bab ii kajian pustakaeprints.umm.ac.id/35492/3/jiptummpp-gdl-hendraekaw-48472...mendamaikannya....
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka adalah proses umum yang dilakukan oleh peneliti dalam upaya
menemukan teori. Peneliti melakukan kajian pustaka dengan tujuan untuk membantu
dalam mengembangkan pengertian serta wawasan yang mendalam tentang hal-hal
yang telah dikerjakan, serta kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Kajian
pustaka dalam BAB II membahas teori-teori yang relevan tentang pengembangan
media pembelajaran video animasi. Dalam kajian pustaka ini akan menjelaskan
mengenai:
A. Pengembangan
Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah
ada. Pengembangan, dalam pengertian secara umum berarti pertumbuhan, perubahan
secara perlahan (evolusi), dan perubahan secara bertahap. Menurut Seels & Richey
dalam (Setyosari, 2010:197) pengembangan berarti proses menerjemahkan atau
menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fisik, atau dengan kata lain
pengembangan berarti proses menghasilkan bahan-bahan pembelajar.
Menurut Tessmer and Richey dalam (Setyosari, 2010:199) pengembangan
memungkinkan memusatkan perhatiannya tidak hanya analisis kebutuhan, tetapi juga
isu-isu tentang analisis awal sampai akhir, seperti analisis kontekstual.
Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan pengembangan
adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan kemudian
direvisi dan seterusnya. Pengembangan bukanlah sebuah strategi peneliti pengganti
11
penelitian dasar dan terapan. Namun ketiga strategi tersebut, yaitu penelitian dasar,
penelitian terapan, dan penelitian pengembangan diperlukan untuk mengupayakan
perbaikan dalam bidang pendidikan.
Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2011:297). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan
penelitian yang bersifat analisis dan untuk menguji keefektifan produk tersebut
supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal
(bertahap bisa multy years).
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut istilah kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang
memiliki arti dalam bentuk jamak, perantara atau pengantar. Menurut Gerlach dan
Ely dalam (Arsyad, 2010:3) menyatakan bahwa media merupakan suatu
pemahaman yang terpenting bagi manusia, materi atau kejadian yang dapat
membangun atau merangsang pemikiran siswa dalam pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Menurut Daryanto (2012:4) media pembelajaran merupakan bentuk
jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau
pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima, namun kita
membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat
dan bahan kegiatan pembelajaran.
12
Menurut Munadi (2008:7) mendefinisikan bahwa media pembelajaran
dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif. Menurut Arsyad (2010:3) menyimpulkan bahwa: Associatoin
Of Education dan Communication Technologi (AECT) memberi batasan tentang
media sehingga segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampaian pesan atau
pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming
adalah penyebab atau yang turut campur tangan dalam dua pihak
mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau peran
dari media, yaitu mengatur hubungna yang efektif antara dua pihak utama dalam
proses belajar siswa dan pelajaran. Selain itu media pembelajaran adalah segala
perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar cepat,
tepat, mudah, benar dan tidak terjadi verbalisme (Hanafiah, 2009:59).
Dari pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah
segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara atau penghubung untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima melalui alat indra, sehingga dapat
meransang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
13
2. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Kemp dan Dayton dalam (Arsyad, 2010:19) fungsi utama apabila
media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang
besar jumlahnya, yaitu:
a) Memotivasi minat atau tindakan. Hasil yang diharapkan adalah
melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk
bertindak dengan tujuan mempengaruhi sikap, nilai dan emosi. b)
Menyajikan informasi dengan tujuan media pembelajaran dapat digunakan
dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. c)
Memberi intruksi dengan tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat
dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental
maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat
terjadi.
Media digunakan untuk membantu kinerja fungsi guru, yaitu fungsi dalam
memberikan informasi atau isi pelajaran. Menurut Basuki dan Farida (2001:14)
media dapat memberikan informasi yang lebih baik: 1) Media mampu
memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa,
2) Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh
mata, 3) Memberikan penjelasan di kelas atas objek yang sangat besar, 4)
Memperjelas objek yang terlalu kompleks dengan menggunakan diagram atau
model yang disederhanakan, 5) Media dapat menyajikan suatu proses atau
pengalaman hidup yang utuh.
Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber
belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-
ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan
dampak atau efek yang ditimbulkannya (Munadi, 2008:36).
14
Berdasarkan fungsi media di atas menunjukkan bahwa media sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar dari yang bersifat sederhana sampai
canggih. Penggunaan media dan multimedia akan sangat memperlancar proses
belajar mengajar dan merangsang semangat belajar siswa yang akhirnya akan
mengoptimalkan pola pikir siswa. Pemilihan media juga harus memperhatikan
kemampuan pengadaan media yakni berkaitan dengan biaya yang harus
dikeluarkan dan waktu yang harus dihabiskan dengan media yang sedang
digunakan. Oleh sebab itu pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan tujuan,
kemampuan, kepraktisan, ketepatgunaan dan keefektifan waktu yang digunakan.
3. Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat berupa media alamiah dan media buatan. Media
alamiah adalah media pembelajaran langsung, misalnya yang berupa lingkungan
keluarga, pasar, alam, lingkungan sekolah, dan sebagainya. Sedangkan media
buatan adalah media yang dibuat oleh guru, percetakan, pabrik dan lain-lain.
Misalnya surat kabar, majalah, media elektronik, computer dan sebagainya.
Media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok besar, yakni media audio, media visual, media audio visual, dan
multimedia (Munadi, 2008: 55-57) sebagai berikut:
a) Media audio adalah media yang hanya melibatkan indra pendengaran dan
hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. b) Media visual
adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. c) Media audio
visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan
sekaligus dalam satu proses. d) Multimedia adalah media yang melibatkan
berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran.
15
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam media
itu terbagi menjadi 4. Selanjutnya guru ditekankan untuk mengembangkan
kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran melalui media
pembelajaran.
4. Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media apabila dilihat dari kesiapan pengadaannya menurut
Sadiman (2010:83) mengelompokkan media ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Media yang langsung digunakan (media by untilization) yang merupakan
komoditi perdagangan yang terdapat dipasaran luas dalam keadaan siap
pakai. Media ini memiliki keunggulan yaitu hemat dan waktu, tenaga dan
biaya untuk pengadaanya, tetapi kekurangan dari media jadi yaitu kecilnya
kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai
dengan tujuan atau tujuan pembelajaran.
b. Media rancang (media by desine) merupakan media yang dirancang dan
dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran
tertentu.
Sedangkan menurut Arsyad Azhar (2010:71) pemilihan media sebaiknya
mempertimbangkan:
a. Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual,
dan/ atau audio).
16
b. Kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (tertulis, audio,
dan/ atau kegiatan fisik).
c. Kemampuan mengakomodasikan umpan balik.
d. Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi
atau stimulus dan untuk latihan tes.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media
pembelajaran perlu mempertimbangan karakteristik anak, tujuan yang ingin
dicapai, kemampuan guru, ketersediaan media, jenis rangsangan belajar yang
diinginkan, situasi dan kondisi setempat, luasnya jangkauan yang ingin dilayani
dan kebaruan dari media yang digunakan.
C. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Beberapa ahli yang memberikan pengertian tentang pembelajaran tematik,
diantaranya adalah menurut T.Raka Joni dalam (Trianto, 2009:81) yang
mengartikan pembelajaran tematik sebagai suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna
dan otentik. Pembelajaran tematik akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik
atau eksplorasi tema menjadi pengendali dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
berpartisipasi dalam eksplorasi tema maka siswa akan sekaligus belajar tentang
proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.
17
Menurut Lampiran Peraturan Mendikbud No.67 (2013:132) pembelajaran
tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti
tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Pembelajaran ini menggunakan
pendekatan antar mata pelajaran yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari
konsep, sikap, dan ketrampilan yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu.
Kegiatan guru pertama menyeleksi konsep, nilai-nilai dan ketrampilan yang
memiliki keterkaitan erat satu sama lain dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan
model pembelajaran ini bagi peserta didik adalah lebih mudah mengaitkan materi
pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model inilah yang dikembangkan
sebagai pembelajaran tematik terpadu di kurikulum 2013.
Jadi, pembelajaran tematik terpadu pada dasarnya adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Saat ini
pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran tematik terpadu
karena sesuai tingkatan usia. Peserta didik siswa sekolah dasar psikologisnya
belum membutuhkan pengetahuan yang spesifik melainkan pengetahuan yang
lebih umum tetapi komprehensif. Pemahaman pelajaran dapat secara mudah
18
dengan menggunakan pendekatan berbasis tematik terpadu ini yang erat kaitannya
dengan kehidupan di sekeliling mereka. Pengelolaan kelas yang efektiflah yang
menuntut guru agar dapat menciptakan kondisi pembelajaran tematik yang
kondusif sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.
2. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Menurut Kemendikbud dalam Bahan Ajar Pembelajaran Tematik Terpadu
(2013:7), prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, sebagai
berikut:
a) Guru tidak bersikap otoriter dan berperan sebagai single actor yang
mendominasi proses pembelajaran.
b) Pemberian tanggungjawab terhadap individu dan kelompok harus jelas dan
mempertimbangkan kerja sama kelompok.
c) Guru bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang muncul saat proses
pembelajaran yang di luar perencanaan.
d) Memberkan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri
disampaing penilaian lain.
Jadi kesimpulan dari prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran tematik
terpadu yaitu keterampilan guru sebagai manajer kelas dalam mengelola kelas baik
secara individual maupun kelompok sangat dibutuhkan agar suasana pembelajaran
dapat kondusif sehingga proses pembelajaran di kelas berjalan dengan lancar.
3. Tujuan Pembelajaran Tematik
Tujuan pembelajaran tematik menurut Sutirjo (2004: 23) adalah sebagai
berikut:
19
a) Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak
b) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak hasil
belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna
c) Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi dan menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama,
toleransi, komunikasi, serta tanggap terhadap gagasan orang lain.
d) Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih bermaknsa dan utuh.
e) Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan
beberpa hal antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan
banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan.
f) Memilih tema yang terdekat dengan anak dan aktual.
g) Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema.
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran inti
pada Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah yaitu meliputi; Pendidikan Agama,
Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan
Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan.
20
5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan bagi guru menurut
Trianto (2010: 89-90) adalah sebagai berikut:
a) Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat
dilanjutkan sepanjang hari, mencangkup berbagai mata pelajaran.
b) Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan
alami.
c) Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar keberbagai
aspek kehidupan.
d) Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai berbagai sudut pandang.
e) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi
bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Sedangkan keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa diantaranya
sebagai berikut:
a) Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
b) Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integrative.
c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
21
d) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar
kelas.
e) Membantu siswa membangun hubungan antar konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Jadi kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki
keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan
pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi
proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
6. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai model pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
menurut Rusman (2012: 258-259), pembelajaran tematik memiliki karakteristik
antara lain:
a) Berpusat pada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa
untuk melakukan aktifitas belajar.
b) Memberikan pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
22
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu
jelas.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
e) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya.
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik
Menurut Kemendikbud dalam Bahan Ajar Pembelajaran Tematik Terpadu
(2013: 8-9) langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:
a) Invitasi/apersepsi
Pada tahap ini guru melakukan brainstorming dan menghasilkan
kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat umum atau
khusus, tetapi harus mampu menimbulkan minat siswa dan memberikan
wilayah yang cukup untuk penyelidikan. Apersepsi dalam kehidupan dapat
dilakukan, yaitu dengan mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa
dengan materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya
kesinambungan pengetahuan karena diawali dari hal-hal yang telah
23
diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan pada keadaan yang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).
b) Eksplorasi
Pada tahap ini siswa di bawah bimbingan guru mengidentifikasi topic
penyelidikan. Pengumpulan data dan informasi selengkap-lengkapnya
tentang materi dapat dilakukan dengan bertanya (wawancara), mengamati,
membaca, mengidentifikasi, serta menganalisis (menalar) dari sumber-
sumber langsung (tokoh, obyek yang diamati) atau sumber tidak langsung
misalnya buku, Koran, atau sumber-sumber lainnya.
c) Mengusulkan penjelasan/solusi
Pada tahap ini seluruh informasi, temuan, sintesa yang telah dikembangkan
dalam proses penyelidikan dibahas dengan teman secara berpasangan
ataupun dalam kelompok kecil. Saling mengkomunikasikan hasil temuan,
menguji hipotesis kemudian melaporkan atau menyajikannya di depan
kelas untuk menggambarkan temuan setelah pembahasan. Pada tahap ini
adalah tahap proses pembentukan konsep yang dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan
proses, life skill, demonstrasi, eksperimen, diskusi kelompok, bermain
peran dan lain-lain.
d) Mengambil tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan siswa menindaklanjuti dengan
menyusun simpulan serta penerapan dari temuan-temuannya. Hal ini
bertujuan untuk mengungkap pengetahuan dan penguasaan dan penguasaan
24
siswa terhadap materi dapat dilakukan melalui evaluasi. Evaluasi
merupakan suatu bentuk pengukuran atau penilaian terhadap suatu hasil
yang telah dicapai. Evaluasi meliputi:
1) Pemahaman konsep dan prinsip sains dalam kehidupan sehari-hari.
2) Penerapan konsep dan keterampilan sains dalam kehidupan sehari-hari.
3) Penggunaan proses ilmiah dalam pemecahan masalah.
4) Pembuatan keputusan yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah.
e) Penilaian pembelajaran tematik menggunakan lima domain, yaitu:
1) Konsep, meliputi penguasaan konsep dasar, fakta, dan generalisasi.
2) Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep pada saat
penyelidikan (eksplorasi)
3) Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau
dalam kehidupan.
4) Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan,
penjelasan, dan tes untuk memvalidasi penjelasan secara personal.
5) Sikap, mengembangkan sikap positif.
D. Materi
Materi pembelajaran merupakan sarana untuk mencapai seperangkat
kompetensi sebagai tujuan pembelajaran. Itulah sebabnya penentuan materi
pembelajaran harus disusun berdasarkan berbagai kompetensi yang hendak dicapai.
Mudahnya materi pembelajaran tersebut harus mampu mengantarkan siswa menjadi
25
sosok individu sebagaimana yang dideskripsikan dalam Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar (Wiyani, 2013:125).
Tema Lingkungan pada materi “Lingkungan sehat dan lingkungan tidak
sehat”, pada kelas III semester 1.
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator
Bahasa Indonesia 4.1 Menyusun
paragraf
berdasarkan
bahan yang
tersedia dengan
memperhatikan
penggunaan ejaan
1. Mendiskripsikan
gambar tentang
lingkungan sekitar
2. Menulis paragraf
berdasarkan bahan
yang tersedia dengan
memperhatikan
penggunaan ejaan
IPA 2.1 Membedakan
ciri-ciri
lingkungan sehat
dan lingkungan
tidak sehat
berdasarkan
pengamatan
1. Menyebutkan ciri-ciri
lingkungan sehat dan
tidak sehat
2. Membedakan ciri-ciri
lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat
berdasarkan
pengamatan
E. Pengembangan Media Video Animasi pada Pembelajaran Tematik
1. Media Pembelajaran Video Animasi
Video merupakan media yang tepat jika digunakan untuk memperlihatkan
contoh ketrampilan yang menyangkut gerak. Video dapat menjadi media yang
efektif jika dipergunakan untuk mengkomunikasikan informasi atau pengetahuan
untuk mencakup unsur gerak (Agus & Yuni, 2004:52). Video juga merupakan
26
bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai ke
hadapan siswa secara langsung (Daryanto, 2012:86).
Media video memiliki kemampuan untuk memperluas wawasan
pengetahuan siswa dengan menampilkan informasi, pengetahuan baru, dan
pengalaman belajar yang sulit diperoleh secara langsung oleh peserta didik. Video
mampu merangsang minat siswa melalui penyajian gambar dan informasi yang
menarik.
Dalam video animasi waktu dan tempat bisa juga direkayasa dalam bentuk
animasi gambar bergerak. Terdapat berbagai teknik untuk memperoleh animasi,
tetapi pada dasarnya animasi dibuat dari serangkaian foto, gambar, atau gambar
computer dari pemindahan-pemindahan kecil dari benda atau gambar. Dengan
perkembangan komputer yang terus-menerus yang bisa merekayasa gambar visual,
kita bisa menciptakan seni animasi melalui video. Urutan animasi yang dibuat
komputer sekarang ini terus dan terus digunakan dalam program video pengajaran
untuk menggambarkan proses yang kompleks atau cepat dalam bentuk yang
disederhanakan (Sharon E. dkk, 2011:408).
Media video animasi merupakan bentuk dari pengembangan yang terdiri
dari beberapa gambar yang menceritakan suatu kejadian/peristiwa dari potongan-
potongan gambar yang dijadikan menjadi satu dan dijadikan gambar bergerak
yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Contoh potongan-potongan gambar
dalam video animasi tema lingkungan materi “lingkungan sehat dan tidak sehat”,
dapat dilihat sebagai berikut:
27
Gambar 2.1 Potongan desain gambar dalam video animasi
Gambar diatas merupakan potongan gambar dalam video animasi pada
materi lingkungan tidak sehat.
2. Ciri-ciri Media Video Animasi
Adapun ciri-ciri media video animasi menurut Sharon E. dkk, (2011:409),
yaitu sebagai berikut:
a. Dapat menyampaikan pesan dan ide tertentu.
b. Menarik perhatian, sederhana namun memberi kesan yang kuat.
1. Membuang sampah di sungai 2. Pencemaran sungai oleh sampah
3. Tumpukan sampah yang mencemari
makhluk hidup di sungai
4. Banjir di area perkampungan
28
c. Berani dan dinamis, gambar dalam video animasi hendaknya
menunjukkan gerak dan perbuatan.
d. Bentuk gambar dalam cerita video animasi hendaknya bagus, menarik dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
e. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang
diharapkan siswa
3. Syarat-syarat Media Video Animasi
Adapun syarat-syarat media video animasi menurut Sharon E. dkk,
(2011:409), yaitu sebagai berikut:
a. Autentik yaitu gambar harus menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti
yang dilihat orang.
b. Sederhana yaitu komposisi gambar harus jelas menunjukkan poin pokok
dalam video animasi.
c. Gambar hendaklah bagus dari segi seni dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
d. Memiliki pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
4. Langkah-langkah Penggunaan Media Video Animasi
Dalam pembelajaran mengenai tema lingkungan mengenai lingkungan
sehat dan tidak sehat dengan menggunakan media video animasi sebagai media
pembelajaran siswa diajarkan tentang bagaimana memahami materi dalam video
animasi antara lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat. Tujuan dari media
29
video animasi yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
pengertian maupun perbedaan lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat.
Adapun langkah-langkah dalam penggunaan media video animasi di dalam proses
pembelajaran tematik, yaitu:
a. Guru memberikan penjelasan mengenai media video animasi dan materi yang
akan diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru memberikan pemahaman konsep mengenai lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat secara umum.
c. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
d. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok.
e. Guru membagikan 1 lembar kertas kosong kepada masing-masing kelompok
untuk kemudian diisi sebagai hasil diskusi kelompok sesuai dengan arahan
yang dijelaskan guru.
f. Guru menampilkan video animasi pada LCD mengenai tema lingkungan
materi “lingkungan sehat dan tidak sehat”, masing-masing siswa
memperhatikan.
g. Dalam berkelompok, siswa berdiskusi untuk menemukan dan menyimpulkan
dengan membuat 1-4 kalimat pertanyaan dan kemudian diberi jawaban sesuai
hasil diskusi kelompok.
h. Setelah melakukan diskusi kelompok masing-masing siswa mengerjakan
tugas individu dengan menulis cerita dalam bentuk satu paragraf cerita sesuai
dengan bahasa maupun kemampuan masing-masing individu.
30
i. Setelah tugas kelompok dan individu selesai, guru meminta beberapa
perwakilan siswa untuk membacakan hasil pekerjaannya didepan kelas.
j. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
5. Kelebihan-kelebihan Media Video Animasi
Kelebihan-kelebihan dalam menggunakan media pembelajaran video
animasi diantaranya adalah mudah dipahami oleh siswa karena menggunakan
desain gambar bergerak yang bagus dan menarik sehingga siswa dapat belajar
dengan baik khususnya dalam pembelajaran tematik. Media pembelajaran video
animasi juga dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh siswa. Penggunaan media pembelajaran video animasi pada pembelajaran
khususnya pada tema “Lingkungan” sangat tepat karena didalam tersebut
menjelaskan lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat yang ada disekitar serta
dapat mengidentifikasi mana yang termasuk lingkungan sehat dan lingkungan
tidak sehat.