isolasi dan pengukuran produktivitas enzim urease...

51
ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE BAKTERI UREOLITIK SEBAGAI AGEN BIOGROUTING DARI SAMPEL SEDIMEN SUNGAI CITARUM DI MUARA GEMBONG BEKASI DEWI ARDIYANTI PUTRI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Upload: others

Post on 14-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM

UREASE BAKTERI UREOLITIK SEBAGAI AGEN

BIOGROUTING DARI SAMPEL SEDIMEN SUNGAI

CITARUM DI MUARA GEMBONG BEKASI

DEWI ARDIYANTI PUTRI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM

UREASE BAKTERI UREOLITIK SEBAGAI AGEN

BIOGROUTING DARI SAMPEL SEDIMEN SUNGAI

CITARUM DI MUARA GEMBONG BEKASI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWI ARDIYANTI PUTRI

11150950000048

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 3: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC
Page 4: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC
Page 5: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC
Page 6: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam

pencipta langit dan bumi atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul Isolasi dan Pengukuran Produktivitas Enzim

Urease Bakteri Ureolitik Sebagai Agen Biogrouting dari Sampel Sedimen Sungai

Citarum di Muara Gembong Bekasi.

Pada kesempatan ini tidak ada hal yang dapat penulis sampaikan selain terima

kasih yang sebesar-besarnya sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas

segala bantuan, bimbingan, nasehat dan do’a yang senantiasa menghampiri penulis.

Ucapan ini penulis haturkan kepada :

1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi.

2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam kelancaran

masa studi penulis.

3. Narti Fitriana, M.Si selaku Seretaris Program Studi Biologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam kelancaran

masa studi penulis.

4. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penelitian.

5. Dr. Hanies Ambarsari, BSc., M.ApplSc. selaku Pembimbing II yang telah

mengizinkan penulis melakukan penelitian dan memberikan pengarahan

selama penelitian berlangsung.

6. Aflakhur Ridlo, Ph.D. selaku koordinator INSINAS 2019 dan berserta staf di

Gedung Geostech – Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) Badan Pengkajian

dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong, yang membantu dalam

penelitian.

7. Dr. H. Agus Salim, M.Si. selaku dosen penguji Seminar Proposal yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penelitian.

8. Dr. Nani Radiastuti, M.Si selaku selaku dosen penguji Seminar Proposal dan

seminar hasil yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi

kelancaran penelitian.

Page 7: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

vi

9. Etyn Yunita, M.Si selaku dosen penguji Seminar Hasil yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penelitian.

10. Dr. Fahma Wijayanti, M,Si selaku dosen penguji Sidang Skripsi yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penelitian.

11. Dr. Priyanti, M.Si selaku dosen penguji Sidang Skripsi yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penelitian.

12. Ibunda dan Ayahanda yang selalu mendo’akan dan mendukung baik materil

dan spiritual.

13. Lulu Gisa Desiyani dan Luftiara Asriyani selaku rekan 1 (satu) tim dalam

penelitian yang membantu dalam berlangsungnya kegiatan penelitian.

Semua hal yang terbaik telah penulis upayakan untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Namun segala sesuatu tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu,

segala bentuk kritik dan saran yang membangun sangatlah diperlukan untuk

memperbaiki kesalahan yang ada. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

untuk kepentingan yang lebih luas.

Ciputat, November 2019

Penulis

Page 8: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

vii

ABSTRAK

Dewi Ardiyanti Putri. Isolasi dan Pengukuran Produktivitas Enzim Urease

Bakteri Ureolitik dari Sampel Sedimen Sungai Citarum Di Muara Gembong

Bekasi. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Dibimbing oleh Dr.

Megga Ratnasari Pikoli, M.Si dan Dr. Hanies Ambarsari, BSc., M.ApplSc.

Bakteri ureolitik merupakan mikroorganisme yang berperan dalam proses biogrouting. Biogrouting merupakan proses pengendapan mineral kalsit dengan cara hidrolisis urea oleh enzim urease. Tujuan penelitian ini ialah untuk memperoleh bakteri ureolitik dari sampel sedimen Sungai Citarum, Muara Gembong, Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Isolasi dan pengukuran produktivitas urease dengan cara mengukur konsentrasi amonia menggunakan spektrofotometer. Hasil yang diperoleh yaitu 4 (empat) macam isolat bakteri ureolitik yang diberi kode isolat K2, K3, K4, dan K5. Morfologi isolat telah diisolasi memperoleh keempat isolat berbentuk basil. Produktivitas urease berkisar antara 0,09 hingga 3,26 ppm yang didukung oleh kenaikan konsentrasi yang berkisar antara 5,1x106 CFU/mL hingga 10,5x106 CFU/mL. Kemudian didukung oleh kenaikan suhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC dan kenaikan pH sebesar 0,39 hingga 1,69. Kesimpulannya adalah terdapat 4 (empat) macam bakteri ureolitik yang berhasil terisolasi dari sampel Sedimen Sungai Citarum, Muara Gembong Bekasi. Produktivitas enzim urease dari keempat isolat ditunjukkan oleh konsentrasi amonia sebesar 0,09 hingga 3,26 ppm dan konsentrasi sel sebanyak 5,1x106 CFU/mL hingga 10,5x106 CFU/mL yang didukung oleh suhu sebesar 27,5ᴼC hingga 31,5ᴼC dan pH sebesar 7,13 hingga 8,97.

Kata kunci : Bakteri Ureolitik, Biogrouting, Amonia, Suhu, pH.

Page 9: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

viii

ABSTRACT

Dewi Ardiyanti Putri. Isolation and Measurement of Urease Enzymes Bacteria

Productivity from Citarum River Sediment Samples in Muara Gembong

Bekasi. Thesis. Biology Study Program. Faculty of Science and Technology.

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2019. Advised by Dr.

Megga Ratnasari Pikoli, M.Sc and Dr. Hanies Ambarsari, BSc., M.ApplSc.

Ureolytic bacteria are microorganisms that play a role in the biogrouting process. Biogrouting is the process of precipitation of calcite minerals by hydrolysis of urea by the urease enzyme. The purpose of this study was to obtain ureolytic bacteria from Citarum River sediment samples, Muara Gembong, Bekasi. The method used in this research is the isolation and measurement of urease productivity by measuring the concentration of ammonia using a spectrophotometer. The results obtained are 4 (four) kinds of ureolytic bacterial isolates coded as K2, K3, K4, and K5 isolates. Morphology of isolates was isolated to obtain four isolates in the form of bacilli. Urease productivity ranged from 0.09 to 3,26 ppm supported by an increase in concentration which ranged from 5.1 x106 CFU/mL to 10,5 x 106 CFU/mL. Then supported by an increase in temperature in the range of 3ᴼC to 3.38ᴼC and an increase in pH of 0.39 to 1.69. The conclusion is that there are 4 (four) types of ureolytic bacteria that were isolated from the Citarum River Sediment sample, Muara Gembong Bekasi. The urease enzyme productivity of the four isolates was shown by ammonia concentrations of 0.09 to 3,26 ppm and cell concentrations of 5.1x106 CFU/mL to 10,5x106 CFU/mL supported by temperatures of 27.5 ° C to 31.5 ° C and pH of 7.13 to 8.97.

Keywords: Ureolytic Bacteria, Biogrouting, Ammonia, Temperature, pH.

Page 10: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

ix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v ABSTRAK ................................................................................................................. vii ABSTRACT ............................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2 1.3. Hipotesis ...................................................................................................... 3 1.4. Tujuan .......................................................................................................... 3 1.5. Manfaat ........................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

2.1. Biogrouting .................................................................................................. 5 2.2. Pengendapan Kalsium Karbonat (CaCO3) .................................................. 6 2.3. Sifat dan Fungsi Enzim Urease ................................................................... 7 2.4. Peran Bakteri Ureolitik ................................................................................ 8 2.5. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum ...................................................... 10 2.6. Tanah Sedimen sungai Muara Gembong................................................... 11

BAB III METODOLOGI ........................................................................................... 13

3.1. Waktu dan Tempat..................................................................................... 13 3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 13 3.3. Cara Kerja .................................................................................................. 13

3.3.1. Pembuatan Medium .............................................................................. 14 3.3.2. Isolasi, Pemurnian, dan Pengamatan isolat ........................................... 15 3.3.3. Persiapan isolat dan Pengukuran Produktivitas Isolat Bakteri Ureolitik

.............................................................................................................. 16 3.3.4. Pembuatan Larutan Buffer Sitrat .......................................................... 16 3.3.5. Pembuatan larutan Natrium Fenol dan Natrium Hipoklorit ................. 16 3.3.6. Pembuatan Larutan Amonium Untuk Kurva Standar ........................... 16 3.3.7. Pengukuran Konsentrasi Amonia ......................................................... 17 3.3.8. Pengukuran Nilai pH, Suhu, dan Kepadatan sel ................................... 18

3.4. Analisis Data ............................................................................................. 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 19

4.1. Hasil Isolasi Bakteri Ureolitik dari Sedimen Sungai Citarum Muara Gembong, Bekasi .................................................................................. 19

4.2. Produktivitas Urease Bakteri Ureolitik dari Sedimen Sungai Citarum Muara Gembong, Bekasi ...................................................................... 20

Page 11: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 26 5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 26 5.2. Saran .......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 27 LAMPIRAN ............................................................................................................... 31

Page 12: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Limbah BOD dari Non Point Source dan Point Source di Hilir Sungai Citarum (Nur & Sofyan, 2017) .................................................................... 11

Tabel 2. Jumlah sedimen pada aliran Sungai Citarum di tahun 2014 (Paryono et al., 2017) ............................................................................................................ 12

Tabel 3. Morfologi isolat koloni dan sel bakteri ureolitik dari sampel sedimen Sungai Citarum Muara Gembong Bekasi ................................................................ 19

Page 13: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian ..................................................................... 4 Gambar 2. Mekanisme Bakteri Ureolitik melakukan sementasi (Goenadi, 2017) ...... 9 Gambar 3. Alur kerja Penelitian................................................................................. 14 Gambar 4. Kenaikan Konsentrasi Amonia Isolat dari sampel sedimen Sungai

Citarum Muara Gembong Bekasi ............................................................ 20 Gambar 5. Suhu dan Kenaikan Suhu medium setelah 7 hari dari sampel sedimen

Sungai Citarum Muara Gembong Bekasi .............................................. 21 Gambar 6. pH dan kenaikan pH medium selama 7 hari dari sampel sedimen Sungai

Citarum Muara Gembong Bekasi ............................................................ 22 Gambar 7. Kenaikan kepadatan sel selama 7 hari dari sampel sedimen Sungai

Citarum Muara Gembong Bekasi ............................................................ 23

Page 14: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Morfologi Koloni Isolat ......................................................................... 31 Lampiran 2. Morfologi sel isolat ................................................................................ 32 Lampiran 3. Uji Anova .............................................................................................. 33 Lampiran 4. Uji Lanjutan (Uji Duncan) ..................................................................... 34 Lampiran 5. Perubahan warna medium karena aktivitas bakteri ureolitik................. 35 Lampiran 6. Produksi kalsit oleh bakteri ureolitik ..................................................... 36 Lampiran 7. Rata-rata Kenaikan Konsentrasi Amonia, Suhu, pH, dan Konsentrasi

sel. ......................................................................................................... 37 Lampiran 8. Grafik Kurva Standar Amonia ............................................................... 37

Page 15: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan bagian penting untuk menopang sebuah struktur yang

akan bertumpu di atasnya. Informasi mengenai kepadatan tanah sangat diperlukan

untuk menjamin struktur yang telah direncanakan mampu berdiri dengan baik dan

kokoh. Apabila keadaan tanah kurang memenuhi kriteria kepadatannya maka

dapat dilakukan pemadatan terlebih dahulu. Bidang konstruksi banyak

menggunakan bahan kimia sebagai pemadat tanah agar kokoh pada saat dilakukan

pembangunan atau dikenal dengan istilah grouting. Grouting merupakan proses

pengisian material konstruksi pada pori atau celah di antara partikel tanah dengan

kedalaman tertentu (Ainiyah, Prasetyo, Lisdiyanti, & Koentjoro, 2014). Namun

penggunaan bahan sintetis kurang ramah lingkungan dan hanya mengisi celah

tanah dengan kedalaman tertentu yang tidak sampai memenuhi jauh ke dalam

tanah, serta dapat menurunkan daya serap air ke dalam tanah (Suroso, Samang,

Tjaronge, & Ramli, 2016).

Inovasi yang sedang dikembangkan pada saat ini adalah teknologi

Biogrouting. Biogrouting merupakan upaya perbaikan tanah dengan

menggunakan bantuan metabolit sekunder bakteri. Banyak penelitian yang

mengembangkan agen hayati sebagai pengganti bahan kimia. Salah satunya

adalah penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat bakteri yang diisolasi dari

TPA Fajar Rumbai Pekanbaru (sp.9, sp.20, sp.32) dapat mengendapkan kalsium

karbonat (kalsit) yang kemudian dapat diaplikasikan ke dalam beton yang

mengalami keretakan, yaitu bakteri ureolitik (Dwi, Ningsih, Linda, & Fibriarti,

2018). Bakteri ureolitik dapat menghasilkan enzim urease yang dapat

menghidrolisis urea di lingkungan dan menghasilkan amonia dan asam karbonat

yang kemudian akan berikatan dengan kalsium membentuk kalsium karbonat

(kalsit). Perolehan enzim urease yang pernah di laporkan adalah sebesar 5,36

unit/mL hingga 70,21 unit/mL selama 24 jam (Ainiyah et al., 2014). Bakteri

ureolitik mengendapkan kalsium karbonat yang dikeluarkan sedikit demi sedikit

ke lingkungan sekitar bakteri sampai akhirnya seluruh sel tertutup oleh kalsium

karbonat dan terbentuk endapan. Pasir atau partikel tanah dapat saling mengikat

Page 16: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

2

2

dengan erat karena adanya kalsit, pasir dan kalsit dapat menyatu dengan baik

menyebabkan proses sementasi (Dejong, Mortensen, Martinez, & Nelson, 2010).

Studi tentang keanekaragaman bakteri yang berperan pada proses

biogrouting sejauh ini diketahui hanya sebagian kecil dilakukan di Indonesia

(Putra, Yasuhara, Kinishita, Erizal, & Sudibyo, 2019). Dengan luas daratan

sekitar 2.012.402 Km2 dan luas perairan sekitar 5.877.879 Km2, menjadikan

Indonesia sangat berpotensi ditemukannya mikroorganisme yang bermanfaat dan

mampu berperan serta dalam pembangunan yang ramah lingkungan (Ramdhan &

Arifin, 2013). Teknologi ini memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai

perbaikan pondasi, memperkuat struktur tanah, reklamasi pantai, bahkan

mengkonsolidasikan tanah keruk sebagai bahan bangunan.

Pada penelitian ini, bakteri ureolitik diisolasi dari sampel sedimen Sungai

Citarum, Muara Gembong, Bekasi. Sedimen muara sungai dipilih karena di

Indonesia masih belum adanya isolasi baakteri ureolitik yang berasal dari sedimen

sungai. Sementara itu, sedimen muara sungai dipilih juga karena lokasi terebut

disinyalir banyak mengandung endapan yang telah terakumulasi dari berbagai

tempat. Sedimen yang masuk ke Muara Sungai Citarum adalah sebanyak 1,79 x

106 Kg/tahun yang sudah terbilang besar. Endapan tersebut berasal dari erosi yang

terjadi di sepanjang sungai. Hal tersebut disebabkan oleh alih fungsi lahan yang

terdapat di sepanjang aliran sungai yaitu sebagai kawasan industri, pemukiman,

pertanian, peternakan dan peruntukan lainnya (Paryono, Damar, Susilo, Dahuri, &

Suseno, 2017). Selain itu, Muara Sungai Citarum dipilih karena penelitian ini

merupakan cabang dari penelitian besar oleh Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT) yang mencakup beberapa daerah dan kondisi lingkungan di

Indonesia. Oleh karena itu, diperolehnya bakteri ureolitik dari sempel sedimen

Sungai Citarum Muara Gembong, Bekasi diharapkan dapat memberikan pilihan

alternatif untuk dapat dimanfaatkan sebagai upaya perbaikan kondisi tanah ke

depannya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah bakteri ureolitik dapat diperoleh dari sedimen Sungai Citarum,

Muara Gembong, Bekasi?

Page 17: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

3

3

2. Bagaimanakah produktivitas enzim urease isolat bakteri ureolitik yang

terdapat pada sedimen Muara Gembong, Bekasi?

1.3. Hipotesis

Hipotesis ini menjawab rumusan masalah Nomor 1, yaitu terdapat

isolat bakteri ureolitik dari sedimen Sungai Citarum, Muara Gembong,

Bekasi.

1.4. Tujuan

1. Untuk memperoleh isolat bakteri ureolitik dari sedimen Sungai Citarum,

Muara Gembong, Bekasi.

2. Untuk menganalisis produktivitas dari isolat bakteri ureolitik yang terdapat

pada sedimen Sungai Citarum, Muara Gembong, Bekasi.

1.5. Manfaat

Harapan dari penelitian ini adalah memperoleh isolat bakteri

ureolitik yang dapat bermanfaat dalam perbaikan struktur tanah dengan

metode biogrouting.

Page 18: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

Gambar Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

4

4

Page 19: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

5

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biogrouting

Beberapa tahun terakhir sedang dikembangkan teknologi grouting secara

biologi yang dikenal dengan istilah teknologi biogrouting melalui mekanisme

pengendapan kalsium karbonat. Keuntungan utama dari biogrouting adalah

pemberian substrat dapat dipindahkan dalam bentuk inaktif kedaerah yang jauh

dari titik injeksi. Teknologi biogrouting merupakan teknologi yang

mensimulasikan proses diagenesis, yaitu transformasi butiran pasir menjadi

batuan pasir (calcarenite atau sand stone). Kristal kalsium karbonat (CaCO3)

yang terbentuk dari teknologi biogrouting akan menjadi jembatan antara butiran

pasir sehingga menyebabkan proses sementasi, dan mengubah pasir menjadi

batuan pasir. Secara alami, proses ini memerlukan waktu hingga jutaan tahun.

Oleh karena itu digunakan bakteri untuk mempercepat proses secara insitu

dengan memanfaatkan proses pengendapan karbonat hasil aktivitas metabolisme

bakteri (Dejong, Mortensen, Martinez, & Nelson, 2006; Lee, 2003)

Segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah SWT, segalanya memiliki

manfaatnya masing-masing. Mulai dari makhluk yang berukuran besar atau kasat

mata sampai makhluk yang berukuran kecil atau tidak kasat mata. Manusia

diperintahkan oleh Allah SWT untuk memperlajari akan hal tersebut dan

mengamalkannya. Sebagaimana yang tercantum dalam Qur’an Surah Ad-Dukhan

ayat 38, Allah SWT berfirman:

( LMOPQ RSUVMX RYوات وا[رض وRS abا RVcde RY٣٨(و Artinya : “Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa

yang ada di antara keduanya.” (QS. Ad-Dukhan (44) : 38).

Mineral kalsit yang dihasilkan dari pengendapan kalsium karbonat ini

adalah mineral yang terdistribusi secara luas di bumi dan ditemukan di bebatuan

seperti batu marmer, batu pasir di perairan maupun di daratan. Prinsip kerja

metode biogrouting pada dasarnya memanfaatkan bakteri untuk meningkatkan

pH lingkungan sehingga memfasilitasi pengendapan CaCO3 (Putra et al., 2019).

Pengendapan kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsit paling tidak ditentukan oleh

Page 20: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

6

3 (tiga) faktor yaitu (1) konsentrasi kalsium, (2) konsentrasi karbonat, dan (3) pH

lingkungan. Pengendapan kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsit secara teori

dapat terjadi di lingkungan alami dengan meningkatkan konsentrasi kalsium dan

atau karbonat pada larutan atau menurunkan daya larut kalsium dan atau karbonat

(Hammes, Boon, Villiers, Verstraete, & Siciliano, 2003). Ketersediaan karbonat

merupakan bagian mendasar dari konsep biomineralisasi yang sudah diteliti

secara luas karena keberadaannya yang luas di alam. Selanjutnya teknologi

biogrouting berpotensi memiliki keuntungan bagi teknik sipil di masa yang akan

datang (Lim, Muhammad, & Lestari, 2019).

2.2. Pengendapan Kalsium Karbonat (CaCO3)

Enzim yang dihasilkan oleh bakteri ureolitik (urease) berperan sebagai

katalisator dalam proses hidrolisis urea menjadi amoniak yang kemudian akan

membentuk kalsium karbonat setelah ion CO32- berikatan dengan Ca2+.

Keberadaan Ion Ca2+ dapat mempengaruhi kapasitas kalsium karbonat (CaCO3)

atau kalsit yang terbentuk, semakin banyak Ca2+ maka, semakin banyak kalsit

yang terbentuk begitupun sebaliknya (Gat, Tsesarsky, Shamir, & Ronen, 2014)

(Lampiran 7).

Elektronegativitas dinding sel bakteri mendukung adsorbsi kation, seperti

ion kalsium, dengan demikian memfasilitasi proses pengendapan CaCO3 pada

dinding sel (Gat et al., 2014). Bakteri ureolitik dapat ditemukan dari berbagai

sumber di lingkungan, di antaranya pegunungan berkapur, sedimen tanah, stalaktit

gua bahkan sedimen laut. Sebagian besar bakteri tersebut merupakan kelompok

bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki struktur dinding sel dengan

kandungan peptidoglikan yang tebal sehingga saat pewarnaan gram, bakteri

positif akan berwarna ungu karena kompleks zat warna (kristal violet) tetap

dipertahankan oleh dinding sel ketika diberi larutan pelarut. Kalsium karbonat

(CaCO3) atau kalsit yang terbentuk oleh aktivitas bakteri ureolitik dapat diamati

menggunakan mikroskop elektron, terlihat menyelubungi dinding sel. Semakin

banyak bakteri menghasilkan kalsium karbonat maka akan semakin banyak

biosemen yang terbentuk dan dapat memperkokoh tanah (Chahal, Rajor, &

Siddique, 2011).

Page 21: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

7

2.3. Sifat dan Fungsi Enzim Urease

Enzim merupakan protein yang dapat mempercepat laju reaksi atau

mengkatalis reaksi kimia. Karena enzim merupakan protein, maka enzim

rentan terjadi denaturasi atau mengalami kerusakan. Enzim merupakan

katalisator alami atau organik yang dihasilkan oleh sel hidup. Katalisator

merupakan substansi yang dapat mengubah kecepatan reaksi kimia tetapi tidak

mengubah hasil dari suatu reaksi. Ciri khas yang terdapat pada enzim ditandai

oleh adanya spesifikasi untuk substrat. Cara kerja dari enzim sendiri sangat

tergantung dari suhu serta lamanya waktu reaksi yang diberikan (Wandansari,

2006).

Enzim urease merupakan enzim yang mengkatalis hidrolisis urea

menjadi karbon dioksida dan amonia. Enzim urease juga terdapat pada

beberapa jaringan hewan dan pencernaan mikroorganisme. Urea ialah salah

satu sumber nitrogen non-protein yang umum digunakan. Urea dibuat dengan

cara mereaksikan amonia dan karbondioksida. Urea merupakan sumber amonia

dari senyawa yang spesifik, kandungan urea yang tinggi akan dihidrolisis oleh

aktivitas bakteri dan akan menyebabkan lingkungan menjadi basa

(Wandansari, 2006). Karakteristik urease memiliki pH optimum sebesar 7,4

dan suhu optimum 60°C dengan enzimatis spesifikasi urea dan hidroksi urea.

Aktivitas urease menjadi sangat tidak aktif apabila dipanaskan dengan suhu

tinggi atau mencapai 105°C. Berat molekul enzim urease sebesar 483.000,

Inhibitor urease adalah logam berat (Pb– dan Pb2+) (Rizqullah, 2011).

Peran utama urease adalah menyediakan energi internal dan eksternal

bagi organisme untuk menggunakan urea atau hidroksiurea sebagai sumber N.

Urea (sebelum terhidrolisis) merupakan molekul non polar dan mudah

dipengaruhi oleh pergerakan larutan tanah. Urease merupakan enzim yang

menghidrolisis urea menjadi CO2 dan NH3. Reaksinya adalah CO(NH2)2 + H2O

→ CO2 + 2 NH3. Urease tergolong dalam kelas enzim tanah hidrolase yang

mengkatalis reaksi-reaksi baik di dalam dan luar organisme yang mensintesisnya

(Lim et al., 2019).

Page 22: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

8

Beberapa tanaman memanfaatkan urease untuk keperluan yang sama.

Urease penting dalam sejarah enzimologi sebagai enzim pertama yang

dimurnikan dan dikristalkan. Pernah dilaporkan sebuah urease dengan kualitas

baik ditemukan dalam Helicobacter pylori. Molekul ini diperkirakan

memberikan stabilitas tambahan untuk enzim dalam organisme, yang berfungsi

untuk memproduksi ammonia untuk menetralisir asam lambung (Rizqullah,

2011).

2.4. Peran Bakteri Ureolitik

Adanya peran bakteri dalam proses biogrouting berkaitan erat dengan

kemampuan bakteri untuk bertahan dan toleran terhadap konsentrasi urea dan

kalsium yang tinggi. Bakteri ini juga harus mampu menghasilkan enzim urease

dengan aktivitas yang tinggi. Bakteri penghasil urease dapat dikelompokkan

menjadi 2 kelompok berdasarkan respon terhadap amonium yaitu, (1) kelompok

yang aktivitas enzim urease ditekan oleh keberadaan amonium seperti jenis

Pseudomonas aeruginosa, Alcaligeneseutrophus, Bacillus megaterium dan

Klebsiella aerogenes dan (2) kelompok yang aktivitas enzim urease tidak

dipengaruhi oleh amonium seperti Sporosarcina pasteurii (Bacillus pasteurii),

Helicobacter pylori, Proteus vulgaris (Satyanarayana, Johri, & Prakash, 2012).

Pada proses biogrouting, karena konsentrasi urea yang tinggi dihidrolis selama

sementasi, maka hanya bakteri yang aktivitas enzim ureasenya tidak ditekan oleh

amonium saja yang cocok untuk digunakan. Pada saat ini, bakteri dari genus

Sporosarcina (Bacillus) telah mulai diaplikasikan pada proses biogrouting karena

mempunyai aktivitas urease yang tinggi dan tidak patogen (Lim et al., 2019).

Teknologi ini sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam

memperkuat struktur tanah dalam upaya pencegahan erosi, perbaikan pondasi,

reklamasi pantai, bahkan mengkonsolidasikan tanah keruk sebagai bahan

bangunan. Pasir dapat saling mengikat dengan erat karena adanya kalsit. Ukuran

pasir dan kalsit dapat menyatu dengan baik menyebabkan proses sementasi.

Page 23: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

9

Gambar 2. Mekanisme Bakteri Ureolitik melakukan sementasi (Goenadi, 2017)

Bakteri ureolitik akan menghasilkan enzim urease yang akan memecah

senyawa urea menjadi NH4+ dan CO3

2- yang kemudian CO32- akan berikatan

dengan Ca2+ yang terdapat di lingkungan dan membentuk kalsium karbonat

(CaCO3) atau kalsit. Kalsium karbonat akan mengendap dan mengisi celah antar

partikel tanah atau pasir (partikel primer) yang akan berperan sebagai biosemen

(Gambar 2). Kalsit mengisi celah antara partikel tanah atau pasir (partikel

primer) dan akan merekatkan yang akan membuat struktur tanah menjadi lebih

kokoh.

Kalsium selain berasal dari bahan kapur dan pupuk yang ditambahkan juga

berasal dari bebatuan dan mineral yang mengandung kalsium antara lain: Ambial

(CaMg (CO3)2), Apatit (Ca5(PO4)3 (CIF) ), Dolomit (CaMg(CO3)2), dan Kalsit

(CaCO3), mineral-mineral yang mengandung Ca pada umumnya sedikit lebih

cepat lapuk dari pada mineral lainnya, sehingga ada kecenderungan Ca di dalam

tanah akan menurun dengan meningkatnya pelapukan dan pencucian. Melalui

proses pelapukan dan hancuran mineral-mineral pelapukan tersebut

membebaskan kalsium ke dalam air di sekitarnya. Kalsium yang dilepaskan akan

mengalami : hilang terbawa air drainase, diserap oleh organisme hidup,

diendapkan kembali sebagai mineral-mineral sekunder terutama di daerah

beriklim kering (Weslay, 2010).

Page 24: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

10

2.5. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa

Barat, dengan luas sekitar 6.614 km² dan panjang sungai 269 Km. Terdapat 3

(tiga) waduk yang ada pada DAS Citarum sejak tahun 1962 yaitu Waduk

Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Waduk tersebut menghasilkan daya listrik 5

milyar Kwh/tahun atau setara dengan 16 juta ton BBM/tahun, mengairi jaringan

irigasi pertanian seluas 300.000 ha di kawasan Pantura Jawa Barat, dan menjadi

sumber air minum bagi kawasan urban Bandung, Cimahi, Cianjur, Purwakarta,

Bekasi, Karawang dan Jakarta. DAS Citarum telah menjadi sumber kehidupan

dan penghidupan masyarakat di Jawa Barat khususnya, serta DKI Jakarta pada

umumnya. Sebanyak 11.255 juta penduduk bermukim di sepanjang DAS ini, serta

terdapat 1.000 industri yang menyumbangkan pencemaran paling dominan

(Cahyaningsih & Harsoyo, 2010).

Beban pencemaran limbah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hilir

dapat dikatakan ke dalam kategori berat. Hal tersebut disebabkan oleh limbah cair

domestik, pertanian, dan limbah industri yang meningkatkan kandungan unsur

hara (nutrien) yang berlebih seperti nitrogen dan fosfor serta bahan organik

lainnya. Bahan kimia tersebut menyebabkan rendahnya nilai oksigen terlarut (DO)

yang berguna untuk kelangsungan hidup ekosistem perairan (Salim, 2002).

Kondisi perairan dapat diukur berdasarkan Indeks Pemcemaran (IP). IP 0

menunjukkan perairan yang baik, IP >1 menunjukkan perairan dengan cemaran

ringan, IP >5 menunjukkan cemaran sedang, IP >10 menunjukkan cemaran yang

berat. Beban pencemaran yang Sungai Citarum hilir mencapai Indeks Pencemaran

(IP) 12, sehingga dapat dikategorikan ke dalam cemaran yang berat (Nur &

Sofyan, 2017).

Limbah dapat dibagi menjadi dua berdasarkan sumbernya, yaitu limbah

yang berasal dari aliran domestik yang sudah menjadi aliran yang kontinyu dan

limbah industri (Point Souces) dan limbah yang berasal dari pemukiman,

pertanian, peternakan serta kegiatan kecil menengah (Non Point Sources). Pada

Tabel 1 data yang tertera menunjukkan limbah BOD berasal dari aktivitas

domestik, pertanian, peternakan dan industri. Limbah industri menyumbangan

nilai persentase tertinggi yaitu sebesar 92,35% dalam menyumbang limbah BOD

Page 25: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

11

ke sungai Citarum hilir. Tingginya limbah industri dikarenakan sebanyak 42

perusahaan membuang limbah ke sungai Citarum dan 26 diantaranya berada pada

segmen penelitian (Nur & Sofyan, 2017).

Tabel 1. Limbah BOD dari Non Point Source dan Point Source di Hilir Sungai

Citarum (Nur & Sofyan, 2017)

Lokasi Jarak

(Km)

Limbah BOD (Km/hari)

Domestik Pertanian Peternakan Industri

Segmen 1 2,490 126,55 0,01 0,71 8200,00 Segmen 2 3,244 87,46 0,00 2,76 16,34 Segmen 3 3,594 182,91 0,10 1,98 3232,51 Segmen 4 1,84 192,53 0,10 4,47 4835,72 Segmen 5 6,532 835,92 2,19 7,43 1175,00

Jumlah 17,7 1425,38 2,40 17,63 17459,57

Persentase (%) 7,54 0,001 0,09 92,35

2.6. Tanah Sedimen sungai Muara Gembong

Tanah merupakan akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau

lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Di antara

partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut celah tanah yang berisi udara

dan air. Ikatan yang lemah antar partikel tanah timbul karena adanya oksida dan

karbonat yang terdapat di antara partikel tersebut, dan dapat juga disebabkan oleh

adanya material organik (Canakci, Sidik, & Halil Kilic, 2015). Tanah menjadi

tempat hidup yang ideal untuk beberapa mikroorganisme seperti bakteri karena

mengandung mineral serta bahan organik dan anorganik seperti karbon (C),

hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), belerang (S), kalsium (Ca),

kalium (K), magnesium (Mg), besi (Fe), seng (Zn), klor (Cl) dan tembaga (Cu)

(Weslay, 2010).

Kecepatan erosi di DAS Citarum antara 1,82 – 5,20 mm/tahun dengan

rata-rata 3,35 mm/tahun. Keadaan ini terjadi akibat tekanan penduduk terhadap

lahan yang semakin lama semakin besar, sehingga daerah hutan yang berfungsi

sebagai pelindung menjadi rusak (Salim, 2002). Total sedimen yang masuk ke

muara Sungai Citarum sebesar 1,79 x 106 Kg/tahun (Tabel 2).

Page 26: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

12

Tabel 2. Jumlah sedimen pada aliran Sungai Citarum di tahun 2014 (Paryono et

al., 2017)

Bulan (Month)

Inlet Waduk

Jatiluhur

(Inlet of Jatiluhur

Reservoir)

(106 Kg)

Outlet Waduk

Jatiluhur

(Outlet of Jatiluhur

Reservoir)

(106 Kg)

Sungai Citarum

Hilir (Downstream

of Citarum River)

(106 Kg)

Januari Feruari

133,71 114,50

9,82 11,35

321,81 267,34

Maret 167,90 15,16 293,47 April 146,16 13,49 204,22 Mei 110,76 12,85 151,43 Juni 97,79 10,30 94,27 Juli 104,34 15,19 96,53

Agustus 99,95 14,34 108,06 September 75,20 11,24 25,84

Oktober 58,65 10,55 28,78 November 88,93 9,68 82,50 Desember 142,18 9,38 120,17

Total 1.340,08 143,35 1.794,42

Terdapat penambahan luas di sekitar kawasan muara sungai akibat tertutup

sedimen seluas 3.828,3 Hektar pada tahun 2014. Erosi terjadi pada lahan terbuka

akibat alih fungsi lahan bervegetasi menjadi lahan tak bervegetasi berupa kawasan

industri, pemukiman, pertanian, dan peruntukan lainnya. Konsentrasi sedimen

yang terbawa aliran Sungai Citarum masuk ke laut lebih didominasi oleh aliran

sedimen dari DAS Citarum bagian hilir yang meliputi Sub DAS Cikao, Sub DAS

Cibeet, Sub DAS Citarum hilir (Paryono et al., 2017).

Page 27: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

13

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari hingga September 2019.

Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Gedung Geostech Pusat Teknologi

Lingkungan (PTL), Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong.

Lokasi pengambilan sampel berada ada S 6ᴼ0’38,56356” E 107ᴼ1’28,54992”.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah spektrofotometer, laminar

air flow, inkubator, autoklaf, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, cawan petri,

labu erlenmeyer, batang L, jarum ose, pipet ukur, pipet tetes, mikropipet, mikro

tip, gelas ukur, tabung reaksi, spirtus, vortex, pH meter, termometer, bunsen,

neraca analitik, kapas, kertas tisu, kertas saring Whatman No.41, alumunium foil,

plastik wrap, dan labu ukur.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sampel tanah sedimen

muara Sungai Citarum Muara Gembong (Bekasi), larutan garam fisiologis 0,85%,

chrystal violet, safranin, iodin, medium urea agar base ( yaitu agar, pepton, D-

Glukosa, NaCl, potasium dihidrohen fosfat, phenol red, urea 40%), medium urea

base, medium natrium agar (NA), nutrient broth, buffer sitrat (kalsium sitrat,

HCl), natrium fenol ( yaitu fenol, etanol, aseton, metanol, NaOH ), NaOCl,

(NH)2SO4, toluena, akuades, alkohol 70% dan 96%.

3.3. Cara Kerja

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan sistem

rancangan acak lengkap (RAL) yang dilakukan pengulangan sebanyak 3 (tiga)

kali. Pengukuran terfokus pada sisa NH4+ (produktivitas bakteri ureolitik), suhu,

pH, dan konsentrasi sel bakteri. Langkah kerja yang dikerjakan dijelaskan pada

(Gambar 3).

Page 28: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

3.3.1. Pembuatan Medium

Komposisi pembuatan medium

glukosa, 2 gr potasium dihidrogen fosfat, 5 NaCl; 0,012 gr,

yang dilarutkan ke dalam akuades sebanyak 950 mL lalu disterilisasi. kemudian

didinginkan hingga suhunya mencapai 45

urea yang telah disterilisasi dengan menggunakan sinar UV dengan panjang

gelombang 270 nm selama 15 menit dengan konsentrasi 40% sebanyak 50 mL.

Pembuatan medium

urea agar base hanya tidak menggunakan agar sebagai pemadat. Dilakukan pula

pembuatan natrium agar

kemudian dilarutkan ke dalam 1000 mL akuades, kemudian disterilisasi

menggunakan autoklaf dengan suhu 121

menit.

Gambar 3. Alur kerja Penelitian

Pembuatan Medium

Komposisi pembuatan medium urea agar base ialah 1 gr pepton, 1 gr D

glukosa, 2 gr potasium dihidrogen fosfat, 5 NaCl; 0,012 gr, phenol red

yang dilarutkan ke dalam akuades sebanyak 950 mL lalu disterilisasi. kemudian

didinginkan hingga suhunya mencapai 45-50 ᴼC, kemudian ditambahkan larutan

urea yang telah disterilisasi dengan menggunakan sinar UV dengan panjang

selama 15 menit dengan konsentrasi 40% sebanyak 50 mL.

Pembuatan medium urea base komposisi dan tahapnya sama dengan medium

hanya tidak menggunakan agar sebagai pemadat. Dilakukan pula

natrium agar yang komposisinya ialah 8 gr NB Oxoid

kemudian dilarutkan ke dalam 1000 mL akuades, kemudian disterilisasi

menggunakan autoklaf dengan suhu 121 ᴼC dan tekanan 1 atm selama 15

14

ialah 1 gr pepton, 1 gr D-

phenol red, 15 gr agar

yang dilarutkan ke dalam akuades sebanyak 950 mL lalu disterilisasi. kemudian

C, kemudian ditambahkan larutan

urea yang telah disterilisasi dengan menggunakan sinar UV dengan panjang

selama 15 menit dengan konsentrasi 40% sebanyak 50 mL.

komposisi dan tahapnya sama dengan medium

hanya tidak menggunakan agar sebagai pemadat. Dilakukan pula

xoid dan 15 gr agar

kemudian dilarutkan ke dalam 1000 mL akuades, kemudian disterilisasi

C dan tekanan 1 atm selama 15-20

Page 29: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

15

3.3.2. Isolasi, Pemurnian, dan Pengamatan isolat

Isolasi diawali dengan melakukan pegenceran sampel sebanyak 4 (empat)

kali dengan menggunakan akuades. 1 gr sampel tanah sedimen sungai

ditambahkan akuades steril sebanyak 9 mL dalam tabung reaksi dan didapatkan

larutan sampel 10-1, kemudian dilakukan pengambilan 1 mL larutan pengenceran

10-1 yang ditambahkan 9 mL akuades untuk mendapatkan pengenceran 10-2 begitu

seterusnya hingga pengenceran 10-4. Setiap pengenceran diambil sebanyak 0,1 mL

kemudian di spread plate pada medium urea agar base (selektif padat) yang

mengandung urea. Lalu sampel dibiakkan pada suhu 37 ᴼC selama 7 hari.

Kemudian diamati perubahan yang terjadi pada medium penanaman apabila

medium mengalami perubahan warna dari kuning pucat menjadi pink keunguan

maka bakteri tersebut merupakan penghasil urease (Himedia, 2018) (Lampiran 6).

Bakteri dimurnikan dengan cara mengambil satu persatu sampel bakteri

tersebut lalu digoreskan ke dalam masing-masing medium urea agar base dan

dibiakkan pada suhu 37 ᴼC. Kemudian dilakukan pengamatan morfologi koloni

dengan cara yaitu kultur yang ditumbuhkan pada medium selektif padat dengan

menginokulasikan 1 (satu) ose isolat. Pengamatan dilakukan setelah inkubasi 7

hari dengan suhu 37 ᴼC. Setelah pemurnian dilakukan penyimpanan isolat dengan

menggunakan medium natrium agar (Hammes et al., 2003).

Pengamatan morfologi koloni meliputi bentuk, elevasi, tepi, dan karakter

optik. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui keragaman bakteri secara

makroskopis. Kemudian dilakukan pengamatan mikroskopis dengan cara yaitu

dilakukan fiksasi terhadap preparat ulasan bakteri berumur 24-48 jam. Preparat

ulas tersebut ditetesi dengan gram A (crystal violet) selama 30 detik, kemudian

dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan pada udara terbuka. Preparat

selanjutnya ditetesi dengan gram B (kalium iodida) selama 45 detik dan kembali

dibilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan anginkan. Setelah kering

preparat ditetesi dengan gram C (alkohol 95%) sampai warna ungu tidak larut

lagi. Preparat yang sudah dikeringkan di udara dapat ditetesi dengan gram D

(safranin) sebagai warna penutup dibiarkan selama 30-60 detik. Preparat dapat

diamati, pengamatan yang dilakukan terhadap warna dan bentuk sel.

Page 30: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

16

3.3.3. Persiapan isolat dan Pengukuran Produktivitas Isolat Bakteri

Ureolitik

Isolat dari medium natrium agar miring dipindahkan dan diremajakan

pada medium urea base kemudian diinkubasi pada suhu 37 ᴼC selama 48 jam,

dilakukan pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali. Setelah kultur tumbuh dipindahkan

kembali pada medium urea base yang terdiri dari beberapa tabung, disiapkan

tabung untuk pengukuran awal (H0) dan tabung untuk pengukuran akhir (H7).

(Ainiyah et al., 2014). Perlakuan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pada masing-

masing isolat.

3.3.4. Pembuatan Larutan Buffer Sitrat

Sebanyak 300 gr kalium sitrat dilarutkan ke dalam 700 mL Akuades.

Dilakukan pengukuran pH dan ditambahkan HCl hingga pH menjadi 6,7

kemudian ditambahkan dengan akuades sampai volumenya mencapai 1000 mL

(Tabatabai & Bremner, 1969).

3.3.5. Pembuatan larutan Natrium Fenol dan Natrium Hipoklorit

Sebanyak 6,25 gr fenol dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian

ditambahkan 2 mL metanol dan 18,5 mL aseton setelah itu ditambahkan etanol

sampai volumenya menjadi 100 mL (larutan 1). Kemudian 27 gr NaOH dilarutkan

ke dalam 100 mL akuades (larutan 2) dan disimpan dalam lemari pendingin

sebelum digunakan. Penggunaannya dengan mencampurkan 20 mL larutan 1 dan

20 larutan 2 kemudian dilarutkan dalam akuades sampai volumenya mencapai 100

mL. Kemudian untuk membuat Natrium Hipoklorit adalah dengan mencampurkan

281,7 mL NaOCl ke dalam 1000 mL akuades (Tabatabai & Bremner, 1969).

3.3.6. Pembuatan Larutan Amonium Untuk Kurva Standar

Pembuatan kurva standar diawali dengan membuat larutan stok, dengan

cara melarutkan 4,717 gr (NH4)2SO4 ke dalam akuades hingga 1 L. Disiapkan

larutan kerja dengan melarutkan 10 mL larutan stok di dalam 990 mL akuades.

Larutan ini mengandung 10 µg NH3N. Disiapkan labu erlenmeyer 50 mL, pipet

larutan kerja sebanyak 0, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, dan 12 mL. Jumlah ini setara dengan

0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,2; 1,6; 2, dan 2,4 ppm NH3-N/mL. Kemudian ditambahkan

berturut-turut 10 mL akuades, 4 mL natrium fenol, dan 3 mL larutan NaOCl

Page 31: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

17

dikocok sampai homogen selama 20 menit. Setelah 20 menit dengan

menggunakan akuades volume dibuat menjadi 50 mL dan diukur intensitas

cahayanya pada panjang gelombang 590 nm pada spektrofotometer (Tabatabai &

Bremner, 1969). Selanjutnya pembuatan blanko yang terdiri dari 10 mL akuades,

4 mL natrium fenol, 3 mL larutan NaOCl dalam labu erlenmeyer 50 mL kocok

larutan dan tambahkan dengan akuades sampai volume mencapai 50 mL

(Tabatabai & Bremner, 1969).

3.3.7. Pengukuran Konsentrasi Amonia

Tabung reaksi diisi sebanyak 10 mL Urea Base (Medium Selektif Cair)

dan ditambahkan isolat bakteri sebanyak 1 mL kemudian diinkubasi selama 2 x 24

jam pada suhu antara 35 ᴼC secara anaerob, dan diberi label A0 (A01, A02, A03)

untuk pengukuran hari ke-0 dan A7 (A71, A72, A73) untuk pengukuran hari ke-7.

Produktivitas Urease ditetapkan dengan mengukur amonia (NH3) yang

terbentuk pada saat hidrolisis urea yang ditambahkan dalam medium Aktivitas

urease dinyatakan dalam µmol amonia nitrogen yang terbentuk dalam waktu 1

jam dalam 1 gr sampel medium yang diberi urea pada temperatur 37 ᴼC. 10 mL

medium yang telah diinokulasi bakteri dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 mL

kemudian ditambahkan 15 mL toluena dan dikocok hingga homogen. Setelah 15

menit ditambahkan 10 mL larutan urea 10% dan 20 mL larutan Buffer Sitrat pH

6,7 dan dikocok hingga homogen. Erlenmeyer disumbat dengan karet kemudian

diinkubasi pada suhu 37 ᴼC selama 3 jam. Setelah itu ditambahkan akuades

sampai volume menjadi 100 mL, tutup Erlenmeyer dan dikocok hingga homogen.

Suspensi disaring dengan menggunakan kertas Whatman No. 41, dimasukan ke

dalam Erlenmeyer berturut-turut 1 mL filtrat, 10 mL akuades, 4 mL larutan Na-

Fenol, 3 mL larutan NaOCl dihomogenkan dan didiamkan selama 20 menit

setelah itu ditambahan akuades sampai volume menjadi 50 mL dan dikocok

hingga homogekan kembali. Intensitas cahaya diukur pada panjang gelombang

590 nm. Tahap tersebut dilakukan untuk mengukur konsentrasi amonia yang

terdapat pada tabung K20 dan A7 (Tabatabai & Bremner, 1969).

Page 32: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

18

3.3.8. Pengukuran Nilai pH, Suhu, dan Kepadatan sel

Untuk menentukan nilai pH, digunakan pH meter sebagai alat ukur.

Dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu dengan menggunakan buffer standar (pH

4,01 dan pH 7,01) sebelum digunakan. Pengukuran nilai pH dilakukan pada

tabung masing-masing isolat dengan label pH0 (pH01, pH02, pH03) dan pH7

(pH71, pH72, pH73). Pada awal penanaman kultur, dilakukan pengukuran pada

tabung dengan label pH0 dan pada saat akhir atau hari ke-7 pada tabung dengan

label pH7. Pengukuran dengan cara sensitive head electrode pH meter dicelupkan

ke dalam sampel medium sampai menunjukkan nilai pH.

Selanjutnya untuk pengukuran suhu medium dapat diketahui dengan

menggunakan termometer yang dicelupan ke dalam medium. Pengukuran suhu

dilakukan pada awal penanaman kultur pada tabung masing-masing isolat dengan

label T0 (T01, T02, T03) untuk pengukuran suhu hari ke-0 dan pada tabung dengan

label T7 (T71, T72, T73) untuk pengukuran suhu hari ke-7.

Pengukuran kepadatan sel dilakukan dengan metode total plate count

(TPC). 10 mL masing-masing tabung isolat dengan label (K01, K02, K03), diambil

untuk pengukuran kekeruhan kultur hari ke-0 dan isolat label (K71, K72, K73)

untuk pengukuran kekeruhan kultur hari ke-7.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh meliputi kenaikan konsentrasi amonia, nilai pH, nilai

suhu, dan konsentrasi sel dianalisis dengan menggunakan analisis variansi satu

arah dengan signifikansi α=0,05 yang dibandingkan antar isolat. Untuk

mengetahui perbedaan antar isolat dilanjutkan dengan uji Duncan pada dengan

signifikansi α=0,05.

Page 33: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

4.1. Hasil Isolasi Bakteri Ureolitik dari Sedimen Sungai Citarum Muara

Gembong, Bekasi

Isolat bakteri yang berhasil diperoleh

namun setelah dimurnikan hanya terdapat

memiliki beberapa karakteristik (Tabel 3). Isolat tersebut diberi kode K2, K3, K4,

dan K5. Perbedaan yang paling signifikan terlihat pada morfologi koloni isolat

yaitu tepi dan elevasi koloni.

Tabel 3. Morfologi isolat koloni dan sel bakteri ureolitik

Sungai Citarum Muara Gembong Bekasi

Kode

Isolat Bentuk Elevasi

K2 Circular Raised

K3 Irregular

K4 Irregular

K5 Circular Convex

Keterangan: Circular

Convex (Translucent

Berdasarkan kenampakan yang terliha

morfologi sel keempat isolat berbentuk basil.

semua isolat merupakan bakteri Gram positif (Tabel 3,

perolehan isolat ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian

(2012) yang mengisolasi bakteri ureolitik dari sedimen Sungai

Rock dan Sand, Lewiston, Idaho USA

berbentuk basil pula

Umumnya bakteri ureolitik berbentuk basil, meskipun tidak menutup

kemungkinan ada yang berbentuk selain basil. Menurut

ini bakteri yang mempunyai aktivitas urease yang tinggi dan tidak patogen ialah

bakteri berbentuk basil (

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Isolasi Bakteri Ureolitik dari Sedimen Sungai Citarum Muara

Gembong, Bekasi

Isolat bakteri yang berhasil diperoleh adalah sebanyak 5 (lima) macam,

namun setelah dimurnikan hanya terdapat 4 (empat) macam bakteri ureolitik yang

karakteristik (Tabel 3). Isolat tersebut diberi kode K2, K3, K4,

dan K5. Perbedaan yang paling signifikan terlihat pada morfologi koloni isolat

yaitu tepi dan elevasi koloni.

. Morfologi isolat koloni dan sel bakteri ureolitik dari sampel sedi

Sungai Citarum Muara Gembong Bekasi Morfologi Koloni Morfologi sel

Elevasi Tepi Karakter Optik Gram

Raised Entire Translucent Positif

Flat Serrate Translucent PositifFlat Undulate Translucent Positif

Convex Entire Translucent Positif

Circular ( ), Irregular ( ), Flat ( ), Raised (

Convex ( ), Entire ( ), Serrate ( ), Undulate

Translucent (tembus cahaya sebagian), Bacil(

Berdasarkan kenampakan yang terlihat pada mikroskop menunjukkan

keempat isolat berbentuk basil. Pewarnaan Gram

semua isolat merupakan bakteri Gram positif (Tabel 3, Lampiran 2

perolehan isolat ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian

yang mengisolasi bakteri ureolitik dari sedimen Sungai Snake

Rock dan Sand, Lewiston, Idaho USA, yang memperoleh 2 (dua) is

basil pula, yaitu Lysinibacillus sphaericus dan Sporosarcina

Umumnya bakteri ureolitik berbentuk basil, meskipun tidak menutup

kemungkinan ada yang berbentuk selain basil. Menurut Lim et al. (

ini bakteri yang mempunyai aktivitas urease yang tinggi dan tidak patogen ialah

bakteri berbentuk basil (Sporosarcina sp.).

19

Hasil Isolasi Bakteri Ureolitik dari Sedimen Sungai Citarum Muara

5 (lima) macam,

bakteri ureolitik yang

karakteristik (Tabel 3). Isolat tersebut diberi kode K2, K3, K4,

dan K5. Perbedaan yang paling signifikan terlihat pada morfologi koloni isolat,

dari sampel sedimen

Morfologi sel

Gram Bentuk sel

Positif Bacil

Positif Bacil

Positif Bacil

Positif Bacil

Raised ( ),

, Undulate ( ), ).

t pada mikroskop menunjukkan

ram menunjukkan

Lampiran 2). Hasil

perolehan isolat ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian Burbank et al.

Snake dan Atlas

, yang memperoleh 2 (dua) isolat yang

Sporosarcina sp.

Umumnya bakteri ureolitik berbentuk basil, meskipun tidak menutup

Lim et al. (2019), sejauh

ini bakteri yang mempunyai aktivitas urease yang tinggi dan tidak patogen ialah

Page 34: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

20

Sedimen sungai dipilih karena disinyalir banyak mengandung endapan

yang telah terakumulasi dari berbagai tempat. Sedimen sungai yang masuk ke

Muara Sungai Citarum adalah sebanyak 1.790 Ton per tahun (Paryono et al.,

2017). Selain itu, beban pencemaran yang terdapat pada daerah aliran Sungai

Citarum hilir dapat digolongkan ke dalam kategori berat, yaitu indeks pencemaran

(IP) sebesar 12, nilai tersebut melebihi indeks pencemaran berat, yaitu 10. Oleh

karena itu, perlu adanya penelitian terkait keanekaragaman hayati di dalamnya.

Pencemaran berasal dari aktivitas domestik, pertanian, peternakan, dan industri

(Salim, 2002; Nur & Sofyan, 2017). Keberadaan limbah atau bahan pencemar

seperti urea yang terlarut dalam aliran sungai akan dimanfaatkan bakteri ureolitik

dalam metabolismenya (Wandansari, 2006).

4.2. Produktivitas Urease Bakteri Ureolitik dari Sedimen Sungai Citarum

Muara Gembong, Bekasi

Konsentrasi amonia yang terkandung dalam medium menunjukkan adanya

produktivitas urease dari isolat bakteri. Produktivitas bakteri didukung oleh

konsentrasi sel, pH, dan suhu. Hasil analisis menunjukkan kenaikan konsentrasi

amonia antar isolat memiliki perbedaan yang nyata berdasarkan analisis variansi

(α=0,05) (Lampiran 3). Kenaikan konsentrasi amonia yang diproduksi oleh

bakteri menunjukkan rentang nilai sebesar 0,09 hingga 3,26 ppm. Kenaikan

konsentrasi tertinggi adalah isolat K2 dengan sebesar 3,26 ppm (Gambar 4).

Gambar 4. Kenaikan Konsentrasi Amonia Isolat dari sampel sedimen Sungai

Citarum Muara Gembong Bekasi

Keberadaan amonia dalam medium yang mengandung air menyebabkan

terjadinya reaksi spontan. Air mampu mengonversikan amonia (NH3) menjadi

amonium (NH4+) dan CO2 yang berfungsi menyeimbangkan reaksi kimia menjadi

3,26b

0,62a

0,09a

0,97a

0

1

2

3

4

5

K2 K3 K4 K5

Ko

nse

ntr

asi

Am

on

ia

(Pp

m)

Isolat

Page 35: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

21

asam karbonat, ion bikarbonat dan ion karbonat (Ainiyah et al., 2014). Kenaikan

konsentrasi amonia yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian

Okwadha & Li (2010) yaitu sebesar 19,14 ppm, hal ini dikarenakan media yang

digunakan dalam penelitiannya adalah media yang telah dioptimasi. Sedangkan

isolat K2 belum menggunakan media yang dioptimasi.

Produktivitas enzim urease dan suhu memiliki keterkaitan yang besar.

Reaksi enzimatik sama halnya dengan reaksi kimia yang lain, yaitu apabila

temperatur meningkat maka kecepatan reaksi meningkat.

Gambar 5. Suhu dan Kenaikan Suhu medium setelah 7 hari dari sampel sedimen

Sungai Citarum Muara Gembong Bekasi

Enzim merupakan protein yang pada temperatur tinggi umumnya 60ᴼC

akan mengalami denaturasi, sedangkan pada suhu rendah (mendekati titik beku)

bisanya enzim menjadi tidak aktif namun tidak rusak (Wandansari, 2006). Pada

penelitian ini memiliki kisaran suhu sebesar 27,5ᴼC hingga 31,5ᴼC lalu kenaikan

suhu terbesar adalah isolat K2, sebesar 3,83ᴼC (Gambar 5). Hasil analisis variansi

(α=0,05) menunjukkan kenaikan suhu antar isolat memiliki perbedaan yang nyata

(Lampiran 3). Nilai suhu medium yang diperoleh menunjukkan suhu yang

biasanya terukur pada penelitian aktivitas bakteri ureolitik. Suhu optimal untuk

sebagian besar urease berkisar antara 20 hingga 37°C (Mitchell, Asce,

Santamarina, & Asce, 2005; Okwadha & Li, 2010) dan kisaran optimum reaksi

enzimatik tergantung pada kondisi lingkungan dan konsentrasi reaktan dalam

sistem. Sementara menurut (Kaur & Abhijit, 2013) urease benar-benar stabil pada

suhu 35°C, tetapi ketika suhu meningkat menjadi 55°C aktivitas enzim menurun

27,7 27,5 27,8 2831,5 30,5 30,5 31

3,83b3a 2,67a 3a

0

5

10

15

20

25

30

35

K2 K3 K4 K5

Su

hu

(ᴼC

)

Isolat

H0 (Awal)

H7 (Akhir)

Kenaikan Suhu

Page 36: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

sebanyak 47%. Menurut

diakibatkan karena kenaikan energi kinetik yang mendorong tumbukan antara

enzim dan substrat yang mampu merangsang membran sel bakteri bermodifikasi

sehingga mempengaruhi sekresi produ

kenaikan suhu berpengaruh dalam hidrolisis urea karena terdapat enzim yang

sangat reaktif terhadap kenaikan suhu.

Aktivitas bakteri ureolitik dan produktivitas enzim urease besar kaitannya

dengan pH medium. Hasil an

medium antar isolat memiliki perbedaan yang nyata (Lampiran 4). Kenaikan pH

medium tertinggi yaitu pada isolat

Kenaikan pH medium disajikan

Gambar 6. pH dan kenaikan pH medium selama 7 hari

Sungai Citarum Muara Gembong Bekasi

Produktivitas bakteri ureolitik juga

pH. Peningkatan pH sangat penting untuk peningkatan aktivitas urease dan

presipitasi kalsium karbonat karena enzim urease hanya akan aktif pada nilai pH

spesifik untuk hidrolisis urea

pH lingkungan mempengaruhi keefektifan sisi aktif enzim dalam membentuk

kompleks enzim-substrat. Perubahan pH menyebabkan perubahan tingkat ionisasi

dalam enzim atau substrat yang mempengaruhi aktivitas enzim itu sendiri. Pada

penelitian ini nilai pH yang tercatat m

kenaikan pH tertinggi ialah pada isolat K2 dan K5, yaitu sebesar 1,36 dan 1,69

hasil ini juga dianalisis menggunakan uji Duncan karena memiliki perbedaan yang

7,35

8,71

1,36

0123456789

10

K2

pH

sebanyak 47%. Menurut Rahman, Geok, Basri, & Salleh, (2005)

diakibatkan karena kenaikan energi kinetik yang mendorong tumbukan antara

enzim dan substrat yang mampu merangsang membran sel bakteri bermodifikasi

sehingga mempengaruhi sekresi produk menjadi lebih cepat. Dengan demikian,

kenaikan suhu berpengaruh dalam hidrolisis urea karena terdapat enzim yang

sangat reaktif terhadap kenaikan suhu.

Aktivitas bakteri ureolitik dan produktivitas enzim urease besar kaitannya

dengan pH medium. Hasil analisis variansi (α = 0,05) menunjukkan kenaikan pH

medium antar isolat memiliki perbedaan yang nyata (Lampiran 4). Kenaikan pH

medium tertinggi yaitu pada isolat K5 sebesar 1,69 dan isolat K2 sebesar 1,36

Kenaikan pH medium disajikan dalam diagram berikut (Gambar 6

pH dan kenaikan pH medium selama 7 hari dari sampel sedimen

Sungai Citarum Muara Gembong Bekasi

Produktivitas bakteri ureolitik juga memiliki keterkaitan dengan kenaikan

pH. Peningkatan pH sangat penting untuk peningkatan aktivitas urease dan

presipitasi kalsium karbonat karena enzim urease hanya akan aktif pada nilai pH

spesifik untuk hidrolisis urea, yaitu pH 8 (Anbu, Kang, Shin, & So, 2016)

gan mempengaruhi keefektifan sisi aktif enzim dalam membentuk

substrat. Perubahan pH menyebabkan perubahan tingkat ionisasi

dalam enzim atau substrat yang mempengaruhi aktivitas enzim itu sendiri. Pada

penelitian ini nilai pH yang tercatat mencapai 8,97, yaitu pada isolat K3, namun

ggi ialah pada isolat K2 dan K5, yaitu sebesar 1,36 dan 1,69

hasil ini juga dianalisis menggunakan uji Duncan karena memiliki perbedaan yang

8,58

7,24 7,13

8,978,47 8,81

1,36bc

0,39a1,22b 1,69c

K3 K4 K5

Isolat

22

2005) kenaikan suhu

diakibatkan karena kenaikan energi kinetik yang mendorong tumbukan antara

enzim dan substrat yang mampu merangsang membran sel bakteri bermodifikasi

k menjadi lebih cepat. Dengan demikian,

kenaikan suhu berpengaruh dalam hidrolisis urea karena terdapat enzim yang

Aktivitas bakteri ureolitik dan produktivitas enzim urease besar kaitannya

alisis variansi (α = 0,05) menunjukkan kenaikan pH

medium antar isolat memiliki perbedaan yang nyata (Lampiran 4). Kenaikan pH

K2 sebesar 1,36.

dalam diagram berikut (Gambar 6).

dari sampel sedimen

memiliki keterkaitan dengan kenaikan

pH. Peningkatan pH sangat penting untuk peningkatan aktivitas urease dan

presipitasi kalsium karbonat karena enzim urease hanya akan aktif pada nilai pH

(Anbu, Kang, Shin, & So, 2016). Nilai

gan mempengaruhi keefektifan sisi aktif enzim dalam membentuk

substrat. Perubahan pH menyebabkan perubahan tingkat ionisasi

dalam enzim atau substrat yang mempengaruhi aktivitas enzim itu sendiri. Pada

yaitu pada isolat K3, namun

ggi ialah pada isolat K2 dan K5, yaitu sebesar 1,36 dan 1,69

hasil ini juga dianalisis menggunakan uji Duncan karena memiliki perbedaan yang

H0 (Awal)

H7 (Akhir)

Kenaikan pH

Page 37: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

23

signifikan (Gambar 6, Lampiran 6). Kenaikan pH disebabkan karena ion hidroksil

yang terbentuk dari produksi NH₄⁺ yang melebihi ketersediaan Ca²⁺. Kondisi ini

menyebabkan lingkungan menjadi alkalin sehingga karbonat dibutuhkan untuk

presipitasi kalsit (Hammad, Talkhan, & Zoheir, 2013). Proses pengendapan

CaCO3 oleh bakteri optimal pada rentang pH 8,3 hingga 9,3 (Lim et al., 2019).

Berdasarkan penelitian yang pernah dilaporan oleh Stocks-fischer, Galinat, &

Bang (1999) kisaran nilai pH yang ideal untuk bakteri ureolitik mempresipitasikan

kasium karbonat (CaCO3) ialah 8,3 hingga 9,3. Menurut Stabnikov, Naeimi,

Ivanov, & Chu, (2011), bakteri penghasil urease halofilik dan alkalifilik aktif pada

garam anorganik konsentrasi tinggi dan pH di atas 8,5 dan kondisi yang sesuai

untuk pembuatan biocement.

Produktivitas urease bakteri ureolitik dapat pula dilihat dari pertumbuhan

bakteri atau konsentrasi sel dalam medium. Hasil analisis variansi (α = 0,05)

menunjukkan pertumbuhan masing-masing isolat memiliki perbedaan yang nyata.

Kenaikan jumlah populasi isolat berkisar antara 5,1x106 CFU/mL hingga

10,6x106 CFU/mL. Kenaikan koadatan sel tertinggi adalah isolat K2 sebesar

10,6x106 CFU/mL (Gambar 7).

Gambar 7. Kenaikan kepadatan sel selama 7 hari dari sampel sedimen Sungai

Citarum Muara Gembong Bekasi

Konsentrasi tersebut telah memenuhi syarat kepadatan populasi sel dalam

memproduksi enzim urease. Menurut Okwadha & Li (2010) konsentrasi sel

bakteri dengan kepadatan berkisar antara (106 hingga 108) mampu meningkatkan

10,5b

8,4ab

5,1a

6,9a

0

2

4

6

8

10

12

14

K2 K3 K4 K5

Ken

aik

an

Kep

ad

ata

n S

el

(CF

U/m

Lx 1

06)

Isolat

Page 38: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

24

jumlah pengendapan kalsit, melalui peningkatan konsentrasi urease untuk

hidrolisis urea.

Suhu adalah faktor penting yang mempengaruhi reaksi enzim yang

dikatalisis. Suhu memiliki efek mendalam dan mengontrol aktivitas enzim,

mengubah kinetika dan stabilitas enzim, afinitas substrat dan produksi enzim

karena dapat mempengaruhi ukuran dan aktivitas biomassa mikroba (Aruna

Kumari & Rao, 2017). Kenaikan suhu medium isolat K2 merupakan tanda bahwa

kenaikan suhu sejalan dengan produktivitas urease yang diiringi juga oleh

kenaikan konsentrasi sel. Dengan demikian, kenaikan suhu mempengaruhi

aktivitas biomassa yang meningkat serta mempengaruhi produksi enzim urease

yang ditandai dengan meningkatnya jumlah konsentrasi amonia yang

terakumulasi di dalam medium.

Peningkatan nilai pH pada medium disebabkan oleh adanya hidrolisis urea

oleh enzim urease yang menghasilkan amonia yang bersifat basa. Keadaan

tersebut seiring dengan pertumbuhan bakteri yang semakin banyak maka akan

mengakibatkan pH medium menjadi sangat basa dan kemungkinan dapat

mengancam kelangsungan hidup bakteri. Namun, berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Aono, Ito, & Machida, (1999) yang menggunakan strain bakteri

ureolitik Bacillus letus C-125, dinding sel bakteri dapat mempertahankan sel dari

kematian karena peningkatan pH. Dinding sel tersebut mengandung

teichuronopeptide yang memiliki peran terhadap homeostatis pH. Dinding sel

tersebut mampu mendukung bakteri strain dapat bertahan hidup dalam lingkungan

alkali (basa). Hal ini juga dilaporkan oleh penelitian Al-thawadi & Cord-ruwisch,

(2012) mengenai ketahanan bakteri ureolitik untuk tumbuh pada kondisi alkali.

Dengan demikian pH dan konsentrasi sel dalam reaksi memiliki peran yang saling

terkait dalam produktivitas urease.

Aktivitas urease meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi

amonia. Kenaikan konsentrasi amonia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya ialah populasi mikrobanya. Terlihat pada kenaikan konsentrasi amonia

isolat K2 sejalan dengan kenaikan konsentrasi sel. Jumlah bakteri yang melimpah

dilaporkan memiliki hubungan erat dengan pengendapan kalsium karbonat

(CaCO3). Produksi kalsium karbonat (CaCO3) yang digunakan untuk aplikasi

Page 39: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

25

biogrouting memiliki keunggulan dibandingkan dengan bahan pengendap kimia,

yaitu laju pengendapan yang lebih cepat (Omoregie, Senian, Ngu, & Ong, 2016).

Pada penelitian ini konsentrasi amonia yang terkandung dalam medium

sejalan dengan parameter yang mendukung, yaitu suhu, pH, dan konsentrasi sel.

Aktivitas bakteri ureolitik meningkat diikuti oleh produksi amonia yang banyak

terakumulasi dalam medium. Produktivitas urease dan produksi amonia

mempengaruhi kenaikan pH yang didukung oleh nilai suhu yang sesuai. Kenaikan

konsentrasi amonia yang berkisar antara 0,09 hingga 3,26 ppm disertai dengan

kenaikan suhu sekitar 3 hingga 3,83ᴼC, kemudian disertai pula dengan kenaikan

pH sekitar 0,39 hingga 1,69 dan kenaikan konsentrasi sel sebanyak 5,1x106

CFU/mL hingga 10,5x106 CFU/mL. Hasil menunjukkan kenaikan konsentrasi

amonia, kenaikan suhu, kenaikan pH, kepadatan sel memiliki perbedaan yang

signifikan pada setiap isolat. Isolat K2 memiliki potensi untuk dikembangkan

karena memiliki kemampuan paling unggul dilihat dari produksi amonia dan

konsentrasi sel. Hal ini berpeluang isolat K2 dikembangkan lebih lanjut untuk

aplikasi biogrouting.

Page 40: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat 4 (empat) macam bakteri ureolitik yang berhasil terisolasi

dari sampel Sedimen Sungai Citarum, Muara Gembong Bekasi.

2. Produktivitas enzim urease dari keempat isolat ditunjukkan oleh

konsentrasi amonia sebesar 0,09 hingga 3,26 ppm dan konsentrasi sel

sebanyak 5,1x106 CFU/mL hingga 10,5x106 CFU/mL yang didukung

oleh suhu sebesar 27,5ᴼC hingga 31,5ᴼC dan pH sebesar 7,13 hingga

8,97.

5.2. Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait optimasi pertumbuhan isolat

sebelum diplikasikan ke lingkungan.

Page 41: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

27

DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, S., Prasetyo, E. N., Lisdiyanti, P., & Koentjoro, P. (2014). Biogrouting : Produksi urease dari bakteri laut (Oceanobacillus sp.) pengendap karbonat. Sains Dan Seni Pomits, 3(2), 6–11.

Al-thawadi, S., & Cord-ruwisch, R. (2012). Calcium carbonate crystals formation

by ureolytic bacteria isolated from Australian soil and sludge. Journal of

Anvanced Science and Engineering Research, 2, 12–26. Anbu, P., Kang, C. H., Shin, Y. J., & So, J. S. (2016). Formations of calcium

carbonate minerals by bacteria and its multiple applications. Biological

Engeneering, 5, 1–26. https://doi.org/10.1186/s40064-016-1869-2 Aono, R., Ito, M., & Machida, T. (1999). Contribution of the cell wall component

teichuronopeptide to pH homeostasis and alkaliphily in the alkaliphile bacillus lentus C-125. Journal of Bakteriology, 181(21), 6600–6606.

Aruna Kumari, J., & Rao, P. . (2017). Effect of temperature on soil enzym urease

activity. Journal of Medicine and Sciences, 5(4), 65–70. Burbank, M. B., Weaver, T. J., Williams, B. C., Crawford, R. L., Burbank, M. B.,

Weaver, T. J., … Crawford, R. L. (2012). Urease activity of ureolytic bacteria isolated from six soils in which calcite was precipitated by indigenous bacteria urease activity of ureolytic bacteria isolated from six soils in which calcite was precipitated by indigenous bacteria. Geomicrobiology Journal, 29, 37–41. https://doi.org/10.1080/01490451.2011.575913

Cahyaningsih, A., & Harsoyo, B. (2010). Distribusi spasial tingkat pencemaran

air. Sains Dan Teknologi Modifikasi Cuaca, 11(2), 1–9. Canakci, H., Sidik, W., & Halil Kilic, I. (2015). Effect of bacterial calcium

carbonate precipitation on compressibility and shear strength of organic soil. Soils and Foundations, 55(5), 1211–1221. https://doi.org/10.1016/j.sandf.2015.09.020

Chahal, N., Rajor, A., & Siddique, R. (2011). Calcium carbonate precipitation by

different bacterial strains. African Journal of Biotecnology, 10(42), 8359–8372. https://doi.org/10.5897/AJB11.345

Dejong, J. T., Mortensen, B. M., Martinez, B. C., & Nelson, D. C. (2006).

Microbially induced cementation to control sand response to undrained shear. Journal of Geotechnical And Geoenvironmental Engineering, 132, 11.

Dejong, J. T., Mortensen, B. M., Martinez, B. C., & Nelson, D. C. (2010). Bio-

mediated soil improvement. Ecological Engineering, 36(Desember), 197–210. https://doi.org/10.1016/j.ecoleng.2008.12.029

Page 42: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

28

Dwi, M., Ningsih, S., Linda, T. M., & Fibriarti, B. L. (2018). Isolasi dan keragaman bakteri ureolitik lokal Riau yang berpotensi sebagai campuran beton. Journal of Biology, 11(1), 57–63.

Gat, D., Tsesarsky, M., Shamir, D., & Ronen, Z. (2014). Accelerated microbial-

induced CaCO3 precipitation in a defined coculture of ureolytic and non-ureolytic bacteria. Biogeosciences, 11(10), 2561–2569. https://doi.org/10.5194/bg-11-2561-2014

Goenadi, didiek H. (2017). Perbaikan sifat fisika-mekanis tanah dengan mediasi

teknik hayati (Vol. 85). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22302/iribb.jur.mp.v85i1.228

Hammad, I. A., Talkhan, F. N., & Zoheir, A. E. (2013). Urease activity and

induction of calcium carbonate precipitation by Sporosarcina pasteurii NCIMB 8841. Journal of Applied Sciences Research, 9(3), 1525–1533.

Hammes, F., Boon, N., Villiers, J. De, Verstraete, W., & Siciliano, S. D. (2003).

Strain-specific ureolytic microbial calcium carbonate precipitation. American

Society for Microbiology, 69(8), 4901–4909. https://doi.org/10.1128/AEM.69.8.4901

Himedia. (2018). Urea agar base (christensen)(autoclavable). Mumbai, India. Kaur, N., & Abhijit, D. (2013). Viability of calcifying bacterial formulations in

pfly ash for applications in building materials. Journal Industrial

Microbiology and Biotechnology, 40, 1403–1413. https://doi.org/10.1007/s10295-013-1338-7

Lee, Y. N. (2003). Calcite peoduction by bacillus amyloliquefaciens CMB01.

Journal of Microbilogy, 4, 4. Lim, A., Muhammad, D. A., & Lestari, A. S. (2019). Eksperimental kemampuan

biosementasi bakteri lokal pada tanah pasir lepas. Jurnal Teoretis Dan

Terapan Bidang Rekayasa Sipil Studi, 26(2), 129–138. https://doi.org/10.5614/jts.2019.26.2.5

Mitchell, J. K., Asce, H. M., Santamarina, J. C., & Asce, M. (2005). Biological

considerations in geotechnical engineering. Geotechnical and

Geoenvironmental Engeneering, 31, 1222–1233. https://doi.org/10.1061/(ASCE)1090-0241(2005)131:10(1222)

Nur, F., & Sofyan, A. (2017). Sungai Citarum hilir di Karawang dengan wasp

identification of total maximum daily load (TMDL) of downstream Citarum River in Karawang using. Jurnal Teknil Lingkungan, 23, 1–12.

Okwadha, G. D. O., & Li, J. (2010). Chemosphere optimum conditions for

microbial carbonate precipitation. Chemosphere, 81(9), 1143–1148.

Page 43: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

29

https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2010.09.066 Omoregie, A., Senian, N., Ngu, L. H., & Ong, D. E. L. (2016). Ureolytic bacteria

isolated from Sarawak limestone caves show high urease enzyme activity comparable to that of Sporosarcina pasteurii ( DSM 33 ). Journal of

Microbyology, 12(December), 463–470. Paryono, P., Damar, A., Susilo, S. B., Dahuri, R., & Suseno, H. (2017).

Sedimentasi delta Sungai Citarum, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi (sedimentation at delta of Citarum River Muara Gembong district, Bekasi regency). Journal of Watershed Management Research, 1(1), 15–26. https://doi.org/10.20886/jppdas.2017.1.1.15-26

Putra, H., Yasuhara, H., Kinishita, N., Erizal, & Sudibyo, T. (2019). Improving

shear strength parameters of sandy soil using enzyme-mediated calcite precipitation technique. Journal Civil Engeneering Dimension, 20(2), 91–95. https://doi.org/10.9744/CED.20.2.91-95

Rahman, R. N. Z. A., Geok, L. P., Basri, M., & Salleh, A. B. (2005). Physical

factors affecting the production of organic solvent-tolerant protease by Pseudomonas aeruginosa strain K. Bioresoursce Technology, 96, 429–436. https://doi.org/10.1016/j.biortech.2004.06.012

Ramdhan, M., & Arifin, T. (2013). Aplikasi sistem informasi geografis dalam

penilaian proporsi luas laut Indonesia ( application of geographic information system for assessment of Indonesia marine proportion ). Jurnal Ilmiah

Geomatika Volume, 19(6), 141–146. Rizqullah, H. (2011). Biokimia Materi : enzim urease. Malang. Salim, H. (2002). Beban pencemaran limbah domestik dan pertanian di das

Citarum hulu. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3, 107–111. Satyanarayana, T., Johri, B. N., & Prakash, A. (2012). Microorganisms in

environmental management : microbes and environment. (T. Satyanarayana, B. N. Johri, & A. Prakash, Eds.). Delhi: Spinger Science & Business Media. https://doi.org/10.1007/978-94-007-2229-3

Stabnikov, V., Naeimi, M., Ivanov, V., & Chu, J. (2011). Cement and concrete

research formation of water-impermeable crust on sand surface using biocement. Cement and Concrete Research, 41(11), 1143–1149. https://doi.org/10.1016/j.cemconres.2011.06.017

Stocks-fischer, S., Galinat, J. K., & Bang, S. S. (1999). Microbiological

precipitation of CaCO3. Journal Soil and Biochemistry, 31, 1563–1571. Suroso, P., Samang, L., Tjaronge, W., & Ramli, M. (2016). Pengaruh reaksi

semen pada peningkatan kekuatan soil cement, (2001), 35–39.

Page 44: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

30

Tabatabai, M. A., & Bremner, J. M. (1969). Use of p- nitrophenyl phsphate for assay of soil phosphatase actyvity. Journal Soil Biology Biochemystry, 1, 301–307.

Wandansari, N. R. (2006). Aktivitas urease pada beberapa tanah di Indonesia.

Institut Pertanian Bogor. Weslay, L. D. (2010). Mekanika Tanah. (D. I. S. Pranoto & D. Prabantini, Eds.)

(1st ed.). Yogyakarta: ANDI Penerbit.

Page 45: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

31

LAMPIRAN

Lampiran 1. Morfologi Koloni Isolat

Morfologi Koloni di bawah nikroskop stereo perbesaran 7x

K2 K3

K4 K5

Page 46: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

Lampiran 2. Morfologi sel isolat

Morfologi

K2

K4

. Morfologi sel isolat

Morfologi sel isolat dengan perbesaran 1000x

K3

K5

32

Page 47: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

33

Lampiran 3. Uji Anova

Amonia Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13,132 3 4,377 14,599 0,002

Within Groups 2,099 7 0,300

Total 15,231 10

Suhu Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,229 3 0,743 17,833 0,001

Within Groups 0,333 8 0,042

Total 2,563 11

pH Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,743 3 0,914 22,234 0,000

Within Groups 0,329 8 0,041

Total 3,072 11

Sel Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4013499999999

9,990

3 1337833333333

3,330

4,975 0,037

Within Groups 1882500000000

0,000

7 2689285714285

0,714

Total 5895999999999

9,990

10

Page 48: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

34

Lampiran 4. Uji Lanjutan (Uji Duncan)

Amonia

Duncana,b

Isolat N

Subset for alpha = 0.05

1(a) 2(b)

Isolat K4 3 0,0900

Isolat K3 3 0,6267

Isolat K5 3 0,9733

Isolat K2 2 3,2650

Sig. 0,116 1,000

Suhu

Duncana

Isolat N

Subset for alpha = 0.05

1(a) 2(b)

Isolat K4 3 2,6667

Isolat K3 3 3,0000

Isolat K5 3 3,0000

Isolat K2 3 3,8333

Sig. 0,091 1,000

pH

Duncana

Isolat N

Subset for alpha = 0.05

1(a) 2(b) 3(c)

Isolat K3 3 0,3900

Isolat K4 3 1,2233

Isolat K2 3 1,3600 1,3600

Isolat K5 3 1,6867

Sig. 1,000 0,433 0,084

Sel

Duncana,b

Koloni N

Subset for alpha = 0.05

1(a) 2(b)

Isolat K4 3 5066666,6667

Isolat K5 3 6933333,3333

Isolat K3 3 8466666,6667 8466666,6667

Isolat K2 2 10550000,0000

Sig. 0,055 0,186

Page 49: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

35

Lampiran 5. Perubahan warna medium karena aktivitas bakteri ureolitik

Media UAB (kontrol)

Medium positif (terdapat bakteri ureolitik)

Bakteri Ureolitik

Page 50: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

36

Lampiran 6. Produksi kalsit oleh bakteri ureolitik

Medium Urea Base (Kontrol)

Kalsit

Page 51: ISOLASI DAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ENZIM UREASE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48472/1/DEWI ARDIYANTI PUTRI-FST.pdfsuhu dengan kisaran 3ᴼC hingga 3,38ᴼC

37

Lampiran 7. Rata-rata Kenaikan Konsentrasi Amonia, Suhu, pH, dan Konsentrasi sel.

Isolat

Kenaikan selama 7 hari

Konsentrasi

Amonia

(Ppm)

Suhu

(ᴼC) pH

Knsentrasi

Sel

(CFU/mL x 106)

Isolat K2 2,29 3,83 1,36 115,23 Isolat K3 0,63 3 0,39 202,26 Isolat K4 0,09 2,67 1,22 52,93 Isolat K5 0,97 3 1,69 89,4

Lampiran 8. Grafik Kurva Standar Amonia

0,00290,0073

0,01460,01460,0198

0,0330,033

y = 0,008x - 0,003R² = 0,993

00,0050,01

0,0150,02

0,0250,03

0,0350,04

0 1 2 3 4 5

Ap

sorb

an

si

Konsentrasi (ppm)