isolasi dan pengklonan dan analisis ekspresi gen penyandi cooper

128
ISOLASI, PENGKLONAN, DAN ANALISIS EKSPRESI GEN PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE (CuZn-SOD) DARI Melastoma malabathricum L. SALEHA HANNUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: kholis87

Post on 31-Dec-2014

433 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Te

TRANSCRIPT

Page 1: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

ISOLASI, PENGKLONAN, DAN ANALISIS EKSPRESI GEN PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE

(CuZn-SOD) DARI Melastoma malabathricum L.

SALEHA HANNUM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper
Page 3: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper
Page 4: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Isolasi,

Pengklonan, dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Copper/Zinc Superoxide

Dismutase (CuZn-SOD) dari Melastoma malabathricum L” adalah karya bersama

saya dan pembimbing yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

Bogor, Januari 2012 Saleha Hannum NIM G361040041

Page 5: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper
Page 6: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

ABSTRACT

SALEHA HANNUM. Isolation, Cloning, and Expression Analysis of Gene Coding Copper/Zinc Superoxide Dismutase (CuZn-SOD) from Melastoma malabathricum L. Supervised by SUHARSONO, UTUT WIDYASTUTI SUHARSONO, and ALEX HARTANA.

Melastoma malabathricum L. is an indigenous plant in tropical Southeast

Asia with exceeding tolerance to aluminum (Al) stress in acid soils. Although increasing evidence suggests that Al-stress is accompanied by oxidative damages in plants, little has been described on the antioxidative components in this tolerant plant. Copper/zinc SOD (CuZn-SOD) is one of aluminum-induced genes. Analysis of the expression of genes induced by Al in M. malabathricum requires internal control genes. Actin is belong to housekeeping genes commonly used as an internal control. This study aimed to isolate and clone the cDNA fragment of MmACT encoding for actin of M. malabathricum, and isolate, clone and expression analysis of copper/zinc SOD (CuZn-SOD) from M. malabathricum L. Total RNA was isolated and used as template for cDNA synthesis by reverse transcription. Four of cDNAs clones were isolated, and were called MmACT1, MmACT2, MmACT3, and MmACT4. The size of MmACT1 and MmACT2 is 617 bp, whereas MmACT3 and MmACT4 is 735 bp. The sequence of MmACT cDNAs was registered in GenBank / EMBL / DDBJ database with accession numbers AB500686, AB500687, AB500688, and AB500689. Full length cDNA of MmCuZn-SOD had been successfully isolate by RACE. The size of MmCuZn-SOD is 824 bp that encoded a 152-amino acid polypeptide with a predicted pI value of 5.77, and showed high homology to other cytosolic CuZn-SODs from higher plants. Semi-quantitative RT-PCR showed that MmCuZn-SOD mRNA was highly expressed in the leaf tissues than stem and root. The Al treatment strongly induced the expression of MmCuZn-SOD both in the leaf and root tissues. These results suggested the fortification of the anti-oxidative defense system under Al stress in this acid soil-tolerant wild plant. Overexpression vectors was successfully constructed and each has been introduced into Agrobacterium tumefaciens LBA 4044 by triparental mating (TPM). N.benthamiana and Nicotiana tabacum transgenics had been obtained by mediated-A. tumefaciens. Analysis of segregation of T1 transgenic plants

based on analysis of Khi-Quadrat (2) showed that the T1 transgenic plants accordance with 3:1 of Mendelian inheritance pattern. RNAi vector had been successfully constructed using GATEWAYTM cloning technology and it had been introduced into M. malabathricum L. mediated by Agrobacterium tumefaciens LBA 4404. Transgenic plants analyzes to Al stress showed that in the MS medium containing 1 mM Al (AlCl36H2O), the transgenic plants underwent growth suppression, whereas non-transgenic plants underwent growth normally. These results suggested that suppression of MmCuZn-SOD gene expression by RNAi to M. malabathricum L. caused the plant became sensitive to Al.

Key words : actin gene, aluminum stress, CuZn-SOD gene, Melastoma

malabathricum, RNAi.

Page 7: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper
Page 8: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

RINGKASAN

SALEHA HANNUM. Isolasi, Pengklonan, dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Copper/Zinc Superoxide Dismutase (CuZn-SOD) dari Melastoma malabathricum L. Dibimbing oleh SUHARSONO, UTUT WIDYASTUTI SUHARSONO, dan ALEX HARTANA.

Melastoma malabathricum L. merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang toleran terhadap cekaman aluminium (Al) pada tanah asam. Gen-gen yang ekspresinya diinduksi oleh Al diduga terlibat dalam sistem toleransi terhadap Al. Gen superoxside dismutase (SOD) merupakan salah satu gen yang ekspresinya diinduksi Al. SOD diduga memiliki peran dalam ketahanan M. malabathricum. Untuk mempelajari ekspresi gen secara kuantitatif pada M. malabathricum L, informasi housekeeping gene dari tumbuhan tersebut juga sangat dibutuhkan sebagai kontrol internal. Salah satu housekeeping gene yang populer dijadikan sebagai internal kontrol adalah gen aktin. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengklon fragmen gen penyandi aktin dari M. malabathricum L, selanjutnya melakukan isolasi, pengklonan, dan analisis ekspresi gen penyandi copper/zinc superoxide dismutase (CuZn-SOD) dari M. malabathricum L, dan mempelajari ekspresi gen MmCuZn-SOD melalui konstruksi ekspresi berlebih (overekspresi) di tanaman model Nicotiana benthamiana dan Nicotiana tabacum, dan pembungkaman gen MmCuZn-SOD melalui RNAi di M. malabathricum L. RNA total telah berhasil diisolasi dan dijadikan sebagai cetakan untuk sintesis cDNA total melalui transkripsi balik. Empat fragment cDNA yang menyandi aktin dari M. malabathricum telah berhasil diisolasi dan disisipkan ke dalam plasmid pGEM-T Easy. Keempat fragmen ini selanjutnya dinamakan fragmen MmACT1, MmACT2, MmACT3, dan MmACT4. Analisis urutan nukleotida menunjukkan bahwa fragmen MmACT1 dan MmACT2 berukuran 617 pb, dan fragmen MmACT3 dan MmACT4 berukuran 735 pb. Antar keempat fragmen cDNA MmACT ini memiliki kemiripan nukleotida sekitar 78%-99%, dan kemiripan asam amino sekitar 98% - 100%. Analisis hubungan filogenetik berdasarkan urutan asam amino menunjukkan bahwa pada ketidakmiripan 1% MmACT1, MmACT2, MmACT3 mengelompok dengan ACT5 Populus trichocarpha, sementara MmACT4 mengelompok dengan ACT9 P. trichocarpa dan ACT1 Gossypium hirsutum, dan kedua kelompok ini terpisah dengan aktin dari tumbuhan monokotil. Keempat fragmen MmACT ini telah didaftarkan di bank data GenBank/EMBL/DDBJ dengan nomor aksesi AB500686, AB500687, AB500688, and AB500689. Selanjutnya fragmen cDNA yang menyandi CuZn-SOD dari M. malabathricum juga telah berhasil diisolasi. Gen utuh MmCuZn-SOD yang berhasil diisolasi dengan metode RACE berukuran 824 pb, terdiri dari 459 pb open reading frame (ORF) yang menyandi 152 asam amino dengan prediksi nilai pI 5.77. Analisis filogenetik berdasarkan urutan asam amino menunjukkan bahwa MmCuZn-SOD memiliki kemiripan yang tinggi dengan CuZn-SOD sitosol tanaman tingkat tinggi. Berdasarkan analisis semi-kuantitatif RT-PCR menunjukkan bahwa MmCuZn-SOD terekspresi pada jaringan daun, batang dan akar. Perlakuan Al menginduksi ekspresi MmCuZn-SOD baik dalam jaringan daun maupun akar. Untuk mempelajari peranan gen MmCuZn-SOD, vektor ekspresi telah berhasil dikonstruksi yaitu pMSH-MmCuZn-SOD dan pGWB-MmCuZn-SOD, dan masing-masing telah diintroduksikan ke Agrobacterium tumefaciens LBA 4044 melalui metode triparental mating (TPM). Tanaman transgenik N. benthamiana dan N. tabacum yang mengandung gen MmCuZn-SOD telah diperoleh melalui A.

Page 9: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

tumefaciens. Analisis segregasi pada tanaman N. benthamiana dan N. tabacum

transgenik generasi T1 berdasarkan analisis Khi-Kuadrat (2) menunjukkan bahwa tanaman transgenik T1 yang diuji sesuai dengan pola pewarisan Mendel 3 : 1. Konstruksi pembungkaman gen MmCuZn-SOD juga telah berhasil dilakukan melalui RNAi. Vektor RNAi telah diintroduksikan ke tanaman M. malabathricum L. melalui Agrobacterium tumefaciens LBA4404 untuk mempelajari peranan gen MmCuZn-SOD dalam detoksifikasi cekaman Al. Uji toleransi tanaman transgenik terhadap cekaman Al menunjukkan bahwa pada media MS yang mengandung 1 mM Al (AlCl36H2O), tanaman transgenik mengalami hambatan pertumbuhan sampai mati, sementara non-transgenik tidak mengalami hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa penghambatan ekspresi gen MmCuZn-SOD dengan RNAi pada tanaman M. malabathricum L. menyebabkan tanaman menjadi sensitive terhadap Al. Hal ini menjelaskan bahwa gen MmCuZN-SOD diduga berperan penting dalam detoksifikasi Al pada M. malabathricum L. Penelitian tentang isolasi, pengklonan, dan uji peranan gen merupakan penelitian yang masih jarang dilakukan. Saat ini isolasi fragmen gen penyandi aktin dari M. malabathricum L, isolasi, pengklonan, dan analisis ekspresi gen penyandi copper/zinc-superoxide dismutase (CuZn-SOD) dari M. malabathricum L, dan mempelajari ekspresi gen MmCuZn-SOD melalui konstruksi ekspresi berlebih (overexpression) di tanaman model Nicotiana benthamiana dan Nicotiana tabacum, dan pembungkaman gen MmCuZn-SOD melalui RNAi pada M. malabathricum L merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan oleh peneliti lain di dunia. Oleh karena itu, keempat topik penelitian di atas adalah kebaruan (novelty) dalam penelitian ini. Kata kunci : cekaman aluminium, gen CuZn-SOD, gen aktin, Melastoma

malabathricum, RNAi.

Page 10: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

©Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

Page 11: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper
Page 12: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

ISOLASI, PENGKLONAN, DAN ANALISIS EKSPRESI GEN PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE

(CuZn-SOD) DARI Melastoma malabathricum L.

SALEHA HANNUM

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 13: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup, 19 Desember 2011: 1. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc 2. Dr. Ir. Miftahudin, M.Si Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka 3 Januari 2012: 1. Dr. Ir. Satoto, M.S 2. Dr. Sintho W. Ardie

Page 14: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

Judul Disertasi : Isolasi, Pengklonan, dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Copper/Zinc Superoxide Dismutase (CuZn-SOD) dari Melastoma malabathricum L.

Nama Mahasiswa : Saleha Hannum Nomor Pokok : G361040041

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Ir. Suharsono, DEA Ketua

Dr. Ir. Utut W. Suharsono, M.Si Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Biologi

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

Tanggal Ujian Terbuka : 3 Januari 2012 Tanggal lulus:

Page 15: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper
Page 16: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penulisan disertasi ini. Disertasi ini disusun berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan di Laboratorium Biotechnology Research Indonesia-The

Netherland (BIORIN) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

(PPSHB) IPB dan Laboratorium Plant Differentiation and Morphogenesis, Nara

Institute Science and Technology (NAIST) Japan. Disertasi ini memuat hasil

penelitian tentang isolasi, pengklonan, dan analisis ekspresi gen penyandi

copper/zinc superoxide dismutase dari tanaman Melastoma malabathricum L.

Shalawat dan salam disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas

keteladanannya.

Selama penelitian ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir.

Suharsono, DEA selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Dr. Ir. Utut Widyastuti

Suharsono, M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc selaku anggota

komisi pembimbing atas segala bantuan, arahan, dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga

penulisan disertasi ini. Demikian juga penulis menyampaikan terimakasih dan

penghargaan yang tinggi kepada Prof. Dr. Akiho Yokota dan Dr. Kinya Akashi

yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan fasilitas laboratorium di Nara

Institute Sciences and Technology (NAIST) Japan. Kepada Tim Beasiswa

Pendidikan Pascasarjana (BPPS), Rektor Universitas Sumatera Utara (USU)

Medan, Program Sandwich dan Hibah Pascasarjana dari Ditjen Dikti Depdiknas,

dan Hibah Kompetensi dengan judul:”Isolasi dan ekspresi gen dalam rangka

perakitan tanaman yang toleran terhadap cekaman asam dan aluminium an.

Dr.Suharsono,DEA dengan nomor kontrak 039/HIKOM/DP2M/2008/ tanggal 13

agustus 2008, 219/SP2H/PP/DP2M/V/2009 tanggal 30 Mei 2009, dan 224/

SP2H/PP/DP2M/III/2010 tanggal 1 Maret 2010, terimakasih atas bantuannya

dalam menyediakan biaya pendidikan dan penelitian.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor, Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Ketua Jurusan Biologi

Page 17: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

Universitas Sumatera Utara Medan, atas izin yang diberikan kepada penulis

untuk melanjutkan pendidikan di SPs IPB; Rektor IPB, Dekan Sekolah

Pascasarjana (SPs) IPB, dan Ketua Program Studi Biologi SPs IPB, atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di SPs

IPB Bogor. Kepada seluruh staf pengajar dan administrasi Sps IPB, penulis

menyampaikan banyak terimakasih atas ilmu dan kelancaran adminstrasi selama

penulis menjadi mahasiswa di SPs IPB. Penulis juga menyampaikan terimakasih

kepada staf PPSHB IPB atas bantuannya dalam kelancaran pelaksanaan

penelitian di laboratorium.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa

seperjuangan di Laboratorium BIORIN, yaitu Bu Srilis, Bu Yohana, Pak Ulung,

Bu Ratna, Pak Radit, Bu Ifa, Pak Asri, Muchdar, Anita, Nurul, Ophie, Delih,

Nikson, Ila, Iin, Lian, dan Mia, serta yang telah lulus, yaitu Pak Muzuni, Firdaus,

Agustina, Pak Hadi, Yasinta, Niken, Ulfa, Yassir, Jaya, Zahro, Lulu, Go To, Fajri,

Indah, dan Lita; rekan-rekan mahasiswa seperjuangan di Program Studi Biologi,

yaitu Bu Iin, Bu Dorly, Bu Nursahara, Bu Sri, dan Bu Ida atas dorongan dan

kerjasamanya. Terimakasih juga disampaikan kepada Pak Mulya, Mbak Pepi,

Pak Adi, Mbak Nia, Mbak Sarah, Pak Asep, Bu Dewi, Bu Ika, Bu Emi, Bu Eni,

dan Pak Iri atas bantuan dan kerjasamanya.

Ucapan terima kasih yang tulus ikhlas juga penulis sampaikan kepada

kedua orang tua penulis ayahanda dan ibunda (almarhum) yang senantiasa

mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, dan selalu memanjatkan doa demi

kesuksesan penulis, serta dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan S3. Semoga Allah swt menyayangi mereka seperti menyayangi

penulis. Kepada kakak, abang, adek, dan keponakan penulis, terimakasih atas

segala perhatian, kasih sayang, pengorbanan, pengertian, dorongan moril, serta

doa yang diberikan kepada penulis selama ini.

Sebagai penutup, semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Bogor, Januari 2012

Saleha Hannum

Page 18: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pidoli Dolok pada tanggal 31 Agustus 1971, sebagai

anak ketiga dari enam orang bersaudara pasangan ayahanda H. Muhammad

Saleh Nasution, BA dan ibunda Hj. Masdewa Harahap (alm).

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 12 Kota Padang

Sidimpuan pada tahun 1984, pendidikan menengah dan lanjut di Madrasah

Tsanawiyah dan Madarasah Aliyah Pondok Pesantren K.H.Ahmad Dahlan

Sipirok, Tapanuli Selatan pada tahun 1987 dan 1990. Penulis melanjutkan

pendidikan di Universitas Andalas, Padang jurusan Biologi dan lulus 1996. Tahun

1998 melalui program DUE (Dikti) penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana

pada program studi Biologi di Institut Pertanian Bogor dan lulus 2001. Tahun

2000 penulis diangkat menjadi staf pengajar di Universitas Sumatera Utara,

Medan sampai sekarang. Tahun 2004 penulis mendapat kesempatan untuk

melanjutkan ke jenjang doktor pada program studi Biologi di Institut Pertanian

Bogor. Tahun 2008 penulis mendapat kesempatan melaksanakan penelitian di

Nara Institute Science and Technology (NAIST), Jepang selama 6 bulan melalui

program Sandwich, DIKTI.

Page 19: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan asam merupakan salah satu lingkungan yang membatasi produksi

pertanian. Sekitar 50% lebih dari lahan pertanian di dunia adalah lahan asam

(Bot et al. 2000). Sementara Indonesia mempunyai sekitar 47,5 juta ha tanah

Podsolik Merah Kuning (CSAR 1997) yang bersifat asam dengan kelarutan

aluminium (Al) yang tinggi.

Foy (1988) menjelaskan bahwa kemasaman tanah adalah faktor

cekaman terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan

keberadaan Al merupakan faktor pembatas pertumbuhan pada tanah asam.

Pada pH dibawah 5, Al menjadi terionisasi yang sangat beracun bagi tanaman

(Kinraide & Parker 1990; Kochian et al. 2004; Meriga et al. 2010 ). Aluminium

telah bersifat racun bagi tanaman meskipun konsentrasinya masih sangat

rendah. Walaupun demikian Al yang membentuk ikatan dengan ligand adalah

tidak beracun bagi tanaman seperti aluminium silikat. Bentuk Al yang bersifat

toksik bagi tanaman adalah ion Al3+ yang dominan pada kondisi asam

(Matsumoto 2000; Kochian et al. 2004). Kelarutan Al yang tinggi di dalam tanah

sangat merugikan tanaman karena dapat menghambat pertumbuhan akar

(Delhaize & Ryan 1995; Rout et al. 2001; Kochian et al. 2005).

Tumbuhan yang hidup di tanah asam umumnya adalah tumbuh-

tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Salah satu jenis

tumbuhan yang banyak dijumpai pada Tanah Podsolik Merah Kuning adalah

Melastoma (Tjitrosoedirdjo 1991). Melastoma merupakan anggota famili

Melastomataceae, tersebar di daerah Tropik Asia dan seluruh Indonesia sebagai

gulma. Salah satu spesiesnya adalah Melastoma malabathricum L. yang banyak

dijumpai di lahan asam. Pertumbuhan akar M. malabathricum L. tidak

mengalami gangguan pada pH 4.0 dan terganggu pada pH 3.0 (Muhaemin

2008). Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah asam yang

tumbuhan lain tidak tumbuh sehingga dapat dijadikan sebagai tumbuhan

indikator pada tanah asam. Watanabe et al. (1998) melaporkan bahwa M.

malabathricum L. mampu mengakumulasi lebih dari 14.4 g Al kg-1 daun tua dan

lebih dari 8 g Al kg-1 daun muda tanpa mengalami keracunan. Analisis

akumulasi Al pada M. affine D.Don. (sinonim dengan M. malabathricum L.) yang

mendapat cekaman 3.2 mM Al pH 4 pada media cair menunjukkan bahwa

Page 20: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

2 M.affine D.Don. mampu mengakumulasi 8.81 g Al kg-1 daun tua setelah 2 bulan

perlakuan (Mutiasari 2008).

Respon toleransi tanaman terhadap Al sangat berkaitan dengan gen-gen

yang terlibat di dalamnya. Isolasi gen diperlukan untuk mengetahui regulasi

ekspresinya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan genetika tanaman

(Suharsono 2002). Gen-gen yang ekspresinya diinduksi oleh Al diduga terlibat

dalam sistem toleransi terhadap Al. Sedikitnya ada 30 gen yang ekspresinya

diinduksi Al (Darko et al. 2004), beberapa diantaranya adalah gen-gen yang

mengkode enzim antioksidan, seperti glutathione-S-transferase (GST),

ascorbate peroxidase (APX), catalase (Cat), dan superoxide dismutase (SOD)

(Richards et al. 1998; Ezaki et al. 2000; Boscolo et al. 2003; Meriga et al. 2010).

Superoxide dismutase (SOD) termasuk kelompok metalloenzim yang

mampu menetralkan radikal bebas dengan mengkatalisis perubahan radikal

superoksida menjadi molekul O2 dan H2O2. Superoksida merupakan salah satu

radikal bebas turunan (derivate) oksigen reaktif (ROS) yang umumnya terdapat

dalam sel tanaman sebagai hasil samping dari proses metabolisme normal.

Akumulasi radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan makromolekul sel dan

bahkan kematian sel (Bowler et al. 1992; Scandalios 1993). Konsentrasi radikal

bebas di dalam sel tanaman dapat meningkat ketika tanaman merespon

cekaman biotik dan abiotik. Namun tanaman juga memiliki sistem pertahanan

yang dapat mencegah peningkatan radikal bebas ini dengan adanya enzim

antioksidan seperti SOD. Ada tiga tipe enzim SOD sesuai dengan logam yang

berperan sebagai kofaktor pada sisi aktif enzimnya, yaitu copper/zinc (CuZn-

SOD), besi (Fe-SOD), dan mangan (Mn-SOD). CuZn-SOD ditemukan di sitosol,

kloroplas, dan peroksisom; Mn-SOD di mitokhondria; dan Fe-SOD di kloroplas

(Bannister et al. 1987; Bowler et al. 1992; Bueno et al. 1995; Kliebenstein et al.

1998).

Aktivitas SOD telah dilaporkan meningkat dengan adanya cekaman

abiotik, seperti cahaya tinggi dan suhu rendah (Allen et al. 1997), sulfur dioksida

(Tseng et al. 2008), kekeringan (Fu & Huang 2001; Bian & Jian; 2009), dan

aluminium (Cakmak & Horst 1991; Basu et al. 2001; Du et al. 2010). Brassica

napus yang tahan Al mengekspresikan gen SOD secara berlebih (Basu et al.

2001). Aktivitas enzim SOD juga meningkat dengan cekaman Al pada kedelai

(Cakmak & Horst 1991; Du et al. 2010), gandum (Darko et al. 2004), dan padi

Page 21: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

3

(Meriga et al. 2010). Cekaman Al dapat menimbulkan cekaman oksidatif dengan

terbentuknya oksigen radikal (ROS) (Panda et al. 2003).

Gen penyandi SOD telah diisolasi dari jagung (Cannon et al. 1987), tomat

(Perl-Treves et al. 1988), sawi (Liu et al. 1998), dan Nicotiana plumbaginifolia

(Alscher et al. 2002). Pada Arabidopsis thaliana, telah diisolasi tiga gen

CuZnSOD, yaitu CSD1, CSD2, dan CSD3. CSD1 dan CSD2 terekspresi pada

akar, daun, dan batang, dan masing-masing target proteinnya di sitosol dan

kloroplas. Sementara target potein CSD3 di peroksisom karena ujung

karboksilnya mengandung tripeptida Ala-Lys-Leu yang merupakan targeting

signal peroksisom (Kliebenstein et al. 1998).

Pada M. malabathricum L., beberapa gen yang diduga terlibat dalam

cekaman asam dan Al telah diisolasi seperti multidrug resistance associated

protein (MRP) (Suharsono et al. 2008), metallothionein type 2 (Mt2) (Suharsono

et al. 2009), H+-ATPase membran plasma (Muzuni et al. 2010), dan sitrat sintase

(Mushofa 2011). Namun sampai saat ini belum ada informasi tentang gen CuZn-

SOD pada M. malabathricum L. yang diduga juga terlibat dalam toleransi

terhadap cekaman asam dan Al. Untuk mempelajari ekspresi gen secara

kuantitatif pada M. malabathricum L, informasi housekeeping gene dari

tumbuhan tersebut sangat dibutuhkan sebagai kontrol internal. Sampai saat ini

informasi tersebut belum ada. Menurut Maroufi et al. (2010) aktin termasuk

salah satu kontrol internal yang paling stabil.

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengisolasi gen antara lain

melalui penapisan terhadap pustaka genom dan pustaka cDNA, serta RT-PCR

(Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction). Selain itu ada juga yang

menggunakan metode RACE (Rapid Amplification of cDNA Ends) untuk

memperoleh gen utuh, yaitu sintesis cDNA dengan menggunakan mRNA

sebagai cetakan dan sekuen internal yang sudah diketahui urutan nukleotidanya

serta adapter pada ujung 3’ atau 5’ sebagai primer. Metode RACE telah

digunakan untuk isolasi gen utuh (full length) mannose-binding lectin dari umbi

Zephyranthes grandiflora (Kai et al. 2006), gen penyandi Gibberellin 20-Oxidase

dari Helianthus annuus (Carzoli et al. 2008), dan gen penyandi H+-ATPase

membran plasma dari M. malabathricum L. (Muzuni et al. 2010).

Peranan suatu gen dalam tanaman dapat dipelajari minimal dengan

pendekatan dua arah, yaitu meningkatkan ekspresi gen dengan mengkonstruksi

vektor over expression dan pendekatan kedua dengan menghentikan dan

Page 22: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

4 menurunkan ekspresi atau pembungkaman gen antara lain dengan

mengkonstruksi vektor RNAi (RNA interference). RNAi menyebabkan mRNA

terdegradasi sehingga gen menjadi tidak berfungsi. Teknologi RNAi telah

digunakan untuk mempelajari peranan gen penyandi H+-ATPase pada M.

malabathricum L. (Muzuni et al. 2011), membungkam gen OsGEN-L pada padi

(Moritoh et al. 2005), dan menurunkan ekspresi gen ornithine decarboxylase

pada tanaman Nicotiana tabacum L. (DeBoer et al. 2011). Pada penelitian ini,

telah dilakukan isolasi dan pengklonan fragmen gen penyandi aktin dari M.

malabathricum L, selanjutnya dilakukan isolasi, pengklonan, dan analisis

ekspresi gen penyandi copper/zinc-superoxide dismutase (CuZn-SOD) dari M.

malabathricum L. Ekspresi gen dilakukan di tanaman model Nicotiana

benthamiana dan Nicotiana tabacum, dan pembungkaman gen dilakukan di M.

malabathricum L.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengisolasi dan mengklon fragmen gen penyandi aktin dari Melastoma

malabathricum L.

2. Mengisolasi, mengklon, dan menganalisis ekspresi gen penyandi copper/zinc

superoxide dismutase (CuZn-SOD) dari M.malabathricum L. (MmCuZn-SOD).

3. Mengkonstruksi vektor ekspresi gen MmCuZn-SOD untuk ekspresi berlebih

pada tanaman Nicotiana benthamiana dan Nicotiana tabacum.

4. Mempelajari peranan gen MmCuZn-SOD melalui konstruksi vektor RNAi untuk

pembungkaman gen pada tanaman M. malabathricum L.

Strategi Penelitian

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan membagi

penelitian menjadi 4 aspek kajian (Gambar 1), yaitu:

1. Mengisolasi dan mengklon gen penyandi aktin dari M. malabathricum L.

2. Mengisolasi, mengklon, dan menganalisis ekspresi gen MmCuZn-SOD pada

M. malabathricum L. yang diberi perlakuan cekaman abiotik.

3. Mengkonstruksi vektor ekspresi untuk ekspresi berlebih gen MmCuZnSOD

pada tanaman model N. benthamiana dan N. tabacum.

4. Mengkonstruksi vektor ekspresi RNAi untuk pembungkaman gen MmCuZn-

SOD pada tanaman M. malabathricum L.

Page 23: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

5

Gambar 1. Diagram alir percobaan isolasi, pengklonan, analisis ekspresi, analisis ekspresi berlebih pada tanaman model dan pembungkaman pada M.malabathricum L. gen penyandi CuZn-SOD dari M. malabathricum L. RACE, Rapid Amplification cDNA Ends; RNAi, RNA interference.

Page 24: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Melastoma malabathricum L.

Melastoma adalah salah satu genus dari famili Melastomataceae yang

termasuk dalam ordo Myrtales. Genus ini terdiri dari 22 spesies yang tersebar di

Asia Tenggara, India, Cina Selatan, Jepang dan Australia Utara (Meyer 2001).

Melastoma malabathricum L. merupakan salah satu spesies tumbuhan berkayu

yang tumbuh di tanah asam dengan keasaman yang sangat tinggi dan miskin

unsur hara (seperti N dan P), dan tersebar di daerah tropis Asia, Australia, dan

Polynesia (Osaki et al. 1997). Di Indonesia tumbuhan ini juga banyak ditemukan

tumbuh di tanah asam, khususnya tanah Podsolik Merah Kuning dengan

kelarutan aluminium (Al) yang tinggi yang menjadi faktor pembatas bagi

pertumbuhan tanaman. Ketahanan tanaman M. malabathricum L. pada tanah

asam berhubungan dengan kemampuannya mengakumulasi Al di daun tanpa

menyebabkan gejala keracunan dan bahkan Al memacu pertumbuhannya

(Watanabe et al. 1998), sehingga tanaman ini dikenal juga sebagai akumulator Al

(Watanabe & Osaki 2002; Watanabe et al. 2005).

Menurut Watanabe et al. (1997), M. malabathricum L. yang ditumbuhkan

pada media cair dengan cekaman Al sebesar 0.5 mM selama 6 minggu mampu

mengakumulasi Al lebih dari 10 g kg-1 pada daunnya, sementara pada daun

muda tanaman ini mengakumulasi Al lebih dari 7 g kg-1. Analisis akumulasi Al

pada M. affine D.Don (sinonim dari M. malabathricum L.) yang mendapat

cekaman 3.2 mM Al pada pH 4 di dalam media cair menunjukkan bahwa M.

affine D.Don mampu mengakumulasi 8.81 g Al kg-1 daun tua setelah 2 bulan

perlakuan (Mutiasari 2008). Tanaman akumulator Al yang lain seperti tanaman

teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) dapat mengakumulasi Al hingga 30 g kg-1

pada daun tua dan 0.6 g kg-1 pada daun muda (Matsumoto et al. 1976). Daun

Hydrangea macrophylla dapat mengakumulasi Al sebesar 3 g kg-1 (Ma et al.

1997).

Tanaman mencegah toksisitas Al melalui mekanisme ekslusi dan

mekanisme toleransi internal. Pada mekanisme ekslusi, Al didetoksifikasi

dengan mengeksudasi senyawa-senyawa organik yang dapat mengikat Al.

Sedangkan dalam mekanisme toleransi internal, Al didetoksifikasi setelah Al

Page 25: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

8

diserap tanaman. Bentuk-bentuk kimia Al pada tanaman toleran telah

diidentifikasi menggunakan spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR).

Menurut Watanabe et al. (1998) bentuk Al pada daun M. malabathricum L.

adalah Al3+, Al-oksalat, Al(oksalat)2, dan Al-(oksalat)3. Sementara Watanabe &

Osaki (2001) menjelaskan bahwa Al diangkut dari akar ke pucuk tanaman M.

malabathricum dalam bentuk kompleks Al-sitrat. Jadi, asam organik dengan

berat molekul kecil memainkan peranan penting dalam detoksifikasi internal pada

jaringan tanaman dan transport Al dari akar ke pucuk melalui pembentukan

kompleks asam organik. Hal yang sama juga ditemukan pada tanaman

akumulator Al lainnya seperti buckwheat (Ma & Hiradate 2000) dan teh (Morita et

al. 2008).

Respon toleransi tanaman terhadap Al sangat berkaitan dengan gen-gen

yang terlibat di dalamnya. Isolasi gen diperlukan untuk mengetahui regulasi

ekspresinya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan genetika tanaman

(Suharsono 2002). Gen-gen yang ekspresinya diinduksi oleh Al diduga terlibat

dalam sistem toleransi terhadap Al. Sedikitnya ada 30 gen yang ekspresinya

diinduksi Al yang telah dilaporkan (Darko et al. 2004). Beberapa diantaranya

adalah gen-gen yang mengkode enzim antioksidan, seperti glutathione-S-

transferase (GST), ascorbate peroxidase (APX), catalase (Cat), dan superoxide

dismutase (SOD) (Richards et al. 1998; Ezaki et al. 2000; Boscolo et al. 2003;

Meriga et al. 2010). Pada M. malabathricum L., gen yang diduga terlibat dalam

toleransi tanaman terhadap cekaman asam dan Al telah diisolasi, yaitu multidrug

resistance associated protein (MRP) (Suharsono et al. 2008), metallothionein

type 2 (Mt2) (Suharsono et al. 2009), H+-ATPase membran plasma (Muzuni et al.

2010), dan sitrat sintase (Mushofa 2011).

Toksisitas Aluminium

Secara normal, aluminium (Al) berada dalam bentuk oksida dan kompleks

aluminosilikat yang tidak larut dan tidak toksik. Pada pH netral, Al membentuk

kompleks dengan ion hidroksida yang tidak larut, sedangkan pada pH asam, Al

berada dalam bentuk Al3+ yang merupakan bentuk Al yang paling toksik (Kinraide

& Parker 1990; Kinraide et al. 1994; Matsumoto 2000). Pada larutan dengan pH

yang lebih rendah dari 5.0, ion Al berada dalam bentuk oktahedral heksahidrat,

Al(H2O)63+, sering disingkat dengan Al3+. Pada larutan yang keasamannya

Page 26: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

9

berkurang, Al(H2O)63+ mengalami deprotonasi menjadi Al(OH)2+ dan Al(OH)2

+.

Pada larutan netral menyebabkan Al(OH)3 mengendap dan larut kembali pada

larutan basa dengan membentuk formasi tetrahedral, Al(OH)4- (Delhaize & Ryan,

1995; Marschner, 1995).

Keracunan Al merupakan salah satu kendala dalam produksi tanaman

pada tanah asam. Pada kondisi tersebut umumnya ketersediaan hara dan

kemampuan tanaman untuk menyerap hara sangat terbatas. Dari beberapa

percobaan diketahui bahwa penyerapan P, Ca, Mg, dan K oleh tanaman

berkurang secara nyata. Pada tanaman barley yang ditanam pada media yang

mengandung Al, kandungan Ca2+ dan K+ hanya setengahnya jika dibandingkan

dengan kontrol (Matsumoto et al.1988). Al biasanya meningkatkan kandungan P

pada akar dan menurunkan kandungan P pada pucuk (Liang et al. 2001; Quartin

et al. 2001). Hal ini berhubungan dengan bentuk kompleks antara P dan Al pada

akar yang menghambat transportasi P ke pucuk.

Aluminium dapat mengikat anion anorganik, seperti sulfat, fosfat, fluor,

dan silikat membentuk suatu kompleks yang mempunyai afinitas tinggi terhadap

oksigen atau air (Hodson & Evans 1995). Interaksi antara Al dengan anion

tersebut berpotensi untuk meningkatkan pH perakaran sekaligus dapat membuat

rancu pengaruh toksisitas Al dengan defisiensi unsur tertentu (seperti fosfat)

karena terbentuknya kompleks Al-fosfat (baik di larutan tanah maupun di dalam

sel) yang tidak tersedia bagi tanaman. Kemampuan tanaman untuk dapat

memanfaatkan kandungan P yang rendah secara efisien selalu dihubungkan

dengan sifat toleransi tanaman terhadap cekaman Al. Kation trivalen Al3+

menghambat transport Ca2+ secara efektif ke dalam akar, protoplasma dan

membran vesikel. Hasil studi pada lipid bilayer menunjukkan bahwa Al dapat

memblok Ca2+ dan saluran K+ (Ryan et al. 1997; Jones et al. 1998). Pada akar

barley, perlakuan Al menurunkan kandungan Ca pada membran hingga 50% dan

menyebabkan penurunan aktivitas H+-ATPase dalam menghidrolisis ATP

(Matsumoto & Yamaya 1988).

Pengaruh Aluminium pada Tanaman

Kelebihan konsentrasi Al dalam larutan tanah pada umumnya berakibat

buruk terhadap pertumbuhan tanaman, kecuali beberapa tanaman seperti teh

yang mampu bertahan pada konsentrasi Al tinggi. Gangguan penyerapan hara

Page 27: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

10

mineral tanah asam disebabkan dua hal yang sangat berkaitan, yaitu efek

langsung dengan menghambat penyerapan hara secara langsung, dan efek tidak

langsung dengan menghambat pertumbuhan sehingga secara tidak langsung

menghambat penyerapan hara (Marschner 1995).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa target utama keracunan Al

adalah jaringan akar tanaman (Delhaize & Ryan 1995; Kochian et al. 2004).

Penelitian pada gandum (Triticum aestivum) menggunakan kultivar yang sensitif

Al (Neepawa) dan toleran Al (PT741) menunjukkan bahwa setelah 3 hari

ditumbuhkan pada media yang mengandung berbagai konsentrasi Al, terlihat

penurunan pertambahan panjang akar pada kultivar sensitif sebanyak 57% pada

konsentrasi Al 25 µM, tetapi pada kultivar resisten Al belum berpengaruh (Basu

et al. 1994).

Aluminium banyak ditemukan pada inti dan dinding sel pada tanaman

yang sensitif. Pada dinding sel, penghambatan terjadi karena Al menggantikan

kedudukan Ca2+ pada lamella tengah. Aluminium berikatan dengan molekul

pektin dinding sel atau komponen dinding sel yang bermuatan negatif pada sel-

sel epidermis dan korteks akar (Delhaize et al. 1993; Marienfeld et al. 2000;

Schmohl & Horst 2000; Schmohl et al. 2000; Rout et al. 2001; Kochian et al.

2005). Gugus karboksil bebas pada molekul pektin yang terdemetilasi mengikat

ion Al toksik. Menurut Schmohl et al. (2000), perlakuan enzim pectin

methylesterase (PME) pada suspensi sel Zea mays menurunkan resistensi

terhadap Al, sehingga overekspresi PME pada tanaman kentang transgenik lebih

sensitif terhadap Al daripada non transgenik. Hal ini menunjukkan bahwa

matriks pektin pada apoplas sel-sel apikal akar berperanan penting dalam

memfasilitasi sinyal stress pada sitoskeleton sel-sel tersebut. Akumulasi Al yang

tinggi dalam apoplas akar merupakan karakteristik sensitifitas Al (Rincon &

Gonzales 1992; Schmohl & Horst 2000). Ikatan Al dengan gugus karboksil akan

menimbulkan ikatan yang kuat sehingga sel tidak dapat membesar (Marschner

1995). Pada inti sel, Al berasosiasi dengan DNA sehingga menghentikan proses

pembelahan sel pada meristem apikal (Matsumoto 1991; Rout et al. 2001).

Aluminium dalam bentuk polimer memiliki muatan positif yang besar serta

memiliki banyak situs pengikatan. Polimer Al ini dapat mengikat fosfat yang ada

pada kedua utas DNA, sehingga menghambat proses replikasi (Matsumoto

Page 28: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

11

1991). Sedangkan menurut Silva et al. (2000) bahwa Al dapat terakumulasi

dalam nukleus dengan konsentrasi yang rendah.

Pada membran sel, pengaruh Al lebih banyak disebabkan oleh adanya

perubahan atau kerusakan sifat permeabilitas. Pada membran sel akar barley, Al

ditemukan berasosiasi dengan gugus fosfolipid membran yang menyebabkan

kerusakan struktur membran atau perubahan dalam permeabilitas membran. Hal

ini menyebabkan penyerapan hara yang dikatalisis oleh pompa proton menjadi

terhambat (Matsumoto 1991; Rout et al. 2001). Ion Al yang bermuatan positif

dapat berasosiasi dengan gugus fosfat dari ATP atau fosfolipid pada membran

yang akan mempengaruhi efektivitas transport proton (Kochian et al. 2004).

Toleransi Tanaman terhadap Cekaman Aluminium

Tanaman yang toleran terhadap Al tinggi mengembangkan mekanisme

toleransi melalui berbagai cara. Beberapa tanaman toleran Al mengeluarkan

asam-asam organik sebagai bahan pengkhelat Al pada daerah rizosfer.

Beberapa jenis tanaman diketahui mengeluarkan eksudat berupa asam sitrat,

seperti yang terjadi pada Phaseolus vulgaris (Miyasaka et al. 1991) dan kacang

kedelai (Yang et al. 2000). Pada tanaman gandum yang toleran Al

mengeluarkan asam malat dari ujung akarnya (Delhaize et al. 1993). Tanaman

talas mengeluarkan eksudat asam oksalat (Ma & Miyasaka, 1998).

Taylor (1991) menyatakan bahwa resistensi Al dimediasi oleh protein

membran yang secara aktif mengeluarkan Al, sebagai enzim yang terlibat dalam

sintesis atau pengeluaran ligan kelator, atau enzim yang bertanggungjawab

terhadap sintesis komponen seluler yang mempunyai sifat mengubah resistensi

Al. Sopandie et al. (2003), juga mendapatkan tanaman kedelai yang toleran

terhadap Al mengekspresikan suatu protein pada daerah meristem akar.

Beberapa tanaman dapat bertindak sebagai tanaman pengumpul

(akumulator) Al, karena dapat menyerap Al dan mengakumulasinya dalam

jaringan tanaman. Watanabe et al. (1998) melaporkan bahwa tanaman

M. malabathricum L. mampu mengakumulasi Al dalam jaringan mesofil daun

maupun dalam jaringan penyusun akar, terutama pada jaringan epidermis dan

endodermis. Tanaman teh (Camellia sinensis L.) dapat mengakumulasi Al pada

daun tua sebesar 30 g kg-1 (Matsumoto et al. 1976). Sementara tanaman

Conostegia xalapensis yang mengakumulasi Al dalam jaringan epidermis dan

Page 29: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

12

mesofil daunnya dapat mengandung 19.000 mg Al kg-1 bobot kering daun

(Gonzalez-Santana et al. 2011).

Gen-Gen yang Berhubungan dengan Toleransi Aluminium

Taylor (1991) mengungkapkan bahwa respon toleransi tanaman terhadap

Al sangat berkaitan dengan gen-gen yang terlibat di dalamnya. Beberapa gen-

gen telah diketahui baik secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan

toleransi terhadap Al. Aniol (1995) menunjukkan bahwa pada lengan panjang

kromosom 2D tanaman gandum terdapat faktor genetik yang mencegah

akumulasi Al pada meristem apikal akar. Delhaize et al. (1993) menyatakan

bahwa toleransi Al pada gandum dikendalikan oleh gen dominan Alt yang

mengendalikan ekspresi malat ketika tanaman tersebut mengalami cekaman Al.

Hal yang sama juga dilaporkan Sasaki et al. (2004), bahwa gen ALMT1 yang

terlibat dalam eksudasi malat dapat meningkatkan toleransi terhadap Al pada sel

tembakau. Eksudasi berbagai asam organik seperti malat, sitrat, dan oksalat

terjadi pada tanaman yang diberi cekaman Al (Delhaize et al. 1993; Kidd et al.

2001; Kochian et al. 2005). Pembungkaman gen penyandi H+-ATPase membran

plasma melalui RNAi pada tanaman M. malabathricum L. transgenik

menunjukkan kepekaan yang lebih tinggi terhadap cekaman 3.2 mM Al dan pH 4

dibandingkan tanaman non transgenik. Hal ini menunjukkan bahwa gen ini

berperan dalam toleransi M.malabathricum L. terhadap cekaman Al (Muzuni

2011).

Delhaize et al. (2004) melaporkan bahwa ekspresi berlebih Al-inducible

malate transporter (ALMT) meningkatkan toleransi Al pada tanaman Hordeum

vulgare. Overekspresi SbMATE yang menyandi putative citrate transporter dapat

meningkatkan toleransi terhadap cekaman Al pada Arabidopsis dan gandum

(Magalhaes et al. 2007; Liu et al. 2009). Gen ALS3 yang menyandi ABC

transporter- like protein juga diperlukan dalam toleransi Al pada Arabidopsis dan

dapat berperan untuk mendistribusikan akumulasi Al dari jaringan yang sensitif

untuk melindungi pertumbuhan akar dari keracunan Al (Larsen et al. 2005).

Cekaman Al dapat menyebabkan pembentukan cekaman oksidatif.

Salah satu mekanisme keracunan Al adalah terjadinya peroksidasi lipid yang

merupakan cekaman oksidatif (Gutteridge et al. 1985; Kochian et al. 2004).

Aluminium dapat menginduksi kompleks gen-gen yang terlibat dalam cekaman

Page 30: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

13

oksidatif, sehingga meningkatkan aktivitas beberapa enzim cekaman oksidatif

(Ricards et al. 1998; Cakmak & Horst 1991; Foyer & Noctor 2005).

Richards et al. (1998) telah berhasil mengisolasi gen-gen cekaman

oksidatif dari Arabidopsis thaliana yang ekspresinya terinduksi oleh cekaman Al,

yaitu gen-gen penyandi metallothionein-like protein, glutathione-s-transferase

(GST), peroksidase, dan superoxide dismutase (SOD). Hal yang sama juga

dilakukan oleh Ezaki et al. (1995) yang berhasil mengisolasi gen-gen tembakau

yang menyandikan GST, Peroxidase (PER), dan GDP Dissociation Proteinase

Inhibitors (GDI) yang diinduksi oleh cekaman Al. Pada tanaman kedelai, Anwar

et al. (2000) berhasil mengklon fragmen cDNA dari gen-gen kedelai yang toleran

terhadap cekaman Al, antara lain gmali1 (Glycine max aluminum induced),

gmali14, gmali49, dan gmali50, masing-masing menyandikan H+-ATPase

membran plasma, protein histon H3, NADH-dehidrogenase dan Auxin-induced

protein. Semua gen tersebut di atas terekspresi untuk mempertahankan diri dari

cekaman lingkungan. Pada Melastoma affine (sinonim M. malabathricum),

Suharsono et al. (2009) telah berhasil mengisolasi gen metallothionein type 2

(MaMt2) yang ekspresinya diinduksi oleh cekaman Al (Trisnaningrum 2009).

Superoxide Dismutase (SOD)

Superoxide dismutase (SOD) termasuk kelompok metalloenzim yang

mampu menetralkan radikal bebas dengan mengkatalisis dismutase radikal

superoksida menjadi molekul O2 dan H2O2 (Bowler et al. 1992; Fridovich 1995;

Tseng et al. 2008). Pada kondisi normal, radikal superoksida yang merupakan

derivat reactive oxygen species (ROS) terdapat di dalam sel tanaman sebagai

produk sampingan dari proses metabolisme. Akumulasi ROS dapat

menyebabkan kerusakan berbagai fungsi seluler seperti kerusakan DNA,

protein, dan peroksidasi lipid, sehingga enzim ini sangat penting sebagai

antioksidan untuk pertahanan pada hampir semua sel yang terpapar oksigen

(Bowler et al. 1992; Fridovich 1995; Dong et al. 2009). Akumulasi ROS dapat

disebabkan oleh berbagai cekaman lingkungan (Allen et al. 1997: Foyer & Noctor

2005).

SOD merupakan enzim antioksidan yang berada pada garis depan

sebagai pertahanan terhadap radikal superoksida (Fridovich 1995). Ada tiga tipe

SOD sesuai dengan logam yang berperan sebagai kofaktor pada sisi aktif

Page 31: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

14

enzimnya, yaitu copper-zinc (CuZn-SOD), besi (Fe-SOD), dan mangan (Mn-

SOD). CuZn-SOD ditemukan di sitosol, kloroplas, dan peroksisom, Mn-SOD di

mitokhondria dan Fe-SOD di kloroplas (Bannister et al. 1987; Bowler et al. 1992;

Bueno et al. 1995; Kliebenstein et al. 1998; Dong et al. 2009). Pemberian logam

Mn, Cu, Zn, atau Fe ke dalam media kultur dapat meningkatkan ekspresi dan

aktivitas SOD. Shi et al. (2005) melaporkan bahwa aktivitas SOD, terutama

aktivitas Mn-SOD meningkat seiring dengan peningkatan Mn pada tanaman

mentimun, sedangkan menurut Fernando and Miguel (2000) aktivitas SOD tidak

dipengaruhi oleh konsentrasi Mn pada padi. Pada Arabidopsis thaliana yang

ditumbuhkan pada media dengan konsentrasi Cu2+ yang tinggi mampu

meningkatkan aktivitas total SOD (Maria et al. 2007).

Aktivitas SOD telah dilaporkan meningkat dengan adanya cekaman

abiotik, seperti cahaya tinggi (Allen et al. 1997) sulfur dioksida (Tseng et al. 2007;

Tseng et al. 2008), ozon (Pitcher and Zilinskas 1996), kekeringan (Mittler &

Zilinskas 1994; Fu & Huang 2001; Bian & Jian; 2009), suhu rendah (Hernandez-

Nistal et al. 2002; Lee & Lee 2000; Gao et al. 2009), garam ( Sreenivasulu et al.

2000), dan aluminium (Basu et al. 2001; Darko et al. 2004; Du et al. 2010; Meriga

et al. 2010). Tang et al. (2006) dan Lim et al (2007) melaporkan ekspresi gen

CuZnSOD yang meningkat terhadap berbagai cekaman lingkungan pada

tanaman kentang transgenik.

Basu et al. (2001) melaporkan bahwa Brassica napus yang tahan Al

mengekspresikan gen SOD secara berlebih. Aktivitas enzim SOD juga

meningkat dengan cekaman Al pada kedelai ( Cakmak & Horst 1991; Du et al.

2010), gandum (Darko et al. 2004), dan padi (Meriga et al. 2010). Menurut Du et

al. (2010) perlakuan Al meningkatkan aktivitas SOD pada akar dan kalus dari 2

genotipe kedelai (Al-tolerant PI 416937 (PI) dan Al-sensitive Young). Aktivitas

SOD pada kedua genotipe tersebut berbeda dalam merespon cekaman Al dan

bergantung pada konsentrasi Al dan lama perlakuan. Aktivitas SOD pada akar

yang tahan (PI) lebih tinggi dibandingkan akar yang rentan (Young) pada lama

perlakuan cekaman Al 36 atau 48 jam. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

aktivitas enzim antioksidan merupakan salah satu mekanisme toleransi Al. Pada

akar barley, SOD juga terlibat dalam mekanisme detoksifikasi Al pada dosis

sangat beracun dan perlakuan Al yg panjang (Simonovicova et al. 2004).

Page 32: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

15

Peixoto et al. (1999) melaporkan bahwa aktivitas SOD pada akar gandum

yang resisten Al lebih tinggi dibandingkan gandum yang tahan Al pada kondisi

tanpa cekaman Al, namun dengan perlakuan cekaman Al, aktivitas SOD

meningkat lebih tinggi pada kultivar gandum yang tahan dibandingkan yang

resisten. Tingginya peningkatan aktivitas SOD pada gandum yang tahan dengan

perlakuan Al kemungkinan adalah hasil dari peningkatan konsentrasi H2O2.

Salah satu mekanisme toksisitas Al adalah menyebabkan peroksidasi lipid

(Gutteridge et al. 1985; Cakmak & Horst 1991).

Gen penyandi SOD telah diisolasi dari jagung (Cannon et al. 1987), tomat

(Perl-Treves et al. 1988), sawi (Liu et al. 1998), dan Nicotiana plumbaginifolia

(Alscher et al. 2002). Pada Arabidopsis thaliana, telah diisolasi tiga gen

CuZnSOD, yaitu CSD1, CSD2, dan CSD3. CSD1 dan CSD2 terekspresi pada

akar, daun, dan batang, dan masing-masing target proteinnya di sitosol dan

kloroplas. Sementara target potein CSD3 di peroksisom karena ujung

karboksilnya mengandung tripeptida Ala-Lys-Leu yang merupakan targeting

signal peroksisom (Kliebenstein et al. 1998).

Pengklonan DNA dengan Rekombinasi Situs Spesifik

Teknologi pengklonan DNA sangat penting dalam bidang biologi,

terutama genetika dan biologi molekular. Pengklonan DNA dibutuhkan untuk

analisis fungsional gen dan ekspresi gen. Saat ini telah berkembang teknik

pengklonan DNA dengan menggunakan prinsip rekombinasi situs spesifik yang

lebih efisien dibandingkan dengan teknik pengklonan yang menggunakan enzim

restriksi (Hartley et al. 2000).

Pengklonan sistem Gateway merupakan salah satu metode pengklonan

dengan rekombinasi situs spesifik secara in vitro yang ditemukan dan

dikomersialisasikan oleh Invitrogen sejak akhir 1990-an. Metode Gateway

cloning adalah metode biologi molekuler untuk mentransfer fragmen DNA antar

plasmid dengan efisien menggunakan situs rekombinasi, yaitu situs " gateway

att", dan dua enzim campuran, yang disebut LR Clonase dan BP Clonase.

Gateway cloning secara efektif telah menggantikan enzim restriksi dan ligase.

Sistem ini memerlukan awal penyisipan fragmen DNA ke plasmid dengan dua

sekuens rekombinasi pengapit yang disebut "att L1" dan "att L2", untuk

membentuk Gateway clone entry (Magnani et al. 2006; Karimi et al. 2007;

Page 33: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

16

Nakagawa et al. 2007). Metode ini sangat efisien, karena keberhasilannya lebih

dari 90% (Patton 2000; Freuler et al. 2008).

Secara umum, teknologi Gateway melibatkan proses dua-langkah. Gen

target pertama diklon ke entry vector melalui suatu reaksi yang disebut reaksi BP

dengan enzim BP clonase, dan menghasilkan entry clone. Ketika membuat entry

clone, maka perlu untuk mengubah urutan ujung gen target agar kompatibel

dengan situs rekombinasi Gateway (situs pengenalan rekombinase), namun

tidak melibatkan enzim restriksi selama proses pengklonan secara keseluruhan.

Selanjutnya, gen target yang ada di dalam entry vector (entry clone) disubklon ke

destination vector (plasmid biner) melalui reaksi LR menggunakan enzim LR

clonase. Jadi, hanya dengan sekali membuat entry clone, maka entry clone

dapat digunakan ke berbagai plasmid biner sesuai dengan tujuan hanya dengan

reaksi LR, dan ini merupakan salah satu keuntungan dari teknologi Gateway

(Invitrogen Co. 2003 ; Katzen 2007; Xu & Li 2008).

Salah satu entry vector yang tersedia saat ini adalah pENTR™/D-TOPO®

kloning kit (Invitrogen), dengan menambahkan 4 nukleotida (CACC) pada primer

5'-PCR (forward) untuk amplifikasi gen, produk PCR yang berujung rata sudah

terarah untuk diklon ke vektor TOPO untuk menghasilkan clone entry (Gambar

2). Dengan demikian, teknologi TOPO dengan mudah menghasilkan klon entry

(Xu and Li 2008). DNA sasaran yang yang telah tersisipi di klon entry akan lebih

mudah masuk ke vektor biner dengan hanya menggunakan reaksi LR (Hartley et

al. 2000; Patton 2000).

Gambar 2. Vektor pENTR™/D-TOPO® (Invitrogen 2006).

Page 34: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

17

Tekhnologi gateway ini telah diaplikasikan untuk konstruksi vektor dalam

analisis ekpresi berlebih (overexpression) (Karimi et al 2002; Curtis &

Grossniklaus 2003; Earley et al. 2006), antisense (Karimi et al. 2002), RNAi

(Muzuni 2011), analisis promoter (Curtis & Grossniklaus 2003; Earley et al.

2006; Karimi et al. 2007), analisis ekspresi gen induksi (inducible gene) (Joube`s

et al. 2004; Brand et al. 2006; de Schutter et al. 2007), dan analisis ekspresi

beberapa gen (multisite) (Karimi et al. 2005).

RNA interference (RNAi)

RNA interference (RNAi) merupakan potongan kecil RNA yang dapat

menginduksi penghancuran mRNA tertentu sebelum dapat menyandi protein di

dalam sitoplasma. Prinsip dasarnya adalah masuknya double-stranded RNA

(dsRNA) ke dalam sitoplasma akan membungkam ekspresi suatu gen di tingkat

post-transkripsi (Fire et al. 1998; Kalantidis et al. 2008). Pada awalnya, proses

gangguan (interference) menggunakan RNA tidak berhasil, karena para peneliti

mengunakan dsRNA dengan panjang lebih dari 30 nukleotida. Hal ini

menyebabkan supresi dari gen yang tidak seharusnya terbungkam (non-specific

suppression gene). Pada perkembangannya, penggunaan dsRNA dengan

nukleotida yang lebih pendek, 21-23 nukleotida, berhasil membungkam ekspresi

gen yang dikehendaki pada sel mamalia, yang dikenal dengan small interfering

RNA (siRNA) (Fire et al. 1998; Waterhouse et al. 2001; Hannon 2002; Pickford &

Cogoni 2003)

Penghambatan ekspresi gen dengan memasukkan dsRNA ini,

sebenarnya ditemukan secara tidak sengaja oleh Napoli et al (1990) ketika

bermaksud meningkatkan ekspresi warna bunga Petunia. Namun hasil yang

mereka peroleh dengan memasukkan dsRNA yang komplementer dengan gen

yang berperan dalam biosintesia warna bunga tidak seperti yang mereka

harapkan. Ekspresi warna bunga yang diharapkan adalah menjadi ungu tua

sebagaimana umumnya warna bunga Petunia, namun mereka mendapatkan

sebaliknya, yaitu bunga Petunia yang berwarna ungu keputih-putihan

Penemuan ini merangsang berbagai kelompok peneliti mengikutinya dengan

tujuan untuk mempelajari efek tertekannya (suppression) ekspresi gen akibat

introduksi dsRNA ke dalam sel.

Page 35: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

18

Mekanisme dasar RNAi dalam membungkam gen berhasil dijelaskan Fire

et al. (1998) dan Montgomery & Fire (1998) dengan menggunakan

Caenorhabditis elegans. Mekanisme ini terdiri dari beberapa proses (Gambar 3):

1. Rantai dsRNA masuk kedalam sitoplasma sel (baik dalam bentuk alami

ataupun sintetis) dan akan langsung dikenali oleh enzim dicer (RNAse tipe

III). Enzim ini akan memotong rantai dsRNA menjadi rantai yang pendek-

pendek (21 pb, termasuk 2 nukleotida dengan ujung 3’ di kedua ujungnya).

2. Dicer-dicer tersebut bersama co-factor lainnya akan sangat aktif

memotong-motong dsRNA sehingga akan terdapat banyak potongan-

potongan kecil dsRNA, yang disebut dengan small interfering RNA

(siRNA) yang masih memiliki rantai ganda.

3. Selanjutnya siRNA akan dikenali dan ditangkap oleh kompleks multi-

protein yang mengandung ribonuklease (ribonuclease-containing multi-

protein complex) atau diistilahkan dengan RNA-Induced Silencing

Complex (RISC). RISC mengandung enzim Argonaut, pada tahap ini

siRNA akan terdenaturasi menjadi utas tunggal yang akan mengaktifkan

RISC.

4. RISC yang aktif akan segera mencari mRNA hasil transkripsi yang keluar

dari inti sel, dan siRNA di dalam RISC akan dengan tepat mengenali target

dan mengikat pasangan basa komplemennya di mRNA.

5. Setiap RISC mengandung aktifitas enzim endonuclease (Argonaut

subunit) yang bertugas memotong target mRNA menjadi bagian-bagian

kecil, sehingga tidak dapat ditranslasi menjadi protein. Pada hewan,

mRNA yang terpotong ini akan teridentifikasi oleh sel sebagai mRNA yang

rusak (aberrant mRNA) dan langsung terdegradasi secara alami dengan

mekanisme endogenous. Sementara pada tumbuhan, potongan-potongan

mRNA ini selain terdegradasi secara alami oleh metabolisme sel, dapat

juga menjadi cetakan yang akan teridentifikasi oleh enzim RNA-dependent

RNA polymerase (RdRp) untuk melakukan polimerisasi dan menjadikan

mRNA yang awalnya berutas tunggal menjadi dsRNA. Selanjutnya

dsRNA ini akan kembali teridentifikasi oleh dicer dan seterusnya berulang-

ulang.

Teknologi RNAi ini telah digunakan untuk mempelajari fungsi suatu gen

pada tanaman (Wesley et al. 2001; DeBoer et al. 2011; Muzuni 2011), menapis

Page 36: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

19

gen fungsional untuk mengidentifikasi target terapi pada hewan (Soutchek et al.

2004; Shen et al. 2005; Raoul et al; 2005), pengobatan infeksi virus berbahaya

pada manusia (Leonard & Schaffer 2006; Ma et al. 2007), dan pengobatan terapi

kanker (Yin et al. 2003; Abdelrahim et al. 2006; Pai et al. 2006).

DeBoer et al. (2011) melaporkan bahwa metode RNAi telah digunakan

untuk down-regulate level transkripsi ornithine decarboxylase (ODC) pada

tembakau (N. tabacum). Pembungkaman gen penyandi H+-ATPase pada

M. malabathricum melalui teknik RNAi, dapat menyebabkan penghambatan

pertumbuhan terutama pertumbuhan akar dan daun (Muzuni 2011).

Gambar 3. Model umum tahapan-tahapan dalam mekanisme RNAi (http://www.

ambion.com/techlib/tn/101/7.html)

Page 37: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

20

Teknik Transformasi

Metode transformasi pada tanaman dapat dilakukan menggunakan

partikel bombardemen dan menggunakan bakteri Agrobacterium tumefaciens

(Dai et al. 2001). Teknik transformasi dengan partikel bombardemen adalah

mentransfer gen yang dioperasikan secara fisik menggunakan partikel yang

dibungkus DNA langsung ke sel atau jaringan tanaman (Klein et al. 1992;Kikkert

et al. 2004). Teknik ini secara ekonomi lebih mahal dibandingkan dengan

menggunakan bakteri A. tumefaciens. Teknik transformasi menggunakan

A. tumefaciens mampu mentransfer gen kedalam eksplan tanaman dan

mempunyai regenerasi tinggi (Hiei & Komari 2008).

Kemampuan bakteri A. tumefaciens mentransformasi sel tanaman

berhubungan dengan adanya T-DNA yang dapat berintegrasi ke dalam genom

tanaman. T-DNA adalah suatu bagian pada tumor inducing (Ti) plasmid yang

terdapat di dalam sel A. tumefaciens. Ti-plasmid berukuran sekitar 200-800 kb

dan T-region (T-DNA)nya sendiri berukuran sekitar 10% nya (10-30 kb). T-region

ini dibatasi oleh dua sekuen pembatas (border) yaitu right border (RB) dan left

border (LB) yang mengapit T-region. Bagian lain dari Ti-plasmid yang tidak kalah

pentingnya adalah vir-region yang mengandung sejumlah gen-gen virulen (virA,

virB, virC, virD, virE, virF,virG dan virH) yang berfungsi didalam proses transfer

T-DNA ke dalam sel tanaman (Zambryski et al. 1983: Gelvin 2000; Karami et al.

2009).

Interaksi antara A. tumefaciens dengan sel tanaman didahului dengan

penginderaan (sensing) A. tumefaciens terhadap sel yang luka. Mekanisme ini

terjadi secara kimiawi dimana sel tanaman yang luka menghasilkan suatu

metabolit yang berperan sebagai isyarat bagi A. tumefaciens. Metabolit tersebut

dapat berupa senyawa gula, asam, asam amino atau senyawa fenol (Tinland

1996; Karami et al. 2009). Adanya isyarat tersebut maka A. tumefaciens akan

bergerak aktif menuju ke sel sasaran. Gerakan yang bersifat kemotaksis ini

dipandu oleh senyawa yang disekresikan oleh sel tanaman rentan yang luka.

Interaksi dilanjutkan dengan adanya kontak antara A. tumefaciens dengan sel

tanaman sasaran. Untuk memperkuat kontak tersebut A. tumefaciens

mengeluarkan suatu metabolit yaitu β-1-2-glukan. Beberapa gen dalam

kromosom A. tumefaciens diketahui merupakan penyandi enzim yang berperan

Page 38: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

21

dalam sintesis berbagai suatu senyawa glukan, yaitu chvA, chvB, dan exoC

(Sheng & Citovsky 1996; Tinland 1996; Gelvin 2000).

Tahap selanjutnya adalah induksi faktor virulensi (vir) yang akan

mengatur proses pemotongan dan transfer T-DNA kel sel tanaman. Beberapa

metabolit yang disekresi oleh tanaman, akan menginduksi faktor virulensi.

Metabolit tersebut adalah asetosiringon, hidroksi asetosiringone, koniferil alkohol

dan etil firulat (Gelvin 2000; Kumar et al. 2006; Sarangi et al. 2011). Proses

transfer T-DNA diwali dengan dideteksinya senyawa fenol dari sel tanaman yang

luka oleh A. tumefaciens. Hal ini menyebabkan terjadinya proses aktivasi

ekspresi gen virulensi. Protein dari virA ini akan menginduksi fosforilasi produk

dari virG yang selanjutnya mengaktifkan ekspresi berbagai vir lainnya. Protein

yang dihasilkan oleh gen vir akan memotong T-DNA pada kedua sekuen

berulang yang mengapit T-DNA yaitu batas kiri (LB) dan batas kanan (RB).

Transfer bersifat polar, yaitu bergerak dari batas kanan ke batas kiri. Jika batas

kanan dibuang maka transfer T-DNA tidak akan terjadi, tetapi jika batas kiri yang

dibuang maka transfer T-DNA tetap terjadi. Selama induksi, T-DNA dipotong

tepat pada utas bawah di dalam batas berulang oleh protein virD. Akibat

kejadian ini dihasilkan utas T yang berutas tunggal, kemudian utas tunggal ini

dipindahkan melalui membrane bakteri ke dalam sitoplasma sehingga

terintegrasi ke dalam genom tanaman inang (Sheng & Citovsky 1996; Gelvin

2000; Karami et al. 2009).

Hal penting dalam proses transformasi melalui A. tumefaciens ini adalah

transfer T-DNA ke inti tanaman target yang diinduksi oleh ekspresi gen-gen vir

serta ekspresi gen-gen yang tertransformasi. Selain itu, integrasi T-DNA yang

membawa transgen ke dalam genom resipien, akan mengalami sedikit

pengaturan kembali secara intra dan intermolekuler, untuk memulihkan sistim

transkripsi dan translasi genom tanaman resipiennya. Transformasi melalui

A. tumefaciens lebih menjamin kestabilan genom tanaman resipien (Slamet-

Loedin 1994; Sheng & Citovsky 1996; Gelvin 2003).

Transfer dengan sistim A. tumefaciens ini biasanya menggunakan vektor

biner (binary vector). Pada sistem ini digunakan dua plasmid, yaitu plasmid Ti

yang mengandung bagian virulen, dan plasmid kedua yang mengandung T-DNA

dan gen yang disisipkan. Alasan penggunaan vektor biner adalah sulitnya

Page 39: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

22

menemukan sisi pemotongan yang unik dengan enzim restriksi pada plasmid Ti

yang berukuran sangat besar (Slamet-Loedin 1994).

Agrobacterium adalah bakteri yang hidup bebas dalam tanah dan dapat

menimbulkan penyakit pada tanaman yang terinfeksi. Pada budidaya pertanian

penyakit ini tergolong penting dan sebagian besar terjadi pada tanaman dikotil.

Menurut Miller & Bassler (2001) terdapat dua species Agrobacterium yang

bersifat patogen yaitu A. tumefaciens sebagai penyebab penyakit tumor (crown

gall) dan A. rhizogenes sebagai penyebab penyakit akar rambut (hairy root) pada

berbagai tanaman dikotil yang peka.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam transfer gen yaitu konstruksi

gen dengan jenis promoter yang tepat dan dapat terekspresi pada jaringan target

yang diinginkan, kemampuan jaringan target untuk menerima gen asing, dan

kemampuan beregenerasi dari jaringan target. Keberhasilan transformasi

genetik tanaman ditandai dengan terintegrasinya gen yang diintroduksikan ke

dalam genom tanaman dan terekspresi serta tetap terpelihara dalam seluruh

proses pembelahan sel sampai regenerasi tanaman. Untuk pembuktian

terintegrasinya gen asing, umumnya digunakan gen penanda, misalnya gen gus

yang menyandikan β-glucuronidase, yang ekspresinya ditunjukkan dengan

timbulnya warna biru setelah uji histokimia (Jefferson et al. 1987). Untuk

mengetahui integrasi gen kedalam tanaman juga dapat dilakukan dengan

menggunakan marka seleksi resistensi terhadap antibiotik (Hiei & Komari 2008).

Aktin

Aktin adalah protein yang sangat penting bagi sel eukariotik. Protein ini

berperan penting dalam membentuk jaringan yang memberikan dukungan

mekanik sel, menentukan bentuk sel, pergerakan sel, dan juga pembelahan sel

(Vantard & Blanchoin 2002; Blessing et al. 2004). Aktin juga penting dalam

morphogenesis sel pada tumbuhan, sebagai komponen dinding sel, terlibat

dalam pertumbuhan rambut akar, sel trikom, tabung pollen, perpanjangan sel

dan apikal meristem (Gilliland et al. 2003). Kehilangan ekspresi gen ACT11 pada

jaringan vegetatif dapat menyebabkan perubahan morfologi organ tanaman

Arabidopsis (Kandasamy et al. 2002), dan pembungkaman gen aktin GhACT1

pada tanaman kapas menyebabkan terhambatnya pemanjangan serat kapas (Li

et al. 2005). Aktin mengontrol pertumbuhan sel melalui berbagai interaksi

Page 40: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

23

dengan protein lain seperti actin depolarizing factor (Chen et al. 2002) dan Rho

family GTPase (Fu et al. 2002).

Aktin disandi oleh multigene family pada tanaman (Li et al. 2005; Feng et

al.2006). Pada Arabidopsis thaliana, famili gen aktinnya terdiri dari 10 gen yang

berbeda, delapan diantaranya adalah gen fungsional dan dua gen adalah

pseudogen (McDowell et al. 1996). Li et al. (2005) telah mengisolasi 15 gen

aktin (GhACT) dari kapas.

Pada Arabidopsis ada dua kelompok gen aktin yaitu kelompok vegetatif,

yang diekspresikan dominan pada daun, batang, akar, petal, dan sepal, dan

kelompok generatif yang diekspresikan secara kuat pada pollen, ovule, dan

jaringan embrionik (McDowell et al. 1996; Kandasamy et al. 1999). Gen-gen

aktin Arabidopsis tersebut tersebar di kromosom 1, 2, 3, dan 5 (McKinney et al.

1996). Adapun pada kedelai dikenal dengan mu-aktin, kappa-aktin, dan lambda-

aktin (McLean et al. 1990).

Gen aktin termasuk housekeeping gene (Tu et al. 2007), yaitu gen yang

memiliki tingkat eksperesi yang stabil di berbagai jaringan pada semua tahapan

perkembangan. Sifat gen yang seperti ini menjadikan gen aktin digunakan

sebagai kontrol internal pada analisis ekspresi, khususnya analisis ekspresi gen

dengan metode qRT-PCR (quantitative real time polymerase chain reaction)

yang merupakan metode analisis ekspresi yang berkembang saat ini (Bas et al.

2004). Gen aktin adalah salah satu gen yang paling sering digunakan sebagai

internal kontrol pada studi qRT-PCR (Bezier et al. 2002; Thomas et al. 2003;

Chen et al. 2010).

Gen aktin telah digunakan sebagai kontrol ekspresi gen pada kentang

(Nicot et al. 2005), kedelai (Jan et al. 2008), gandum (Paolacci et al. 2009),dan

padi (Zhang et al. 2009). Menurut Maroufi et al. (2010), aktin termasuk salah

satu kontrol internal yang paling stabil pada uji ekspresi gen di daun dan akar

Cichorium intybus. Hal yang sama direkomendasikan untuk uji ekspresi gen

pada padi (Ambavaram & Preira 2011) dan uji ekspresi gen perkembangan

bantalan buah pada kurma China (Sun et al. 2009). Bahkan Olbrich et al. (2008)

hanya merekomendasikan aktin sebagai kontrol internal untuk qRT-PCR pada

tanaman Fagus sylvatica L., setelah menguji kestabilan beberapa housekeeping

gene, yaitu aktin, 18 rRNA, glyceraldehyd 3-phosphate dehydrogenase

(GAPDH1, GAPDH2), a-tubulin,dan ubiqitin like protein.

Page 41: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB III ISOLASI FRAGMEN cDNA DARI GEN PENYANDI AKTIN

DARI Melastoma malabathricum L.

Abstrak

Melastoma malabathricum L. adalah tumbuhan akumulator aluminium (Al) yang dapat tumbuh baik pada tanah asam dengan kelarutan Al yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman model untuk toleransi terhadap cekaman aluminium dan asam. Ekspresi gen-gen yang diinduksi oleh aluminium pada tanaman M. malabathricum memerlukan gen kontrol internal. Aktin adalah termasuk gen housekeeping yang biasa digunakan sebagai kontrol internal. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengklon fragmen cDNA MmACT yang menyandi aktin dari M. malabathricum. RNA total telah berhasil diisolasi dan dijadikan sebagai cetakan untuk sintesis cDNA total melalui transkripsi balik. Empat fragment cDNA yang menyandi aktin dari M. malabathricum telah berhasil diisolasi dan disisipkan ke dalam plasmid pGEM-T Easy. Keempat fragmen ini selanjutnya dinamakan fragmen MmACT1, MmACT2, MmACT3, dan MmACT4. Analisis urutan nukleotida menunjukkan bahwa fragmen MmACT1 dan MmACT2 berukuran 617 pb, dan fragmen MmACT3 dan MmACT4 berukuran 735 pb. Antar keempat fragmen cDNA MmACT ini memiliki kemiripan nukleotida sekitar 78%-99%, dan kemiripan asam amino sekitar 98% - 100%. Analisis hubungan filogenetik berdasarkan urutan asam amino menunjukkan bahwa pada ketidakmiripan 1% MmACT1, MmACT2, MmACT3 mengelompok dengan ACT5 Populus trichocarpha, sementara MmACT4 mengelompok dengan ACT9 P. trichocarpa dan ACT1 Gossypium hirsutum, dan kedua kelompok ini terpisah dengan aktin dari tumbuhan monokotil. Keempat fragmen MmACT ini telah didaftarkan di bank data GenBank/EMBL/DDBJ dengan nomor

aksesi AB500686, AB500687, AB500688, and AB500689.

Abstract

Melastoma malabathricum is accumulator plant of aluminum (Al) which can grow well in acidic soil with high Al solubility, thereby it can be used as a model plant for tolerance to aluminum and acid stresses. Analysis of the expression of genes induced by Al in M. malabathricum requires internal control genes. Actin is belong to housekeeping genes commonly used as an internal control. This study aimed to isolate and clone the cDNA fragment of MmACT encoding for actin of M. malabathricum. Total RNA was isolated and used as template for cDNA synthesis by reverse transcription. Four cDNA fragments encoding for actin from M. malabathricum have been isolated and inserted into plasmid pGEM-T Easy. Four of cDNAs clones were isolated, and were called MmACT1, MmACT2, MmACT3, and MmACT4. The size of MmACT1 and MmACT2 is 617 bp, whereas MmACT3 and MmACT4 is 735 bp. Comparing among these four actin cDNA showed that they are about 78%-99% similarities based on nucleotide sequence and about 98%-100% similarities based on amino acid sequence. Analysis of phylogenetic relationship based on amino acid sequence showed that at 1% dissimilarity the MmACT1, MmACT2, MmACT3 and the ACT5 Populus trichocarpha are clustered in one group, while the MmACT4 is grouped with ACT9 P. trichocarpa and ACT1 Gossypium hirsutum, and these two groups are separated with actin group of monocotyl plants. The sequence of MmACT cDNAs was registered in GenBank / EMBL / DDBJ database with accession numbers AB500686, AB500687, AB500688, and AB500689.

Keywords: actin gene, cDNA, cloning, internal control gene, Melastoma

malabathricum L.

Page 42: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

26

Pendahuluan

Aktin adalah protein yang sangat penting bagi sel eukariotik. Protein ini

berperan penting dalam membentuk jaringan yang memberikan dukungan

mekanik sel, menentukan bentuk sel, pergerakan sel, dan juga pembelahan sel

(Vantard & Blanchoin 2002; Blessing et al. 2004). Aktin juga penting dalam

morfogenesis sel pada tumbuhan, sebagai komponen dinding sel, terlibat dalam

pertumbuhan rambut akar, sel trikom, tabung pollen, perpanjangan sel dan apikal

meristem (Gilliland et al. 2003).

Gen aktin termasuk housekeeping gene (Tu et al. 2007; Chen et al. 2010),

yaitu gen yang memiliki tingkat ekspresi yang stabil di berbagai jaringan pada

semua tahapan perkembangan. Sifat gen yang seperti ini menjadikan gen aktin

digunakan sebagai kontrol internal pada analisis ekspresi, khususnya analisis

ekspresi gen dengan metode qRT-PCR (quantitative real time polymerase chain

reaction) yang merupakan metode analisis ekspresi yang berkembang saat ini.

Gen aktin telah digunakan sebagai kontrol ekspresi gen pada kentang (Nicot et

al. 2005), kedelai (Jan et al. 2008), dan padi (Zhang et al. 2009). Aktin termasuk

salah satu kontrol internal yang paling stabil pada uji ekspresi gen di daun dan

akar pada tanaman Cichorium intybus (Maroufi et al. 2010) dan akar tanaman

Eucommia ulmoides Oliver (Chen et al. 2010).

Melastoma malabathricum adalah tumbuhan yang dapat tumbuh dengan

baik pada tanah asam dengan konsentrasi aluminium (Al) yang tinggi (Watanabe

et al. 1998; Watanabe et al. 2002). Tumbuhan ini sangat toleran terhadap

cekaman asam dan Al, sehingga sangat baik digunakan sebagai tanaman

model untuk toleransi terhadap asam dan Al. Untuk mempelajari ekspresi gen-

gen pada M. malabathricum, informasi housekeeping gene dari tumbuhan

tersebut sangat dibutuhkan sebagai kontrol internal. Sampai saat ini informasi

tersebut belum ada. Sementara itu, beberapa gen dari M. malabathricum yang

diduga terlibat dalam toleransi tumbuhan tersebut terhadap cekaman asam dan

Al seperti, multidrug resistance associated protein (Suharsono et al. 2008),

metallothionein type 2 (Mt2) (Suharsono et al. 2009), dan H+-ATPase membran

plasma (Muzuni et al. 2010) belum dipelajari ekspresinya. Penelitian ini

bertujuan untuk mengisolasi dan mengklon gen aktin dari M. malabathricum.

Page 43: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

27

Bahan dan Metode Penelitian

Bahan Penelitian

Bahan tanaman yang digunakan adalah daun tumbuhan M.

malabathricum yang tumbuh di lahan asam Jasinga Bogor Jawa Barat.

Fragmen cDNA yang menyandi aktin M. malabathricum diisolasi dengan PCR

menggunakan degenerate primer untuk aktin tumbuhan (McDowell 1996) yaitu

PlAc46S (5’-ATGGTNGGNATGGGNCARAA-3’) sebagai forward primer, dan

PlAc245N (5’-GTDATNACYTGNCCRTCNGG-3’) dan PlAc284N (5’-

ATRTCNACRTCRCAYITCATDAT-3’) sebagai reverse primer. Plasmid pGEM-T

Easy (3015 pb) (Promega) digunakan sebagai vektor pengklonan. E. coli DH5α

digunakan sebagai inang dari plasmid rekombinan.

Metode Penelitian

Isolasi RNA Total. Isolasi RNA mengikuti metode CTAB (Suharsono et

al. 2008) yang dimodifikasi. Daun sebanyak 0.1 g digerus dengan bantuan

nitrogen cair di dalam mortar sampai menjadi tepung. Hasil gerusan dimasukkan

ke tabung 1.5 ml yang telah berisi 500 µl buffer ekstraksi (2 % CTAB, 2% PVP

40000, 100 mM Tris-HCl pH 8, 20 mM EDTA, 1.4 M NaCl dan 1% β-mercapto

ethanol), kemudian divortex dan diinkubasikan pada suhu 65oC selama 10 menit.

Sebelum ditambahkan 1 x volume kloroform:isoamil alkohol (24:1), suspensi

didinginkan terlebih dahulu. Campuran kemudian divortex dan disentrifugasi

pada kecepatan 18000 x g (TOMY MX-205) pada suhu 4oC selama 10 menit.

Cairan bagian atas dipindahkan ke tabung 1.5 ml yang baru, ditambahkan 0.25

volume 10 M LiCl dan diinkubasi pada suhu -30oC selama 2.5 jam. Campuran

disentrifugasi pada 18000 x g pada suhu 4oC selama 15 menit. Cairan dibuang,

dan endapan RNA total disuspensikan dalam 500 µl TE (10 mM Tris pH 7.4, 1

mM EDTA) dan ditambahkan 1 x volume phenol pH 9, divortek dan disentrifugasi

pada 18000 x g pada suhu 20oC selama 10 menit. Cairan bagian atas yang

mengandung RNA total diambil, dimasukkan ke dalam tabung 1.5 ml dan

diekstraksi kembali dengan 1 x volume fenol:kloroform:isoamilalkohol (25:24:1),

divortek dan disentrifugasi pada kecepatan 18000 x g suhu 4oC selama 10

menit. Cairan bagian atas diambil, dipindahkan ke tabung 1.5 ml yang baru,

kemudian ditambah dengan 0.25 volume 10 M LiCl dan diinkubasi pada suhu

30oC selama 2.5 jam. Cairan disentrifugasi pada kecepatan 18000 x g, suhu

Page 44: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

28 4oC selama 15 menit. Endapan RNA total dibilas dengan 500 µl alkohol 70% dan

disentrifugasi pada 18000 x g suhu 4oC selama 5 menit. Endapan RNA total

dikeringkan dengan vaccum dryer, dan disuspensikan di dalam dH2O. Kualitas

dan kuantitas RNA ditentukan dengan spektrometer UV pada panjang

gelombang 260 nm dan 280 nm. Keutuhan RNA total dianalisis dengan

elektroforesis pada gel agarose 1% di dalam larutan penyangga TAE 1x.

Visualisasi RNA total dilakukan di atas UV transiluminator GelDoc (Labquip)

setelah diwarnai dengan EtBr (0.5 µg/ml) selama 15 menit dan dibilas dengan

air.

Sintesis cDNA Total. Sintesis cDNA total dilakukan dengan

mencampurkan 1 µg RNA total, 10 pmol oligo(dT), dan ditambah dH2O untuk

volume total reaksi 20 µl, kemudian inkubasi di 65oC selama 5 menit dan 4oC

selama 5 menit. Selanjutnya, ke dalam campuran ditambahkan 1x RT buffer,

1mM dNTP, 40 U RNAse inhibitor, dan 100 U enzim ReverTraAce (Toyobo).

Campuran diinkubasi 42oC selama 30 menit, 99oC 5 menit, dan 4oC 5 menit.

Isolasi Fragmen cDNA MmACT. Fragmen cDNA MmACT diisolasi

dengan PCR menggunakan degenerate primer untuk aktin tumbuhan (McDowell

1996) yaitu PlAc46S sebagai forward primer, dan PlAc245N dan PlAc284N

sebagai reverse primer. Komposisi PCR untuk amplifikasi cDNA MmACT adalah

1µl cDNA, 1x buffer taq, 4 mM dNTP mix, 10 pmol primer forward, 10 pmol

primer reverse, 2U enzim Taq DNA polymerase (Toyobo), dan dH2O dengan

volume reaksi 20 µl. PCR dilakukan pada kondisi pra PCR pada suhu 94oC

selama 5 menit, denaturasi pada 94oC selama 30 detik, penempelan primer pada

52oC selama 30 detik, dan pemanjangan pada 72oC selama 1 menit, dengan 30

siklus, dan pasca PCR pada 72oC selama 5 menit, diikuti dengan 15oC selama

10 menit.

Pengklonan Fragmen cDNA MmACT. Fragmen MmACT diligasikan

dengan pGEM-T Easy (Promega Inc.) dengan mencampur 1 µl hasil PCR, 25 ng

pGEM-T Easy, 1.5 U T4 DNA ligase, 2.5 µl 2x rapid buffer ligasi, dan dH2O

dalam volume total 5 µl, dan diinkubasi 1 jam dalam suhu ruang. Hasil ligasi

diintroduksikan ke dalam E.coli galur DH5α mengikuti prosedur Suharsono

(2002).

Seleksi E.coli yang Mengandung Vektor Rekombinan. E. coli galur

DH5α yang mengandung pGEMT-Easy rekombinan diseleksi menggunakan

antibiotik ampisilin dan seleksi biru putih. Konfirmasi koloni putih mengandung

Page 45: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

29 vektor rekombinan yang tersisipi fragmen MmACT dilakukan menggunakan PCR

koloni dan memotong plasmid rekombinan dengan enzim EcoR1 (Promega Inc.).

Pengurutan DNA dan Analisis Urutan DNA. Pengurutan DNA

dilakukan dengan menggunakan automatid DNA sequencer (ABI Prism 3700

squencer, Perkin Elmer, USA). Analisis kesejajaran cDNA MmACT dilakukan

menggunakan program BLAST (Altschul et al. 1997). Analisis phylogenetik

dilakukan dengan menggunakan program MEGA4 (Tamura et al. 2007).

Hasil dan Pembahasan

Isolasi RNA Total

RNA total telah berhasil diisolasi dari daun muda tanaman M.malabathricum.

Berdasarkan pengukuran spektrofotometer, rasio OD260/OD280 dari RNA total

adalah 1.91 yang menunjukkan bahwa RNA total yang diisolasi mempunyai

kemurnian yang tinggi. Elektroforesis RNA total untuk analisis keutuhannya

menunjukkan adanya 2 pita RNA yang dominan (Gambar 4). Kedua pita ini

adalah RNA ribosomal (rRNA) 28S dan 18S. Hasil ini menunjukkan bahwa RNA

total yang diisolasi ini mempunyai keutuhan yang tinggi sehingga sangat baik

digunakan sebagai cetakan (template) untuk sintesis cDNA total.

Gambar 4. RNA total dari daun M. malabathricum. Isolasi Fragmen cDNA MmACT Melalui PCR PCR dengan cDNA total sebagai cetakan dan primer degenerate

PlAc46S dan PlAc245N menghasilkan fragmen cDNA berukuran sekitar 600 pb

dan dengan primer PlAc46S dan PlAc284N menghasilkan 750 pb (Gambar 5).

Fragmen ini selanjutnya dinamakan fragmen MmACT (aktin M. malabathricum).

PCR dgn primer reverse PIAc245N menghasilkan fragmen cDNA yang

lebih pendek (600 pb) dibanding primer reverse PIAc284N (750 pb),

menunjukkan bahwa letak primer PIAc245 N lebih ke arah hulu (ujung 5’)

dibanding primer PIAc284N. Hasil ini sesuai dengan posisi primer yang

Page 46: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

30 digunakan pada struktur umum gen aktin Arabidopsis thaliana, yang

menunjukkan bahwa primer PIAc254N berada lebih ke arah hulu dari primer

PIAc284N (McDowell et al. 1996).

Gambar 5. Fragmen MmACT hasil PCR menggunakan primer PlAc46S dan

PlAc245N (1), dan primer PlAc46S dan PlAc284N (2). Pengklonan Fragmen MmACT ke dalam Plasmid pGEM-T Easy Fragmen cDNA kandidat MmACT yang berukuran sekitar 600 pb dan 750

pb telah diligasikan dengan plasmid pGEM-T Easy di tengah gen lacZ dan hasil

ligasi telah diintroduksikan ke dalam E.coli galur DH5α, dan diseleksi di media

seleksi yang mengandung ampisilin, X-gal dan IPTG. E.coli yang tumbuh di

media seleksi mengandung plasmid, koloni yang berwarna putih mengandung

plasmid rekombinan, dan koloni yang berwarna biru mengandung plasmid non-

rekombinan. Adanya sisipan fragmen MmACT di tengah lacZ menyebabkan gen

lacZ yang menyandi β-galactosidase (β-gal) yang berfungsi mengubah substrat

X-gal yang tidak berwarna menjadi berwarna biru, tidak diekspresikan sehingga

E.coli yang mengandung plasmid rekombinan menjadi berwarna putih.

Empat koloni putih, yaitu masing-masing dua koloni dari klon rekombinan

yang tersisipi fragmen 600 pb dan dua koloni dari klon rekombinan yang tersisipi

750 pb dikonfirmasi dengan PCR . PCR terhadap koloni putih menghasilkan

fragmen DNA yang berukuran 600 pb dan 750 pb (Gambar 6). Hasil ini

menunjukkan bahwa koloni putih mengandung fragmen MmACT. Untuk

memastikan bahwa fragmen MmACT tersisip di dalam plasmid pGEM-T Easy,

DNA plasmid telah diisolasi dari koloni putih.

Gambar 6. PCR koloni dari fragmen target 750 pb (1 & 2) dan 600 pb (3 & 4).

Page 47: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

31 Pemotongan terhadap DNA plasmid rekombinan dengan enzim EcoR1

yang mengapit daerah penyisipan menghasilkan dua fragmen yaitu fragmen

DNA berukuran 3000 pb dan 600 pb untuk klon rekombinan yang tersisipi

fragmen cDNA 600 pb, dan untuk plasmid yang tersisipi fragmen cDNA

berukuran 750 pb, menghasilkan fragmen DNA 3000 pb dan 750 pb. Fragmen

DNA berukuran 3000 pb adalah vector pGM-T Easy, sementara pita yang

berukuran 600 pb dan 750 pb merupakan fragmen MmACT (Gambar 7). Hasil ini

menunjukkan bahwa keempat fragmen MmACT telah berhasil disisipkan ke

dalam pGEM-T Easy.

Gambar 7. Verifikasi DNA plasmid rekombinan target 600 pb (1 & 2) dan 750 pb (3 & 4) dengan enzim restriksi EcoR1.

Analisis Fragmen MmACT Pengurutan DNA terhadap ke empat fragmen MmACT menghasilkan

urutan DNA (sequence) yang berbeda antara satu sisipan dengan sisipan

lainnya. Hal ini terjadi karena primer yang digunakan untuk isolasi MmACT

adalah primer degenerate yang memungkinkan menghasilkan fragmen DNA

yang urutan nukleotidanya berbeda. Selain itu, aktin juga disandi oleh famili gen

pada tanaman (Li et al. 2005; Feng et al.2006). Famili gen aktin pada A.

thaliana, terdiri dari 10 gen yang berbeda, delapan diantaranya adalah gen

fungsional dan dua gen adalah pseudogen (McDowell et al. 1996). 15 gen aktin

(GhACT) pada kapas telah berhasil diisolasi (Li et al. 2005).

Keempat sisipan yang berbeda ini selanjutnya disebut MmACT1, MmACT2,

MmACT3, dan MmACT4. Pengurutan nukleotida fragmen MmACT1 dan

MmACT2 menghasilkan 617 pb dan menyandikan 192 asam amino, sementara

MmACT3 dan MmACT4 berukuran 735 pb dan menyandikan 231 asam amino.

Antar keempat fragmen cDNA MmACT ini memiliki 78%-99% kemiripan

Page 48: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

32 nukleotida (Tabel 1), dan antar keempat MmACT memiliki kemiripan asam amino

sekitar 98%-100%.

Tabel 1. Persentase (%) kemiripan nukleotida antar cDNA MmACT

cDNA MmACT1 MmACT2 MmACT3

MmACT1 100 MmACT2 99 100 MmACT3 89 89 100 MmACT4 78 78 80

Analisis kesejajaran lokal berdasarkan urutan nukleotida MmACT

menggunakan program BLAST (Basic Local Alignment Search Tool)

menunjukkan bahwa fragmen MmACT1 dan MmACT2 memiliki kemiripan 83%

dengan bagian aktin 7 Populus trichocarpa, MmACT3 memiliki kemiripan 83%

dengan aktin 5 P. trichocarpa (XM_002316253), dan MmACT4 memiliki

kemiripan 87% dengan aktin 9 P. trichocarpa (XM_002331844).

Adanya kesamaan yang tinggi (83%%-87%) fragmen MmACT dengan

urutan nukleotida gen aktin tanaman lain yang telah lebih dahulu diisolasi (bank

data) menunjukkan bahwa fragmen MmACT yang telah diisolasi dari

M.malabathricum adalah kandidat gen aktin. Keempat fragmen MmACT ini telah

didaftarkan di bank data GenBank/EMBL/DDBJ, masing-masing dengan nomor

aksesi AB500686, AB500687, AB500688, dan AB500689 (Lampiran 1).

Keempat fragmen gen aktin ini adalah gen aktin yang pertama diisolasi dari M.

malabathricum. Gen aktin ini sangat penting untuk analisis ekspresi gen dari

tanaman M. malabathricum, khususnya untuk analisis ekspresi gen secara

kuantitatif. Analisis ekspresi gen secara kuantitatif dengan qRT-PCR

memerlukan gen referensi sebagai kontrol internal. Gen aktin umum digunakan

sebagai kontrol internal untuk analisis qRT-PCR pada kentang (Nicot et al.

2005), kedelai (Jan et al. 2008), padi (Zhang et al. 2009), dan C. intybus (Maroufi

et al. 2010). Analisis ekspresi semua gen dari tanaman M. malabathricum dapat

menggunakan keempat gen MmACT ini.

Analisis kesejajaran lokal berdasarkan urutan asam amino menunjukkan

bahwa asam amino MmACT memiliki kemiripan yang tinggi dengan aktin P.

trichocarpa, bahkan MmACT4 memiliki kemiripan 100% dengan bagian gen aktin

9 P. trichocarpa. Untuk melihat hubungan genetik MmACT dengan aktin dari

Page 49: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

33 tanaman lain, analisis filogenetik yang berdasarkan pada urutan asam amino

telah dilakukan (Gambar 8).

Gambar 8. Hubungan filogenetik antara aktin Melastoma malabathricum (Mm),

Populus trichocarpa (Pt), Gossypium hirsutum (Gh), Arabidopsis thaliana (At), Oryza sativa (Os), Zea mays (Zm) dan Musa acuminate AAA Group (Ma). Angka menunjukkan ketidakmiripan .

Analisis hubungan filogenetik menunjukkan bahwa pada ketidakmiripan

sekitar 1% MmACT1, MmACT2, dan MmACT3 mengelompok dengan ACT5 P.

trichocarpa dan terpisah dengan MmACT4 yang mengelompok dengan ACT9 P.

trichocarpha dan ACT1 Gossypium hirsutum. Gen aktin tumbuhan monokotil,

yaitu Oryza sativa, Zea mays, dan Musa acuminate AAA Group mengelompok

dan terpisah dari tumbuhan dikotil. Sementara gen aktin A. thaliana

mengelompok dengan yang lain pada ketidakmiripan lebih dari 2%. Hasil ini

semakin menguatkan bahwa fragmen cDNA yang diisolasi dari M. malabathricum

adalah fragmen gen aktin.

Berdasarkan struktur umum gen aktin pada A. thaliana (McDowell et al.

1996), maka MmACT yang diisolasi dalam penelitian ini terletak di daerah antara

ekson 2 dan ekson 3 (Gambar 9). Posisi MmACT di antara ekson 2 dan ekson 3

ini sangat penting dalam mendesain primer aktin yang digunakan untuk verifikasi

keberhasilan cDNA yang bebas dari kontaminasi DNA genom (Muzuni et al.

2010). Sepasang primer yang didesain berdasarkan dua daerah ekson yang

berbeda yang mengapit daerah intron dapat digunakan untuk mengetahui

keberhasilan sintesis dan kemurnian cDNA. Amplifikasi dengan cetakan cDNA

Page 50: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

34 yang murni menghasilkan ukuran yang berbeda dibandingkan dengan

menggunakan cetakan cDNA yang terkontaminasi oleh DNA genom. cDNA yang

murni akan menghasilkan fragmen DNA aktin yang ukurannya lebih pendek

dibandingkan dengan cDNA yang terkontaminasi DNA genom, karena hasil

amplifikasi cDNA yang murni tidak mengandung intron.

Gambar 9. Posisi fragmen MmACT dalam struktur umum gen aktin A. thaliana

(McDowell et al. 1996).

Simpulan

Empat fragmen cDNA aktin dari M. malabathricum yang berhasil diisolasi

berukuran 617 pb (MmACT1, MmACT2) dan 735 pb (MmACT3, MmACT4).

Keempat fragmen cDNA MmACT ini memiliki kemiripan nukleotida sekitar 78%-

99% , dan kemiripan asam amino sekitar 98% - 100%. Analisis hubungan

filogenetik berdasarkan urutan asam amino aktin menunjukkan bahwa keempat

fragmen MmACT ini mengelompok dengan ACT P. tricocharpa. Fragmen

MmACT terletak diantara ekson 2 dan ekson 3 pada struktur umum gen aktin

A.thaliana. Keempat fragmen MmACT ini telah didaftarkan di bank data

GenBank/EMBL/DDBJ dengan nomor aksesi AB500686, AB500687, AB500688,

dan AB500689.

Page 51: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB IV ISOLASI, PENGKLONAN, DAN EKSPRESI GEN PENYANDI

COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE PADA Melastoma malabathricum L.

Abstrak

Melastoma malabathricum L. merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang toleran terhadap cekaman aluminium (Al) pada tanah asam. Gen-gen yang ekspresinya diinduksi oleh Al diduga terlibat dalam sistem toleransi terhadap Al. Gen superokside dismutase (SOD) merupakan salah satu gen yang ekspresinya diinduksi Al. SOD diduga memiliki peran dalam ketahanan M. malabathricum. Penelitian ini bertujuan mengisolasi, mengkarakterisasi dan menguji ekspresi cDNA MmCuZn-SOD yang menyandi copper/zinc superokside dismutase (CuZn-SOD) dari M. malabathricum. RNA total telah berhasil diisolasi dan dijadikan sebagai cetakan untuk sintesis cDNA total melalui transkripsi balik. Fragmen cDNA yang menyandi CuZn-SOD dari M. malabathricum telah berhasil diisolasi. Gen utuh MmCuZn-SOD yang berhasil diisolasi dengan metode RACE berukuran 824 pb, terdiri dari 459 pb open reading frame (ORF) yang menyandi 152 asam amino dengan prediksi nilai pI 5.77. Analisis filogenetik berdasarkan urutan asam amino menunjukkan MmCuZn-SOD memiliki kemiripan yang tinggi dengan CuZn-SOD sitosol tanaman tingkat tinggi. Berdasarkan analisis semi-kuantitatif RT-PCR menunjukkan bahwa MmCuZn-SOD terekspresi pada jaringan daun, batang dan akar. Perlakuan Al menginduksi ekspresi MmCuZn-SOD baik dalam jaringan daun maupun akar.

Abstract

Melastoma malabathricum L. is an indigenous plant in tropical Southeast

Asia with exceeding tolerance to aluminum (Al) stress in acid soils. Although increasing evidence suggests that Al-stress is accompanied by oxidative damages in plants, little has been described on the antioxidative components in this tolerant plant. In this study, the cDNA structure and expression profile of MmCuZn-SOD, encoding copper/zinc SOD (CuZn-SOD), are characterized in this plant. MmCuZn-SOD encoded a 152-amino acid polypeptide with a predicted pI value of 5.77, and showed high homology to other cytosolic CuZn-SODs from higher plants. Semi-quantitative RT-PCR showed that MmCuZn-SOD mRNA was highly expressed in the leaf tissues than stem and root. The Al treatment strongly induced the expression of MmCuZn-SOD both in the leaf and root tissues. These results suggested the fortification of the anti-oxidative defense system under Al stress in this acid soil-tolerant wild plant. Keywords: aluminum stress, Melastoma malabathricum L., superoxide

dismutase

Pendahuluan

Lahan asam merupakan salah satu lingkungan yang membatasi

pertumbuhan tanaman khususnya tanaman pertanian. Sekitar 50% lebih dari

lahan pertanian di dunia adalah lahan asam (Bot et al. 2000). Sementara

Page 52: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

36

Indonesia mempunyai sekitar 47,5 juta ha tanah Podsolik Merah Kuning (CSAR

1997) yang bersifat asam dengan kelarutan aluminium (Al) yang tinggi.

Aluminium pada lahan asam dapat bersifat toksik bagi tumbuhan (Delhaize &

Ryan 1995), namun ada juga tumbuhan yang mampu hidup pada kondisi ekstrim

ini (Watanabe et al. 2005).

Melastoma malabathricum L. adalah tumbuhan yang banyak ditemukan di

daerah tropis Asia Tenggara terutama di lahan asam dengan konsentrasi Al yang

tinggi. Tumbuhan ini mampu mengakumulasi Al di daun lebih dari 10.000 mg Al

kg-1 berat daun kering, dan tidak meyebabkan gejala keracunan dan bahkan Al

memacu pertumbuhannya (Watanabe et al. 1998). Tumbuhan ini diduga

mempunyai sistem pertahanan terhadap cekaman asam dan Al, sehingga sangat

penting sebagai sumber gen toleransi Al untuk merakit tanaman yang toleran

terhadap asam dan kadar Al tinggi.

Gen-gen yang ekspresinya diinduksi oleh Al diduga terlibat dalam sistem

toleransi terhadap Al. Sedikitnya ada 30 gen yang ekspresinya diinduksi Al yang

telah dilaporkan (Darko et al. 2004). Beberapa diantaranya adalah gen-gen yang

mengkode enzim antioksidan, seperti glutathione-S-transferase (GST),

ascorbate peroxidase (APX), catalase (Cat), dan superoxide dismutase (SOD)

(Ezaki et al. 2000). Superoxide dismutase (SOD) termasuk kelompok

metalloenzim yang mampu menetralkan radikal bebas dengan mengkatalisis

dismutase radikal superoksida menjadi molekul O2 dan H2O2. Ada tiga tipe enzim

SOD sesuai dengan kofaktornya, yaitu copper/zinc (CuZn-SOD), besi (Fe-

SOD), dan manganese (Mn-SOD). CuZn-SOD pada umumnya ditemukan di

sitosol, kloroplas, dan peroksisom, Mn-SOD di mitokondria dan Fe-SOD di

kloroplas (Bannister et al. 1987; Bowler et al. 1992; Bueno et al. 1995;

Kliebenstein et al. 1998).

Basu et al. (2001) melaporkan ekspresi berlebih gen SOD pada Brassica

napus yang tahan Al. Aktivitas enzim SOD juga meningkat dengan cekaman Al

pada kedelai (Cakmak & Horst 1991) dan gandum (Darko et al. 2004). Gen

penyandi SOD telah diisolasi dari jagung (Cannon et al. 1987), tomat (Perl-

Treves et al. 1988), Brassica (Liu et al. 1998), dan Nicotiana plumbaginifolia

(Alscher et al. 2002). Tiga gen CuZnSOD telah diisolasi dari tanaman

Arabidopsis thaliana, yaitu CSD1, CSD2, dan CSD3. CSD1 dan CSD2

terekspresi pada akar, daun, dan batang, dan masing-masing target proteinnya di

sitosol dan kloroplast. Sementara CSD3 di peroksisom karena ujung

Page 53: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

37

karboksilnya mengandung tripeptida Ala-Lys-Leu yang merupakan targeting

signal peroksisom (Kliebenstein et al. 1998).

Pada M. malabathricum L., telah diisolasi gen yang diduga terlibat dalam

cekaman asam dan Al, yaitu multidrug resistance associated protein (MRP)

(Suharsono et al. 2008), metallothionein type 2 (Mt2) (Suharsono et al. 2009),

H+-ATPase membran plasma (Muzuni et al. 2010), dan sitrat sintase (Mushofa

2011). Namun sampai saat ini belum ada informasi tentang gen CuZn-SOD

pada Melastoma yang diduga juga terlibat dalam toleransi terhadap cekaman

asam dan Al. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan menganalisis ekspresi gen

CuZn-SOD pada M. malabathricum L.

Bahan dan Metode Penelitian

Bahan Penelitian

Bahan tanaman untuk mengisolasi gen CuZn-SOD adalah M.

malabathricum L. yang berasal dari habitat asli tanah asam Jasinga, Bogor,

Indonesia. Analisis ekspresi gen MmCuZn-SOD menggunakan benih M.

malabathricum L. yang diambil dari Jasinga-Bogor dan ditumbuhkan dalam

chamber (16 jam terang dan 8 jam gelap, suhu sekitar 25°C - 35°C, dan

kelembaban 50%-60%) di NAIST (Nara Institute of Science and Technology)

Jepang. Setelah berumur 4 bulan, tanaman diperlakukan dengan cekaman Al.

Cekaman dilakukan dengan menyiramkan larutan AlCl3 pH 4 pada media

(tanah) tanaman dengan konsentrasi 0.4, 0.8, 1.6, dan 3.2 mM selama 7 hari.

Metode Penelitian

Isolasi RNA. Isolasi RNA mengikuti metode CTAB (Suharsono et al.

2008) yang dimodifikasi seperti pada BAB III.

Sintesis cDNA Total. cDNA total disintesis menggunakan Superscript III

Reverse Transcriptase (Invitrogen). Komposisi sintesis cDNA total adalah 1µg

RNA total, 1x RT Buffer, 20 pmol oligodT, 4 mM dNTP, 10mM DTT, 40 U enzim

SuperScript TMIII RTase dan air DEPC dengan volume reaksi 20 µl. Sintesis

cDNA dilakukan pada suhu 42 oC selama 50 menit.

Isolasi gen CuZn-SOD. Fragmen cDNA CuZn-SOD telah diisolasi

dengan PCR menggunakan sepasang primer degenerate (primer forward

SODF3; 5’-ATG GTG AAG GCT GTG GCW GTT YTK A- 3’, dan primer reverse

Page 54: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

38

SODR4; 5’-ADG GCT GCA RRC CAA TRA TAC CAC A-3’) yang didesain

berdasarkan cDNA copper/zinc superoxide dismutase (CuZn-SOD) dari

beberapa tumbuhan dikotiledon. Hasil PCR dielektroforesis pada gel agarose

1% (w/v) dengan larutan penyangga 1x TAE (0,9 mM Tris-HCl dan 2 mM EDTA

pH 7.6). Visualisasi hasil elektroforesis dilakukan di atas transluminator UV

(Hoever) dan difoto menggunakan kamera digital yang dihubungkan ke

komputer dengan menggunakan program Digidoc. Selanjutnya fragmen cDNA

disisipkan ke dalam vektor pGEM®-T-Easy (Promega, Madison, WI, USA)

mengikuti prosedur Promega. Klon putih diverifikasi dengan PCR, kemudian

diisolasi plasmidnya. Plasmid diverifikasi lagi menggunakan enzim EcoR1.

Plasmid diurutkan menggunakan DNA sequencer (ABI Prism 3700 squencer,

Perkin Elmer, Massachusetts, USA). ABI Prism Model 3100 Versi 3.7

Ujung 5’- dan 3’- dari cDNA CuZn-SOD diisolasi dengan metode 5’-

RACE dan 3’-RACE (Rapid Amplification of cDNA Ends) System ( Invitrogen,

California, USA) mengikuti prosedur Invitrogen. Primer-primer yang digunakan

telah didesain dari urutan cDNA fragmen MmCuZn-SOD. Fragmen cDNA hasil

amplifikasi dengan 3’- dan 5’- RACE disisipkan ke pGEM-T Easy vektor

(Promega, Madison, WI, USA) dan ditransformasi ke E. coli strain DH5α. Klon

target diurutkan dengan DNA sequencer (ABI Prism 3700 squencer, Perkin

Elmer, Massachusetts, USA).

Analisis urutan cDNA CuZn-SOD. Urutan basa nukleotida dan deduksi

asam amino CuZn-SOD dianalisis homologinya dengan database gen di

GenBank menggunakan program NCBI BLAST (Basic Local Alignment Search

Tool) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/BLAST). Analisis kesamaan deduksi asam

aminonya dengan CuZn-SOD lain menggunakan program Clustal W2

(http://www.ebi.ac.uk/Tools/clustalw2/index.html), filogenetik menggunakan

program MEGA4, dan analisis hidrofobisitas dengan program FASTA

(http://fasta.bioch.virginia.edu/fasta_www2/fasta_www.cgi?rm=misc1).

Analisis ekspresi gen CuZn-SOD . Analisis ekspresi gen CuZn-SOD

pada M.malabathricum dengan metode semi-quantitative reverse transcriptase-

polymerase chain reaction (RT-PCR). RNA diisolasi dari daun dan akar

M.malabathricum yang telah diperlakukan dengan cekaman aluminium. cDNA

total disintesis menggunakan Superscript III Reverse Transcriptase (Invitrogen).

Ekspresi gen CuZn-SOD diuji dengan sepasang primer spesifik MmCuZn-SOD

dengan target berukuran 200 pb (MmCuZn-SOD-F2: 5’-CCG TTG GAG ATG

Page 55: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

39

ACG GTA CT; MmCuZn-SOD-R1 : 5’-TTA ACC CTG GAG ACC AAT GAT- 3’).

Untuk standar ekspresi menggunakan primer spesifik aktin (forward, 5’-ATG

GTN GGN ATG GGN CAR AA-3’; reverse, 5’-ATR TCN ACR TCR CAW TCA

TDA T- 3’).

Hasil dan Pembahasan

Isolasi RNA Total

RNA total dari M. malabathricum telah berhasil diisolasi dari daun, batang,

pucuk dan akar (Gambar 10). Pengujian kemurnian RNA total dari kontaminan

protein menunjukkan bahwa RNA total daun, batang, pucuk, dan akar yang

diperoleh mempunyai rasio OD260/OD280 1.85, 1.82, 1.91 dan 1.87 berturut-turut.

Analisis keutuhan RNA total yang dilakukan dgn elektroforesis menunjukkan

bahwa RNA yang telah diisolasi dalam keadaan utuh karena terdapat 2 pita

rRNA (28S dan 18S).

Gambar 10. RNA total dari daun (1), batang (2), pucuk (3) dan akar (4). Isolasi Fragmen cDNA CuZn-SOD dengan PCR RNA total yang telah diisolasi digunakan sebagai cetakan untuk sintesis

cDNA melalui proses transkripsi balik. Reverse transcription (RT) PCR dengan

primer oligo(dT)n, hanya mRNA yang dapat disintesis menjadi cDNA melalui

transkripsi balik, karena mRNA mempunyai poli(A) pada ujung 3’ sedangkan

rRNA dan tRNA tidak mempunyai poli(A). PCR cDNA total pucuk Melastoma

menggunakan spesifik SODF3 dan SODR4 menghasilkan fragmen cDNA

berukuran sekitar 450 pb. Fragmen ini disebut sebagai fragmen MmCuZn-SOD

yang merupakan fragmen kandidat gen penyandi CuZn-SOD dari M.

malabathricum L.

Fragmen MmCuZn-SOD telah diligasikan dengan plasmid pGEM-T Easy di

tengah gen lacZ dan hasil ligasi kemudian diintroduksikan ke dalam E. coli galur

DH5α, yang kemudian diseleksi di media seleksi yang mengandung antibiotik

ampisilin, X-gal dan IPTG. E. coli yang dapat bertahan hidup di media seleksi

Page 56: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

40

mengandung plasmid, dan koloni E. coli yang berwarna putih di media seleksi

adalah E. coli yang mengandung plasmid rekombinan, dan yang berwarna biru

adalah E. coli yang mengandung plasmid non-rekombinan. Gen lacZ menyandi

β-galactosidase (β-gal) yang mengubah substrat X-gal yang tidak berwarna

menjadi berwarna biru. Bila fragmen MmCuZn-SOD menyisip di dalam gen lacZ,

maka gen lacZ tidak dapat diekspresikan sehingga koloni E.coli berwarna putih.

Bila tidak ada penyisipan pada lacZ, maka koloni yang terbentuk berwarna biru.

Adanya fragmen MmCuZn-SOD di dalam koloni E. coli putih dikonfirmasi

dengan PCR-koloni. PCR-koloni terhadap koloni putih menghasilkan pita DNA

yang berukuran sekitar 450 pb yang menunjukkan bahwa koloni putih

mengandung fragmen MmCuZn-SOD. Untuk memastikan fragmen MmCuZn-

SOD adalah kandidat gen CuZn-SOD, DNA plasmid rekombinan telah diisolasi

dari koloni putih, kemudian dilakukan pengurutan DNA.

Pengurutan DNA terhadap fragmen MmCuZn-SOD menghasilkan 457 pb

(Gambar 11). Analisis kesejajaran berdasarkan urutan nukleotida dengan bank

data di GenBank dengan program BLASTn menunjukkan bahwa fragmen

MmCuZn-SOD mempunyai kesamaan 83% dengan CuZn-superoksida

dismutase Codonopsis lenceolata , 82% dengan CuZn-SOD Populus trichocarpa

dan cytosolic CuZn-SOD Mesembryanthemum crystallinum, dan 81% dengan

cytoplasmic CuZn-SOD P. suaveolens dan CuZn-SOD Arachis hypogaea (Tabel

2).

1 TTGGTGAAGG CTGTGGCTGT TCTTGGCAAC AGCGAGGGTG TGAGCGGCAC TGTCTACTTC

61 ACTCAAGAAG GAGATGGACC CACTACTGTG ACTGGGAGTC TTTCAGGCTT GAAGCCTGGA

121 CTCCACGGTT TCCATGTCCA TGCTCTTGGG GACACTACCA ACGGCTGCAT GTCTACTGGA

181 CCTCACTTCA ATCCTGCCGG AAAGGAGCAT GGTGCCCCTG AAGATGAGAA CCGGCATGCA

241 GGTGACTTGG GCAATGTCAC CGTTGGAGAT GACGGTACTG CTACATTCAC CATCACAGAC

301 AAGCAGATTC CTCTCTTTGG ACCTAACTCT ATTATTGGAA GGGCTGTTGT TGTCCATGCT

361 GATCCTGATG ATCTCGGAAA GGGTGGCCAT GAACTCAGCA AGTCGACTGG CAATGCTGGT

421 GGAAGGATTG CTTGTGGTAT CATTGGTCTG CAGCCTT

Gambar 11. Urutan basa fragmen MmCuZn-SOD .

Adanya kesamaan yang tinggi (81%-83%) fragmen MmCuZn-SOD dengan

urutan gen CuZn-SOD tumbuhan lain yang telah lebih dahulu diisolasi

(Genbank) menunjukkan bahwa fragmen MmCuZn-SOD yang telah diisolasi dari

M.malabathricum adalah kandidat gen CuZn-SOD.

Page 57: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

41

Tabel 2. Analisis kesejajaran fragmen nukleotida MmCuZn-SOD dengan program BLASTn.

No Aksesi Deskripsi Score Query

coverage E-value

Max Ident

1 AY833718.1 Codonopsis lanceolata CuZn superoxide dismutase (SODCc) mRNA, complete cds

327 98% 2e-86 83%

2 EF405967.1 Populus trichocarpa Cu-Zn superoxide dismutase (SOD) mRNA, complete cds

313 98% 4e-82 82%

3 U80069.1 Mesembryanthemum crystallinum cytosolic CuZn-superoxide dismutase (SODcyt1) mRNA, complete cds

309 98% 4e-81 82%

4 DQ481231.1 Populus suaveolens cytoplasmic Cu/Zn superoxide dismutase mRNA, complete cds

304 98% 2e-79 81%

5 DQ097721.1 Arachis hypogaea Cu-Zn superoxide dismutase mRNA, complete cds

304 98% 2e-79 81%

Isolasi gen utuh MmCuZn-SOD

Berdasarkan fragmen MmCuZn-SOD yang telah diperoleh (Gambar 11),

dirancang primer untuk mengisolasi ujung 5’ dan 3’ gen MmCuZn-SOD, yaitu

primer SOD-3race (ACT TCA CTA CAA GAA GGA GAT GGA C) dari basa ke 56

sampai dengan 79, SOD-3race-nested (ATG TCT ACT GGA CCT CAC TTC AAT

C) dari basa ke 169 sampai dengan 193, SOD-5race1 (AGT CGA CTT GCT

GAG TTC AT) reverse komplemen dari basa ke 389 sampai dengan 408 , dan

SOD-5race2 (GTC TGT GAT GGT GAA TGT AGC AGT A ) dari basa ke 276

sampai dengan 300. Gen utuh MmCuZn-SOD dari M.malabathricum telah

berhasil diisolasi dengan ukuran sebesar 824 pb dengan metode 5’ RACE dan

3’RACE (Gambar 12) dan telah disisipkan di plasmid pGEMT-Easy yang

dinamakan pGEM-MmCuZn-SOD (Gambar 13).

Urutan nukleotida MmCuZn-SOD telah didaftarkan ke bank data

GenBank/EMBL/DDBJ dengan nomor aksesi AB500685. cDNA utuh MmCuZn-

SOD terdiri dari 459 pb open reading frame (ORF) yang menyandi 152 asam

amino, mulai dari kodon awal ATG (nukleotida ke-115) dan berakhir pada kodon

akhir TAA (nukleotida ke-571). MmCuZn-SOD memiliki sinyal poliadenilasi

putatif AATAAT, 67 pb setelah kodon akhir. Poliadenilasi dikenal sebagai

mekanisme regulasi yang utama pasca transkripsi pada eukariot.

cDNA ujung 5’ dari MmCuZn-SOD mempunyai urutan kodon akhir TAA

(posisi nukleotida 94-96) di depan kodon awal metionin yang ada pada posisi

115-117, yang merupakan indikasi bahwa MmCuZn-SOD tidak memiliki peptida

transit untuk target kloroplas. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi protein yang

Page 58: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

42

ditranslasi dari gen MmCuZn-SOD yang telah diisolasi adalah di sitosol bukan di

kloroplas. Deduksi asam amino MmCuZn-SOD memiliki berat molekul sekitar

15.3 kDa dengan perkiraan titik isoelektrik adalah 5.77.

ttgaacgaacgacacaacaacgacacaacagtcctcatcgtactgctcggcgtcgtcttc

ccattttctcttcgaactcgataaggggtgctctgagatcacaggattaagaggatggtg

M V

aaggctgtggttgttcttggcaacagcgagggtgtgagcggcactgtctacttcactcaa

K A V V V L G N S E G V S G T V Y F T Q

gaaggagatggacccactactgtgactgggagtctttcaggcttgaagcctggactccac

E G D G P T T V T G S L S G L K P G L H

ggtttccatgtccatgctcttggggacactaccaacggctgcatgtctactggacctcac

G F H V H A L G D T T N G C M S T G P H

ttcaatcctgccggaaaggagcatggtgcccctgaagatgagaaccggcatgcaggtgac

F N P A G K E H G A P E D E N R H A G D

ttgggcaatgtcaccgttggagatgacggtactgctacattcaccatcacagacaagcag

L G N V T V G D D G T A T F T I T D K Q

attcctctctttggacctaactctattattggaagggctgttgttgtccatgctgatcct

I P L F G P N S I I G R A V V V H A D P

gatgatctcggaaagggtggccatgaactcagcaagtcgactggcaatgctggtggaagg

D D L G K G G H E L S K S T G N A G G R

attgcttgtgggatcattggtctccagggttaagctacctctgctacgcttccgccatgt

I A C G I I G L Q G -

ctcctagaggtgctatgttggactgtttaccttgtctcgaataattgtggcaccctgtct

cccttatgcttagaactttctgctcttgcgattgtacaaaatggtgcaaatgtgctgagt

ataatttcagtgtaaaaccaaaccgggtgttactgatcttgggtttagacaagtggttgt

tgttgggttggatctactttgcttagcttaacagtggatcatgcaaaaaaaaaaaaaaaa

Gambar 12. Urutan nukleotida gen utuh MmCuZn-SOD dan deduksi asam

aminonya, dengan ORF (open reading frame) dari nukleotida ke-115 sampai dengan 573. Huruf tertulis miring adalah kodon akhir pada 5’UTR MmCuZn-SOD. Huruf dalam kotak menunjukkan kodon awal dan kodon akhir. Nukleotida yang digaris bawahi adalah sinyal poliadenilasi putatif.

Gambar 13. Peta plasmid pGEM-MmCuZn-SOD (3839 pb) yang terdiri dari vektor pGEM-T Easy (3015 pb) dan cDNA MmCuZn-SOD (824pb).

Page 59: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

43

Analisis Kemiripan

Deduksi asam amino MmCuZn-SOD telah dibandingkan dengan protein

CuZn-SOD baik yang sitosol maupun kloroplas dari tanaman Gossypium

hirsutum dan Arabidopsis thaliana (Gambar 14). Urutan asam amino MmCuZn-

SOD memiliki kemiripan yang tinggi dengan protein CuZn-SOD sitosol dari

Gossypium hirsutum (ABA00453; kemiripan 92%) dan Arabidopsis thaliana

(NP172360; kemiripan 85%). Sebaliknya, MmCuZn-SOD memiliki kemiripan

yang lebih rendah dengan CuZn-SOD kloroplas Gossypium hirsutum

(ACC93637; kemiripan 68%) maupun Arabidopsis thaliana (AAD10208;

kemiripan 66%).

Urutan deduksi asam amino MmCuZn-SOD juga memiliki residu-residu

yang dibutuhkan untuk koordinat copper (His-42, -45, -62, dan -119) dan zinc

(His-62, -70, -79, dan Asp-82), demikian juga dengan dua residu sistein (C-56

dan C-145) yang merupakan bentuk ikatan disulfida tunggal. Residu-residu

tersebut merupakan urutan yang konservatif yang telah dilaporkan ada pada gen

CuZn-SOD (Shin et al. 2005). Residu konservatif sistein berperan penting untuk

fungsi enzim dan proses signaling, khususnya respon terhadap lingkungan.

Gambar 14. Kesejajaran urutan asam amino MmCuZn-SOD dengan asam amino CuZn-SOD sitosol dan kloroplast dari Gossypium hirsutum dan Arabidopsis thaliana. Residu asam amino yang terkonservasi berada dalam kotak. Residu domain Cu ditandai dengan segitiga tertutup, residu domain Zn ditandai dengan segitiga terbuka, dan residu sistein dengan lingkaran tertutup.

Berdasarkan analisis hirofobisitas, MmCuZn-SOD menunjukkan profil

yang sama dengan CuZn-SOD sitosol Gossypium hirsutum (Gambar 15). Kurva

Page 60: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

44

yang berada di atas 0 menunjukkan fragmen yang bersifat hidrofobik dan

dibawah 0 bersifat hidrofilik. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa MmCuZn-SOD

bersifat hidrofilik, karena sebagian besar dari kurva profil hidrofobisitas Kyte &

Doolittle berada pada daerah di bawah 0.

Gambar 15. Profil hidrofobisitas MmCuZn-SOD dan CuZn-SOD sitosol Gossypium hirsutum menggunakan skala Kyte & Doolittle.

Analisis filogenetik menunjukkan bahwa MmCuZn-SOD mengelompok

menjadi satu group dengan CuZn-SOD sitosol dan terpisah dengan group CuZn-

SOD kloroplas (Gambar 16). Hasil analisis ini semakin menguatkan bahwa

MmCuZn-SOD adalah CuZn-SOD sitosol.

Gambar 16. Hubungan filogenetik MmCuZn-SOD dengan CuZn-SOD sitosol dan kloroplas dari R. communis (EEF49740), M. xiaojinensis (AT66935), G.hirsutum (ABA00453), P. trichocarpa (ABK93317), M. truncatula (ACJ83988), A. thaliana (NP172360), A.thaliana-chl (AAD10208), G. hirsutum-chl (ACC93637), S. lycopersicum-chl (P14831), dan B. gymnorhiza-chl (CAM98444).

Page 61: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

45

Analisis Ekspresi Semi-kuantitatif MmCuZn-SOD berdasarkan RT-PCR

Pola ekspresi MmCuZn-SOD pada berbagai jaringan tanaman M.

malabthricum telah diuji menggunakan analisis reverse transcriptase-polymerase

chain reaction (RT-PCR) dengan primer forward (MmCuZn-SOD-F1: 5’-CCG

TTG GAG ATG ACG GTA CT) dan reverse (MmCuZn-SOD-R1 : 5’-TTA ACC

CTG GAG ACC AAT GAT- 3’) yang telah didesain dari ORF MmCuZn-SOD .

Gen MmCuZn-SOD terekspresi pada jaringan daun, akar dan batang ( Gambar

17). Ekspresi pada daun lebih tinggi dibanding jaringan lainnya. Untuk

membuktikan bahwa pita yang terdeteksi adalah mRNA bukan DNA genom,

maka cDNA tanpa enzim RT (reverse transcriptase) digunakan sebagai kontrol.

Jika ada pita terdeteksi pada kontrol menunjukkan bahwa RNA total yang

diisolasi terkontaminasi DNA. Tidak adanya pita yang terdeteksi pada kontrol

menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi DNA genom pada ekspresi tersebut.

Kleibenstein et al. (1998) telah melaporkan bahwa gen AtSOD2 yang

merupakan gen SOD yang diisolasi dari Arabidopsis, terekspresi pada daun,

batang dan akar tanaman Arabidopsis.

Gambar 17. Pola ekspresi MmCuZn-SOD pada daun (L), akar (R), dan batang (S). (+ =cDNA dengan RT, - = cDNA tanpa RT sebagai kontrol).

Ekspresi gen MmCuZn-SOD pada Melastoma yang mendapat perlakuan

cekaman aluminium telah diamati pada jaringan daun (Gambar 18A) dan akar

(Gambar 18B). Analisis RT-PCR menunjukkan bahwa tingkat ekspresi MmCuZn-

SOD meningkat dengan perlakuan cekaman Al baik pada daun maupun akar.

Pada kedua jaringan tersebut ekspresi MmCuZn-SOD berangsur meningkat

sejalan dengan peningkatan konsentrasi AlCl3 yang diberikan, dan ekspresi

tertinggi telah nampak pada perlakuan 0.8 sampai 3.2 mM AlCl3. Hasil ini

menunjukkan bahwa Al menginduksi ekspresi gen CuZn-SOD sitosol pada M.

malabathricum.

Page 62: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

46

Gambar 18. Pola ekspresi gen MmCuZn-SOD dengan cekaman aluminium

pada M. malabathricum. A. Pola ekspresi gen MmCuZn-SOD pada daun, B. Pola ekspresi gen MmCuZn-SOD pada akar. Gen aktin M. malabathricum digunakan sebagai kontrol internal untuk menstandarkan jumlah RNA yang digunakan.

Boscolo et al. (2003) telah melaporkan bahwa aktivitas SOD pada akar

tanaman yang sensitif Al meningkat hampir sejalan dengan peningkatan

perlakuan konsentrasi Al3+. Peningkatan aktivitas SOD ini menunjukkan bahwa

Al3+ menginduksi pembentukan radikal superoksida. Hal ini mengindikasikan

bahwa Al3+ menginduksi sel untuk inisiasi sintesis SOD. Hasil yang sama telah

dilaporkan pada tanaman kedelai (Cakmak & Horst 1991; Du et al. 2010 ).

Menurut Du et al. (2010) peningkatan aktivitas enzim antioksidan SOD

merupakan salah satu mekanisme toleransi Al.

Simpulan

Gen CuZn-SOD dari M. malabathricum (MmCuZn-SOD) telah berhasil

diisolasi dan berukuran 840 pb. Gen MmCuZn-SOD terdiri dari 459 pb ORF

yang menyandi 152 deduksi asam amino berdasarkan analisis blastp. Berat

massa proteinnya sekitar 15.3 kDa dengan perkiraan titik isoelektrik adalah 5.77.

MmCuZn-SOD adalah CuZn-SOD sitosol. MmCuZn-SOD terekspresi

pada jaringan daun, akar dan batang. Perlakuan cekaman Al meningkatkan

ekspresi MmCuZn-SOD pada daun dan akar M.malabathricum. Cekaman Al

menginduksi ekspresi gen CuZn-SOD sitosol pada M.malabathricum.

Page 63: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB V KONSTRUKSI VEKTOR DAN REKAYASA EKSPRESI

BERLEBIH GEN MmCuZn-SOD PADA Nicotiana benthamiana DAN N. tabacum

Abstrak

Radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tanaman. Namun secara normal, tanaman mempunyai strategi yang sistematis untuk menanggulangi pembentukan radikal bebas atau untuk mempercepat degradasi senyawa tersebut yaitu sistem pertahanan preventif bersifat enzimatis seperti enzim superoksida dismutase (SOD). Teknologi rekayasa genetik memberikan peluang untuk mengetahui ekspresi gen SOD dengan mengintroduksikannya ke tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksi vektor ekspresi berlebih gen CuZn-SOD dari Melastoma malabathricum (MmCuZn-SOD) dan mengintroduksikannya ke tanaman model Nicotiana benthamiana dan N. tabacum. Vektor ekspresi telah berhasil dikonstruksi yaitu pMSH-MmCuZn-SOD dan pGWB-MmCuZn-SOD, dan masing-masing telah diintroduksikan ke Agrobacterium tumefaciens LBA 4044 melalui metode triparental mating (TPM). Tanaman transgenik N. benthamiana dan N. tabacum yang mengandung gen MmCuZn-SOD telah diperoleh melalui A. tumefaciens. Analisis segregasi pada tanaman N. benthamiana dan N. tabacum transgenik generasi T1 berdasarkan

analisis Khi-Quadrat () menunjukkan bahwa tanaman transgenik T1 yang diuji sesuai dengan pola pewarisan Mendel 3 : 1.

Abstract

Several reactive oxygen species (ROS) are continuously produced in plants as by products of aerobic metabolism. Depending on the nature of the ROS species, some are highly toxic and rapidly detoxified by various cellular enzymatic mechanisms such as superoxide dismutase (SOD). While genetic engineering technology provides the opportunity to study expression of SOD in plant. This study aimed to construct the overexpression vector of MmCuZn-SOD and introduce into Nicotiana benthamiana and N. tabacum. Overexpression vectors (pMSH-MmCuZn-SOD and pGWB-MmCuZn-SOD) was successfully constructed and each has been introduced into Agrobacterium tumefaciens LBA 4044 by triparental mating (TPM). N.benthamiana and N. tabacum transgenic plants that overexpress MmCuZn-SOD gene have been obtained by mediated-A. tumefaciens. Analysis of segregation of T1 transgenic plants based on analysis of

Khi-Quadrat () showed that the T1 transgenic plants accordance with 3:1 of Mendelian inheritance pattern. Key words: Overexpression vector, CuZn-SOD, Nicotiana benthamiana,

Nicotiana tabacum.

Pendahuluan

Radikal bebas sangat diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses

fisiologis dalam tanaman, terutama untuk transportasi elektron. Pada kondisi

normal, radikal bebas yang merupakan derivat reactive oxygen species (ROS)

Page 64: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

48

terdapat di dalam sel tanaman sebagai produk sampingan dari proses

metabolisme (Foyer & Noctor 2005). Namun radikal bebas yang berlebihan

dapat membahayakan tanaman karena dapat merusak makromolekul dalam sel

seperti karbohidrat, protein, DNA dsb. Kerusakan makro molekul selanjutnya

dapat mengakibatkan kematian sel (Halliwel & Gutteridge, 1999; Apel & Hirt

2004). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya radikal bebas

pada tanaman adalah cekaman lingkungan abiotik.

Secara normal, tanaman mempunyai strategi yang sistematis untuk

menanggulangi pembentukan radikal bebas atau untuk mempercepat degradasi

senyawa tersebut, yaitu sistim pertahanan preventif yang bersifat enzimatis

seperti enzim superoxide dismutase, catalase, dan glutation peroxidase

(Fridovich 1975; Bowler et al. 1992; Fridovich 1995; Apel & Hirt 2004; Dong et al.

2008). Superoxide dismutase (SOD) termasuk kelompok metalloenzim yang

mampu menetralkan radikal bebas dengan mengkatalisis dismutase radikal

superoksida menjadi molekul O2 dan H2O2. Pada kondisi normal, radikal bebas

superoksida yang merupakan derivat reactive oxygen species (ROS) terdapat di

dalam sel tanaman sebagai produk sampingan dari proses metabolisme. Ada

tiga tipe SOD sesuai dengan kofaktornya, yaitu copper/zinc (CuZn-SOD), besi

(Fe-SOD), dan mangan (Mn-SOD). CuZn-SOD pada umumnya ditemukan di

sitosol, kloroplas, dan peroksisom, Mn-SOD di mitokondria, dan Fe-SOD di

kloroplas tanaman (Bannister et al. 1987).

MmCuZn-SOD adalah gen CuZn-SOD yang telah berhasil diisolasi dari

tanaman Melastoma malabathricum L. Pentingnya peran gen SOD dalam

merespon cekaman lingkungan termasuk cekaman Al mendorong penelitian

untuk menguji ekspresi gen MmCuZn-SOD. Teknologi rekayasa genetik

memberikan peluang untuk mengetahui ekspresi gen ini di dalam tanaman.

Transgenesis biasa digunakan dalam pengujian peranan suatu gen melalui

ekspresi secara berlebih (over expression) atau peniadaan ekspresi (knock-out)

dari gen tersebut. Untuk mengetahui fungsinya, gen CuZn-SOD dari Melastoma

perlu diuji ekspresinya di tanaman model Nicotiana benthamiana dan N.

tabacum.

Perkembangan teknologi rekayasa genetika yang sangat pesat memberikan

harapan baru dalam memanipulasi tanaman agar dihasilkan varietas-varietas

baru dengan sifat-sifat unggul termasuk tanaman yang tahan terhadap cekaman

Page 65: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

49

abiotik. Transformasi genetika dengan menggunakan Agrobacterium tumefaciens

sebagai perantara transformasi merupakan salah satu metoda yang banyak

digunakan karena pola integrasinya yang stabil di dalam tanaman (Zupan &

Zambryski 1995; Dai et al. 2001; Travella et al. 2005; Bartlett et al. 2008;

Bhattacharjee et al. 2010).

Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri patogen yang dapat

menyebabkan crown gall pada tanaman. Bakteri ini mampu mentransfer segmen

DNA dari plasmid Ti ke dalam sel tanaman dan mengintegrasikannya ke dalam

kromosom tanaman. Kemampuan ini menjadikan A. tumefaciens banyak

digunakan sebagai cara untuk mentransfer gen ke dalam genom tanaman (Raj et

al. 2005; Bartlett et al. 2008; Muzuni 2011). Metode ini mempunyai beberapa

keunggulan diantaranya efisiensi transformasi dengan salinan gen tunggal lebih

tinggi dan dapat dilakukan dengan peralatan laboratorium yang sederhana serta

biaya yang murah dibandingkan dengan metode transformasi yang lain seperti

penembakan partikel (microprojectile bombardment) (Travella et al. 2005; Gao et

al. 2008).

Konstruksi plasmid dan metode transfer yang tepat merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan perakitan tanaman transgenik. Dalam penelitian ini

gen MmCuZn-SOD disisipkan ke dalam plasmid biner untuk mengatasi sulitnya

menemukan sisi pemotongan yang unik dengan enzim restriksi pada plasmid Ti

yang sangat besar (Slamet-Loedin 1994). Transformasi plasmid biner ke dalam

A. tumefaciens dilakukan dengan metode triparental mating.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan plasmid biner yang mengandung

gen MmCuZn-SOD, dan tanaman N.benthamiana dan N. tabacum transgenik

yang membawa gen MmCuZn-SOD.

Bahan dan Metode Penelitian

Bahan Penelitian

Plasmid pGEM-MmCuZn-SOD digunakan sebagai sumber gen MmCuZn-

SOD. Plasmid biner pMSH1 dan pGWB5 digunakan sebagai vektor ekspresi gen

MmCuZn-SOD, plasmid pENTR-D/TOPO (Invitrogen, USA) sebagai entry clone

ke plasmid biner pGWB5, A. tumefaciens LBA 4404 digunakan untuk

mentransfer gen ke genom tanaman, E. Coli HB 101 yang membawa helper pRK

2013 sebagai plasmid konyugasi untuk memindahkan plasmid biner rekombinan

yang mengandung gen MmCuZn-SOD dari bakteri E.coli ke A. tumefaciens.

Page 66: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

50

E.coli DH5α digunakan untuk memperbanyak plasmid biner rekombinan yang

telah mengandung gen MmCuZn-SOD, dan kultur invitro N.benthamiana dan N.

tabacum digunakan sebagai bahan tanaman.

Metode Penelitian

Konstruksi Vektor Ekspresi pMSH1 untuk MmCuZn-SOD. Fragmen

MmCuZn-SOD diperoleh dengan mengamplifikasi plasmid rekombinan pGEM-

MmCuZn-SOD dengan primer spesifik (MmSODXba-F : 5’-GCT CTA GAA TGG

TGA AGG CTG TGG TTG TTC-3’ ; MmSODSpe-R : 5’-GAC TAG TTT AAC CCT

GGA GAC CAA TG-3’). Primer didesain memiliki situs pemotongan enzim

restriksi XbaI untuk primer forward dan site pemotongan SpeI untuk primer

reverse. Komposisi PCR untuk amplifikasi plasmid pGEM-MmCuZn-SOD adalah

1µl plasmid sebagai cetakan, 1x buffer Taq, 4 mM dNTP mix, 10 pmol primer

forward, 10 pmol primer reverse, 2U enzim Taq DNA polymerase (RBC

Bioscience), dan dH2O dengan volume reaksi 20 µl. PCR dilakukan pada kondisi

pra PCR pada 94oC selama 5 menit, denaturasi pada 94oC selama 30 detik,

penempelan primer pada 55oC selama 30 detik, dan pemanjangan pada 72oC

selama 1 menit, dengan 30 siklus, dan pasca PCR pada 72oC selama 5 menit,

diikuti dengan 15oC, selama 10 menit. Hasil PCR MmCuZn-SOD dan plasmid

biner pMSH1 (koleksi Yokota laboratories, NAIST, Japan) masing-masing

dipotong dengan enzim restriksi XbaI dan SpeI. Hasil pemotongan dengan

enzim restriksi dipurifikasi dengan GenJETTM Gel Extraction Kit (Fermentas,

Lithuania) sesuai protokol kit. Fragmen MmCuZn-SOD diligasikan dengan

plasmid pMSH1 dengan enzim T4 DNA ligase (Invitrogen, USA). Hasil ligasi

diintroduksikan ke dalam E. coli strain DH5α. Klon rekombinan di verifikasi

dengan PCR koloni menggunakan primer spesifik (MmSOD-F1 : 5’-ATG GTG

AAG GCT GTG GTT GT-3’ dan MmSOD-R1: 5’-CCG TTG GAG ATG ACG GTA

CT-3’).

Konstruksi Vektor pGWB5 Ekspresi untuk MmCuZn-SOD. Fragmen

MmCuZn-SOD diperoleh dengan PCR terhadap plasmid rekombinan pGEM-

MmCuZn-SOD menggunakan primer spesifik (MmSODpENTER F: 5’-CAC CAT

GGT GAA GGC TGT GGT-3’ dan MmSODpENTER R: 5’-ACC CTG GAG ACC

AAT GAT CC-3’). Primer didesain dengan penambahan CACC pada ujung 5’

untuk primer forward, supaya dapat disisipkan pada plamid pENTR-D/TOPO

sebagai entry vektor dalam metode gateway cloning (Gambar 2). Komposisi

Page 67: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

51

PCR untuk amplifikasi plasmid pGEM-MmCuZn-SOD adalah 1µl plasmid

sebagai cetakan, 1x buffer taq, 4 mM dNTP mix, 10 pmol primer forward, 10

pmol primer reverse, 2U enzim Taq DNA polymerase (RBC Bioscience), dan

dH2O dengan volume reaksi 20 µl. PCR dilakukan pada kondisi pra PCR 94oC

selama 5 menit, denaturasi pada 94oC selama 30 detik, penempelan primer pada

55oC selama 30 detik, dan pemanjangan pada 72oC selama 1 menit, dengan 30

siklus, dan pasca PCR pada 72oC selama 5 menit, diikuti dengan 15oC, selama

10 menit. Hasil PCR MmCuZn-SOD direaksikan dengan plasmid pENTR-

D/TOPO (Invitrogen, USA) sesuai manual protokol Invitrogen. Hasil reaksi

diintroduksikan kedalam E. coli DH5α. Koloni yang tumbuh di media seleksi

kanamisin diperbanyak sebagai sumber plasmid yang membawa MmCuZn-SOD.

Plasmid diisolasi dengan GenJETTM Plasmid Miniprep Kit (Fermentas, Lithuania)

sesuai protokol kit.

Plasmid pENTR-D/TOPO yang membawa gen MmCuZn-SOD (pENT-

MmCuZn-SOD) direaksikan dengan plasmid biner (destination vektor) pGWB5

(Invitrogen, USA) dengan ezim LR sesuai dengan protokol gateway cloning

(Invitrogen, USA). Hasil ligasi diintroduksikan kedalam E. coli strain DH5α.

Klon rekombinan di verifikasi dengan PCR koloni menggunakan perimer spesifik

(MmSOD-F1 : 5’-ATG GTG AAG GCT GTG GTT GT-3’ dan MmSOD-R1: 5’-CCG

TTG GAG ATG ACG GTA CT-3’).

Triparental Mating (TPM). Introduksi plasmid biner yang mengandung

gen MmCuZn-SOD ke dalam A. tumefaciens LBA4404 dilakukan dengan cara

triparental mating (Liberty et al. 2008). Transformasi menggunakan 3 macam

bakteri yaitu E.coli yang mengandung plasmid pMSH1 atau pGWB5 rekombinan

(mengandung gen MmCuZn-SOD), bakteri E.coli HB 101 yang mengandung

helper pRK 2013, dan A. tumefaciens LBA 4404. Ketiga bakteri ini ditumbuhkan

di dalam media LB padat (Lampiran 2). E. coli yang membawa masing-masing

plasmid pMSH1 rekombinan dan pGWB5 rekombinan ditumbuhkan dalam media

LB padat yang mengandung antibiotik kanamisin 50 mg/L dan higromisin 50

mg/L, dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 16 jam. E. coli yang membawa

plasmid helper ditumbuhkan pada media LB padat dengan penambahan

antibiotik kanamisin 50 mg/L. Bakteri A. tumefaciens ditumbuhkan dalam media

LB padat yang mengandung antibiotik 50 mg/L streptomisin dan diinkubasi pada

suhu 28oC selama 32 jam. Biakan diambil satu gores dan dilarutkan didalam 1

Page 68: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

52

ml media LB cair. Biakan dicampur di media LB padat dengan memasukkan 20

µl secara berurutan E.coli yang membawa pMSH1 atau pGWB5 rekombinan, E.

coli yang membawa helper pRK 2013 dan A. tumefaciens. Biakan diinkubasi

pada suhu 28oC selama 32 jam. Biakan yang tumbuh diambil satu gores dan

dilarutkan dalam 500 µl media LB cair dan 5 µl biakan ini dicampur dengan 495

µl LB cair. Sebanyak 10 µl dari hasil pengenceran disebarkan dalam media

seleksi LB + 50 mg/L kanamisin + 50 mg/L higromisin + 50 mg/L streptomisin,

dan diinkubasi pada suhu 28oC selama 32 jam. A. tumefaciens transforman

diverifikasi dengan PCR koloni menggunakan primer spesifik (MmSOD-F1 : 5’-

ATG GTG AAG GCT GTG GTT GT-3’ dan MmSOD-R1: 5’-CCG TTG GAG ATG

ACG GTA CT-3’).

Perbanyakan Benih dan Tanaman In Vitro. Sterilisasi permukaan biji

N.benthamiana dan N. tabacum dilakukan dengan cara merendam biji di dalam

larutan alkohol 70% dengan digoyang selama beberapa menit. Selanjutnya biji

dicuci menggunakan air steril dan direndam dalam larutan pemutih-desinfektan

komersial (NaClO 5,25%, Jhonson) 20% selama 10 menit dan digoyang. Biji

dicuci kembali menggunakan air steril sebanyak lima kali. Biji ditumbuhkan

dalam media dasar Murashige dan Skoog (MS0) yang mengandung garam-

garam MS (Lampiran 3), vitamin, 30 g/L sukrosa, dan 3 g/L agar, lalu diletakkan

di ruang gelap selama 2 hari dan kemudian dipindahkan ke ruangan bercahaya,

suhu 26º-27ºC. Setelah berumur 1 bulan, tanaman disubkultur ke botol yang

lebih besar. Daun diambil dari tanaman yang berumur 2 bulan sebagai eksplan.

Perbanyakan Biakan Agrobacterium tumefaciens. A. tumefaciens LBA

4044 yang telah membawa gen MmCu/Zn-SOD diperbanyak dengan

menumbuhkan koloni tunggal di dalam 10 mL Luria broth (LB) cair yang

mengandung 50 mg/L higromisin, 50 mg/L kanamisin dan 50 mg/L streptomisin,

digoyang pada 160 rpm, suhu 28ºC selama 30 jam. Sebanyak 1.5 ml biakan

diendapkan menggunakan alat mikrosentrifus pada 5000 rpm selama 5 menit.

Endapan Agrobacterium diresuspensi menggunakan larutan media cair yang

mengandung garam-garam MS (Caisson), 0,1 mg/L naphthalene acetic acid

(NAA), 1 mg/L N6-benzyl adenine purin (BAP) (Ma et al. 2007) dan 40 mg/L

asetosiringon hingga OD600 mencapai 0.5 – 0.8.

Transformasi, Seleksi, dan Regenerasi Tanaman. Transformasi

dilakukan dengan menggunakan A. tumefaciens menurut prosedur Akashi et al.

Page 69: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

53

(2005) yang dimodifikasi. Daun dari tanaman N. benthamiana dan N. tabacum

hasil perbanyakan in vitro berumur 8 minggu dipotong dengan ukuran 1cm x

1cm. Ko-kultivasi dilakukan dengan merendam eksplan dalam suspensi A.

tumefaciens OD600 0.5 – 0.8 selama 15 menit, digoyang 100 rpm pada suhu

ruang. Selanjutnya eksplan dikeringkan dengan kertas tissue steril dan diletakkan

pada media MS0 dengan penambahan 0,1 mg/L NAA, 0.5 mg/L BAP dan 40

mg/L asetosiringon, lalu diinkubasi selama 3 hari di ruang gelap. Setelah ko-

kultivasi, eksplan dicuci dengan air steril sebanyak tiga kali dan dilanjutkan

dengan larutan 500 mg/L carbenicillin dan 200 mg/L cefotaxime. Eksplan

dikeringkan dan dipindahkan ke dalam media MS0 yang mengandung 1 mg/L

NAA, 0.5 mg/L BAP, 100 mg/L kanamisin, 30 mg/L higromisin, 200 mg/L

carbenicillin dan 100 mg/L cefotaxime. Biakan tanaman disimpan di ruang

dengan suhu 26º-27ºC, 16 jam penyinaran dan 8 jam tanpa cahaya (gelap).

Setelah 3-4 minggu eksplan yang berkalus atau bertunas dipindahkan ke

dalam media MS0 yang mengandung 30 mg/L higromisin dan 100 mg/L

kanamisin. Setiap 3 minggu sekali eksplan yang masih hidup disubkultur

(regenerasi) ke media yang sama sampai eksplan tunas menjadi besar. Jumlah

eksplan yang digunakan sebanyak 50.

Tanaman yang telah berumur 2 bulan dan telah membentuk akar

diaklimatisasi dalam media sekam selama 2 minggu. Selanjutnya dipindahkan

dalam media tanam dan ditumbuhkan di rumah kaca PPSHB IPB (Pusat

Penelitian Studi Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor) sampai

menghasilkan biji.

Identifikasi Tanaman Transgenik. Tanaman transgenik diidentifikasi

menggunakan PCR dengan primer spesifik MmSOD-F1 : 5’- ATG GTG AAG

GCT GTG GTT GT-3’ dan MmSOD-R2 : 5’-CAT CTC CAA CGG TGA CAT TG-3’

untuk N. benthamiana dan primer spesifik primer spesifik 35S-F : 5’-AAA CCT

CCT CGG ATT CCA TT-3’ dan MmSOD-R2 : 5’-CAT CTC CAA CGG TGA CAT

TG-3’ untuk untuk N. benthamiana. DNA tanaman diisolasi dengan

menggunakan DNeasy Plant Mini Kit (QIAGEN). Komposisi PCR yang

digunakan adalah 100 ng DNA, 0.5 µM MmSOD-F1, 0.5 µM MmSOD-R2, 1x

buffer Taq, 0.2 mM dNTP mix, 1.25 U Taq DNA polymerase (RBC Bioscience)

dan ddH2O hingga volume akhir 20 µl. PCR dilakukan sebanyak 30 siklus

dengan kondisi pra-PCR 94oC, 5 menit; denaturasi 94oC, 1 menit; penempelan

Page 70: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

54

primer 55oC, 30 detik; pemanjangan 72oC, 1 menit, dan pasca –PCR 72oC, 5

menit.

Uji Segregasi Tanaman Transgenik T1. Biji tanaman transgenik

generasi T1 disterilisasi dan ditumbuhkan dalam media dasar Murashige dan

Skoog (MS) yang mengandung garam-garam MS, vitamin, 30 g/L sukrosa, 3 g/L

agar, dan antibiotik 50 mg/L higromisin. Biji ditumbuhkan di ruang gelap selama

2 hari dan kemudian dipindahkan ke ruangan bercahaya, suhu 26º-27ºC.

Setelah berumur 1 bulan, tanaman yang tumbuh diamati dan dihitung berapa

yang masih tumbuh dengan baik dan berapa yang mati. Uji segregasi generasi

T1 dilakukan dengan uji statistik Khi-Kuadrat (2).

Hasil dan Pembahasan

Konstruksi Plasmid Biner pMSH1

Konstruksi plasmid biner pMSH1 dimulai dengan memotong plasmid

menggunakan enzim restriksi XbaI dan SpeI, berdasarkan peta plasmid pMSH1

(Gambar 21). Gen MmCuZn-SOD telah disolasi dari klon pGEM-MmCuZn-SOD

dengan PCR menggunakan primer spesifik. Primer forward didesain untuk bisa

dipotong dengan enzim XbaI dengan penambahan nukleotida GCTCTAGA pada

ujung 5’, dan primer reverse didesain untuk bisa dipotong dengan enzim SpeI

dengan penambahan nukleotida GACTAGT pada ujung 5’. Hasil pemotongan

plasmid pMSH1 adalah satu fragmen berukuran sekitar 14.000 pb. Sementara

hasil PCR pGEM-MmCuZn-SOD adalah fragmen berukuran sekitar 450 pb

(Gambar 19). Hasil PCR telah dipotong dengan enzim Xba dan SpeI untuk

mendapatkan ujung-ujung fragmen yang tidak rata.

Fragmen gen MmCuZn-SOD dan plasmid pMSH1 dielusi dari gel agarose

untuk digunakan pada proses ligasi. Enzim T4 DNA ligase digunakan utuk

meligasikan fragmen MmCuZn-SOD dengan plasmid pMSH1. Hasil ligasi

diintroduksikan ke dalam sel E.coli DH5α kompeten. E. coli ditumbuhkan pada

media seleksi LB padat yang mengandung antibiotik kanamisin 50 mg/L dan

higromisin 50 mg/L. Penambahan antibiotik pada media LB dimaksudkan agar

koloni yang tumbuh pada media adalah koloni yang sudah membawa plasmid

pMSH1, karena plasmid pMSH1 membawa gen antibiotik kanamisin dan

higromisin.

Page 71: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

55

Gambar 19. Hasil pemotongan fragmen PCR MmCuZn-SOD dan pMSH1 dengan dengan enzim restriksi Xba1 dan Spe1 (M= Marka. 1= fragmen MmCuZn-SOD, 2= pMSH1)

Delapan koloni yang tumbuh di media seleksi dikonfirmasi lagi dengan

PCR koloni untuk memastikan bahwa koloni ini mengandung plasmid

rekombinan yang membawa gen MmCuZn-SOD. Hasil PCR koloni dengan

primer MmSOD-F1 dan MmSOD-R1 menunjukkan bahwa kedelapan koloni

membawa fragmen gen penyandi MmCuZn-SOD yang berukuran sekitar 450 pb

(Gambar 20). Hasil ini sesuai dengan ukuran gen MmCuZn-SOD yang telah

disisipkan di plasmid pMSH1 (Gambar 19).

Gambar 20. Hasil PCR dengan primer spesifik MmCuZn-SOD dari koloni bakteri E.coli hasil transformasi dengan plasmid pMSH1 rekombinan. (M=Marka, 1-8 = koloni E.coli transforman)

Hasil PCR koloni tersebut menunjukkan bahwa plasmid biner

rekombinan yang membawa gen MmCuZn-SOD di bawah promoter p35S CaMV

telah berhasil dikonstruksi, dan selanjutnya plasmid ini disebut pMSH-MmCuZn-

SOD (Gambar 21).

Page 72: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

56

Gambar 21. Konstruksi plasmid biner pMSH1 yang membawa gen MmCuZn-SOD

(pMSH-MmCuZn-SOD). Konstruksi Plasmid Biner pGWB5 Fragmen MmCuZn-SOD yang berukuran 459 pb telah berhasil diisolasi

dari plasmid pGEM-MmCuZn-SOD menggunakan PCR primer spesifik, yang

didesain dengan menambahkan nukleotida CACC pada ujung 5’ sehingga

ujungnya cocok dengan pENTRTM/D-TOPO® (Gambar 2). PCR dilakukan

dengan menggunakan enzim Taq polymerase yang menghasilkan ujung yang

tumpul (blunt end) yang tidak mengandung nukleotida A. Hal ini dimaksudkan

agar ujung 5’ fragmen hasil PCR adalah CACC supaya dapat tersisipi ke vektor

pENTRTM/D-TOPO®.

Fragmen gen MmCuZn-SOD dan plasmid pENTRTM/D-TOPO® telah

diligasikan menggunakan reaksi LR (Invitrogen, USA). Hasil ligasi telah

diintroduksikan ke dalam sel E.coli DH5α kompeten, dan ditumbuhkan pada

media seleksi LB padat yang mengandung antibiotik kanamisin 50 mg/L.

Penambahan antibiotik pada media LB dimaksudkan agar koloni yang tumbuh

pada media adalah koloni yang sudah membawa plasmid pENTRTM/D-TOPO®

rekombinan, karena plasmid pENTRTM/D-TOPO® membawa gen antibiotik

kanamisin. Koloni bakteri E.coli yang tumbuh pada media seleksi diverifikasi lagi

dengan PCR dengan primer spesifik untuk memastikan bahwa koloni tersebut

mengandung gen MmCuZn-SOD. Hasil PCR dengan primer spesifik MmSOD-F1

: 5’-ATG GTG AAG GCT GTG GTT GT-3’ dan MmSOD-R1: 5’-CCG TTG GAG

ATG ACG GTA CT-3’ menunjukkan adanya pita berukuran sekitar 459 pb

(Gambar 22). Hasil ini menunjukkan bahwa gen target MmCuZn-SOD yang

berukuran 459 pb telah berhasil tersisipi ke dalam pENTR, selanjutnya disebut

plasmid pENT-MmCuZn-SOD. cDNA yang tersisipi ke dalam pENTR dapat

dipastikan memiliki arah yang tepat karena kesepesifikan pada ujung 5’nya.

Page 73: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

57

Gambar 22. Hasil PCR dengan primer spesifik MmCuZn-SOD dari koloni bakteri E.coli hasil transformasi dengan plasmid pENTR rekombinan (M=Marka, 1-4 = koloni E.coli transforman).

Plasmid pENT-MmCuZn-SOD telah direaksikan dengan plasmid biner

pGWB5 menggunakan enzim LR (Invitrogen, USA). Enzim LR membantu untuk

memindahkan fragmen MmCuZn-SOD yang sudah tersisipi di pENTRTM/D-

TOPO® ke plasmid biner pGWB5. Setelah inkubasi selama 5 jam pada suhu

ruang, reaksi ditransformasikan ke E.coli kompeten dan ditumbuhkan pada

media seleksi LB padat yang ditambah 50 mg/L kanamisin dan 50 mg/L

higromisin. Sebanyak 6 koloni dari media seleksi telah dikonfirmasi dengan PCR

koloni menggunakan primer spesifik MmCuZn-SOD. Hasil PCR dari ke 6 koloni

menunjukkan adanya pita target yang berukuran 459 pb (Gambar 23). Hasil ini

menunjukkan bahwa gen target MmCuZn-SOD telah tersisipi di dalam plasmid

ekspresi pGWB5 di bawah promotor 35S CaMV (Gambar 24), dan selanjutnya

disebut plasmid pGWB-MmCuZn-SOD.

Gambar 23. Hasil PCR dengan primer spesifik MmCu/Zn-SOD dari koloni bakteri E.coli hasil transformasi dengan plasmid pGWB5 rekombinan (M=Marka; 1-6 = koloni E.coli transforman).

Page 74: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

58

Gambar 24. Konstruksi plasmid biner pGWB5 yang membawa gen MmCuZn-

SOD (pGWB-MmCuZn-SOD). Introduksi Plasmid Biner pMSH-MmCuZn-SOD dan pGWB-MmCuZn-SOD ke dalam Bakteri Agrobacterium tumefaciens Plasmid biner pMSH-MmCuZn-SOD dan pGWB-MmCuZn-SOD secara

terpisah telah berhasil dimasukkan ke dalam A. tumefaciens LBA 4404 melalui

triparental mating (TPM) (Lampiran). Masing-masing plasmid pMSH-MmCuZn-

SOD dan pGWB-MmCuZn-SOD yang terdapat pada E.coli DH5α hasil

transformasi (sebagai donor) dipindahkan ke dalam A.tumefaciens LBA 4044

(sebagai resipien) melalui proses konyugasi dengan bantuan E.coli HB 101 (pRK

2013) yang resisten terhadap antibiotik kanamisin. Bakteri yang mampu hidup

pada media seleksi yang mengandung 50 mg/L kanamisin +50 mg/L higromisin +

50 mg/L streptomisin hanya A. tumefaciens LBA 4404 yang mengandung

plasmid pMSH-MmCuZn-SOD atau pGWB-MmCuZn-SOD.

Koloni hasil TPM yang tumbuh pada media seleksi selanjutnya telah

dianalisis dengan PCR untuk membuktikan adanya plasmid biner pMSH-

MmCuZn-SOD atau pGWB5-MmCuZn-SOD di dalam A.tumefaciens. PCR

dengan primer spesifik MmSOD-F1 dan MmSOD-R1 terhadap koloni A.

tumefaciens menghasilkan produk PCR berukuran 459 pb (Gambar 25). Hal ini

menunjukkan bahwa proses TPM telah berhasil dan menghasilkan A.tumefaciens

yang mengandung plasmid biner pMSH-MmCuZn-SOD dan pGWB-MmCuZn-

SOD. A.tumefaciens dapat digunakan untuk melakukan transformasi tanaman

model maupun tanaman lainnya dengan gen MmCuZn-SOD. Raj et al. (2005)

telah melaporkan menggunakan metode TPM untuk memasukkan vektor

ekspresi yang membawa gen coat protein (CP) dari tomato leaf curl virus (TLCV)

ke A. tumefaciens. Liberty et al. (2008) juga telah berhasil memindahkan gen

cry1Ab yang disisipkan ke dalam vektor ekspresi ke A.tumefaciens LBA 4404

Page 75: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

59

menggunakan metode TPM. Wise et al. (2006) menjelaskan bahwa TPM adalah

salah satu metode yang efektif untuk mentransfer gen yang dibawa oleh plasmid

nonconjugative ke bakteri A. tumefaciens dengan bantuan plasmid helper pRK

2013 sebagai plasmid conjugative.

Gambar 25. Hasil PCR dengan primer spesifik terhadap koloni bakteri A. tumefaciens LBA 4404 hasil triparental mating. (M=Marka, 1= plasmid pGWB-MmCu/Zn-SOD; 2-3 = koloni Agrobacterium transforman pGWB-MmCu/Zn-SOD; 4-5 = koloni Agrobacterium transforman pMSH-MmCu/Zn-SOD; 6 = plasmid pMSH-MmCu/Zn-SOD)

Transformasi N.benthamiana dan N. tabacum dengan A.tumefaciens

Agrobacterium tumefaciens yang mengandung plasmid rekombinan pMSH-

MmCuZn-SOD telah ditransformasikan ke tanaman Nicotiana benthamiana, dan

yang mengandung plasmid rekombinan pGWB-MmCu/Zn-SOD

ditransformasikan ke tanaman N. tabacum. Efisiensi transformasi N.

benthamiana dengan pMSH-MmCuZn-SOD melalui perantaraan A. tumefaciens

adalah 82%, sedangkan N.tabacum dengan pGWB-MmCu/Zn-SOD adalah 92%

(Tabel 3). Efisiensi transformasi ditentukan berdasarkan rasio antara eksplan

yang bertunas dan keseluruhan eksplan yang ditumbuhkan di media seleksi

selama 4 minggu.

Tabel 3. Persentase keberhasilan transformasi genetik N.tabacum dan N. benthamiana dengan menggunakan eksplan daun.

Tanaman Jumlah eksplan transformasi

Jumlah eksplan bertunas

N. benthamiana 50 46 N. tabacum 50 41

Tunas yang tumbuh dari eksplan di media seleksi adalah tunas transgenik

(Gambar 26). Tunas transgenik ini setelah dipisahkan dari eksplan dipindah ke

media MS yang mengandung 30 mg/L higromisin dan 100 mg/L kanamisin.

Page 76: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

60

Gambar 26. Tanaman transgenik umur 8 minggu setelah transformasi pada media seleksi mengandung 30 mg/L higromisin dan 100 mg/L kanamisin. (A) N.benthamiana transgenik B. N.tabacum transgenik. (1 = tanaman transgenik; 2 = tanaman non transgenik).

Adanya integrasi MmCuZn-SOD di dalam genom tanaman transgenik ini

telah dikonfirmasi dengan PCR menggunakan primer spesifik. Primer yang

dipakai dalam pengujian dengan PCR pada DNA tanaman N. benthamiana

transgenik adalah primer spesifik MmSOD-F1 dan MmSOD-R2 yang didesain

dari sekuen gen MmCuZn-SOD. Hasil amplifikasi dengan primer ini adalah

fragmen DNA berukuran 270 pb. PCR terhadap DNA tanaman N. benthamiana

transgenik menghasilkan DNA berukuran 270 pb, sedangkan terhadap DNA

tanaman non transgenik tidak menghasilkan amplikon (Gambar 27).

Gambar 27. PCR DNA genom N. benthamiana hasil transformasi dengan primer spesifik MmSOD-F1 dan MmSOD-R2, (M = marker 1 Kb; 1-5 = tanaman transgenik; 6 = tanaman non transgenik; 7 = kontrol plasmid pMSH-MmCuZn-SOD).

Sedangkan primer yang dipakai dalam pengujian dengan PCR pada DNA

tanaman N. tabacum transgenik adalah primer spesifik 35S-F dan MmSOD-R2

yang didesain dari sekuen plasmid ekspresi pGWB-MmCuZn-SOD. Hasil

amplifikasi dengan primer ini adalah fragmen DNA berukuran 633 pb yang

berasal dari amplifikasi bagian ujung 3’ promoter 35S CaMV (sekitar 363 pb) dan

bagian ujung 5’ gen MmCuZn-SOD (270 pb). PCR terhadap DNA tanaman N.

tabacum transgenik menghasilkan DNA berukuran 633 pb, sedangkan terhadap

DNA tanaman non transgenik tidak menghasilkan pita (Gambar 28).

Page 77: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

61

Gambar 28. PCR DNA genom N. tabacum hasil transformasi dengan primer spesifik 35S-F dan MmSOD-R2, (M = marker 1 Kb; 1-5 = tanaman transgenik; 6 = tanaman non transgenik; 7 = kontrol plasmid pGWB-MmCuZn-SOD).

Hasil ini menunjukkan bahwa gen MmCuZn-SOD telah berhasil

dimasukkan ke dalam genom tanaman N. benthamiana dan N. tabacum melalui

A. tumefaciens. Soliman et al. (2009) melaporkan telah berhasil mendapatkan

N.tabacum transgenik yang disisipi gen Na+/H+antiporter vacuolar (AtNHX1)

melalui A. tumefaciens. Menurut Dai et al. (2001) transformasi genetika dengan

menggunakan A. tumefaciens sebagai perantara merupakan salah satu metoda

yang banyak digunakan karena integrasinya yang stabil di dalam tanaman.

Teknik ini juga menghasilkan tanaman transgenik yang lebih stabil pada generasi

berikutnya (Travella et al. 2005).

Segregasi T1 dari Tanaman Transgenik N. benthamiana dan N.tabacum

Tanaman transgenik yang mengandung gen MmCu/Zn-SOD

diperbanyak, kemudian dipindahkan ke dalam pot. Tanaman transgenik

dipelihara di rumah kaca sampai menghasilkan biji (Gambar 29). Biji-biji dipanen

untuk analisis segregasi gen hpt yang terletak berdampingan dengan gen

MmCu/Zn-SOD di dalam tanaman N. benthamiana dan N.tabacum. Biji tanaman

transgenik dapat dipanen 8 minggu setelah dipindahkan ke dalam pot. Namun

tidak semua dari tanaman transgenik yang dapat dipanen bijinya, karena ada

beberapa tanaman yang kapsulnya tidak mengandung biji. Hal ini terjadi diduga

merupakan hasil variasi somaklonal. Ramulu (1984) menjelaskan bahwa variasi

somaklonal dapat terjadi karena penggunaan zat pengatur tumbuh dalam kultur

in vitro serta periode kultur. Purnamaningsih (2006) yang melakukan

transformasi tanaman tomat dengan gen DefH9-RI-iaaM melaporkan adanya

tanaman tomat yang tidak menghasilkan biji karena hasil variasi somaklonal.

Biji tanaman transgenik ditumbuhkan dalam media seleksi higromisin 50

mg/L. Biji-biji yang mengekspresikan gen hpt akan tumbuh baik dalam media

seleksi sementara yang tidak membawa gen tersebut akan mati pada 4 minggu

setelah tanam (Gambar 30).

Page 78: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

62

Gambar 29. Tanaman transgenik N.benthamiana (atas) dan N. tabacum

(bawah). A. Tanaman transgenik di dalam botol kultur; B. Tanaman transgenik di dalam pot; C. Tanaman transgenik berbunga.

Stabilitas gen yang diwariskan kepada turunannya merupakan aspek

yang sangat penting dalam rekayasa genetika tanaman. Travella et al. (2005)

menjelaskan bahwa tanaman transgenik yang diperoleh melalui infeksi

Agrobacterium diwariskan secara stabil ke generasi berikutnya. Umumnya gen

yang diintroduksikan ke tanaman dengan perantara Agrobacterium diwariskan ke

generasi berikutnya mengikuti pola pewarisan Mendel monohibrid.

Gambar 30. Hasil seleksi biji tanaman transgenik generasi T1 umur 4 minggu

menggunakan 50 mg/L higromisin. A. N.benthamiana B. N.tabacum (T = transgenik; NT = Non Transgenik).

Analisis pola segregasi gen telah dilakukan pada biji (T1) dari 4 galur N.

benthamiana transgenik dan 5 galur N. tabacum transgenik yang diambil secara

acak (Tabel 4). Hasil uji T1 di dalam media seleksi berdasarkan uji Khi-Kuadrat

Page 79: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

63

(2) menunjukkan pola segregasi gen hpt pada populasi T1 tanaman transgenik

N. benthamiana dan N. tabacum 3 : 1. Hasil ini sesuai dengan pendapat Rashid

et al. (1996) yang menyatakan bahwa umumnya gen yang diintroduksikan ke

tanaman menggunakan perantara Agrobacterium diwariskan ke generasi

berikutnya mengikuti pola pewarisan Mendel monohibrid.

Pola pewarisan Mendel 3:1 pada generasi T1 atau F2 dari tanaman N.

benthamiana dan N.tabacum transgenik menunjukkan bahwa di dalam tanaman

transgenik tersebut terdapat satu gen fungsional untuk hpt. Karena gen hpt

difusikan dengan MmCuZn-SOD (Gambar 21 dan Gambar 24), maka kedua gen

ini mempunyai kecenderungan diwariskan ke generasi berikutnya secara

bersama-sama. Karena jarak kedua gen tersebut sangat dekat, kedua gen

tersebut sangat kecil bersegregasi.

Tabel 4. Hasil pengujian resistensi tembakau transgenik generasi T1 terhadap

higromisin.

Galur Jumlah Resistensi higromisin Sensitif higromisin

Segregasi

(= 3.84)

NB S5.2 124 89 35 0.688 3:1

NB S5.3 135 107 28 0.363 3:1

NB S6.3 103 83 20 1.712 3:1

NB S12.2 127 93 34 0.213 3:1

NT S2.1 105 79 26 0.003 3:1

NT S4.1 45 32 13 0.363 3:1

NT S10.3 115 82 33 0.838 3:1

NT S18.4 125 102 23 2.904 3:1

NT S20.3 130 92 38 1.241 3:1

Simpulan

Vektor untuk rekayasa ekspresi berlebih gen MmCuZn-SOD berhasil

dikonstruksi dan disisipkan ke genom tanaman N. benthamiana dan N. tabacum.

Pola segeregasi gen hpt yang difusikan dengan gen MmCuZn-SOD pada

tanaman transgenik generasi T1 mengikuti pola pewarisan Mendel monohibrid

yaitu 3:1.

Page 80: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB VI KONSTRUKSI VEKTOR RNAi DARI FRAGMEN 3’UTR GEN

PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE DARI Melastoma malabathricum, L.

Abstrak

Tehnik RNA silencing adalah sebuah cara yang efektif untuk menguji

fungsi biologi mRNA target pada tanaman. Perkembangan terkini mengenai

teknologi pengklonan GATEWAYTM memudahkan untuk mengkonstruksi vector

RNAi yang mempunyai sekuen pemicu dan untuk menganalisis fungsi gen target.

Tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksi RNAi dari fragmen 3’UTR gen

penyandi CuZn-SOD dari Melastoma malabathricum L. (MmCuZn-SOD). Vektor

RNAi telah berhasil dikonstruksi menggunakan teknologi pengklonan

GATEWAYTM dimana fragmen 3’UTRMmCuZn-SOD digunakan sebagai sekuen

pemicu RNA utas ganda (dsRNA), pENTRTM/D-TOPO® sebagai entry vector dan

vektor pANDA sebagai destination vector. RNAi telah diintroduksikan ke

tanaman M. malabathricum L. melalui Agrobacterium tumefaciens LBA4404

untuk mempelajari peranan gen MmCuZn-SOD dalam detoksifikasi cekaman Al.

Uji toleransi tanaman transgenik terhadap cekaman Al menunjukkan bahwa

pada media MS yang mengandung 1 mM Al (AlCl3.6H2O), tanaman transgenik

mengalami hambatan pertumbuhan sampai mati, sementara non-transgenik tidak

mengalami hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa penghambatan ekspresi gen

MmCuZn-SOD dengan RNAi pada tanaman M. malabathricum L. menyebabkan

tanaman menjadi sensitif terhadap Al.

Abstract

The RNA silencing technique is an effective tool to examine the biological

function of the target mRNAs in plants. The recent development of regarding GATEWAYTM cloning technology makes it easy to construct the RNAi vectors with trigger sequences and to analyze the function of a target gene. The objective of this study is to construct RNAi including the 3'UTR fragment of the gene coding CuZn-SOD from Melastoma malabathricum L. (MmCuZn-SOD). RNAi vector had been successfully constructed using Gateway cloning technology with the 3'UTR MmCuZn-SOD was used as double stranded RNA (dsRNA) trigger sequence, pENTRTM/D-TOPO® as entry vector, and pANDA as destination vector. RNAi had been successfully introduced into M. malabathricum L. mediated by Agrobacterium tumefaciens LBA 4404 to analyze the function of MmCuZn-SOD gene in the detoxifying Al stress. Transgenic plants tolerance analyzes to Al stress showed that in the MS medium containing 1 mM Al (AlCl3.6H2O), the transgenic plants underwent growth suppression, whereas non-transgenic plants underwent growth normally. These results suggested that suppression of MmCuZn-SOD gene expression by RNAi to M. malabathricum L. caused the plant became sensitive to Al.

Keywords: RNAi, CuZn-SOD, Melastoma malabathricum

Page 81: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

66

Pendahuluan

Perkembangan teknologi rekayasa genetika yang sangat pesat

memberikan harapan baru dalam memanipulasi tanaman agar dihasilkan

varietas-varietas baru dengan sifat-sifat unggul termasuk tanaman yang tahan

terhadap cekaman lingkungan. Langkah awal dalam rekayasa genetik adalah

mempelajari peranan gen tertentu. Peranan suatu gen dalam tanaman dapat

dipelajari minimal dengan pendekatan dua arah, yaitu meningkatkan ekspresi

gen dengan mengkonstruksi vektor over expression serta menghentikan

dan/atau menurunkan ekspresi gen antara lain dengan mengkonstruksi RNAi

(RNA interference).

RNAi merupakan potongan kecil RNA yang dapat menginduksi

penghancuran mRNA tertentu sebelum proses transkripsi di dalam sitoplasma.

Prinsip dasarnya adalah bahwa masuknya RNA utas ganda (dsRNA) ke dalam

sitoplasma akan membungkam ekspresi suatu gen di tingkat post-transkripsi

(Fire et al. 1998; Kalantidis et al. 2008). Adanya RNAi menyebabkan RNA yang

ada di dalam sel dapat diikat oleh RNAi untuk membentuk RNA utas ganda

(dsRNA). RNA utas ganda dipotong oleh enzim Dicer di sitoplasma menjadi

fragmen dsRNA pendek berukuran 21-26 nukleotida dengan ujung 3’ overhangs

dua nukleotida (Fire et al. 1998; Waterhouse et al. 2001; Hannon 2002; Pickford

& Cogoni 2003). Salah satu dari kedua utas dari masing-masing fragmen, yang

diketahui sebagai utas pemandu (guide strand), bergabung dengan RISC (RNA-

induced silencing complex) dan berasosiasi dengan mRNA target (Hammond et

al. 2000), dan kemudian mengaktivasi fungsi RISC untuk mendegradasi mRNA

target dan menekan ekspresi gen pada berbagai level (Fire et al. 1998; Meister &

Tuschl 2004).

Berdasarkan mekanisme selulernya, pembentukan dsRNA dapat terjadi

melalui dua cara, yaitu secara eksogenous dan endogenous (Bagasra & Priliman

2004). Secara eksogenous, dsRNA yang berasal dari infeksi virus dengan

sebuah genom RNA atau dari manipulasi laboratorium yang secara langsung

masuk dalam sitoplasma dan dipotong menjadi fragmen kecil oleh enzim Dicer.

Secara endogenous, dsRNA berasal dari dalam sel sebagai pre-microRNA yang

diekspresikan dari gen penyandi RNA dalam genom. Transkrip dari gen tersebut

membentukstruktur jepit rambut (stem-loop) yang kemudian dikeluarkan ke

sitoplasma untuk dipotong oleh Dicer.

Page 82: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

67 Teknik RNAi ini merupakan cara yang efektif untuk menguji fungsi biologi

mRNA target pada tanaman. Perkembangan terkini mengenai vektor RNAi, yang

menggunakan promotor kostitutif dan teknologi teknik pengklonan Gateway,

memudahkan untuk mengkonstruksi vektor RNAi yang mempunyai sekuen

pemicu dsRNA dan memudahkan pula untuk menganalisis fungsi gen target.

Salah satu vektor RNAi yang dapat digunakan untuk mempelajari fungsi gen

target adalah vektor pANDA yang dikembangkan oleh Miki & Shimamoto (2004).

Vektor ini menggunakan promoter ubiquitin1 dari jagung yang mengontrol

ekspresi mRNA berulang terbalik dari sekuen gen target. Orientasi mRNA

berulang terbalik merupakan pemicu pembentukan siRNA. Aplikasi vektor ini

dengan gen penyandi green fluorescent protein (GFP) dan phytoene desaturase

(PDS) dapat menekan ekspresi kedua gen tersebut pada tanaman padi (Miki et

al. 2005).

Miki et al. (2005) juga menggabungkan sekuen unik berulang terbalik dari

3’UTR (untranslated region) yang diperoleh dari family gen OsRac padi dengan

promotor kuat dan stabil lalu diintroduksikan ke dalam padi. Masing-masing dari

sembilan anggota family gen OsRac eksperesinya ditekan oleh kontruksi

berulang terbalik tersebut. Ekspresi mutan berulang terbalik menggunakan

gabungan dari beberapa 3’UTR membungkam ekspresi tiga anggota family gen

OsRac. Selanjutnya, dengan menggunakan daerah yang terkonservasi tinggi

dari family gen OsRac, Miki et al. (2005) juga berhasil menekan ekspresi semua

anggota family gen OsRac dengan efesiansi yang berbeda-beda. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa RNAi merupakan metoda yang bermanfaat untuk

menganalisis fungsi famili gen pada padi dan tanaman lain.

Teknologi RNAi ini telah digunakan untuk mempelajari fungsi suatu gen

pada tanaman (Wesley et al. 2001; DeBoer et al. 2011; Muzuni 2011), menapis

gen fungsional untuk mengidentifikasi target terapi pada hewan (Soutchek et al.

2004; Shen et al. 2005; Raoul et al; 2005), pengobatan infeksi virus berbahaya

pada manusia (Leonard & Schaffer 2006; Ma et al. 2007), dan pengobatan terapi

kanker (Yin et al. 2003; Abdelrahim et al. 2006; Pai et al. 2006).

Salah satu gen yang diduga terlibat dalam toleransi tanaman terhadap

cekaman lingkungan termasuk cekaman aluminium adalah gen penyandi

superoxide dismutase (SOD) (Darko et al. 2004; Du et al. 2010). Superoxide

dismutase (SOD) termasuk kelompok metalloenzim yang mampu menetralkan

radikal bebas dengan mengkatalisis dismutase radikal superoksida menjadi

Page 83: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

68 molekul O2 dan H2O2 (Tseng et al. 2008). Salah satu tipenya adalah copper/zinc

superoksida dismutase (CuZn-SOD) yang memiliki kofactor logam copper/zinc.

Pada tanaman CuZn-SOD pada umumnya ditemukan di sitosol dan kloroplast.

cDNA utuh dari gen CuZn-SOD dari Melastoma malabathricum L. telah

berhasil diisolasi dari penelitian sebelumnya. Pada percobaan ini, kami menguji

peranan gen penyandi MmCuZn-SOD dalam toleransinya terhadap cekaman Al.

Pada pengujian ini, kostruksi RNAi menggunakan vektor pANDA dan dua sekuen

3’UTR dari gen MmCuZn-SOD yang ekspresinya berlawanan sebagai sekuen

berulang terbalik. Vektor hasil konstruksi diintroduksikan ke dalam tanaman M.

malabathricum L. melalui perantara A. tumefaciens LBA 4404. Tanaman

transgenik selanjutnya diuji pada media yang mengandung Al. Tanaman M.

malabathricum adalah tanaman yang sangat toleran Al, bilamana MmCuZn-SOD

berperan dalam toleransi M.malabathricum L. terhadap cekaman Al, maka

gangguan ekspresi gen ini melalui RNAi menyebabkan tanaman transgenik yang

diperoleh adalah sensitif terhadap cekaman Al.

Bahan dan Metode Penelitian

Bahan Penelitian

Plasmid pGEM-MmCuZn-SOD digunakan sebagai sumber fragmen

3’UTR MmCuZn-SOD. Plasmid biner pANDA (koleksi Prof. Ko Shimamoto,

NAIST, Japan) digunakan sebagai vektor RNAi, plasmid pENTR (Invitrogen,

USA) sebagai entry clone ke plasmid biner pANDA, A. tumefaciens LBA 4404

digunakan untuk mentransfer gen ke genom tanaman, E. coli HB 101 yang

membawa helper pRK 2013 sebagai plasmid konyugasi untuk memindahkan

plasmid biner rekombinan yang mengandung fragmen 3’UTR MmCuZn-SOD dari

bakteri E.coli ke A. tumefaciens. E.coli DH5α digunakan untuk memperbanyak

plasmid RNAi rekombinan yang telah mengandung fragmen 3’UTR MmCuZn-

SOD, dan kultur invitro M.malabathricum digunakan sebagai bahan tanaman.

Metode Penelitian

Perbanyakan Fragmen 3’UTR MmCuZn-SOD. Fragmen 3’UTR

MmCuZn-SOD diamplifikasi menggunakan enzim DNA polimerase proofreading

untuk menghasilkan produk PCR ujung tumpul (blunt end) dengan primer

spesifik (SOD3UTR-F1 : 5’-CAC CAG GGT TAA GCT ACC TCT G -3’ &

Page 84: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

69 SOD3UTR-R1 : CCC AAG ATC AGT AAC ACC CGG TT) dengan penambahan

nukleotida CACC pada primer forward agar dapat disisipkan pada situs

pengklonan plasmid pENTR-D/TOPO (Gambar 2) dan pGEM-MmCuZn-SOD

(Gambar 13) sebagai cetakan. Komposisi PCR yang digunakan adalah 10 ng

pGEM-MmCuZn-SOD, 0.5 µM primer SOD3UTR-F, 0.5 µM primer SOD3UTR-R,

1x buffer Tag, 0.2 mM dNTP mix, 1.25 U Platinum Taq (invitrogen) DNA

polymerase dan ddH2O hingga volume reaksi 20 µM. PCR dilakukan sebanyak

30 siklus dengan kondisi pra-PCR pada 95oC selama 5 menit, denaturasi pada

94oC selama 1 menit, penempelan primer pada 58oC selama 30 detik,

pemanjangan 72oC selama 1 menit, dan pasca-PCR pada 72oC selama 5 menit.

Produk PCR selanjutnya dielektroforesis menggunakan gel agarose 1 % untuk

mengetahui integritas dan kuantitasnya.

Penyisipan Fragmen 3’UTRMmCuZn-SOD ke dalam Entry Vector.

Metode penyisipan fragmen 3’UTR MmCuZn-SOD ke dalam entry vector

pENTRTM/D-TOPO® sesuai protokol Invitrogen.

Pengklonan ke dalam Vektor pANDA. Vektor pENTR-D/TOPO

rekombinan (entry clone) yang telah mengandung 3’UTR MmCuZn-SOD

direkombinasikan dengan vektor pANDA menggunakan enzim LR clonase.

Campuran reaksinya adalah sebagai berikut: 2 µl buffer reaksi LR (5x), 300 ng

entry clone, 300 ng vektor pANDA, dan buffer TE hingga volume 8 µl.

Selanjutnya 2 µl enzim LR clonase ditambahkan ke dalam campuran dan

diinkubasi pada suhu 25oC selama semalam. Reaksi pada campuran dihentikan

dengan menambahkan 1 µl proteinase K (2 µg/ µl) dan diinkubasi pada suhu

37oC selama 10 menit. Hasil rekombinasi diintroduksikan ke dalam E.coli DH5α

dengan mencampur 10 µl larutan rekombinasi dengan 100 µl E.coli DH5α

kompeten. Tahapan transformasi dilakukan sama dengan sebelumnya. Hasil

proses transformasi disebar pada media LB padat yang mengandung 50 mg/L

kanamisin dan 50 mg/L higromisin. Bakteri yang tumbuh diverifikasi dengan

PCR koloni menggunakan primer spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R.

Transformasi A. tumefaciens LBA 4404 dengan Vektor RNAi. Vektor

pANDA yang telah mengandung fragmen 3’UTRMmCuZn-SOD (pAND-MmCuZn-

SOD) diintroduksikan ke dalam bakteri A.tumefaciens melalui metode triparental

mating (TPM) seperti pada BAB V. Bakteri A. tumefaciens yang tumbuh pada

media seleksi yang mengandung 50 mg/L kanamisin, 50 mg/L higromisin, dan

Page 85: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

70 streptomisin 50 mg/L diverifikasi dengan PCR koloni menggunakan primer

spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R.

Transformasi M.malabathricum dengan Vektor RNAi. Transformasi

dilakukan dengan menggunakan A.tumefaciens dan eksplan daun menurut

prosedur Akashi et al. (2005) yang telah dimodifikasi oleh Darojat (2010).

Eksplan daun dari tanaman M. malabathricum hasil perbanyakan in vitro berumur

empat minggu dipotong dengan ukuran 1-2 cm. Ko-kultivasi dilakukan dengan

merendam eksplan dalam suspensi A. tumefaciens OD600 0,5-0,8 selama 60

menit, digoyang 100 rpm pada suhu ruang. Selanjutnya eksplan dikeringkan

dengan kertas tissue steril dan diletakkan dalam media MS0 dengan

penambahan 0,1 mg/L NAA, 1 mg/L BAP dan 40 mg/L asetosiringon selama 3

hari di ruang gelap. Setelah ko-kultivasi, eksplan dicuci dengan air steril

sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan larutan 500 mg/L carbenicillin dan 200

mg/L cefotaxime. Eksplan dikeringkan dan dipindahkan ke dalam media MS0

yang mengandung 1 mg/L NAA, 1 mg/L BAP, 100 mg/L kanamisin, 10 mg/L

higromisin, 200 mg/L carbenicillin dan 100 mg/L cefotaxime, dan kultur tanaman

disimpan dalam ruang dengan suhu 26º-27ºC. Setelah 4 minggu, eksplan yang

berkalus dipindahkan ke dalam media MS0 yang mengandung 1 mg/L NAA, 1

mg/L BAP, 100 mg/L kanamisin dan 20 mg/L higromisin. Setiap 4 minggu sekali

kalus yang masih hidup disubkultur (regenerasi) ke media yang sama sampai

bertunas. Tunas-tunas yang muncul disubkultur ke media seleksi MS0 yang

mengandung 100 mg/L kanamisin dan 30 mg/L higromisin sampai tunas menjadi

besar.

Identifikasi Tanaman Transgenik. Tanaman transgenik diidentifikasi

menggunakan PCR dengan primer higromisin-F 5’-AAG GAA TCG GTC AAT

ACA CTA C-3’ dan higromisin-R 5’-ACT ATC GGC GAG TAC TTC TAC A-3’.

Isolasi DNA mengikuti metode CTAB. Daun sebanyak 0.1 g digerus dengan

bantuan nitrogen cair di dalam mortar sampai menjadi tepung. Hasil gerusan

dimasukkan ke ependorf yang telah berisi 500 µl buffer ekstraksi (2 % CTAB, 2%

PVP 40000, 100 mM Tris-HCl pH 8, 20 mM EDTA, 1.4 M NaCl dan 1% β-

mercapto ethanol), kemudian divortex dan diinkubasikan pada suhu 65oC selama

10 menit. Sebelum ditambahkan 1 x volume kloroform:isoamil alkohol (24:1),

suspensi didinginkan terlebih dahulu. Campuran kemudian divortex dan

disentrifus pada kecepatan 18000 x g (TOMY MX-205) pada suhu 4oC selama 10

menit. Cairan bagian atas yang mengandung DNA total diambil, dimasukkan ke

Page 86: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

71 dalam tabung 1.5 ml dan diekstraksi kembali dengan 1 x volume

phenol:kloroform:isoamilalkohol (25:24:1), divortek dan disentrifus pada

kecepatan 18000 x g suhu 4oC selama 10 menit. Cairan bagian atas

dipindahkan ke ependof baru, ditambahkan 2 x volume etanol absolut dan

diinkubasi pada suhu -30oC selama 2 jam. Campuran disentrifus pada 18000 x g

pada suhu 4oC selama 15 menit. Cairan dibuang, dan endapan DNA

disuspensikan dalam 500 µl TE (10 mM Tris pH 7.4, 1 mM EDTA) dan

ditambahkan 1 x volume phenol pH 8, divortek dan disentrifus pada 18000 x g

pada suhu 20oC selama 10 menit. Cairan bagian atas yang mengandung DNA

diambil, dimasukkan ke dalam tabung baru 1.5 ml dan ditambahkan 2 x volume

etanol absolut dan diinkubasi pada -30oC selama 3 jam. Cairan disentrifus pada

kecepatan 18000 x g, suhu 4oC selama 15 menit. Endapan DNA dibilas dengan

500 µl alkohol 70% dan disentrifus pada 18000 x g suhu 4oC selama 5 menit.

Endapan DNA dikeringkan dengan vaccum dryer, dan disuspensikan di dalam

dH2O. Untuk menghilangkan RNA ditambahkan RNAse . Kualitas dan kuantitas

DNA ditentukan dengan spektrometer UV pada panjang gelombang 260 nm dan

280 nm. Keutuhan DNA dianalisis dengan elektroforesis pada gel agarose 1% di

dalam larutan penyangga TAE 1x. Visualisasi DNA dilakukan di atas UV

transiluminator GelDoc (Labquip) setelah diwarnai dengan EtBr (0.5 µg/ml)

selama 15 menit dan dibilas dengan air.

Komposisi PCR untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah 10 ng

DNA total, 0.5 µM primer higromisin-F, 0.5 µM primer higromisin-R, 1x buffer

Tag, 0.2 mM dNTP mix, 1.25 U DNA Polymerase (Fermentas) dan ddH2O

hingga volume reaksi 20 µM. PCR dilakukan sebanyak 30 siklus dengan kondisi

pra-PCR 95oC, 5 menit; denaturasi 94oC, 1 menit; penempelan primer 58oC, 1

detik; pemanjangan 72oC, 1 menit; dan pasca-PCR 72oC, 5 menit.

Uji Toleransi Tanaman Transgenik Terhadap Cekaman Al. Tanaman

transgenik yang telah berumur 6 bulan setelah transformasi dipotong bagian

atasnya hingga 3-4 buku dari pucuk lalu ditumbuhkan di dalam media MS0 yang

mengandung Al 1 mM AlCl3.6H2O pH 4.5. Kemudian diamati penghambatan

pertumbuhannya pada tanaman transgenik.

Page 87: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

72

Hasil dan Pembahasan

Konstruksi Vektor RNAi

Fragmen 3’UTR MmCuZn-SOD yang berukuran 200 pb telah berhasil

diisolasi dari plasmid pGEM-MmCuZn-SOD (Gambar 31). PCR dilakukan

dengan menggunakan enzim Taq polymerase yang menghasilkan ujung yang

tumpul (blunt end) yang tidak mengandung nukleotida A. Hal ini dimaksudkan

agar ujung 5’ fragmen hasil PCR adalah CACC supaya dapat tersisipi ke vektor

pENTRTM/D-TOPO®.

Gambar 31. Hasil isolasi 3’UTR MmCuZn-SOD melalui PCR pGEM-MmCuZn-

SOD sebagai cetakan dan primer SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R.

Produk PCR yang berukuran 200 pb ini telah berhasil diligasikan dengan

pENTR-D/TOPO. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh koloni bakteri E.coli yang

tumbuh dalam media seleksi LB padat yang mengandung antibiotik kanamisin

50 mg/L setelah ditransformasikan dengan hasil ligasi tersebut. Hasil PCR koloni

dengan primer SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R menunjukkan bahwa koloni yang

tumbuh pada media seleksi tersebut membawa fragmen 3’UTR gen MmCuZn-

SOD (Gambar 32). Hal ini menunjukkan bahwa fragmen 3’UTR gen MmCu/Zn-

SOD telah berhasil tersisipi ke vektor pENTR-D/TOPO yang selanjutnya disebut

plasmid pENTR-3UTRMmCuZn-SOD. cDNA yang tersisipi ke dalam pENTR

dapat dipastikan memiliki arah yang tepat karena kesepesifikan pada ujung

5’nya.

Gambar 32. Hasil PCR dengan primer spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R terhadap lima koloni bakteri E.coli hasil transformasi membawa plasmid pENTR-D/TOPO rekombinan (pENTR-3UTRMmCuZn-SOD). (M=Marka, 1-4 = koloni E.coli transforman: 5 = pGEM-MmCuZn-SOD sebagai kontrol positif).

Page 88: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

73

Fragmen 3’UTR MmCuZn-SOD yang dibawa vektor pENTRTM/D-TOPO®

telah berhasil disisipkan ke dalam vektor RNAi pANDA dengan enzim LR

clonase (Invitrogen, USA). Hasil ini ditunjukkan dengan koloni E.coli yang tumbuh

pada media seleksi higromisin 50 mg/L dan kanamisin 50 mg/L. Hasil PCR

koloni dengan primer SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R menunjukkan bahwa koloni

yang tumbuh pada media seleksi tersebut membawa fragmen 3’UTR gen

MmCuZn-SOD (Gambar 34). Hal ini menunjukkan bahwa fragmen 3’UTR gen

MmCuZn-SOD telah berhasil tersisipi ke vektor pANDA yang selanjutnya disebut

plasmid pANDA-3UTRMmCuZn-SOD. Penyisipan fragmen 3’UTR MmCuZn-

SOD ke dalam vektor RNAi pANDA pada dua daerah yang orientasinya terbalik

(inverted) adalah hasil rekombinasi antara attR1 dan attR2 dari vektor pANDA

dan attL1 dan attL2 dari vektor pENTR-3UTRMmCuZn-SOD.

Gambar 33. Hasil PCR pANDA-MmCuZn-SOD sebagai cetakan dengan primer spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R. ( M = marka; 1-2 = koloni E.coli transforman; 3 = pGEM-MmCuzn-SOD sebagai kontrol positif).

Di dalam sel, fragmen 3’UTRMmSOD yang ada pada dua daerah yang

orientasinya terbalik (inverted) ini ditranskripsikan (Gambar 34) di bawah kendali

promotor konstitutif ubiquitin 1 jagung. mRNA yang dihasilkan membentuk utas

ganda (dsRNA).

Gambar 34. Konstruksi vektor RNAi pANDA yang membawa fragmen 3’UTR gen penyandi MmCuZn-SOD.

Page 89: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

74

Double strand RNA yang dihasilkan oleh suatu organisme akan dikenali

oleh enzim dicer dan dipotong menjadi dsRNA yang berukuran kecil dan

selanjutnya salah satu utasnya (antisense) berasosiasi dengan RISC (RNA-

induced silencing complex) untuk mendegradasi mRNA target sehingga ekspresi

gen dapat ditekan dalam berbagai level (Hannon 2002; Meister & Tuschl 2004).

Transformasi A. tumefaciens dengan Plasmid pAND-3’UTRMmCuZn-SOD Plasmid pAND-3’UTRMmCuZn-SOD telah berhasil diintroduksikan ke

dalam A.tumefaciens LBA 4044 dengan menggunakan metode triparental mating

(TPM). Plasmid pAND-3’UTRMmCuZn-SOD yang terdapat pada E.coli DH5α

hasil transformasi (sebagai donor) dipindahkan ke dalam A.tumefaciens LBA

4044 (sebagai resipien) melalui proses konyugasi dengan bantuan E.coli HB 101

(pRK 2013) yang resisten terhadap antibiotik kanamisin. Bakteri yang mampu

hidup pada media seleksi yang mengandung 50 mg/L kanamisin +50 mg/L

higromisin + 50 mg/L streptomisin hanya A. tumefaciens LBA 4404 yang

mengandung plasmid pAND-3’UTRMmCuZn-SOD.

Koloni hasil TPM yang tumbuh pada media seleksi selanjutnya telah

dianalisis dengan PCR untuk membuktikan adanya plasmid pAND-

3’UTRMmCuZn-SOD di dalam A.tumefaciens. PCR dengan primer spesifik

SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R terhadap koloni A. tumefaciens menghasilkan

produk PCR berukuran 200 pb (Gambar 35). Hasil ini menunjukkan bahwa

proses TPM telah berhasil dan menghasilkan A.tumefaciens yang mengandung

plasmid RNAi pAND-3’UTRMmCuZn-SOD. A.tumefaciens tersebut siap

diintroduksikan ke dalam tanaman target M. malabathricum.

Gambar 35. Hasil PCR dengan primer spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R terhadap 2 koloni bakteri A. tumefaciens LBA 4404 hasil triparental mating. (M=Marka, 1-2 = koloni A. tumefaciens transforman pAND-3UTRMmCuZn-SOD; 3 = plasmid pAND-3UTRMmCuZn-SOD).

Page 90: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

75 Transformasi Tanaman M. malabathricum dengan A. tumefaciens

Vektor ekspresi RNAi telah berhasil diintroduksikan ke dalam tanaman M.

malabathricum L. sehingga tanaman M. malabathricum transgenik yang

mengandung dua fragmen 3’UTR MmCuZn-SOD dengan orientasi terbalik yang

dikontrol oleh promotor kuat ubiqutin1 telah diperoleh. Pengujian dengan PCR

menggunakan primer higromisin-F dan higromisin-R menghasilkan pita DNA

berukuran sekitar 580 pb, sedangkan PCR menggunakan ActF dan ActR sebagai

kontrol menghasilkan pita berukuran sekitar 200 pb (Gambar 36). Pita berukuran

580 pb berasal dari amplifikasi gen HPT sebagai gen reporter dan berada di hilir

gen target (Gambar 34). Hal ini menunjukkan bahwa konstruksi RNAi yang

membawa fragmen 3UTRMmCuZn-SOD telah terintegrasi ke dalam genom

tanaman M. malabathricum. Hal ini juga dibuktikan dengan kemampuan tanaman

transgenik hidup di media seleksi 30 mg/L higromisin (Gambar 37). Fungsi dari

penggunaan primer aktin adalah untuk memastikan bahwa DNA yang digunakan

sebagai cetakan adalah baik.

Gambar 36. Hasil PCR menggunakan primer higromisin-F dan higromisin-R (pita

berukuran 580 pb) dan primer ActF dan ActR (pita berukuran 200 pb) terhadap DNA dari 6 tanaman transgenik. (M= marker; 1-6 = DNA tanaman transgenik; 7 = tanaman non transgenik; 8 = plasmid pAND-3UTRMmCuZn-SOD).

Gambar 37. Tanaman M.malabathricum transgenik umur 16 minggu setelah transformasi pada media seleksi 30 mg/L higromisin dan 100 mg/L kanamisin.

Page 91: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

76 Uji Toleransi Tanaman Transgenik Terhadap Cekaman Al

Tanaman M.malabathricum L. transgenik yang telah ditumbuhkan pada

MS yang mengandung 1 mM AlCl3.6H2O mulai minggu ke 3 perlakuan Al

menampakkan gejala daun menguning dan terus mengalami perubahan ke

coklat dan mengalami kematian 7 minggu kemudian. Sementara kontrol tetap

menunjukkan pertumbuhan yang baik yang diindikasikan dengan warna daun

yang tetap hijau. Pada penelitian ini pertumbuhan tanaman transgenik terhambat

oleh perlakuan 1 mM Al (Gambar 38). Hal tersebut menunjukkan bahwa

konstruksi RNAi dari 3’UTRMmCuZn-SOD diduga dapat menghentikan dan/atau

menurunkan ekspresi gen penyandi MmCuZn-SOD pada M. malabathricum L.

Kondisi ini juga dapat memberikan dugaan bahwa gen penyandi MmCuZn-SOD

pada M. malabathricum merupakan salah satu gen yang terlibat dalam toleransi

tanaman dari cekaman Al. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa konstruksi

RNAi dapat digunakan untuk mempelajari peranan suatu gen pada tanaman

(Miki et al. 2005; Moritoh et al. 2005; DeBoer et al. 2010; Muzuni 2011).

Gambar 38. Tanaman M.malabathricum transgenik dan non transgenik yang diperlakukan dengan 1mM AlCl3.6H2O. dan pH 4.5 pada media MS selama 7 minggu. A. Tanaman non trangenik, B. Tanaman transgenik, C. Tanaman transgenik pada media MS tanpa cekaman pH dan Al.

Simpulan

Vektor RNAi yang membawa fragmen 3’UTRMmCuZn-SOD berhasil

dikonstruksi dan disisipkan ke genom tanaman Melastoma malabathricum L.

melalui Agrobacterium tumefaciens LBA 4404. Pada media MS yang

mengandung cekaman Al (1 mM AlCl3.6H2O), tanaman transgenik mengalami

hambatan pertumbuhan, sedangkan non trasngenik tidak mengalami hambatan.

Hal ini menunjukkan bahwa CuZn-SOD berperan dalam toleransi Al pada

tanaman M. malabathricum.

Page 92: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

Tumbuhan yang hidup di tanah asam umumnya adalah tumbuh-

tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Salah satu jenis

tumbuhan yang banyak dijumpai pada Tanah Podsolik Merah Kuning yang

bersifat asam adalah Melastoma. Tanaman ini tersebar di seluruh Indonesia.

Salah satu spesiesnya adalah Melastoma malabathricum L. Tanaman M.

malabathricum L. ini sangat tolereran terhadap tanah asam dengan kelarutan Al

tinggi sehingga tanaman ini biasa disebut sebagai tanaman indikator tanah asam

dan tanaman akumulator Al. Pertumbuhan akar tanaman M. malabathricum L.

pada pH 4.0 tidak mengalami gangguan (Muhaemin 2008). Selain itu, telah

dibuktikan pula bahwa M. affine D. Don. (sinonim M. malabathricum L.) yang

mendapat cekaman 3.2 mM Al pada pH 4 dalam media cair menunjukkan

akumulasi Al sebesar 8.82 mg Al/g daun tua setelah 2 bulan perlakuan (Mutiasari

2008). Karena tumbuh baik pada kondisi asam dan Al tinggi, maka tanaman ini

dapat digunakan sebagai sumber gen ketahanan terhadap tanah asam dan Al

tinggi. Untuk memanfaatkan sifat toleransi M. malabathricum L. terhadap pH

rendah dan Al, beberapa gen telah berhasil diisolasi dari tanaman ini yang

diduga terlibat dalam sistem toleransi tanaman terhadap cekaman pH rendah

dan Al. Gen-gen tersebut adalah gen multidrug resistance associated protein

(Suharsono et al. 2008), metallothionein type 2 (Mt2) (Suharsono et al. 2009),

dan H+-ATPase membran plasma (Muzuni et al. 2010). Isolasi gen-gen tersebut

sangat penting dilakukan agar perakitan tanaman transgenik yang toleran

terhadap cekaman Al dan pH rendah dapat dilakukan. Tanaman ini diharapkan

dapat dikembangkan di lahan marginal sehingga produksi tanaman pangan di

lahan tersebut dapat ditingkatkan.

Secara umum, penelitian ini dibagi menjadi 4 percobaan. Percobaan

pertama dalam penelitian ini adalah isolasi gen aktin dari M. malabathricum L.

Percobaan ini sangat penting dilakukan karena belum ada informasi sekuen DNA

yang menyandi aktin dari M.malabathricum di GenBank. cDNA aktin digunakan

sebagai kontrol internal pada percobaan ke 2. Hasil percobaan 1 ini adalah

empat fragmen MmACT yang telah didaftarkan di bank data

GenBank/EMBL/DDBJ, masing-masing dengan nomor aksesi AB500686,

AB500687, AB500688, dan AB500689. Keempat fragmen gen aktin ini adalah

gen aktin yang pertama diisolasi dari M. malabathricum L. Informasi urutan

Page 93: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

78 nukleotida gen aktin ini sangat diperlukan untuk mendesain primer yang

diinginkan untuk kontrol internal dalam menganalisis ekspresi gen-gen yang telah

diisolasi dari tanaman M. malabathricum, khususnya analisis ekspresi gen secara

kuantitatif. Informasi ini juga penting sebagai kontrol kontaminasi DNA ketika

mengisolasi RNA dari tanaman M. malabathricum, karena posisi fragmen

MmACT yang telah diisolasi berada pada posisi ekson 2 dan ekson 3.

Informasi fragmen gen aktin yang telah diperoleh, telah dijadikan sebagai

sumber informasi untuk mendesain primer aktin. Primer ini telah digunakan

untuk kontrol internal dalam analisis gen CuZn-SOD yang telah diisolasi dari M.

malabathricum pada percobaan kedua.

Percobaan kedua adalah mengisolasi gen CuZn-SOD dari

M.malabathricum L. Desain primer dilakukan terlebih dahulu untuk mengisolasi

gen ini. Primer spesifik CuZn-SOD didesain dari daerah terkonservasi sekuen

CuZn-SOD dari beberapa tanaman tingkat tinggi yang ada di GenBank. Hasil

PCR dengan primer spesifik ini menghasilkan produk PCR berukuran 457 pb.

Setelah memastikan bahwa fragmen tersebut adalah fragmen cDNA yang

menyandi gen CuZn-SOD yaitu dengan sekuensing dan analisis kesejajaran,

maka didesain lagi primer dari fragmen ini untuk memperoleh gen utuh (full

length) dengan metode RACE (Rapid Amplification cDNA Ends) dari ujung 5’ dan

3’. Analisis kesejajaran (alignment) urutan nukleotida dari fragmen 5’RACE,

fragmen 3’RACE, dan fragmen CuZn-SOD diperoleh full length CuZn-SOD

M.malabathricum (MmCuZn-SOD) berukuran 824 pb. Fullength MmCuZn-SOD

ini terdiri dari 459 pb open reading frame (ORF) yang menyandi 152 asam amino,

114 pb daerah 5’UTR (untranslated regiaon), dan 251 pb daerah 3’UTR.

CuZnSOD adalah superoksida dismutase (SOD) yang memiliki kofaktor

copper/zinc (CuZn) pada sisi aktif enzimnya. Protein gen ini umumnya ditemukan

di sitosol dan kloroplas. Lokasi protein yang disandikan oleh gen CuZn-SOD

yang telah diisolasi dari M. malabathricum (MmCuZN-SOD) adalah di sitosol.

Hal ini berdasarkan pada analisis daerah 5’UTR MmCuZn-SOD yang

mempunyai urutan kodon akhir (TAA) di depan kodon awal metionin, yang

merupakan indikasi bahwa MmCuZn-SOD tidak mempunyai peptida transit untuk

target kloroplast. Dugaan ini juga diperkuat dengan analisis filogenetik

berdasarkan urutan asam amino, yang menunjukkan bahwa MmCuZn-SOD

memiliki kemiripan yang tinggi dengan CuZn-SOD sitosol tanaman tingkat tinggi

lainnya, dibandingkan CuZn-SOD kloroplast.

Page 94: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

79

Ekspresi MmCuZn-SOD pada M. malabathricum diuji dengan

semikuantitatif RT-PCR. Aktin digunakan sebagai kontrol internal pada

pengujian ini. Pada percobaan ini diketahui bahwa gen MmCuZn-SOD

tereksperesi pada daun, batang, dan akar. Menurut Ezaki et al. (2000) gen SOD

adalah salah satu gen yang ekspresinya diinduksi oleh Al. Hasil percobaan kami

dengan menguji ekspresi MmCuZn-SOD pada tanaman M.malabathricum L.

yang diberi cekaman Al, menunjukkan bahwa tingkat ekspresi MmCuZn-SOD

meningkat dengan perlakuan cekaman Al baik pada daun maupun akar. Hasil ini

menunjukkan bahwa ekspresi MmCuZn-SOD diinduksi oleh Al pada tanaman

M.malabathricum L.

Peranan gen pada tanaman dapat dipelajari dengan pendekatan dua

arah, yaitu meningkatkan ekspresi gen antara lain dengan mengkonstruksi vektor

over ekspression dan diekspresikan ke tanaman sensitif Al, serta menghentikan

dan/atau menurunkan ekspressi gen antara lain dengan mengkonstruksi RNAi.

Pendekatan pertama yaitu untuk meningkatkan ekspresi gen telah kami lakukan

pada percobaan 3. Gen MmCuZn-SOD telah disisipkan ke vektor ekspresi

pMSH1 dan pGWB5 yang mempunyai promotor CaMV dan gen penanda seleksi

nptII dan hpt pada daerah T-DNAnya. MmCuZn-SOD dimasukkan ke dalam

genom tanaman model Nicotian bentamiana dan N. tabacum melalui

Agrobacterium tumefaciens. Hasil analisis tanaman transgenik dengan PCR

menunjukkan bahwa tanaman yang tahan kanamisin dan higromisin

mengandung DNA sisipan yaitu MmCuZn-SOD. Tanaman transgenik generasi

T1 yang diuji dengan media seleksi 50 mg /L higromisin menunjukkan pola

segregasi 3:1. Hal ini menunjukkan bahwa gen MmCuZn-SOD yang dimasukkan

ke tanaman transgenik dapat diturunkan ke generasi berikutnya mengikuti hukum

Mendel monohibrid.

Pendekatan kedua yaitu untuk menurunkan dan/atau menghentikan

ekspresi gen dengan RNAi telah dilakukan pada percobaan 4. Bagian 3’UTR

gen penyandi MmCuZn-SOD digunakan sebagai fragmen spesifik gen dalam

konstruksi vektor RNAi. Fragmen ini telah disisipkan ke pENTRTM/D-TOPO®

sebagai entry clone dan selanjutnya disisipkan ke pANDA sebagai vektor RNAi

dengan enzim LR (enzim rekombinase). pANDA merupakan plasmid biner yang

mempunyai promotor kuat ubiquitin dan gen penanda seleksi nptII dan hpt (Miki

& Shimamoto 2004). Vektor RNAi dimasukkan ke A. tumefaciens LBA 4404

melalui triparental mating (TPM), dan selanjutnya bakteri inilah yang digunakan

Page 95: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

80 untuk mengintroduksikan fragmen 3’UTR MmCuZn-SOD ke dalam genom

tanaman M.malabathricum L. dan menghasilkan M.malabathricum L. transgenik.

Analisis PCR terhadap tanaman M.malabathricum L. transgenik

menunjukkan bahwa tanaman mengandung gen hpt . Hasil ini mengindikasikan

bahwa tanaman transgenik juga mengandung DNA sisipan 3’UTR MmCuZn-SOD

yang telah difusikan pada daerah hulunya (Gambar 34). Uji tantang terhadap

tanaman transgenik dengan cekaman 1 mM Al pada media MS menunjukkan

hambatan pertumbuhan sampai pada kematian setelah 7 minggu perlakuan,

sementara tanaman kontrol (non transgenik) masih tumbuh dengan baik

(Gambar 38). Hal ini diduga karena pembungkaman gen penyandi CuZn-SOD

pada tanaman transgenik, dan ini menunjukkan bahwa gen MmCuZn-SOD pada

M. malabathricum berperan dalam toleransi terhadap Al. Menurut Cakmak dan

Horst (1991) interaksi Al3+ dengan protein dan lipid membran dapat

meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) seperti superoksida (O2-),

H2O2, dan peroksidasi lipid. Superoksida berasal dari beberapa proses metabolik

seperti respirasi pada membran plasma, sedangkan H2O2 diproduksi oleh

dismutase enzimatik. dan dismutase spontan dari superoksida. Kombinasi O2-

dan H2O2 membentuk radikal hidroksi reaktif tinggi yang menginisiasi rantai

reaksi radikal bebas yang menghasilkan peroksidasi lipid dan menyebabkan

kerusakan membran. Sehingga ketika ekspresi gen CuZn-SOD pada M.

malabathricum dibungkam, maka diduga terjadi peningkatan superoksida yang

dapat menyebabkan peroksidasi lipid, karena aktivitas dismutase superoksida

dikatalisis oleh enzim superoxide dismutase (SOD) (Bowler et al. 1992;

Scandalios 1993). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Yamamoto et al.

(2001) bahwa cekaman Al pada tanaman Pisum sativum menyebabkan

peroksidasi lipid.

Analisis ekspresi MmCuZn-SOD pada percobaan 2 dan uji tantang

pembungkaman gen MmCuZn-SOD pada percobaan 4 telah membuktikan

bahwa ekspresi gen CuZn-SOD diinduksi oleh Al pada tanaman M. malabthricum

dan gen ini berperan dalam toleransi Al. Hasil ini berpotensi untuk menguji gen

MmCuZn-SOD pada tanaman yang sensitive Al yang diberi cekaman Al,

sehingga diharapkan dapat merakit tanaman-tanaman yang toleran Al. Vektor

ekspresi berlebih gen MmCuZn-SOD yang telah diintroduksikan ke dalam bakteri

A.tumefaciens pada percobaan 2 dapat dimasukkan ke berbagai tanaman yang

diiinginkan.

Page 96: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

81

SOD merupakan enzim antioksidan yang berada pada garis depan

sebagai pertahanan terhadap radikal superoksida (Fridovich 1995). Enzim ini

sangat berperan sebagai pertahanan ketika tanaman mendapat cekaman biotik

dan abiotik. Ekspresi gen SOD juga telah dilaporkan meningkat dengan

cekaman abiotik lainnya seperti cahaya tinggi (Allen et al. 1997) sulfur dioksida

(Tseng et al. 2007; Tseng et al. 2008), ozon (Pitcher and Zilinskas 1996),

kekeringan (Mittler & Zilinskas 1994; Fu & Huang 2001; Bian & Jian; 2009), suhu

rendah (Hernandez-Nistal et al. 2002; Lee & Lee 2000; Gao et al. 2009), dan

garam ( Sreenivasulu et al. 2000). Peranan SOD ini memberi peluang untuk

menganalisis gen MmCuZn-SOD terhadap berbagai cekaman biotik dan abiotik,

sehingga gen ini juga berpotensi untuk merakit tanaman toleran terhadap

cekaman oksidatif.

Sampai saat ini belum ada laporan mengenai isolasi gen penyandi CuZn-

SOD dari tanaman M. malabathricum L, dan ekspresinya terhadap cekaman Al.

Oleh karena itu gen MmCuZn-SOD yang diisolasi dari M. malabathricum L. dan

diduga berperan dalam toleransi Al tanaman M. malabathricum L. merupakan

kebaruan dari penelitian ini (novelty). Hasil ini diharapkan dapat menunjang

program pemuliaan tanaman pangan untuk memperoleh tanaman toleran Al

dengan mengintroduksikan gen MmCuZn-SOD ke tanaman lain dengan teknik

rekayasa genetika.

Page 97: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN UMUM

Simpulan Umum

Empat fragmen cDNA aktin dari M. malabthricum telah berhasil diisolasi,

yaitu berukuran 617 pb (MmACT1, MmACT2) dan 735 pb (MmACT3, MmACT4).

Antar keempat fragmen cDNA MmACT ini memiliki kemiripan nukleotida sekitar

78%-99% , dan kemiripan asam amino sekitar 98% - 100%. Fragmen MmACT

terletak diantara ekson 2 dan ekson 3 pada struktur umum gen aktin A.thaliana.

Keempat fragmen MmACT ini telah didaftarkan di bank data

GenBank/EMBL/DDBJ dengan nomor aksesi AB500686, AB500687, AB500688,

dan AB500689.

Gen utuh CuZn-SOD dari M. malabathricun (MmCuZn-SOD) juga telah

berhasil diisolasi berukuran 840 pb yang terdiri dari 459 pb ORF yang menyandi

152 asam amino. MmCuZn-SOD adalah CuZn-SOD sitosol. MmCuZn-SOD

terekspresi pada jaringan daun, akar dan batang. Perlakuan cekaman Al

meningkatkan ekspresi MmCuZn-SOD pada daun dan akar M.malabathricum.

Gen MmCuZn-SOD berhasil diintroduksi ke dalam vektor ekspresi dan

telah dimasukkan ke dalam genom tanaman N. benthamiana dan N. tabacum.

Pola segeregasi gen hpt yang difusikan dengan gen MmCuZn-SOD pada

tanaman transgenik generasi T1 mengikuti pola pewarisan Mendel monohibrid

yaitu 3:1.

Vektor RNAi yang membawa fragmen 3’UTRMmCuZn-SOD berhasil

dikonstruksi dan dimasukkan ke genom tanaman Melastoma malabathricum L.

melalui Agrobacterium tumefaciens LBA 4404. Pada media MS yang

mengandung cekaman Al (1 mM AlCl3.6H2O), tanaman transgenik mengalami

hambatan pertumbuhan, sedangkan non trasngenik tidak mengalami hambatan.

Hal ini menunjukkan bahwa CuZn-SOD berperan dalam toleransi Al pada

tanaman M. malabathricum.

Saran Umum

Pengujian tanaman model transgenik dengan cekaman Al perlu dilakukan

untuk mengetahui tingkat toleransinya terhadap cekaman Al setelah

mengandung gen MmCuZn-SOD. Gen MmCuZn-SOD berpotensi dimasukkan

ke tanaman komoditas lainnya, selanjutnya diuji ekspresinya terhadap cekaman

Al dan cekaman abiotik lainnya.

Page 98: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….............

xv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….

xix

1 PENDAHULUAN Latar Belakang …………………………………………………………... 1 Tujuan Penelitian ………………………………………………………... 4 Strategi Penelitian ……………………………………………………….. 4 2 TINJAUAN PUSTAKA Melastoma malabathricum L. …………………………………………... 7 Toksisitas Aluminium ………………………………………………….… 8 Pengaruh Aluminium Pada Tanaman ……………………………….… 9 Toleransi Tanaman Terhadap Cekaman Aluminium ………………... 11 Gen-Gen Yang Berhubungan Dengan Toleransi Aluminium ……….. 12 Superoxide Dismutase (SOD) ………………………………………….. 13 Pengklonan DNA Dengan Rekombinasi Situs Spesifik………………. 15 RNA interference (RNAi).................................................................... 17 Teknik Transformasi ………………………………………………......... 20 Aktin ………………………………………………………………………. 22 3 ISOLASI FRAGMEN cDNA DARI GEN PENYANDI AKTIN DARI

Melastoma malabathricum L

Abstrak…………………………………………………………………….. 25 Abstract …………………………………………………………………… 25 Pendahuluan …………………………………………………………….. 26 Bahan Dan Metode ……………………………………………………… 26 Hasil Dan Pembahasan ………………………………………………… 29 Simpulan …………………………………………………………………. 34

4 ISOLASI, PENGKLONAN DAN EKSPRESI GEN PENYANDI

COPPER/ZINC-SUPEROXIDE DISMUTASE PADA Melastoma malabathricum L.

Abstrak…………………………………………………………………….. 35 Abstract …………………………………………………………………... 35 Pendahuluan …………………………………………………………….. 35 Bahan dan Metode penelitian..…………………………………………. 37 Hasil dan Pembahasan ……………………………………………….... 39 Simpulan …………………………………………………………………. 46

5 KONSTRUKSI VEKTOR DAN REKAYASA EKSPRESI BERLEBIH GEN MmCuZn-SOD PADA Nicotiana benthamiana DAN Nicotiana tabacum

Abstrak……………………………………………………………………. 47 Abstract …………………………………………………………………... 47

Page 99: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xiv

Pendahuluan …………………………………………………………….. 47 Bahan dan Metode …………………………………………………….... 49 Hasil dan Pembahasan ……………………………………………….... 54 Simpulan …………………………………………………………………. 63

6 KONSTRUKSI RNAi DARI FRAGMEN 3’UTR DARI GEN PENYANDI COPPER/ZINC SUPEROXIDE DISMUTASE DARI Melastoma malabathricum L.

Abstrak……………………………………………………….……………. 65 Abstract……………………………………………………….…………... 65 Pendahuluan ……………………………………………….……………. 66 Bahan dan Metode Penelitian…………………………………………... 68 Hasil dan Pembahasan …………………………………….…………… 72 Simpulan …………………………………………………………………. 76

7 PEMBAHASAN UMUM ………………………………………………........... 77

8 SIMPULAN DAN SARAN UMUM …………..………………………………. 83

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..

85

LAMPIRAN………………………………………………………………… 101

Page 100: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xv

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Persentase kemiripan nukleotida antar cDNA MmACT…………………..

32

2 Analisis kesejajaran fragmen nukleotida MmCuZn-SOD dengan program BLASTn………………………………………………………………

41

3 Persentase keberhasilan transformasi genetik N. tabacum dan N.

benthamiana dengan menggunakan eksplan daun.………………………

59

4 Hasil pengujian resistensi tembakau transgenik generasi T1 terhadap higromisin………………………………………………………………………

63

Page 101: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xvi

Page 102: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Diagram alir percobaan isolasi, pengklonan, analisis ekspresi, analisis

ekspresi berlebih pada tanaman model dan pembungkaman pada M.malabathricum L. gen penyandi CuZn-SOD dari M.malabathricum L.

5 2 Vektor pENTR™/D-TOPO® (Invitrogen 2006) ........................................ 16 3 Model umum tahapan-tahapan dalam mekanisme RNAi........................ 19 4 RNA total dari daun M. malabathricum L. ............................................... 29 5 Fragmen MmACT hasil PCR menggunakan primer PlAc46S dan

PlAc245N (1), dan primer PlAc46S dan PlAc284N (2)…………………...

30 6 PCR koloni dari fragmen target 750 pb (1 & 2) dan 600 pb (3 & 4)......... 30 7 Verifikasi DNA plasmid rekombinan target 600 pb (1 & 2) dan 750 pb (3

& 4) dengan enzim restriksi EcoR1..........................................................

31 8 Hubungan filogenetik antara aktin Melastoma malabathricum (Mm),

Populus trichocarpa (Pt), Gossypium hirsutum (Gh), Arabidopsis thaliana (At), Oryza sativa (Os), Zea mays (Zm) dan Musa acuminate AAA Group (Ma). Angka menunjukkan ketidakmiripan………………….

33 9 Posisi fragmen MmACT dalam struktur umum gen aktin A. thaliana....... 34 10 RNA total dari daun (1), batang (2), pucuk (3) dan akar (4)…………… 39 11 Urutan basa fragmen MmCuZn-SOD . ……………………………………. 40 12 Urutan nukleotida gen utuh MmCuZn-SOD dan deduksi asam

aminonya, dengan ORF (open reading frame) dari nukleotida ke-115 sampai dengan 573. Huruf tertulis miring adalah kodon akhir pada 5’UTR MmCuZn-SOD. Huruf dalam kotak menunjukkan kodon awal dan kodon akhir. Nukleotida yang digaris bawahi adalah sinyal poliadenilasi putatif……………………...……………………………………

42

13 Peta plasmid pGEM-MmCuZn-SOD (3839 pb) yang terdiri dari vektor

pGEM-T Easy (3015 pb) dan cDNA MmCuZn-SOD (824pb)……………

42 14 Kesejajaran urutan asam amino MmCuZn-SOD dengan asam amino

CuZn-SOD sitosol dan kloroplas dari Gossypium hirsutum dan Arabidopsis thaliana. Residu asam amino yang terkonservasi berada dalam kotak. Residu domain Cu ditandai dengan segitiga tertutup, residu domain Zn ditandai dengan segitiga terbuka, dan residu sistein dengan lingkaran tertutup........................................................................

43

Page 103: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xviii

15 Profil hidrofobisitas MmCuZn-SOD dan CuZn-SOD sitosol Gossypium

hirsutum menggunakan skala Kyte & Doolittle.........................................

44 16 Hubungan filogenetik MmCuZn-SOD dengan CuZn-SOD sitosol dan

kloroplas dari R. communis (EEF49740), M. xiaojinensis (AT66935), G.hirsutum (ABA00453), P. trichocarpa (ABK93317), M. truncatula (ACJ83988), A. thaliana (NP172360), A.thaliana-chl (AAD10208), G. hirsutum-chl (ACC93637), S. lycopersicum-chl (P14831), dan B. gymnorhiza-chl (CAM98444)………………………………………………..

44 17 Pola ekspresi MmCuZn-SOD pada daun (L), akar (R), dan batang (S).. 45 18 Pola ekspresi gen MmCuZn-SOD dengan cekaman aluminium pada M.

malabathricum. A. Pola ekspresi gen MmCuZn-SOD pada daun, B. Pola ekspresi gen MmCuZn-SOD pada akar. Gen actin M. malabathricum digunakan sebagai kontrol internal untuk menstandarkan jumlah RNA yang digunakan…………………………….

46 19 Hasil pemotongan fragmen PCR MmCuZn-SOD dan pMSH1 dengan

dengan enzim restriksi Xba1 dan Spe1 (M= Marka. 1= fragmen MmCuZn-SOD, 2= pMSH1).....................................................................

55 20 Hasil PCR dengan primer spesifik MmCuZn-SOD dari koloni bakteri

E.coli hasil transformasi dengan plasmid pMSH1 rekombinan. (M=Marka, 1-8 = koloni E.coli transforman).............................................

55 21 Konstruksi plasmid biner pMSH1 yang membawa gen MmCuZn-SOD

(pMSH-MmCuZn-SOD)………………………………………………………

56 22 Hasil PCR dengan primer spesifik MmCuZn-SOD dari koloni bakteri

E.coli hasil transformasi dengan plasmid pENTR™/D-TOPO® rekombinan (M=Marka,1-4=koloni E.coli transforman)............................

57 23 Hasil PCR dengan primer spesifik MmCu/Zn-SOD dari koloni bakteri

E.coli hasil transformasi dengan plasmid pGWB5 rekombinan (M=Marka; 1-6 = koloni E.coli transforman).............................................

57 24 Konstruksi plasmid biner pGWB5 yang membawa gen MmCuZn-SOD

(pGWB-MmCuZn-SOD)……………………………………………………

58 25 Hasil PCR dengan primer spesifik terhadap koloni bakteri A.

tumefaciens LBA 4404 hasil triparental mating........................................\

59

26 Tanaman transgenik umur 8 minggu setelah transformasi pada media

seleksi yang mengandung 30 mg/L higromisin dan 100 mg/L kanamisin …………………………………………………………………...

60

Page 104: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xix

27 PCR DNA genom N. benthamiana hasil transformasi dengan primer spesifik MmSOD-F1 dan MmSOD-R2, (M = marker 1 Kb; 1-5 = tanaman transgenik; 6 = tanaman non transgenik; 7 = kontrol plasmid pMSH-MmCuZn-SOD)……………………………………………………….

60 28 PCR DNA genom N. tabacum hasil transformasi dengan primer spesifik

35S-F dan MmSOD-R2, (M = marker 1 Kb; 1-5 = tanaman transgenik; 6 = tanaman non transgenik; 7 = kontrol plasmid pGWB-MmCuZn-SOD)……………………………………………………………………………

61 29 Tanaman transgenik N.benthamiana (atas) dan N. tabacum (bawah)… 62 30 Hasil seleksi biji tanaman transgenik generasi T1 umur 4 minggu

menggunakan 50 mg/L higromisin…………………………………………

62 31 Hasil isolasi 3’UTR MmCuZn-SOD melalui PCR pGEM-MmCuZn-SOD

sebagai cetakan dan primer SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R……………

72 32 Hasil PCR dengan primer spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R

terhadap lima koloni bakteri E.coli hasil transformasi membawa plasmid pENTR-D/TOPO rekombinan (pENTR-3UTRMmCuZn-SOD)………………………………………………..

72 33 Hasil PCR pANDA-MmCuZn-SOD sebagai cetakan dengan primer

spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R. …………………………………

73 34 Konstruksi vektor RNAi pANDA yang membawa fragmen 3’UTR gen

penyandi MmCuZn-SOD…………………………………………………...

73 35 Hasil PCR dengan primer spesifik SOD3UTR-F dan SOD3UTR-R

terhadap 2 koloni bakteri A. tumefaciens LBA 4404 hasil triparental mating......................................................................................................

74 36 Hasil PCR menggunakan primer higromisin-F dan higromisin-R (pita

berukuran 580 pb) dan primer ActF dan ActR (pita berukuran 200 pb) terhadap DNA dari 6 tanaman transgenik.. ………………………………..

75 37 Tanaman M.malabathricum transgenik umur 16 minggu setelah

transformasi pada media seleksi 30 mg/L higromisin dan 100 mg/L kanamisin……………………………………………………………………...

75 38 Tanaman M. malabathricum transgenik dan non transgenik yang

diperlakukan dengan 1mM AlCl36H2O dan pH 4.5 pada media MS0 selama 7 minggu……………………………………………………………

76

Page 105: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xx

Page 106: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Urutan nukleotida fragmen gen actin Melastoma malabathricum L…….. 103 2 Kompisi Media Lurria Bertani (LB) Agar…………………………………… 105 3 Komposisi Media Murashige & Skoog (MS)………………………………. 106

Page 107: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

DAFTAR PUSTAKA

Abdelrahim M, Safe S, Baker C, Abudayyeh A. 2006. RNAi and cancer: Implications and applications. J RNAi Gene Silencing 2(1): 136-145.

Akashi K, Morikawa K, Yokota A. 2005. Agrobacterium-mediated transformation

system for the drought and excess light stress-tolerant wild watermelon (Citrullus lanatus). Plant Biotechnol 22: 13-18.

Allen RD, Webb RP, Schake SA. 1997. Use of Transgenic Plants to Study

Antioxidant Defenses. Free Radic Biol Med. 23(3):473-479. Alscher RG, Erturk N, Heath LS. 2002. Role of superoxide dismutase (SODs) in

controlling oxidative stress in plants. J Exp Bot 53 (372):1331-1341. Altschul SF, Madden TL, Schaffer AA, Zhang J, Miller W. 1997. Gapped BLAST

and PSI-BLAST: a new generation of protein database search programs Nucleic Acids Res 25:3389-3402.

Ambavaram MM, Pereira A. 2011. Setting up reverse transcription quantitative-

PCR experiments. Meth Mol Biol 678: 45-54. Aniol A. 1995. Physiological aspects of aluminium tolerance associated with the

long arm of chromocome 2D of wheat (Triticum aestivum L.). Theor Appl Genet 91: 510-516.

Anwar S, Jusuf M, Suharsono, Sopandie D. 2000. Pengklonan gen yang

diinduksi oleh aluminium pada kedelai. J Bioteknol Indones 5(1): 7-16. Apel K, Hirt H. 2004. Reactive oxygen species: Metabolism, Oxidative Stress,

and Signal Transduction. Annu Rev Plant Biol 55:373–399. Bagasra O, Prilliman KR. 2004. RNA interference: the molecular immune

syatem. J Mol Histol 35(6):545-553. Bannister JV, Bannister WH, Rotilio G. 1987. Aspects of the structure, function,

and applications of superoxide dismutase. CRC Crit Rev Biochem 22(2):111–180.

Bartlett JG, Alves SC, Smedley M, Snape JW, Harwood WA. 2008. High-

throughput Agrobacterium-mediated barley transformation. Plant Methods 4(22): 1-12.

Bas A, Forsberg G, Hammarstrom S, Hammarstrom ML. 2004. Utility of the

housekeeping genes 18S RNA, β-actin, and glyceraldehydes-3-phosphate-dehydrogenase for normalization in real-time quantitative reverse transcriptase-polymerase chain reaction analysis of gene expression in human T lymphocytes. Scand J Immunol 59: 566-573.

Basu A, Basu U, Taylor CJ. 1994. lnduction of microsomal membrane proteins

in roots of an aluminum-resistant cultivar of Triticum aestivum L. under conditions of aluminum stress. Plant Physiol 104: 1007-1013.

Page 108: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

86 Basu U, Good AG, Taylor GJ. 2001. Transgenic Brassica napus plants

overexpressing aluminium-induced mitochondrial manganese superoxide dismutase cDNA are resistant to aluminium. Plant Cell Environ 24:1269-1278.

Bernstein E, Caudy AA, Hammond SM, Hannon GJ. 2001 . Role for a bidentate

ribonuclease in the initiation step of RNA interference. Nature 409(6818):363-6.

Bezier A, Lambert B, Baillieul F. 2002. Study of defense-related gene expression

in grapevine leaves and berries infected with Botrytis cinerea. Eur J Plant Pathol 108:111–120.

Bhattacharjee B, Mohan M, Nair S. 2010. Transformation of chickpea: effect of

genotype, explant, Agrobacterium-strain and composition of culture medium. Biol Planta 54(1): 21-32.

Bian S, Jiang Y. 2009. Reactive oxygen species, antioxidant enzyme activities

and gene expression patterns in leaves and roots of Kentucky bluegrass in response to drought stress and recovery. Sci Hort 120: 264–270.

Blessing CA, Ugrinova GT, Goodson HV. 2004. Actin and ARPs: action in the

nucleus. Trends Cell Biol 14:435-442. Boscolo PRS, Menossi M, Jorge RA. 2003. Aluminium-induced oxidative stress in

maize. Phytochemistry 62:181-189. Bot AJ, Nachtergaele FO, Young A, editor. 2000. Land Resource Potential and

Constraints at Regional and Country Levels. Rome: Food and Agricultural Organization of the United Nations.

Bowler C, Montagu MV, Inze D. 1992. Superoxide dismutase and stress

tolerance. Annu Rev Plant Physiol Plant Mol Biol 43:83-116. Brand L et al. 2006. A versatile and reliable two component system for tissue-

specific gene induction in Arabidopsis. Plant Physiol 141: 1194–12. Bueno P, Varela J, Ciménez-Gallego C, del Rio LA. 1995. Peroxisomal

copper,zinc superoxide dismutase. Plant Physiol 108: 1151-1160. Cakmak I, Horst WJ. 1991. Effect of aluminium on lipid peroxidation, superoxide

dismutase, catalase, and peroxidase activities in root tips of soybean (Glycine max). Physiol Plant 83:463-468.

Cannon RE, White JA, Scandalios JG. 1987. Cloning of cDNA for maize

superoxide dismutase 2 (SOD2). Genetics 84:179-183. Carzoli FG, Michelotti V, Fambrini M, Salvini M, Pugliesi C. 2008. Molecular

cloning and organ-specific expression of two gibberellin 20-oxidase genes of Helianthus annuus. Plant Mol Biol Rep 27(2): 144-152.

Page 109: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

87 Chau BL, Lee KAW. 2007. Function and anatomy of plant siRNA pools derived

from hairpin transgenes. Plant Methods 3 (13):1-14. Chen CY et al. 2002. The regulation of actin organization by

actindepolymerizingfactor in elongating pollen tubes. Plant Cell 14: 2175–2190.

Chen R, Gyokusen M, Nakazawa Y, Gyokusen K. 2010. Selection of

housekeeping genes for transgene expression analysis in Eucommia ulmoides Oliver Using Real-Time RT-PCR. J Bot 2010: 1-7

[CSAR] Center for Soil and Agroclimate Research. 1997. Statistik sumberdaya

lahan/tanah Indonesia dan agroklimat. Jakarta: Badan Litbang Departemen Pertanian.

Curtis MD, Grossniklaus U. 2003. A gateway cloning vector set for high-

throughput functional analysis of genes in planta. Plant Physiol 133: 462–469.

Dai S, Zheng P, Marmey P, Zhang S, Tian W, Chen S, Beachy RN, Fauquet C.

2001. Comparative analysis of transgenic rice plants obtained by Agrobacterium-mediated transformation and particles bombardment. Mol Breed 7:25-33.

Darko E, Ambrusa H, Stefanovist-Banyai E, Fodor J, Bakos F, Barnabas B. 2004.

Aluminium toxicity, Al tolerance and oxidative stress in an Al-sensitive wheat genotype and in-tolerant lines developed by in vitro microscopore selection. Plant Sci 166:583-591.

Darojat MR. 2010. Perakitan Melastoma malabathricum transgenik [skripsi].

Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

DeBoer KD, Dalton HL, Edward FJ, Hamill JD. 2011. RNAi-mediated down-

regulation of ornithine decarboxylase (ODC) leads to reduced nicotine and increased anatabine levels in transgenic Nicotiana tabacum L. Phytochemistry 72:344–355.

Delhaize E, Craig S, Beaton CD, Bennet RJ, Jagadish VC, Randall PJ. 1993.

Aluminium tolerance in wheat (Triticum aestivum L.). 1. Uptake and distribution of aluminium in root apices. Plant Physiol 103:685-693.

Delhaize E, Ryan PR. 1995. Aluminium toxicity and tolerance in plants. Plant

Physiol 107:315-321. Delhaize E, Ryan PR, Hebb DM, Yamamoto Y, Sasaki T, Matsumoto H. 2004.

Engineering high-level aluminum tolerance in barley with the ALMT 1 gene. Proc Natl Acad Sci USA 101:15249-54.

De Schutter K et al. 2007. Arabidopsis WEE1 kinase controls cell cycle arrest in

response to activation of the DNA integrity checkpoint. Plant Cell 19: 211–225.

Page 110: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

88 Dong C et al. 2009. Molecular cloning and expression analysis of an Mn-SOD

gene from Nelumbo nucifera. Appl Biochem Biotechnol 158(3):605-14. Du B, Nian H, Zhang Z, Yang C. 2010. Effects of aluminum on superoxide

dismutase and peroxidase activities, and lipid peroxidation in the roots and calluses of soybeans differing in aluminum tolerance. Acta Physiol Planta 32 (5):883-890.

Earley KW et al. 2006. Gateway-compatible vectors for plant functional

genomics and proteomics. Plant J 45: 616–629. Ezaki B, Yamamoto Y, Matsumoto H. 1995. Cloning and sequencing of cDNA

induced by aluminium treatment and Pi starvation in cultured tobacco cells. Physiol Planta 93:11-18.

Ezaki B, Gardner RC, Ezaki Y, Matsumoto H. 2000. Expression of aluminium-

induced genes in transgenic Arabidopsis plants can ameliorate aluminium stress and/or oxidative stress. Plant Physiol 122:657-665.

Feng Y, Liu Q, Xue Q. 2006. Comparative study of rice and Arabidopsis actin-

depolymerizing factors gene families. J Plant Physiol 163:67-79. Fernando CL, Miguel GT. 2000. Rice tolerance to excess Mn: Implications in the

chloroplast lamellae and synthesis of a novel Mn protein. Plant Physiol Biochem 38: 969-978.

Fire A, Xu S, Montgomery MK, Kostas SA, Driver SE, Mello CC. 1998. Potent

and specific genetic interference by double-stranded RNA in Caenorhabditis elegans. Nature 391: 806–11.

Foy CD. 1988. Plant adaptation to acid, aluminum toxic soils. Commun Soil Sci

Plant Anal 19: 959-987. Foyer CH, Noctor G. 2005. Redox homeostasis and antioxidant signaling: a

metabolic interface between strees perception and physiological responses. Plant Cell 17: 1866-1875.

Freuler F, Stettler T, Meyerhofer M, Leder L, Mayr LM. 2008. Development of a

novel Gateway-based vector system for efficient, multiparallel protein expression in Escherichia coli. Protein Expr Purif 59(2):232-41.

Fridovich I. 1975. Superoxide dismutases. Annu Rev Biochem 44:147-159. Fridovich I. 1995. Superoxide radical and superoxide dismutases. Annu Rev

Biochem 64:97-112. Fu J, Huang B. 2001. Involvement of antioxidants and lipid peroxidant in the

adaptation of two cool-season grasses to localized drought stress. Environ Exp Bot 45: 105–114.

Page 111: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

89 Gao C, Long D, Lenk I, Nielsen KK. 2008. Comparative analysis of transgenic

tall fescue (Festuca arundinacea Schreb.) plants obtained by Agrobacterium-mediated transformation and particle bombardment. Plant Cell Rep 27(10):1601-1609.

Gao J, Li T, Yu X. 2009. Gene expression and activities of SOD in cucumber

seedlings were related with concentrations of Mn2+, Cu2+, or Zn2+ under low temperature stress. Agric Sci Chin 8(6): 678-684.

Gelvin SB. 2000. Agrobacterium and plant genes involved in T-DNA transfer and

integration. Annu Rev Plant Physiol Plant Mol Biol 51: 223-256. Gelvin SB. 2003. Agrobacterium-mediated plant transformation: the biology

behind the ''Gene-Jockeying'' tool. Microbiol Mol Biol Rev 67(1):16-37. Gilliland LU, Pawloski L, Kandasamy MK, Meagher RB. 2003. The Arabidopsis

actin gene ACT7 plays an essential role in germination and root growth. Plant J 33:319-328.

Gonzalez-Santana IH, Marquez-Guzman J, Cram-Heydrich S, Cruz-Ortega R.

2011. Conostegia xalapensis (Melastomataceae): an aluminum accumulator plant. Physiol Plant in press. http://onlinelibrary.wiley.com/ doi/ 10.1111/j.1399-3054.2011.01527.x/full [12 November 2011].

Gutteridge JMC, Quinlan GJ, Clark I, Halliwell B. 1985. Aluminium salts

accelerate peroxidation of membrane lipids stimulated by iron salts. Biochim Biophys Acta 835: 441–447.

Hammond SM, Bernstein E, Beach D, Hannon GJ. 2000. An RNA-directed

nuclease mediates post transcriptional gene silencing in Drosophila cells. Nature 404: 293-296.

Hannon GJ. 2002. RNA interference. Nature 418: 244-251. Hartley JL, Temple GF, Brasch MA. 2000. DNA cloning using in vitro site-specific

recombination. Genome Res 10(11): 1788-95. Hernandez-Nistal J, Dopico B, Labrador E. 2002. Cold and salt stress regulates

the expression and activity of a chickpea cytosolic Cu/Zn superoxide dismutase. Plant Sci 163: 507-514.

Hiei Y, Komari T. 2008. Agrobacterium-mediated transformation of rice using

immature embryos or calli induced from mature seed. Nature Protocols 3(5): 824-834.

Hodson MJ, Evans DE. 1995. Aluminium/silicon interaction in higher plants. J

Exp Bot 46:161-171. Invitrogen. 2003. Benchtopich™ in Gateway™ technology.

www.invitrogen.com/.../Benchtopics_Gateway_Volume_2_Number_1.pdf [8 Mei 2011].

Page 112: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

90 Invitrogen. 2006. pENTR™ Directional TOPO® Cloning Kits.

http://www.invitrogen.com [ 8 Mei 2011]. Jefferson RA, Kavanagh TA, Bevan MW. 1987. GUS fusions: beta-

glucuronidase as a sensitive and versatile gene fusion marker in higher plants. EMBO J 6(13): 3901–3907.

Jian B et al. 2008. Validation of internal control for gene expression study in

soybean by quantitative real-time PCR. BMC Mol Biol 9(59):1-14. Jones DL, Kochian LV, Gilroy S. 1998. Aluminum induces a decrease in cytosolic

calcium concentration in BY-3 tobacco cell cultures. Plant Physiol 116:81–89.

Joube`s J, De Schutter K, Verkest A, Inze´ D, De Veylder L. 2004. Conditional,

recombinase-mediated expression of genes in plant cell cultures. Plant J 37: 889–896.

Kai G, Lu Y, Qian Z, Luo Y, Zhou G, Tang K. 2006. Molecular characterization

and expression analysis of a gene encoding mannose-binding lectin from bulb of Zephyranthes grandiflora. Biologia 61(6): 671-677.

Kalantidis K, Schumacher HT, Alexiadis T, Helm JM. 2008. RNA silencing

movement in plants. Biol Cell 100: 13–26. Kandasamy MK, McKinney EC, Meagher RB. 1999. The late pollen-specific

actins in angiosperms. Plant J 18: 681–691. Kandasamy MK, McKinney EC, Meagher RB. 2002. Functional nonequivalency

of actin isovariants in Arabidopsis. Mol Bio Cell 13: 251-261. Kano S. Kurita T, Kanematsu S, Morinaga S. 2010. Agrobacterium

tumefaciens-mediated transformation of the violet root-rot fungus, Helicobasidium mompa, and the effect of activated carbon. Mycoscience (2010): 1-7.

Karami O, Esna-Ashari M, Kurdistani GK, Aghavaisi B. 2009. Agrobacterium-

mediated genetic transformation of plants: the role of host. Biol Plant 53 (2): 201-212.

Karimi M, Inze D, Depicker A. 2002. GATEWAY vectors for Agrobacterium

mediated plant transformation. Trends Plant Sci 7: 193–195. Karimi M, De Meyer B, Hilson P. 2005. Modular cloning in plant cells.Trends

Plant Sci 10: 103–105 Karimi M, Depicker A, Hilson P. 2007. Recombinational cloning with plant

gateway vectors. Plant Physiol 145:1144–1154. Katzen F. 2007. Gateway recombinational cloning: a biological operating system.

Expert Opin Drug Discov 2(4):571-589.

Page 113: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

91 Kidd PS, Liugany M, Poschenrieder C, Gunse B, Barcelo J. 2001. The role of

root exudates in aluminium resistance and silicon-induced amelioration af aluminium toxicity in three varieties of maize (Zea mays L.). J Exp Bot 52: 1339-1352.

Kikkert JR, Vidal JR, Reisch BI. 2004. Stable transformation of plant cells by particle bombardment/biolistics. Meth Mol Biol 286:61-78.

Kinraide TB, Parker DR. 1990. Apparent phytotoxicity of mononuclear hydroxyl

aluminium to four dicotyledenous species. Physiol Plant 79: 283-288. Kinraide TB, Ryan PR, Kochian LV. 1994. AI3+-Ca2+ interactions in aluminum

rhizotoxicity; II. Evaluating the Ca2+-displacement hypothesis. Planta 192:104-109.

Klein TM, Arentzen R, Lewis PA, Fitzpatrick-McElligott S. 1992. Transformation

of microbes, plants and animals by particle bombardment. Nature Biotechnol 10: 286 – 291.

Kliebenstein DJ, Monde RA, Last RL. 1998. Superoxide dismutase in

Arabidopsis: an electic enzyme family with disparate regulation and protein localization. Plant Physiol 118:637-650.

Kochian LV, Hoekenga OA, Piñeros MA. 2004. How do crop plants tolerate acid

soils? Mechanisms of aluminum tolerance and phosphorous efficiency. Annu Rev Plant Biol 55: 459–493.

Kochian LV, Piñeros MA , Hoekenga OA. 2005. The physiology, genetics and

molecular biology of plant aluminum resistance and toxicity. Plant Soil 274:175–195.

Konishi S, Niyamoto S. 1983. Alleviation of aluminum stress and stimulation of

the pollen tube growth by fluorine. Plant Physiol 24:857-862. Kumar V, Sharma A, Prasad BCN, Gururaj HB, Ravishankar GA. 2006.

Agrobacterium rhizogenes mediated genetic transformation resulting in hairy root formation is enhanced by ultrasonication and acetosyringone treatment. Electron J Biotechno 9 (4): 349-357.

Larsen PB, Geister MJ, Jones CA, Williams KM, Cancel JD. 2005. ALS3

encodes a phloem-localized ABC transporter-like protein that is required for aluminum tolerance in Arabidopsis. Plant J 41: 353-363.

Lee DH, Lee CB. 2000. Chilling stress-induced changes of antioxidant enzymes

in the leaves of cucumber: in gel activity. Plant Sci 159: 75-85. Leonard JN, Schaffer DV. 2006. Antiviral RNAi therapy: emerging approaches

for hitting a moving target. Gene Ther 13(6): 532–540. Li XB, Pan XP, Wang XL, Cai L, Yang WC. 2005. The cotton ACTIN1 gene Is

functionally expressed in fibers and participates in fiber elongation. Plant Cell 17:859-875

Page 114: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

92 Liang Y, Yang C, Shi H. 2001. Effects of silicon on growth and mineral

composition of barley grown under toxic levels of aluminum. J Plant Nutr 24: 229-243

Liberty, Herman M, Wattimena GA. 2008. Konstruksi plasmid biner pembawa

gen Cry1Ab dan transformasi plasmid biner dengan metode tri parental mating. Zuriat 19(2): 130-139.

Lim S et al. 2007. Enhanced tolerance of transgenic sweetpotato plants that

express both CuZn-SOD and APX in chloroplasts to methyl viologen-mediated oxidative stress and chilling. Mol Breed 19:227–239.

Liu J, Megalhaes JV, Shalf J, Kochian LV. 2009. Aluminum-activated citrate and

malate transporters from the MATE and ALMTfamilies function independently to confer Arabidopsis aluminum tolerance. Plant J 57: 389-399.

Liu JJ, Goh Cj, Loh CS, Tay BH, Pua EC. 1998. Cloning of two cDNAs encoding

Cu/Zn-superoxide dismutase (accession Nos.X95726 and X95728) of mustard (Brassica juncea [L.]). Plant Physiol 116: 867-872.

Ma JF, Hiradate S. 2000. Form of Aluminium for uptake and translocation in

buckwheat (Fagopyrum esculentum Moench). Planta 211:355-360 Ma JF, Hiradate S, Nomoto K, Iwoshita T, Matsumoto H. 1997. Internal

detoxification mechanism of Al in hydrangea: identification of Al forms in the root apices. Plant Physiol 113: 1033-1039.

Ma JF, Hiradate S, Matsumoto H. 1998. High aluminium resistant in buckwheat.

II. Oxalic acid detoxifies aluminium internally. Plant Physiol 117:753-759. Ma Z, Miyasaka SC. 1998. Oxalate exudation by taro in response to Al. Plant

Physiol 118:861-865. Ma Y, Chan C-Y, He M-L. 2007. RNA interference and antiviral therapy. World

J Gastroenterol 13(39): 5169-5179. Magalhaes JV, et al. 2007. A gene in the multidrug and toxic compound

extrusion (MATE) family confers aluminum tolerance in sorghum. Nat Genet 39: 1156-1161.

Magnani E, Bartling L, Hake S. 2006. From gateway to multi site gateway in one

recombination event. BMC Mol Biol 7(46):1-7. Maria D, Ewa SP, Zbigniew K. 2007. The redox state and activity of superoxide

dismutase classes in Arabidopsis thaliana under cadmium or copper stress. Chemosphere 67: 188-193.

Marienfeld S, Schmohl N, Klein M, Schoeder WH, Kuhn AJ, Horst W. 2000.

Localisation of aluminium in root tips of Zea mays and Vicia faba. J Plant Physiol 156: 666-671.

Page 115: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

93 Maroufi A, Bockstaele EV, Loose MD, 2010. Validation of reference genes for

gene expression analysis in chicory (Cichorium intybus) using quantitative real-time PCR. BMC Mol Biol 11(15): 1-12.

Marschner H. 1995. Mineral nutrition in higher plants. London: Academic Press

Inc. Matsumoto H. 1991. Biochemical Mechanism of Toxicity of Aluminium and The

Squestration of Aluminium in Plant Cells. Di dalam: Wright RJ, editor. Plant soil interaction at low pH. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. hlm 825-838.

Matsumoto H. 2000. Cell biology of aluminum toxicity and toleransce in higher

plants. Int Rev Cytol 200: 1-46. Matsumoto H, Yamaya T. 1988. Inhibition of potassium uptake an regulation of

membran associated Mg-ATPase activity of pea roots by aluminium. Soil Sci Plant Nutr 32:179-188.

Matsumoto H, Hirasawa E, Torikai H, Takahashi E. 1976. Localization of

absorbed aluminum in pea root and its binding to nucleic acid. Plant Cell Physiol 17: 127-137.

McDowell JM, Huang S, McKinney EC, An YQ, Meagher RB. 1996. Structure

and evolution of the actin gene family in Arabidopsis thaliana. Genetics 142:587-602.

McKinney EC, Meagher RB. 1996. Members of the arabidopsis actin gene

family are widely dispersed in the genome. Genetics 149: 663–675. McLean BG, Eubanks S, Meagher RB. 1990. Tissue specific expression of

divergent actins in soybean root. Plant Cell 2:335–344. Meister G, Tuschl T. 2004. Mechanism of gene silencing by doublestranded

RNA. Nature 431: 343-349. Meriga B, Attitalla IH, Ramgopal M, Ediga A, Kavikishor PB. 2010. Differential

tolerance to aluminium toxicity in rice cultivars: Involvement of antioxidative enzymes and possible role of aluminium resistant locus. Acad J Plant Sci 3(2): 53-63.

Meyer K. 2001. Revision of the southeast asian genus Melastoma

(Melastomataceae). Blumea (46): 351-398. Miki D, Shimamoto K. 2004. Simple RNAi vectors for stable and transient

suppression of gene function in rice. Plant Cell Physiol 45: 1706-1716. Miki D, Itoh R, Shimamoto K. 2005. RNA silencing of single and multiple

members in a gene family of rice. Plant Physiol 138: 1903-1913.

Page 116: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

94 Miller MB, Bassler BL. 2001. Quorum sensing in bacteria. Annu Rev Microbiol

55: 165-199. Mittler R, Zilinskas BA. 1994. Regulation of pea cytosolic ascorbate peroxidase

and other antioxidant enzymes during the progression of drought stress and following recovery from drought. Plant J 5: 397–405.

Miyasaka SC, Buta JG, Howell RK, Foy CD. 1991. Mechanisms of aluminum

tolerance in snapbeans. Root exudation of citric acid. Plant Physiol 96:737–743.

Montgomery MK, Fire A. 1998. Double-stranded RNA as a mediator in

sequence-specific genetic silencing and co-suppression. Trends Genet 14 (7): 255-258.

Morito A, Yanagisawa O, Takatsu S, Maeda S, Hiradate S. 2008. Mechanism

for the detoxification of aluminum in roots of tea plant (Camellia sinensis (L.) Kuntze). Phytochemistry 69: 147–153.

Moritoh M, Miki D, Akiyama M, Kawahara M, Izawa T, Maki H, Shimamoto K.

2005. RNAi-mediated silencing of OsGEN-L (OsGEN-like), a new member of the RAD2/XPG nuclease family, causes male sterility by defect of microspore development in rice. Plant Cell Physiol 46(5): 699–715.

Muhaemin. 2008. Analisis pertumbuhan Melastoma (Melastoma malabathricum

auct. Non L. dan M. affine D. Don.) yang mendapat cekaman pH rendah dan aluminum [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mushofa U. 2011. Isolasi dan karakterisasi fragmen cDNA dari gen penyandi

sitrat sintase pada Melastoma malabathricum [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mutiasari A. 2008. Akumulasi aluminium pada Melastoma affine dan Melastoma

malabathricum [tesis].Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Muzuni, Sopandie D, Suharsono UW, Suharsono. 2010. Isolasi dan pengklonan

fragmen cDNA gen penyandi H+-ATPase membran plasma dari Melastoma malabathricum L. J Agron Indones 38: 67-74.

Muzuni. 2011. Isolasi, pengklonan, dan konstruksi RNAi gen penyandi H+-

ATPase membrane plasma dari Melastoma malabathricum L. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nakagawa T et al. 2007. Improved gateway binary vector: high-performance

vectors for creation and fusion constructs intransgenic analysis of plants. Bioschi Biotechnol Biochem 71(8):2095-2100.

Page 117: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

95 Napoli C, Lemieux C, Jorgensen R. 1990. Introduction of a chimeric chalcone

synthase gene into petunia results in reversible co-suppression of homologous genes in trans. Plant Cell 2: 279-289.

Nicot N, Hausman JF, Hoffmann L, Evers D. 2005. Housekeeping gene

selection for real-time RT-PCR normalization in potato during biotic and abiotic stress. J Exp Bot 56:2907–2914.

Olbrich M et al. 2008. Quantification of mRNAs and housekeeping gene

selection for quantitative real-time RT-PCR normalization in European beech (Fagus sylvatica L.) during abiotic and biotic stress. Z Naturforsch C 63(7-8):574-582.

Osaki M, Watanabe T, Tadano T. 1997. Benefecial effect of aluminum on growth

of plants adapted to low pH soils. Soil Sci Plant Nutr 43: 551-563. Pai SI, Lin Y-Y, Macaes B, Meneshian A, Hung C-F, Wu T-C. 2006. Prospects of

RNA interference therapy for cancer. Gene Therapy 13: 464–477. Panda SK, Sinha LB, Khan MH. 2003. Does aluminium phytotoxicity induce

oxidative stress in greengram (Vigna radiate)?. Bulg J Plant Physiol 29: 77-86.

Paolacci AR, Tanzarella OA, Porceddu E, Ciaffi M. 2009. Identification and

validation of reference genes for quantitative RT-PCR normalization in wheat. BMC Mol Biol 10 (11): 1-27.

Patton AJ. 2000. Gateway cloning technology: faster, easier, more accurate

cloning. www.bio.davidson.edu/courses/Molbio/MolStudents/spring2000/ patton/gateway.htm. [2 Juli 2011].

Peixoto PHP, Cambrain J, Anna RS, Mosquim PR, Moreira MA. 1999.

Aluminium effects on lipid peroxidation and on the activities of enzymes of oxidative metabolism in sorghum. R Bras Fisiol Veg 11(3): 137–145.

Perl-Trevers R, Nacmias B, Aviv D, Zeelon EP, Galun E. 1988. Isolation of two

cDNA clones from tomato containing two different superoxide dismutase sequences. Plant Mol Biol 11:609-623.

Pickford AS, Cogoni C. 2003. RNA-mediated gene silencing. Cell Mol. Life Sci

60:871-882 Pitcher LH, Zilinskas BA. 1996. Overexpression of copper/zinc superoxide

dismutase in the cytosol of transgenic tobacco confers partial resistance to ozone-induced foliar necrosis. Plant Physiol 110: 583–588.

Purnamaningsih R. 2006. Introduksi gen DefH9-iaaM dan DefH9-Ri-iaaM melalui

vector Agrobacterium tumefaciens untuk meningkatkan potensi produksi tanaman tomat [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 118: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

96 Quartin VI, Azinheira HG, Nunes MA. 2001. Phosphorus deficiency is

responsible for biomass reduction of Triticale in nutrient solution with aluminum. J Plant Nutr 24:1901–1911.

Raj SK, Singh R, Pandey SK, Singh BP. 2005. Agrobacterium-mediated tomato

transformation and regeneration of transgenic lines expressing Tomato leaf curl virus coat protein gene for resistance against TLCV infection. Curr Sci 88(10):1674-1679.

Ramulu KS. 1984. Origin and nature of somaclonal variation in potato. Di dalam:

Semal J, editor. Somaclonal Variation in Crop Improvement . Dordrecht: Martinus Nijhoff. hlm 188-201.

Raoul C et al. 2005. Lentiviral-mediated silencing of SOD1 through RNA

interference retards disease onset and proression in a mouse model of ALS. Nat Med 4(11):423-428.

Rashid H, Yokoi S, Toriyama K, Hinata K. 1996. Transgenic plant production

mediated by Agrobacteriumin Indica rice. Plant Cell Re 15:727-730. Richards KD, Gardner RG. 1998. Alumunium induced oxidative stress genes in

Arabidopsis taliana. Plant Physiol 116:409-418. Richards KD, Schott EJ, Sharma YK, Davis KR, Gardner, RC. 1998. Aluminum

induces oxidative stress genes in Arabidopsis thaliana. Plant Physiol 116:409-418.

Rincon M, Gonzales RA. 1992. Aluminum partitioning in intact roots of aluminum-

tolerant and aluminum-sensitive wheat (Triticum aestivum L.) cultivars. Plant Physiol 99: 1021-1028.

Rout GR, Samantaray S, Das P. 2001. Aluminium toxicity in plants: a review.

Agronomie 21: 3-21. Ryan PR, Delhaize E, Jones DL. 2001. Function and mechanism of organic

anion exudation from plant roots. Annu Rev Plant Physiol Plant Mol Biol 52:527–560.

Ryan PR, Delhaize E, Randal PJ. 1995. Malate efflux from root apies and

tolerance to aluminium are highly correlated in wheat. Aust J Plant Physiol 22:531-536.

Ryan PR, Skerrett M, Findlay GP, Delhaize E, Tyerman SD. 1997. Aluminum

activates an anion channel in the apical cells of wheat roots. Proc Natl Acad Sci USA 94: 6547–6552.

Santoso D, Cugito FI, Minarsih H. 2000. Development of tobacco plant cells in

the presence of kanamycin at various levels for transgenesis. Menara Perkebuan 68:21-28.

Page 119: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

97 Sarangi S, Ghosh J, Bora A, Das S, Mandal AB. 2011. Agrobacterium-mediated

genetic transformation of indica rice varieties involving Am-SOD gene. Indian J Biotechnol 10: 9-11.

Sasaki T et al. 2004. A wheat gene encoding an aluminum-activated malate

transporter. Plant J 37: 645–653. Scandalios JG. 1993. Oxygen stress and superoxide dismutase. Plant Physiol

101: 7-12. Schmohl N, Horst WJ. 2000. Cell wall pectin content modulates aluminium

sensitivity of Zea mays (L.) cells grown in suspension culture. Plant Cell Environ 23:735-742.

Schmohl N, Pilling J, Fisahn J, Horst WJ. 2000. Pectin methylesterase

modulates aluminium sensitivity in Zea mays and Solanum tuberosum. Physiol Plant 109:419-427.

Shen J et al. 2005. Suppression of ocular neovascularization with siRNA

targeting VEGF receptor 1. Gene Ther Sep 29:1-10. Shen R, Ma JF, Kyo M, Iwashita T. 2002. Compartmentation of aluminium in

leaves of an Al-accumulator, Fagophyrum esculentum Moench. Planta 215:349-398.

Sheng J, Citovsky V. 1996. Agrobacterium - plant cell DNA transport : have

virulence proteins will travel. Plant Cell 8 : 1699-1710 Shi QH, Zhu ZJ, Li J, Qian QQ. 2005. Combined effects of high level of Mn and

low pH on oxidative stress and antioxidant enzymes in cucumber roots. Sci Agric Sinica 38: 999-1004.

Shin JH, London J, Le Pecheur M, Weitzdoerfer R, Hoeger H, Lubec G. 2005.

Proteome analysis in hippocampus of mice overexpressing human Cu/Zn-superoxide dismutase. Neu Int 46 (8): 585-653.

Silva IR et al. 2000. Aluminum accumulation at nuclei of cells in the root tip.

Fluorescence detection using lumogallion and confocal laser scanning microscopy. Plant Physiol 123: 543-552.

Simonovicova M, Tamas L, Huttova J, Mistrik I. 2004. Effect of aluminium on

oxidative stress related enzymes activities in barley roots. Biol Plant 48(2):261-266.

Slamet-Loedin IH. 1994. Transformasi genetik pada tanaman: Beberapa teknik

dan aspek penting. Hayati 1(2):66-67. Soliman MH, Omar HS, El-Awady MA, Al-Assal S, El-Din AAYG. 2009.

transformation and expression of Na+/H+antiporter vacuolar (AtNHX1) gene in tobacco plants under salt stress. Arab J Biotech 12(1):99-108.

Page 120: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

98 Sopandie D, Chozin MA, Sastrosumarjo S, Juhaeti T, Sahardi. 2003. Shading

tolerance in upland rice. Hayati 10(2):71-75. Soutchek J et al. 2004. Therapeutic silencing of an endogenous gene by

systemic administration of modified siRNAs. Nature 432(7014):173-178. Sreenivasulu N, Grimn B, Wobus U, Weschke W. 2000. Diffrential response of

antioxidant components to salinity stress in salt-tolerant and salt-sensitive seedlings of foxtail millet (Setaria italica). Physiol Plant 109: 435-442.

Suharsono. 2002. Konstruksi pustaka genom kedelai kultivar Slamet. Hayati

9:67-70. Suharsono, Firdaus S, Suharsono UW. 2008. Isolasi dan pengklonan fragmen

cDNA dari gen penyandi multidrug resistance associated protein dari Melastoma affine. Makara Sains 12 (2):102-107.

Suharsono, Trisnaningrum N, Sulistyaningsih LD, Widyastuti U. 2009. Isolation

and cloning of cDNA of gene encoding for metallothionein type 2 from Melastoma affine. Biotropia 16 (1):28-37.

Sun HF et al. 2009. Selection of housekeeping genes for gene expression

studies on the development of fruit bearing shoots in Chinese jujube (Ziziphus jujube Mill.). Mol Biol Rep 36(8):2183-2190.

Suzuki T, Higgins PJ, Crawford DR. 2000. Control selection for RNA

quantitation. Biotechniques 29: 332-337. Syarifuddin A, Abdurachman A. 1993. Optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan

berwawasan lingkungan. Di dalam: Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor 23-25 Agustus 1993. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dan Badan Litbang DEPTAN.

Tamura K, Dudley J, Nei M, Kumar S. 2007. MEGA4: Molecular evolutionary

genetics analysis (MEGA) software version 4.0. Mol Biol Evol 24:1596-1599.

Tang L et al. 2006. Enhanced tolerance of transgenic potato plants expressing

both superoxide dismutase and ascorbate peroxidase in chloroplasts against oxidative stress and high temperature. Plant Cell Rep 25: 1380-1386.

Taylor GJ. 1991. Current views of the aluminium stress response; the

physiological basis of tolerance. Curr Topics Plant Biochem Physiol. 10:57-93.

Thomas C et al. 2003. Molecular characterization and spatial expression of the

sunflower ABP1 gene. Plant Mol Biol 52:1025–1036. Tinland B. 1996. The integration of T-DNA into plant genomes. Trends Plant Sci

1: 178-184.

Page 121: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

99 Tjitrosoedirdjo SS. 1991. Melastoma malabathricum Linn. Weed info sheet 6.

Bogor: SEAWIC, SEAMEO BIOTROP. Travella S et al. 2005. A comparison of transgenic barley lines produced by

particle bombardment and Agrobacterium-mediated techniques. Plant Cell Rep 23:780-789.

Triasnaningrum N. 2009. Analisis ekspresi gen penyandi metallothionein tipe II

pada Melastoma affine L. yang mendapat cekaman pH rendah dan aluminium [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tseng MJ, Liu CW, Yiu JC. 2007. Enhanced tolerance to sulfur dioxide and salt

stress of transgenic Chinese cabbage plants expressing both superoxide dismutase and catalase in chloroplasts. Plant Physiol Biochem 45: 822–833.

Tseng MJ, Liu CW, Yiu JC. 2008. Tolerance to sulfur dioxide in transgenic

Chinese cabbage transformed with both the superoxide dismutase containing manganese and catalase genes of Escherichia coli. Sci Hort 115:101-110.

Tu LL et al. 2007. Suitable internal control genes for qRT-PCR normalization in

cotton fiber development and somatic embryogenesis. Chin Sci Bulletin 52:3110-3117.

Valentine JS, Doucette PA, Potter S.Z. 2005. Copper-Zinc superoxide

dismutase and amyotrophic lateral sclerosis. Annu Rev Biochem 74:563–93.

Vance V, Vaucheret H. 2001. RNA silencing in plants-defense and

counterdefense. Science 292: 2277-2280. Vantard M, Blanchoin L. 2002. Actin polymerization processes in plant cells.

Curr Opinion Plant Biol 5:502-506. Watanabe T, Osaki M. 2001. Influence of aluminum and phosphorus on growth

and xylem sap composition in Melastoma malabathricum L. Plant Soil 237: 63–70

Watanabe T, Osaki M. 2002. Role of organic acids in aluminum accumulation

and plant growth in Melastoma malabathricum. Tree Physiol 22:785-792. Watanabe T, Misawa S, Osaki M. 2005. Aluminium accumulation in the roots of

Melastoma malabathricum, an aluminium-accumulating plant. Can J Bot 83:1518-1522.

Watanabe T, Osaki M, Tadano T. 1997. Aluminum-induced growth stimulation

and relation to calcium, magnesium, and silicate nutrition in Melastoma malabathricum L. Soil Sci Plant Nutr 43: 827-837.

Page 122: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

100 Watanabe T, Osaki M, Tadano T. 2001. Al uptake kinetics in roots of Melastoma

malabathricum L. – an Al accumulator plant. Plant Soil 231: 283-291. Watanabe T, Osaki M, Yoshihara T, Tadano T. 1998. Distribution and chemical

speciation of aluminum in the Al accumulator plant, Melastoma malabathricum L. Plant Soil 201:165-173.

Waterhouse PM, Wang M-B, Lough T. 2001. Gene silencing as an adaptive

defense against viruses. Nature 411: 834-842. Wesley SV et al. 2001. Construct design for efficient, effective and high-

throughput gene silencing in plants. Plant J 27:581-590. Wise AA, Liu Z, Binns AW. 2006. Three methods for introduction of foreign DNA

into Agrobacterium. Meth Mol Biol 343(1):43-54 Yamamoto Y, Kobayashi Y, Matsumoto H. 2001. Lipid peroxidation is an early

symptom triggered by aluminum, but is not the primary cause of elongation inhibition in pea roots. Plant Physiol 125:199–208.

Yang ZM, Sivaguru M, Horst WJ, Matsumoto H. 2000. Aluminium tolerance is

achieved by exudation of citric acid from roots of soybean (Glycine max). Physiol Plant 110:72-77.

Yin JQ, Gao J, Shao R, Tian WN, Wang J, Wan Y. 2003. siRNA agents inhibit

oncogene expression and attenuate human tumor cell growth. J Exp Ther Oncol 3: 194–204.

Zambryski P, Joost H, Genetellol C, Leemans J. Montagu MV, Schell J. 1983. Ti

plasmid vector for the introduction of DNA into plant cells without alteration of their normal regeneration capacity. EMBO J 2(12): 2143-2150.

Zhang JL, Liu DH, Wang ZH, Yu C, Cao JH, Wang CT, Jin DM. 2009. Asian J

Plant Sci 8:285-292. Zheng SJ, Ma JF, Matsumoto H. 1998. High aluminum resistance in buckwheat:

I. Al-induced specific secretion of oxalic acid from root tips. Plant Physiol 117: 745–751.

Zupan JR, Zambryski P. 1995. Transfer of T-DNA from Agrobacterium to the

Plant Cell. Plant Physiol 107: 1041-1047.

Page 123: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

101

LAMPIRAN

Page 124: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

102

Page 125: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

103

Lampiran 1. Urutan nukleotida fragmen gen actin Melastoma malabathricum L.

>embl|AB500686|AB500686 Melastoma malabathricum Mm-Actin1 mRNA for actin, partial cds.

agacgcgtacgtcggcgatgaggcccaatctaagagaggtatattgaccctaaagtatcc

gattgagcatggtattgtcagcaactgggatgatatggagaagatttggcatcacacttt

ctacaacgagctccgtgtcgcgcccgaggaacaccctgttcttctgacagaagctcctct

taaccccaaggcgaatcgtgagaagatgacccagatcatgtttgagacctttaacacccc

tgcaatgtatgtcgccatccaggccgtgctttccttgtacgcgagcggtcgtaccacggg

tattgtgttggattctggtgatggtgtcagccacacggtgcccatctatgagggttatgc

cctcccacatgctatcctccgtctcgaccctgccggacgtgaccttactgacaacttgat

gaagatcctcaccgagcgtggctactcttttaccaccacggcggagcgtgaaatcgtgag

agacatgaaggagaagctcgcttacatcgcgctcgattatgagcaggaactggagacctc

gaagaccagctccgcggttgagaagacctacgagctc

>embl|AB500687|AB500687 Melastoma malabathricum Mm-Actin2 mRNA for actin, partial cds. agacgcgtacgtcggcgatgaggcccaatctaagagaggtatattgaccctaaagtatcc

gattgagcatggtattgtcagcaactgggatgatatggagaagatttggcatcacacttt

ctacaacgagctccgtgtcgcgcccgaggaacaccctgttcttctgacagaagctcctct

taaccccaaggcgaatcgtgagaagatgacccagatcatgtttgagacctttaacacccc

tgcaatgtatgtcgccatccaggccgtgctttccttgtacgcgagcggtcgtaccacggg

tattgtgttggattctggtgatggtgtcagccacacggtgcccatctatgagggttatgc

cctcccacatgctatcctccgtctcgaccctgccggacgtgaccttactgacaacttgat

gaagatcctcaccgagcgtggctactcttttaccaccacggcggagcgtgaaatcgtgag

agacatgaaggagaagctcgcttacatcgcgctcgattatgagcaggaactggagacctc

gaagaccagctccgcggttgagaagacctacgagctc

>embl|AB500688|AB500688 Melastoma malabathricum Mm-Actin3 mRNA for actin, partial cds. agacgcatatgttggtgatgaggctcaatccaagagaggtatcttgaccctgaagtatcc

cattgagcacggtatcgtcagcaactgggacgacatggagaagatctggcatcacacttt

ctacaatgagcttcgagttgcccccgaggaacacccggttcttctgactgaggctcctct

caaccccaaggccaatcgtgagaagatgacacagatcatgttcgagaccttcaacacccc

tgccatgtatgtcgctatccaggccgtgctttccttgtacgctagcggccgtaccacggg

tatcgtgttggattccggtgatggtgtcagtcacaccgtgcccatttacgagggctacgc

acttccccatgccatccttcgtctcgatcttgccggacgtgaccttaccgacaacttgat

gaagatcctcactgagcgtggctactctttcaccaccacagcagagcgcgaaatcgtgag

agacatgaaggaaaagctcgcctacatcgcgctcgactacgagcaggaactcgagacctc

taagacaagctctgcggtcgagaagacatacgagcttcccgacgggcaggtgatcaccat

cggtgcagagaggttcaggtgcccagaggtgctcttccagccatcgatgattgggatgga

agctgcgggcatccacgagacaacctacgactcc

Page 126: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

104

>embl|AB500689|AB500689 Melastoma malabathricum Mm-Actin4 mRNA for actin, partial cds. ggatgcctacgttggtgacgaggctcagtccaaaagaggtatccttaccttgaaataccc

gattgaacacggtattgtgagcaactgggatgacatggagaagatctggcatcacacctt

ctacaatgagcttcgtgttgccccagaggagcacccggttctccttactgaggcaccact

caaccccaaggccaacagagaaaaaatgacccaaattatgtttgagactttcaatgtgcc

cgccatgtatgttgctatccaggctgtcctctcactttatgccagtggtcgtacaacagg

tattgtgcttgactctggtgatggtgtcagtcacactgtgcccatctacgagggatatgc

acttccccatgccatcttgcgtcttgatctcgccggccgtgatctcacggatgctctcat

gaagatcctcactgaaaggggttacatgttcaccaccactgccgaacgggaaattgtccg

tgacatgaaagagaagcttgcttatgtggcccttgactatgagcaggagctggagactgc

gaagagcagctcttcggtagagaagaactacgagttgcctgatggtcaggtgatcacgat

tggtgctgagagattccgctgtcctgaggtcctcttccagccatcattgatcggaatgga

agctgctggaattcatgagactacctacaattcc

Page 127: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

105

Lampiran 2. Kompisi Media Lurria Bertani (LB) Agar.

No. Bahan Kimia g/l

1 Bacto Trypton 10

2 Bacto Yeast 5

3

4

NaCl

Agar

10

25

Page 128: Isolasi Dan Pengklonan Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Cooper

106

Lampiran 3. Komposisi Media Murashige & Skoog (MS).

No. Bahan Kimia mg/l 1. KNO3 1900 2. NH4NO3 1650 3. MgSO4.7H2O 370 4. CaCl.2H2O 440 5. KH2PO4 170 6. MnSO4.4H2O 22,3 7. ZnSO4.7H2O 8,6 8. H3BO3 6,2 9. Kl 0,83 10. Na2MoO4.2H2O 0,25 11. CuSO4.5H2O 0,025 12. CoCl2.6H2O 0,025 13. Na2.EDTA 37,3 14. FeSO4.7H2O 27,8 15. Meso-Inositol 100 16. Pyridoxine-HCl 0,5 17. Nocotinic-acid 0,05 18. Thiamine-HCl 0,1 19. Glycine 2 20. Sucrose 30 g/l 21. Gelrite 2,5 g/l 22. pH 5,9