isolasi dan identifikasi senyawa kimia dari fraksi n

12
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019 81 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ... ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N-HEKSANA KULIT LUAR BUAH JENGKOL (ARCHIDENDRON JIRINGA (JACK) I.C.NIELSEN.) DAN UJI TOKSISITAS DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST ( BSLT ) Arif Hidayat 1 , Partomuan Simanjuntak 2 , Ahmad Darmawan 3 1 Magister Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila 2 Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 3 Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) *Email : [email protected] ABSTRACT Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen.) Is a plant that is already familiar in Indonesia and is widely used as a processed food that is quite popular. One of the underutilized parts of the jengkol plant is the skin. Jengkol fruit skin contains alkaloid compounds, flavonoids, tannins, glycosides, sapoinin and steroids or triterpenoids. The purpose of this study was to isolate and identify toxic compounds from the n-hexane fraction of jengkol fruit outer skin, toxicity test with BSLT method (Brine Shrimp Lethality Test) stating the n-hexane fraction had toxic properties, and fraction of Hex-5-4 outer skin Jengkol fruit has toxic properties with an LC50 value of 75.85 ppm. Based on the results of the analysis using FTIR spectrophotometry, and Nuclera Magnetic Resonance Spectrophotometry (1H-NMR and 13C-NMR). That the compounds contained in the Hex-5-4 fraction of the outer skin of jengkol fruit which are toxic are β-Sitosterol compounds. Keywords : (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen.), N-hexane fraction, toxicity, Isolation ABSTRAK Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen.)merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi di Indonesia dan banyak digunakan sebagai pangan olahan yang cukup digemari.Salah satu bagian tanaman jengkol yang kurang dimanfaatkan adalah kulitnya.Kulit buah jengkol mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, glikosida, sapoinin dan steroid atau triterpenoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa toksik dari fraksi n- heksana kulit luar buah jengkol , uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) menyatakanfraksi n-heksana mempunyai sifat toksik, dan fraksi dari Hex-5-4 kulit luar buah jengkol memiliki sifat toksik dengan nilai LC50 75,85 ppm.Berdasarkan hasil analisis menggunakan spektofotometri FTIR, dan Spektrofotometri Nuclera Magnetic Resonance (1H- NMR dan 13C-NMR).Bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi Hex-5-4 kulit luar buah jengkol yang bersifat toksik adalah senyawaβ-Sitosterol. Kata kunci : (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen.),fraksi n-heksana, toksisitas, Isolasi LATAR BELAKANG Indonesia kaya akan berbagai macam tanaman obat. Dari sekitar 30.000 spesies tumbuhan di Indonesia, sekitar 940 di antaranya adalah tanaman obat (1,2) . Masyarakat Indonesia telah lama memanfaatkan tanaman obat sebagai obat tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

81 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N-HEKSANA KULIT

LUAR BUAH JENGKOL (ARCHIDENDRON JIRINGA (JACK) I.C.NIELSEN.) DAN UJI

TOKSISITAS DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST ( BSLT )

Arif Hidayat1, Partomuan Simanjuntak

2, Ahmad Darmawan

3

1Magister Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

2Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

3Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI)

*Email : [email protected]

ABSTRACT

Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen.) Is a plant that is already familiar in

Indonesia and is widely used as a processed food that is quite popular. One of the underutilized

parts of the jengkol plant is the skin. Jengkol fruit skin contains alkaloid compounds, flavonoids,

tannins, glycosides, sapoinin and steroids or triterpenoids. The purpose of this study was to isolate

and identify toxic compounds from the n-hexane fraction of jengkol fruit outer skin, toxicity test

with BSLT method (Brine Shrimp Lethality Test) stating the n-hexane fraction had toxic properties,

and fraction of Hex-5-4 outer skin Jengkol fruit has toxic properties with an LC50 value of 75.85

ppm. Based on the results of the analysis using FTIR spectrophotometry, and Nuclera Magnetic

Resonance Spectrophotometry (1H-NMR and 13C-NMR). That the compounds contained in the

Hex-5-4 fraction of the outer skin of jengkol fruit which are toxic are β-Sitosterol compounds.

Keywords : (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen.), N-hexane fraction, toxicity, Isolation

ABSTRAK

Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen.)merupakan tanaman yang sudah tidak

asing lagi di Indonesia dan banyak digunakan sebagai pangan olahan yang cukup digemari.Salah

satu bagian tanaman jengkol yang kurang dimanfaatkan adalah kulitnya.Kulit buah jengkol

mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, glikosida, sapoinin dan steroid atau triterpenoid.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa toksik dari fraksi n-

heksana kulit luar buah jengkol , uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

menyatakanfraksi n-heksana mempunyai sifat toksik, dan fraksi dari Hex-5-4 kulit luar buah

jengkol memiliki sifat toksik dengan nilai LC50 75,85 ppm.Berdasarkan hasil analisis

menggunakan spektofotometri FTIR, dan Spektrofotometri Nuclera Magnetic Resonance (1H-

NMR dan 13C-NMR).Bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi Hex-5-4 kulit luar buah

jengkol yang bersifat toksik adalah senyawaβ-Sitosterol.

Kata kunci : (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen.),fraksi n-heksana, toksisitas, Isolasi

LATAR BELAKANG

Indonesia kaya akan berbagai macam

tanaman obat. Dari sekitar 30.000 spesies

tumbuhan di Indonesia, sekitar 940 di

antaranya adalah tanaman obat(1,2)

.

Masyarakat Indonesia telah lama

memanfaatkan tanaman obat sebagai obat

tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau

Page 2: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

82 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

ramuan bahan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan, hewan, dan mineral, sediaan sarian

(galenik) atau campuran dari bahan tersebut

yang secara turun-temurun telah digunakan

untuk pengobatan(3)

. Penggunaan obat

tradisional sebagai upaya kesehatan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif cenderung

meningkat.

Salah satu tumbuhan yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah

jengkol (Archidendron jiringa (Jack)

I.C.Nielsen) Tumbuhan ini diketahui

mengandung senyawa aktif alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan

steroid / triterpenoid (4)

. Pada kenyataannya

tumbuhan ini oleh masyarakat banyak

digunakan sebagai obat tradisional, tetapi

disisi lain banyak hal yang kurang

dimanfaatkan oleh masyarakat dari tumbuhan

ini terutama pada bagian kulit buah jengkol.

Tumbuhan jengkol (Archidendron jiringa

(Jack) I.C.Nielsen) merupakan tumbuhan

yang banyak hidup di Indonesia, tumbuhan ini

oleh masyarakat banyak digunakan sebagai

konsumsi karena kandungan proteinnya yang

tinggi dan juga sebagai obat tradisional, selain

itu, tidak hanya kulitnya yang banyak

digunakan untuk konsumsi dan obat

tradisional, namun kulit luar buah jengkol ini

juga ternyata dapat digunakan sebagai obat

tradisional. Adanya kandungan kimia yang

terdapat di dalamnya sehingga memiliki

aktivitas farmakologi.

Untuk keamanan pemanfaatan kulit luar

buah jengkol maka perlu dilakukan penelitian

uji toksisitas ekstrak kulit luar buah jengkol

terhadap larva Artemia salina Leach

menggunakan metode Brine Shrimp Lethality

Test (BSLT). Uji toksisitas ekstrak kulit luar

buah jengkol ini dipilih mengingat masih

kurangnya informasi ilmiah mengenai potensi

toksisitas kulit luar buah jengkol

(Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen)

tersebut.

Metode BSLT dipilih mengingat metode

ini merupakan langkah awal untuk uji

toksisitas suatu ekstrak atau senyawa. Selain

itu, metode BSLT ini sederhana, cepat, murah,

dan dapat dipercaya(5)

. Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode

BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari

1000 µg/ml. Jika hasil uji BSLT menunjukkan

bahwa ekstrak tumbuhan bersifat toksik maka

dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut

untuk mengisolasi senyawa sitotoksik

tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat

alternatif anti kanker. Jika hasil uji BSLT

menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak

bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke

penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-

khasiat lain dari ekstrak tersebut.

Page 3: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

83 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

METODE

Penelitian ini adalah jenis penelitian

eksperimental. Penelitian eksplorasi adalah

melakukan ekstraksi kulit buah jengkol

Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen), dan

penelitian eksperimental dengan uji toksisitas

dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality

Test). Data yang didapatkan terutama data

hasil uji toksisitas dianalisa dengan

menggunakan metode Hubert.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak Kulit Luar Buah

Jengkol (Archidendron jiringa (jack)

I.C.Nielsen.)

Sampel penelitian sebanyak 6.200 gram

kulit luar buah jengkol yang diperoleh dari

perkebunan tanaman jengkol di Serang

Provinsi Banten. Dari sampel tersebut

didapatkan simplisia kering seberat 4.000

gram.kemudian simplisia dimaserasi dan

didapatkan maserat sebanyak 72 liter sehingga

didapatkan ekstrak kental 35 gram yang telah

dipekatkan.

Tabel 1. Data Hasil Rendemen Ekstrak Kulit

Luar Buah Jengkol

Berat

ekstrak

(gram)

Simplisia

kering

(gram)

Rendemen

ekstrak (%)

35 4000 0,875

Perhitungan rendemen sampel kulit luar

buah jengkol diperoleh rendemen ekstrak kulit

luar buah jengkol sebanyak 0,875 %.

B. Skrining Fitokimia Dari Ekstrak Kulit

Buah Jengkol (Archidendron jiringa

(jack) I.C.Nielsen.)

Hasil skrining fitokimia pada ekstrak

kulit buah jengkol meliputi uji alkaloid,

flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin

disajikan pada Tabel .2.

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Pada

Ekstrak Archidendron jiringa (Jack)

I.C.Nielsen..

Keterangan :

Tanda ++ : terkandung senyawa lebih

banyak/warna pekat

Tanda + : terkandung senyawa / warna muda

Tanda - : tidak mengandung senyawa/tidak

terbentuk warna.

Dari hasil penelitian dapat dibuktikan

adanya beberapa golongan senyawa metabolit

sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, saponin,

steroid, tanin dan triterpenoid pada ekstrak

metanol kulit buah jengkol.

No. Uji

Fitokimia Pereaksi

Hasil Positif menurut pustaka

Hasil

1 Alkaloid

Mayer Terdapat endapan

dan keruh +

Dragendor

ff

Endapan jingga

coklat +

2 Flavonoid

Serbuk Mg + HCl

pekat

Terjadi perubahan warna menjadi

merah kehitaman

+

3 Saponin Aq.dest

Terbentuk lapisan busa yang

bertahan > 5menit

+

4 Steroid

Lieberman

-Burchard

Terbentuk cincin

biru kehijaun +

5

Tanin FeCl3

Sampel berubah

warna menjadi

biru-hitam

++

6

Terpenoid Lieberman-Burchard

Terbentuk cincin

kecoklatan atau

violet

+

Page 4: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

84 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

C. Hasil Penetapan Uji Mutu Ekstrak

Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen.

1. Penetapan Kadar Abu Tidak larut asam

Kadar abu merupakan jumlah zat asing

anorganik yang merupakan residu selama

proses pembuatan simplisia. Pada penelitian

ini kadar abu total ekstrak kulit buah jengkol

sebesar 0,185% .Nilai ini memenuhi

persyaratan karena termasuk kedalam kriteria

kadar abu menurut DepKes RI, 2008 yaitu 0,7

% hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit

jengkol memiliki cemaran logam yang sedikit,

namun hal ini juga dapat menunjukkan kadar

mineral kulit buah jengkol yang kecil.

2. Penetapan Kadar Air

Kadar air merupakan jumlah air yang

terkandung dalam suatu simplisia setelah

proses pengeringan, hal ini dilakukan untuk

menunjukkan mutu suatu simplisia, karena

pada dasarnya air merupakan tempat

tumbuhnya suatu bakteri. Sejumlah sampel

kemudian dipanaskan pada suhu 100 – 105ᴼC.

Jumlah kadar air yang terdapat pada simplisia

kulit luar buah jengkol didapatkan hasil yaitu

sebesar 5,45%. Hal ini menunjukkan bahwa

simplisia yang digunakan memenuhi

persyaratan, yaitu<10%.Rp.1.100.000.

D. Hasil Uji Toksisitas Ekstrak

Archidendron jiringa (jack) I.C.Nielsen.

Pada Larva Udang Artemia Salina

Leach

Uji toksisitas menggunakan metode

BSLT merupakan uji toksisitas akut dimana

efek toksik dari suatu senyawa dapat

ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang

waktu 24 jam setelah pemberian dosis. Hewan

uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu

larva Artemia salina Leach yang berusia 48

jam karena memiliki saluran pencernaan yang

terbentuk lengkap sehingga peka terhadap

suatu zat yang dimasukkan.Artemia salina.

Misalnya DNA dependent RNA polymerase

dan organisme ini memiliki sebuah ouabaine-

sensitive Na+ dan K+ dependent ATPase.

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai

potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μg/mL (ppm). LC50

(Lethal Concentration 50) merupakan

konsentrasi zat yang menyebabkan terjadinya

kematian pada 50 % hewan percobaan yaitu

larva Artemia salina Leach.Berdasarkan hasil

pengamatan uji BSLT dapat dilihat pada

Tabel .3.

Tabel 3. Hasil Uji BSLT Ekstrak

Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen.

No Sampel ppm

Log

D

(X)

Mati

Hidup

%

kematian

(y)

LC 50 (ppm)

1. Ekstrak

1000

100 10

3

2 1

30

20 14

0

10 16

100 66,6

6

46,6

19,05

Page 5: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

85 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

Pada hasil Tabel 3, semua konsentrasi

pengujian dilakukan dengan 3x pengulangan

(Triplo) sedangkan untuk control negatif

hanya satu kali pengujian. Konsentrasi 1.000

ppm dengan persentase kematian 100 %.

konsentrasi 100 ppm dengan persentase

kematian 66,66 %. Sedangkan pada

konsentrasi 10 ppm diperoleh persentase

kematian adalah 46,66 % dapat disimpulkan

semakin tinggi konsentrasi larutan uji yang

mengandung ekstrak untuk diuji pada larva

udang Artemia salina maka semakin tinggi

toksisitasnya. Jumlah larva tiap vial uji

adalah 10 ekor dan tiap konsentrasi dilakukan

3 kali pengulangan untuk keakuratan data dan

mengurangi kesalahan proses. Jumlah total

larva Artemiasalina Leach yang digunakan

adalah 100 ekor diantaranya 10 ekor larva di

uji sebagai kontrol negatife untuk

membuktikan kematian larva udang tidak

diperngaruhi oleh air laut melainkan efek

toksik dari ekstrak kulit luar buah jengkol.

Larva yang digunakan berumur 48 jam karena

pada umur ini anggota tubuh larva sudah

lengkap dibandingkan pada saat larva itu

menetas. Dalam mengamati pertumbuhan dan

perkembangan larva sampai pada pengujian

toksisitas ekstrak, digunakan alat bantu untuk

mengamati, yaitu pipet dan penyinaran lampu

untuk menghitung jumlah larva yang hidup.

Total kematian diperoleh dengan

menjumlahkan larva yang mati pada setiap

vial dengan konsentrasi yang sama.

E. Partisi Ekstrak Archidendron jiringa

(Jack) I.C.Nielsen.

Hasil Ekstraksi yang didapatkan

kemudian dilakukan partisi secara bertingkat

berdasarkan kepolarannya, maka diperoleh

fase n-heksan, e fase etil asetat, dan fase Air,

yang masing-masing mempunyai berat ekstrak

kental fase n-heksan 2,03 gram , ekstrak

kental fase etil asetat 1,96 gram, dan ekstrak

kental fase air 9,22 gram. Hasil partisi ekstrak

kulit luar buah jengkol dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Partisi Ekstrak kulit luar buah

jengkol Archidendron jiringa (Jack)

I.C.Nielsen.

No. Ekstrak Bobot (g)

Rendemen

Ekstrak %

Ekstrak Fase

1 n-heksan 35 2,03 5,8

2 Etil Asetat 35 1,96 5,6

4 Air 35 9,22 26,34

Pemisahan dalam penelitian ini

dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran.

Oleh karena itu, ekstrak metanol kulit luar

buah jengkol dipartisi dengan corong pisah

menggunakan 3 pelarut yang berbeda

kepolarannya, yaitu dengan menggunakan

pelarut air, Etil Asetat dan n heksana.

Hasil uji toksisitas pada hasil partisi

menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp

Lethality Test) dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 6: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

86 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

Tabel 5. Hasil Uji Toksisitas Partisi ekstrak

kulit luar buah jengkol Archidendron jiringa

(Jack) I.C.Nielsen.

N

o Fase ppm

Log

D

(X)

Ma

ti

Hidu

p

%

kemati

an (y)

LC 50

(ppm)

1. Air

1000

100

10

3

2

1

21

16

2

9

14

28

70

53,3

6,6

202,301

2. Etil

Asetat

1000

100

10

3

2

1

12

7

2

18

23

28

40

23,2

6,6

2009,09

3.

n-

heksa

na

1000

100

10

3

2

1

24

18

14

6

12

16

80

60

46,6

19,81

Analisa data uji toksisitas ini,

memperlihatkan bahwa semakin besar nilai

konsentrasi dosis, maka % kematian larva

semakin besar . Uji BSLT terhadap tiga fase

ekstrak metanol kulit luar buah jengkol

(Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen)

didapatkan hasil fase air (202,301ppm), fase

etil asetat (2009,09 ppm) dan fase n-heksana

(19,81ppm). Dari ketiga fase ini fase yang

memiliki sifat toksik yang terbesar yaitu fase

n-heksana sebesar 19,81 ppm, karena menurut

Mayer suatu senyawa dinyatakan mempunyai

potensi toksisitas akut jika mempunyai nilai

LC50 kurang dari 1000 μg/mL (ppm). Jadi

dapat dikatakan bahwa fase n-heksana kulit

luar buah jengkol pada pengujian ini memiliki

senyawa yang bersifat toksik, menurut metode

BSLT yakni pengujian menggunakan hewan

coba Artemia salina Leach. Nilai LC50 fase n-

heksana yang toksik di sebabkan karena

senyawa non polar yang terlarut dalam fase n-

heksana tersebut memiliki ukuran yang lebih

kecil sehingga lebih mudah untuk masuk

dalam membran sel melalui proses difusi pada

daerah ekor (tail) yang bersifat hidrofobik

pada phospolipid bilayer. Hal ini

mengakibatkan sel lebih cepat mengalami

kerusakan atau mati dalam proses difusi

senyawa non polar dari fraksi n-heksana.

Disisi lain senyawa-senyawa polar tidak

mudah berdifusi memasuki dinding

(membran) dimana senyawa polar ini berada

pada posisi kepala (head) yang bersifat

hidropilik. Hal ini mengakibatkan senyawa

polar lebih sulit untuk masuk dalam dinding

sel. Proses difusi pasa sel terjadi akibat

kecenderungan dari substansi yang bergerak

dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke

daerah dengan konsentrasi yang rendah.

Strukur membran sel yang memiliki dua

lapisan lipid (phospolipid bilayer) dimana

molekul lipid mempunyai satu bagian kepala

bundar yang polar (globular head polar) yang

mengandung grup NH3 pada bagian luar dan

daerah dua ekor yang mengandung asam

lemak non polar yang bersifat hidrofobik pada

permukaan bagian dalamnya memudahkan

molekul-molekul non polar berdifusi

sedangkan molekul polar tidak bisa berdifusi

langsung. Pelarut non polar hanya dapat

melarutkan senyawa non polar sehingga

pelarut polar tidak dapat bercampur dengan

pelarut non polar dalam phospolipid bilayer.

Pelarut polar tidak dapat memasuki membran

sel lipid tanpa bantuan dari protein pembawa

(carrier). Tidak semua molekul dapat

Page 7: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

87 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

memasuki membran phsopolipid termasuk

gradient elektrokimia dan ukurannya. Molekul

yang lebih kecil dan non polar dapat dengan

mudah masuk kedalam phospolipid bilayer

lewat proses difusi karena kesamaan

polaritasnya. Sedangkan pelarut molekul polar

tidak dapat masuk dalam membran plasma

hanya dengan proses difusi, melainkan dengan

proses endocytosis, difusi yang di fasilitasi

dan tranport aktif. Senyawa toksik yang ada

pada ekstrak dapat masuk melalui bagian

mulut Artemia salina Leach dan diabsorbsi

masuk kedalam saluran pencernaan terjadi

proses absorbsi melalui membran sel. Setelah

proses absorbsi dilanjutkan dengan proses

distribusi senyawa toksik ke dalam tubuh

Artemia salina Leach, dan terjadi proses

kerusakan reaksi metabolisme. Struktur

anatomi tubuh Artemia salina Leach pada

tahap naupli masih sangat sederhana, yaitu

terdiri dari lapisan kulit, mulut, anthena

saluran pencernaan atau digesti yang masih

sederhana, Perubahan gradien konsentrasi

yang drastis antara didalam dan di luar sel

yang menyebabkan senyawa toksik mampu

menyebar dengan baik ke tubuh Artemia

salina Leach. Efek kerusakan metabolisme

yang ditimbulkan terjadi secara cepat dapat

dideteksi dalam waktu 24 jam,hingga

menyebabkan 50% kematian Artemia salina

Leach.

Mekanisme kematian larva udang

Artemia salina Leach berhubungan dengan

dimungkinkan karena keberadaan metabolit

sekunder golongan alkaloid, flavonoid,

saponin, tritrepenoid, steroid dan tanin dalam

ekstrak kulit luar buah jengkol.

Ekstrak yang menunjukan aktivitas

Toksik secara BSLT kemudian dilanjutkan

pada proses isolasi menggunakan metode

kromatografi kolom.

F. Analisis Fase n-Heksana dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Fase n- heksana kulit luar buah jengkol

(Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen.)

dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT) dengan fase diam lempeng silika gel

GF254 dan fase gerak n- heksana : Etil Asetat

(5:1). Analsisis KLT ini bertujuan untuk

mengetahui pola bercak untuk analsisis

menggunakan kromatografi kolom. Penampak

bercak yang digunakan adalah pereaksi warna

1% serium sulfat dalam asam sulfat pekat

yang dilanjutkan dengan pemanasan lempeng

KLT hingga bercak muncul. Hasil analisa

KLT menunjukkan bahwa kromatogram

dengan fase diam silika gel GF254 dan fase

gerak n-heksana : Etil Asetat (5:1)

menunjukan pemisahan yang baik.

Page 8: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

88 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

G. Fraksinasi Ekstrak n-Heksana dengan

Kramatografi Kolom I

Sebanyak 2,03 gram ektrak n-heksana

kulit luar buah jengkol dilakukan fraksinasi

dengan kromatografi kolom silika gel. Fase

gerak yang digunakan yaitu n-heksan – etil

asetat (10:1 ), ( 8:1), (6:1), (4:1), (2:1), (1:1),

etil Asetat, Metanol.Berdasarkan hasil KLT

diatas karena menunjukan masih ada nya

kemungkinan bercak spot yang memiliki Rf

yang sama, maka dilakukan penggabungan

kembali hingga mendapat 7 fraksi bisa dilihat

pada Tabel V.7. dan Gambar V.3. setelah

dilakukan pengujian KLT.

Tabel 6. Hasil penggabungan Fraksinasi

Kromatografi Kolom Silika Gel Pertama.

No Fraksi No. Botol Bobot (gram)

1 HEX.1 1-4 0,3

2 HEX.2 5-12 0,12

3 HEX.3 13-16 0,03

4 HEX.4 17-24 0,12

5 HEX.5 25-45 0,21

6 HEX.6 46-52 0,03

7 HEX.7 53-54 0,01

H. Uji Toksisitas Fraksi Hasil

Kromatografi Kolom I Dengan

Metode BSLT (Brine Shrimp

Lethality Test)

Hasil uji toksisitas dengan metode

BSLT terhadap fraksi hasil kromatografi

kolom I sebanyak 7 fraksi dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Hasil uji toksisitas fraksi hasil

kromatografi kolom I dengan metode BSLT

Berdasarkan dari hasil uji toksisitas

fraksi kromatografi kolom I diatas diketahui

bahwa fraksi No.5 (Hex-5) memiliki nilai

toksisitas yang lebih baik diantara fraksi

lainnya.

I. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

(KLT) Pada Fraksi Hex-5

Fraksi Hex-5 dianalisis dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase

diam lempeng silika gel GF254 dengan fase

gerakn n-heksana : Etil Asetat (2:1 ) . Analisis

KLT ini bertujuan untuk mengetahui pola

bercak untuk analisis kromatografi kolom.

Penampak bercak yang digunakan adalah

pereaksi serium sulfat yang dilanjutkan

dengan pemanasan lempeng KLT hingga

bercak muncul . Hasil KLT menunjukan

kromatogram dengan fase diam silika gel

GF254 menggunakan fase gerak n-heksana :

etil asetat (2:1) menunjukan senyawa sudah

terjadi pemisahan dengan baik.

Page 9: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

89 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

J. Kromatografi Kolom II Pada Fraksi

Hex-5

Fraksi Hex-5 yang memiliki aktivitas

sitotoksik yang paling tinggi dilakukan

pemisahan lebih lanjut dengan kromatografi

kolom II dengan harapan diperoleh suatu

senyawa yang lebih murni.fraksi Hex-5

sebanyak 0,21 gram difraksinasi dengan fase

gerak n-heksana : etil asetat (5:1), (2:1). Hasil

KLT diatas menunjukan bahwa masih ada

beberapa fraksi yang mempunyai pola

kromatogram yang mirip, sehingga fraksi-

fraksi yang mempunyai pola mirip digabung

kembali menjadi 5 fraksi yang lebih sederhana

dari total fraksi 105 botol.Kromatogram diatas

menunjukan bercak yang terdapat didalam

setiap fraksi jumlahnya semakin sedikit

dibandingkat kromatogram fraksi hasil

kromatografi kolom sebelumnya, hal ini

menandakan fraksi yang diperoleh semakin

murni.Hasil penggabungan fraksi-fraksi diatas

dapat dilihat pada Tabel .8.

Tabel 8. Hasil uji toksisitas fraksi hasil

kromatografi kolom I dengan metode BSLT

K. Uji Toksisitas Fraksi Hasil

Kromatografi Kolom II Dengan

Metode BSLT

Hasil uji toksisitas dengan metode

BSLT terhadap Fraksi Hex-5 hasil

kromatografi kolom II (5 fraksi) dapat dilihat

pada Tabel .9.

Tabel 9. Hasil uji toksisitas fraksi

kromatografi kolom II dengan metode BSLT

No

. Fraksi ppm

Log

D

(X)

Mati Hidup

%

kemati

an (y)

LC50

(ppm)

1. Hex-

5-1

1000

100

10

3

2

1

10

6

2

20

24

28

33,33

20

6,6

5248,07

2. Hex-

5-2

1000

100

10

3

2

1

12

11

4

18

19

26

40

36,66

13,33

2041,73

3. Hex-

5-3

1000

100

10

3

2

1

17

12

7

13

18

23

56,66

40

23,33

426,57

4. Hex-

5-4

1000

100

10

3

2

1

28

12

6

2

18

24

93,33

40

20

75,85

5. Hex-

5-5

1000

100

10

3

2

1

21

13

9

9

17

21

70

43,33

30

128,82

L. Analisis Fraksi Hex 5-4 Dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Fraksi Hex-5-4 dianalisis dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase

diam lempeng silika gel GF254 dan fase gerak

n-heksana : Etil Asetat (2:1).

M. Pemurnian Fraksi Dengan KLT

Preparatif

Pemisahan dan pemurnian/purifikasi

bercak (spot) isolate pada fraksi Hex-5-4

No Fraksi No. Botol Bobot (gram)

1 HEX-5-1 1-14 0,02

2 HEX-5-2 15-32 0,03

3 HEX-5-3 33-52 0,01

4 HEX-5-4 53-68 0,05

5 HEX-5-5 69-105 0,12

Page 10: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

90 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

dilakukan menggunakan metode kromatografi

lapis tipis preparative (KLTP). Fraksi n-

heksana ditotolkan pada KLTP untuk

kemudian di elusi menggunakan n-heksana :

etil asetat (3:2) sebagai fase gerak (mobile

phase) (Gambar V.), bercak masing-masing

isolat dalam KLTP kemudian dipisahkan

dengan cara dikerik, kemudian dilarutkan

kembali dengan pelarut Etil asetat p.a dan

uapkan kembali.

N. Identifikasi Senyawa Kimia

Tabel 10. Gugus Fungsi yang Terdapat

dalam isolat Hex 5-4

Spektrofotometri FTIR menunjukkan

bahwa isolat Hex-5-4 memiliki gugus

hidroksil (O-H) yang ditunjukkan oleh puncak

serapan pada bilangan gelombang 3306,29

cm-1

, serapan pada daerah bilangan

gelombang 2954,84 cm-1

, 2871,80 cm-1

,

1458,79 cm-1

, 1416,55 cm-1

, 1378,04 cm-1

menunjukkan adanya gugus alkana (C-H)

dengan intensitas yang kuat. Spektrum FTIR

isolat Hex-5-4dapat dilihat pada Tabel 10.

Hasil analisa menggunakan

Spektrofotometri 1H-NMR dan 13C-NMR

dapat dilihat pada Tabel .11.

Tabel 11. Hasil 1H-NMR dan 13C-

NMRyang Terdapat dalam isolat Hex-5-4

NO

Bilangan

gelombang isolat Hex-5-

4 (cm-1)

Bilangan

Gelombang Pustaka

(cm-1)

Tipe ikatan*

1. 3522,73 3500-3650

O-H

3306,29 3200-3600

2. 2954,84

2850-2970 C-H

Alkana 2871,80

3. 1655,95 1610-1680 C=H

Alkena

4. 1458,79

1340-1470 C-H

Alkana 5. 1416,55

6. 1378,04

No

.

Saputra, 2014 Isolat Hex-5-4

H (H, mult,

ppm) C (ppm)

H (H,,

mult, ppm)

C

(ppm)

1 1,02;1,81 (dd) 37,23 1,85 37,45

2 1,47;1,81(dd) 31,61 1,85 31,87

3 3,51, m 71,78 3,51 (m, 1H) 72,0

4 2,18; 2,26, dd 42,25 2,23;2,28, dd 42,50

5 - 140,71 - 140,96

6 5,33 121,68 5,35 (bs, 1H) 121,91

7 1,93; 1,98.dd 31,88 1,95;2,01 dd 32,10

8 1,42,m 31,88 - 32,10

9 0,92, m 50,11 - 50,33

10 - 36,48 - 36,7

11 1,49, m 21,06 - 21,28

12 1,14; 1,99, dd 39,75 - 39,97

13 - 42,30 - 42,50

14 1,12, t 56,78 - 56,9

15 1,54, m 24,34 - 24,49

16 1,83, m 28,22 - 28,44

17 1,01, m 56,02 - 56,2

18 0,67, s 11,84 0,68, s 12,06

19 0,99, s 19,37 1,007, s 19,59

20 1,34, m 36,12 - 36,3

21 0,79, d 18,76 0,82, d 18,97

22 1,00; 1,29,dd 33,92 - 34,15

23 1,14, m 26,06 - 26,27

24 0,91, m 45,81 - 46,03

25 1,64, m 29,13 - 29,35

26 0,81, d 19,79 0,83 20,01

27 0,79, d 19,02 - 19,23

28 1,24, m 23,05 - 23,26

29 0,83, t 11,98 - 12,17

Page 11: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

91 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

Interperetasi isolat Hex 5-4

Berdasarkan data hasil yang diperoleh

dari hasil analisa FT-IR, diketahuibahwa

isolat Hex 5-4 mempunyai gugus hidroksil (-

OH), gugus alkana (-C-H), gugus alkena (-

C=C-H), selain gugus-gugus tersebut di atas,

isolat Hex 5-4 juga tidak memiliki gugus

fungsi lainnya seperti gugus karbonil (-C=O),

gugus eter (-C-O-C-), serta ikatan rangkap

aromatik (-C=C-). Hasil analisa FTIR

terhadap isolat Hex 5-4, juga didukung oleh

data hasil analisa 1H-NMR dan 13C-NMR,

dimana berdasarkan data 1H-NMR diketahui

bahwa profiling spektrum proton yang

diperoleh menunjukkan profil khas untuk

spektrum proton senyawa-senyawa golongan

sterol dimana mempunyai puncak-puncak

untuk gugus metilena (-CH2-) dan metin (-

CH-) yang bertumpuk yang muncul dengan

nilai integrasi (jumlah proton) cukup banyak,

dimana terdapat dua sinyal singletpada

pergeseran (0,68 & 1,007 ppm), juga terdapat

satu sinyal multiplet pada pergeseran kimia

(3,51 ppm), serta terdapat juga satu sinyal

doublet dan dua sinyal doublet-doubletpada

pergeseran kimia (0,82 ppm &

2,23;2,28,1,92;2,01 ppm).Dari hasil analisa

13C-NMR terhadap isolat Hex 5-4, diketahui

bahwa isolat Hex 5-4 mempunyai 29 buah

atom karbon yang dapat dilihat pada tabel 11.

Berdasarkan data hasil analisa FTIR,

serta hasil analisa 1H- dan 13C-NMR

terhadap isolat Hex 5-4, serta berdasarkan

hasil perbandingan dengan data senyawa 1H-

NMR dan 13C-NMR dengan senyawa -

sitoterol dari literatur yang sesuai (Tabel .11.),

patut diduga bahwa isolat Hex 5-4 adalah

senyawa -sitoterol yang dapat dilihat pada

Gambar.1. dibawah ini:

Gambar 1. Rumus Struktur β-Sitosterol

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil isolasi dan proses

identifikasi data hasil analisa FT-IR, 1H-

NMR dan 13C-NMR, dapat disimpulkan

bahwa kulit luar buah jengkol mengandung

senyawa metabolit sekunder dari golongan

sterol yaitu β-Sitosterol dan memiliki sifat

toksik secara metode BSLT dengan nilai

LC50 sebesar 75,85 ppm berdasarkan hasil

isolat II .

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Masa Depan Obat Tradisional

Indonesia Cerah. [ diakses 20 agustus

2018]. Diakses dari :

http://teknologitinggi.wordpress.com/mas

a-depan-obattradisional indonesia-cerah.

Page 12: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI N

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 3 September 2019

92 Arif Hidayat, Partomuan Simanjuntak, Ahmad Darmawan, Isolasi dan Identifikasi ...

2. Anonim. Obat Tradisional dan Obat

Herbal - Tantangan ke depan Farmasis. [

diakses 20 agustus 2018]. Diakses dari

:http://www.informasiobat.com/content/vi

ew/276/67/.

3. Katno, Pramono S. Tingkat manfaat dan

keamanan tanaman obat dan obat

tradisional. [ diakses 20 agustus 2018].

Diakses dari

:http://cintaialam.tripod.com/keamanan_o

bat%20tradisional.pdf.

4. Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE,

Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin

JL. Brine shrimp: a convenient general

bioassay for active plant constituents.

Planta Med [ diakses 20 agustus 2018].

Diakses dari :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/173

96775.

5. Hutauruk JE. Isolasi Senyawa Flavonoida

Dari Kulit Buah Tanaman Jengkol

(Pithecellobium lobatum Benth.) Skripsi,

Medan: Universitas Sumatera Utara,

2010.