islam dan pengetahuan

22
ISLAM DAN PENGETAHUAN (Untuk memenuhi tugas Al Islam dan Kemuhammadiyahan) OLEH : DEFI ANDRIANI (201210170311168) ERPINATILOPA (201210170311180) EKA RESTI WAHYU NINGSIH (201210170311203) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: chauhanyy

Post on 19-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Artikel

TRANSCRIPT

ISLAM DAN PENGETAHUAN(Untuk memenuhi tugas Al Islam dan Kemuhammadiyahan)

OLEH :DEFI ANDRIANI (201210170311168)ERPINATILOPA (201210170311180)EKA RESTI WAHYU NINGSIH (201210170311203)

PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGTAHUN 2015ISLAM DAN ILMU PENGETAHUANA. Keutamaan Ilmu, Ilmuwan dan Majelis IlmuKeutamaan IlmuDalam agama Islam, ilmu merupakan sarana yang amat penting untuk meningkatkan iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan banyak himbauan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. mengenai keutamaan ilmu ini, di antaranya adalah sebagai berikut:Di antara hasad yang diperbolehkanSecara umum, hasad atau iri itu dilarang, alias haram. Namun untuk ilmu, apalagi ilmu yang bermanfaat, hasad itu diperbolehkan. Nabi Muhammad saw. bersabda: : . .Hasad itu tidak diperkenankan, kecuali dalam dua hal. Pertama, hasad pada seseorang yang diberi oleh Allah akan harta yang melimpah, lalu ia menghabiskan harta itu di jalan kebenaran. Kedua, hasad pada seseorang yang diberi oleh Allah akan ilmu, lalu ia menggunakan ilmu itu untuk memutuskan perkara dan mengajarkannya. (Muttafaq alaih)Memudahkan penuntut ilmu masuk surgaKebanyakan umat Islam menganggap bahwa orang yang dimudahkan masuk surga adalah orang yang ahli ibadah; banyak puasa atau shalat misalnya. Namun ternyata, menuntut ilmu juga merupakan jalan untuk mencapai surga, bahkan dimudahkan. Nabi Muhammad saw. bersabda: . .Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim)Ilmu merupakan salah satu sumber pahala tiada hentiSelain shadaqah jariyah dan anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya, ilmu yang bermanfaat merupakan sumber pahala yang senantiasa mengalirkan pahala bagi orang yang mengajarkan ilmu dengan tulus. Nabi Muhammad saw. bersabda: : . .Apabila anak Adam (manusia) meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya. (HR. Muslim)Orang yang belajar itu sama dengan berjihad Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa jihad itu harus dengan senjata. Ternyata belajar itu termasuk jihad. Nabi Muhammad saw. bersabda: . Barangsiapa keluar rumah untuk menuntut suatu ilmu, maka ia sama dengan orang yang berangkat jihad fi sabilillah, sampai ia kembali ke rumahnya. (HR. Tirmidzi)Malaikat pun membentangkan sayap untuk pencari ilmuMalaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah bermaksiat. Rasulullah saw. menggambarkan kemuliaan orang yang menuntut itu dengan hadirnya para malaikat yang mengembangkan sayapnya untuk orang tersebut. . .Sungguh para malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang sedang menuntut ilmu sebagai tanda ridha malaikat pada orang itu. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)Keutamaan IlmuwanApabila Islam demikian menghargai usaha orang-orang yang menuntut ilmu, sudah selayaknya Islam pun amat menghargai orang-orang yang berilmu. Berikut ini beberapa keutamaan ilmuwan:Ditinggikan derajatnyaMenggambarkan keutamaan orang yang berilmu atau ilmuwan, Allah Taala berfirman:Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)Hanya orang yang berilmu yang selamatLalu Nabi Muhammad saw. seakan menegaskan keutamaan ilmuwan itu dengan sabda beliau: . Dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah semua yang ada di dunia itu, kecuali dzikir kepada Allah, ketaatan kepada-Nya, dan orang yang berilmu, atau yang mengajarkan ilmu. (HR. Tirmidzi)Dimohonkan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumiKeutamaan ilmuwan atau orang yang berilmu itu bukan hanya mendapat kemuliaan di sisi sesama manunia. Kemuliaan ilmuwan itu juga memperoleh perhatian di sisi makhluk Allah yang lain, yaitu hewan-hewan yang hidup di daratan maupun di lautan.Hal ini tidaklah mengherankan, karena ilmuwan atau orang yang berilmu dengan ilmu yang benar akan juga memperhatikan nasib sesama makhluk hidup. Seorang ilmuwan yang berperilaku sesuai dengan ilmunya akan memperhatikan dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak merugikan apalagi membinasakan sesama makhluk hidup, meskipun ia hanya seekor hewan. . .Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi itu selalu memohonkan ampunan bagi orang yang berilmu, termasuk ikan paus di laut. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)Memperoleh keutamaan jauh di atas ahli ibadahSeorang yang beribadah berdasarkan ilmu jauh lebih mulia daripada seorang yang beribadah hanya berdasarkan ikut-ikutan, meskipun praktik ibadahnya secara dhahir adalah sama. Sama-sama benar. Tapi orang yang pertama beribadah dengan mengetahui ilmunya, sementara orang yang kedua beribadah tanpa mengetahui ilmunya. Hal ini menunjukkan betapa mulianya orang yang ahli ibadah berdasarkan ilmu. . .Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah itu ibarat keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)Pewaris para nabiSecara umum, hubungan waris-mewarisi itu merupakan salah satu hubungan yang amat khusus antara seseorang dengan orang yang lain, seperti adanya hubungan darah atau urusan pembebasan dari perbudakan (sebagaimana dahulu terjadi pada masa Islam klasik). Artinya, hubungan waris-mewarisi itu bukan sembarang hubungan yang bisa diada-adakan secara sembarangan. Adalah sebuah kemuliaan apabila seorang muslim memiliki hubungan yang khusus itu dengan manusia paling mulia, bahkan nabi yang paling mulia, yaitu Nabi Muhammad saw. Nah, ternyata jalan mencapai kemuliaan itu adalah melalui jalur ilmu. . .Sesungguhnya orang-orang yang berilmu adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi itu tidak mewariskan dirham. Para nabi itu hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil keuntungan yang besar. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)Keutamaan Majelis IlmuMengingat demikian utamanya ilmu dan ilmuwan, sudah tentu hal ini menunjukkan keutamaan majelis ilmu. Keutamaan mejelis ilmu ini bisa kita pahami dengan adanya etika atau akhlak mencari ilmu yang akan kita rinci dalam bahasan berikutnya. Semoga Allah memberikan kemudahan.B. Antara Ilmu Agama dan Ilmu UmumAda anggapan, bahwa ilmu agama itu lebih mulia daripada ilmu umum. Ilmu agama itu diartikan sebagai ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Quran dan hadits, seperti ilmu akidah dan fikih, atau seperti tata cara wudhu dan shalat. Sementara ilmu umum itu diartikan sebagai ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada al-Quran dan hadits, seperti ilmu teknik dan kedokteran, atau seperti tata cara membuat jembatan dengan baik dan mengobati penyakit dengan benar. Boleh jadi anggapan itu timbul dari pemahaman sebuah hadits yang merupakan sabda Nabi Muhammad saw.: . .Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah akan suatu kebaikan, maka Allah akan memahamkan orang itu pada agama. (Muttafaq alaih)Berdasarkan hadits di atas, menurut anggapan itu, bila Allah hendak memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan memberikan pemahaman yang baik kepadanya tentang agama. Sebaliknya, bila Allah tidak ingin memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah tidak akan memberikan pemahaman yang baik tentang agama kepadanya.Secara umum, pemahaman tersebut tidaklah salah. Ibadah shalat misalnya, memang harus didasari ilmu yang benar. Dan ilmu di sini tentu saja merupakan ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Quran dan hadits. Akhlak Mencari dan Mengajarkan IlmuSeperti dibahas sebelumnya, karena demikian mulianya kegiatan mencari ilmu ini, terdapat pesan-pesan khusus dalam proses mencari dan mengajarkan ilmu.0. Akhlak mencari ilmuBerikut ini beberapa petunjuk yang diajarkan oleh agama Islam sebagai akhlak mencari ilmu:Niat yang tulusSecara khusus, Rasulullah saw. mengingatkan umatnya untuk menjaga niat yang benar dalam belajar. Beliau bersabda: - - . .Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya untuk mencapai ridha Allah Azza wa Jalla, namun ia mempelajarinya untuk mencapai keuntungan duniawi, maka kelak di hari kiamat ia tidak akan mendapati aroma surga. (HR. Abu Dawud)Selalu berusaha menambah ilmuDi antara akhlak orang yang mencari ilmu itu, hendaknya ia tidak pernah berhenti berusaha menambah ilmu yang telah dimilikinya. Hal ini karena ilmu merupakan lautan yang amat luas, tanpa dasar dan tepian. Dalam al-Quran, Allah pun tidak pernah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk menambah sesuatu selain menambah ilmu. Allah SWT. berfirman:Dan berdoalah, Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmu padaku. (QS: Thaha: 114).Sufyan bin Uyainah, salah seorang ulama besar, ditanya, Siapakah orang yang paling berkepentingan untuk terus menambah ilmu?Ia menjawab, Orang yang paling banyak ilmunya, karena kesalahan yang dia lakukan menjadi nampak lebih buruk.Berguru pada ahlinyaJuga di antara akhlak mencari ilmu itu adalah berguru kepada orang yang mumpuni di bidangnya. Apabila hendak belajar ilmu tafsir, hendaknya berguru kepada orang yang ahli tafsir, bukan kepada ahli filsafat atau matematika. Allah SWT berfirman:Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, bila engkau tidak mengetahui ilmunya. (QS: al-Nahl: 43 dan al-Anbiya: 7).Sebagaimana Allah berpesan:Seseorang tidaklah akan mampu memberimu ilmu, selain orang yang benar-benar ahlinya. (QS: Fathir: 14)Bertanya dengan tepatJuga di antara akhlak mencari ilmu yaitu bertanya sesuai dengan keperluan, bertanya pada waktu yang tepat, dan tidak bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan mubadzir.Dalam al-Quran surat al-Baqarah, Allah SWT mengisahkan tentang Bani Israel yang suka menanyakan hal-hal yang sebenarnya sebenarnya sederhana menjadi rumit, karena pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Bila kita perhatikan, dalam al-Quran disebutkan beberapa macam pertanyaan. Pertama, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang musyrik, seperti kapan terjadinya hari kiamat. Sebuah pertanyaan yang jawabannya hanya Allah yang mengetahuinya.Kedua, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Yahudi, atau pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari mereka dan disampaikan kepada orang-orang Quraisy, seperti pertanyaan tentang ruh dan Dzulqarnain.Ketiga, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para shahabat. Bila kita perhatikan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para shahabat itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang praktis, sesuai dengan keperluan nyata mereka sehari-hari. Seperti pertanyaan tentang hilal, apa yang perlu disedekahkan, hukum khamer dan perjudian, dan darah haidh. Akhlak mengajarkan ilmu Berikut ini beberapa akhlak dalam mengajarkan ilmu, kami paparkan satu per satu secara singkat:Tidak menyembunyikan ilmuApabila ditanyakan tentang suatu ilmu, dan kita mengetahuinya dengan baik, hendaknya kita mengajarkan pengetahuan itu. Nabi Muhammad saw berpesan: . .Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikan ilmu itu, maka kelak di hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk dari api. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)Tidak segan mengatakan tidak tahuApabila kita ditanya tentang suatu ilmu, dan kita tidak mengetahuinya dengan baik, hendaknya kita tidak merasa malu untuk mengatakan, Saya tidak tahu. Dalam hal ini Nabi Muhammad saw berpesan: . .Sesungguhnya Allah tidak mencabut suatu ilmu secara tiba-tiba dari tengah manusia. Tapi Allah mencabut ilmu itu dengan mengambil para ulama. Sehingga, apabila tidak ada lagi orang yang berilmu, orang-orang pun bertanya kepada orang-orang yang jahil. Lalu orang-orang jahil itu pun ditanya tentang beberapa perkara, dan mereka pun memberikan fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka tersesat dan menyesatkan. (Muttafaq alaih)C. Prinsip-prinsip Islam dalam Pengembangan IPTEKIlmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang tanpa norma-norma moral dan agama akan mendatangkan malapetaka, bukan hanya bagi umat manusia, namun juga bagi hewan-hewan, tumbuhan dan lingkungan. Oleh karena itu sudah seharusnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu selalu dalam arahan dan pengawasan agama, terutama agama Islam.1. Memperhatikan halal dan haramDalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya manusia memperhatikan aturan agama, terutama yang berkaitan dengan apa-apa yang telah diharamkan secara tegas. Mungkin saja dengan kemajuan teknologi, manusia bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi sebagian manusia, namun sebenarnya hal itu dilarang oleh agama. Misalnya usaha mengkloning manusia, dan merubah jenis kelamin.2. Memperhatikan maslahat bagi masyarakat umumDalam usaha menjaga keamanan nasional, hampir semua negara di dunia sekarang ini berlomba-lomba mempersiapkan diri dengan alat-alat tempur. Ada sederetan nama-nama bom atau rudal, di samping pesawat tempur, kendaraan lapis baja, dan kapal-kapal besar super canggih. Lalu apabila kita mempertanyakan, apa sebenarnya maslahat yang bisa diambil dari dikembangkannya berbagai alat tempur seperti itu selain kekuasaan bagi negara-negara tertentu? Senjata memang perlu, namun penggunaan teknologi yang semakin maju dalam hal ini justru semakin mudah pula untuk menghancurkan kehidupan. Sudah sepantasnya, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hal senjata ini sejak awal diperhitungkan apa maslahatnya untuk kehidupan bersama.Memperhatikan skala prioritasDi zaman yang serba canggih seperti zaman sekarang, realitanya masih banyak warga negara atau warga dunia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, seharusnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jangan sampai semakin memperlebar jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin. Artinya, jangan sampai ilmu pengetahuan dan teknologi itu dikembangkan justru untuk kepentingan si kaya semata. Menjauhi sikap mubadzirDalam hukum Islam ada empat istilah yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan manusia, yaitu: dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat dan kamaliyat. Dharuriyat adalah kebutuhan yang apabila tidak tercukupi menjadikan manusia mati, seperti kebutuhan kepada makanan yang cukup. Hajiyat adalah kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi tidak menjadikan manusia mati, tapi akan membuatnya hidup dengan susah payah, seperti kebutuhan kepada aneka macam masakan yang lezat. Tahsiniyat adalah kebutuhan untuk keindahan, seperti aneka tempat makanan yang berwarna-warni. Ketiga kebutuhan ini hukumnya adalah boleh atau halal.Adapun kamaliyat adalah kebutuhan yang sebenarnya lebih sebagai keinginan, seperti makanan yang harganya hingga jutaan rupiah untuk tiap porsinya. Atau nomor telephon cantik yang harganya mencapai puluhan juta rupiah. Memang kemampuan setiap orang beraneka ragam, sehingga penerapan dari keempat macam kebutuhan ini bisa berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.Berkaitan dengan keempat macam kebutuhan tersebut, hendaknya kemajuan teknologi bisa digunakan seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat secara bijak. Dan sebisa mungkin menghindari kebutuhan kamaliyat yang sebenarnya sama dengan memenuhi hawa nafsu yang tidak ada batasnya.D. Beberapa Persoalan Bioakhlak dalam Pandangan IslamBerdasarkan prinsip-prinsip yang telah kita bahas, berikut ini akan kita tilik ulang beberapa persoalan bioakhlak dalam pandangan Islam.1. Bayi TabungProses teknologi bayi tabung itu sebenarnya tidak ubahnya sebagai proses pembuahan alami, yaitu bertemunya sel sperma dengan sel telur. Hanya saja pembuahan alami terjadi dalam rahim seorang calon ibu, sementara pembuahan bayi tabung dilakukan di sebuah tempat khusus hasil karya manusia. Lalu bagaimana sikap Islam terhadap bayi tabung ini? Halal atau haram?Secara umum, para ulama memperbolehkan pemanfaatan teknologi bayi tabung ini, sepanjang memperhatikan nilai-nilai ajaran Islam, yaitu: Pertama, hendaknya sperma dan ovum berasal dari sepasang suami istri. Kedua, hendaknya rahim tempat bersemainya bakal janin itu adalah istri dari pemilik sperma.

2. KloningDengan bantuan teknologi yang disebut dengan kloning, telah dimungkinkan terjadinya pembuahan tanpa bantuan sperma. Secara sederhana, proses kloning ini terjadi dengan cara: Pertama, menyiapkan sebuah sel telur yang diambil inti selnya. Kedua, mengambil inti sel dari sel selain sel telur. Ketiga, menyuntikkan inti sel tersebut ke dalam sel telur di atas.Teknologi ini bisa diterapkan kepada seluruh binatang, termasuk secara teori kepada manusia.Lalu bagaimana hukum kloning? Hukum kloning dibedakan kepada obyeknya. Bila obyeknya binatang, apalagi binatang langka yang hampir punah, maka kloning tidak dipermasalahan.Adapun kloning kepada manusia hukumnya adalah haram. Kloning kepada manusia diharamkan dengan beberapa alasan.Pertama, dari segi hak asuh anak. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah dan seorang ibu. Sementara seorang bayi hasil kloning hanya memiliki orang tua dari ibu saja.Kedua, dari segi hukum. Apa jadinya bila setiap wanita yang hamil di luar perkawinan mengaku telah melakukan kloning. 3. Operasi Ganti KelaminDalam Islam, jenis kelamin mempengaruhi kedudukannya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Dalam Islam, pembedaan jenis kelamin memiliki konsekuensi yang serius, sejak lahir hingga mati.Bagi seorang bayi laki-laki aqiqahnya adalah dua ekor kambing, sedangkan aqiqah seorang bayi perempuan satu ekor kambing. Aurat laki-laki adalah sebatas pusar hingga lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Hak waris seorang anak perempuan adalah separo dari hak waris seorang anak laki-laki. Ketika seorang laki-laki meninggal, kain kafannya berlapis tiga. Sedangkan ketika seorang wanita meninggal, kain kafannya berlapis lima. Demikian pula ada pembedaan di mana posisi seorang imam shalat jenazah berdiri; dibedakan antara jenazah laki-laki dan jenazah perempuan.Mengingat konsekuensi-konsekuensi hukum di atas, operasi ganti kelamin hukumnya adalah haram. 4. Bedah PlastikRasulullah Saw. pernah menyampaikan bahwa Allah itu indah dan menyukai semua yang indah. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. memberikan teladan kepada kita bagaimana berperilaku untuk menjaga dan menyempurnakan keindahan-keindahan yang telah diberikan oleh Allah Swt. Mulai dari berpakaian, menyisir rambut, memotong rambut dan kuku, serta menggunakan wangi-wangian. Secara fitrah kesenangan untuk tampil indah itu memang sudah diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Namun banyak manusia yang karena saking inginnya tampil lebih indah membuatnya melakukan hal-hal yang melebihi kewajaran. Seperti mengerok alis dan menggantinya dengan gambar pensil atau tato. Bahkan dengan bantuan kecanggihan teknologi, manusia bisa mengganti bentuk hidung, bibir, atau anggota tubuh yang lain.Tindakan-tindakan yang di luar batas kewajaran itu memberikan kesan, seakan-akan pelakunya tidak bisa menerima karunia yang telah diterimanya. Bahkan secara etika pelaku tindakan tersebut memberikan kesan sebagai sosok yang tidak percaya diri, sehingga dia bersembunyi di balik topeng yang dibuatnya sendiri. Padahal tindak-tindakan itu bukannya tidak membawa dampak negatif secara medis bagi dirinya sendiri. Bagaimana sikap Islam dalam hal ini? Secara umum Islam menerima semua yang indah namun wajar. Namun bila sampai mengarah kepada perbuatan yang melebihi batas kewajaran, apalagi mengarah pada sikap yang tidak menerima karunia dari-Nya, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak menyatakan ungkapan rasa syukur.