isi ujian seminar

16
1. Pendahuluan Tuntutan zaman yang semakin berkembang, dimana seseorang dituntut memiliki sumber daya untuk menjaga kualitas hidupnya. Sumber daya yang dimaksud merupakan penguasaan terhadap suatu bidang yang digelutinya. Seseorang yang tidak menguasai bidang apapun dalam hidupnya, dipastikan orang tersebut akan tersisih ketika bermasyarakat. Ia tidak akan mampu bersaing dalam menjaga kualitas hidupnya. Tuntutan inilah yang merupakan sebuah pembunuh yang datang dari dirinya sendiri. Tuntutan dalam dunia kerja yang semakin modern mentutut seseorang untuk peka dengan kondisi dan posisinya, yang akan menjadikan orang tersebut kreatif untuk menciptakan sesuatu yang berbeda. Pendidikan seni rupa yang dianggap tidak penting bagi masyarakat awam sejatinya memiliki peran penting yang dapat merubah cara berfikir sesorang ketika menghadapi suatu masalah. Pendidikan dalam seni ini yang tidak dilihat masyarakat awam sebagai sesuatu yang dapat merubah nasib. Kebanyak orang tua lebih bangga ketika anaknya mendapat skor tinggi pada mata pelajaran lain ketimbang mata pelajaran seni rupa. Anggapan seperti ini lah yang sebenarnya keliru. Kekeliruan ini pula yang menyebabkan mata pelajaran seni rupa di sekolah – sekolah sulit berkembang. Dapat kita lihat, pelajaran matematika, kimia, fisika memiliki banyak sekali perlombaan tingkat nasional yang telah diadakan. Berbeda dengan mata pelajaran seni rupa, yang sangat sedikit perlombaan yang diadakan. Hal ini pula yang tidak mendorong 1

Upload: panji1708

Post on 18-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Isi Ujian Seminar

TRANSCRIPT

1. PendahuluanTuntutan zaman yang semakin berkembang, dimana seseorang dituntut memiliki sumber daya untuk menjaga kualitas hidupnya. Sumber daya yang dimaksud merupakan penguasaan terhadap suatu bidang yang digelutinya. Seseorang yang tidak menguasai bidang apapun dalam hidupnya, dipastikan orang tersebut akan tersisih ketika bermasyarakat. Ia tidak akan mampu bersaing dalam menjaga kualitas hidupnya. Tuntutan inilah yang merupakan sebuah pembunuh yang datang dari dirinya sendiri. Tuntutan dalam dunia kerja yang semakin modern mentutut seseorang untuk peka dengan kondisi dan posisinya, yang akan menjadikan orang tersebut kreatif untuk menciptakan sesuatu yang berbeda.Pendidikan seni rupa yang dianggap tidak penting bagi masyarakat awam sejatinya memiliki peran penting yang dapat merubah cara berfikir sesorang ketika menghadapi suatu masalah. Pendidikan dalam seni ini yang tidak dilihat masyarakat awam sebagai sesuatu yang dapat merubah nasib. Kebanyak orang tua lebih bangga ketika anaknya mendapat skor tinggi pada mata pelajaran lain ketimbang mata pelajaran seni rupa. Anggapan seperti ini lah yang sebenarnya keliru. Kekeliruan ini pula yang menyebabkan mata pelajaran seni rupa di sekolah sekolah sulit berkembang. Dapat kita lihat, pelajaran matematika, kimia, fisika memiliki banyak sekali perlombaan tingkat nasional yang telah diadakan. Berbeda dengan mata pelajaran seni rupa, yang sangat sedikit perlombaan yang diadakan. Hal ini pula yang tidak mendorong kemajuan terhadap pendidikan seni rupa. Potensi akan bakan yang dimiliki siswa tidak tersalurkan dan sama sekali tidak terasah untuk berkompetisi. Jika kita meneliti, akan banyak sekali peran dari pelajaran seni rupa yang dapat mendukung semakin kuatnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran lain. Sebagai contoh, dalam pelajaran seni rupa, anak diberikan tugas menganyam motif lokal dari bahan daur ulang. Dalam kasus ini, secara tidak langsung pelajaran seni rupa menanamkan jiwa cinta terhadap daerah lokalnya yang merupakan tujuan dari mata pejajaran pendidikan kewarganegaraan. Secara tidak langsung pula, seni rupa menanamkan jiwa cinta terhadap lingkungan, hal ini kembali berhubungan dengan mata pelajaran lain yakni pendidikan lingkungan hidup. Serta jika kita teliti lagi maka akan kita dapat muatan muatan pendidikan yang dicoba ditanamkan oleh pelajaran seni rupa kepada siswa.Terlepas dari itu, jiwa kreatif merupakan sesuatu yang paling berkaitan dengan pelajaran seni rupa. Selain kreatif dalam berkarya, siswa diharapkan mampu untuk kreatif dalam menghadapi tantangan yang muncul di depannya. Lalu bagaimanakah cara menumbuhkan jiwa kreatif tersebut? Dengan makalah ini penulis mencoba menggali dari berbagai sumber untuk menjawab problema tersebut.

2. Pembahasan2.1. Hakikat KreatifMenurut KBBI Kreatif adalah memiliki daya cipta, mempunyai kemampuan untuk mencipatakan, atau mampu menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun kenyataan yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Sedangkan kreativitas menurut Wollfolk (dalam temukanpengertian.blogspot.com) adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah.Menurut Torrance, 1962 (dalam Noviyanti; 2011) kreatifitas dapat didefinisikan secara inklusif, yaitu meliputi semua usaha produktif yang unik dari individu. dengan kata lain kreatifitas dapat diartikan sebagai pola berfikir yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang bercirikan hasil artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan mekanik. Dalam proses kreatifitas ada dua pandangan menurut Torrance yaitu:1. Pandangan AsosiasiMenyatakan bahwa kreatifitas menyangkut pembentukan asosiasi stimulus-respons. jadi pandangan ini menekankan pada asosiasi yang dipelajari sebelumnya yang dihidupkan kembali kemudian dirangkaikan2. Pandangan KognitifMenyatakan bahwa kreatifitas melibatkan penggabungan gagasan dan informasi dalam cara baru yang berbeda. jadi pandangan ini menekankan bahwa analisis kognitif kreatifitas tidak semata-mata pada asosiasi yang luar biasa tetapi pada gagasan baru yang bermakna. contohnya ketrampilan berpikir lancar, ketrampilan berfikir luwes atau fleksibel, ketrampilan berpikir orisional, ketrampilan merinci atau mengelaborasi serta ketrampilan menilai.Dari penjabaran di atas, dapat ditarik definisi sumber daya manusia yang kreatif merupakan individu yang memiliki daya cipta, mempunyai kemampuan untuk menciptakan atau mampu menciptakan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun tindakan yang berbeda dari apa yang telah ada sebagai pemecah suatu masalah. Individu yang kreatif tidak akan hanya diam ketika ada sesuatu yang menghambat. Ia akan terus melakukan tindakan yang memancing pada suatu proses penemuan yang baru. Terus berkembang sesuai dengan bakat yang ia miliki.Menurut Parners; 1972 (dalam Amin; 1987 (dalam yusrin-orbyt.blogspot.com)) ada 4 macam prilaku kreatif yakni sebagai berikut:1. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.2. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan memberikan atau menemukan berbagai macam ide untuk memecahkan suatu masalah diluar kategori biasa.3. Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang unik, bahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide jadi kenyataan.4. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan suatu situasi

Lebih lanjut, Munandar; 1999 ( dalam Ibnu; 2012) menjelaskan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berfikir adalah: Ketrampilan berpikir lancar, yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban , penyelesaian masalah atau pertanyaan. Ketrampilan berpikir luwes, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. Ketrampilan berpikir orisinal, yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang baru, unik, dan asli. Ketrampilan memperinci (mengelaborasi), yaitu kemampuan mengembangkan, memperkaya, atau memperinci secara detail dari suatu gagasan sehingga menjadi lebih menarik. Ketrampilan menilai (mengevaluasi), yaitu kemampuan menentukan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak.Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu: Rasa ingin tahu. Bersifat imajinatif. Merasa tertantang oleh kemajemukan. Berani mengambil resiko. Sifat menghargai.Ciri kreatifitas juga digolongkan kedalam dua bagian yaitu anak yang kreatifitasnya tinggi dan anak yang kreatifitasnya rendah. Anak yang kreatifitasnya tinggi cenderung lebih ambisius, mandiri, otonom, cenderung percaya diri, efisien dalam berfikir, tertarik pada hal-hal komplek dan perspektif, mampu mengambil resiko. Sedangkan anak yang rendah kreatifitasnya kurang memiliki kesadaran diri akan arti hidup sehat dan sejahtera, kurang bisa mengendalikan dirinya dan kurang efisien dalam berfikir.Clark, 1983 (dalam repository.binus.ac.id) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreatifitas ke dalam dua kelompok yaitu:1. Faktor yang mendukung perkembangan kreatifitas adalah sebagai berikut: Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu Situasi yang mendorong tanggungjawab dan kemandirian Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan mengomunikasikan Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreatifitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreatifitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian) Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan, sekolah, dan motivasi diri2. Faktor Penghambat Berkembangnya Kreatifitas adalah sebagai berikut: Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung resiko, dan upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan Stereotip peran seks Diferensiasi antara bekerja dan bermain Otoritarianisme Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalanMenurut Wallas, 1991 (dalam academia.edu), mengemukakan empat tahapan proses kreatif yaitu: 1. Persiapan Pada tahap ini individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. individu mencoba memikirkan berbagai alternative pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah. namun pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternative pemecahan masalah. pada tahap ini masih amat diperlukan perkembangan kemampuan divergen.2. Inkubasi Pada tahap ini, proses pemecahan masalah dierami dalam alam prasadar. individu seolah-olah melepaaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan mengendapannya dalam alam prasadar. proses inkubasi ini dapat berlangsung lama( berhari-hari atau bahkan bertahun) dan juga bisa sebentar (beberapa jam saja) kemudian timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan masalah.3. Iluminasi Tahap ini sering disebut sebagai tahap timbulnya insight. pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru. ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama atau bisa juga sebentar pada tahap inkubasi.4. Verifikasi Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. pada tahap ini pemikiran divergen harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. filsafat harus diikuti oleh pemikiran logis. keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas. jadi pada tahap preparation, incubation, dan illumination adalah proses berfikir divergen yang menonjol maka dalam tahap verification yang lebih menonjol adalah proses berpikir konvergen.

2.1.1.1.2.1. 1. 2. 2.1. 2.2. Menumbuhkan Jiwa Kreativitas Dengan Pendidikan Seni Rupa Kreatif itu berbeda. Kreatif itu membalikkan cara pandang. Kreatif itu butuh niat kuat kutipan dari Aditya, W. seorang seniman digital, dalam bukunya (Sila ke-6: Kreatif Sampai Mati!: 2013). Dunia semakin lama menjadi tidak mudah ditebak, berbagai macam tantangan baru yang tidak pernah ada sebelumnya mau tidak mau harus kita hadapi ... dengan kreativitas.Kreatif merupakan sebuah sesuatu yang tidak terbatas, setiap individu memiliki kreativitasnya masing masing namun masing masing individu ini ada yang bisa mengeluarkan kreativitasnya dan ada pula yang tidak. Sebagai tenaga pendidik pada bidang seni rupa, sudah kewajiban kita untuk menggalai potensi kreativitas dari masing masing anak didik. Sudah kewajiban kita untuk memberikan bekal pada masing masing anak didik untuk menghadapi tantangan dalam perkembangan dunia yang semakin lama tidak tertebak dengan mengasah potensi kreativitas yang dimiliki masing masing individu tersebut.Menurut Fuadi (2012) Guru yang baik itu bagai petani. Mereka menyiapkan bahan dan lahan belajar di kelas, memelihara bibit penerus bangsa, menyirami mereka dengan ilmu, dan memupuk jiwa mereka dengan karakter yang luhur. Guru yang ikhlas adalah petani yang mencetak peradaban. Jelas sekali guru merupakan aktor vital dalam perkembangan budaya. Guru merupakan klise dalam dunia percetakan kehidupan. Seorang guru, sebagai tenaga pendidik diharuskan mampu untuk menyiapkan penerus bangsa. Generasi muda ini yang nantinya akan meneruskan takdir bangsa dan negara. Permasalahan yang timbul nantinya juga akan beragam. Oleh karena itu, disini kreativitas yang dimiliki generasi muda nantinya sangat dibutuhkan untuk menghadapi permasalahan permasalahan yang kelak akan muncul.Seorang anak pada dasarnya mempunyai jiwa kreatif sebuah kutipan dari seniman terkenal, Picasso. Menurut Picasso masing masing anak terlahir dengan anugerah yang telah diberikan Tuhan, salah satunnya adalah kreativitas. Dari sini, mencuat kembali masalah klasik, yakni bagaimana caranya mengeksplorasi kreativitas yang terpendam dari masing masing anak didik.

Torrance, 1965 (dalam indoskripsi.com) mengemukakan saran tentang apa yang dapat dilakukan guru terhadap siswanya sebagai berikut: Hargailah pertanyaan-pertanyaanya, termasuk yang kelihatan aneh atau luar biasa. Peka terhadap persoalan. Hargailah gagasan yang imajinatif dan kreatif. Tunjukan pada siswa bahwa gagasan itu bernilai. Kadang berikanlah kesempatan pada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman akan dinilai. Masukan faktor hubungan sebab akibat didalam penilaian. Sifat sensitive dan peka terhadap persoalan, percaya pada diri sendiri dan fleksibel. Melalui cara mengembangkan kreatifitas.Selo Soemardjan (1983) menerangkan pula (dalam Noviyanti; 2011) bahwa timbul dan tumbuhnya kreatifitas dan selanjutnya berkembangnya suatu kreasi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja. Namun, dalam praktiknya konsep kosep diatas hanyalah sebuah konsep. Dalam kenyataan proses kreatif akan tumbuh sesuai dengan keinginan dari individu. Masyarakat, keluarga serta sekolah hanya sebagai penyedia sarana dan prasarana penunjang. Bagaimana dan kapan kreatifitas itu muncul sepenuhnya ada pada keinginan dari individu.Lalu bagaimanakah penerapannya dalam pendidikan seni rupa untuk memancing keinginan tersebut? Berikut penulis mencoba mengubungkan penerapannya dengan konsep para ahli diatas sebagai upaya menumbuhkan jiwa kreatif pada anak:1. Perhatikan tingkat kecerdasan anakAnak yang orangtuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih kreatif dibandingkan pendidikannya rendah. Hal ini disebabkan karena banyaknya prasarana serta tingginya dorongan dari orangtua sehingga dapat memupuk anak tersebut untuk menampilkan daya kreatifitasnya. Akan tetapi golongan anak anak yang memiliki kecerdasan diatas rata rata ini nantinya akan menularkan kreatifitasnya pada anak yang tingkat kecerdasannya kurang.

2. Temukan sesuatu yang disukai oleh anak Pada dasarnya, benih kreativitas itu muncul dari imajinasi yang ada dalam pikiran seseorang yang menciptakan dunia tersendiri yang sesuai dengan apa yang diinginkannya. Ketika seseorang memiliki suatu keinginan tetapi ada batasan atas apa yang diinginkan, jika pemikirannya terbuka maka muncul ide ide kreatif untuk mengatasi masalah tersebut. Berikan bahan ajar seni rupa yang berhubungan dengan minat anak didik. Sebagai contoh, ketika kita memberikan bahan ajar praktik mengenai berkreasi dengan bubur kertas untuk menarik minat anak sebaiknya kita mencari tahu figur atau sesuatu bentuk yang sedang digandrungi siswa pada saat itu. Misal saat ini anak usia sekolah dasar sedang menggemari karakter masya dalam kartun masya and the bear, sebagai pendidik ketika menyiapkan contoh karya bisa saja kita menyajikan contoh karya dari bubut kertas dengan bentuk karakter figur masya tersebut dan mengkombinasikan dengan apa yang ada pada kompetensi dasar sebagai acuan. Perhatikan pula jenis kelamin, umur, karakter anak didik sehingga sasaran yang ditargetkan tercapai.3. Menghargai setiap proses kreasi yang dilakukan oleh anakApapun pencapaian anak dalam mengikuti pelajaran seni rupa, sebagai pendidik hendaknya mengapresiasi dengan positif segala sesuatu yang sudah dicapai anak dalam masa perkembangannya. Hal ini dilakukan agar anak terangsang lebih giat untuk bereksplorasi lebih dalam atas apa yang sudah diraihnya. Semakin kuat kita memberikan apresiasi, semakin besar tingkat kepercayaan diri anak sehingga apapun hasilnya, anak mau mencoba untuk meningkatkan kreativitasnya. Kepercayaan diri yang dimiliki anak inilah nantinya akan memicu ide ide yang tidak terbayangkan dari anak. Apresiasi yang kita berikan juga dapat menjadi contoh untuk ditiru anak dalam pembentukan karakternya.4. Perluas wawasan yang dimiliki anakMemperbanyak contoh contoh kreativitas dalam berkarya seni rupa yang diberikan anak akan menimbulkan minat anak untuk berkreasi. Berikan contoh karya seni rupa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi, yang memiliki nilai lebih, dan berikan pemahaman tentang keistimewaan yang dari contoh karya tersebut agar anak memahami dan meniru dasar kreativitas atas terciptanya karya tersebut. 5. Batasi ketersediaan mediaKetersediaan media yang merupakan pendukung kreativitas anak, ketika ketersediaan tersebut terbatas, secara tidak langsung akan memicu ide atau gagasan untuk memenuhi keinginannya. Anak akan terangsang untuk berkreasi dengan media yang tersedia, mencari pemecahan masalah untuk memenuhi keinginannya dengan memaksimalkan media yang ada. Sebagai contoh, kita memberikan tugas kepada anak untuk membuat motif anyaman dengan menggunakan bahan bekas pakai. Format dengan menggunakan bahan bekas pakai inilah nantinya akan membuat pemikiran anak lebih terbuka dan akan merangsang daya fikirnya untuk lebih kreatif memaksimalkan barang barang bekas yang ada di lingkungan sekitar rumahnya.

3. SimpulanTugas sebagai pendidik adalah memaksimalkan perkembangan anak yang mampu mengeluarkan kreatifitas dan mampu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya yang diharapkan dapat menjadi bekal hidupnya kelak. Kreatifitas yang dimilikinya tidak hanya untuk kepentingan berkaya tetapi kreatifitas tersebut bisa meningkatkan sifat optimis dan dapat digunakan anak untuk mengatasi hambatan yang muncul. Sebaliknya jika anak yang tidak mampu mengembangkan kreatifitas atau ketrampilan akan menunjukan sikap mudah putus asa, merasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut memperlihatkan usaha-usahanya.

Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Aplikasi)Anonimous. 2012. http://temukanpengertian.blogspot.com/ Noviyanti, dkk. 2011. Makalah Psikologi Pendidikan: Kreativitas. Serang: UPI.Anonimous. 2013. http://repository.binus.ac.id/ Anonimous.2011. http://academia.edu/ Aditya, W. 2013. Sila ke-6: Kreatif Sampai Mati! Jakarta: Bentang Pusata.Fuadi, dkk. 2012. Menjadi Guru Inspiratif. Jakarta: Bentang PustakaAnonimous. 2010. http://one.indoskripsi.com/ Yusrin. 2012. http://yusrin-orbyt.blogspot.com/Ibnu, D. 2012. Makalah Kreativitas. Yogyakarta: UNY.

11