islam dan kemuhammadiyahan
TRANSCRIPT
1. Manusia membutuhkan agama karena manusia memiliki potensi-potensi sebagai berikut :
a. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk yang
yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia juga tidak luput dari banyak
kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada alam
sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang
menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu masalah, bahkan
seringkali bertentangan antara satu dengan yang lainnya.
Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan
atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia
senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup menentukan
kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal yang
demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan manusia.
Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari
kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah
swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah Maha
Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat
universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) :
147,
ق�ا ن� ل�ح� ب�ك� م� � ر� ال ن� ت�ك�ون�ن� ف� ت�ر�ين� م� م� ال�م�
“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu meragukannya”
b. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia kepada
kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang
senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan
pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada
malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan
turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.
Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai senjata agama
(iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan mengendalikan hawa nafsu
dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam Islam. Itulah
sebabnya, missi utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw.
sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil menuju
jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari perang ini
ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.
Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara
kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.
c. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam akhirat
yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan akal manusia, sebagaimana firmana
Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,
الل�ه� ل� و� ن� أ�نز� اء� م� م� اء$ الس� ي�ا م� أ�ح� ض� ب�ه� ف� ر�ا ب�ع�د� ا�أل� ت�ه� و� م3 آلي�ة$ ذ�ل�ك� ف�ي إ�ن� م� و� ع�ون� ل�ق� م� ي�س�
“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang
tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)“
Akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh melampaui
batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh
akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah perlunya agama/wahyu untuk
meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib yang berada di luar jangkauan akal manusia.
Di sinilah letak kebutuhan manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga
mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan.
d. Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan –banyak yang kehilangan
idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau gelisah, hidupnya hambar
dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka tidak mampu memenuhi hajat
hidupnya; sebab dengan bekal ilmu pengetahuannya itu, tempat berpijaknya makin kabur,
karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin gersang,
sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat
menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia, agar ia tidak
risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.
e. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu pengetahuann
dan tehnologi pula yang banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat
manusia. Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini
merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi itu, dengan
ilmu dan tehnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan senjata itu pula manusia
banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman) lah yang dapat
mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah menjadi senjata makan tuan/pagar
makan tanaman. Agamalah yang mampu menjinakkan hati manusia yang sesat, untuk berbuat
baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
2. - Tafsir Maudhu’i adalah
Metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur'an dengan cara mengumpulkan
ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama membahas topik atau
judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab
turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,
keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian
mengambil hukum-hukum darinya.
Adapun tafsir Maudhu’i secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Maudhu’i
berdasar surah al-Qur’an; dan (2) Maudhu’i berdasar subyek. Maudhu’i berdasarkan surah al-
Qur’an adalah menafsirkan al-Qur’an dengan cara membahas satu surah tertentu dari al-Qur’an
dengan mengambil bahasan pokok dari surat dimaksud. Sementara tematik Maudhu’i subjek
adalah menafsirkan al-Qur’an dengan cara menetapkan satu subjek tertentu untuk dibahas.
Misalnya ingin mengetahui bagaimana konsep zakat menurut Islam, metode Maudhu’i ini dapat
digunakan.
- Contoh penerapan tafsir maudhu’I dalam ilmu kedokteran :
Misalnya kita ambil tema tentang kekayaan alam yang berjuta manfaatnya yang salah
satunya bisa kita gunakan sebagai pengobatan.
Ayat-ayat Al-quran yang sesuai dengan tema tersebut adalah :
1. Surat An-Nahl ayat 66
2. Surat An-Nahl ayat 67
3. Surat An-Nahl ayat 68 dan 69
Analisis ayat-ayat tersebut :
1. Surat An-Nahl ayat 66
“Dan sengguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.
Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang
bersih antara tahi dan darah, yang midah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”
Manfaat Susu
- Mencegah osteoporosis
- Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut
- Menetralisir racun
- Mencegah terjadinya kanker
- Mempercantik kulit
- Membantu agar lebih cepat tidur
2. Surat An-Nahl ayat 67
“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan da rezeki
yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.”
Kandungan Kurma :
- Vitamin A dan niasin: pemeliharaan kulit sehat
- Riboflavin dan niasin: pengolahan produks energi dari makanan
- Tiamin: untuk sel-sel saraf
- Glukosa
- Kalium à untuk jantung dan PD. Bisa untuk px HT
- Mengurangi rasa sakit dan demam à efek seperti salisilat
- Kandungan gula tinggi
- Sebagai bahan makanan
- Sebagai Obat :
mengendalikan tekanan darah à potassium
mengoptimalkan kandungan elektrolit dalam cairan tubuh à mineral
anti-diare, anti-hemostatis, dan anti-hemoroid à zat tannin
Peningkatan trombosit pada pasien DHF
Meningkatkan kontraksi uterus pada wanita hamil
3. Surat An-Nahl ayat 68 dan 69
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohonan kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia”,
Kemudian makanlah dair tiap-tiap (macam) buah-uhan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, dan di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan”.
Kandungan Madu
- Glukosa dan fruktosa - Mineral à Mg, Ca, Cl, Na, K, S, Fe, P- Vitamin à B1, B2, B3, B6, C- Getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit
seperti hemoroid, penyakit kulit, penyakit ginekologis
3. Hubungan Islam dan science :
a. Pendekatan teologis normatif
Pendekatan melalui melalui teologi berangkat dari kepercayaan terhadap
kebenaran dogma atau informasi al-qur’an terutama tentang masalah ketuhanan
dan kemudian menggunakan akal sebagai alat untuk membuktikan kebenaran
informasi al-qur’an tersebut atau dalam ungkapan lain di kenal dengan pendekatan
tekstual dan rasional.
Pendekatan teologi dalam memahami agama menggunakan cara berfikir
deduktif yakni cara berfikir yang berawal dari kepercayaan yang di yakini benar dan
mutlak adanya karena ajaran yang berasal dari tuhan sehingga tidak perlu di
pertanyakan terlebih dahulu melainkan di mulai dari keyakinan berikut juga di
perkuat dengan dalil-dalil serta argumentasi.
Pendekatan ini mempunyai beberapa kekurangan seperti bersifat
eksklusif ,dogmatis,tidak mau mengakui kebenaran yang berada di luar kelompoknya
,sedangkan kelebihan metode ini adalah seseorang akan memiliki sikap militan
dalam beragama yaitu memegang teguh agama nya yang di yakini satu-satunya yang
benar.
b. Pendekatan historis
Salah satu pendekatan yang dapat di lakukan dalam studi terhadap islam sebagai
obyek ,adalah pendekatan melalui historis atau di sebut juga sejarah. Islam bukan
hanya sebuah doktrin agama tetapi hidup sepanjang masa bersamaan dengan
perjalanan sejarah umatnya. pendekatan ini di lakukan agar dapat mengetahui seluk
beluk ajaran yang di bawah nabi Muhammad saw dan bagaimana agama itu
mewarnai pola hidup pengikutnya sampai pada bagaimana agama ini berinteraksi
dengan manusia yang berlatar belakang berbagai etnis dan budaya.
Kata sejarah berarti asal-usul atau kejadian yang benar-benar terjadi pada masa
dahulu . jadi harus di bedakan dari dongeng ,hikayah,legenda dan sebagainya .
Dalam pendekatan sejarah tidak hanya di lihat dari sisi luarnya saja tetapi juga harus
di lihat dari sisi dalamnya juga maksudnya dalam memahami sejarah harus mencapai
kebenaran dan tidak di pengaruhi oleh sikap memihak kepada pendapat tertentu
jadi harus dengan qaidah –qaidah yang berlaku.
c. Pendekatan filosofis
Filsafat berarti berfikir secara mendalam ,sistematis,radikal dan universal dalam
rangka mencari kebenaran ,inti,hakikat pada segala sesuatu yang ada.
Pendekatan secara filosofis telah banyak di lakukan oleh para ahli,seperti yang di
katakan oleh Muhammad al- jurjawi,ketika seseorang yang mengerjakan satu amal
ibadah niscaya tidak terjerat dalam formalisme kering yaitu simbolisme yang hampa
serta ritualisme yang kering dari nilai spiritualisme. Semakin dalam penggalian
makna filosofisnya, maka akan semakin dalam pula sikap penghayatan dan daya
spiritualitas yang di miliki seseorang.
4. Ciri-ciri ulul albab dalam Al-quran :
Menurut Al-Quran, ulul-albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan
oleh Allah swt. Diantara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksanan, dan
pengetahuan, disamping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris. Ciri –ciri
tersebut adalah :
1. Tanda pertama: Bersungguh-sungguh mencari ilmu, seperti disebutkan dalam Al-Quran: “Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh tenganya, sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari hadirat Tuhan kami,’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS.3:7)
Termasuk dalam bersungguh-sungguh mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi. Allah menyebutkan tanda ulul-albab ini sebagai berikut: “Sesungguhnya dalam proses penciptaan langit dan bumi, dalam pergiliran siang dan malam, adalah tanda-tanda bagi ulul-albab.” (QS.3:190).
Abdus Salam, seorang Muslim pemenang hadiah Nobel, berkat teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata, “Al-Quran mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai science. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”
2. Tanda kedua: Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang. Allah berfirman: “Katakanlah, tidak sama kejelekan dan kebaikan, walaupun banyaknya kejelekan itu mencengangkan engkau. Maka takutlah kepada Allah, hai ulul-albab.” (QS.5:100)
3. Tanda ketiga: Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain: “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan merekaitulah ulul-albab.” (QS.39:18)
4. Tanda keempat: Bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya; diperingatkannya mereka kalau terjadi ketimpangan, dan diprotesnya kalau terdapat ketidakadilan. Dia tidak duduk berpangku tangan di labolatorium; dia tidak senang hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan; dia tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat…: “(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab mengambil pelajaran.” (QS.14:52)
“Hanyalah ulul-albab yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan Supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. 13:19-22)
5. Tanda kelima: Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Berkali-kali Al-Quran menyebutkan bahwa ulul-albab hanya takut kepada Allah: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa danbertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.” (QS 2:197)
“. . . maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab, agar kamu mendapatkeberuntungan.” (QS 5:179) “Allah menyediakan bagi mereka azab yangkeras, maka bertakwalah kepada Allah wahai ulul-albab.” (QS. 65:10)
Sampai di sini, tampaknya seorang ulul-albab tak jauh berbeda dengan seorang intelektual; ini jika dilihat dari beberapa tanda ulul-albab yang telah disebutkan seperti: bersungguh-sungguh mempelajari ilmu, mau mempertahankan keyakinannya, dan merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya. Namun dalam ayat lain, Allah swt dengan jelas membedakan seorang ulul-albab dengan intelektual: “Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh perinagtan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS. 39:9)
Dengan merujuk kepada firman Allah di atas, inilah “tanda khas” yangmembedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-albab rajinbangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya mengharapkan rahmat-Nya.
Tanda khas yang lain disebutkan dalam Al-Quran: “Dia zikir kepada Allahdalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan keadaan berbaring.” (QS3:191)
- Agar ciri-ciri ulul albab tersebut tetap dapat melekat pada seorang dokter, maka kita harus :
1. Selalu mambekali diri dengan takwa
2. Mampu mengambil hikmah/pelajaran dari firman-firman Allah
3. Selalu mencermati fenomena
4. Mampu memadukan kekuatan akal dan qalbu
5. Sangat yakin akan adanya kehidupan akhirat, karena itu selalu mohon perlindungan pada Nya
6. Mampu memisahkan yang baik dan yang buruk walau yang buruk amat menarik
7. Mampu mengambil pelajaran dari perjalanan hidup dirinya atau orang lain
8. Rajin shalat malam
9. Kritis dalam menilai suatu pemikiran
10. Menjadikan Al Qur’an sebgai kitab suci pencerahan