islam rahmat dunia (pai2)
DESCRIPTION
PAI 1TRANSCRIPT
ISLAM RAHMAT DUNIA
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya 107, Allah SWT berfirman: “Wa maa
arsalnaka illa rahmatanlil’aalamin”. Yang kurang lebih berarti “Tidaklah Kami
turunkan engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta”. Ayat
tersebut menjelaskan maksud Allah SWT menurunkan rasulNya, Muhammad SAW,
yaitu untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Alam semesta dapat didefinisikan sebagai
jagat raya yang didalamnya termasuk manusia, tumbuhan, hewan, makhluk hidup
lainnya, serta makhluk tidak hidup. Rahmat pada umumnya mengandung pengertian
kasih sayang, keadilan, dan kesejahteraan. Dengan demikian tujuan Islam adalah identik
dengan tujuan pembawanya, Muhammad SAW, yaitu membawa ajaran kasih sayang,
keadilan, dan kesejahteraan bagi alam semesta.
Rahmatan lil alamin bukanlah sekedar motto Islam, tapi merupakan tujuan dari
Islam itu sendiri. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Islam
menjadi pelopor bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa
kasih bagi alam semesta tersebut. Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi,
Islam juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan yang bersih, karena
kebersihan merupakan bagian hidup masyarakat Islam seperti diutarakan oleh nabi
Muhammad SAW dengan hadistnya yang berbunyi: “Kebersihan merupakan bagian dari
iman”. Nabi Muhammad SAW juga melarang manusia untuk membuang air seni ke
dalam sumber mata air, jalanan, di tempat teduh, dan di dalam liang (tempat hidup)
binatang. Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih lanjut sebagai larangan untuk
membuang sampah atau produk-produk berbahaya ke dalam lingkungan yang
kemungkinan besar akan merusak atau menurunkan mutu lingkungan tersebut. Islam
mengajak manusia untuk secara aktif menjaga lingkungan tersebut, misalnya dengan
membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah Islam yang umumnya
bersifat lebih suka mencegah (preventive) perbuatan atau kejadian yang buruk ketimbang
mengobati (curative) kejadian atau perbuatan buruk yang telah terjadi. Namun, Islam
juga tidak berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian buruk atau kejahatan
seperti misalnya tertuang dalam hukum agama (syar’i) yang mengatur hukuman bagi
pelanggar aturan.
2
Bidang-bidang yang perlu di kembangkan untuk mencapai tujuan rahmatan lil
alamin antara lain:
1. Pendidikan lingkungan
Pendidikan lingkungan yang diajarkan secara Islami merupakan sarana penting
bagi muslim untuk mengenal dan menyadari lingkungan hidup mereka secara baik
dan benar sehingga mampu berperan secara sadar dan aktif dalam pengelolaan dan
pembinaan lingkungan. Sebagai mayoritas penduduk Indonesia, muslim mempunyai
kewajiban dan peran yang sangat besar dalam pengelolaan lingkungan tersebut.
Dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam bahwa Islam sangat
memperhatikan lingkungan dan kesehatan. Hal ini membutuhkan peran pendidik,
ulama, dan tokoh masyarakat untuk menanamkan pengetahuan dan kesadaran tersebut
kepada masyarakat.
Kesadaran bahwa alam semesta adalah milik Allah SWT merupakan langkah
dasar dalam memahami kedudukan manusia di alam ini. Dalam beberapa ayat Al-
Qur’an Allah SWT menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan alam semesta
beserta isinya dengan pertimbangan yang matang, seimbang, dan setiap ciptaanNya
tersebut mempunyai manfaat dan fungsi. Selanjutnya, Allah SWT juga menyatakan
bahwa manusia adalah ciptaanNya yang unik dan menjadikannya sebagai khalifah di
bumi. Dalam ajaran Islam, khalifah lebih bersifat sebagai pengelola atau manajer di
bumi ini sedangkan Allah SWT adalah pemilik mutlak dari bumi dan segala isinya.
Allah SWT memberikan hak kepada manusia untuk mengambil manfaat dari bumi
dan isinya namun Allah SWT juga memberi kewajiban pada manusia untuk menjaga
bumi dan isinya. Hal ini sesuai benar dengan deklarasi PBB mengenai pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang berisi petunjuk dan informasi tentang
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam bagi pembangunan dan kelanjutan
pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan
disegala bidang ( misalnya ekonomi, sosial, dan politik ) yang tetap mengindahkan
3
ketersediaan sumber daya alam yang memadai bagi generasi mendatang.
Pembangunan tersebut sangat memperhatikan daya dukung lingkungan, sehingga
tidak secara semena-mena menghabiskan sumber daya alam yang tersedia. Hal ini
sesuai dengan saran Rasulullah SAW untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya
terhadap harta dan sumber daya yang kita miliki. Selanjutnya pembangunan yang
berkelanjutan juga memperhatikan aspek sumber daya manusia sebagai pelaku dan
penanggung jawab pembangunan tersebut. Peningkatan mutu sumber daya manusia
yang pintar dan bijaksana sangat ditekankan dalam Islam.
Pada masyarakat pedesaan yang sebagian besar bersifat primordial, peran ulama
dalam mensukseskan program pengelolaan lingkungan sangatlah besar. Masyarakat
pedesaan umumnya pasif dan mencontoh perbuatan yang dilakukan oleh ulama atau
pemimpin mereka. Untuk itu sudah sewajarnya apabila ulama, pemimpin, ataupun
calon ulama dan pemimpin masyarakat membekali diri dengan pengetahuan yang
memadai mengenai pengelolaan lingkungan dan kesehatan. Pada masyarakat
perkotaan yang umumnya lebih individualistis, intelektual muslim diharapkan
menjadi contoh yang baik dalam menjaga dan mengelola lingkungan, karena dengan
pengetahuan yang dimilikinya seharusnya dia mampu menyelaraskan dan
memadukan perintah agama dengan perannya sebagai bagian dari penebar kasih bagi
semesta alam.
2. Media massa Islam
Peran media massa Islam tidaklah kurang penting dari pendidikan bahkan
merupakan partner yang cukup relevan untuk menunjang pendidikan lingkungan
tersebut. Media massa Islami harus diisi pula dengan pendidikan lingkungan,
terutama untuk anak-anak dan generasi muda sehingga mereka menyadari hubungan
agama dengan lingkungan dan arti penting hubungan tersebut demi kesejahteraan dan
kesehatan manusia dan lingkungan. Program interaktif mengenai lingkungan perlu
diciptakan guna menambah wawasan dan juga ketrampilan anak-anak dan generasi
muda tersebut . Untuk kalangan dewasa, media massa perlu juga menyisipkan
4
pendidikan mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan dan juga
pengetahuan mengenai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
yang sesuai dengan nafas Islam.
3. Kebijakan dan penegakan hukum lingkungan secara Islami
Agama Islam menegaskan bahwa setiap individu akan dimintai pertanggung
jawaban pada hari pembalasan atas segala prilakunya di muka bumi, termasuk
didalamnya adalah bagaimana individu tersebut berbuat terhadap alam, lingkungan,
dan makhluk hidup lainnya. Contoh mengenai pertanggung jawaban tersebut misalnya
kisah mengenai wanita yang dimasukkan ke dalam neraka akibat melalaikan tugasnya
memberi makan pada kucing peliharaannya dan kisah mengenai pelacur yang
diampuni dosanya karena budi baiknya memberi minum anjing liar yang sedang
kehausan. Dari contoh tersebut jelas bahwa adalah kewajiban setiap individu muslim
untuk berlaku baik terhadap sesama makhluk hidup. Kewajiban tersebut dapat
dimanifestasikan dengan jalan menjaga dan merawat lingkungan sehingga mampu
mendukung kehidupan semua makhluk hidup. Islam sama sekali tidak melarang
pemanfaatan lingkungan demi kesejahteraan manusia, namun Islam mewajibkan
bahwa dalam pemanfaatan tersebut harus dihindari penggunaan yang berlebihan yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan membahayakan makhluk hidup yang lain
termasuk manusia sendiri. Islam menyarankan untuk melakukan pemanfaatan yang
berkelanjutan (sustainable utilization) yang pada akhirnya akan mampu memberikan
kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan bagi manusia dan mahkluk hidup
lainnya.
Dalam hukum Islam juga ada perintah untuk menjaga dan membantu lingkungan
sekitar dengan memberikan sedekah, misalnya dengan memberikan wakaf untuk
sebesar-besarnya digunakan bagi masyarakat sekitar. Selama ini kebanyakan wakaf
yang dilakukan adalah dengan mendirikan tempat-tempat ibadah dan sarana
pendidikan . Mungkin tidaklah berlebihan apabila wakaf tersebut juga dapat diberikan
5
berupa hutan kota, hutan lindung, hutan wisata, atau hutan pendidikan yang sangat
berguna bagi masyarakat sekitar baik muslim ataupun non muslim. Selain itu, bentuk
hibah tersebut juga akan mampu menambah kesegaran dan kesehatan lingkungan
ditambah lagi membantu hewan-hewan liar seperti burung-burung dan hewan-hewan
kecil lainnya menemukan habitat hidup mereka. Bentuk hibah seperti ini sangatlah
cocok bagi lingkungan perkotaan yang relatif semakin mengalami penurunan kualitas
lingkungan dan kesehatannya akibat berkurangnya hutan penyanggah (buffer zone) di
lingkungan perkotaan tersebut.
Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, Islam meletakkan pemanfaatan dan
pengelolaan lingkungan sebagai bagian integral dari proses ibadah dari penganutnya.
Kewajiban setiap muslim dalam menjaga lingkungan yang baik telah termaktub di dalam
Al-Qur’an dan juga diberikan contohnya dalam beberapa hadits nabi, termasuk ganjaran
atau hukuman bagi yang tidak mengindahkan kewajiban tersebut.
Merosotnya citra Islam disegala bidang termasuk bidang lingkungan banyak diakibatkan
oleh tidak dilaksanakannya kewajiban agama tersebut oleh sebagian besar pemeluknya.
Sebagian besar pemeluk agama Islam masih menganggap bahwa kewajiban mereka lebih
bersifat ritual ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan pergi haji tanpa melihat fungsi dan
manfaat lebih jauh dari ritual tersebut. Apabila dikaji lebih lanjut, shalat selain
merupakan sarana berbakti kepada Allah SWT juga dimaksudkan agar mencegah pelaku
shalat tersebut dari perbuatan keji dan mungkar termasuk membuat kerusakan dan
pencemaran. Ibadah puasa diharapkan menjadi sarana bagi pelaku puasa tersebut untuk
bersifat sabar, sederhana, dan tidak berfoya-foya. Dengan sifat tersebut, diharapkan
mereka mampu mengekang diri mereka dari eksploitasi lingkungan yang berlebihan.
Zakat dan sedekah diharapkan mampu membuat si pelaku menjadi orang yang pemurah
dan sekaligus memberikan perhatian terhadap lingkungan sekitar. Zakat dan sedekah
seharusnya tidak dilakukan hanya untuk terlepas dari kewajiban untuk memenuhinya
tetapi seharusnya disadari bahwa zakat dan sedekah tersebut harus memenuhi fungsinya
sehingga harus dimonitor dan dikelola dengan baik demi kesejahteraan bersama.
6
Selanjutnya pergi haji dapat juga dijadikan sarana untuk mempelajari lingkungan
yang mungkin sangat berbeda dengan lingkungan asal pelaku haji tersebut. Selain itu
penelusuran sejarah nabi Ibrahim yang merupakan bagian dari pelaksanaan haji tersebut
juga dapat dijadikan pelajaran bagaimana pentingnya sumber daya alam (misalnya air)
bagi manusia. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam tersebut merupakan
kewajiban bagi setiap individu muslim. Dengan menumbuh semangatkan kesadaran
tersebut, insya Allah cita-cita Islam sebagai sebagai agama yang rahmatan lil alamin
dapat terwujud.
- Pandangan Islam tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam pandangan Islam, manusia ialah makhluk terbaik diantara semua ciptaan
Tuhan dan berani memegang tanggung jawab mengelola bumi, maka semua yang ada di
bumi diserahkan untuk manusia. Oleh karena itu manusia diangkat menjadi khalifah di
muka bumi. Sebagai makhluk terbaik, manusia diberikan beberapa kelebihan diantara
makhluk ciptaan-Nya, yaitu kemuliaan, diberikan fasilitas di daratan dan lautan,
mendapat rizki dari yang baik-baik, dan kelebihan yang sempurna atas makhluk lainnya.
Bumi dan semua isi yang berada didalamnya diciptakan Allah untuk manusia,
segala yang manusia inginkan berupa apa saja yang ada di langit dan bumi. Daratan dan
lautan serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan buah-
buahan, binatang melata dan binatang ternak.
Sebagai khalifah di bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya dan
diperintah berbuat kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan. Selain konsep berbuat
kebajikan terhadap lingkungan yang disajikan Al-Qur’an seperti dipaparkan di atas,
Rasulullah SAW memberikan teladan untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini dapat diperhatikan dari Hadits-Hadits Nabi, seperti Hadits tentang pujian
Allah kepada orang yang menyingkirkan duri dari jalan dan bahkan Allah akan
mengampuni dosanya, menyingkirkan gangguan dari jalan ialah sedekah, sebagian dari
iman,dan merupakan perbuatan baik.
Di samping itu Rasulullah melarang merusak lingkungan mulai dari perbuatan
yang sangat kecil dan remeh seperti melarang membuang kotoran (manusia) di bawah
7
pohon yang sedang berbuah, di aliran sungai, di tengah jalan, atau di tempat orang
berteduh. Rasulullah juga sangat peduli terhadap kelestarian satwa, sebagaimana
diceritakan dalam Hadits riwayat Abu Dawud. Rasulullah pernah menegur salah seorang
sahabatnya yang pada saat perjalanan, mereka mengambil anak burung yang berada di
sarangnya. Karena anaknya dibawa oleh salah seorang dari rombongan Rasulullah
tersebut, maka sang induk terpaksa mengikuti terus kemana rombongan itu berjalan.
Melihat yang demikian, Rasulullah lalu menegur sahabatnya tersebut dengan mengatakan
”siapakah yang telah menyusahkan induk burung ini dan mengambil anaknya?
Kembalikan anak burung tersebut kepada induknya!”.
- Kewajiban Manusia dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Menurut Islam
Dalam berinteraksi dan mengelola alam serta lingkungan hidup itu, manusia
mengemban tiga amanat dari Allah. Pertama, Al-intifa’. Allah mempersilahkan kepada
umat manusia untuk mengambil manfaat dan mendayagunakan hasil alam dengan sebaik-
baiknya demi kemakmuran dan kemaslahatan artinya manusia diberi kebebasan baik
mengelola atau hanya sebatas mengambil manfaat terhadap lingkungan yang selagi tidak
merusak terhadap lingkungan tersebut. Kedua, Al-i’tibar. Manusia dituntut untuk
senantiasa memikirkan dan menggali rahasia di balik ciptaan Allah seraya dapat
mengambil pelajaran dari berbagai kejadian dan peristiwa alam agar supaya bertambahan
ketaqwaannya kepada Allah S.W.T Berfikirlah tentang ciptaan Allah, dan jangan berfikir
tentang zat Allah. Ketiga, Al-islah. Manusia diwajibkan untuk terus menjaga dan
memelihara kelestarian lingkungan itu untuk kelansungan hidup baik untuk dirinya
ataupun mahkluk lain, karena masa depan lingkungan itu tergantung bagaimana manusia
itu mengelolanya.
- Agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta
melestarikannya
Perhatikan surat Ar Ruum ayat 9 dibawah ini :
Artinya : “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan
memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka?
8
orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi
(tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan.
Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang
nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah
yang berlaku zalim kepada diri sendiri”. Pesan yang disampaikan dalam surat Ar Ruum
ayat 9 di atas menggambarkan agar manusia tidak mengeksploitasi sumber daya alam
secara berlebihan yang dikwatirkan terjadinya kerusakan serta kepunahan sumber daya
alam, sehingga tidak memberikan sisa sedikitpun untuk generasi mendatang. Untuk itu
Islam mewajibkan agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta
melestarikannya.Mengolah serta melestarikan lingkungan tercermin secara sederhana dari
tempat tinggal (rumah) seorang muslim. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah
Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani :
Artinya : ”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu
kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip kebersihan. Dan
tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih” . (HR. Thabrani).
Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir
untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga kebersihan agar
kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.Demikian pula, mengusahakan
penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan menanamkan pepohonan yang bermanfaat
untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan, disamping juga dapat memelihara peredaran
suara yang kita hisap agar selalu bersih, bebas dari pencemaran.Dalam sebuah Hadits
disebutkan : ”Tiga hal yang menjernihkan pandangan, yaitu menyaksikan pandangan
pada yang hijau lagi asri, dan pada air yang mengalir serta pada wajah yang rupawan”
(HR. Ahmad).
- Manusia tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan
Di dalam surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan bahwa terjadinya
kerusakan di darat dan di laut akibat ulah manusia.
9
Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Serta surat Al Qashash ayat 77 menjelaskan sebagai berikut
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Firman Allah SWT di dalam surat Ar Ruum ayat 41 dan surat Al Qashash ayat 77
menekankan agar manusia berlaku ramah terhadap lingkungan (environmental friendly)
dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan
oleh Anas, dijelaskan bahwa :
”Rasulullah ketika berwudhu’ dengan (takaran air sebanyak) satu mud dan mandi
(dengan takaran air sebanyak) satu sha’ sampai lima mud” (HR. Muttafaq ’alaih).
Satu mud sama dengan 1 1/3 liter menurut orang Hijaz dan 2 liter menurut orang
Irak (lihat Lisanul Arab Jilid 3 hal 400). Padahal hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syahputra (2003) membuktikan bahwa rata-rata orang berwudhu’ sebanyak 5 liter. Hal
ini membuktikan bahwa manusia sekarang cenderung mengekploitasi sumber daya air
secara berlebihan, atau dengan kata lain, setiap manusia menghambur-hamburkan air
sebanyak 3 sampai 3 2/3 liter setiap orangnya setiap kali mereka berwudhu’. Dalam
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi pernah bersabda :
”Hati-hatilah terhadap dua macam kutukan; sahabat yang mendengar bertanya : Apakah
dua hal itu ya Rasulullah ? Nabi menjawab : yaitu orang yang membuang hajat ditengah
jalan atau di tempat orang yang berteduh” Di dalam Hadits lainnya ditambah dengan
membuang hajat di tempat sumber air.
Dari keterangan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang menganjurkan
untuk menjaga kebersihan dan lingkungan. Semua larangan tersebut dimaksudkan untuk
mencegah agar tidak mencelakakan orang lain, sehingga terhindar dari musibah yang
10
menimpanya.Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa sumber daya alam
merupakan daya dukung bagi kehidupan manusia, sebab fakta spritual menunjukkan
bahwa terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, serta bencana alam lainnya lebih
banyak didominasi oleh aktifitas manusia. Allah SWT telah memberikan fasilitas daya
dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, secara yuridis fiqhiyah
berpeluang dinyatakan bahwa dalam perspektif hukum Islam status hukum pelestarian
lingkungan hukumnya adalah wajib (Abdillah, 2005 : 11-12).
Secara ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang
tidak dapat ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan
tidak boleh tidak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan secara spiritual fiqhiyah
Islamiyah Allah SWT memiliki kepedulian ekologis yang paripurna. Paling tidak dua
pendekatan ini memberikan keseimbangan pola pikir bahwa lingkungan yang baik berupa
sumber daya alam yang melimpah yang diberikan Allah SWT kepada manusia tidak akan
lestari dan pulih (recovery) apabila tidak ada campur tangan manusia. Hal ini diingatkan
oleh Allah dalam Surat Ar Ra’d ayat 11 :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Umat Islam selalu berkeyakinan untuk tidak terperosok pada kesalahan yang
kedua kalinya. Kejadian yang sangat dasyat yang kita alami akhir-akhir ini, sebut saja
bencana alam Tsunami misalnya, pencemaran udara, pencemaran air dan tanah, serta
sikap rakus pengusaha dengan menebang habis hutan tropis melalui aktifitas illegal
logging, serta sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya, haruslah menjadi
pelajaran yang sangat berharga. Hal ini ditegaskan oleh dalam firmanNya di dalam surat
Al-Hasyr ayat 2 :
”Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai pandangan”.
Bersikaplah menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta
melestarikannya, tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan, dan selalu membiasakan
diri bersikap ramah terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http//multiply.com/compose/pm?individual==agsofyan
DATA RIWAYAT HIDUP
Nama : Septi Metta Purnama
Tempat/Tanggal lahir : Serang,18 September 1986
Tempat tinggal : Jl.Mayjend Sutoyo Kp.Asem Gebog RT/RW 003/006 No.50
Tegal Wangi Cilegon.
No.Hp : 087771137731
PENDIDIKAN
1.Tamatan SDN Tamansari IV Thn.1992-1998
2.Tamatan SLTPN 3 Pulomerak Thn.1998-2001
3.Tamatan SMUN 2 Krakatau Steel Thn.2001-2004
4.Mahasiswi STKIP Ar-rahmaniyah Thn.2011-Sekarang
ISLAM RAHMAT DUNIA
Septi metta purnama,mahasiswi semester V
Jurusan ilmu pendidikan
STKIP AR-RAHMANIYAH
Tahun 2012