islam dan kemuhammadiyahan

14
1. Manusia membutuhkan agama karena manusia memiliki potensi- potensi sebagai berikut : a. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia juga tidak luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan manusia. Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah Maha Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan- Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al- Baqarah (2) : 147, اُ ّ قَ حْ لْ نِ مَ كِ ّ بَ رَ لاَ فَ ّ نَ ن وُ كَ تْ نِ مَ ن نِ رَ تْ مُ مْ ل ا

Upload: dedy-wicaksono

Post on 20-Jun-2015

421 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Islam Dan Kemuhammadiyahan

1. Manusia membutuhkan agama karena manusia memiliki potensi-potensi sebagai berikut :

a.   Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk yang 

yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia  juga tidak luput dari banyak 

kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada alam 

sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang 

menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu masalah, bahkan 

seringkali bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan 

atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia 

senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup menentukan 

kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal yang 

demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan manusia.

Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari 

kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah 

swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah Maha 

Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat 

universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana  firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 

147,

ق�ا ن� ل�ح� ب�ك� م� � ر� ال ن� ت�ك�ون�ن� ف� ت�ر�ين� م� م� ال�م�

“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu meragukannya”

b.   Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia kepada 

kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang 

senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan 

pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada 

malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan 

turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.

Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai senjata agama 

(iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan mengendalikan hawa nafsu 

dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam Islam. Itulah 

Page 2: Islam Dan Kemuhammadiyahan

sebabnya, missi utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku 

diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw. 

sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil menuju 

jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari perang ini 

ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.

Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara 

kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.

c.   Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam akhirat 

yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan  akal manusia, sebagaimana firmana 

Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,

الل�ه� ل� و� ن� أ�نز� اء� م� م� اء$ الس� ي�ا م� أ�ح� ض� ب�ه� ف� ر�ا ب�ع�د� ا�أل� ت�ه� و� م3 آلي�ة$ ذ�ل�ك� ف�ي إ�ن� م� و� ع�ون� ل�ق� م� ي�س�

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang

tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)“

Akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh melampaui 

batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh 

akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah perlunya agama/wahyu untuk 

meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib yang berada di luar jangkauan akal manusia. 

Di sinilah letak kebutuhan manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga 

mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan.

d.   Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan –banyak yang kehilangan 

idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau gelisah, hidupnya hambar 

dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka tidak mampu memenuhi hajat 

hidupnya; sebab dengan bekal ilmu pengetahuannya itu, tempat  berpijaknya makin kabur, 

karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin gersang, 

sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat 

menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia, agar ia tidak 

risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.

Page 3: Islam Dan Kemuhammadiyahan

e.   Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan kebahagiaan dan 

kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu pengetahuann 

dan tehnologi pula yang banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat 

manusia. Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini 

merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi itu, dengan 

ilmu dan tehnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan senjata itu pula manusia  

banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman) lah   yang dapat 

mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah menjadi senjata makan tuan/pagar 

makan tanaman. Agamalah yang mampu menjinakkan hati manusia  yang sesat, untuk berbuat 

baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.

2. - Tafsir Maudhu’i adalah

Metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur'an dengan cara mengumpulkan 

ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama membahas topik atau 

judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab 

turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, 

keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian 

mengambil hukum-hukum darinya.

Adapun tafsir Maudhu’i secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Maudhu’i 

berdasar surah al-Qur’an; dan (2) Maudhu’i berdasar subyek. Maudhu’i berdasarkan surah al-

Qur’an adalah menafsirkan al-Qur’an dengan cara membahas satu surah tertentu dari al-Qur’an

dengan mengambil bahasan pokok dari surat dimaksud. Sementara tematik Maudhu’i subjek 

adalah menafsirkan al-Qur’an dengan cara menetapkan satu subjek tertentu untuk dibahas. 

Misalnya ingin mengetahui bagaimana konsep zakat menurut Islam, metode Maudhu’i ini dapat 

digunakan.

- Contoh penerapan tafsir maudhu’I dalam ilmu kedokteran :

Misalnya kita ambil tema tentang kekayaan alam yang berjuta manfaatnya yang salah 

satunya bisa kita gunakan sebagai pengobatan.

Ayat-ayat Al-quran yang sesuai dengan tema tersebut adalah :

1. Surat An-Nahl ayat 66

Page 4: Islam Dan Kemuhammadiyahan

2. Surat An-Nahl ayat 67

3. Surat An-Nahl ayat 68 dan 69

Analisis ayat-ayat tersebut :

1. Surat An-Nahl ayat 66

“Dan sengguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. 

Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang 

bersih antara tahi dan darah, yang midah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”

Manfaat Susu 

- Mencegah osteoporosis 

- Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut 

- Menetralisir racun 

- Mencegah terjadinya kanker 

- Mempercantik kulit 

- Membantu agar lebih cepat tidur 

2. Surat An-Nahl ayat 67

“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan da rezeki 

yang   baik.   Sesungguhnya   pada   yang   demikian   itu   benar-benar   terdapat   tanda 

(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.”

Kandungan Kurma :

- Vitamin A dan niasin: pemeliharaan kulit sehat

- Riboflavin dan niasin: pengolahan produks energi dari makanan

- Tiamin: untuk sel-sel saraf

- Glukosa

- Kalium à untuk jantung dan PD. Bisa untuk px HT

Page 5: Islam Dan Kemuhammadiyahan

- Mengurangi rasa sakit dan demam à efek seperti salisilat

- Kandungan gula tinggi

- Sebagai bahan makanan

- Sebagai Obat :

mengendalikan tekanan darah à potassium

mengoptimalkan kandungan elektrolit dalam cairan tubuh à mineral

anti-diare, anti-hemostatis, dan anti-hemoroid à zat tannin

Peningkatan trombosit pada pasien DHF

Meningkatkan kontraksi uterus pada wanita hamil

3. Surat An-Nahl ayat 68 dan 69

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di 

pohon-pohonan kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia”,

Kemudian makanlah dair tiap-tiap (macam) buah-uhan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang 

telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-

macam warnanya,   dan  di   dalamnya   terdapat  obat   yang  menyembuhkan  bagi  manusia. 

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi 

orang-orang yang memikirkan”.

Kandungan Madu 

Page 6: Islam Dan Kemuhammadiyahan

- Glukosa dan fruktosa - Mineral à Mg, Ca, Cl, Na, K, S, Fe, P- Vitamin à B1, B2, B3, B6, C- Getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit 

seperti hemoroid, penyakit kulit, penyakit ginekologis 

3. Hubungan Islam dan science :

a. Pendekatan teologis normatif

Pendekatan melalui melalui teologi berangkat dari kepercayaan terhadap 

kebenaran dogma atau informasi al-qur’an terutama tentang masalah ketuhanan 

dan kemudian menggunakan akal sebagai alat untuk membuktikan kebenaran 

informasi al-qur’an tersebut atau dalam ungkapan lain di kenal dengan pendekatan 

tekstual dan rasional.

  Pendekatan teologi dalam memahami agama menggunakan cara berfikir 

deduktif yakni cara berfikir yang berawal dari kepercayaan yang di yakini benar dan 

mutlak adanya karena ajaran yang berasal dari tuhan sehingga tidak perlu di 

pertanyakan terlebih dahulu melainkan di mulai dari keyakinan berikut juga di 

perkuat dengan dalil-dalil serta argumentasi.

  Pendekatan ini mempunyai beberapa kekurangan seperti bersifat 

eksklusif ,dogmatis,tidak mau mengakui kebenaran yang berada di luar kelompoknya 

,sedangkan kelebihan metode ini adalah seseorang akan memiliki sikap militan 

dalam beragama yaitu memegang teguh agama nya yang di yakini satu-satunya yang 

benar.

b. Pendekatan historis

Salah satu pendekatan yang dapat di lakukan dalam studi terhadap islam sebagai 

obyek ,adalah pendekatan melalui historis atau di sebut juga sejarah. Islam bukan 

hanya   sebuah   doktrin   agama   tetapi   hidup   sepanjang  masa   bersamaan   dengan 

perjalanan sejarah umatnya. pendekatan ini di lakukan agar dapat mengetahui seluk 

beluk   ajaran   yang   di   bawah   nabi  Muhammad   saw   dan   bagaimana   agama   itu 

Page 7: Islam Dan Kemuhammadiyahan

mewarnai pola hidup pengikutnya sampai pada bagaimana agama ini berinteraksi 

dengan   manusia   yang   berlatar   belakang   berbagai   etnis   dan   budaya.

Kata  sejarah  berarti  asal-usul  atau kejadian  yang  benar-benar   terjadi  pada  masa 

dahulu   .   jadi  harus  di   bedakan  dari   dongeng   ,hikayah,legenda  dan   sebagainya   .

Dalam pendekatan sejarah tidak hanya di lihat dari sisi luarnya saja tetapi juga harus 

di lihat dari sisi dalamnya juga maksudnya dalam memahami sejarah harus mencapai 

kebenaran dan tidak di pengaruhi oleh sikap memihak kepada pendapat tertentu 

jadi harus dengan qaidah –qaidah yang berlaku.

c. Pendekatan filosofis

Filsafat berarti berfikir secara mendalam ,sistematis,radikal dan universal dalam

rangka mencari kebenaran ,inti,hakikat pada segala sesuatu yang ada.

Pendekatan secara filosofis telah banyak di lakukan oleh para ahli,seperti yang di

katakan oleh Muhammad al- jurjawi,ketika seseorang yang mengerjakan satu amal

ibadah niscaya tidak terjerat dalam formalisme kering yaitu simbolisme yang hampa

serta ritualisme yang kering dari nilai spiritualisme. Semakin dalam penggalian

makna filosofisnya, maka akan semakin dalam pula sikap penghayatan dan daya

spiritualitas yang di miliki seseorang.

4. Ciri-ciri ulul albab dalam Al-quran :

Menurut Al-Quran, ulul-albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan

oleh Allah swt. Diantara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksanan, dan

pengetahuan, disamping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris. Ciri –ciri

tersebut adalah :

1. Tanda pertama: Bersungguh-sungguh mencari ilmu, seperti disebutkan dalam Al-Quran: “Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh tenganya, sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari hadirat Tuhan kami,’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS.3:7)

Termasuk dalam bersungguh-sungguh mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi. Allah menyebutkan tanda ulul-albab ini sebagai berikut: “Sesungguhnya dalam proses penciptaan langit dan bumi, dalam pergiliran siang dan malam, adalah tanda-tanda bagi ulul-albab.” (QS.3:190).

Page 8: Islam Dan Kemuhammadiyahan

Abdus Salam, seorang Muslim pemenang hadiah Nobel, berkat teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata, “Al-Quran mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai science. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian  rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”

2. Tanda kedua: Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang. Allah berfirman: “Katakanlah, tidak sama kejelekan dan kebaikan, walaupun banyaknya kejelekan itu mencengangkan engkau. Maka takutlah kepada Allah, hai ulul-albab.” (QS.5:100)

3. Tanda ketiga: Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain: “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan merekaitulah ulul-albab.” (QS.39:18)

4. Tanda keempat: Bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya; diperingatkannya mereka kalau terjadi ketimpangan, dan diprotesnya kalau terdapat ketidakadilan. Dia tidak duduk berpangku tangan di labolatorium; dia tidak senang hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan; dia tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat…: “(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab mengambil pelajaran.” (QS.14:52)

“Hanyalah ulul-albab yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan Supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. 13:19-22)

5. Tanda kelima: Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Berkali-kali Al-Quran menyebutkan bahwa ulul-albab hanya takut kepada Allah: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa danbertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.” (QS 2:197)

“. . . maka bertakwalah kepada  Allah hai ulul-albab, agar kamu mendapatkeberuntungan.” (QS 5:179) “Allah menyediakan bagi mereka azab yangkeras, maka bertakwalah kepada Allah wahai ulul-albab.” (QS. 65:10)

Page 9: Islam Dan Kemuhammadiyahan

Sampai di sini, tampaknya seorang ulul-albab tak jauh berbeda dengan seorang intelektual; ini jika dilihat dari beberapa tanda ulul-albab yang telah disebutkan seperti: bersungguh-sungguh mempelajari ilmu, mau mempertahankan keyakinannya, dan merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya. Namun dalam ayat lain, Allah swt dengan jelas membedakan seorang ulul-albab dengan intelektual: “Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh perinagtan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS. 39:9)

Dengan merujuk kepada firman Allah di atas, inilah “tanda khas” yangmembedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-albab rajinbangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya mengharapkan rahmat-Nya.

Tanda khas yang lain disebutkan dalam Al-Quran: “Dia zikir kepada Allahdalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan keadaan berbaring.” (QS3:191)

- Agar ciri-ciri ulul albab tersebut tetap dapat melekat pada seorang dokter, maka kita harus :

1. Selalu mambekali diri dengan takwa

2. Mampu mengambil hikmah/pelajaran dari firman-firman Allah

3. Selalu mencermati fenomena

4. Mampu memadukan kekuatan akal dan qalbu

5. Sangat yakin akan adanya kehidupan akhirat, karena itu selalu mohon perlindungan pada Nya

6. Mampu memisahkan yang baik dan yang buruk walau yang buruk amat menarik

7. Mampu mengambil pelajaran dari perjalanan hidup dirinya atau orang lain

8. Rajin shalat malam

9. Kritis dalam menilai suatu pemikiran

10. Menjadikan Al Qur’an sebgai kitab suci pencerahan

Page 10: Islam Dan Kemuhammadiyahan