ircm: renovasi jati diri muhammadiyah

2
22 MATAN, EDISI 75, OKTOBER 2012 Laporan Khusus U ntuk memeriah- kan ulang tahun Muhammadiyah ke-100 di bulan November 2012, ada tiga kegiatan besar. Yaitu, peringatan seabad Muhammadiyah di Gelora Bung Karno pada 18 November, World Peace Forum (WPF) di Novotel Bogor (23-25/11), dan International Research Conference on Muhammadiyah (IRCM) di Univer- sitas Muhammadiyah Malang (29/11- 2/12). Prof Azyumardi Azra dipercaya sebagai Ketua Steering Committee (SC) didampingi Prof Mitsuo Nakamura se- bagai Wakil Ketua. Berikut catatan peneliti Lembaga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dipercaya sebagai Sekreta- ris SC, Ahmad Najib Burhani. Kepada MATAN, kandidat doktor di Universitas California-Santa Barbara Amerika Se- rikat ini menguraikan substansi konfe- rensi akbar tentang Muhammadiyah di Malang tersebut. Tiga kegiatan tersebut memiliki karakter yang berbeda. Centennial anni- versary yang digarap oleh (Universitas Muhammadi- yah Prof Hamka (Uhamka) lebih merupakan seremoni dan perayaan. WFP yang diselenggarakan oleh CDCC (Center for Dia- logue and Cooperation among Civilizations) merupakan per- temuan tokoh-tokoh lintas agama yang memperbincangkan tentang kerjasama untuk menciptakan dunia yang damai. Sementara IRCM lebih bersifat aka- demik untuk mengkaji Muhammadiyah, baik masa lalu maupun masa sekarang. Ketiga kegiatan itu diharapkan saling menopang dan mendukung satu sama lain meskipun partisipan utama pada ketiga acara itu adalah orang-orang yang memiliki minat yang berbeda. Penulis tidak terlibat pada kegiatan pertama dan kedua, karena itu tulisan ini hanya akan fokus pada kegiatan ketiga. IRCM merupakan forum tempat para begawan yang mengkaji Muham- madiyah turun gunung dan bertemu dengan peneliti-peneliti atau sarjana- sarjana baru di bidang yang sama. Ada tiga kategori peserta aktif dalam IRCM ini. Pertama adalah tokoh-tokoh senior dan profesor emeritus seperti James L. Peacock, Mitsuo Nakamura, Martin van Bruinessen, M.C. Ricklefs, Azyumardi Azra, dan Robert Hefner. Kategori kedua adalah para pengkaji Muhammadiyah yang masih aktif atau pertengahan karir seperti Jonathan Ben- thall, Eunsook Jung, Herman L. Beck, Nelly van Doorn-Harder, dan Hyung-jun Kim. Kategori terakhir adalah para ilmu- wan muda seperti Ken Miichi, Satomi Ogata, Hilman Latif, Claire-Marie Hef- ner, Rahmawati Husen, Alimatul Qibti- yah, Endy Saputro, Gwenael Feillard, Steven Drakeley, Amelia Fauzia, Hattori Mina, dan Pradana Boy. Tiga generasi sarjana tentang Muhammadiyah itu akan bertemu dalam satu forum untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan selama empat hari. Melihat peserta IRCM, bisa dika- IRCM: Renovasi Jati Diri Muhammadiyah Ahmad Najib Burhani (paling kanan) saat rapat dengan Steering Committee (SC) di Yogyakarta

Upload: najib-burhani

Post on 26-Mar-2016

243 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Renovasi Jati diri Muhammadiyah

TRANSCRIPT

Page 1: IRCM: Renovasi Jati Diri Muhammadiyah

22 MATAN, Edisi 75, OkTObEr 2012

Laporan Khusus

U ntuk memeriah-kan ulang tahun Muhammadiyah

ke-100 di bulan November 2012, ada tiga kegiatan besar. Yaitu, peringatan seabad Muhammadiyah di Gelora Bung Karno pada 18 November, World Peace Forum (WPF) di Novotel Bogor (23-25/11), dan International Research Conference on Muhammadiyah (IRCM) di Univer-sitas Muhammadiyah Malang (29/11-2/12). Prof Azyumardi Azra dipercaya sebagai Ketua Steering Committee (SC) didampingi Prof Mitsuo Nakamura se-bagai Wakil Ketua.

Berikut catatan peneliti Lembaga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dipercaya sebagai Sekreta-ris SC, Ahmad Najib Burhani. Kepada MATAN, kandidat doktor di Universitas California-Santa Barbara Amerika Se-rikat ini menguraikan substansi konfe-rensi akbar tentang Muhammadiyah di Malang tersebut.

Tiga kegiatan tersebut memiliki karakter yang berbeda. Centennial anni-versary yang digarap oleh (Universitas Muhammadi-yah Prof Hamka (Uhamka) lebih merupakan seremoni dan perayaan. WFP yang diselenggarakan oleh CDCC (Center for Dia-logue and Cooperation

among Civilizations) merupakan per-temuan tokoh-tokoh lintas agama yang memperbincangkan tentang kerjasama untuk menciptakan dunia yang damai.

Sementara IRCM lebih bersifat aka-demik untuk mengkaji Muhammadiyah, baik masa lalu maupun masa sekarang. Ketiga kegiatan itu diharapkan saling menopang dan mendukung satu sama lain meskipun partisipan utama pada ketiga acara itu adalah orang-orang yang memiliki minat yang berbeda. Penulis tidak terlibat pada kegiatan pertama dan kedua, karena itu tulisan ini hanya akan fokus pada kegiatan ketiga.

IRCM merupakan forum tempat

para begawan yang mengkaji Muham-madiyah turun gunung dan bertemu dengan peneliti-peneliti atau sarjana-sarjana baru di bidang yang sama. Ada tiga kategori peserta aktif dalam IRCM ini. Pertama adalah tokoh-tokoh senior dan profesor emeritus seperti James L. Peacock, Mitsuo Nakamura, Martin van Bruinessen, M.C. Ricklefs, Azyumardi Azra, dan Robert Hefner.

Kategori kedua adalah para pengkaji Muhammadiyah yang masih aktif atau pertengahan karir seperti Jonathan Ben-thall, Eunsook Jung, Herman L. Beck, Nelly van Doorn-Harder, dan Hyung-jun Kim. Kategori terakhir adalah para ilmu-wan muda seperti Ken Miichi, Satomi Ogata, Hilman Latif, Claire-Marie Hef-ner, Rahmawati Husen, Alimatul Qibti-yah, Endy Saputro, Gwenael Feillard, Steven Drakeley, Amelia Fauzia, Hattori Mina, dan Pradana Boy. Tiga generasi sarjana tentang Muhammadiyah itu akan bertemu dalam satu forum untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan selama empat hari.

Melihat peserta IRCM, bisa dika-

IRCM: Renovasi Jati Diri MuhammadiyahAhmad Najib Burhani (paling kanan) saat rapat dengan Steering Committee (SC) di Yogyakarta

Page 2: IRCM: Renovasi Jati Diri Muhammadiyah

23MATAN, Edisi 75, OkTObEr 2012

Laporan Khusustakan ini adalah konferensi akademik tentang Muhammadiyah yang pertama dan terbesar yang pernah ada. Pembicara hadir dari berbagai negara seperti Ameri-ka Serikat, Inggris, Belanda, Perancis, Australia, Korea Selatan, dan Jepang. Berbeda dari pertemuan-pertemuan Muhammadiyah yang selama ini terjadi, acara ini didominasi bukan oleh aktivis atau orang Muhammadiyah, tapi justru oleh orang non-Muhammadiyah, non-Muslim, dan non-Indonesia. Dari sekitar 60 pemateri yang hadir, kurang dari 50 persen yang merupakan aktivis Muham-madiyah. Pembicara dari luar negeri juga menjadi komponen terbesar dari acara ini, yaitu lebih dari 50 persen.

Acara ini bisa dikatakan sebagai temu darat dari komunitas pengkaji Muhammadiyah yang selama ini penulis data dalam blog Muhammadiyah Studies (muhammadiyahstudies.blogspot.com). Acara seperti ini belum pernah diadakan oleh organisasi apapun di Indonesia, tidak NU (Nahdlatul Ulama) dan tidak pula Persis (Persatuan Islam). Barang-kali memang sudah seharusnya Muham-madiyah menjadi pioneer mengingat organisasi ini adalah yang termasuk pal-ing tua di Indonesia. Meski kegiatan ini tidak secara resmi diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah, namun PP Muham-madiyah menyokong kegiatan ini dan dibalik seluruh rangkaian kegi atannya.

Yang paling tampak tentu saja adalah peran UMM sebagai OC (Organizing Committee).

Sebagian dari kita, orang Muham-madiyah, selama ini barangkali bertanya, “Mengapa belakangan ini kajian akade-mik tentang Muhammadiyah sepertinya kalah dari kajian akademik tentang NU atau kajian tentang radikalisme?” Atau paling tidak bertanya, “Mengapa kajian tentang Muhammadiyah tidak seramai dulu pada tahun 1960-an atau 1970-an ketika banyak sarjana asing berbon-dong-bondong ke Muhammadiyah dan mengkaji organisasi ini?” IRCM akan ikut menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Bahwa saat ini Muhammadiyah tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh para sarjana. Meski tak seramai dulu, masih ada sarjana-sarjana asing yang tertarik meneliti Muhammadiyah atau masih banyak tema-tema ke-Muhammadiya-han yang mengundang daya tarik para sarjana untuk menelitinya, terutama mereka yang dari luar negeri.

Banyak tema-tema ke-Muhammadi-yahan yang mungkin tak terpikirkan oleh orang-orang Muhammadiyah send-iri yang akan dibahas pada konferensi ini. Professor Hyun-Jun Kim, misalnya, akan membahas sistem kepemimpinan 13 orang di Muhammadiyah. Ia meneliti tentang sejarah sistem ini; sejak kapan sistem ini diberlakukan dan bagaimana

sistem pemilu di Muhammadiyah pada periode awal. Kemudian, dari aspek se-jarah, tema-tema Suara Muhammadiyah periode awal akan menjadi bahasan dari presentasi Endy Saputro.

Perbandingan antara Ghulen move-ment di Turkey dan Muhammadiyah di Indonesia, serta perbandingan antara Aligarh di India dan Muhammadiyah di Indonesia juga akan menjadi satu tema pembahasan di konferensi ini. Untuk tema kepemudaan, perpindahan orang-orang NU menjadi aktivis Muham-madiyah dan demikian pula perpindahan beberapa aktivis muda Muhammadiyah ke kelompok garis keras seperti yang terjadi di Gresik dan Lamongan, akan diungkapkan diantaranya oleh presen-tasi hasil penelitian Din Wahid.

IRCM tentu sangat berguna untuk melihat Muhammadiyah perkembangan Muhammadiyah dalam masa 100 tahun lewat dan juga bisa menjadi jendela un-tuk melihat kira-kira seperti apa nasib, posisi, dan peran organisasi ini dalam 100 tahun yang akan datang. Penulis yakin, para pengurus Muhammadiyah akan banyak mendapat manfaat jika hadir pada sesi-sesi di konferensi ini. Ada delapan sesi di IRCM ini, yaitu: sejarah, filantropi, pendidikan, pemba-ruan, politik, isu perempuan, pemuda dan radikalisme, dan Muhammadiyah studies. n

Suasana rapat menyiapkan acara International Research Conference on Muhammadiyah di UMM In Malang