isi asp

Upload: patricia-saptapradipta

Post on 21-Jul-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANIndikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut Lohman (2003), indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran kinerja (performance measure). Namun sebenarnya, meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi.

1

BAB II ISI

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIKTahap setelah operasionalisasi anggaran adalah pengukuran kinerja untuk menilai prestasi manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Pusat petanggungjawaban berperan untuk menciptakan indikator kinerja sebagai dasar untuk menilai kinerja. Dimilikinya sistem pengukuran yang handal (reliable) merupakan salah satu kunci suksesnya organisasi. A. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik Pengukuran kinerja sektor publik adalah merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur financial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga sasaran, antara lain : 1) sasaran pengukuran kinerja sektor publik ditujukan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sector publik dalam pemberian pelayanan publik. 2) sasaran ukuran kinerja sektor publik ditunjukan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

2

3) sasaran ukuran kinerja sektor publik ditujukan untuk mewujudkan pertang-gungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Oleh pihak legislatif, ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik. Masyarakat tentu tidak mau terus menerus ditarik pungutan sementara pelayanan yang mereka terima tidak ada peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Masyarakat menghendaki pemerintah dapat memberikan banyak pelayanan dengan biaya yang murah (do more with less). Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran financial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor public. Oleh karena itu perlu dikembangkan ukuran kinerja non financial. 1. Tujuan dan manfaat Sistem Pengukuran Kinerja Secara umum, tujuan system pengukuran kinerja adalah:a.

Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up)

b. Untuk mengukur kinerja financial dan non financial secara berimbang sehingga dapat diukur perkembangan pencapaian strategic.

Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan

bawah serta memotivasi untuk mencapai gold congruence: dand.

Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan

kemampuan kolektif yang rasional 2. Manfaat Pengukuran kinerja a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen

3

b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerjad.

Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward &

punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan system pengkuran kinerja yang telah disepakati e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi g. Membantu memahami proses kegiatan pemerintah dan h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

B. Informasi yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja1. Informasi Finansial Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganilisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan Analisis varians secara garis besar berfokus pada: a) Varians pendapatan (revenue variance) b) Varians pengeluaran(expenditure variance)-

Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance) Varians belanja investasi/modal(capital expenditure variance)

4

Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui unit spesifik mana yang bertangguang jawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat manajemem paling bawah. Penggunaan analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena dalam analisis varians masih mengandung keterbatasan (constrain). Keterbatasan analisis varians diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan signifikansi besarnya varians.2.

Informasi Non Finansial Informasi Non Finansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi non-Fiansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja secara komprehensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balance Scorecard. Dengan Balance Scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek non Finansial. Pengukuran dengan metode Balance Scorecard melibatkan empat aspek yaitu:a) b) c)

Perspektif Finansial (financial perpective) Perspektif Kepuasan pelanggan (customer perspective) Perspektif efisiensi proses internal (internal proses efficiency)

d) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perpective). Jenis informasi non Finansial dapat dinyatakan dalam variable kunci (key variable) atau sering dinamakan key success factor. Key result factor, atau pulse point. Variabel kunci adalah variable yang mengindikasikan factor factor yang menjadi sebab kesuksesan suatu organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka variable ini harus segera disesuaikan. Suatu variable memiliki beberapa karakteristik antara lain:a.

Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat

b.

5

c. d.e.

Perubahannya tidak dapat diprediksi Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera, dan Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara

(surrogate). Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung; akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan, demonstrasi dapat dijadikan variable kunci.

Dinas/unit kerja Rumah sakit dan hotel

Variabel Kunci Tingkat hunian kamar yang

dipakai (kamar yang dipakai: jumlah total kamar yang tersedia) Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan (masyarakat) yg dilayani per hari Perusahaan Listrik Negara Perusahaan Telekomunikasi Perusahaan air minum DLLAJ KWH yang terjual Jumlah pulsa yang terjual Jumlah debit air yang terjual Jumlah alat angkutan umum (paid

seats/capacity seats) Pekerjaan Umum Panjang jalan yang diperbaiki Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani Jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu

6

lintas Jumlah tertangani DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan pengaduan masyarakat yang

masyarakat yang tertangani Jumlah rapat yang dilakukan Jumlah undang undang atau perda yang dihasilkan Jumlah peserta rapat per total anggota Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

C. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran KinerjaUntuk melakukan pengukuran kinerja, variable kunci yang sudah teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator kinerja untuk unit kerja yang bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerja, indikator kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja. Tahap terkhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban. Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan mempertimbangkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefit), dan dampak (impacts).

Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

7

Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan atau nonfisik.

Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut:a.

Biaya Pelayanan (cost of service) Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya persiswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentuksn biaya unitnya, karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat dibuat indikator kinerja proksi misalnya belanja per kapita (misalnya belanja per 1000 penduduk).b.

Penggunaan (utilization) Indikator penggunaan (utilization)pada dasrnya membandingkan antara jumlah

pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik. Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan pengukurannya biasanya berupa volume absolute atau persentase tertentu, misalnya perseentase penggunaan kapasitas. Contoh lain adalah rata-rata jjumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.c.

Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

8

Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subjektif. Penggunaan indikator kualitas dan standar pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena jika terlalu menekankan indikator ini justru dapat menyebabkan kontra produktif. Contoh indikator kualitas dan standar pelayanan misalnya perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.d.

Cakupan pelayanan (coverage) Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan atau

peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.e.

Kepuasan (satisfaction) Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.

Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun demikian, dapat juga digunakan indikator proxi, misalnya jumlah komplain.

D.

Pengukuran Value for MoneyValue for Money merupakan tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang berusaha untuk mendapatkan laba (swasta) atau perusahan yang non profit seperti perusahan sektor publik (pemerintah). Value for Money adalah penilaian kinerja yang meliputi efisiensi, efektivitas dan ekonomi. Indikator kinerja dalam perusahaan yang menggunakan Value for Money harus menggambarkan tingkat pencapaian tingkat pelayanan pada biaya ekonomis yang terbaik. Ini artinya walaupun dengan biaya yang rendah dan murah tidak selalu yang terbaik, ini karena dengan biaya rendah dan murah tidak dapat dikatakan yang terbaik pula. Indikator yang tercangkup dalam konsep ini adalah: Ekonomi

9

Konsep ekonomi terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomi berarti sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga yang lebih rendah (spending less), yaitu harga yang mendekati harga. Sedangkan input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses tertentu untuk menghasilkan output. Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input. Dalam konteks dua jenis input tersebut (input primer dan sekunder), keekonomian dapat dianalisis dengan membandingkan input sekunder pada input jumlah input primer yang dibutuhkan. Efisiensi Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan/aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau input tertentu menghasilkan output sebesar-besarnya. Efisisensi dapat dirumuskan: mampu

EFISIENSI = OUTPUT/ INPUT

Organisasi sektor public dinilai semakin efisien apabila rasio efisiensi cenderung diatas satu. Semakin besar rasio, maka semakin tinggi tingkat efisiensinya.

Efektivitas Efektivitas menunjukan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sebuah kegiatan/kebijakan di mana ukuran efektivitas merupakan refleksi output. Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan

10

hasil yang sesungguhnya dicapai. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Ukuran efektivitas dalam organisasi public dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja karena output yang dihasilkan lebih banyak bersifat output tidak berwujud yang tidak mudah dikuantifikasi. Value for money ,merupakan sebuah rangkain indikator yang unsur-unsurnya merupakan kesatuan dari input, output, dan outcome. Kegagalan organisasi sektor publik untuk mendapatkan input pada harga yang semestinya menyebabkan tidak terpenuhinya indikator ekonomi. Selanjutnya, input yang terlalu mahal akan mengabitkan inefisiensi yang pada akhirnya akan mengarah pada tidak efektifnya pencapaian program secara keseluruhan.

11

Pelaporan KinerjaInformasi tentang kinerja menjadi informasi penting yang dibutuhkan di setiap fase perjalanan organisasi sektor public dalam mencapai visi dan misinya. Informasi tentang kinerja juga dibutuhkan saat pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban. Terdapat dua pelaporan kinerja: 1. Pelaporan kinerja secara ad hoc adalah pelaporan yag dilakukan secara mendalam pada waktu yang tidak ditentukan sebelumnya sesuai kebutuhan. 2. Pelaporan Reguler adalah pelapoiran yang terjadwal secara rutin misalnya tahunan. Kedua mekanisme ini saling melengkapi. Pelaporan ad hoc biasanya dilakukan sebagai respons adanya kebutuhan yang muncul dari pelaksanaan pelaporan regular.

E.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)Untuk mendorong proses pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja secara lebih sistematis, pemerintah Indonesia mempunyai sebuah pedoman penyusunan laporan kinerja yang disbut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemeruntah (LAKIP). Setiap instasi pemerintah wajib menyiapkan, menyiapkan dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga. Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahunan anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Penanggung jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang secara fungsional bertanggung jawab mendukung administrasi di instansi masing-masing. Agar LAKIP lebih berguna maka perlu diperhatikan seperti relevan, tepat waktu, dapat dipercaya, mudah dimengerti, menarik, berdaya banding tinggi, berdaya uji, lengkap, netral, padat, dan mengikuti standar yang telah ditetapkan.

12

Format LAKIP dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan isi dan cara penyajian yang dimuat dalam LAKIP sehingga memudahkan perbandingan atau evaluasi akuntanbilitas yang harus dilakukan. LAKIP menyajikan uraian tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran serta tujuan instansi pemerintah. Format: 1. Ikhtisar Eksekutif I. II. III. IV. V. Pendahuluan Rencana Strategis Akuntabilitas Kinerja Penutup Lampiran-lampiran

LAKIP harus disampaikan selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir dan melaporkan pada pihak yang berwenang dalam membuat dan menerima LAKIP. Instansi yang berwenang adalah Kementrian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TNI, Kepolisian Republik Indonesia, kantor Perwakilan Luar Negeri, Kejaksaan Agung, Perangkat Pemerintah Provinsi, Perangkat Pemerintah Kabupaten, dan lembaga lainnya yang dibiayai dari anggaran negara. Mekanisme LAKIP: 1. Setiap pemimpin departemen, pemerintah daerah, satuan kerja, atau unit kerja di dalamnya wajib membuat laporan akuntanbilitas kinerja secara berjenjang dan berkala untuk disampaikan kepada atasannya. 2. LAKIP tahunan dari setiap departemen, setiap menteri/pemimpin LPND menyampaikan kepada presiden dan wakil presiden dengan tembusan kepada menteri yang bertanggung jawab dalam bidang Pemberdayaan Apatur Negara (PAN) serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

13

3. LAKIP tahunan dari setiap pemerintah provinsi disampaikan kepada presiden atau wakil presiden dengan tebusan kepada menteri dalam negero, menteri yang bertanggung jawab di bidang PAN dan kepala BPKP. 4. LAKIP tahunan pemerintah kabupaten/kota disampaikan kepada prsediden atau wakil presiden dengan tebusan kepada menteri dalam negeri, gubernur/kepala pemerintah daerah provinsi, dan kepala perwakilan BPKP. 5. Kepala BPKP melakukan evaluasi terhadap LAKIP dan melaporkan hasilnya kepada presiden melalui menteri yang bertanggung jawab di bidang PAN dan salinannya kepada kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN). 6. Kepala LAN melakukan kajian dan penilaian terhadap perkembangan pelaksanaan sistem akuntanbilitas dan kinerjanya, serta melaporkan kepada presiden melalui menteri yang bertanggung jawab di bidang PAN.

14

BAB III PENUTUP

Materi yang kami bahas pada bab ini adalah pengukuran kinerja dimana kami membaginya dalam 5 sub bab. Dari materi yang dijelaskan di atas di ambil kesimpulan bahwa: 1. Indikator kinerja dan ukuran kinerja merupakan dua hal yang berbeda. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung.2.

Pengukuran kinerja organisasi sektor publik menggunakan alat ukur finansial dan non finansial yang diperkuat dengan reward dan punishment system, sehingga dapat digunakan sebagai alat pengendali organisasi Informasi yang digunakan dalam pengukuran kinerja terbagi menjadi dua, yakni finansial dan non finansial. Informasi yang bersifat finansial berdasar pada anggaran yang telah dibuat, sedangkan informasi non-finansial lebih dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja adalah untuk dapat mengetahui tingkat capaian kinerja dengan cara indikator kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja. Tahap terkhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban. Indikator kinerja dalam perusahaan yang menggunakan Value for Money harus menggambarkan tingkat pencapaian tingkat pelayanan pada biaya ekonomis yang terbaik. Ini artinya walaupun dengan biaya yang rendah dan murah tidak selalu yang terbaik, ini karena dengan biaya rendah dan murah tidak dapat dikatakan yang terbaik pula. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemeruntah (LAKIP) digunakan pemerintah Indonesia untuk mendorong proses pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja secara lebih sistematis.

3.

4.

5.

6.

15

DAFTAR PUSTAKA

Nordiawan, Deddy dan Ayuningtyas Hertianti. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba 4.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

16