issn: 0852-0771 media komunikasi dan informasi...

56
E D I S I K H U S U S MENANDAI SEABAD PANGSAR JENDERAL SOEDIRMAN “INSPIRATOR YANG TIDAK PERNAH KERING” 100 tahun BAPAK TNI (1916 - 2016) MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI KESEJARAHAN NO 42 OKTOBER 2016 Soedirman ISSN: 0852-0771

Upload: trankiet

Post on 17-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SENAKATHAE D I S I K H U S U S

MENANDAI SEABAD PANGSAR JENDERAL SOEDIRMAN

“INSPIRATOR YANG TIDAK PERNAH KERING”

100tahun BAPAK TNI(1916 - 2016)

MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI KESEJARAHAN

NO 42 OKTOBER 2016

Soedirman

ISSN:0852-0771

Page 2: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

“Robek-robeklah badankoepotong-potonglah djasad ini

tetapi djiwakoe dilindoengi benteng merah putihakan tetap hidoep, tetap menoentoet bela

siapapun lawan jang akoe hadapi”(Djenderal Soedirman, 17 Agustus 1948, Jogjakarta)

Page 3: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

DAFTAR ISI

LIPUTAN

Karya Bakti Pusjarah TNI TA 2016Rakornis Sejarah TNI TA 2016

EDITORIAL

SENAKATHA EDISI 42

Menandai Seabad Pangsar Jenderal Soedirman “Inspirator Yang Tidak Pernah Kering”G. Ambar Wulan

Pangsar Soedirman dalam Perspektif Kepemimpinan: Suatu Tinjauan HistorisAmrin Imran

Tempat Saya Yang Terbaik Adalah Di Tengah-tengah Anak Buah, Sebuah Refleksi Perjuangan Seorang Pangsar SoedirmanArief Sulistyo

Soedirman dalam Sejarah Perjuangan BangsaKusuma

Kekuatan Amanat Pangsar Soedirman Terhadap Keputusan Pelaksanaan HijrahSutrisminingsih

Iman, Patriotisme, dan Perjuangan SoedirmanEmuh Muhsin

Makna Kekuatan Amanat Soedirman Sebagai “Komunikasi Juang” antar Generasi Muda TNINike Pangat Widayanti

Soedirman-Siti Alfiah Kisah Kasih Berawal dari Mulo WiworotomoTrismi Happiyanto

Wafatnya Senopati Perang Gerilya Pangsar Jenderal SoedirmanBudi Kurnia

Penganugerahan Jenderal Besar Panglima Besar Soedirman oleh Pemerintah RIPassah Kaunang

Daftar IsiSalam RedaksiSambutan Kapusjarah TNI

1

i

iiiii

GALERI SEJARAH

Memorabilia Panglima Besar Soedirman

Benda Korporil

i

4

8

11

19

23

25

31

35

37

43 45

41

39

ARTIKEL

Page 4: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

PenerbitPUSAT SEJARAH TNI

PelindungKapusjarah TNIBrigjen TNI Darwin Haroen, S.I.P.

PenasehatWaka Pusjarah TNIKolonel Sus Drs. Sudarno

Penanggung Jawab RedaksiKolonel Laut (KH) Drs. Arief Sulistyo

Redaktur PelaksanaDr. G. Ambar Wulan, M.Hum.

Dewan RedaksiLetkol Caj Drs. Kusuma, M.Si.Mayor Sus M. Taufik, S.Kom., M.Si.Dra. Sutrisminingsih

Staf RedaksiDrs. Emuh MuhsinBudi Kurnia, S.S.Nike Pangat W., S.S., M.Si.Dedi Asri, S.S., M.H.Lynda Natalia S., S.Kom.

Redaktur KreatifPassah Kaunang, S.S., M.Si.Malihatun

DistribusiDidik Yudi PurnomoGloria Simatupang

Alamat RedaksiGedung Senakatha GrhaJl. Gatot Subroto No. 16Jakarta Selatan

PercetakanCV SZA PerkasaJl. Rawa Selatan I No. 3Johar Baru, Jakarta Pusat

Hak cipta dalam publikasi berada di Majalah Senakatha. Dilarang mengkopi, menduplikasi, memperbanyak sebagian atau seluruh materi dalam publikasi ini tanpa izin dari Pusat Sejarah TNI.

SENAKATHA EDISI 42

Kunjungi kami

sejarahtni.org

facebook.com/pusatsejarahtni

SENAKATHA

Edisi 42

Sampul: Lukisan Panglima Besar Jenderal Soedirman di Museum Satriamandala

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan taufik kepada kita semua, sehingga telah terbit majalah Senakatha “Edisi Khusus 2016”. Tema Satu Abad Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016, dipilih karena jenderal besar berbintang lima tersebut adalah Bapak TNI sekaligus pahlawan nasional yang dapat menjadi teladan bagi perjuangan generasi muda Indonesia saat ini. Jenderal Soedirman adalah sosok pribadi yang dengan tulus ikhlas berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia, perjuangannya dilakukan sejak ia muda hingga menjelang akhir hayatnya. Banyak sisi keteladanan yang bisa dilihat dari pribadi Soedirman, tidak hanya perjuangan fisiknya, namun sisi humanis Soedirman dapat memberi jiwa dan spirit bagi perjuangan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Arus globalisasi akibat perkembangan teknologi dunia yang berlangsung pesat dan cepat telah mengikis nilai-nilai luhur bangsa. Fenomena ini semakin nyata dengan dampak menurunnya wawasan kebangsaan generasi muda Indonesia. Kondisi tersebut dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan melihat kondisi yang ada saat ini, kita perlu merefleksikan kembali peran kesejarahan Soedirman, untuk meningkatkan rasa kebangsaan, faham kebangsaan dan semangat kebangsaan generasi muda, khususnya generasi muda TNI. Redaksi menyadari bahwa dalam penerbitan majalah ini, tidak luput dari kekurangan. Maka saran dan masukan dari pembaca sangat kami harapkan guna upaya perbaikan dalam penerbitan mendatang. Akhir kata redaksi mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas terbitnya majalah Senakatha ini.

Redaksi

Salam Redaksi

SALAM REDAKSIii

Page 5: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SAMBUTAN

SENAKATHA EDISI 42

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera. Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, alhamdulillah Pusjarah TNI telah menghadirkan majalah Senakatha “Edisi Khusus 2016” dengan mengangkat tema “Satu Abad Panglima Besar Jenderal Soedirman”. Jenderal Soedirman adalah pahlawan nasional yang berjasa besar untuk perjuangan kebangsaan Indonesia. Sebagai salah satu pemimpin bangsa, sosok pribadi Soedirman selalu dekat dengan anak buah dan rakyat Indonesia. Ia adalah patriot sejati dalam membela kedaulatan serta kehormatan Negara Indonesia hingga akhir hayatnya. Oleh karena itu, tema Satu Abad Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam edisi khusus Senakatha ini adalah suatu momen yang tepat untuk mengenang dan menggelorakan kembali pemikiran dan tindakan Soedirman, yang termanifestasikan dalam perjuangan Soedirman demi memperjuangkan martabat bangsa. Jasa perjuangan dan suri tauladan hidup Panglima Besar Jenderal Soedirman tetap aktual untuk dikenang dan dijadikan inspirasi bagi generasi muda TNI, khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah mengisi majalah Senakatha juga staf redaksi yang telah menyelesaikan majalah ini. Penerbitan majalah ini, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun TNI ke-71, semoga TNI yang lahir di tengah kancah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI hingga keberadaannya kini dapat terus selalu ada di hati rakyat dan bangsa Indonesia. “Dirgahayu TNI”. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

SAMBUTAN KEPALA PUSAT SEJARAH TNI

Jakarta, Oktober 2016Kepala Pusat Sejarah TNI

Darwin Haroen, S.I.P.Brigadir Jenderal TNI

iii

Page 6: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

EDITORIAL

016 adalah tahun penanda “Seabad

2Soedirman” yang lahir pada tahun 1916 dan momen yang valuable ini sebagai

ruang kontemplasi dalam menggugah kenangan dan inspirasi dari seorang patriot sejati dalam memenuhi panggilan (calling) tanah airnya. Secara epistemologis, bagaimana Soedirman lahir dari jiwa jaman yang bersumber pada dinamika perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme saat itu? Nilai-nilai tersebut menjadi landasan lahirnya semangat dan etos perjuangan yang menegaskan bahwa kejayaan bangsa harus ditegakkan dengan pengorbanan jiwa dan raga yang didasari oleh rasa cinta tanah air, kesetiaan, dan keikhlasan. Spirit of the age tersebut telah memanggil Soedirman menjadi salah seorang tokoh besar yang melakukan tindakan-tindakan kepahlawannya dalam sejarah Indonesia. Nilai-nilai perjuangan yang mendasari tindakan-tindakan kejuangan seorang tokoh besar Soedirman tersebut sangat bernilai untuk dipahami sebagai lesson learnt dan, sekaligus inspirasi yang tetap aktual, terutama bagi TNI dalam merawat patriotisme dan militansi prajurit dalam perannya sebagai the guardian of state di tengah perubahan dan tantangan global kini dan ke depan. Semangat, pantang menyerah, tanpa pamrih, dan mempertaruhkan totalitas jiwa dan raganya dalam perjuangan dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara sangat layak diteladani. Soedirman telah m e m b u k a j a l a n d a n m e n a m p i l k a n keteladanan serta militansi sebagai salah satu sumber inspirasi dalam memperjuangkan martabat bangsa dan negara.

Tantangan Po l i t ik Dunia Da lam Peradaban Global Sejak Perang Dingin berakhir, dunia diwarnai perubahan polar isas i yang membangkitkan kembali kekuatan-kekuatan kultural. Realita ini menegaskan adanya

peran baru dari faktor-faktor tersebut dalam kancah politik global. Oleh karena itu, gambaran dunia politik pasca Perang Dingin terbentuk pula oleh adanya faktor-faktor budaya dan terjadinya hubungan antarnegara serta berbagai kelompok peradaban yang saling berbeda. Dampaknya, diantaranya hubungan itu mampu menghilangkan, mengubah beberapa hal dan, bahkan dapat mengaburkan yang lain. Di samping itu, kebudayaan, nilai-nilai, dan institusi-institusi berpengaruh besar juga terhadap bagaimana suatu negara merumuskan kepentingan-kepentingan mereka yang dibentuk tidak hanya oleh nilai-nilai dan institusi-institusi domestik mereka, tetapi juga oleh norma-norma serta institusi-institusi internasional. K i n i , g l o b a l i s a s i , s e b u a h kecenderungan yang sulit dihindari dan datang tanpa kita sadari. Perkembangan teknologi, arus informasi tanpa dapat dibendung lagi, telah meresap dengan percepatan yang luar biasa ke dalam alam pikiran dan kejiwaan anak bangsa. Kemajuan hasi l -hasi l teknologi informasi yang berkembang pesat telah menjadikan masyarakat yang satu dan tanpa batas. Akibatnya, hal tersebut mengancam terhadap berkurangnya peran dan nilai yang dianut sebuah bangsa, agama, dan nilai-nilai sosial lainnya.

Suatu masyarakat global terbentuk dalam proses sistem politik, ekonomi, dan e t i ka yang sa tu . G loba l i s a s i t i dak terhindarkan lagi yakni menuju pada bentuk masyarakat dunia dengan nilai-nilai universal yang dianut bersama. Dengan demikian, ancaman terhadap sebuah negara pun tidak lagi mengenal batas negara, bersifat transnasional, non fisik (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan), terbentuk asimetris, non linear d a n e x t r a o r d i n a r y , s e r t a s e l a l u mengeksploitasi kerawanan-kerawanan dalam masyarakat, seperti ras, suku, dan agama.

MENANDAI SEABADPANGSAR JENDERAL SOEDIRMAN “INSPIRATOR YANG TIDAK PERNAH KERING”

SENAKATHA EDISI 42

G. Ambar Wulan

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

1

Page 7: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SENAKATHA EDISI 42

Soedirman tiba di Jakarta, bulan Oktober 1946 untuk berunding dengan Jenderal Foreman dari pasukan sekutu.

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

2

Page 8: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

“Calling” Soedirman untuk Tanah Air: Inspirasi dan Ruh bagi Soliditas TNI

Dalam politik negara, TNI senantiasa taat pada pemerintah yang menyelenggarakan kekuasaan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Karakter TNI ini tidak terlepas dari amanah founding fathers yang telah meletakkan dasar berfikir dan bertindak cara TNI dalam menghadapi pelbagai kenyataan di luar dirinya. Salah satu individu yang komit terhadap prinsip yang teguh dan dilandasi dengan nilai-nilai luhur yakni Pangsar Soedirman. Dalam hal ini Soedirman memiliki watak satria, berani, saleh, sederhana dan ketrampilannya tidak diragukan. Bagi Soedirman, menegakkan kebenaran dan keadilan merupakan cita-cita set iap prajur i t , sebaga imana tercermin dalam amanatnya: “Semua pengorbanan telah diberikan untuk satu tujuan suci, mempertahankan kebenaran dan keadilan. Pengorbanan diri harus menjadi perisai perjuangan kita. Perkuat keyakinanmu! Sucikan hatimu dan perbuatanmu! Pererat persatuanmu! Dengan rahmat Tuhan, kemenangan akan berada di pihak kita, oleh karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Adil. Kamu semua harus ingat, tidak ada kemenangan kalau tidak ada kekuatan. Tidak akan ada kekuatan kalau tidak ada persatuan. Tidak akan ada persatuan kalau tidak ada keutamaan. Tidak akan ada keutamaan kalau tidak ajaran kejiwaan mentasbihkan semua usaha kita kepada Tuhan”.

Amanat tersebut masih relevan dan tetap aktual dijadikan s p i r i t d a l a m m e n g h a d a p i perkembangan globalisasi secara internasional dan regional yang secara pasti akan menimbulkan tantangan-tantangan baru. Mengacu pada pidato Presiden Joko Widodo dalam Rapim TNI TA. 2016 (Cilangkap, 15 Desember 2016) yakni, “Terkait dengan tantangan pasca perang dingin, konstelasi politik, perubahan ekonomi secara cepat, gelombang perdagangan, integrasi kawasan sangat cepat yang mau tidak mau harus diikuti. Perdagangan bebas

terjadi sangat cepat dan membawa perubahan-perubahan di setiap negara harus diantis ipasi dan diwaspadai”. Selain itu, memasuki era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), Indonesia akan dihadapkan pada persoalan-persoalan baru dengan masuknya orang-orang asing yang berdampak terhadap munculnya tantangan tersendiri. Di samping itu, hadirnya kehidupan global dengan segala implikasi yang dibawa, khususnya terkait munculnya ideologi baru, seperti ideologi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang berpengaruh n e g a t i f t e r h a d a p k e h i d u p a n beragama, dan kehidupan sosial ma s ya r aka t s e r t a keh i dupan demokrasi di Indonesia merupakan fenomena dari dinamika peradaban universal. Ideologi baru tersebut sangat bertentangan dengan Dasar Negara Pancasila yang sekaligus merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dar i Sabang hingga Merauke.

Da l am menye l amatkan kehidupan bangsa dari ideologi lain s e b a g a i i m p l i k a s i d i n a m i k a peradaban global tersebut, TNI sebagai the guardian of state adalah garda terdepan dan sekaligus benteng terakhir dalam mengawal NKRI. Oleh karena itu, soliditas TNI adalah mut lak d i jaga sebaga i modal kekuatan untuk menangkal segala bentuk penyusupan ideologi dan ancaman-ancaman lain yang dapat meruntuhkan NKRI.

Dalam menghadapi ancaman-ancaman tersebut dibutuhkan

bangunan soliditas dalam tubuh TNI dengan mengutamakan pentingnya jiwa korsa (l'esprit de corps) untuk terus d ipel ihara dengan cara menanamkan dan mengenalkan tugas pokok prajurit TNI sebagai apparatus of state (alat negara) secara terus menerus dan tanpa henti. Dengan demikian, ketika hendak memahami tugas dan fungsi TNI sebagai alat nega ra , maka pent ing pu la memahami tindakan dan pemikiran founding fathers TNI yang menjadi kekuatan sejarah sebagai inspirator bagi generasi prajurit TNI.

Peneladanan Panglima Besar Jenderal Soedirman menjadi lesson learnt yang memiliki kekuatan historis sebagai ruh dan inspirasi bagi prajurit TNI dalam pembentukan nilai yang tidak teraga tetapi terasa, a p a b i l a s e c a r a k o n s i s t e n diimplementasikan melalui tindakan-t indakan yang mencerminkan persatuan dan kesatuan guna mendukung tugas dan fungsi TNI sebagai pengawal negara. Adapun, bangunan jiwa korsa sebagai prajurit TNI tidak terlepas dari keutamaan ajaran tersebut yang sangat bernilai dalam menguatkan jati diri TNI dalam menghidupkan spirit juang dan sumber inspirasi bagi prajurit TNI dalam melaksanakan tugas yang sangat berkaitan langsung dengan tegak atau runtuhnya negara, bersatu atau bercerainya bangsa. Dengan demikian, terbinanya soliditas merupakan modal terpenting untuk menjadikan TNI tidak hanya kuat, tetapi juga ditakuti lawan, disegani kawan, dan dicintai rakyatnya.

SENAKATHA EDISI 42

Presiden RI Joko Widodo dalam Rapim TNI 2016

FO

TO

: KABAR24.B

ISN

IS.C

OM

/ A

NTA

RA

3

Page 9: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

Amrin Imran

PANGSAR SOEDIRMAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN:SUATU TINJAUAN HISTORIS

oedirman dilantik sebagai

SPanglima Besar TKR (Tentara Keamanan Rakya t ) pada

tanggal 18 Desember 1945, kurang lebih satu bulan setelah ia dipilih oleh para perwira TKR dalam rapat yang diselenggarakan di Yogyakarta. Dalam pemilihan ini ia menyisihkan lawan utamanya yang juga menjadi atasannya saat itu, yakni Kepala Staf Umum TKR Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Untuk kedua kalinya ia dilantik sebagai Panglima Besar pada tanggal 25 Mei 1946, pada waktu TKR sudah berganti nama menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia). Walaupun nama itu kelak berganti lagi menjadi TNI (Tentara Nas iona l I ndones ia ) , namun Soedirman tetap menduduki jabatan sebagai Panglima Besar. Sampai akh i r Pe rang Kemerdekaan , jabatannya tidak tergoyahkan, walaupun pada awal tahun 1948 g o l o n g a n k i r i b e r u s a h a menyingkirkannya. Pemilihan Soedirman oleh para perwira yang boleh dikatakan setingkat dengannya untuk menjadi orang pertama dalam ketentaraan, menggambarkan sisi lain dari perkembangan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Umum diketahui, bahwa APRI tumbuh dari bawah, dalam arti aparat itu sendirilah yang membina dirinya dan p a d a m a s a - m a s a a w a l pertumbuhannya kurang mendapat b imbingan dar i pemer intah. Pe r se tu juan yang d ibe r i kan pemerintah yang berwujud dalam bentuk pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TKR, tampaknya didasarkan atas berbagai kemungkinan. Pertama, pemerintah memang tidak mempunyai calon lain, sebab Supriyadi, tokoh yang

diangkat pemerintah untuk menjadi pemimpin tertinggi TKR, tidak pernah muncul. Kedua, pemerintah tidak atau belum berminat untuk t e r l a l u m e n c a m p u r i u r u s a n ketentaraan. Ketiga, pemerintah dapat menerima tokoh Soedirman b e r d a s a r k a n p r e s t a s i y a n g d iper l ihatkannya pada masa sebelumnya, khususnya dalam perebutan senjata Jepang di daerah Banyumas dan dalam pertempuran melawan pasukan Sekutu d i Ambarawa. Jabatan sebagai Panglima Besar tetap dipegang Soedirman sampai ia wafat, satu bulan dua hari setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh lawan utamanya, Belanda. Pengakuan kedaulatan itu sekaligus mengakhiri keadaan perang antara dua bangsa, Indonesia dan Belanda, yang berlangsung selama kurang lebih empat tahun, dan dalam periode ini, Soedirman memainkan peranan yang cukup menentukan. Sesudah ia meninggal, jabatan Panglima Besar t idak pernah dihidupkan lagi. Dalam tokoh Soedirman, jabatan itu tampak m e l e m b a g a d a n m e r u p a k a n kekuatan sentral tersendiri di samping kekuatan pemerintah, dan karenanya harus diperhitungkan oleh pemerintah. Terutama ketika pemer in tahan d ikuasa i o leh golongan kiri, institusi panglima besar menjadi hambatan bagi mereka untuk melaksanakan rencana mereka. Dengan kata lain, institusi itu dianggap dapat menjadi saingan, dan karena itu golongan kiri berusaha mengharuskannya. Situasi dan kond i s i se sudah Perang Kemerdekaan, jauh berbeda daripada kondisi dan situasi dalam masa perang, pada saat kharisma

dan semangat lebih diutamakan d a r i p a d a h a n y a s e k e d a r profesionalisme. Atau mungkin juga tokoh Soedirman, yang memiliki kepemimpinan yang kuat dan mampu menanamkan dasar-dasar kejiwaan ke dalam tubuh angkatan perang, sudah disakralkan dan dianggap terlalu ideal, sehingga tidak boleh ada tokoh lain yang menyainginya, sekurang-kurangnya untuk istilah jabatan yang pernah dipegangnya. Apa pun alasannya, yang jelas ialah, jabatan panglima besar tidak pernah ada lagi dan tampaknya sudah ada semacam kesepakatan untuk tetap tidak mengadakannya dalam dunia kemiliteran Indonesia. Dengan demikian, Soedirman lah tokoh pertama dan terakhir, jadi tokoh s a t u - s a t u n y a , y a n g p e r n a h memegang jabatan Panglima Besar. Sepert i juga perwi ra -perwira Indones ia la in yang seangkatan dengannya, Soedirman tidak meniti karir militernya terlalu da r i b awah . I a s eo l ah - o l ah dilontarkan ke tingkat atas, seperti juga kebanyakan perwira lain. Ia menempuh pendidikan militer hanya selama beberapa bulan dalam jaman Jepang. Beberapa orang perwira yang ada di bawahnya dan karena itu menjadi anak buahnya, memiliki pendidikan dan pengalaman militer yang lebih baik, terutama mereka yang pernah berdinas dalam ketentaraan Belanda (KNIL) dengan t o k o h u t a m a n y a O e r i p Soemohardjo, yang dalam jaman Belanda sudah menjalani dinas militer selama dua puluh lima tahun.Sesudah menjalani latihan tentara Peta (Pembela Tanah Air) dalam jaman Jepang, Soedirman diangkat menjadi Daidanco (komandan

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

4

Page 10: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

batalyon). Proklamasi Kemerdekaan membuka berbagai kemungkinan bukan saja bagi Soedirman, tetapi juga bagi banyak pemuda lain. Mula-mula Soedirman memimpin sebuah resimen dengan pangkat letnan kolonel. Kurang dari tiga bulan sesudah itu, ia sudah berpangkat jenderal dengan jabatan panglima b e s a r, s e t e l a h s e b e l u m n y a menduduki jabatan komandan divisi dengan pangkat kolonel. (Kesatuan-kesatuan militer pada masa itu seperti divisi, resimen, brigade dan lain-lain, lebih bersifat penamaan dan kerangka, belum merupakan kesatuan dalam bentuk yang sesungguhnya dengan personil, organisasi dan persenjataan yang lengkap). Dengan jabatan dan pangkat tersebut, Soedirman menjadi orang pertama dalam hirarkhi Angkatan Perang Indonesia (bahkan ia dapat juga mengomandoi kesatuan-kesatuan Polisi). Jabatan tertinggi itu dipercayakan kepadanya pada saat usianya belum mencapai tiga puluh tahun. Ia dilahirkan tanggal 24 Januari 1916, dari keluarga rakyat

kecil dan miskin. Sejak masih bayi, ia diasuh oleh seorang pensiunan camat, suami dari kakak ibunya. Sampai umur enam belas tahun, ia mengenal pensiunan camat ini s e b a g a i a y a h k a n d u n g n y a . Pendidikan umum yang pernah ditempuh Soedirman hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama. Di sekolah, ia tidak termasuk murid yang pintar. Keluarganya tidak mungkin menyekolahkannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, bukan saja disebabkan oleh adanya pembatasan sekolah bagi anak-anak Indonesia pada masa itu, tetapi juga oleh ketidakmampuan keluarga membiayai sekolahnya. Ketika masih bersekolah, Soedirman mengikuti kegiatan kepanduan (pramuka). Agaknya da lam masa in i l ah i a mu la i berkenalan dengan masalah disiplin. Diceritakan, bagaimana ia bertahan dalam kemah di tengah-tengah udara malam yang sangat dingin ketika diadakan jambore di suatu tempat di pegunungan Dieng, s ementa ra t eman - temannya mencari tempat yang hangat di

rumah-rumah penduduk. Setelah bekerja sebagai guru, ia memasuki organisasi Muhammadiyah - mungkin ia tertarik memasukinya karena organisasi ini bergerak di bidang agama dan sosial - dan kemudian diangkat menjadi pimpinan. Melalui organisasi ini ia mulai mencurahkan perhatian terhadap masalah-masalah kemasyarakatan dan sekaligus membiasakan diri menjadi pemimpin. Minatnya untuk membela kepentingan rakyat kecil, rupanya d ipengaruhi o leh l ingkungan hidupnya sendiri yang juga berasal dari rakyat kecil. Dalam hubungan ini diceritakan, bagaimana ia m e n d i r i k a n k o p e r a s i u n t u k melindungi rakyat dari pemerasan lintah darat. Diceritakan pula, bagaimana ia mengajar para petani "berbohong" untuk tidak melaporkan secara jujur hasil panen mereka kepada penguasa Jepang. Lingkungan sekolah tempat ia pernah belajar (perguruan swasta Wiworo Tomo) dan sekolah tempat ia m e n g a j a r ( p e r g u r u a n Muhammadiyah), memberikan warna lain kepada kepribadian

Pemeriksaan tawanan Jepang yang telah dilucuti senjatanya

30 T

AH

UN

IN

DO

NESI

A M

ERD

EKA

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

5

Page 11: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

Soedirman. Di kedua tempat ini ia berkenalan dengan pengertian kebangsaan yang kelak akan menyebabkan ia lebih senang memilih bergerilya di hutan-hutan daripada tinggal di kota, walaupun ia mempunyai alasan yang kuat untuk itu karena ia masih dalam keadaan sakit dan memerlukan perawatan dokter. Waktu masih bersekolah, Soedirman sering dipanggil teman-temannya dengan sebutan "hajine" ( s i h a j i ) . S e b u t a n i t u menggambarkan sisi lain lagi dalam kepribadian Soedirman, yakni k eb i a s aan dan ke t aa t annya menja lankan ibadah agama. Diceritakan, bagaimana ia mengisi hari-hari libu sekolah dengan belajar a g a m a d a n k e m u d i a n m e n g a m a l k a n n y a . Ke t a a t a n b e r a g a m a t e t a p m e w a r n a i hidupnya, sekalipun ia sudah menjadi tokoh penting. Ketika ia melaksanakan shalat Idul Adha bersama masyarakat di lapangan Gambir, Jakarta pada waktu ia mengunjungi kota ini dalam rangka mengadakan perundingan militer dengan pihak Sekutu, perbuatan itu

d i lakukannya bukan sekedar formalitas atau mencari popularitas murahan. Mereka yang pernah menyertainya sewaktu bergerilya di h u t a n - h u t a n m e n c e r i t a k a n bagaimana Soedirman menggunakan embun untuk berwudhu, apabila tiba saat shalat sedangkan di sekitar tempat ia berada tidak ada air. Sewaktu masih kecil dan masih tinggal bersama keluarga, Soedirman diserahi tugas-tugas tertentu sesuai dengan usia dan kemampuannya, seperti menyiram kembang, menyapu pekarangan, menimba air dari sumur, dan sebagainya. Dengan cara demikian, ia diajar bertanggung jawab dan ia memang membiasakan diri untuk memenuhi tanggung jawab itu. Kebiasaan itu melekat dalam kepribadiannya selanjutnya. Rasa tanggung jawab terhadap anak buahnyalah, ketika ia menjadi Daidanco Peta, yang menyebabkan ia sering melancarkan protes kepada orang-orang Jepang, apabila mereka bertindak di luar batas terhadap anak buahnya. Rasa tanggung jawab terhadap integritas dan identitas angkatan peranglah, ketika ia sudah

menjadi panglima besar, yang menyebabkan ia sering berbeda p e n d a p a t d e n g a n p i m p i n a n pemerintahan. Tanggung jawab terhadap perjuanganlah yang mendorongnya meninggalkan Yogyakarta tanggal 19 Desember 1948 untuk memimpin perang geri lya, sementara pimpinan pemer in tahan d i t awan o leh Belanda. Sifat-sifat yang dimiliki Soedirman mungkin saja dimiliki pula oleh orang lain. Tetapi bagi Soedirman, sifat-sifat itu telah membantunya dalam menegakkan kepemimpinannya, atau sifat-sifat tersebut merupakan bagian dari kepemimpinan itu. Untuk bagian terbesar, kepemimpinan merupakan pembawaan seseorang. Ia tumbuh dalam jiwa dan dikembangkan oleh situasi khusus dan waktu-waktu tertentu. Hanya bagian terkecil dari kepemimpinan itu yang merupakan masukan dari luar, dalam arti dapat dipelajari. Seseorang mungkin saja mempunyai bobot kepemimpinan yang cukup besar yang tersimpan dalam jiwanya. Tetapi, karena tidak

Pelantikan Pucuk Pimpinan TKR di Yogyakarta, 28 Juni 1947

30 T

AH

UN

ABRI

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

6

Page 12: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

terdapat situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk berkembang, maka kepemimpinan itu hampir-hampir tidak kelihatan, atau hanya tampak dalam bobot yang kecil. Sebaliknya, seseorang yang memiliki bobot kepemimpinan dalam ukuran sedang, dapat saja muncul menjadi tokoh yang menonjol disebabkan oleh tersedianya situasi dan kondisi y a n g m e m u n g k i n k a n u n t u k mengembangkan kepemimpinan tersebut. Pihak pertama, yakni mereka yang memil ik i bobot kepemimpinan yang besar, sering kali menciptakan sendiri situasi dan kondisi yang menyebabkan ia mampu tampil ke depan. Bagi pihak kedua, mereka yang memiliki bobot kepemimpinan berukuran sedang, kemampuan memanfaatkan situasi dan kondisilah yang memungkinkan mereka muncul menjadi tokoh-tokoh yang diperhitungkan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa situasi yang dihadapi Soedirman ialah situasi perang antara negara yang baru merdeka dengan negara bekas penjajahnya. Kondisi yang dihadapi ialah kondisi yang biasanya terdapat pada suatu negara yang baru merdeka, yang pada umumnya memiliki kelemahan-kelemahan, bukan saja di bidang militer, tetapi juga di bidang politik dan ekonomi. Khusus mengenai Indonesia, aparat militernya baru saja terbentuk, berasal dari asal-usul yang beragam. Karena tidak mempunyai tradisi kemiliteran modern, maka keahlian rata-rata anggotanya berada di bawah standar. Ciri utama dari perang antara negara yang baru merdeka dengan negara bekas penjajahnya sering disebut perang kemerdekaan ialah perbenturan antara dua kekuatan yang tidak seimbang, khususnya di bidang keahlian dan persenjataan. Biasanya pihak yang pertama memiliki man-power yang berlimpah, tetapi tanpa keahlian dan persenjataan yang memadai. Kondisi seperti itulah yang dihadapi Soedirman sebagai tokoh yang bertanggung jawab di bidang kemiliteran dan dengan sendirinya bertanggung jawab pula

dalam hal memenangkan perang. M a s a l a h y a n g s e r i n g dihadapi oleh negara yang baru merdeka ialah pertentangan di dalam, yakni pertentangan antara kekuatan-kekuatan yang ingin memaksakan keinginan sendiri, atau memaksakan agar bagian terbesar dari keinginannya diterima oleh pihak lain. Situasi seperti itu ditemukan pula dalam periode Perang Kemerdekaan Indonesia. Khusus bagi Soedirman, situasi yang d i h a d a p i n y a i a l a h s u a s a n a pertentangan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan strategi antara pihak militer dan pihak politisi dalam memenangkan perjuangan secara umum dan perang secara khu su s . S e l a i n i t u , i a j u ga menghadapi situasi lain yang disebabkan oleh usaha golongan politik tertentu untuk menempatkan a n g k a t a n p e r a n g d i b a w a h kekuasaan golongannya atau sekurang-kurangnya bersimpati kepada golongannya. Dalam kasus pertama, dari Soedirman sebagai seorang Panglima Besar dituntut kewibawaan dan kepemimpinan yang kuat untuk t idak te r la lu mengorbankan kepentingan angkatan perang, tetapi tidak pula mengorbankan kepent ingan nas ional secara keseluruhan. Kewibawaan dan kepemimpinan yang sama dituntut pula agar angkatan perang tidak didominasi oleh golongan tertentu. Hakikat kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain agar b e r b u a t s e s u a i d e n g a n keinginannya. Berhasil tidaknya ia menggerakkan orang lain tergantung pada kemampuannya menanamkan motivasi pada diri orang-orang yang dipimpinnya dan menjanjikan harapan-harapan kepada mereka. Segi lain yang tak kurang pentingnya ialah kemampuannya bertindak secara cepat dan meyakinkan pada saat-saat kritis dan memberikan solus i yang relat i f baik b i la menghadapi dua atau lebih masalah yang saling bertentangan. Di samping itu, ia juga harus mampu memperlihatkan dirinya dalam aksi-

aksi, tindakan-tindakan kongkrit, bukan hanya dalam bentuk teori-teori dan ajuran-anjuran atau instruksi-instruksi di belakang meja tanpa bersedia melihat kenyataan di l a p a n g a n . S o e d i r m a n t e l a h memperl ihatkan contoh yang demikian ketika ia meninggalkan Yogyakarta tanggal 19 Desember 1948 untuk memimpin secara langsung perang gerilya. Untuk d i r i n y a , t i n d a k a n i t u memperlihatkan bahwa ia sanggup melaksanakan tugas dan memikul tanggung jawab dalam situasi yang baga imanapun s u l i t n ya dan membuktikan ucapan-ucapannya dalam bentuk perbuatan nyata. Untuk anggota angkatan perang pada khususnya dan rakyat pada umumnya, tindakan itu merupakan suntikan moril dan sekaligus moral yang tidak kecil nilainya. Karena itulah, di samping contoh-contoh lain, kepemimpinan Soedirman diklasifikasikan sebagai lebih bersifat kepemimpinan moril. Mereka yang bergerilya di hutan-hutan mengetahui, bahwa panglima besar mereka, dalam keadaan sakit dan seharusnya beristirahat di tempat tidur, melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Karena ilmu sejarah tidak mengenal "pengandaian" (if), maka kita juga tidak akan membicarakan apa yang akan terjadi seandainya Soedirman tetap tinggal di Yogya selama Agresi Militer II Belanda ber l angsung . Se ja rah hanya mencatat apa yang telah terjadi dan mengisyaratkan apa yang mungkin terjadi, walaupun catatan itu lebih banyak berkisar pada peranan orang-orang besar. Dalam catatan sejarah Indonesia, salah seorang di antara orang-orang besar itu ialah Panglima Besar Jenderal Soedirman.

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

7

Page 13: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

Arief Sulistyo

“TEMPAT SAYA YANG TERBAIKADALAH DI TENGAH-TENGAH ANAK BUAH” REFLEKSI HISTORIS TERHADAP KEPUTUSAN PANGSAR SOEDIRMAN UNTUK MEMILIH BERGERILYA DI HUTANDARIPADA TINGGAL DI KOTA

Enam puluh enam tahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Januari 1950 Panglima Besar

J e n d e r a l S o e d i r m a n t e l a h mendahului kita dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. Soedirman dilahirkan pada tanggal 24 Januari 1916 di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Ia adalah putera dar i pasangan Kars id Kartawiradji - seorang mandor tebu dan Siyem yang berasal dari Rawalo, Pu rwoke r to . Me reka ada lah keluarga petani dan sejak bayi Soedirman diambil anak angkat oleh Raden Tjokrosunaryo, Asisten Wedana (camat) di Rembang, Purbalingga. Pada usia tujuh tahun Soedirman masuk Hollandsch Inlandcshe School (HIS) setingkat Sekolah Dasar (SD) di Cilacap. Setelah lulus HIS tahun 1930, ia kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebtreid Lagere Onderwijs (MULO) setingkat SMP sampai tahun 1932. Setahun kemudian ia pindah ke perguruan Parama Wiworo Tomo dan lulus tahun 1935. S e t a m a t d a r i Pa r a m a Wiworo Tomo, Soedirman menjadi guru d i H IS Muhammadiyah. Kemudian bersama temannya ia mendirikan koperasi yang diberi nama Perbi. Pada tahun 1943 pemerintah Jepang mengangkat Soedirman menjadi anggota Syu S a n g i k a i ( s e m a c a m D e w a n Pe r t imbangan Ka re s i denan ) Banyumas. O leh pemer intah Jepang, Soedirman ditunjuk untuk mengikuti pelatihan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Tidak lama setelah selesai pendidikan ia d i angka t men jad i Da idanco ( Ko m a n d a n B a t a l y o n ) y a n g berkedudukan di Kroya, Banyumas. Panglima Besar Jenderal Soedirman memimpin gerliya di atas tandu

30 T

AH

UN

IN

DO

NESI

A M

ERD

EKA

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

8

Page 14: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

Dari sinilah Soedirman memulai karier militernya sebagai prajurit dan komandan. Sebagai seorang komandan ia sangat memperhatikan kepentingan anak buah. Ia tidak takut menentang per lakuan-perlakuan buruk opsir-opsir Jepang yang menjadi pelatih dan pengawas batalyonnya. Oleh karena itu, ia sempat dicap sebagai orang yang “berbahaya”. S e t e l a h P r o k l a m a s i K e m e r d e k a a n I n d o n e s i a dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, esok paginya tanggal 18 Agustus 1945 pemer intah pendudukan Jepang mengumumkan pembubaran PETA. Senjata dilucuti dan bekas anggota PETA dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing. Soedirman bersama dengan Residen Banyumas Mr.Ishak Tjokrohadisuryo dan beberapa tokoh la innya berusaha menghimpun kekuatan bersenjata dalam wadah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Mereka kemudian melakukan perebutan kekuasaan dari tangan Jepang secara damai. Pada tanggal 5 Oktober 1945 p e m e r i n t a h m e n g e l u a r k a n Maklumat No.2/X/45 yang berisikan tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dalam TKR ini Soedirman terpilih sebagai Komandan Resimen I Divisi V TKR Banyumas dengan pangkat Letnan Kolonel. Tidak lama kemudian Kepala Staf Umum TKR, Letnan Jenderal Oerip Soemodihardjo mengangkat Soedirman menjadi Panglima Divisi V TKR Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dalam konferensi TKR tanggal 12 November 1945 di Yogyakarta, Soedirman

terpilih sebagai Pemimpin Tertinggi TKR. Hal itu karena Soepriyadi, mantan pemimpin pemberontakan PETA Blitar yang sudah diangkat sebelumnya sebagai Pemimpin Tertinggi TKR oleh presiden ternyata t i d a k p e r n a h m e n d u d u k i jabatannya. Untuk menghadapi tentara S e k u t u d a l a m p e r t e m p u r a n Ambarawa tanggal 12 November 1945, Kolonel Soedirman memimpin pasukan dengan semangat pantang menyerah. Dengan menggunakan Taktik Gelar “Supit Urang” atau pengepungan rangkap, ia dan pasukannya berhasil mengurung musuh. Akibatnya suplai logistik dan komunikasi musuh dengan pasukan induk menjadi terputus sehingga memaksa musuh mundur ke Semarang . Kemenangan dan keberhasilan dalam pertempuran Ambarawa meyakinkan Presiden Soekarno mengenai pilihan terhadap Soedirman dalam konferensi TKR bulan November lalu. Pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar d e n g a n p a n g k a t J e n d e r a l . Pelantikan tersebut dilakukan dengan cara unik, yaitu sambil merangkul Soedirman dihadapan para komandan TKR, Presiden Soekarno mengatakan, “Ini Panglima Besarmu”. Singkat dan sederhana tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Sebagai Panglima Besar, Soedirman menghadapi banyak masa lah yang ha ru s diselesaikan. Dalam bulan Mei 1946 ia berhasil mempersatukan Tentara Republik Indonesia (TRI) ke dalam satu kekuatan yang terintegrasi, yang terdiri TRI-AD, TRI-AL, TRI

Udara. Di samping kekuatan TRI sebagai kekuatan bersenjata, terdapat pula laskar-laskar yang dibentuk oleh golongan atau partai-partai politik tertentu. Pa d a b u l a n M e i 1 9 4 7 pemerintah mengumumkan tentang pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terdiri dari TRI dan laskar-laskar. Tanggal 3 Juni 1947 organisasi baru ini terwujud. Maka sejak saat itu negara hanya m e m p u n y a i s a t u k e k u a t a n bersenjata yaitu TNI. Jenderal Soedirman yang teguh pendirian mengatakan bahwa : ”satu negara hanya ada satu tentara”. Ia bekerja dengan keras untuk menyatukan semua unsur kekuatan nasional meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan dan berjalan cukup alot. Perjanjian Linggarjati pada kenyataannya tidak menyelesaikan masa l ah menu ju d i p l omas i . Demikian juga dengan Perjanjian Renville (Januari 1948) justru sangat m e r u g i k a n T N I . S a l a h s a t u syaratnya, Belanda meminta agar pasukan TNI yang berada di daerah pendudukan tentara Belanda ditarik ke wilayah Republik Indonesia (RI) yang kita kenal dengan Hijrah. Meskipun Panglima Soedirman merasa sangat terpukul, tetapi ia tetap tunduk dan patuh kepada keputusan politik. Soedirman dan para stafnya pantang menyerah. Semua kegagalan dan kesalahan dikaji secara mendalam. Para pemikir seperti TB Simatupang dan A.H Nasution akhirnya menemukan “Strategi Perongrongan”. Strategi ini untuk perang dalam jangka waktu yang lama dijabarkan dalam sistem

SENAKATHA EDISI 42

ARTIKEL

Panglima Besar Jenderal Soedirman beserta rombongan dalam perjalanan kembali ke Yogyakarta

30 T

AH

UN

IN

DO

NESI

A M

ERD

EKA

9

Page 15: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

Wehrkreise (lingkungan pertahanan daerah). Sistem Wehrkreise pada bulan November 1948 disahkan penggunaannya da lam Surat Pe r i n t a h S i a s a t N o . 1 y a n g ditandatangani oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Pada tahun 1948 dilakukan rasionalisasi dan reorganisasi A n g k a t a n P e r a n g y a n g mengakibatkan salah satunya penurunan pangkat satu tingkat, termasuk di dalamnya Soedirman diturunkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal. Pak Dirman pernah ditugaskan sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Mobile merangkap sebagai Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) dan Kepala Staf Angkatan Darat (KS-AD). Sementara itu tanggal 19 Desember 1948 pasukan Belanda menyerang dan menduduki ibukota RI serta menawan Presiden dan Wakil Presiden. Pak Dirman yang dalam keadaan sakit dan paru-paru tinggal sebelah menghadap Presiden Soekarno. Ia melaporkan bahwa p a s u k a n T N I s u d a h s i a p melaksanakan rencananya. Akan te tap i Pak D i rman te rke ju t menerima perintah dari presiden agar beliau tetap tinggal di kota untuk dirawat sakitnya. Panglima Soedirman menjawab tawaran presiden dengan kata-kata yang terkenal, ”Tempat saya yang terbaik adalah ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Mert of zonder pemerintah TNI akan berjuang terus”. Pada hari itu juga Jenderal Soedirman meninggalkan Yogyakarta dan mulai mengadakan perlawanan gerilya selama kurang lebih tujuh

bulan lamanya. Dengan ditandu, Pak Dirman melakukan perlawanan secara gerilya naik turun gunung dan m a s u k k e l u a r h u t a n , s e r t a berpindah-pindah tempat. Tidak jarang Pak Dirman mengalami kekurangan makanan se lama berhari-hari. Akhirnya setelah melakukan perjalanan yang panjang dalam bergerilya, sejak tanggal 1 April 1949 Jenderal Soedirman menetap di dukuh Pakis, kecamatan Nawangan, Pacitan, Jawa Timur. Selama berger i lya, Pangl ima Soedirman tetap mengeluarkan perintah-perintah, petunjuk, dan amanat untuk TNI dan rakyat. Setelah Perjanjian Roem Royen ditandatangani tanggal 7 Mei 1949. Jendera l Soedi rman d iminta kembali ke Yogya. Akan tetapi dengan tegas menolak perundingan. Atas jasa baik Kolonel Gatot Soebroto, pada tanggal 10 Juli 1948 Panglima Soedirman dan rombongan mau kembal i ke Yogyakarta. Kedatangan mereka disambut dengan parade militer di Alun-alun Yogyakarta dan sangat dielu-elukan oleh rakyat. Rasa dan sikap tidak senang terhadap diplomasi yang d i tempuh pemer intah da lam menghadapi Belanda ternyata masih membekas dalam diri Jenderal Soedirman. Akibatnya pada tanggal 1 Agustus 1949 ia menulis surat kepada Presiden Soekarno berisi permohonan untuk meletakkan jabatan sebagai Panglima Besar dan mengundurkan diri dari dinas ketentaraan, akan tetapi surat itu tidak jadi disampaikan. Isi surat tersebut menjadi terkenal karena memuat kata-kata, ”Bahwa satu-satunya hak milik nasional Republik

yang masih utuh tidak berubah-ubah meskipun harus menghadapi soal perubahan adalah hanya Angkatan Perang Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia)”. Sementara itu keadaan kesehatan Panglima Soedirman semakin lama semakin buruk s eh i n g ga i a be r i s t i r a ha t d i Pasanggrahan Militer di Magelang. Akhirnya pada tanggal 29 Januari 1950 Jenderal Soedirman meninggal dunia dan dimakamkan di Taman M a k a m P a h l a w a n S e m a k i , Yogyakarta. Sesuai dengan jasa dan pengabd iannya , pemer in tah menaikkan pangkatnya dari Letnan J e n d e r a l m e n j a d i J e n d e r a l Anumerta. Demikian pengorbanan dan per juangan seorang Pangsar Jenderal Soedirman yang tetap memilih berjuang di tengah-tengah anak buahnya dengan kondisi paru-paru yang tinggal sebelah ketimbang harus tinggal di kota untuk berobat demi mempertahankan NKRI. Untuk mengenang dan menghargai jasa Pak Dirman, pemerintah memberikan penghargaan tertinggi berupa gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 20 Mei 1970. Dan menjelang peringatan hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-52, pemerintah Republik Indonesia menganugerahi pangkat kehormatan Jenderal Besar TNI atau Jenderal Bintang Lima kepada Pangsar Jenderal Soedirman berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44/ABRI/1997.

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

10

Page 16: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

Kusuma

DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

ejarah Perjuangan Bangsa

Sdalam arti sempit adalah sejarah yang mencakup aliran-

aliran historis yang menuju ke arah p e m b e n t u k a n b a n g s a d a n nasionalisme. Sementara dalam arti luas adalah ceritera pengalaman kolektif bangsa yang berfungsi sebagai lambang identitas bangsa yang mencerminkan kepribadian n a s i o n a l k h u s u s n y a s e r t a k e b u d a y a a n n a s i o n a l p a d a umumnya. Pe r an s e j a r ah s anga t penting dalam membangun dan membentuk karakter bangsa. Dalam

hal ini dapat diambil contoh Dalam k isah-k isah perjuangan yang diceritakan dalam bentuk tembang dalam tradisi Jawa seperti dalam Perang Diponegoro, peran seorang penyair yang mengalunkan syair kepahlawanan pada Perang Aceh, dan pembacaan Tambo, di daerah Minang merupakan media yang dapat membangkitkan daya ingat dan kesadaran sejarah bangsa serta pembangkit semangat pasukan untuk tetap berjuang, memperkuat moril prajurit. Demikian pula penggunaan simbol-simbol sejarah tradisi

masyarakat dapat juga dijadikan motivasi membangun bangsa. Bung Karno pada saat pendudukan Jepang, sangat pandai memainkan simbol-simbol sejarah dengan mengambil kisah-kisah pahlawan pewayangan untuk menumbuhkan jiwa besar dan semangat bangsa untuk mencapai kemerdekaan. Demikian juga dengan Muhammad Yamin yang mengambil kisah-kisah kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, member i kan mot i va s i un tuk m e n u m b u h k a n s e m a n g a t kebangsaan dengan mengisahkan kegemilangan bangsa Indonesia di

11

SOEDIRMAN

Peringatan Hari Angkatan Perang Republik Indonesia 5 Oktober 1947 di Istana Yogyakarta

ARSI

P N

ASI

ON

AL

Page 17: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SENAKATHA EDISI 42

masa lalu yang tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain.

Semangat Juang Soedirman Sejarah perjuangan bangsa dapat menumbuhkan semangat kebangsaan bagi masyarakat untuk mempertahankan negaranya. Demikian pula sejarah sebagai memori kolektif bisa memainkan p e r a n l e b i h b e s a r d a l a m pembangunan karakter bangsa (nation and character building). Untuk kepentingan ini, pertama-tama dalam sejarah ada banyak peristiwa objektif yang dapat menyumbang kepada pembentukan karakter bangsa, misalnya terlihat da lam per i s t iwa per lawanan terhadap penjajahan, revolusi Indonesia, sampai kepada figur-figur h i s tor i s yang da lam sejarah akademis telah terbukti memainkan peran penting karena keunggulan watak dan karakternya. D a l a m k o n t e k s l a i n pendapat sejarawan Abdurrahman Surjomihardjo (Alm) tentang

Sejarah pewar i san yang c i r i u t a m a n y a b e r u p a k i s a h k e p a h l a w a n a n p e r j u a n g a n kemerdekaan, maka peristiwa yang terjadi pada awal kemerdekaan itu dapat dijadikan sebagai pewarisan sejarah bangsa dari sisi militer yaitu mengenai heroisme seorang figur Soedirman yang meski sakit dan ha ru s d i t andu t e t ap i t e t ap melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan bergerilya di hutan-hutan. P a d a p e r a n g mempertahankan kemerdekaan, Jenderal Soedirman menjadi figur yang sangat penting dalam sejarah Republik Indonesia. Karakter kepemimpinan, sikap patriotisme, dan semangat bela negaranya, menyatu dalam jalannya sejarah revolusi Indonesia. Pe r i s t i w a Yo g y a k a r t a diserang Belanda pada 19 Desember 1948 menjadi titik balik dari dilakukannya perjuangan bersenjata oleh TNI hingga diakuinya Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi

Meja Bundar pada 27 Desember 1949 yang membawa keuntungan pada pihak Indonesia. Panglima Besar Soedirman menyadari bahwa Belanda telah memulai agresinya. Soedirman segera memutuskan berangkat menuju i stana negara untuk menemui Presiden di tengah kondisi tubuhnya yang sedang sakit. Setibanya di Istana (Gedung Agung) Yogyakarta, Soedirman bertemu dengan Presiden Soekarno di ruang tamu. Presiden Soekarno melihat keadaan Soedirman yang sedang sakit, menganjurkan agar Soedirman tidak ke luar kota tetapi agar ia berobat di dalam kota sampai kondisinya sehat lalu berangkat keluar kota. Anjuran Presiden tidak dapat diterimanya. Ia menjelaskan; Kalau Panglima Besar ditangkap Belanda, akibatnya tidak baik. Belanda pasti mencarinya dan akan menangkapnya juga. Sebaliknya Soedirman meminta Soekarno untuk ikut ke luar kota bersama-sama bergerilya. Soekarno menolaknya

ARTIKEL 12

Penglima Besar Jenderal Soedirman didampingi Mayjen Dr Mustopo memeriksa Pasukan di Yogyakarta, Desember 1947

SOED

IRM

AN

SU

DIR

MAN

Page 18: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

dan i a be r sama- sama Hat ta memutuskan tetap tinggal di istana untuk melanjutkan perjuangan diplomasi. S o e d i r m a n a k h i r n y a meninggalkan kota Yogyakarta bergerilya bersama pasukannya dalam kondisi badannya yang masih dalam keadaan sakit parah di tengah pesawat tempur Belanda yang terus m e l a k u k a n p e n e m b a k a n -penembakan dari udara. Panglima Besar Soedirman mengeluarkan Pe r i n t a h K i l a t N o . 1 y a n g menginstruksikan segenap jajaran A n g k a t a n Pe r a n g R I u n t u k melaksanakan rencana operasi yang telah ditetapkan oleh masing-masing kesatuan TNI berdasarkan Perintah Siasat Nomor 1 Panglima Besar Soedirman pada 12 Juni 1948 yang berisi antara lain bahwa perang gerilya dalam rangka perang rakyat semesta digelar di seluruh Jawa, dari Banten sampai Banyuwangi, untuk sepanjang masa. P e r i n t a h K i l a t N o 1/Panglima Besar/B/D/1948 yang telah dikeluarkan itu mengikat s e l u r u h j a j a r a n T N I u n t u k melaksanakan rencana-rencana yang dituangkan dalam Perintah Siasat No. 1, yaitu berupa instruksi Pa n g l i m a B e s a r p a d a a w a l November 1948 dan disahkan melalui Peraturan Pemerintah No. 33 dan No. 70 Tahun 1948. P e r i n t a h K i l a t i t u dikeluarkan pada 19 Desember 1948 pukul 08.00 yang ditandatangani oleh Panglima Besar Angkatan Perang Letnan Jenderal Soedirman. Isi perintahnya adalah: 1. Kita telah diserang.2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang kota Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencara yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan Belanda. Bagi TNI, serangan Belanda terhadap Yogjakarta pada 19

Desember 1948 yang dikenal dengan Agresi Militer II, merupakan rahmat terselubung, karena dari faktor w a k t u , s e t i d a k n y a t e r b u k a kesempatan s t ra teg i s untuk melakukan uitbraak (menjebol keluar) dari daerah Republik yang semakin sempit, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam Perintah Siasat No.1

misalnya strategi yang digariskan t i d a k a d a r e n c a n a u n t u k menghadapi serangan Belanda secara frontal total seperti pada agresi pertama, karena berdasarkan perhitungan secara taktis dan teknis, militer Belanda lebih unggul. Situasi pada agresi Belanda I itu yang menyebabkan TNI kalah, ingin tidak terulang kembali pada serangan B e l a n d a b e r i k u t n y a . T N I mengundurkan diri ke daerah-daerah perlawanan yang telah disiapkan dan menggelar perang gerilya dari Banten di Barat sampai Besuki di ujung timur Jawa Timur. Setelah menghadapi serangan kilat B e l a n d a , p a s u k a n T N I menghindarkan diri dari serangan tersebut, kemudian mundur ke pangkal-pangkal perlawanan gerilya yang telah disiapkan. Perintah Siasat yang berisi ketentuan-ketentuan pembagian tugas dan tanggungjawab bagi panglima-panglima teritorium dan komandan-komandan brigade serta subteritorium adalah langkah jitu da lam menghadapi serangan Belanda melalui aksi hambat gerak m a j u m u s u h , m e m b e n t u k

wehrkreise, melaksanakan aksi w i n g a t e d a n s e b a g a i n y a . Pe r l a w a n a n T N I d i l a k u k a n sekedarnya untuk memberikan waktu dan ruang kepada pasukan TNI dan aparat pemerintah RI untuk melakukan perang wilayah. Di pihak Belanda Panglima Tentara Belanda, Jenderal Spoor m e r u m u s k a n s t r a t e g i y a n g d i n a m a k a n s p e e r p u n t e n strategie—strategi ujung tombak. Strategi itu terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah tahap penghancuran (istilah Clausewitz: N i e d e r w e r f u n g s ) , d e n g a n menyerang, merebut, menduduki, dan mendayagunakan sega la keunggulan daya tembak, daya gerak, dan keunggulan udaranya. Kolone-kolone tempur bermotor bergerak dengan cepat untuk merebut dan menduduki posisi-posisi kunci musuh dan garis-garis perhubungannya. Tahap kedua adalah tahap pasifikasi, tahap pembersihan daerah, di mana pasukan-pasukan disebar di daerah yang telah dikuasai dan gerakan pembersihan dilakukan dengan taktik dan teknik yang pernah diterapkan Tentara Kolonial Hindia Belanda (KNIL), yang dikenal dengan taktik dan teknik VPTL,10 sebelum Perang Dunia II di Hindia Belanda. Jenderal Spoor menyiapkan rencana strategi militernya, dengan s a n d i O p e r a t i e K r a a i , b i l a pemerintah Belanda memutuskan untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan Republik Indonesia secara militer. Sasaran strategis militer yang ditetapkan adalah merebut dan menduduki ibu kota Republik Indonesia, menawan para pemimpin p o l i t i k d a n m i l i t e r n y a , menghancurkan TNI di daerah konsentrasinya (dataran tinggi Magelang di Jawa Tengah dan dataran tinggi Kediri serta Madiun di Jawa Timur), dan menduduki kota-kota di daerah Republik di Pulau Jawa maupun Sumatera yang belum dikuasai. Dalam hal ini, Jenderal Spoor masih sangat menganggap enteng kemampuan bertempur TNI. la pun masih mengandalkan strategi

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

13

Page 19: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

u jung tombak, yang dengan mengerahkan kekuatan militernya secara besar-besaran dia yakini dapat merebut sasaran dengan cepat dan menghancurkan pasukan TNI di daerah konsentrasinya dalam pertempuran jangka pendek yang menentukan. Sebe lum me lanca rkan Operasi Kraai, Jenderal Spoor memperhitungkan dengan penuh keyakinan bahwa tahap penguasaan daerah setelah Yogyakarta diduduki akan berjalan lancar. Serangan gencar pada tahap pertama dari s t r a t e g i u j u n g t o m b a k n y a diperhitungkan akan memberikan p u k u l a n " t e l a k " p a d a a l a t pertahanan Republik Indonesia, sehingga akan mendisorganisasi dan mendemoralisasinya. Bila dengan serangan mendadak para pimpinan pol i t ik dan mi l i ter Republ ik Indonesia dapat diel iminas i , d e m i k i a n p u l a T N I d a p a t dihancurkan pada daerah-daerah konsentrasi tertentu, dan sekaligus mencegah TNI melakukan infiltrasi besar-besaran ke daerah-daerah yang telah dikuasai Belanda. Apabila k e k u a t a n T N I s u d a h d a p a t dilenyapkan, akan dapat diciptakan situasi sebagai syarat untuk beralih ke tahap pasifikasi, penguasaan d a e r a h . J e n d e r a l S p o o r memperkirakan Belanda masih akan menghadapi kesulitan, karena masih harus membersihkan sisa-sisa p a s u k a n d i e h a r d s T N I y a n g terpencar-pencar, tetapi menurut perhitungannya hal itu dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Rakyat diperkirakan, setelah Yogyakarta direbut, akan berpihak pada tentara Belanda bila Belanda dapat memberikan jaminan perlindungan. K e m u d i a n , p a d a 1 9 Desember 1948 Belanda secara sepihak membatalkan perjanjian Renville, dengan menuduh Republik Indonesia tidak sungguh-sungguh m e l a k u k a n u p a y a u n t u k menyelesaikan pertikaian secara damai Belanda melancarkan Agresi Militer keduanya dengan sandi Operasi Kraai. Ibu kota Republik

Indonesia Yogyakarta, dikuasai Belanda. K e l a n c a r a n d a n keberhasilan operasi militernya selama dua minggu bulan Desember 1948 itu pun mendorong Wakil Tinggi Mahkota Kerajaan Belanda Dr. Beel untuk menyatakan: "Republik Indonesia sudah dihapus dari peta dunia." Suatu studi yang dilakukan untuk menganalisis keberhasilan operasi militernya menyatakan ada kegaga lan opera s i ona l yang disebabkan oleh perhitungan strategis keliru. Sebagai contoh, S p o o r d e n g a n y a k i n memperhitungkan bahwa para pemimpin militer TNI, apabila Belanda menyerang, akan menunggu kedatangan pasukan Belanda yang bergerak dari lapangan terbang Maguwo dan menyerahkan diri. Padahal, sebenarnya para pimpinan T N I t e l a h m e m p e r s i a p k a n pengunduran dari Yogyakarta. Kekeliruan perhitungan militer Belanda selanjutnya adalah gerakan cepat melalui poros gerak jalan-jalan besar akan dapat mengepung d a n m e n u t u p j a l a n - j a l a n pengunduran TNI atau mencegahTNI melakukan infiltrasi ke daerah-daerah yang telah diduduki Belanda. Kecepatan gerak untuk mengepung d a n m e n u t u p j a l a n - j a l a n pengunduran TNI akan memaksanya untuk bertahan dan bertempur sesuai kehendak Belanda. B e l a n d a t e r l a l u menganggap tinggi kemampuan militernya dalam melancarkan gerak ofensif, dan terlalu menganggap rendah kemampuan TNI untuk melakukan perlawanan. Rencana Operasi Kraai didasarkan pada perkiraan bahwa para pemimpin TNI akan menerima tantangan Belanda u n t u k b e r t e m p u r s e c a r a konvensional. Apabila itu terjadi, dengan mudah pasukan Belanda dengan segala keunggulannya akan mudah menghancurkan TNI dalam pertempuran yang menentukan. D a l a m m e n y u s u n r e n c a n a o p e r a s i n y a , B e l a n d a memperhitungkan bahwa TNI akan

melayani keinginan Belanda untuk b e r t e m p u r s e c a r a konvensional/perang teratur, sekalipun informasi intelijen telah mengindikas ikan, bahwa TNI mempersiapkan perlawanan gerilya yang besar pada wilayah yang luas. Belanda memang berhasil menduduki kota-kota besar, tetapi tidak berhasil mencegah pasukan TNI melaksanakan Perintah Siasat Nomor Satu Panglima Besar, yaitu mengundurkan diri ke daerah-daerah perlawanan yang telah disiapkan dan menggelar perang gerilya dari Banten di barat sampai Besuki di ujung timur Jawa Timur. Dalam hal ini, Belanda tidak berhasil menghancurkan TNI sebagai sasaran strategis militer utamanya. Perlawanan TNI di Jawa, dari Banten di barat sampai Besuki di timur, dan Sumatera berkobar dengan hebat dan ternyata tidak dapat diselesaikan oleh kekuatan militer Belanda dengan segala keunggulannya dalam waktu yang cepat dan singkat. Pasukan TNI mengalami kekacauan organisasi pada awal agresi Belanda, tetapi tidak mengalami demoralisasi. Mereka tidak patah semangat untuk terus melakukan perlawanan. Dalam menghadapi Agresi Militer Belanda pertama (1947), setelah semua garis pertahanannya ditembus serangan kilat Belanda, TNI menghindarkan diri ke medan-medan samping dan menggelar diri untuk melakukan perlawanan gerilya. Pada tahun 1948, dalam menghadapi Agresi Militer kedua Belanda, TNI meninggalkan metode p e r t a h a n a n g a r i s s e c a r a konvensional. TNI beralih ke perlawanan gerilya, dan berhasil mendapatkan bantuan sepenuhnya dari rakyat. TNI lebih siap untuk melakukan perang asymmetric, perang yang dilancarkan oleh pihak inferieur melawan pihak yang superieur, dalam bentuk perang gerilya dalam rangka perlawanan rakyat semesta. Sekalipun pimpinan pemerintah RI tertawan oleh Belanda,TNI tidak meletakkan senjatanya. Perlawanan gerilya

14

Page 20: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

telah dipersiapkan dengan lebih baik, di mana TNI digelar di seluruh Pulau Jawa, untuk melancarkan peperangan jangka panjang yang melelahkan dan menjemukan. Akibatnya, Belanda dihadapkan pada perlawanan gerilya terpadu oleh TNI dan rakyat, yang menurut istilahnya sendiri uitzichtloos—tidak d a p a t d i p e r k i r a k a n k a p a n selesainya. S i t u a s i m i l i t e r y a n g berkembang tujuh bulan setelah Belanda" melancarkan Operasi Kraai b e r a k h i r d e n g a n m i l i t a r y impasse—kebuntuan militer. Tentara

Belanda tidak dapat menghancurkan kekuatan bersenjata Republik Indonesia. Sebaliknya, TNI juga tidak dapat mengusir tentara Belanda dari Indonesia. Dari sudut militer, kekurangan TNI terutama adalah sekalipun inisiatif telah diperoleh, itu belum dapat diubah menjadi satu ofensif balasan secara konvensional untuk "menggasak" posisi militer Belanda satu demi satu. Di sini dapat diuraikan perbedaan pokok antara serangan gerilya dan serangan konvensional. Serangan gerilya tidak bertujuan

menguasai dan menduduki suatu posisi dalam jangka panjang. Hal itu d i sebabkan pada p r in s ipnya serangan gerilya adalah untuk menghancurkan (to hit) kekuatan musuh dalam pertempuran yang ditentukan pasukan gerilya, dan kemudian menghilang (to run) untuk menghindari serangan balasan m u s u h y a n g t e n t u a k a n mengerahkan kekuatan militer besar-besaran. Serangan gerilya tidak bersifat menentukan, dilihat dari strategi militer (konvensional) dan bersifat sebagai gerakan untuk mematangkan kondisi guna aksi yang

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

15

Penglima Besar Jenderal Soedirman beristirahat di tengah-tengah perjalanan gerilya

SOED

IRM

AN

SU

DIR

MAN

Page 21: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

menentukan. Aksi yang menentukan adalah serangan konvensional, karena itulah yang menghancurkan musuh, merebut, dan menduduki w i l a y a h s e c a r a p e r m a n e n . Sayangnya ,TN I be lum dapat melakukannya karena kurang mampu menciptakan kekuatan yang memadai untuk melakukan serangan konvensional. Pada akh i rnya , dapa t disimpulkan bahwa Agresi Militer kedua Belanda tidak berhasil, baik secara politis maupun strategis. Belanda terlalu yakin bahwa Operasi Kraai-nya akan dengan mudah m e n g h a n c u r k a n T N I d a n melenyapkan Republik Indonesia.

Dalam mempersiapkan rencana strateginya, Belanda menilai terlalu tinggi (overestimate) kemampuan militernya dan terlalu menganggap rendah kemampuan dan kesediaan TNI untuk melawan Belanda at all cost. Semangat perlawanan TNI dalam Perang Kemerdekaan II itu terpompa dengan tinggi, karena p i m p i n a n T N I b e l a j a r d a r i pengalaman pahit semasa Perang Kemerdekaan I tahun 1947 dan merumuskan strategi pertahanan yang tepat untuk menghadapi Be landa , dan ha l i tu dapat d i l a k s anakan dengan cukup memuaskan. Dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi Agresi Militer

Belanda kedua, dalam pidato-pidatonya kepada jajaran TNI Panglima Besar Soedirman selalu mengungkapkan: “Kita beruntung Allah SWT telah memberikan kepada kita gunung-gunung, lembah-lembah, hutan-hutan, sungai-sungai, dan kekayaan a lam la innya yang memungkinkan kita dapat bertahan melakukan perang gerilya melawan musuh yang alat persenjataannya lebih lengkap, dengan jiwa dan semangat perjuangan yang lebih teguh daripada lawan.” D a l a m p e r a n g mempertahankan kemerdekaan itu, faktor Panglima Besar Soedirman

16

Pertemuan Pangsar Soedirman dengan Letkol Soeharto dan wartawan Rosihan Anwar di Wonosari, 9 Juli 1949.

SOED

IRM

AN

SUD

IRM

AN

Page 22: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

17

yang tidak ikut tertawan Belanda dan tetap berada di daerah gerilya, di tengah-tengah rakyat yang sedang berjuang meskipun secara nyata tidak dapat menjalankan pimpinan yang sebenarnya, secara psikologis berpengaruh besar terhadap moril pasukan gerilya TNI. Posisi Panglima Besar cukup kuat, sehingga semula enggan mengadakan penghentian t e m b a k - m e n e m b a k p a d a pertengahan tahun 1949 dan memenuhi ajakan pimpinan politik Republik melakukan perundingan politik di Bangka dengan Belanda. Pimpinan TNI berpendapat bahwa Be landa mas ih be lum cukup terpojokkan pada pertengahan 1949 itu. Apabila dalam kondisi demikian kita sudah mau berunding atau menempuh j a l u r d i p l omas i , leverage kita masih belum cukup kuat untuk memaksa Belanda memberikan konsesi politik dan militer yang maksimal. TNI ber-pendapat bahwa perang gerilya masih perlu dilanjutkan sekitar enam bulan lagi untuk benar-benar menguntungkan diplomasi Republik. Namun, akhirnya Panglima Besar Soedirman dapat didesak oleh pimpinan politik untuk mengakhiri perlawanan dan melanjutkan dengan perjuangan diplomasi. A k h i r n y a , m e l a l u i Konferensi Meja Bundar antara Republik Indonesia dan Belanda, pada 27 Desember 1949 Kerajaan B e l a n d a m e n y e r a h k a n

kedaulatannya kepada Republik Indonesia Serikat. Belanda harus angkat kaki dari Indonesia. Setahun kemudian, tepatnya pada 15 Agustus 1950, Republik Indonesia Serikat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Pewarisan Sejarah Soedirman Dalam konteks penulisan tentang Sejarah pewarisan yang ciri u t a m a n y a b e r u p a k i s a h k e p a h l a w a n a n p e r j u a n g a n kemerdekaan, perjuangan gerilya Soedirman dapat dilihat sebagai bag ian untuk menumbuhkan semangat patriotik kebangsaan. Peristiwa yang terjadi pada awal kemerdekaan itu dapat dijadikan sebagai pewarisan sejarah bangsa dari sisi militer yaitu mengenai heroisme seorang figur Soedirman yang meski sakit dan harus ditandu tetapi tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan bergerilya di hutan-hutan. Nilai Kejuangan Soedirman ditunjukan dengan semangat k e j u a n g a n y a n g t e l a h ditunjukkannya seperti semangat pantang menyerah, Rela berkorban, dan Patriotisme. Semangat pantang menyerah ini merupakan semangat kejuangan yang tinggi dengan satu tujuan yaitu kemenangan. Perjuangan tidak akan berakhir sebelum kemenangan

sebagai tujuan dapat diwujudkan. Sehingga setiap perjuangan dan pengabdian yang dilakukannya senantiasa berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk m e m b e l a t a n a h a i r d a n kemerdekaan bangsanya. Semangat i n i t e l ah j e l a s d i t un jukkan Soedirman, ketika tidak mau m e n y e r a h k e p a d a B e l a n d a , meskipun Presiden dan Wakil Presiden tetap bertahan di kota yang kemudian ditangkap oleh Belanda dan diasingkan. S e j a r a h T N I a w a l menunjukan adanya sejarah yang perlu diwariskan kepada generasi Indonesia selanjutnya. Pewarisan sejarah itu sangat baik untuk kelangsungan hidup berbangsa mengingat sejarah yang diwariskan itu berangkat dari pergulatan sejarah secara ideologis dalam konteks kebangsaan yang tidak dapat dipungkiri menjadi bagian yang sangat strategis karena memberikan sesuatu yang dapat membangkitkan inspirasi atau ilham dalam memperkuat ketahanan negara. Kerelaan Soedirman yang mengorbankan waktu dan tenaga dalam melaksanakan perjuangan memberikan inspirasi bahwa bela negara merupakan jalan yang harus ditempuh untuk mempertahankan kemerdekaan. Tanpa ada kerelaan untuk meluangkan tenaga dan waktunya bagi perjuangan bangsa

Penglima Besar Jenderal Soedirman bertemu kembali dengan Bung Karno dan Bung Hatta di Yogyakarta, 10 Juli 1949

SOED

IRM

AN

SU

DIR

MAN

Page 23: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

18

tidak mungkin tujuan perjuangan dapat diwujudkan. Teladan Jenderal Soedirman itu menjadi bagian penting dalam romantika sejarah mempertahankan kemerdekaan. Soedirman dilihat sebagai sosok sederhana, tidak tamak, paham se ja rah kemenangan perjuangan, ikhlas berjuang, rela berkurban harta benda dan nyawa saat bergerilya dalam rentang waktu 7 bulan dengan jarak tempuh gerilya sejauh 1010 kilometer pada Agresi Militer Belanda II 1948 pada 19 Desember 1948. Romantika Revolusi dapat digambarkan, tentara dilindungi rakyat, yang harganya melebihi kecanggihan senjata Belanda. Tentara melindungi rakyat dari kesewenang-wenangan penjajah, t e n t a r a m e m p e r t a h a n k a n kemerdekaan negara dengan keterbatasan alutsista. Tentara dan rakyat menjadi kesatuan yang utuh, saling membela dan melindungi. Lagu-lagu perjuangan yang berkisah tentang tentara dibuat oleh rakyat tanpa minta honor pengganti. Romantika revolusi ini yang mulai hilang dalam konteks kehidupan saat ini. Pengalaman dari narasi sejarah perjuangan bangsa, nampak terlihat bahwa rasa nasionalisme atau kebangsaan dapat tumbuh dengan baik, nilai-nilai kejuangan, melekat pada sanubari para pejuang kemerdekaan, rasa cinta tanah air a d a l a h b a g i a n u t a m a y a n g m e m b e n t u k s e m a n g a t r e l a berkorban demi persatuan dan Kesatuan bangsa. Pelajaran dari sejarah itu dapat menunjukkan bahwa budaya bangsa kita adalah bangsa yang patriotik yang memiliki budaya gotong royong, bahu membahu b e r j u a n g b e r s a m a u n t u k kemerdekaan bangsa. P e l a j a r a n s e j a r a h berikutnya adalah melalui Perintah Siasat No. 1. Soedirman memiliki Kekuatan, kesetiaan, ketabahan, keuletan dan keikhlasan dalam berjuang sehingga memenangkan p e r t e m p u r a n d a l a m

mempertahankan kemerdekaan bangsanya. D i s i s i l a i n k u n c i keberhasilan sistem pertahanan rakyat semesta adalah adanya kemanunggalan TNI dengan rakyat. Hal inilah yang pernah dilakukan oleh Soedirman dan pasukannya ketika bergerilya. Terwujudnya kemanunggalan TNI dan Rakyat yang kokoh saat itu memberikan manfaat bagi TNI untuk tetap mendapatkan dukungan logistik wilayah dari lingkungannya. Bahkan tidak hanya dukungan log i s t ik saja yang d i pe ro l eh Soed i rman da l am perjuangannya, tetapi dukungan moral, tenaga, fikiran dan fasilitas lain juga sangat bermanfaat dalam kegiatan penyelamatan bangsa. Menyelamatkan kemerdekaan yang senantiasa mendapat rongrongan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sebagai tentara profesional TNI dihadapkan dengan semangat juang bangsa, TNI tidak melupakan Pancasila, UUD 1945, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 Wajib TNI yang terus dipelajari dan di amalkan dalam kehidupan keprajuritan. D e n g a n d e m i k i a n m e s k i p u n profesional namun jati diri TNI yang mewarisi nilai-nilai itu tidak dilepaskan. Maka disini TNI menjadi bagian dari negara yang mewarisi nilai-nilai juang 1945. Kita diingatkan tentang jati diri Tentara Nasional Indonesia, antara lain:a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara Indonesia;b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya;c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan negara dan di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama; dand. Tentara Profesional, yaitu tentara y a n g t e r l a t i h , t e r d i d i k , diperlengkapi secara baik, tidak

berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi m a n u s i a , k e t e n t u a n h u k u m nasional, dan hukum internasional.Profesionalisme TNI diikuti dengan tiga hal penting yaitu: 1. Rakyat harus pintar, 2. Ekonomi harus kuat, 3. Tentara dalam pertahanan harus hebat. Dengan kuat dan pintarnya bangsa, TNI diuntungkan karena bebannya lebih ringan dan perannya menjadi lebih penting. Ekonomi k u a t , t e r j a d i p e m b a h a ru a n alutsista, rekrutmen tentara, mendapatkan prajurit yang sehat jasmani dan rohani. Rakyatnya pintar menjadi asset bangsa dalam s i s t e m p e r t a h a n a n n e g a r a . Kepintarannya digunakan untuk membangun bangsa. TNI, bebannya menjadi ringan karena terbantu oleh dua hal tersebut dalam menjaga pertahanan negara. Dengan kata lain TNI tidak menjadi garda depan terus menerus yang tidak berkesudahan karena TNI mengantarkan bangsa meraih prestasi yang dibanggakan oleh negara. TNI menjadi asset negara, menjadi sahabat masyarakat dan mitra rakyat dari segenap lapisan baik yang berada di kota, desa maupun perbatasan. Idealita TNI di perbatasan memungkinkan itu. Sementara TNI di kota jangan mencemari dirinya hanya sekedar menjadi centeng penjaga. Ini sangat penting. Sejarah perjuangan bangsa yang diperlihatkan oleh semangat g e r i l y a S o e d i r m a n u n t u k mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia harus menjadi inspirasi bangsa saat ini sehingga tidak terombang ambing oleh tabuhan gendang yang dimainkan oleh kekuatan luar yang akan menghancurkan keutuhan negara bangsa. Dirgahayu TNI.

Page 24: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

Sutrisminingsih

KEKUATAN AMANAT PANGSAR SOEDIRMANTERHADAP

KEPUTUSAN PELAKSANAAN HIJRAH

Bermula dari Agresi Pertama Belanda Serangan besar-besaran yang dilakukan Belanda kepada RI melalui Agresi Militernya yang pertama pada 21 Juli 1947, tak pelak membangkitkan rakyat untuk menghadapinya dengan kekuatan yang ada. Selain seruan dari Presiden Soekarno melalui corong RRI bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia siap menghadapi serangan Belanda,juga ada Perintah Harian dari Panglima Besar Soedirman yang ditujukan kepada Angkatan Perang Republik Indonesia/APRI (Sekarang TNI) agar berjuang sekuat tenaga menghadap i serangan lawan tersebut. Sangat disadari bahwa kekuatan persenjataan Belanda sebagai agresor sangatlah kuat, sehingga dengan cepat mereka berhasil merebut sebagian besar dari wilayah Republik dalam waktu singkat Belanda mampu bergerak dengan cepat merebut kota-kota penting dan daerah-daerah yang dikenal kaya akan bahan pangan seperti daerah Jawa Barat dan ujung timur Pulau Jawa, seperti daerah Malang dan Besuki. Belanda juga menyerbu daerah penghasil minyak di Sumatera, daerah perkebunan dan pertanian yang awalnya menjadi wilayah republik. Meski demikian gencarnya serbuan Belanda, pihak RI pun tetap berupaya memberikan perlawanan sebagaimana yang terjadi di beberapa tempat di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur serta di wilayah Sumatera. Pada mulanya tentara dan a l a t - a l a t p e r j u a n g a n k i t a menghadapi Agresi Militer pertama Belanda tersebut secara frontal

sesua i dengan rencana yang didasarkan adanya "daerah musuh" dan "daerah kita", yang jelas t e r p i s a h o l e h s u a t u g a r i s pertempuran. Dibanyak tempat di daerah perbatasan bahkan sebelum agresi, TNI telah membangun kubu-kubu pertahanan dan parit-parit, sebagaimana yang diatur oleh pimpinan Angkatan Perang untuk menyiapkan rencana pertahanan yang bersifat pertahanan total dengan mengikutsertakan rakyat dan APRI sebagai intinya. Dalam hal ini, Panglima Besar Jenderal Soed i rman dengan p impinan Angkatan Perang telah mulai merumuskan sistem perlawanan yang dianggap paling tepat untuk menghadapi kekuatan militer Belanda. Sistem pertahanan rakyat total tersebut antara lain dilakukan dengan pengiriman tenaga bantuan untuk membina dan melatih para pemuda d i wi layah-wi layah. Rencana tersebut disamping menggunakan tenaga-tenaga APRI, juga diambil dari tenaga-tenaga pelajar pejuang yang digabungkan dalam kesatuan Brigade XVII. Namun, sebelum rencana tersebut sempat dikembangkan, Belanda telah menyerbu melalui Agresi Militernya yang pertama.

Melakukan Perang Gerilya M e n y a d a r i a k a n k e k u a t a n n y a y a n g s e m a k i n te rdesak, maka APR I (TN I ) m e n g a t u r s t r a t e g i d e n g a n melakukan perang gerilya melawan Belanda. TNI mulai menyusun kekuatan di desa-desa untuk memulai babak baru pertarungan melawan musuh. Di Jawa Barat, TNI yang semula tercerai-berai, kembali dapat mengkonsolidasikan diri dan

mengadakan penghadangan -penghadangan dan serangan-serangan terhadap pos-pos tentara Belanda. Perlawanan yang dilakukan secara gerilya ini semakin teratur dan meningkat. Seperti di Jawa Timur, serangan-serangan gerilya sepanjang jalan raya antara Surabaya-Bondowoso terus terjadi, sehingga setiap transportasi Belanda selalu dikawal konvoi militer Belanda. H a n y a d a l a m w a k t u beberapa buIan saja gerilya TNI berhasil membentuk kantong-kantong pertahanan. Di Jawa Barat b e r k e m b a n g s e m a c a m pemerintahan gerilya yang tersebar di distrik-distrik dan desa. Dari kantong-kantong gerilya inilah sebenarnya merupakan penegakkan secara de facto Republik Indonesia, karena Belanda tak pernah dapat menguasai kantong-kantong gerilya ini. Di bawah pimpinan Kolonel A.H. Nasution, semakin lama Divisi Sil iwangi mampu menghadapi tentara Belanda. Belanda pun hanya merasa aman tinggal di kota-kota. Untuk menuju ke kota pendudukan lainnya, Belanda harus dengan pengawalan konvoi tank-tank militernya. Ke m a j u a n y a n g t e l a h dicapai oleh sistem gerilya menjadi bahan evaluasi oleh Panglima Besar Jendera l Soed i rman, bahwa Pertama, sistem pertahanan secara linier (frontal) harus diganti dengan sistem gerilya, sehingga kantong-kantong gerilya harus ditegakkan untuk menjamin kekuasaan de facto RI. Kedua, dalam sistem gerilya pasukan TNI dapat bergerak secara ofensif dan mobil menyerang lawan, baik di kota-kota maupun di jalan-jalan raya sehingga gerakan musuh

19

Page 25: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

dapat dibatasi dan dapat menggiring musuh ke daerah kantong-kantong gerilya. Ketiga, melalui sistem gerilya terdapat kerja sama dengan rakyat dalam pertahanan negara. Bantuan yang ikhlas dari rakyat d a p a t m e n a m b a h " t e n a g a " perjuangan yang mutlak diperlukan dalam organisasi tentara yang mobile. Keempat, adanya bantuan rakyat, TNI mempunyai kesempatan untuk mengkonsolidasikan diri untuk kemudian mengadakan serangan-serangan terhadap Belanda.

Renville yang Merugikan Serangan Belanda terhadap RI dengan agresinya yang pertama tersebut menuai reaksi dari dunia internasional. Pada tanggal 30 Juli 1 9 4 7 , D e w a n K e a m a n a n Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK P B B ) m e m a s u k k a n m a s a l a h I ndone s i a ke da l am agenda p e r s i d a n g a n n y a . A u s t r a l i a mengusulkan agar kedua belah

p i h a k y ang be r t i k a i s e ge r a m e n g h e n t i k a n p e r m u s u h a n . Amerika mengusulkan agar Dewan Keamanan menawarkan jasa-jasa baik. Pada 1 Agustus 1947, DK-PBB dalam sidangnya memutuskan agar Indonesia dan Belanda segera menghentikan tembak menembak. Adanya seruan dari DK-PBB itu, maka Panglima Angkatan Perang R I Jenderal Soedirman dan Pangl ima Tentara Belanda di I n d o n e s i a J e n d e r a l S p o o r mengumumkan penghentian tembak menembak pada 4 Agustus 1947 dan memerintahkan agar kedua tentara tetap tinggal ditempatnya masing-masing. Dalam situasi gencatan senjata itu, PBB membentuk sebuah komisi yang bertugas menengahi pertikaian lndonesia-Belanda, yaitu Komisi Tiga Negara (KTN). KTN anggotanya terdiri dari wakil-wakil tiga negara yaitu, Australia, sebagai wakil dari Indonesia, Belgia, sebagai

wakil dari Belanda, dan Amerika, merupakan wakil yang diajukan oleh A u s t r a l i a d a n B e l g i a . A t a s kesepakatan pihak Indonesia dan Belanda perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di perairan Teluk Jakarta di sebuah kapal militer Amerika bernama "Renville". Perundingan antara Indonesia dengan Belanda tersebut menghasilkan Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 Januari 1948 yang terdiri atas 12 pasal. Kebijaksanaan pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin ini sangat merugikan pihak Republik Indonesia, baik dipandang dari bidang politis, ekonomis, maupun militer. Dalam bidang politis, berarti RI harus mengakui kedaulatan Belanda pada wilayah RI yang diduduki Belanda pada agresi pertama. lni berarti wilayah Indonesia tinggal 2/3 di Jawa dan 1/5 di Sumatera. Batas wilayah RI dengan daerah-daerah

Anggota Divisi Siliwangi di Stasiun Yogyakarta

SEN

AKAT

HA

20

Page 26: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

yang diduduki Belanda atau dikenal dengan "garis van mook". Secara ekonomis, kita juga merugi karena harus menyerahkan kota-kota besar pusat perindustrian dan perdagangan dan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada Belanda untuk melakukan blokade ekonomi terhadap repub l ik . Sementara kerugian dibidang militer, kita harus menyerahkan k a n t o n g - k a n t o n g pertahanan/kantong gerilya yang telah disusun dengan susah payah kepada musuh. Kantong-kantong gerilya ini pada umumnya berada di Jawa Barat, sedangkan menurut Perjanjian Renville, Jawa Barat termasuk wilayah Belanda, sehingga kantong gerilya yang dibangun di daerah Jawa Barat harus dipindah kan ke luar Garis Van Mook dan dipindahkan ke daerah republik.

Pasal-pasal dari perjanjian Renville tersebut dianggap sangat merugikan Angkatan Perang RI itu antara lain berbunyi sebagai berikut : 1. Bahwa suatu per intah tinggal tetap (stand fast) dan dikeluarkan oleh kedua belah pihak masing-masing serta serentak d e n g a n s e g e r a s e s u d a h ditandatangani persetujuan ini dan berlaku sepenuhnya dalam empat puluh delapan jam. Perintah itu berlaku untuk pasukan pasukan kedua belah pihak disepanjang garis daerah-daerah seperti dimaksud dalam Proklamasi Pemerintah Hindia Belanda pada 29 Agustus 1947, yang akan dinamakan garis status quo. 2. Bahwa terlebih dahulu dan buat sementara waktu akan dibentuk daerah-daerah yang akan dikosongkan oleh tentara

(demil i tar ized zones ) , pada umumnya sesuai dengan garis status quo, daerah-daerah itu pada pokoknya mengenal daerah-daerah diantara garis status quo, dan disatu pihak kedudukan Belanda yang terkemuka dan dilain pihak garis kedudukan Republik yang terkemuka lebarnya rata-rata daerah itu kira-kira bersamaan.

Cara Pang sa r Soed i rman Menguatkan Moril Tentara Hijrah Pemindahan tentara gerilya Indonesia atau penghijrahan sejumlah 30.000 prajurit dari Jawa Barat dan Jawa Timur ke daerah pedalaman republik secara strategis sangat merugikan bagi RI. Belanda menganggap bahwa daerah-daerah a t a u k o t a - k o t a p r o p i n s i keresidenan, kabupaten, dan

Panglima Besar Jenderal Soedirman menerima laporan Mayor Mokoginta yang memimpin pasukan hijrah dari Jawa Barat

30 T

AH

UN

ABRI

21

Page 27: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

kewedanan yang diduduki tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli 1947 merupakan daerah kekuasaan Belanda. Oleh sebab itu, Belanda menuntut agar gerilya TNI harus di t a r i k d a r i d a e r a h - d a e r a h p e n d u d u k a n B e l a n d a d a n dipindahkan ke daerah yang belum diserang oleh Belanda. Namun, pihak Angkatan Perang RI atau TNI tidak mengakui adanya "garis van mook" tersebut, karena daerah yang dikuasai Belanda sejak 21 Juli 1947 itu hanyalah kota-kota dan jalan-jalan raya saja. Daerah-daerah yang terletak hanya beberapa kilometer di luar kota itu secara de facto masih merupakan daerah republik. Dengan memanfaatkan persetujuan Renville tersebut, Belanda terus menekan Indonesia, sehingga puluhan ribu tentara gerilya kita harus dipindahkan dari kantong-kantong pertahanannya ke s e b e r a n g G a r i s Va n M o o k . Pe r s e t u j u a n Re n v i l l e j u g a menimbulkan suara pro dan kontra secara luas dalam masyarakat Indonesia, terutama rasa tidak puas yang secara langsung dirasakan dikalangan anggota-anggota TNI yang terkena persetujuan gencatan senjata. Persetujuan tersebut dianggap sangat merugikan dan melemahkan kedudukan RI dan bersifat memecah belah persatuan RI. Oleh karena itu, Panglima B e s a r J e n d e r a l S o e d i r m a n memandang bahwa hasil-hasil yang dicapai dalam persetujuan Renville yang sangat merugikan Angkatan Pe r a n g R I i t u s e a k a n - a k a n pemerintah tidak menghargai kemampuan tentaranya sendiri dan rakyat yang setia kepada republik. Meskipun dirasakan pahit, namun TNI tetap melaksanakan keputusan politik yang telah diambil oleh pemerintah dengan keteguhan prinsipnya bahwa "politik negara adalah politik tentara", sehingga bagaimanapun juga rasa kecewa Angkatan Perang RI (TNI), tetap melaksanakan hijrah dengan tertib. Dalam hal ini Panglima Besar Jenderal Soedirman sendiri yang

t e l a h m e m b e r i k a n i s t i l a h pemindahan tentara ke daerah RI itu dengan nama "hijrah". Hal ini untuk memberikan keyakinan kepada para gerilyawan TNI yang dipindahkan, bahwa yang mereka lakukan itu adalah sama seperti apa yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansor pada jaman Nabi Muhammad SAW. Gerakan yang mereka lakukan itu sama sekali bukan merupakan gerakan mundur a t a u m e n g u n g s i . D e n g a n menggunakan istilah "hijrah" itu pula Panglima Besar Jenderal Soedirman ingin menanamkan keyakinan kepada diri para gerilya TNI, bahwa pada saatnya nanti mereka akan kembali ke daerah pertahanan a s a l n y a d e n g a n m e m b a w a kemenangan. Selanjutnya dalam usaha untuk menenangkan· perasaan para prajurit TNI yang terkena hijrah, Panglima Besar Jenderal Soedirman pada tanggal 17 Januari 1948 mengeluarkan perintah, yakni :1. H i n d a r k a n s e g a l a provokasi berupa apapun juga.2. Meneruskan tugas menjamin keamanan dan ketentraman dalam daerah-daerah yang menjadi tanggung jawab Angkatan Perang RI.3. M e m p e r t a h a n k a n d i r i apabila diserang.4. Mengh indarkan sega la insiden.5. lnsaf, bahwa Angkatan Perang RI t e t a p bertanggungjawab atas keamanan jiwa dan harta rakyat. Amanat Panglima Besar Jenderal Soedirman tersebut menunjukkan bahwa pimpinan Angkatan Perang di Yogyakarta tetap mempunyai perhatian yang besar a tas nas ib pra jur i tnya yang melaksanakan hijrah. Pasukan Siliwangi meninggalkan kantong-kantong pertahanan di seluruh Jawa Ba ra t dengan menggunakan kendaraan truk, kereta api, dan kapal laut, mereka pindah atau hijrah ke daerah pedalaman Jawa Tengah. Namun ada pula sebagian kecil yang pindah ke daerah Banten, yang masih sepenuhnya berada dalam wilayah republik. Demikian

pula dengan prajurit-prajurit TNI d a r i B r i g a d e D a m a r w u l a n dihijrahkan ke daerah-daerah RI di Jawa Timur, seperti Malang Selatan, Blitar, Kediri, dan Madiun. Pasca perjanjian Renville, keadaan RI wilayahnya semakin sempit. Penduduk Jawa Tengah semakin bertambah padat dengan datangnya pengungsi dari berbagai daerah dan tentara hijrah. Untuk menampung tenaga dan peralatan k e m e n t e r i a n - k e m e n t e r i a n diperlukan gedung-gedung dan ruangan yang banyak. Sementara kota Yogya saja tidak mungkin sanggup menampung kebutuhan-kebutuhan tersebut, sehingga dipakailah hotel-hotel dan rumah-rumah penduduk sebagai tempat bekerja. Bahkan kondisi ketika itu banyak pula para pendatang yang terpaksa tinggal di gudang-gudang, di sekolah-sekolah dan bahkan ada pula yang tinggal di gerbong-gerbong kereta api. Kesulitan penduduk semakin bertambah dengan dikuasainya daerah-daerah surplus seperti, Malang, Besuki, Jawa Barat, serta adanya blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda. Meskipun hijrahnya TNI pada masa Perang Kemerdekaan ke daerah RI tersebut merupakan keputusan yang tidak mudah untuk dilaksanakan, dalam hal ini Pangsar Soedirman menguatkan moril tentara Hijrah untuk melaksanakan suatu keputusan pemerintah, sebagaimana yang disampaikan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman bahwa "politik negara adalah politik tentara".

22

Page 28: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

Emuh Muhsin

SOEDIRMAN

o e d i r m a n a d a l a h s o s o k

SPanglima Besar yang rendah hati, berbudi pekerti luhur yang

tetap menjaga kesalehannya sebagai seorang muslim. Ketaatan t e r h a d a p a g a m a d a n j i w a patriotisme menjadikan kekhasan yang d imi l ik inya. Soedirman me ng imp l e me n ta s i k a n n i l a i keagamaan dalam perjuangannya sebagai sebuah motivasi dalam memperjuangkan martabat bangsa.

Awal Pendidikan Kesalehan Soedirman Sejak kecil, Soedirman telah d iangkat sebaga i anak o leh R.Tjokrosunaryo, Asisten Wedana (Camat) di Rembang, Kabupaten Purbalingga, yang menikah dengan bibi Soedirman. Setelah pensiun, keluarga Tjokrosunaryo kemudian menetap d i C i l a cap . Da l am kehidupan yang sederhana, R. Tjokrosunaryo mendidik Soedirman dengan penuh disiplin, seperti cara-cara menepati waktu dan belajar menggunakan uang saku sebaik-baiknya. Ia harus bisa membagi waktu antara belajar, bermain, dan mengaji. Soedirman juga dididik dalam hal sopan santun oleh Ibu Tjokrosunaryo. Soedirman pernah pula mendapat asuhan dari seorang ulama Kyai Haji Busyro Syuhada yang memiliki sebuah pesantren di desa Binorong, Banjarnegara, 50 km dari Kota Purbalingga. Selain dikenal sebagai ulama, Kyai Busyro juga seorang pendekar pencak silat (ketika itu istilahnya pencak ragawi dan batin) dengan nama Aliran Banjaran yang intinya memadukan ilmu batin dan ilmu dhohir yang menjadi cikal bakal perguruan silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ketika itu, Soedirman diharuskan

berpuasa dan saat tengah malam melakukan shalat sunnah secara rutin. Soedirman sebagai anak desa di Jawa, setiap sore biasa pergi ke surau atau langgar untuk belajar m e m b a c a A l - Q u r a n d a n p e n g e t a h u a n a g a m a I s l a m . Soedirman merupakan peserta didik yang tekun dan ulet, sehingga Soedirman menjadi contoh dan seka l i gu s tempat be r tanya , termasuk bertanya soal pelajaran di s e k o l a h . O l e h k a r e n a pemahamannya yang sangat baik di bidang agama Islam, Soedirman dikenal sebagai guru kecil atau pembantu guru, dan Soedirman sering pula dipanggil “kajine”. Keluasan wawasan keagamaan tersebut yang ikut memberi warna p e r k e m b a n g a n k e p r i b a d i a n Soedirman di dalam dinamika k e h i d u p a n d a n p e r j u a n g a n selanjutnya.

Soedi rman: Dar i H izboe l Wathan Hingga Pangsar Soedirman setelah dewasa aktif di bidang kepemudaan dan kepanduan Muhammadiyah atau yang terkenal dengan sebutan Hizboel Wathan (HW) di Cilacap. Di l i ngkungan HW dan Pemuda Muhammad iyah , ke takwaan, kedisiplinan, militan, kerja keras, t a n g g u n g j a w a b d a n j i w a kepemimpinan Soedirman semakin terpupuk. Selanjutnya, Soedirman dipercaya sebagai pimpinan HW di Cilacap. Tidak hanya itu, ternyata Soedirman juga seorang pendidik HIS M u h a m m a d i y a h , m e s k i p u n Soedirman tidak memiliki latar belakang pendidikan keguruan. Dengan kemampuannya, Soedirman menjadi guru yang baik dalam

menjalankan tugasnya. Pada waktu p e m i l i h a n k e p a l a s e k o l a h , Soedirman terpilih sebagai kepala sekolah HIS Muhammmadiyah Cilacap. Selain aktivitas mengajar, Soedirman aktif pula mengikuti kegiatan yang diselenggarakan HW. Secara garis besar program-program HW itu ada tiga, yakni Pertama, program yang terkait dengan pendidikan rohani sebagai wahana pembentukan karakter. Kedua, program pendidikan jasmani untuk pengembangan kesehatan dan kekuatan fisik. Ketiga, program k a r y a b a k t i s e b a g a i w u j u d pengamalan para anggota HW. Aktivitasnya yang diperkuat dengan wawasan dan kematangannya dalam memimpin, maka ketokohan Soedirman pun semakin menonjol. Dalam perkembangan waktu, Soedirman pun terpilih sebagai ketua HW di tingkat Banyumas. Di samping itu, sebagai a n g g o t a o r g a n i s a s i Pe m u d a Muhammadiyah, Soedirman rajin dan tekun mengikuti berbagai keg iatan organ i sas i , sepert i kegiatan dakwah, kursus, dan lain-lain. Tidak jarang Soedirman berjalan kaki berkilo-kilometer untuk mengikuti kegiatan-kegiatan y a n g d i s e l e n g g a r a k a n o l e h organisasi Pemuda Muhammadiyah, termasuk kegiatan-kegiatan tabligh dan pengajian yang umumnya dilaksanakan pada malam hari. Melalui aktivitas pengajian inilah wawasan ke-Islaman Soedirman semakin bertambah luas. Berkat aktivitasnya yang menonjol dan keluasan pemahamannya tentang agama Islam serta kesantunannya, menjadikan Soedirman semakin disegani, tidak hanya di lingkungan pemuda Muhammadiyah, tetapi juga

23

IMAN,PATRIOTISME,

PERJUANGANdan

Page 29: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

di lingkungan masyarakat umumnya. Karena kualitas ketokohannya tersebut, Soedirman dipercaya sebagai Wakil Majelis Pemuda Muhammadiyah (WMPM) wilayah Banyumas, dan kemudian diangkat sebagai WMPM wilayah Jawa Tengah. D i b a w a h p i m p i n a n Soedirman, organisasi Pemuda Muhammadiyah semakin maju dan berkembang, baik di wilayah

Banyumas pada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya. Soedirman sering mengadakan kunjungan ke beberapa tempat dalam rangka m e l a k u k a n k o o r d i n a s i d a n memberikan ceramah-ceramah untuk memberi semangat bagi kemajuan Pemuda Muhammadiyah. Dengan kekuatan kepemimpinan d a n k e p a n d a i a n n y a d a l a m berceramah atau berdakwah, maka p a r a a n g g o t a P e m u d a M u h a m m a d i y a h m e r a s a mendapatkan pemimpin yang ideal dan mampu memahami aspirasi para anggotanya. Dalam bobot ceramahnya, Soedirman banyak menekankan tentang tauhid, pentingnya hidup yang berpegang pada agama, ke sadaran be rbangsa , se r ta semangat nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ceramah-ceramah Soedirman sering dihadiri para pemuda, dan juga orang tua. Adapun daerah-daerah tempat Soedirman berdakwah

m e l i p u t i w i l a y a h C i l a c a p , Banyumas, bahkan sampai daerah-daerah sekitar Serayu, Majenang, Wanareja, bahkan konon sampai daerah perbatasan Brebes. Pusat dakwah Soedirman ditempatkan di sebuah masjid kecil di kampung Rambutan, Cilacap yang oleh masyarakat disebut dengan Masjid Muhammadiyah. Pada masa Perang Dunia II,

berbagai aktivitas Soedirman di Muhammadiyah dan berdakwah mulai berkurang bahkan ada yang harus diakhiri, misalnya kegiatannya sebagai guru dan kepala sekolah di HIS Muhammadiyah di Cilacap. Pasalnya, sekolah ini ditutup oleh Belanda, dengan alasan gedungnya akan digunakan untuk pos Belanda d a l a m m e n g h a d a p i p e r a n g . Soedirman mulai mengalihkan kegiatannya untuk membantu m a s y a r a k a t y a n g b a n y a k menghadapi kesul itan akibat penjajahan. Bahkan Soedirman juga menjadi jamaah tetap pengajian “Malam Selasa” yang dilaksanakan secara rutin. Selain itu, Soedirman erat menjalin hubungan baik dengan pesantren-pesantren. Sebagai contoh, pada waktu pertempuran di Magelang, kemudian di Ambarawa, Soedirman sering ada di Payaman (sebelah utara Magelang) dan bekerja sama dengan pondok pesantren yang dipimpin Kyai Siraj.

Pondok Pesantren ini banyak mengirim santrinya untuk melawan Belanda dalam pertempuran Ambarawa. Pasca kemenangan yang d i capa i da lam per tempuran Ambarawa, pada 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar (Pangsar). Sebagai seorang Panglima Besar, Soedirman berbekal iman yang kuat menjadikan hal tersebut s ebaga i moda l d a s a r un t u k m e l a k s a n a k a n t u g a s n y a . Keyakinannya terhadap ajaran Islam telah memberikan pengaruh besar terhadap perjuangannya serta menjadikan kekuatan imannya sebagai ruh dan semangat bagi S o e d i r m a n d a l a m mengaktualisasikan dirinya sebagai anggota masyarakat, tokoh, dan pemimpin bangsa. Kekuatan dan semangat perjuangan Soedirman sangat dipengaruhi oleh nilai agama dan keaktifannya dalam organisasi. Soedirman tampil sebagai pemimpin dan pejuang tanpa pamrih dan senantiasa siap berjuang dengan harta dan jiwanya dalam melakukan perlawanan terhadap ancaman yang membahayakan kemerdekaan bangsa dan negara. K e s o l e h a n P a n g s a r Soedirman pun terus terjaga, terutama dalam kewajibannya sebagai seorang muslim. Selain ibadah wajib, seperti sholat lima waktu, Soedirman juga sering menunaikan Qiyamul-lail dan puasa sunnah. Jenderal Soedirman selalu t a a t m e n j a l a n k a n i b a d a h -ibadahnya, bahkan dalam keadaan yang sangat berbahaya bagi jiwanya. Seperti pada waktu gerilya di daerah selatan Yogya, ketika menghadapi perang kemerdekaan, Soedirman d a l a m k o n d i s i s a k i t s e l a l u melaksanakan sholatnya, juga sholat malamnya. Bahkan tak jarang dia juga berpuasa Senin-Kamis. Di setiap kampung yang disinggahinya s a a t be r ge r i l y a , d i a s e l a l u m e n d i r i k a n p e n g a j i a n d a n memberikan ceramah keagamaan kepada pasukannya. Dengan demikian Pangsar Soedirman telah menempatkan iman sebaga i kekuatan dalam perjuangannya.

Soedirman melaksanakan ibadah sholat

SEN

AKAT

HA

24

Page 30: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

Nike Pangat Widayanti

MAKNA KEKUATAN AMANAT PANGSAR SOEDIRMANSEBAGAI “KOMUNIKASI JUANG” ANTAR GENERASI MUDA TNI

Pengaruh Soedirman bagi TNI Soedirman yang lahir pada hari Senin tanggal 24 Januari 1916 di Purbalingga adalah sosok pejuang yang sangat erat mempengaruhi dan mewarnai jalannya sejarah lahir dan

berkembangnya TNI. Jenderal sederhana, yang teguh pendirian itu memang telah lama meninggal dunia. Namun kepergiannya pada tanggal 25 Januari 1950, telah meninggalkan muatan makna yang

berharga bag i ke langsungan perjalanan TNI. Muatan makna ini tercermin, tidak hanya dalam sikap dan tindakannya, tetapi juga dalam setiap kalimat yang diucapkannya. Fakta sejarah membuktikan bahwa

elama perjalanan sejarahnya, bangsa Indonesia telah menghadapi berbagai gejolak, baik yang datang

Sdari dalam maupun luar negeri. Dalam kondisi penuh gejolak tersebut, TNI tetap setia mengawal Indonesia menuju Indonesia yang berdaulat dan bermartabat. Keberhasilan TNI dalam mempertahankan

kemerdekaan dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan RI ini tidak terlepas dari pengaruh sosok tokoh TNI yang juga pahlawan nasional, Panglima Besar Jenderal TNI Soedirman. Soedirman memiliki sifat-sifat yang dapat menjadi teladan seperti taat, disiplin, hormat, sopan santun, cinta tanah air, dan sederhana. Sifat-sifat teladan Soedirman ini tereeksi dalam setiap kalimat-kalimat yang diucapkannya, baik dalam amanatnya maupun kata-kata singkatnya, semuanya terekam dalam ingatan kolektif segenap prajurit TNI, yang tidak berbatas oleh ruang dan waktu.

25

Pangsar Soedirman sedang menyampaikan pidato dalam rangka HUT Angkatan Perang tanggal 5 Oktober 1949 di RRI Yogyakarta

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

Page 31: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

26

s ampa i s aa t i n i , pe r ka taan Soedirman tetap memiliki pengaruh signifikan bagi TNI. Pada era yang ditandai oleh derasnya arus perkembangan teknologi informasi, dimana dunia dipandang sebagai desa global yang berbaur tanpa sekat, TNI harus memiliki komitmen yang kuat sebagai salah satu komponen bangsa dalam menjamin eksistensi NKRI. Karena jika tidak, maka seluruh kekuatan nasional, tidak terkecuali TNI akan mengalami penurunan kekuatan dan kehormatan apabila tidak mampu mengatasi berbagai g e j a l a p e n y i m p a n g a n y a n g disebabkan oleh adanya ancaman, baik internal maupun eksternal. Sebagai negara yang besar dengan jumlah penduduknya yang majemuk dan beragam, Indonesia sangat potensial rentan terhadap gejala desintegrasi bangsa. Sehingga untuk mempertahankannya diperlukan lembaga militer yang kuat, dan itu adalah TNI. F a k t o r p e n t i n g y a n g merupakan akar kekuatan TNI adalah karena lembaga ini memiliki i n teg r i ta s yang t i ngg i demi kepentingan bangsa dan negara. Hal u tama yang menjad i sebab, mengapa TNI memiliki integritas t inggi, salah satunya karena pengaruh sosok pribadi Panglima Besar Jenderal Soedirman. Banyak digambarkan pengaruh yang kuat dari sosok Soedirman adalah t i n d a k a n h e r o i k n y a s a a t p e r t e m p u r a n . N a m u n penggambaran ini tidak sepenuhnya demikian, karena ucapan atau kata-kata Pangsar Soedirman pun menjadi cermin mengapa TNI begitu solid dan militan. Banyak kalimat, baik kata-kata bijak maupun amanat yang disampaikan Soedirman menjadi unsur penguat spirit mentalitas prajurit TNI. Khususnya, bagi prajurit TNI yang lahir jauh setelah era Soedirman. Rentang jarak generasi, pada kenyataannya t idak menyul i tkan bangunan komunikasi antara Soedirman dan generasi berikutnya. Perkataan Soedirman hingga kini masih m e n j a d i u n s u r p e n g h u b u n g

komunikasi antar generasi tersebut. Sehingga kepribadian dan jiwa Soedirman tetap tertanam dan mengakar dalam setiap sanubari prajurit. Dalam menggambarkan apa ke te r ka i t an an t a r a k a l ima t Soedirman dengan tetap kokohnya spirit mentalitas prajurit TNI dalam rentang jarak generas i yang berbeda, maka digunakan konsep komunikasi budaya. Komunikasi budaya dapat mendekatkan suasana zaman antar generasi melalui refleksi sejarah yang terkandung dalam muatan makna lisan Pangsar Jenderal Soedirman.

Konsep Komunikasi Budaya P a d a h a k e k a t n y a komunikasi budaya tetap berinduk pada ilmu komunikasi. Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Atau dengan kata lain komunikas i adalah transmis i informasi dari seorang individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lain, dengan demikian komunikasi merupakan dasar semua bentuk interaksi sosial. Dari sini faktanya bahwa komunikasi adalah sebuah proses yang terus menerus dan tidak ada akhirnya menandakan komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, komunikasi harus dipahami pula sebagai i n te rak s i an ta rp r i bad i yang menggunakan s i s tem s imbo l linguistik, misalnya meliputi verbal (kata-kata), paraverbal, dan nonverbal. S i stem itu dapat d i s o s i a l i s a s i k a n s e c a r a langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, lisan, dan visual). Tujuan dari komunikasi itu sendiri yaitu, mengubah sikap, mengubah op i n i , mengubah p e r i l a k u , d a n m e n g u b a h masyarakat. Berdasarkan dari jumlah komunikannya, komunikasi dibagi dalam beberapa bagian yakn: Pertama, komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri s end i r i . Kedua , komun i ka s i interpersonal, komunikasi antara

dua orang yang berhadapan langsung. Ketiga, komunikasi kelompok kecil, yaitu komunikasi dengan sekelompok orang untuk mencapai sebuah tujuan bersama, biasanya terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Keempat, komunikasi organisasi adalah komunikasi dalam lingkungan yang besar dan luas juga berstruktur. Kelima, komunikasi publik adalah komunikasi kepada pendengar dalam jumlah besar, dengan kata lain komunikasi untuk menyebarkan informasi kepada khalayak. Keenam, komunikasi massa, yaitu komunikasi yang bertujuan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak melalui media massa. Ketujuh, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara individu yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bag ian dar i pr i laku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi adalah Budaya dan Budaya ada l ah k omun i k a s i . Komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara “horizontal” dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari s ua tu gene ra s i k e gene ra s i berikutnya. Norma-norma budaya itu dapat berupa penanaman nilai-nilai dan jiwa juang kepada generasi yang berbeda dar i generas i p e n c e t u s y a , d a n i n i b i s a disampaikan melalui kata-kata seseorang yang mewakili jiwa zaman saat ia hidup. Kata-kata tersebut dalam komunikasi menghasilkan pesan yang akan disampaikan pada generasi berikutnya secara vertikal. Ucapan seseorang dapat mewakili suasana budaya masa itu. Saat Soedirman dilahirkan sampai kematiannya, Indonesia masih berada dalam suasana jajahan akibat berkuasanya Jepang dan

Page 32: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

27

B e l a n d a . B u d a y a p e r a n g mempengaruhi pribadi Soedirman menjadi seorang yang militan dan teguh hati. Suasana zaman ini semakin mendalam mempengaruhi s o sok Soed i rman t a t ka l a i a menduduki jabatan tertinggi dalam dunia militer sebagai Panglima TNI tahun 1945. Dengan kecakapan tutur ka tanya , Soed i rman mampu membangkitkan semangat, emosi dan jiwa juang anak buahnya. Khususnya, pada saat Belanda memutu skan kemba l i un tuk berkuasa di Indonesia pasca penyerahan kepemimpinan Sekutu yang kemudian melahirkan Agresi Militer Belanda I dan II. Pe r k a t a a n S o e d i r m a n biasanya adalah berupa amanat atau ucapan-ucapan singkat. Beberapa petikan amanatnya bahkan telah dibukukan sebagai media tertulis yang dapat dibaca oleh siapapun, terutama generasi muda TNI. Ucapan Soedirman yang terpisah maupun kumpulan kata-katanya menjadi sebuah pesan yang dapat d i g u n a k a n s e b a g a i b a h a n komunikas i dengan generas i se sudahnya. Mesk ipun t idak bertemu muka secara langsung dan berbeda suasana budaya, tetapi komunikasi dapat berlangsung. Di sinilah terjadi proses penyampaian pesan, dan melalui komunikasi antarbudaya, pesan tersebut dapat sampai pada beberapa generasi sesudahnya. Menurut Larry A Samovar dan kawan-kawan dalam bukunya Communication Between Cultures memberikan definis i tentang komunikasi antarbudaya sebagai satu bentuk komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi. Dalam pandangan Samovar, komunikasi antarbudaya terjadi ketika anggota da r i s ua tu budaya te r ten tu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain. Apa yang ada dalam pandangan Samovar adalah b e n t u k p e n y a m p a i a n p e s a n Soedirman bagi generasi muda TNI. D e n g a n t u j u a n t e r j a d i n y a

perubahan perilaku dan perubahan sikap dari orang yang menerima pesan tersebut. Bisa saja perubahan prilaku dan sikap itu terjadi pada saat seseorang masuk dan menjadi anggota TNI, karena memang sejak awal, TNI menanamkan ajaran Soedirman ini dalam metode pendidikannya. Akan tetapi, yang paling utama bagaimana ajaran Soedirman tersebut dapat terus mempengaruhi pola pikir prajurit TNI secara berkesinambungan, meskipun latar belakang budaya mereka berbeda. Sehingga, prajurit TNI tetap konsisten mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara. Konsistensitas prajurit TNI memang terus ditingkatkan karena realitanya arus globalisasi telah mereduksi sifat-sifat keutamaan prajurit TNI secara perlahan. Melalui peresapan ajaran Soedirman, TNI terus memantapkan jati dirinya sebagai prajurit profesional yang membela kepentingan negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Dalam komunikasi budaya terdapat beberapa dimensi budaya. Salah satunya adalah dimensi budaya dari Hofstede. Hofstede membagi dimensi budaya sebagai berikut:

1. High Power Distance vs Low Power Distance, Dimensi budaya ini menunjukkan kemampuan untuk menempatkan diri dalam hierarki sosial yang dipengaruhi faktor kekuatan jabatan, politik, uang atau kekuasaan.

2. Uncertainity Avoidance (penghindaran ketidakpastian). It deals with a society’s tolerance for uncer ta in ty and ambigu i ty . Mengandung arti bahwa, dimensi budaya ini berkaitan dengan toleransi masyarakat terhadap suatu ketidakpastian dan ambiguitas atas situasi dan kondisi yang terjadi. Dimensi budaya ini terbagi menjadi low uncertainty avoidance (budaya penghindaran ketidak-pastian rendah) dan high uncertainty avoidance (budaya penghindaran ketidak-pastian yang tinggi).

3. Sho r t and Long Te rm Orientation, Dimensi budaya ini merupakan suatu orientasi jangka pendek dan orientasi jangka panjang yang dijadikan sebagai ukuran terhadap keberlangsungan suatu profesi.

4. Masculinity and feminity. D i m e n s i b u d a y a i n i l e b i h menfokuskan pada masalah gender, antara laki-laki dan perempuan.

Relevansi Kata-kata Soedirman Jika ditinjau dari Dimensi Komunikasi Budaya Jika pada hari ini kita m e l a k u k a n s e b u a h r e fl e k s i kesejarahan atas peran Panglima Besar Jenderal Soedirman, ada keinginan untuk mengenangnya dalam upaya menarik pelajaran yang dapat diimplementasikan dalam konteks kekinian, terutama dalam hal mengupas kalimat-kalimat Soedirman. Banyak kata-kata lugas Soedirman tercermin menjadi sekumpulan pesan-pesannya. Bagi TNI, pesan-pesan Pangsar Soedirman merupakan salah satu sumber kekuatan batin prajurit. Apab i la d i l ihat da lam hubungannya dengan sebagian dimensi budaya Hofstede, kata-kata Soedirman ini dapat dijelaskan sebagai berikut : High Power Distance vs Low Power Distance, short & long term orientation serta uncertainty avoidance, apa yang dikatakan Soedirman dalam amanat maupun ucapannya adalah merupakan High Power Distance karena Soedirman dengan pengetahuan dan kharisma kepemimpinannya dapat menjadi panutan publik. Hal ini terjadi karena Soedirman memiliki jarak kekuasaan yang leb ih t ingg i dibanding generasi sesudahnya. S u a s a n a z a m a n m a s a i t u , kepeduliannya pada bangsa, dan kedudukannya sebagai panglima tert ingg i tentara Indones ia, mendorong Soedirman menjadi seorang pribadi yang mampu menanamkan nilai-nilai keunggulan moral dan menggerakkan semangat, serta jiwa juang rakyat Indonesia

Page 33: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SENAKATHA EDISI 42

ARTIKEL 28

dan anak buahnya. Kata-kata yang diucapkan Pangsar Soedirman dapat meningkatkan pemahaman generasi sekarang tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan sejalan dengan itu dapat mengubah perilaku mereka untuk tetap memiliki semangat dan nilai-nilai kejuangan, seperti pantang menyerah, rela berkorban d a n m e n j u n j u n g t i n g g i nasionalisme. Untuk dimensi budaya kedua, pesan Soedirman dapat dijadikan subyek pengembangan orientasi pada masa lalu, masa kini, dan masa depan (long-and-short-term orientation). Orientasi ini d i p a k a i , k a r e n a k e t a a t a n masyarakat Indonesia, terutama generasi muda TNI sampai saat ini dan mungkin masa depan terhadap nilai-nilai masa lalu masih terus berlangsung. Nilai-nilai inilah yang dapat dimanfaatkan untuk generasi sekarang maupun masa depan dalam menghadapi dinamika jaman yang terus berubah. Negara yang dianggap berorientasi masa lalu, akan resisten terhadap perubahan-perubahan yang bakal datang. Dengan tidak melupakan masa lalu atau tetap berorientasi pada masa lalu, maka bangsa Indonesia akan dapat bertahan atau mempunyai ketahanan nasional yang kokoh dalam menghadapi kemungkinan gangguan, hambatan dan ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri. Beberapa pesan Soedirman yang mengandung nilai-nilai keunggulan moral, nilai-nilai kejuangan seperti, rela berkorban, pantang menyerah, dan nilai-nilai kejuangan lainnya adalah sebagai berikut :

1. Nilai-nilai Keunggulan Moral dan Etik tercermin dari Perintah Harian Panglima Besar kepada seluruh Angkatan Perang RI pada tanggal 5 Oktober 1949 di Yogyakarta :“Empat tahun yang di belakang kita penuh penderitaan dan penuh pengorbanan. Angkatan Perang Republik Indonesia lahir di medan p e r j u a n g a n k e m e r d e k a a n nasional, di tengah-tengah dan

dari revolusi rakyat dalam p e r g o l a k a n m e m b e l a kemerdekaan itu. Karena itu APRI adalah Tentara Nasional, Tentara R a k y a t , Te n t a r a R e v o l u s i Perubahan suasana politik di dunia internasional umumnya dan k e k h u s u s a n n y a p e r u b a h a n suasana politik yang meliputi penjelasan pertikaian Indonesia-Belanda, janganlah sekali-kali dapat mempengaruhi apalagi membelokkan arah perjuangan tentara kita, berdasar pada sumpahnya. Sumpah hendak mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan Negaranya dengan pengorbanan segala sesuatu yang ada pada kita……Ingat, bahwa prajurit Indonesia bukanlah prajurit sewaan. Bukan prajurit yang menjual tenaganya karena hendak merebut sesuap nasi. Dan bukan pula prajurit yang mudah dibelokkan haluannya karena nafsu dan tipu kebendaan. Tetapi prajurit Indonesia adalah dia yang masuk ke dalam Tentara karena k e i n s y a f a n j i w a n y a a t a s panggilan Ibu Pertiwi, dengan sedia membaktikan raga dan jiwanya bagi keluhuran Bangsa dan Negaranya……….Jangan mudah tergelincir pada saat-saat yang akan menentukan nasib bangsa dan negara kita, seperti yang kita hadapi sekarang ini. Fitnah yang kasar atau yang lemah, provokasi yang tampak atau yang tersembunyi, semuanya itu Insya Allah dapat kita lalui dengan selamat kalau kita tetap awas dan waspada memegang teguh pendirian kita sebagai patriot Indonesia yang sejati.”

2. Nilai-nilai Pantang Menyerah tercermin pada :Amanat Pangsar Soedirman kepada para Taruna Militer pada 27 Mei 1946 di Yogyakarta :“Meskipun kamu mendapat latihan jasmani yang sehebat-sehebatnya tidak akan berguna jika kamu mempunyai sifat menyerah. Kepandaian yang bagaimanapun tingginya tidak ada gunanya jika orang itu

mempunyai sifat menyerah. Tentara akan hidup sampai akhir zaman, jangan menjadi alat oleh suatu badan atau orang. Tentara akan timbul tenggelam bersama Negara.”

Amanat Pangsar Soedirman pada tanggal 9 April 1946 di Yogyakarta :“Tentara kita jangan sekali-kali mengenal sifat dan perbuatan menyerah kepada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali. (Yogyakarta 9 April 1946.”

3. Nilai-nilai Rela Berkorban, tercermin pada :Amanat Pangsar Soedirman pada t angga l 17 Agu s tu s 1948 d i Yogyakarta :“Robek - robek lah badanku , potong-potonglah jasadku ini tetapi jiwaku yang dilindungi Benteng Sang Merah Putih akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi. Kalimat Proklamasi menggugat kita, menagih janji kita sekalian, menuntut pemenuhannya sumpah yang kita ikrarkan, hendaknya mempertahankan habis-habisan isi dan jiwa Proklamasi. Percuma kita memperingati kebesaran Proklamsi itu kalau Undang-Undang Dasar Negara k i ta dicemarkan mentah-mentah oleh lain bangsa, kalau kesucian Sang Merah Putih dinodai oleh lain bangsa. Kita sebagai prajurit p e r t a m a - t a m a y a n g h a r u s serentak bangkit, berdiri, maju menyediakan tercabutnya nyawa dari badan! Disanalah tempat istirahatnya saudara-saudara kita, yang telah mendahului kita karena gugur dalam perjuangan menentang bahaya yang hendak merobohkan Sang Merah Putih. Mereka menebus perjuangannya dengan jiwa mereka, karena yakin lebih baik hancur lebur daripada Sang Merah Putih yang gugur. Isilah mulai sekarang jiwa kita dengan jiwa Proklamasi, dengan jiwa Sang Merah Putih, maka Insya Allah akan lebur segala halangan yang berani merintangi jalannya

Page 34: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

29

kita. Jalan menuju Indonesia Raya Merdeka dan Berdaulat.” M a s i h m e n g a c u p a d a dimensi budaya Hofstede, pesan yang disampaikan Soedirman juga merupakan suatu orientasi jangka pendek, selain orientasi jangka p a n j a n g b e r u p a n i l a i - n i l a i kejuangan yang disampaikan secara lisan, dan dijadikan sebagai ukuran tindakan generasi berikut. Untuk orientasi jangka pendek, kata-kata Soedirman sangat menggugah semangat juang anak buahnya. Sedangkan untuk jangka panjang, kata-kata perjuangan Soedirman terus diabadikan hingga kini, hal ini yang menjadi penyebab mengapa TNI tidak mudah jatuh dan tetap su rv i ve . Karena komun ika s i antarbudaya dengan dimensinya yang menjembatani antargenerasi TNI terus berlangsung. Kata-kata Soedirman pun dapat dilihat dari dimensi budaya “low” uncertainty avoidance. Dalam pengertian, perkataan Soedirman jika dimaknai dan diikuti dapat berperan dalam menghindarkan ketidakpastian atau sifat ambigu TNI dalam rangka pembinaan bangsa. Sebagai garda terdepan alat pertahanan negara, TNI memiliki tugas pokok menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa, TNI lah merupakan salah satu komponen bangsa yang berfungsi sebagai alat integrasi nasional atau lembaga p e m e r s a t u b a n g s a . F u n g s i pemersatu ini yang menjadikan TNI sebagai institusi negara yang netral, dan tidak memihak. Selanjutnya, beberapa kalimat di dalam amanat mapun pidato Pangsar Soedirman yang mencerminkan makna persatuan, kepemimpinan nas ional, dan fungsinya sebagai subyek utama pertahanan negara, sebagai berikut:

“...Bahwa satu-satunya hak milik nasional/republik yang masih utuh tidak berubah-ubah, meskipun harus mengalami segala macam soal dan perubahan, hanyalah Angkatan Perang Repub l i k Indonesia...” (Tentara Nasional Indonesia) - Jogjakarta, 1 Agustus

1949.

“...Jagalah persatuan di dalam tentara, sehingga tentara kita dapat menjadi utuh, satu dan merupakan benteng yang kokoh kuat dalam menghadapi siapa pun....” (Amanat Panglima Besar kepada para Komandan Kesatuan, 1 Mei 1949).

“...Tentara hanya mempunyai k e w a j i b a n s a t u , i a l a h mempertahankan kedaulatan n e g a r a d a n m e n j a g a keselamatannya. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagipula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga...” (Pidato Pak Dirman sebagai Kepala TKR, 18 Desember 1945).

“...Sanggup taat dan tunduk kepada Pemerintah Negara R e p u b l i k I n d o n e s i a y a n g menjalankan kewajiban menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan mempertahankan K e m e r d e k a a n s e b u l a t -bulatnya...” (Sumpah Soedirman saat pelantikan sebagai Panglima TKR pada tanggal 26 Mei 1946 di Yogyakarta).

“ . . .Pe l ihara TN I , pe l ihara Angkatan Perang kita, jangan sampai TNI dikoeasai partai politik manapoen joega ingatlah, bahwa pradjoerit kita boekan p rad joe r i t s ewaan , bukan pradjoerit jang moedah dibelokan haloeannya, kita masoek dalam tentara karena keinsjafan djiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.. .” (Djenderal Soedirman, 5 Oktober 1949, Jogjakarta)

D a r i k a l i m a t y a n g d i u c a p k a n n y a t e n t a n g kepemimpinan dan kenetralan bersikap, Jenderal Soedirman merupakan pemimpin yang telah meletakkan landasan bagi kejiwaan TNI. Tataran landasan itu tidak

hanya menempatkan TNI pada fungsi o r g a n i k n y a , t e t a p i j u g a menempatkan TNI dalam dinamisasi politik Indonesia. Sebagai pemimpin militer, Soedirman memposisikan TNI untuk tetap setia dan patuh kepada keputusan politik, walaupun keputusan itu dianggap kurang menguntungkan bagi strategi mil iter. Namun, di s is i la in, Soedirman harus menempatkan TNI agar tidak terjebak memasuki wilayah politik praktis dan ancaman politisasi dari partai politik. Sikap ini menunjukkan bahwa di bawah Pangsar Soedirman, TNI adalah tentara kebangsaan Indonesia, yang memiliki visi sebagai tentara profesional dan modern. Soedirman sebagai Panglima Besar dan Bapak TNI merupakan Masculinity and femininity, peran emosional jender tidak terlalu jelas, karena profesi TNI dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Dalam pengertian ini, kalimat dan ucapan Soedirman dapat diterima semua kalangan, tidak hanya prajurit TNI pria, Wanita TNI pun mendapat kekuatan moril dari kalimat-kalimat Soedirman. Sehingga mereka bisa menjadi mitra sejajar dalam pelaksanaan tugas pokoknya.

Makna ‘Kata-kata Soedirman’ dan Refleksi bagi tugas TNI Kini Satu hal yang menjadi sebab mengapa kalimat demi kalimat Soedirman tetap relevansinya hingga kini. Karena TNI memiliki komitmen untuk menjalankan pesan-pesan Soedirman. Jika berbicara tentang TNI masa kini, maka seperti apa yang dikatakan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bahwa dimanapun bertugas dan berada, prajurit TNI harus selalu memegang teguh lima sifat TNI, sehingga tidak akan pernah mengenal lelah, tidak pernah mengenal takut, tidak pernah mengenal putus asa dan selalu berhasil, karena inilah ciri TNI. Lima sifat itu adalah, pertama beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; kedua, mempunyai k e u n g g u l a n m o r a l ; k e t i g a , mempunyai sifat pantang menyerah;

Page 35: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SENAKATHA EDISI 42

ARTIKEL 30

keempat, rela berkorban dan kelima, selalu mencintai rakyatnya. Dengan penjabarannya adalah sebagai berikut Pertama, selalu berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kita sebagai insan beriman dan bertaqwa kepadaNya. Kedua, selalu menjunjung tinggi budaya, menjunjung tinggi moral dan etika, karena kita mempunyai keunggulan moral. Ketiga, kita tidak akan menyelesaikan tugas tanpa berhasil, karena kita mempunyai sifat pantang menyerah. Keempat, kita mempunyai ketulusan yang luar biasa, sehingga kita rela berkorban apapun demi negara dan bangsa. Kelima, kita mempunyai kekuatan yang berl ipat ganda, karena dibelakang kita adalah rakyat, karena kita selalu mencintai rakyatnya. Apa yang menjadi lima sifat TNI itu ada pada makna ucapan Soedirman. Sifat keunggulan moral, re la berkorban dan pantang menye rah te l ah d i papa rkan sebelumnya. Maka pada sifat pertama TNI, bahwa TNI selalu berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa karena perjuangan bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya adalah berkat pertolongan Tuhan YME. Beberapa kalimat Soedirman, antara lain:

“Kita hadapi dengan penuh keyakinan bahwa kita akan lulus dalam ujian sejarah, sekarang ini, k i ta hadap i dengan penuh kepercayaan akan pertolongan Tuhan segala pertikaian serta p e r t e m p u r a n y a n g s u d a h terbayang dekat di muka kita ini.” (seruan Panglima Besar untuk menghadapi segala kemungkinan, Yogyakarta, 17 Februari 1945).

“Atas nama Allah Yang Maha Murah lagi Maha Asih. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Adil tetap memberi perlindungan, petunjuk serta kekuatan pada rakyat dan bangsa Indonesia s e l u r u h n y a , y a n g s e d a n g memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan kesatuan Negara Republik Indonesia, seterusnya

pertahanan dan perjuangan kita bangsa Indonesia harus teratur baik dan tidak boleh dilupakan, wajib berdasarkan kesucian, kebenaran dan keadilan.” (Amanat Pang l ima Besa r menghadap i perundingan Indonesia-Belanda).

Sedangkan sifat kelima selalu mencintai rakyatnya tercermin pada kalimatnya :“Kerjasama dengan rakyat dalam pertahanan negara. Bantuan yang ikhlas dari rakyat ternyata dapat mengatasi berbagai masalah pelik yang mutlak diperlukan dalam organisasi tentara mobil. Dari rakyat juga mungkin dikerahkan tambahan tenaga perjuangan.” (Kesimpulan Panglima Besar setelah menganalisis Perang Kemerdekaan 1947). Penekanannya bahwa TNI senantiasa berjuang dari dan untuk r a k y a t s e h i n g g a t e r w u j u d kemanunggalan TNI dan rakyat. TNI selalu ingin berkontribusi untuk kepentingan rakyat, karena dengan bantuan rakyat, TNI dapat menjadi institusi yang kuat dan terhormat. Ketahanan nasional sebagai muara tujuan bangsa harus ditafsirkan sebagai kekuatan negara yang harus didukung ketahanan rakyatnya. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi bag ian dar i j iwa TNI bahwa kemanunggalan TNI dan rakyat dapat menjadi tempat dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia. Selain itu, melalui kemanunggalan TNI dan rakyat dapat dirumuskan opsi-opsi yang tepat oleh rakyat bersama dengan TNI mengenai fungsi, peran dan posis i TNI dalam tata kelola kehidupan kenegaraan Indonesia. Dalam era keterbukaan, lintas negara tanpa sekat telah melahirkan berbagai persoalan yang t i d a k d a p a t d i h i n d a r i o l e h m a s y a r a k a t n e g a r a - n e g a r a . Kejahatan luar biasa, seperti narkoba, terorisme dan korupsi melanda hampir di sebagian besar penduduk dunia. Negara Indonesia contohnya, aksi kejahatan luar biasa telah terorganisasi secara nasional dan menyentuh hampir semua

komponen anak bangsa, tidak terkecuali aparat pertahanan dan keamanan negara dapat saja te r i nd i ka s i . Seh ingga untuk membentenginya, lima sifat TNI p e r l u d i j u n j u n g t i n g g i d a n terimplementasi dalam setiap gerak prajurit. Oleh sebab itu, mengapa kata-kata Soedirman menjadi l a n d a s a n b a g i T N I d a l a m pelaksanaan tugas pokoknya, meminjam dari konsep komunikasi budaya bahwa lisan Soedirman mengandung makna dan berlaku sepanjang masa, tidak lekang oleh p e r u b a h a n z a m a n , s e r t a berlangsung vertikal antargenerasi, khususnya generasi muda TNI. Di tengah lingkungan dunia yang serba berubah dengan intensitas ancaman yang semakin mengglobal, kalimat Soedirman dapat menjadi sumber inspirasi, sumber motivasi, sumber integrasi, dan sumber energi bagi TNI sehingga dapat mewujudkan TNI y a n g k u a t , t e r h o r m a t , d a n profesional, serta dicintai rakyat. D e n g a n m e r e n u n g k a n d a n merefleksikan kata-kata Soedirman, TNI dapat setia kepada jati dirinya sebagai sa lah satu kekuatan kebangsaan Indonesia, di luar itu, TNI dapat menempatkan posisinya sebagai benteng keamanan nasional d a l a m m e n g h a d a p i s i t u a s i perubahan zaman yang terus berubah secara cepat. Sehingga ekspektasinya, TNI dapat tetap menjadi manfaat bagi bangsa, negara, rakyat, dan umat manusia.

Page 36: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

Trismi Happiyanto

Da l a m k a n c a h s e j a r a h perjuangan bangsa, nama Pangl ima Besar Jenderal

Soedirman telah dikenal luas. Nama besarnya terpatri menjadi ikon untuk nama jalan-jalan utama di beberapa kota-kota besar di Indonesia. Jiwa kepemimpinan dan kecintaan kepada negerinya telah Nampak ketika Soedirman muda, yang ketika itu pada tahun 1932

b e r k e s e m p a t a n m e l a n j u t k a n pendid ikan set ingkat Sekolah Lanjutan Pertama di Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) Parama Wiworotomo, Cilacap dan lulus pada tahun 1935. Soedirman juga aktif dalam organisasi intra sekolah, seperti Putra Putri Wiworotomo dan duduk sebaga i sa lah seorang pengurusnya. Di samping itu, ia pun aktif dalam Pandu Hizbul Wathon

yang bermakna “perisai negeri”. Melalui dunia kepanduan itulah Soed i rman muda menemukan tambatan hati sebagai belahan jiwanya.

Kisah Kasih di Tengah Kancah Perjuangan Hati Soedirman tertambat pada seorang gadis dari Cilacap, Siti Alfiah namanya. Siti Alfiah bukanlah

SOED

IRM

AN

SU

DIR

MAN

31

SENAKATHA EDISI 42

Pak Dirman dan Bu Siti Alfiah tahun 1939

SOEDIRMAN-SITI ALFIAH : BERAWAL DARI MULO WIWOROTOMO KISAH KASIH

Page 37: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SENAKATHA EDISI 42

ARTIKEL 32

gadis sembarangan, ia adalah primadona di kota kecil Cilacap ketika itu. Jalinan asmara keduanya dimulai ketika sama-sama sebagai aktivis di organisasi Pemuda Muhammadiyah, Cilacap. Ketika itu Siti Alfiah duduk di kelas lima Hollandsch Inlandsche School (HIS, setingkat Sekolah Dasar sekarang) dan Soedirman telah duduk di kelas tiga MULO. Siti Alfiah aktif sebagai Pe m u d i N a f s i a h , o r g a n i s a s i keputrian di Muhammadiyah, sedangkan Soedirman adalah pemuda Muhammadiyah, yang sama-sama aktif dalam kepemudaan H i z b u l Wa t h o n . S i t i A l fi a h merupakan gadis cantik yang tengah beranjak dewasa, putri seorang pengusaha dari Plasen, Cilacap bernama Sastroatmodjo. Saat itu banyak pemuda yang tertarik kepadanya. Sementara Soedirman juga bukan pemuda sembarangan. Soedirman yang kelahiran 24 Januari 1916 i tu sangat d i segan i d i l ingkungannya. Selain pandai berpidato, bermain sepak bola dan seni tonil atau teater yang handal, ia juga sangat alim, sehingga banyak orang tua yang ingin menjadikan Soedirman sebagai menantu. Berbagai cara dilakukan Soedirman untuk mendekati Siti Alfiah. Soedirman memilih kembang desa itu sebagai bendahara ketika Soedirman menjadi ketua panitia, agar keduanya bisa lebih dekat. Pada tahun 1936 Soedirman pun akhirnya pada usia 20 tahun melamar Siti Alfiah, yang saat itu masih berusia 16 tahun. Perkawinan Soedirman-Alfiah membuahkan tujuh orang anak, yaitu Achmad Tidarwono, Didik Praptiastuti, Didik Sutjiati, Taufik Effendi, Didik Pudjiati, Titi Wah ju t i S e t yon i n g rum, dan M o h a m m a d Te g u h B a m b a n g Tjahjadi. Saat baru berkeluarga, mereka tinggal di rumah orang tua Siti Alfiah di Plasen. Soedirman berhasil membina rumah tangganya secara harmonis dan bahagia selama 14 tahun sampai akhir hayatnya. Sebagai seorang suami Soedirman memang begitu sayang k e p a d a i s t r i n y a . M e n u r u t

M o h a m m a d Te g u h B a m b a n g Tjahjad i , sa lah satu putera Soedirman, bahwa ibunya pernah bercerita bagaimana bapaknya tergolong teliti untuk urusan kosmetik dan busana. “Bapak selalu memilihkan bedak dan busana untuk ibu. Ibu tinggal mengenakan” ujar Teguh. Bapaknya ternyata juga suka menjaga penampilannya agar selalu tampil rapi dan berwibawa, terutama saat berpidato. Ibu merasa cemburu pada saat Bapak saat itu berpidato di hadapan putri-putri Keraton Solo. Mereka terlihat kagum pada penampilannya yang selalu rapi. Selesai pidato, Alfiah berseloroh, Kamu senang ya? Kalau begitu mau lag i ? Soedirman langsung menjawab, Ya tidak, kan aku sudah punya kamu”. (Majalah Tempo, Senin 12 November 2012). Menuru t Teguh , c i n ta keduanya bersemi dari kebiasaan kunjungan-kunjungan Soedirman ke rumah Sastroatmodjo, orang tua Alfiah. Silaturahmi itu dilakukan dengan alasan koordinasi internal Muhammadiyah. Kala itu Soedirman termasuk pengurus Hizbul Wathon dan Pemuda Muhammadiyah. Adapun orang tua Alfiah pengurus Muhammadiyah. Saat menjadi guru HIS Muhammadiyah Soedirman dikenal dermawan. Gajinya kerap dipakai membantu tetangga. Tatkala menjadi anggota Badan Penyediaan Pangan, lembaga penarik upeti di bawah pemerintah pendudukan Jepang, Soedirman bahkan tidak memaksa warga menyetor upeti jika kekurangan. Nenek tahu betul Soedirman muda naksir Alfiah. Nenekpun merestui karena kagum p a d a k e a l i m a n n y a . N e n e k m e m b u j u k k a k e k a g a r m a u menerima Soedirman menjadi menantu. Saat itu usia Bapak 20 tahun, ibu 16 tahun. Menurut Teguh, paman ibunya yang bernama Haji Mukmin, s a u d a g a r p e m i l i k h o t e l , sesungguhnya tidak setuju terhadap perkawinan Alfiah dan Soedirman. Mukmin berkeras agar Alfiah harus mendapatkan suami dari kalangan orang kaya, sementara Soedirman hanya anak angkat Wedana yang

bergaji kecil. Akhirnya, menurut ibu, semua ongkos pernikahan diam-diam disiapkan nenek. Strategi itu agar Bapak tidak disepelekan keluarga besar kakek. Dari ibunya, Teguh mendengar pada saat makan bersama keluarga besar, Haji Mukmin menyingkirkan hidangan paling enak dari hadapan bapaknya. Sang ibu tersinggung, tapi bapaknya memilih mengalah. Sikap Haji Mukmin berubah setelah Soedirman diangkat menjadi Panglima Besar. Ketika diarak ke Cilacap, dia melihat pamannya itu berdiri di pinggir jalan. Soedirman menghentikan mobil, lalu mengajaknya masuk mobil. Sikap tersebut menunjukkan bakti Pangsar Soedirman terhadap pamannya.

Kepasrahan dan Pengorbanan Ibu Soedirman yang setia sebagai istri seorang Panglima Besar, meski tidak ikut terjun langsung di medan perang, namun ia mendorong tugas-tugas suaminya agar mencapai keberhasilan. Di saat Jenderal Soedirman berpamitan kepadanya dan keluarga untuk pergi bergerilya, dengan diliputi oleh perasaan haru, Ibu Siti Alfiah sekeluarga melepas keberangkatan Jenderal Soedirman ke lua r ko ta da l am keadaan kesehatan yang memprihatinkan dan tanpa membawa obat-obatan yang cukup. Dengan kepasrahannya sebagai seorang istri Panglima Besar i a s e n a n t i a s a b e r d o a b a g i keselamatan suami dan ketujuh anak-anaknya yang masih kecil-kecil saat ditinggal Pangsar bergerilya. Selain itu Ibu Siti Alfiah dan juga Ibu Sastroatmodjo, ibu mertua Jenderal Soedirman merelakan harta bendanya untuk bekal perjuangan, yaitu perhiasan emas berupa gelang model kuno (tebu sekeret) empat buah, satu buah kalung dan dua buah gelang kecil. (Soedirman Patriot Gerilya dan M a r t a b a t B a n g s a , J a k a r t a , November 2008). Sungguh mena r i k dan mengharukan membaca apa yang dikisahkan oleh Ibu Soedirman antara lain sebagai berikut :

Page 38: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL33

" K e h i d u p a n k a m i , sebagaimana layaknya seorang pejuang, tentu tidak setenteram sekarang di alam kemerdekaan ini. Selalu saja kami diancam Belanda akan dibunuh. Bapak sendiri ada di gar is depan memimpin anak buahnya. Ingin Ibu mendampingi Bapak, tap i o leh Bapak tak diperkenankan. Karena anak Ibu sudah enam waktu itu. Kalau ikut, menurut Bapak, kan kemruyuk ..?" "Rapor anak-anak sengaja Ibu kirim ke rumah sakit, karena B a p a k b e r k e i n g i n a n u n t u k memeriksanya sendiri", ujar Bu Dirman. Bahkan ada ucapan Pak Dirman yang sampai saat Ini cukup menyentuh kalbu : "Bu", kata Pak Dirman sehari sebelum beliau wafat. "Kalau aku sudah sehat nanti,

aku ingin seperti Lurah Pakis, Aku ingin seperti dia, hidup hingga tua dan dapat momong cucu. Kalau kita dapat cucu nant i , I bu akan memandang mereka dengan manggut-manggut, sementara aku akan memandang mereka dengan menggeleng-gelengkan kepala”. Ibu Dirman menceritakan juga hobi Pak Dirman yang suka mendengarkan Iagu-Iagu yang kerap disiarkan oleh RRI, termasuk lagu keroncong maupun gending Jawa. Pak Dirman juga sangat kuat tirakatnya. Sebab, menurut Pak Dirman tirakat itu perlu demi anak-anak supaya kelak bisa menjadi manus i a yang be rguna bag i masyarakat dan bangsa. "Bapak setiap malam selalu tidur jam 01.00. Kalau Ibu mau tidur kurang dari jam itu, dilarang", kenang Ibu

Dirman. (Majalah Dewi tanggal 7 Agustus s/d. 24 Agustus 1980 No. 144). Sebagai seorang ibu dan istri Panglima Besar, Siti Alfiah selalu setia dengan mengurus ketujuh anak-anaknya yang masih kecil, ketika Pangsar berbaring sakit. Ia memboyong ke-7 putra-putrinya ke Magelang agar bisa menunggui suaminya. "Tak ada yang percaya Mas Dirman itu sakit parah kalau tidak melihat fisiknya. Bicaranya tetap Iantang dan menggelegar dari luar kamar". (Majalah Femina, 25 Januari 1983). Pada kesempatan inilah Pangl ima Besar mengisahkan pengalamannya selama bergerilya. Bagaimana pasukannya harus menerobos bukit dan pedesaan terpencil serta medan yang sulit.

SENAKATHA EDISI 42

SOED

IRM

AN

SU

DIR

MAN

Pak Dirman dan Ibu Siti Alfiah sesudah kembali di Yogyakarta, 1949

Page 39: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

Pertempuran-pertempuran yang terjadi dan perbekalan yang minim. Bahkan juga obat-obatnya yang rusak dan tak dapat digunakan karena tersiram air hujan. Pernah juga Mas Dirman malah dianggap kyai di salah satu pedesaan karena dapat menolong beberapa kesulitan rakyat kecil itu. Merukunkan pasangan suami istri yang mau cerai. Menyembuhkan penyakit seorang penduduk. Padahal, kata Mas Dirman, ia hanya mengambil air put ih sege las dan membaca Bismillah untuk kesembuhan orang tersebut”. Di tengah keasyikannya berbincang itu terluncur ucapan Panglima Besar Soedirman bahwa

ka l au s aa t i t u i a d i pangg i l menghadap Allah, ia rela lahir batin sebab dirasanya tugasnya telah selesai. Saya tegur Mas Dirman, jangan bicara yang tidak-tidak. Mas h a r u s m e n i k m a t i h a s i l perjuangannya dulu. Mas Dirman hanya tersenyum. Dan seakan-akan menenangkan hati saya, ia bilang, “ah, aku mung gojek kok, Jeng (saya hanya bercanda)". (Majalah Femina, 25 Januari 1983). Firasat Panglima Besar Soed i rman terbukt i menjad i kenyataan. Tanggal 29 Januari 1950 pagi, ia menghembuskan nafas penghabisan. "Saya tak mengira secepat itu Mas Dirman pergi", ucap Ibu Soed i rman dengan mata

berlinang. "Padahal, masih ada k e i n g i n a n n y a y a n g b e l u m terlaksana, Kalau sembuh nanti ia ingin mengaiak saya melewati rute perjalanannya sewaktu bergerilya. Kalau pensiun nanti, ia ingin tinggal di pegunungan, dikelilingi anak-anak cucunya, Niat itu ternyata tak sampai". Dua belas tahun kemudian baru Ibu Dirman dapat mewujudkan niatan Pak Dirman untuk napak tilas di bekas daerah-daerah gerilyanya. Diantaranya pada tanggal 15 Nopember 1962 Ibu Soedirman berkunjung ke Desa Sobo, Kelurahan Pakis, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan (bekas markas gerilya Pangsar Soedirman).

SENAKATHA EDISI 42

ARTIKEL 34

SOED

IRM

AN

SU

DIR

MAN

Ibu Siti Alfiah, Ibu Sarbini, Ibu Ranuwijoyo, Ibu Suharno di rumah Lurah Pakis, 15 November 1962

Page 40: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

Budi Kurnia

WAFATNYA SENOPATI PERANG GERILYA PANGSAR JENDERAL SOEDIRMAN

oedirman yang lahir dari

Skeluarga yang sangat bersahaja dan memulai aktifitasnya dalam

organisasi Kepanduan Hizbul Wathan hingga dalam perjalanan kariernya menjadi tokoh sentral sebagai Panglima Besar TNI, telah wafat pada sekitar pukul 18.39 tanggal 29 J a n u a r i 1 9 5 0 , d i r u m a h p e r i s t i r a h a t a n B l o k C - 7 Pasanggrahan Tentara, Badakan, Magelang, setelah selama hampir 2 bulan menderita sakit paru-paru. Keesokan harinya pada 30 Januari 1950, jenazah Pangsar Jenderal Soed i rman da lam pet i yang diselubungi bendera merah putih diberangkatkan ke Yogyakarta menggunakan mobil jenazah warna merah dari Keraton Yogyakarta. Setelah tiba di Yogyakarta, jenazah Pangsar Soedirman kemudian dibawa ke Masjid Agung untuk disholatkan dengan Imam Penghulu B e s a r M a s j i d A g u n g K R T K a m a l u d i n i n g r a t . S e b e l u m pemberangkatan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Semaki, Yogyakarta dilakukan pembacaan doa oleh K.H. Wahid Hasyim (ayah Gus Dur). Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam mobil, di pintu gerbang masjid berhenti sejenak untuk dilakukan penghormatan dengan tembakan salvo. Pada prosesi selanjutnya pukul 15.00, iring-iringan jenazah berangkat menuju Taman Makam Pahlawan Semaki dengan diikuti genderang korps musik polisi. Di belakangnya menyusul Barisan A n g k a t a n Pe r a n g Re p u b l i k Indonesia, bersenjata lengkap serta panji-panji angkatan. Di belakang mobil jenazah tampak berjalan Acting Presiden Mr. Assaat, Menteri

Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Perdana Menteri Dr. A. Halim, menteri lainnya, seperti Dr. J. Leimena, A. Mononutu, dan juga Jenderal Mollinger sebagai wakil pemerintah Belanda. Dibelakangnya deretan manusia dan mobil-mobil sepanjang hampir lima kilometer mengikuti perjalanan jenazah Pangsar Soedirman menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Di samping itu, ratusan ribu orang berjejer di tepi jalan dari alun-alun menuju TMP Semaki untuk turut memberi penghormatan dan melepas jenazah Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sedangkan di TMP Semaki, telah berkumpul ribuan m a n u s i a u n t u k m e n y a m b u t kedatangan jenazah. Tampak antara lain, Ki Hadjar Dewantoro, para anggota Komite Nasional Pusat, wakil dari India, Tiongkok, serta wakil dari Komisariat Tinggi Belanda di Indonesia. Komandan Militer Tertinggi di Yogyakarta Letnan Kolonel Soeharto bertindak sebagai K o m a n d a n U p a c a r a p a d a pemakaman Pang l ima Be sa r Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Soedirman. U p a c a r a p e m a k a m a n jenazah dilaksanakan pada pukul 15.45, peti jenazah dengan selubung bendera Merah Putih dan karangan bunga secara perlahan diturunkan ke dalam liang kubur. Dimulai d e n g a n t e m b a k a n s a l v o penghormatan, Ibu Soedirman s e c a r a s i m b o l i s m e l a k u k a n penimbunan tanah pertama yang diikuti secara berturut-turut oleh Acting Presiden Mr. Assaat, PM Dr. A. Halim, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Mayor Jenderal Soehardjo, Kolonel Gatot Subroto, Paku Alam,

Suryadarma, dan para menteri pejabat RIS lainnya. Penimbunan terakhir dilakukan oleh para perwira di bawah pimpinan Komandan Upacara Letkol Soeharto. Beberapa testimoni dari para tokoh bangsa saat wafatnya Pangsar Jendera l Soed i rman diantaranya (Noor Johan Nuh, 12 N o v e m b e r 1 9 4 5 , J e n d e r a l Soedirman Menjadi Panglima Besar, Yayasan Kajian Citra Bangsa); Pertama, Presiden Soekarno yang ketika itu sedang berkunjung ke India atas undangan Nehru, beliau mengungkapkan rasa duka yang dalam serta kagum pada Pak Dirman, “Saya sebagai Panglima Tertinggi kenal benar akan Jenderal Soedirman. Dan saya sebagai person mengenal pula akan beliau. Dalam kedua-dua hal itu saya kenal beliau sebagai Manusia Berkaliber Besar”. K e d u a , B u n g H a t t a , menyampaikan dalam sambutan p e n g h o r m a t a n , “ D e n g a n meninggalnya saudara Soedirman, aku merasa kehilangan seorang kawan yang setia. Mudah-mudahan Allah melapangkan arwahnya dalam kubur. Sekarang atas nama Presiden Republik Indonesia Serikat, saya nya takan dengan i n i bahwa Soedirman almarhum diangkat menjadi Jenderal”. “Saya kenal Jenderal Soedirman sebagai orang yang keras hati, tetap berkemauan. Dalam melakukan kewajibannya, ia tak pernah mengingat dirinya sendi r i , malahan senant iasa berpedoman kepada cita-cita n e g a r a . D e m i k i a n h e b a t i a mementingkan kewajibannya. Sungguhpun dalam kondisi sakit, ia mas ih sempat men ingga lkan Yogyakarta pada permulaan aksi

35

Page 41: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

militer kedua, dan memimpin perang gerilya dari pegunungan. Jarang ditemui orang yang begitu keras hatinya dan begitu setia memenuhi kewajibannya. Jenderal Soedirman tidak segan-segan m e n g e l u a r k a n p e n d a p a t n y a terhadap politik yang dijalankan oleh pemerintah. Tetapi apabila pemerintah telah mengambil keputusan, ia selalu taat dan menjalankan keputusan itu dengan sepenuh-penuh tenaganya. Jenderal Soedirman adalah seorang yang sangat disipliner, yang harus menjadi contoh dan teladan bagi tentara kita seluruhnya”. Ketiga, Sri Sultan Hamengku B u w o n o I X , s e l a k u M e n t e r i Pertahanan dalam sambutannya mengatakan, “men ingga lnya Pangsar APRI Jenderal Soedirman membuat tentara kita kehilangan bapak yang disayangi, dan bapak yang sayang pada anak buahnya. Figur Jenderal Soedirman sukar d i g a n t i . B a g i Te n t a r a k i t a kehilangan ini hanya dapat diatasi dengan memperkuat disiplin dan memperkuat rasa kewaj iban terhadap negara. Tanamlah dalam ha t i pe r ka taan yang s e r i n g diucapkan beliau: “Tentara adalah a l a t N e g a r a . Te n t a r a t i d a k berpolitik. Politik Tentara ialah politik Negara”. Ketetapan dan ketabahan hati beliau, kesetiaan beliau terhadap perjuangan rakyat Indonesia, usaha-usaha beliau untuk menyusun Angkatan Perang yang sempurna, hendaklah menjadi pedoman dalam hidup tiap prajurit Indonesia dan dalam perkembangan Angkatan Perang Indonesia dalam waktu yang akan datang, Jenderal Soedirman telah memberikan sifat dan arah yang terang kepada Angkatan Perang Indonesia, yakni Angkatan Perang adalah pelindung rakyat dan abdi rakyat”. Enam puluh enam tahun Panglima Besar Jenderal Soedirman telah wafat, namun tindakan dan karya-karya beliau tetap aktual dan menjadi sumber inspirasi jati diri TNI. Pangsar Soedirman telah memimpin TNI sebagai “Panglima Perang Gerilya” dan menjadi

pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia. Salah satu ucapan legendaris beliau yang tetap terpahat di dada para prajurit TNI:

“Satoe-satoenya milik Repoeblik jang tetap Oetoeh tidak Beroebah-oebah hanjalah Tentara Nasional Indonesia”.

Saat-saat jenazah Panglima Besar Soedirman masuk ke liang lahat, 30 Januari 1950.

30 T

AH

UN

IN

DO

NESI

A M

ERD

EKA

36

Page 42: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

Passah Kaunang

PENGANUGERAHAN JENDERAL BESAR PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN OLEH PEMERINTAH RI

alam sejarah perkembangan

Dbangsa dan negara Republik Indonesia pada umumnya dan

Tentara Nasional Indonesia pada khususnya, dari sejak revolusi s ampa i s aa t i n i , pe ran dan pengabdian yang luar biasa besarnya dari putra-putra terbaik bangsa sangat menentukan. Agar jasa dari putra-putra terbaik tersebut dapat dikenang dan dijadikan teladan bagi generasi berikutnya, perlu diberikan penghargaan berupa pangkat tertinggi yaitu Jenderal Besar Tentara Nas iona l Indones ia , Laksamana Besar Tentara Nasional Indonesia, atau Marsekal Besar Tentara Nasional Indonesia. Namun dalam kenyataan sejarahnya di Indonesia, pemberian atau penganugerahan seseorang berpangkat jenderal besar baru diberikan kepada tiga orang, yaitu Jenderal TNI Soedirman yang pernah menjabat sebagai Panglima Besar TNI, Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Kasab) dan Jenderal TNI (Purn) Soeharto, Presiden RI ke 2. P e n g a n u g e r a h a n p a n g k a t kehormatan Jenderal Besar TNI atau

J e n d e r a l B i n t a n g L i m a i t u berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32/1997, tanggal 30 September 1997 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1990. Peraturan Pemerintah No. 3 2 / 1 9 9 7 m e r u p a k a n penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1990 tentang Administrasi Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dasar keluarnya PP No. 6 /1990 ada l ah membe r i k an penghargaan atas jasa perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik I n d o n e s i a y a n g t e l a h menyumbangkan pengabdian luar biasa besarnya terhadap bangsa dan negara Republik Indonesia pada umumnya dan Tentara Nasional Indonesia pada khususnya. Untuk masing-masing penerima dituangkan kembali dalam Keputusan Presiden, y a i t u k e p a d a ( 1 ) J e n d e r a l Soedirman, berdasarkan Keppres Nomor: 44/ABRI/1997, (2) Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution, berdasarkan Keppres Nomor: 45/ABRI/1997, dan (3) Jenderal TNI (Purn) Soeharto, berdasarkan Keppres Nomor: 46/ABRI/1997. M e n u r u t P e r a t u r a n

Pemerintah No. 32/1997, Pangkat Jenderal Besar TNI ini hanya diberikan kepada Perwira Tinggi yang sangat berjasa terhadap perkembangan bangsa dan negara pada umumnya dan Tentara Nasional Indonesia pada khususnya, serta diberikan oleh Presiden atas usul Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pemberian pangkat tersebut semata-mata bersifat penghargaan yang tidak membawa konsekuensi wewenang dan tanggung jawab dalam hierarkhi keprajuritan, serta tidak berkaitan langsung dengan struktur organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dalam penjelasannya PP No. 32/1997 memuat kriteria Perwira Tinggi TNI yang dipandang sangat berjasa dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Perwira Tinggi terbaik yang t idak pernah mengenal berhenti dalam perjuangan kepada bangsa dan Negara Republ ik Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi Kemerdekaan Negara RI, (2) Perwira Tinggi terbaik yang pernah memimpin perang besar dan berhas i l da lam pe laksanaan tugasnya, dan (3) Perwira Tinggi

Ruang Jenderal Besar Soedirman, Ruang Jenderal Besar A.H. Nasution, dan Ruang Jenderal Besar H.M. Soeharto di Museum Satriamandala

PU

SAT S

EJA

RAH

TN

I

37

Page 43: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

t e r b a i k y a n g t e l a h mendarmabhaktikan hidupnya untuk meletakkan dasar-dasar perjuangan ABRI/TNI. Penganugerahan pangkat kehormatan Jenderal Besar di negara manapun merupakan sebuah peristiwa yang istimewa. Pangkat k e h o r m a t a n i n i h a n y a b i s a dianugerahkan kepada prajurit yang memiliki jasa luar biasa kepada bangsa dan negaranya. Di Indonesia, pangkat kehormatan ini diberikan menjelang peringatan Hari ABRI yang ke-52 tahun 1997. Dari tiga orang yang mendapatkan gelar tersebut, Pemerintah RI salah satunya menganugerahkan pangkat kehormatan Jenderal Besar TNI kepada Jenderal TNI Soedirman, karena putera terbaik bangsa ini dipandang berjasa besar terhadap negara. Panglima Besar Soedirman adalah seorang pejuang yang gigih. Ia seorang pejuang yang pantang menyerah dan rela mengorbankan kepentingan pr ibadi maupun keluarga demi keutuhan Angkatan Bersenjata, kejayaan bangsa dan negara RI. Ia pribadi yang taqwa, berbudi luhur, tabah, berani, arif, bijaksana, jujur, sederhana, dekat, dan d i c in ta i anak buahnya . Pendiriannya teguh dan wawasannya menjangkau ke depan sehingga

sepantasnya j ika pemerintah m e l a l u i M a r k a s B e s a r A B R I menganugerahkan Jenderal Besar ABRI kepada Jenderal Soedirman. P e n g a n u g e r a h a n kehormatan jenderal besar bintang lima ini karena Jenderal TNI Soedirman dinilai sebagai seorang rakyat biasa, namun terpanggil untuk mengabdi kepada bangsa dan negaranya, ketika bangsa Indonesia berada dalam kondisi merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Ia berjuang sampai akhir hayatnya tanpa mengharapkan penghargaan apapun dari negara. Pengabdian dan jasa Jenderal Soedirman kepada tanah air Indonesia dinilai sangat luar biasa, dan dapat dijadikan suri tauladan bagi generasi yang akan datang. Jenderal Soedirman adalah perwira tinggi terbaik yang tidak pernah mengenal berhenti dalam perjuangannya kepada bangsa dan Negara Republik Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara RI. Jenderal Soedirman adalah perwira tinggi terbaik yang pernah memimpin perang besar dan berhasil dalam pelaksanaan tugasnya. Jenderal Soedirman adalah perwira tinggi t e r b a i k y a n g t e l a h mendarmabhaktikan hidupnya untuk meletakkan dasar-dasar perjuangan ABRI.

Beberapa prestasi menonjol y a n g m e n d u k u n g J e n d e r a l S o e d i r m a n l a y a k m e n d a p a t anugerah jenderal besar adalah ia adalah seorang perancang dan pemimpin Pertempuran Ambarawa. Soedirman adalah Panglima Besar dan Bapak TNI. Meskipun seorang pemimpin militer yang sangat dihormati anak buahnya, namun Soedirman seorang yang tunduk pada keputusan politik pimpinan nasional. Dengan derita penyakit yang dialaminya, Soedirman tetap berjuang dalam memimpin perang, meskipun diatas tandu. Salah satu perintah Soedirman yang membawa kemenangan Indonesia kembali adalah keluarnya Perintah Siasat No. 1/1948 sebagai dasar Perjuangan dalam menghadapi Belanda pada Agresi Militer Belanda II. Prestasi-prestasi inilah yang mendorong Pemerintah RI melalui Panglima ABRI Jendera l TNI Fe i sa l Tanjung memberikan pangkat kehormatan bintang lima kepada Jenderal Soedirman. Pemberian anugerah jenderal besar dilakukan di Balai Soedirman pada 31 Oktober 1997. Jenderal TNI (Purn) Soedirman diwakili oleh cucunya Ganang Pr i y a m b o d o s a a t m e n e r i m a penganugerahan tersebut.

Penyerahan Gelar Bintang Lima Jenderal Besar Soedirman oleh Panglima ABRI Jenderal TNI Faisal Tanjung yang diterima oleh cucu Soedirman yakni Ganang Priyambodo pada tanggal 3 Oktober 1997 di Gedung Balai Soedirman, Jakarta.

JEN

DERAL

BESA

R T

NI

ARTIKEL

SENAKATHA EDISI 42

38

Page 44: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

MEMORABILIA

SENAKATHA EDISI 42

MEMORABILIAPANGLIMA BESAR SOEDIRMAN

Soedirman usia anak-anak (tanda segilima)

Soedirman remaja (tamda segilima)

Soedirman pemuda berseragam pandu (Pramuka) (tanda segilima)

Soedirman dan Isteri tahun 1939 Putera dan Puteri dari Soedirman

39KEN

AN

G-K

EN

AN

GAN

PAD

A P

AN

GLIM

A B

ESA

R L

ETN

AN

DJE

ND

ERAL

SOED

IRM

AN

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

Page 45: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

Jenazah Soedirman di depan barisan kehormatan di alun-alun Yogyakarta

Putera dan Puteri dari Soedirman

Soedirman dirawat di RS Panti Rapih Soedirman memimpin perang gerilya di atas tandu

Soedirman kembali ke Yogyakarta usai bergerilya

MEMORABILIA

SENAKATHA EDISI 42

40SO

ED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

SOED

IRM

AN

PRAJU

RIT

TN

I TELAD

AN

Page 46: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

GALERI FOTO

SENAKATHA EDISI 42

BENDA KORPORIL SOEDIRMANDALAM PERJUANGAN BANGSA

TANDUSoedirman memutuskan untuk meninggalkan Jogjakarta walaupun dalam kondisi sakit. Tandu inilah yang membantu Soedirman dalam bergerilya.

TAS KULITTas koleksi pribadi peninggalan Soedirman

RADIOKoleksi pribadi peningalan Soedirman di kediamannya.

41

Page 47: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SENAKATHA EDISI 42

GALERI FOTO

MANTELMantel yang digunakan Soedirman selama bergerilya.

TELEPONKoleksi pribadi Soedirman. Sarana telepon.

KERISSenjata yang senantiasa dibawa ke mana pun Soedirman pergi.

42

KOLEKSI MUSEUM SATRIAMANDALA, PUSJARAH TNI

Page 48: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

LIPUTAN

SENAKATHA EDISI 42

RAKORNIS SEJARAH TNI TA 2016

akornis Sejarah TNI merupakan

Rwahana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perspektif

d a l a m m e n g e m b a n f u n g s i kesejarahan di lingkungan TNI, guna memecahkan persoalan kesejarahan yang berkembang di masyarakat dewasa ini. Rapat Koordinasi Teknis Sejarah TNI TA 2016 diselenggarakan d e n g a n t u j u a n u n t u k m e n g i n f o r m a s i k a n d a n mengkoordinasikan persoalan-persoalan menonjol di bidang kesejarahan di jajaran TNI serta mewujudkan kesamaan persepsi tentang persoalan sejarah gerakan komunis di Indonesia. Tujuan penyelenggaraan rakornis ini yaitu meningkatkan hubungan kerja antara Pusjarah TNI dengan Dinas Sejarah Angkatan dalam konteks pembinaan d i b i d a n g k e s e j a r a h a n d a n terciptanya kesamaan visi, misi dan p e r s e p s i d a l a m m e n y i k a p i permasalahan yang menonjol.

Rakornis Sejarah TNI TA 2016 berlangsung selama dua hari pada Rabu, 27 Juli 2016 hingga Kamis, 28 Juli 2016. Asisten Personel (Aspers) Panglima TNI Marsda TNI Bambang Samoedro, S.Sos., M.M diwakili oleh Wakil Asisten Personel (Waaspers) Panglima TNI Brigjen TNI Achmad Yuliarto membuka Rakornis Sejarah TNI TA 2016 yang mengambil tema "Meningkatkan Peran Sejarah dan Museum TNI Dalam Mewujudkan Jiwa Juang serta Patriotisme Prajurit TNI dan Masyarakat". Rakornis Sejarah TNI yang diikuti oleh 48 peserta dari berbaga i d inas dan subd inas kesejarahan di TNI dan angkatan, berakhir pada Kamis, 28 Juli 2016. Rakornis ditutup oleh Asisten Personel (Aspers) Panglima TNI Marsda TNI Bambang Samoedro, S.Sos., M.M diwakili Kapusjarah TNI Brigjen TNI Darwin Haroen, S.I.P. AAA(tpk)

Asisten Personel (Aspers) Panglima TNI Marsda TNI Bambang Samoedro, S.Sos., M.M diwakili oleh Wakil Asisten Personel (Waaspers) Panglima TNI Brigjen TNI Achmad Yuliarto membuka Rakornis Sejarah TNI TA 2016

Diskusi kelompok di Balairung Pahlawan Museum Satriamandala

Diskusi kelompok di Ruang Baca Dinas Dokumentasi Diskusi kelompok di Ruang WiralokaAsisten Personel (Aspers) Panglima TNI Marsda TNI Bambang Samoedro, S.Sos., M.M diwakili Kapusjarah TNI Brigjen TNI Darwin Haroen, S.I.P. menutup Rakornis Sejarah TNI TA 2016

Foto bersama seluruh Undangan, Peninjau, dan Peserta Rakornis Sejarah TNI TA 2016 di depan pintu masuk Wisma Yaso, Museum Satriamandala.

43

Page 49: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

BUKA SETIAP HARI

sejarahtni.org

facebook.com/pusatsejarahtni

PUSAT SEJARAH TNI

DENAH LOKASI

Page 50: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

KARYA BAKTI PUSJARAH TNI TRIWULAN I TA 2016

emanunggalan TNI dan rakyat telah

Kmenghasilkan bukti nyata baik dalam masa perjuangan, mempertahankan

kedaulatan negara, maupun dalam peran serta menjalankan roda pembangunan dan pemerintahan. Kemanunggalan TNI dan rakyat adalah pilar bagi tegak dan kokohnya TNI sebagai kekuatan yang tangguh, professional, dan mampu menjalan tugas pokoknya. Tugas pokok tersebut dilaksanakan melalui Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Dalam implementasinya di lapangan tugas OMSP tersebut diantaranya dengan melaksanakan kegiatan fisik yang dilakukan bersama masyarakat seperti, tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam bentuk karya bakti. Sesuai dengan UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, pada pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Dalam UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI pada pasal 7 menyatakan bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok tersebut dilaksanakan melalui Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Tugas OMSP antara lain

KETERANGAN FOTO:

KIRI ATAS: Kapusjarah TNI, Brigjen TNI Darwin Haroen, S.I.P. meninjau pelaksanaan Karya Bakti di Kelurahan Lubang Buaya

KIRI TENGAH: Sekretaris Pusjarah TNI, Kolonel Caj Drs. Sutanto menyerahkan bahan kontak kepada Lurah Kuningan Barat, Rasikin.

LIPUTAN

SENAKATHA EDISI 42

45

Page 51: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

membantu tugas pemerintah di daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna mendukung ketahanan wilayah. Untuk mengimplementasikan tugas tersebut maka TNI secara per iod ik menyelenggarakan kegiatan Karya Bakti. Kegiatan Karya Bakti merupakan wujud darma bakti TNI dalam membantu menanganip e r m a s a l a h a n s o s i a l d a n k e m a n u s i a a n , b a i k a t a s permintaan maupun atas inisiatif i n s t i t u s i T N I s e c a r a satuan/perorangan atau keinginan d a r i p e m e r i n t a h kementerian/LPNK dan institusi terkait. Pusat Sejarah TNI sebagai badan pelaksana pusat tingkat Mabes TNI yang mempunyai tugasdalam hal menyelenggarakan pembinaan kesejarahan dan tradisi TNI dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan dan jiwa korsa dan semangat keprajuritan. Sebagai salah satu wujud dharma bakti TNI dalam membantu meringankan beban masyarakat di b i d a n g s a r a n a p r a s a r a n a kebersihan lingkungan, sarana prasarana pendidikan, sarana olahraga, dan tempat ibadah serta

permasalahan sosial lainnya, Pusjarah TNI telah melaksanakan Karya Bakti di lima tempat dalam dua Kelurahan yakni: Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dan Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Karya Bakti Pusjarah TNI p a d a Tr i w u l a n I TA 2 0 1 6 dilaksanakan selama 5 hari kerja yakni tanggal 23, 28, 29, 30, dan 31 Maret 2016 meliputi wilayah RW 04 Ke l u r a h a n Ku n i n g a n B a r a t Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan, dan wilayah RW 12 K e l u r a h a n L u b a n g B u a y a Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Guna men ja l i n t a l i silaturahmi dan kemanunggalan TNI rakyat sekaligus menjawab keinginan masyarakat di sekitar lingkungan Pusjarah TNI sebelum dilaksanakan Karya Bakti, terlebih dahulu dilaksanakan peninjauan wilayah dan koordinasi di kedua wilayah kelurahan tersebut yang melibatkan Ketua RT/RW, Tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat yang dihadiri pula oleh Lurah, Camat, Danramil, dan Kapolsek.

Pelaksanaan Karya Bakti TNI yang dilaksanakan Pusjarah TNI di wilayah Kelurahan Kuningan Bara t Jakar ta Se la tan dan Kelurahan Lubang Buaya Jakarta Timur berjalan sangat baik dan l anca r s e r t a mendapa tkan dukungan dari seluruh warga masyarakat Kelurahan Kuningan Barat dan Kelurahan Lubang Buaya. Hal ini dapat menciptakan kemanunggalan TNI dan rakyat khususnya Pusjarah TNI dan warga Kelurahan Kuningan Barat dan Kelurahan Lubang Buaya, untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa guna menjaga keutuhan NKRI. (tpk)

23 Maret 2016Perbaikan, pengecatan lapangan bulu tangkis dan pengangkatan sampah di sepanjang aliran Kali Krukut wilayah RW 04 kelurahan Kuningan Barat, Jakarta Selatan

28 Maret 2016Perbaikan plafon dan pengecatan tembok Paud RT 01 RW 04 Kelurahan Kuningan Barat, Jakarta Selatan

29 Maret 2016Pembersihan tempat ibadah Masjid Al-Mubarok dan pemakaman umum RW 04 Kelurahan Kuningan Barat, Jakarta Selatan

30 Maret 2016 Pengecatan sarana dan prasarana TK Masjid Al-Umar RT 04 RW 12, Paud Kantor RW 12, Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur

31 Maret 2016Pengecatan Masjid Al-Umar RT 04 RW 12 dan Masjid Al-Syuhada RT 05 RW 12 Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur

Karya Bakti di Komplek Makam Masjid Al-Mubarok, Kelurahan Kuningan Barat

Karya Bakti di Lapangan Bulu Tangkis, Kelurahan Kuningan Barat

Pengecatan sarana dan prasarana Paud Kantor RW 12, Kelurahan Lubang Buaya

LIPUTAN

SENAKATHA EDISI 42

46

Page 52: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

SATRIAMANDALAMUSEUM

BUKA SETIAP HARIKECUALI HARI SENIN

08:00 - 15:30 wib

Informasi dan reservasiJl. Gatot Subroto No. 14Jakarta Selatan021-5227946

sejarahtni.org

facebook.com/pusatsejarahtni

PUSAT SEJARAH TNI

Page 53: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

MONUMENPANCASILASAKTI

BUKA SETIAP HARIKECUALI HARI SENIN

INFORMASI DAN RESERVASI021-8400423

ALAMAT LOKASIJl. Raya Pondok GedeKel. Lubang BuayaJakarta Timur

sejarahtni.org

facebook.com/pusatsejarahtni

PUSAT SEJARAH TNI

Page 54: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

PUSAT SEJARAH TNI

BUKA SETIAP HARIKECUALI HARI SENIN

08:00 - 15:30 wib

Komplek TMIIJl. Raya HankamJakarta Timur

sejarahtni.org

facebook.com/pusatsejarahtni

Page 55: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

WWW. .ORGSEJARAHTNIBERITA TERKINI TNI INFORMASI KESEJARAHAN KOMENTAR PUBLIK SURVEY KUNJUNGAN

PUSAT SEJARAH TNI

Page 56: ISSN: 0852-0771 MEDIA KOMUNIKASI DAN INFORMASI …sejarah-tni.mil.id/wp-content/uploads/2017/01/17-MAJALAH-SENAKAT… · Panglima Besar Jenderal Soedirman, dari kelahirannya 1916-2016,

KLASIK

Kopral Jonodan

Jeng Dewi

Obrolan

TOKOH PAHLAWAN INFO TERKINI HUMOR KESEJARAHAN

SETIAP RABUPUKUL 18:30 WIBRRI PRO 4FM 92.8MW 13.32SW 96.80 MHz

PUSAT SEJARAH TNI

sejarahtni.org

facebook.com/pusatsejarahtni

DAN

EDUKATIF