan di areal
perbukitan dan diidentifikasi
sebagai Myristica schifferii Warb.
Pohon dengan tinggi tanaman
dapat mencapai 20 meter.
Buahnya berbentuk bulat sampai
agak lonjong. Warna kulit buah
muda kehijauan, dan pada buah
yang telah tua kulit buah ber-
warna kecokelatan. Ukuran tana-
man, daun, buah dan biji pala
hutan aceh lebih besar dari
buah/biji pala pada umumnya.
Biji diselimuti arilus bewarna
jingga terang saat matang, atau
warna arilus krem kekuningan
saat masih muda. Penutupan
arilus pada buah padat dan rapat
sehingga biji tidak kelihatan.
Buah, arilus dan biji tidak ber-
sifat aromatik. Buah dan fuli bila
dipegang agak bergetah dan cen-
derung agak lengket. Belum ada
penggunaan secara tradisional
buah, biji dan fuli pala hutan
untuk kesehatan oleh masyarakat
setempat. namun biji pala hutan
dimanfaatkan oleh petani setem-
pat sebagai batang bawah di-
sambung dengan pala budidaya.
Disinyalir penggunaan pala hu-
tan sebagai batang bawah untuk
mendapatkan tanaman tahan ter-
hadap serangan jamur akar putih,
selain mendorong pertumbuh-
an tanaman lebih cepat besar.
Penggunaan pala hutan sebagai
batang bawah ini perlu di-
Yulius Ferry dan Saefudin,
Balittri
Mengenal pala hutan Aceh Selatan
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 28
kaji lebih lanjut pengaruhnya
terhadap mutu buah dan biji
sebelum dikembangkan di areal
yang lebih luas.
iri utama marga Myristica
adalah tumbuhan berupa
pohon, percabangan mono-
podial. Daun tunggal, susunan daun
berseling (alternatus), dengan per-
mukaan bawah daun agak kasar,
berkelenjar atau berbulu halus,
pangkal daun meruncing, ujung
daun runcing. Bunga majemuk,
axiler, terdiri dari 2 - 4 bunga. Buah
bulat sampai agak oblong dengan
panjang antara 1 - 10 cm, halus atau
dengan kelenjar pada permukaan-
nya, berdaging tipis sampai agak
tebal. Biji dengan kulit biji yang
keras dan diselubungi oleh salut biji
(arillus) dengan minyak atau lemak
yang aromatik. Di daerah Aceh
Selatan, terdapat tanaman yang
mempunyai penampilan buah dan
biji mirip dengan marga Myristica.
Biji tanaman terbungkus arilus
(fuli), namun baik buah, biji dan
fuli tidak mempunyai aroma me-
nyengat seperti ciri khas pada pala.
Masyarakat setempat menyebut
sebagai pala hutan. Identifikasi yang
telah dilakukan tanaman tersebut
adalah M. schifferii Warb., yang
merupakan salah satu spesies dalam
genus Myristica. Umumnya tanaman
ini hanya dimanfaatkan kayunya
atau sebagai tanaman pemecah
angin/pohon pelindung pada per-
tanaman pala. Akhir-akhir ini biji
pala hutan tersebut dimanfaatkan
untuk batang bawah pada penyam-
bungan pala sebagai bagian dari
usaha untuk penanggulangan penya-
kit akar yang biasa menyerang pala.
Kharakteristik Tanaman
Pala Hutan Aceh berupa tanaman
pohon dengan tinggi tanaman dapat
mencapai 20 meter, bahkan lebih.
Tanaman tumbuh di area per-
tanaman pala atau di wilayah hutan
yang berbatasan dengan kebun pala,
difungsikan untuk pohon pelin-
dung atau pemecah angin. Di area
pertanaman pala di Maluku, sebagai
pohon pelindung biasanya adalah
kenari. Pala hutan Aceh mempunyai
susunan percabangan teratur, antar
cabang membentuk lingkaran ca-
bang seperti pada tanaman pala
pada umumnya. Buah pala hutan
Aceh Selatan berbentuk bulat sam-
pai agak lonjong. Warna kulit buah
muda kehijauan dan pada buah
yang telah tua kulit buah berwarna
kecokelatan. Kulit buah tidak licin
seperti buah pala.
Buah terbentuk pada ketiak daun,
dalam satu rangkaian dapat terdiri
dari banyak bunga namun yang
berkembang sampai buah besar
umumnya 1 - 2 buah/rangkai. Berat
buah masak 100 - 200 gram/butir.
Biji diselimuti arilus bewarna jing-
ga terang saat matang, warna
arilus saat masih muda krem
kekuningan. Penutupan arilus pada
buah sangat padat dan rapat
sehingga biji tidak terlihat. Baik
C
Gambar 1 : Pala hutan di Aceh Selatan (M schifferii). a) penampilan tanaman pala hutan di Aceh Selatan, b) bunga, c) buah dan biji dan d) Per-bandingan pala hutan (warna fuli kuning) dan pala banda (fuli merah).
Gambar : Hasil sambungan pala hutan dan pala budidaya a) dan b) 4 tahun di
lapangan umur 1 tahun
a
b
c
d
a b
Budidaya kopi liberika : ‘’Usahatani berkelanjutan dan ramah lingkungan”
29 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
buah, arilus dan biji tidak bersifat
aromatik. Buah dan fuli bila di-
pegang agak bergetah dan cenderung
agak lengket, dan rasanya agak
kelat. Kulit buah tergolong agak
tipis sehingga porsi biji dalam buah
terlihat lebih besar. Selama ini baik
dari fuli maupun biji belum pernah
dimanfaatkan dan disuling untuk
dianalisa mutu minyaknya.
Manfaat Pala Hutan
Buah, biji dan daun pala hutan
belum banyak dimanfaatkan, bagian
yang telah dimanfaatkan adalah
batang kayu tanaman digunakan
untuk perkakas, walaupun bukan
termasuk kelas kayu bagus. Di Aceh
Selatan biji pala hutan sudah mulai
dimanfaatkan oleh petani setem-
pat sebagai batang bawah untuk
disambung dengan pala budidaya.
Ada indikasi bahwa pala hutan
relatif tahan terhadap serangan
jamur akar putih. Pekebun pala di
Aceh Selatan mulai mengembang-
kan pala sambung sejak tahun 2014
namun masih dalam jumlah ter-
batas. Sampai saat ini belum ada
pertanaman pala hasil sambungan
dengan pala hutan dalam bentuk
hamparan. Benih pala sambungan
tersebut telah pula disebarkan ke
daerah lain di luar Aceh Selatan, di
antaranya ke Pagar Alam, Sumatra
Selatan. Adapun pala yang diguna-
kan sebagai batang bawah adalah
pala hutan sementara untuk batang
atas digunakan pala unggul lokal.
Tanaman pala hasil sambungan
umur 18 bulan sudah mulai belajar
berbunga dan umur 2 tahun sudah
mulai berproduksi. Penyambungan
pala budidaya dengan batang bawah
pala hutan umumnya menggunakan
batang atas pala dari tunas air. Hal
ini disebabkan karena batang yang
terbentuk dari kecambah pala hutan
berukuran lebih besar sehingga
untuk batang atas yang sesuai
ukuran adalah batang yang diambil
dari tunas air. Oleh karena itu
ketersediaan batang atas pala budi-
daya terbatas jumlahnya.
Umumnya tanaman pala yang
telah tua tidak banyak mempunyai
tunas air alami. Untuk merangsang
terbentuknya tunas air perlu dilaku-
kan pemangkasan cabang. Keber-
hasilan penyambungan untuk per-
banyakan tanaman telah banyak
digunakan di antaranya pada ta-
naman hortikultura. Syarat pemi-
lihan batang bawah, di antaranya
adalah tidak mengurangi kualitas
dan kuantitas buah pada tanam-
an yang disambungkan/diokulasi
(Prastowo et. al. 2006). Penyam-
bungan pala hutan ini secara teknis
dan pertumbuhan tanaman telah
berhasil, namun demikian perlu
dilihat lebih lanjut adakah pengaruh
batang bawah terhadap mutu buah
yang dihasilkan. Penggunaan pala
hutan sebagai batang bawah ini
perlu dikaji lebih lanjut pengaruhnya
terhadap mutu buah dan biji.
sebelum dikembangkan benihnya
untuk ditanam di areal yang lebih
luas.
Di Aceh Selatan, di sekitar
wilayah Air Pinang, identifikasi pala
hutan di sekitar daerah tersebut
diperoleh jumlah tanaman pala hutan
dan taksiran produksi benih yang
dapat dihasilkan sekitar 200.000
butir/tahun. Belum ada penggunaan
secara tradisional buah, biji dan fuli
pala hutan untuk kesehatan oleh
masyarakat setempat selain untuk
batang bawah. Pohon pala hutan
biasanya berada di tempat yang
sulit dijangkau, oleh karena itu
pengambilan biji tua untuk ke-
perluan batang bawah benih agak
susah. Biji pala hutan tua kelas
benih di petani dihargai lebih mahal.
Penutup
Pala hutan Aceh Selatan me-
rupakan spesies Myristica sche-
fferii. Pemanfaatan tanaman ada-
lah sebagai batang bawah pada
penyambungan dengan pala budi-
daya dan dimaksudkan untuk me-
ngatasi serangan jamur akar putih.
Penampilan tanaman ini mempunyai
ciri ukuran daun, buah dan biji yang
lebih besar dari pala budidaya pada
umumnya.
Sri Wahyuni dan Ahmad Bakre,
Balittro dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH)
Subussalam-Aceh
Mengenal pala hutan Aceh Selatan
Budidaya kopi Liberika: ‘’Usahatani berkelanjutan dan ramah lingkungan”
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 30
BUDIDAYA KOPI LIBERIKA ‘’USAHATANI BERKELANJUTAN DAN RAMAH
LINGKUNGAN” DI TANAH GAMBUT
Tanah gambut merupakan salah satu pilihan lahan untuk pengem-bangan pertanian ke depan yang sulit dihindari di Indonesia. Selain ketersediaan yang cukup luas (10 juta ha), tanah gambut bila di-kelola dengan tepat dapat menjadi lahan pertanian produktif. Kopi Liberika, jenis kopi komersil ke-tiga setelah Arabika dan Robusta dapat dibudidayakan pada tanah gambut dan pengembangannya direkomendasikan karena terbuk-ti selain menguntungkan secara ekonomi, juga menjadi usahatani berkelanjutan dan menjaga keles-tarin tanah gambut sebagai sim-panan karbon dunia di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi dan Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
alah satu jenis tanah yang da-
pat dimanfaatkan untuk pe-
ngembangan pertanian adalah
tanah gambut, yaitu tanah yang
terbentuk dari tumpukan bahan
organik setebal 50 cm atau lebih
dengan kandungan karbon organik
sedikitnya 12% (kalau ketebalan
< dari 50 cm disebut tanah ber-
gambut). Tanah gambut banyak
didapatkan di daerah sebelah dalam
pantai Sumatera, Kalimantan dan
Papua dan bisaanya terpengaruh
oleh air pasang-surut. Tanah gambut
rentan mengalami degradasi dan di
Indonesia yang dinilai sesuai untuk
pengembangan pertanian ada sekitar
10 juta ha (Haryono, 2013).
Secara alami penggunaan tanah
gambut untuk lahan budidaya mem-
punyai beberapa faktor pembatas
pertumbuhan dan produksi, seperti
reaksi tanah masam, ketersediaan
hara rendah, rentan mengalami sub-
sidensi (penurunan permukaan
tanah) dan daya menahan beban ren-
dah. Tanah gambut dari aspek ling-
kungan adalah primadona karena
perannya yang begitu besar sebagai
menyimpan karbon dunia. Penggu-
naan tanah gambut yang tidak hati-
hati akan menyebabkan terjadinya
emisi karbon dan gas rumah kaca
lainnya ke atmosfir sehingga men-
dorong pemanasan global dan per-
ubahan iklim.
Tanah gambut di lahan gambut
pasang surut Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Provinsi Jambi dan
Kabupaten Meranti, Provinsi Riau,
dimanfaatkan petani untuk budi-
dayakan kopi Liberika yaitu jenis
kopi komersil ketiga setelah kopi
Arabika dan Robusta di Indonesia.
Tanaman kopi Liberika dan buah/
bijinya lebih besar dibanding kopi
Arabika dan Robusta. Oleh karena
jarak tanam kopi ini pada tanah
gambut sekitar 3 x 3 m atau 4 x 2,5
m Jenis kopi ini belum begitu di-
kenal karena konsumennya yang
masih terbatas yaitu terutama di
daerah lokasi penanaman dan negara
pengimpor kopi Liberika yakni
Malaysia dan Singapura.
Di daerah Tanjung Jabung Barat,
Provinsi Jambi, petani menanam
kopi Liberika di tanah gambut seluas
lebih kurang 3000 ha, sementara di
daerah Kabupaten Meranti, Provinsi
Riau seluas 1000 ha. Bagaimana asal
muasal penanaman kopi Liberika di
daerah tersebut informasinya belum
begitu jelas, namun menurut petani
kopi di daerah Tanjung Jabung
Barat, Provinsi Jambi, kopi Liberika
mulai dikembangkan orang tua me-
reka di tanah gambut pada tahun
1940an.
Prospek Pengembangan Kopi
Liberika
Balai Penelitian Tanaman Indus-
tri dan Penyegar (Balittri) yang ber-
tanggungjawab untuk penelitian ta-
naman kopi pada Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan, Ba-
dan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, di antaranya mempelajari
potensi plasma dan ekonomi dari
tanaman perkebunan yang berkem-
bang di tengah masyarakat, salah
satunya tanaman kopi Liberika.
Strategi yang digunakan untuk hal
itu adalah dengan melakukan peng-
enalan produk kopi Liberika ke
masyarakat pecinta kopi pada setiap
ajang pameran inovasi teknologi
pertanian dan ternyata respon konsu-
men kopi cukup baik. Hasil uji cita
rasa untuk mengetahui nilai kesuka-
an konmumen terhadap kopi Libe-
rika mendapatkan nilai berkisar 7,5.
Nilai ini lebih baik dibanding nilai
kesukaan konsumen terhadap kopi
Robusta yaitu berkisar 6,5 - 7,0.
Potensi lain dari kopi Liberika
yang ditanam pada tanah gambut
pasang surut adalah tanaman ber-
buah sepanjang tahun (dipanen
setaip bulan) dengan dua kali masa
panen puncak yaitu bulan Mei - Juli
dan bulan November - Januari.
Rendemen kopi Liberika berkisar
10%, lebih rendah dibanding ren-
demen kopi Arabika (16%) dan
Robusta (20%), tetapi dengan ber-
buah sepanjang tahun, produksi biji
kopi tanaman kopi Liberika di
tanah gambut pada tingkat petani
berkisar 800 kg/ha/tahun yang
adalah lebih baik dibanding rata-
rata produksi kopi Robusta petani
yang berkisar 650 kg/ha/tahun.
Kadar kafein kopi ini sekitar 1,1 -
1,3%, lebih rendah dari pada kadar
kafein kopi Robusta (1,7 - 4 %) dan
agak sebanding dengan kadar kafein
kopi Arabika (0,8 - 1,4%).
S
Budidaya kopi liberika: ‘’Usahatani berkelanjutan dan ramah lingkungan”
31 Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020
Berkelanjutannya usahatani kopi
Liberika di tanah gambut di Kabu-
paten Tanjung Jabung Barat, Provin-
si Jambi dan Kabupaten Meranti,
Provinsi Riau adalah karena pangsa
pasar yang jelas, harga yang meng-
untungkan dan tingkat produksi bisa
bertahan. Biji kopi Liberika sampai
saat ini selalu dicari oleh pedagang
pengumpul untuk diekspor ke Ma-
laysia dan Singapura. Harga biji
kopi Liberika saat ini berkisar
Rp 28.000/kg dengan harga terting-
gi mencapai Rp 43.000/kg (tahun
2017/2018) dan harga terrendah ber-
kisar Rp 25.000/kg. Dengan pro-
duksi biji sekitar 800 kg/ha/tahun
dan harga Rp 28.000/kg maka peng-
hasilan petani kopi Liberika yang
ditanam di lahan gambut mencapai
22,4 juta/ha/pertahun. Sampai saat
ini harga biji kopi Liberika masih
jauh lebih baik dibanding harga biji
kopi Robusta yang masih berkisar
Rp 18.000/kg. Hasil budidaya kopi
Liberika yang cukup baik ini telah
menjadi penghasilan utama bagi
sekitar 2.300 KK petani di Kabu-
paten Tanjung Jabung Barat, Pro-
vinsi Jambi.
Sebagai bentuk lain dari ke-
seriusan Balittri mendorong per-
kembangan kopi Liberika maka
Pemulian Balittri berhasil melepas
dua varietas unggul lokal tanaman
kopi Liberika yaitu varietas Liberoid
Meranti 1 (LIM 1) dan Liberoid
Meranti 2 (LIM 2).
Budidaya Kopi Liberika Ramah
Lingkungan
Saat ini sudah menjadi kepen-
tingan kita semua untuk ikut meme-
lihara kelestarian tanah gambut
sebagai penyimpan karbon dunia.
Bila tanah gambut dikelola secara
sembarangan maka tidak diragukan
lagi akan melepas begitu banyak gas
CO2 dan emisi gas rumah kaca
lainnya ke udara/atmosfir (FAO,
2012). Sekitar 50% dari emisi gas
karbon di Indonesia dilaporkan ber-
asal dari tanah gambut (Hooijer et
al. 2012). Oleh karena itu Peneliti
dari Balittri (Hafif dan Sasmitha
2019) mempelajari bagaimana pe-
ngaruh budidaya kopi Liberika ter-
hadap kerusakan lingkungan di ta-
nah gambut khususnya terhadap
dinamika simpanan karbon tanah
gambut. Hasil observasi mendapat-
kan secara rata-rata emisi CO2 dari
tanah gambut yang ditanami kopi
Liberika adalah 24 ton/ha/tahun.
Rata-rata besaran emisi CO2 dari
lahan gambut yang ditanami kopi
Liberika tersebut masih berada da-
lam rentang emisi CO2 dari tanah
gambut kondisi alami (20 - 40 ton/
ha/tahun) (Dewi et al. 2010). Se-
mentara dari biomasa tanaman kopi
(serasah, kulit dan caking buah)
yang kembalikan ke lahan tanam be-
rupa kompos, berkontribusi terhadap
sekuestrasi (penyimpanan karbon
kembali ke tanah gambut) sekitar 12
ton/ha/tahun, atau dalam bentuk CO2
berkisar 45 ton/ha/tahun. Hal itu
belum mencakupkan begitu banyak-
nya C atmosfir yang terjerap di da-
lam biomasa tanaman kopi Liberika
yang masih tumbuh. Dari perhitung-
an dan pertimbangan tersebut dapat
direkomendasikan bahwa budidaya
kopi Liberika pada tanah gambut
adalah budidaya yang ramah ling-
kungan, khususnya lingkungan tanah
gambut.
Penutup
Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa ke depan peng-
gunaan tanah gambut untuk areal
pertanian merupakan salah satu pi-
lihan yang tidak dapat dihindari di
Indonesia. Tantangan cukup besar
dalam memanfaatkan tanah gambut
adalah menjaga kelestariannya kare-
na tanah ini rentan terdedgradasi.
Budidaya tanaman kopi Liberika di
tanah gambut dinilai merupakan
pilihan yang baik, karena budidaya
tanaman ini selain berpotensi secara
ekonomi juga berkelanjutan dan
menjaga kelestarian tanah gambut
sebagai simpanan karbon dunia.
Gambar 1. Keragaan tanaman kopi Liberika produktif; a) berumur >10 tahun
dan b) berumur 5 tahun di tanah gambut kecamatan Betara Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi
Gambar 2. Keragaan kebun kopi Liberika petani yang tertata baik di tanah
gambut daerah Betara Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi
Bariot Hafif, Balittri
a b
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 26 Nomor 2 , Agustus 2020 32
egara kita tercinta memiliki potensi pangan lokal yang luar biasa besar dan bisa
menjadi substitusi beras sebagai ma-kanan pokok. Untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal, Tanggal 19 Agustus 2020 dicanangkan Gerakan Diversifikasi Pangan serentak secara Nasional, Ekspose UMKM Pangan Lokal dan Buah Nusantara tahun 2020 oleh Menteri Pertanian dan melibatkan Pemerintah Daerah di 34 Provinsi seluruh Indonesia di halam-an gedung PIA Kementan, Jakarta.
Gerakan ini sekaligus mengajak masyarakat untuk mengubah pola konsumsi agar tidak tergantung pada satu komoditas saja. Melalui kegiat-an ini, masyarakat diajak untuk mengenal dan memahami manfaat pangan lokal yang sangat beragam dan sangat berpotensi dijadikan sumber karbohidrat non beras.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutan dan arahan beliau saat menyapa para Kepala Daerah (Gubernur/Bupati) secara virtual, “Hari ini kami melaunching Pencanangan Gerakan Diversifikasi Pangan serentak secara Nasional, Ekspose UMKM Pangan Lokal dan Buah Nusantara tahun 2020, mohon bantuan para Gubernur untuk bersama-sama”, himbau Mentan.
Kita akan buat di luar negeri ada hari khusus Indonesia dengan meng-undang secara gratis orang minum kopi, akan kami programkan tahun ini. Kegiatannya berupa pameran kecil sambil minum kopi di cafe-
cafe yang ada di luar negeri sambil menampilkan beberapa produk kita yang bisa mereka beli. Tidak hanya itu, ubi kayu, mungkin saja orang Indonesia yang ada di Korea Selat-an, Jepang, butuh ubi kayu, itu su-dah menjadi solusi produk UMKM kita.
Di pameran ada pangan lokal dari ubi, pisang, sagu, talas, kentang, kesemuanya saya kagum, rasanya enak, bervariasi”, ujarnya. Orang di luar negeri termasuk orang Indone-sia yang berada di sana, tentu rindu makanan khasnya dan kita bisa pro-duk itu. Untuk itu diharapkan kerja-sama yang baik dari para Gubernur, Kementan siap dihubungi kapan saja, imbuh Mentan.
Mentan berharap disaat-saat pan-demi seperti ini kekompakan men-jadi penting. Kesatuan emosional menghadapi tantangan adalah salah satu jalan keluar, kita tidak perlu mencari apa yang kurang, yang ada mari kita saling melengkapi dan harus bersedia bekerjasama, bergo-tong royong dan ini adalah arahan Presiden kepada semua Menteri
yang ada. Selanjutnya Mentan mela-kukan dialog dengan para Gubernur dan Wakil Gubernur secara virtual.
Dalam kunjungan ke stand pa-meran, Menteri Pertanian yang di-dampingi Kepala Badan Litbang Pertanian beserta pejabat eselon 1 dan 2 lingkup Kementan berkenan mengunjungi stand Badan Litbang Pertanian. Pada kesempatan ini Pus-litbang Perkebunan bersama Balit menampilkan produk Hand Sanitizer yang langsung digunakan oleh pak Menteri. Di samping itu beliau juga mencicipi produk olahan cokelat, serta melihat-lihat produk lain se-perti Coconut brown sugar, secang dan lain-lain. Mentan memberi arah-an agar produk-produk ini di- kelola dengan baik, begitu juga dengan mesinnya, kemasannya dan pemasarannya, supaya masyarakat mengetahui akan produk-produk yang dihasilkan Badan Litbang Kementerian Pertanian.
PEDOMAN BAGI PENULIS
Pengertian : Warta merupakan in-formasi teknologi, prospek komo-ditas yang dirangkum dari sejumlah hasil penelitian yang telah diter-bitkan. Bahasa : Warta memuat tulisan dalam Bahasa Indonesia. Struktur : Naskah disusun dalam urutan : judul tulisan (15 kata), Ringkasan, pendahuluan, topik-topik yang dibahas, penutup dan saran, serta daftar pustaka maksimal 5 serta nama penulis dengan alamat ins-tansinya.
Bentuk Naskah : Naskah diketik di
kertas A4 pada satu permukaan saja,
dua spasi huruf Times New Roman-
ce ukuran 12 pt dengan jarak 1,5
spasi. Tepi kiri kanan tulisan dise-
diakan ruang kosong minimal 3,5
cm dari tepi kertas. Panjang naskah
sebaiknya tidak melebihi 15 halam-
an termasuk tabel dan gambar.
Judul Naskah : Judul tulisan me-
rupakan ungkapan yang menggam-
barkan fokus masalah yang dibahas
dalam tulisan tersebut.
Pendahuluan : Berisi poin-poin
penting dari isi naskah, suatu peng-
antar atau paparan tentang latar
belakang topik, ruang lingkup ba-
hasan dan tujuan tulisan. Jika diper-
lukan disajikan pengertian-penger-
tian dan cakupan bahasan.
Topik bahasan : Informasi tentang
topik yang dibahas disusun dengan
urutan logika secara sistematis.
Penutup dan Saran : Berisi inti sari pembahasan himbauan atau saran tergantung dari materi bahasan.
N
MENTERI PERTANIAN LAUNCHING GERAKAN DIVERSIFIKASI PANGAN
SECARA NASIONAL
BERITA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
Bursatriannyo/Tim Web