isi pal

17
BAB 1 PENDAHULUAN I. DASAR TEORI Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas ( atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah ( ventrikel ) yang mengeluarkan darah.Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme ( karbondioksida ). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol).Selanjutnya jantung berkontraksi dan 1

Upload: palupi-lapupi-putri

Post on 13-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sip

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

I. DASAR TEORI

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium)yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah.Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebutdiastol).Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebutsistol).Digitalis adalah nama golongan yang mencakup semua obat dengan efek yang sangat khusus terhadap otot jantung, yaitu memperkuat kontraksi otot jantung. Efek dari cardiac glikosida pada sistem saraf otonom yakni pada keadaan denyut jantung yang rendah.Sehingga alkaloid digitalis banyak digunakan pada kasus gagal jantung.Kegunaan ekstrak dariDigitalis purpureasebagai obatglikosidadari tanaman digunakan untuk memperkuat kerjajantung(positif inotrop).Ekstrak dari digitalis biasanya diambil dari daun-daun tanaman yang tumbuh pada tahun kedua.Bagian-bagian yang murni dari tanaman ini juga dikenal dengan namadigoksinataudigitoksin. Digitalis bekerja di tubuh dengan cara menghalangi fungsienzimnatrium-kalium ATPase sehingga meningkatkan kadarkalsiumdi dalam sel-sel otot jantung. Meningkatnya kadar kalsium di dalam otot sel-sel jantung inilah yang menjadi sebab meningkatnya kekuatan kontraksi jantung.Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), yaitu suatu kelompok senyawa yang mempunyai efek khusus pada miokardium. Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Digoxin memiliki cincin aglycone, yang merupakan tempat aktivitas farmakologik. Senyawa ini praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut dalam piridin. Digoksin dikenal sebagai racun namun pada akhirnya dapat digunakan sebagai obat gagal jantung kongestif khususnya pada kasus fibrilasi atrial.Digoksin pada prinsipnya bekerja dengan cara menghambat pompa Na/K ATP-ase yangbekerja dengan meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Digoxin secara spesifik berikatan dengan subunit- dari pompa Na+/ K+ ATPase yang terletak di otot jantung (miokardia), adanya ikatan ini meneyebabkan tidak berfungsinya pompa Na+/K+ ATPase.Toksisitas digoksin tetap menjadi pertimbangan utama dalam diagnosis yang membedakan aritmia dan/ atau gejala neurologi dan gastrointestinal pada pasien yang menerima glikosida jantung. Sangatlah penting untuk tetap waspada dan melakukan pemantauan dini terhadap gangguan pembentukan impuls, konduksi, atau keduanya. Diantara manifestasi ektrofisiologis yang umum adalah terjadinya denyut ektopik yang berasal dari ventrikel atau sambungan AV, blok AV derajat 1, merupakan suatu respons laju ventrikel yang sangat lambat terhadap fibrilasi atrium, atau percepatan pemacu jantung (pacemaker)sambungan AV. Hal ini seringkali hanya membutuhkan penyesuaian dosis danpemantauan yang tepat. Bradikardia sinus, sinoatrial arrest atau exit block, sertapenundaan konduksi AV derajat 2/ derajat 3 biasanya respons terhadap atropin, walaupun mungkin diperlukan pemacuan ventrikel sementara. Perlu dipertimbangkan pemberian kalium untuk pasien yang automatisasi ventrikel atau sambungan AV-nya jelas meningkat, bahkan jika K+ serum berada pada rentang yang normal, kecuali juga terjadiblok AV derajat-tinggi. Lidokain atau fenitoin yang mempunyai efek minimum terhadap konduksi AV, dapat digunakan untuk pengobatan memburuknya aritmia ventrikel yang mengancam terganggunya hemodinamika. Kardioversi elektris (pemulihan irama normaljantung dengan kejutan listrik) dapat meningkatkan risiko gangguan ritme parah padapasien yang mengalami toksisitas digitalis yang nyata, sehingga harus digunakan dengan hati-hati.Apabila digunakan secara berlebihan, digitalis dapat berfungsi sebagairacun.Seluruh bagian tumbuhan ini mengandung glikosida, yang dapat menyebabkan keracunan.Pada dosis yang tinggi digitalis dapat menghambat enzim Na+, K+-ATPase; enzim ini penting untuk pembentukan energi untuk pompa Na+K+.Dengan terhambatnya enzim tersebut, masuknya ion K kedalam sel terhambat dan pengeluaran ion K dari dalam sel bertambah.Pemberian jantung digitalis pada jantung sehat justru menurunkan curah jantung, karena ukuran jantung menjadi lebih kecil dari ukuran jantung sehat pada waktu sistolik dan diastolik.

Sulfas Atropin

1. Sediaan:

Ampul 250 g/ml x 1 ml x 30

2. Dosis dewasa:

a) 250-1000 g secara subkutan.b) Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.3.Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Merupakan obat yang mempunyai efek antikolinergik kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek musakarinik Ach.Atropine memiliki daya kerja atas SSP (antara lain sedative) dan daya bronchodilatasi ringan berdasarkan peredaan otot polos bronchi.Merupakan anti kolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler.Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai anti kolinergik atau parasimpatolitik.Atropin sebagai prototip anti muskarinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian anti kolinesterase. Termasuk dalam golongan glikosida jantung atau digitalis yang cara kerjanya memperkuat daya kontraksi otot jantung yang lemah sehingga memperkuat fungsi pompa. Digitalis digoksin mempunyai efek inotropik positif yakni memperkuat kontraksi jantung, hingga volume pukulan, volume menit dan diuretic diperbesar, serta jantung membesar mengecil lagi. Frekuensi denyutnya juga diturunkan hal ini termasuk dalam efek kronotropik negatif akibat dari nervus vagus.Resobsi sulfas atropine di usus cepat dan lengkap, begitu pula dari mukosa.Selain itu resopsi dapat melalui kulit dan sulit direabsorpsi lewat mata.Distribusi keseluruh tubuh baik dan ekskresi dilakukan melalui ginjal.

4.Indikasi

Atropin dapat mengurangi sekresi dan merupakan obat pilihan utama untuk mengurangi efek bronchial dan kardial yang berasal dari perangasangan parasimpatis, baik akibat obat atau anestesi maupun tindakan lain dalam operasi. Disamping itu efek lainya adalah melemaskan tonus otot. Selain itu obat ini bisa digunakan untuk spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus, keracunan fosfororganik, asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi).

5.Kontraindikasi

Pemberian harus hati hati pada penderita dengan suhu diatas normal dan pada penderita dengan penyakit jantung khususnya fibrilasi aurikuler selain itu harus hati-hati dengan pasien bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.

6.Efek samping

Peningkatan tekanan intraokular, sikloplegia (kelumpuhan iris mata), mulut kering, pandangan kabur, kemerahan pada wajah dan leher, hesitensi dan retensi urin, takikardi, dada berdebar, konstipasi/sukar buang air besar, peningkatan suhu tubuh, peningkatan rangsang susunan saraf pusat, ruam kulit, muntah, fotofobia (kepekaan abnormal terhadap cahaya).

II. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menjelaskan efek farmakodinamik digitalis terhadap frekuensi denyut atrium dan ventrikel, interval denyut atrium dan ventrikel, serta kekuatan kontraksi atrium dan ventrikel. (efek kronotropik, inotropik dan dromotropik) yang dilakukan pengamatan pada jantung kodok.

2. Menjelaskan dan memperhatikan dan mengamati efek toksik dan letal digitalis.

3. Memahami pengertian kecilnya margin of safety (perbedaan antara dosis teraputik dan dosis letal) digitalis dan implikasi klinisnya.III. CARA KERJAPersiapan

1.Hewan coba : kodok (Rana sp.), berukuran agak besar.

2.Alat-alat : tempat fiksasi kodok, jarum pentul, gunting anatomis dan chirurgis, pinset, semprit Tuberculin.

3.Bahan/zat : larutan kloroform dan larutan ringer.

4.Obat : Sulfas Atropin

Pelaksanaan

1.Memilih satu kodok untuk satu kelompok, suntikan ke dalam saccus lymphaticus dorsalisnya larutan kloroform.

2.Bila sudah terjadi anestesi pada kodok, memfiksasi kodok pada papan fiksasi dengan posisi terlentang dengan telapak tangan dan kaki terfiksasi dengan jarum pentul.

3.Membuka toraks kodok dimulai dengan kulit, dilanjutkan dengan lapisan dibawahnya, dengan irisan berbentuk V, memulai dari bawah processus ensiformis ke lateral, sampai jantung terlihat jelas dan hindari tindakan yang menyebabkan banyak perdarahan.

4.Bila jantung telah nampak, menyingkirkan jaringan yang menutupinya dan bukalah secara hati-hati pericardium jantung kodok yang tampak sebagai selubung jantung berwarna perak.

5.Sekarang jantung tampak utuh, meneteskan segera setetes larutan ringer laktat untuk membasahi jantung, lalu memperhatikan dengan teliti siklus jantung antara sistol dan diastole, terutama dengan memperhatikan bentuk dan warna ventrikel.

6.Menetapkan frekuensi denyut jantung per menit sebanyak 3 kali, dan ambil rata-ratanya.

7.Meneteskan larutan sulfas atropin dengan tetesan kecil melaluli semprit tuberculin yang dilepaskan jarumnya., langsung pada permukaan jantung, tiap 2 menit dan hitung frekuensi denyut jantungnya tiap selesai meneteskan digitalis.

8.Mempelajari perubahan yang terjadi pada siklus jantung (sistol dan diastol) dan perubahanwarna jantung. Pemberian digitalis akan menyebabkan penurunan frekuensi jantung, ventrikel akan lebih merah saat diastole dan menjadi lebih putih saat sistol serta amati juga interval AV yang makin besar. Hal-hal tadi sesuai dengan efek terapi digitalis pada manusia.Penetesan digitalis diteruskan tiap 2 menit, sampai terjadi keadaan keracunan yang teramat sangat sebaai hambatan jantung parsial, disusul terjadinya hambatan mutlak dan berakhir dengan berhenti denyut ventrikel, biasanya dalam keadaan sistol (asistol).

9.Menentukan apakah jantung yang telah berhenti berdenyut tadi masih bisa dirangsang dengan rangsangan mekanis, yaitu dengan menyentuh permukaannya dengan pinset.

10.Membuat catatan dari seluruh pengamatan dan membuat kurva yang menggambarkan hubungan antara frekuensi jantung dengan jumlah tetesan digitalis yang dipakai.

BAB II

PEMBAHASAN

I. Hasil Pengamatan

a. Tabel hasil tetesan obat digitalis secara langsung ke permukaan jantung kodok.

TetesanWaktu (menit)Denyut Jantung (kali/menit)Warna Ventrikel saat SistolWarna Ventrikel saat Diastol

033Putih Merah

1229PutihMerah

2434PutihMerah

3633PutihMerah

4831PutihMerah

51028PutihMerah

61227PutihMerah

71424PutihMerah

81624PutihMerah

91818PutihMerah

102024PutihMerah

112226PutihMerah

122425PutihMerah

132624PutihMerah

142822PutihMerah

153024PutihMerah

163226PutihMerah

173427PutihMerah

183625PutihMerah

b. Hubungan antara waktu penetesan dengan frekuensi denyut jantung kodok.

II. Pembahasan

Sulfas atropin merupakan obat yang tergolong anti muskarinik yang berfungsi untuk menghambat saraf parasimpatis dan terutama selektif di reseptor M1 (Ganglia, beberapa kelenjar), M2 (Jantung), M3 (Otot polos dan kelenjar), dan M4 atau M5. Antagonis muskarinik akan memblok efek asetilkolin yang dilepaskan dari terminal saraf parasimpatis pascaganglion. Sulfas atropin termasuk stimulan sentral yang lemah yang apabila diberikan dalam dosis besar akan menyebabkan takikardi sedangkan dosis rendah menyebabkan bradikardi. Dalam percobaan kali ini, dosis sulfas atropin yang digunakan sebanyak 0,2 cc. Dosis tersebut lebih kecil daripada yang seharusnya sehingga menimbulkan brakikardi pada jantung katak.

Hewan coba katak mengalami perubahan frekuensi detak jantung yang mecolok pada menit ke-1.Hal ini menunjukkan bahwa obat sulfat atropine yang telah diberikan pada jantung katak telah bekerja pada reseptor muskarinik dan menyebabkan frekuensi denyut jantungnya berkurang.Namun frekuensi denyut jantung tidak menurun secara terus menerus, ada saat di mana frekuensi denyut jantung kembali meningkat.Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh dosis sulfas atropin yang kecil sehingga efek obat hanya didapatkan sesaat atau minimal.Adapun frekuensi denyut jantung sempat meninggi namun akhirnya kembali turun secara bertahap di menit ke-4.Walaupun sempat mengalami kenaikan frekuensi, perbedaannya tidak terlalu jauh.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan kali ini di antaranya adalah:

a. Faktor Alat dan Bahan

1. Dosis obat tidak sesuai sehingga efek yang dinginkan tidak dapat dicapai

2. Obat yang digunakan sudah rusak dan tidak dapat dipakai lagi sehingga tidak menimbulkan efek yang diinginkan

b. Faktor Kesalahan Manusia

1. Cara pemberian sulfas atropine yang tidak sesuai pada tempat pemberian obat yang seharusnya sehingga obat tidak bekerja pada jantung atau dosis yang mencapai jantung tidak sesuai.

2. Interpretasi praktikan yang berbeda-beda dalam membedakan perbedaan warna dan irama jantung katak

3. Ketelitian praktikan dalam menghitung denyut jantung dalam 1 menit.

Ketika detakan jantung kodok melemah, selanjutnya diberikan obat sulfas atropik pada permukaan jantung menyebabkan jantung mulai meningkat frekuensinya, mekanisme tersebut sesuai dengan kandungan pada obat tersebut yang dapat meningkatkan kontraktilitas dari ventrikel jantung pada saat fase sistolik dengan kita melihat perubahan warna yang terjadi.

Tetapi ketika dosis yang diberikan berlebihan dalam arti dosis yang diberikan merupakan dosis letal dapat menyebabkan keracunan, karena waktu yang di lakukan ventrikel untuk melakukan kontraksi terlalu lama akibat efek yang diberikan obat sulfas atropik terebut, menyebabkan otot jantung menjsdi hipretropi, memanjang dan menyebabkan disfungsi dari miokardium jantung. Ketika efek tersebut terjadi sehingga kontraksi jantung akan melemah. Kekuatan sebelum melakukan kontraksi yang di sebut dengan preload, ketika awal diberika obat sulfas atropik akan meningkan sehingga daya regang ventrikel akan meningkat yang menyebabkan aliran darah yang menyuplai akan besar. Tetapi ketika terjadi keracunan dosis obat sulfas atropik tersebut menyebabkan daya kontraksi berkurang dengan menurunnya fase preload, sehingga daya regang sebelum berkontraksi akan berkurang karena otot jantung mengalami dilatasi akibat terlalu lama melakukan kontraksi.

Penurunana preload akan menyebakan penurunana kontraktilitas, karena daya regang sebelum berkontraksi menurun akibatnya kontraksi akan ikut menurun desertai penurunan afterload yang meruoakan volume darah seblum kontraksi dari ventrikel yang akan menyuplai darah ke seluruh bagian tubuh. Akibat dari penurunan ketiga factor tersebut menyebabkan volume yang seharusnya tersuplai ke seluruh jatingan akan berkurang, menyababkan hipoksia jaringan. Ketika jaringan mengalami hipoksia fungsi dari sel tubuh akan berkurang yang akan menyebabkan ireversibel pada organ tubuh khususnya organ tubuh yang vital, karena terlalu lama mengalami hiposia jaringan akibat penurunan curah jantung menyababkan system kordiansi organ tubuh akan menurun yang menyebabkan penurunan Dari seluruh organ tubuh, lama kelamaan jantung kodok tidak dapat berkontraksi kembali.

Walaupun jantung memiliki daya elektrikal yang kuat, lama-kelamaan daya elektrikal tersebut tidak akan berfungsi kembali karena adanya penurunan fisiologis dari fungsi elektrikal jantung tersebut sehingga kontraksi melemah dan tidak dapart dirangsang kembali dengan menggunakan alat apapun.

1

_1479508940.xlsChart1

33

29

34

33

31

28

27

24

24

23

24

26

25

24

24

26

26

27

25

Y-Values

Frekuensi

Sheet1

X-ValuesY-Values

033

229

434

633

831

1028

1227

1424

1624

1823

2024

2226

2425

2624

2824

3026

3226

3427

3625