irama sirkadian

17
Modul 4 Ritme Tubuh dan Kondisi Mental Ritme Biologis Ritme biologis adalah fluktuasi periodik yang kurang lebih teratur dalam sistem biologis kita; ritme ini mungkin memiliki implikasi psikologis, dan mungkin juga tidak. Entrainment adalah sinkronisasi ritme biologis dengan indikasi eksternal, seperti fluktuasi sinar matahari. Endogen dihasilkan dari dalam tubuh dan bukan oleh faktor eksternal. Ritme sirkadian adalah sebuah ritme biologis dengan lama periode (dari puncak hingga kembali ke puncak) sekitar 24 jam. Ritme sirkadian ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, hewan, serangga, dan juga manusia. Ritme ini menunjukkan proses adaptasi dari organisme terhadap banyak perubahan yang terjadi karena rotasi bumi pada porosnya, seperti perubahan cahaya, tekanan udara, dan temperatur. Ritme sirkadian dikendalikan oleh jam biologis, yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk seperti tetes air yang isinya berupa kumpulan sel dan disebut sebagai suprachiasmatic nucleus (SCN). Jalur saraf dari reseptor-reseptor khusus yang terletak di belakang mata mengantarkan informasi ke SCN dan memungkinkan SCN merespon perubahan cahaya atau kegelapan sekitar. Kemudian SCN mengirimkan pesan membuat otak dan tubuh kita beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini. SCN mengatur fluktuasi tingkat hormon dan cairan neurotransmiter dan kemudian keduanya menyediakan umpan balik yang mempengaruhi kerja dan fungsi SCN. Contoh: malam hari salah satu hormon yang dikendalikan oleh SCN, melatonin dilepaskan oleh kelenjar pineal yang terletak di bagian dalam otak. Ketika tidur di Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Upload: junet-yusuf

Post on 14-Aug-2015

276 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Irama Sirkadian

Modul 4

Ritme Tubuh dan Kondisi Mental

Ritme Biologis

Ritme biologis adalah fluktuasi periodik yang kurang lebih teratur dalam sistem

biologis kita; ritme ini mungkin memiliki implikasi psikologis, dan mungkin juga tidak.

Entrainment adalah sinkronisasi ritme biologis dengan indikasi eksternal, seperti fluktuasi

sinar matahari. Endogen dihasilkan dari dalam tubuh dan bukan oleh faktor eksternal.

Ritme sirkadian adalah sebuah ritme biologis dengan lama periode (dari puncak

hingga kembali ke puncak) sekitar 24 jam. Ritme sirkadian ditemukan pada tumbuh-

tumbuhan, hewan, serangga, dan juga manusia. Ritme ini menunjukkan proses adaptasi

dari organisme terhadap banyak perubahan yang terjadi karena rotasi bumi pada porosnya,

seperti perubahan cahaya, tekanan udara, dan temperatur. Ritme sirkadian dikendalikan

oleh jam biologis, yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk

seperti tetes air yang isinya berupa kumpulan sel dan disebut sebagai suprachiasmatic

nucleus (SCN).

Jalur saraf dari reseptor-reseptor khusus yang terletak di belakang mata

mengantarkan informasi ke SCN dan memungkinkan SCN merespon perubahan cahaya

atau kegelapan sekitar. Kemudian SCN mengirimkan pesan membuat otak dan tubuh kita

beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini. SCN mengatur fluktuasi tingkat hormon dan

cairan neurotransmiter dan kemudian keduanya menyediakan umpan balik yang

mempengaruhi kerja dan fungsi SCN. Contoh: malam hari salah satu hormon yang

dikendalikan oleh SCN, melatonin dilepaskan oleh kelenjar pineal yang terletak di bagian

dalam otak. Ketika tidur di ruang yang gelap, kadar melatonin meningkat, dan ketika bangun

di pagi hari di ruang yang cukup terang, kadar melatonin akan turun. Melatonin adalah

hormon yang dilepaskan oleh kelenjar pineal;yang berperan menjaga waktu biologis yang

sesuai dengan siklus gelap-terang. Melatonin juga digunakan untuk membantu orang-orang

dengan gangguan insomnia dan menyesuaikan siklus terjaga-tidur pada mereka yang buta,

yaitu mereka yang kekurangan persepsi mengenai cahaya ataupun mereka yang produksi

melatoninnya tidak normal.

Dalam keadaan normal, ritme-ritme yang diatur oleh SCN biasanya tersinkronisasi

satu sama lain. Meskipun puncak dari setiap ritme tidak bersamaan, namun seirama satu

sama lain. Bila kita mengetahui kapan sebuah ritme mencapai puncak, maka kita dapat

memprediksikan kapan puncak ritme lainnya. Saat rutinitas harian kita berubah, ritme

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 2: Irama Sirkadian

sirkadian kita mungkin tidak akan sejalan atau mengganggu ritme yang lainnya.

Desinkronisasi internal sering terjadi ketika kita terbang melewati beberapa zona waktu.

Pola tidur dan terjaga biasanya dapat menyesuaikan diri dengan cepat, tetapi siklus

temperatur dan hormon biasanya membutuhkan beberapa hari untuk kembali ke kondisi

normal. Kelelahan akibat perjalanan ini bisa mempengaruhi tingkat energi, keterampilan

mental, dan koordinasi motorik.

Desinkronisasi internal dapat terjadi pada para pekerja yang harus menyesuaikan diri

dengan jadwal kerja barunya. Hal ini ditandai dengan tingkat efisiensi yang menurun, sering

merasa lelah dan mudah terganggu. Lebih rentan terhadap kecelakaan kerja, dan

mengalami gangguan tidur maupun gangguan pencernaan. Ritme sirkadian dapat berbeda

antara satu individu dengan individu yang lain akibat adanya pengaruh perbedaan faktor

genetis. Ritme sirkadian dapat dipengaruhi oleh rasa sakit, stres, kelelahan, kegembiraan,

olahraga, obat-obatan, waktu makan, dan pengalaman biasa sehari-hari.

Ritme Tidur

Nathaniel Kleitman dan Eugene Aserinsky (1995) meneliti pergerakan bola mata

melambat saat orang mulai tidur di malam hari, hasilnya adalah ternyata orang tidur

pergerakan matanya tidak lambat melainkan sangat cepat.

Rapid Eye Movement (REM) adalah periode tidur yang ditandai dengan pergerakana

mata, hilangnya kekuatan otot, dan mimpi yang tampak nyata. Periode REM muncul secara

bergantian dengan periode dimana pergerakan mata tidak sedemikian cepat, atau disebut

juga tidur non-REM (NREM), dalam siklus setiap 90 menit. Periode REM berlangsung

selama beberapa menit hingga satu jam, dengan rata-rata sekitar 20 menit. Ketika periode

ini dimulai, pola aktivitas elektrik dalam otak orang yang tidur berubah menjadi seperti orang

yang berada dalam keadaan bangun dan waspada penuh.

Ketika kita pertama naik ke tempat tidur, menutup mata dan melemaskan semua

otak, otak kita menghasilkan sekumpulan gelombang alfa. Pada pencatatan EEG,

gelombang alfa memiliki ritme yang lambat dan teratur dan amplitudo yang besar (tinggi).

Secara bertahap gelombang ini kemudian melambat dan kita masuk ke dalam empat (4)

tahap, yang masing-masing menunjukkan proses tidur yang lebih dalam dibandingkan

dengan sebelumnya:

Tahap 1. Gelombang otak menjadi kecil dan tidak beraturan, dna kita merasa bahwa kita

berada di ujung kesadaran, dalam keadaan tidur ringan. Bila dibangunkan pada saat ini, kita

dapat mengingat kembali fantasi-fantasi atau gambar-gambar visual yang kita lihat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 3: Irama Sirkadian

Tahap 2. Otak kita terkadang menghasilkan rentetan singkat gelombang yang cepat dan

memiliki puncak gelombang yang tinggi, yang biasa disebut sebagai sleep spindle.

Gangguan suara dalam dalam kadar kecil, mungkin tidak akan mengganggu tidur kita.

Tahap 3. Sebagai tambahan gelombang yang menjadi karakteristik tahap 2, otak kita

terkadang menghasilkan gelombang delta, yang sangat lambat dengan puncak yang cukup

tinggi. Pernafasan dan detak jantung melambat, otot-otot melemas dan mulai sulit

dibangunkan.

Tahap 4. Gelombang delta yang mengambil alih sebagian besar aktivitas, dan kita berada

dalam tidur yang dalam. Saat ini mungkin diperlukan gangguan yang kuat atau suara yang

sangat keras untuk membangunkan

Terjadinya rangkaian dari tahap-tahap ini berlangsung selama 30 sampai 45 menit.

Selanjutnya akan bergerak kembali ke tahap awal, dari tahap 4 ke tahap 3 kemudian ke

tahap 2 dan ke tahap 1. Pada titik ini, 70 hingga 90 menit sesudah mulainya tidur, sesuatu

yang khas mulai terjadi. Tahap 1 tidak berlangsung seperti tahap dimana kita berada dalam

keadaan terbangun dan merasa mengantuk, tetapi otak mulai menghasilkan sederet

panjang gelombang otak yang bergerak sangat cepat dan tidak teratur. Kecepatan detak

jantung ddaan tekanan darah meningkat, pernafasan semakin cepat dan tidak teratur, wajah

dan jari mungkin terdapat sedikit kejang. Pada saat bersamaan, sebagian otot penunjang

tulang menjadi lemas, mencegah otak kita yang aktif menghasilkan gerakan fisik. Kita

masuk ke dalam tahap REM.

Tidur REM sering disebut “tidur yang paradoks” karena otak berada dalam kondisi

sangat aktif sementara tubuh tidak aktif sama sekali. Pada saat ini terjadi mimpi-mimpi yang

jelas. Tidur terjadi untuk menyediakan waktu beristirahat, sehingga tubuh dapat membuang

semua zat limbah dari otot, memperbaiki sel, menyimpan atau mengembalikan energi,

memperkuat sstem kekebalan tubuh, atau mengembalikan kemampuan yang hilang dalam

satu hari.

Ketika kita tidak mendapatkan tidur yang cukup, badan kita bekerja dengan tidak

normal. Contoh: menurunnya kadar hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan otot

normal dan fungsi sitem kekebalan tubuh (Leproult, Van Reeth, dkk., 1997). Pada sebuah

kasus, laki-laki 51 tahun mengalami kekurangan tidur. Setelah semakin merasakan lelah

yang amat sangat, dia terserang infeksi jantung dan meninggal. Hasil otopsi menunjukkan

bahwa dia telah kehilangan hampir semua saraf besar di dua (2) area dari talamus yang

berkaitan dengan tidur dan ritme sirkadian hormonal (Lugaresi dkk, 1986)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 4: Irama Sirkadian

Leproult dkk (1997) mengatakan bahwa kekurangan tidur yang kronis dapat

meningkatkan hormon stres kortisol, yang dapat merusak atau menggangu selsel otak yang

dibutuhkan untuk pembelajaran dan ingatan. Selain itu, sel-sel otak yang baru dapat gagal

berkembang atau dapat juga tumbuh secara abnormal (Guzman-Marin dkk., 2005). Mungkin

sebagai dampak dari kerusakan itu adalah terganggunya fleksibilitas mental, atensi, dan

kreativitas. Setelah beberapa hari berada dalam keadaan terjaga terus menerus, biasanya

seseorang akan mulai mengalami halusinasi dan delusi (Dement, 1978).

Menurut National Sleep Foundation sekitar 10% dari para dewasa diganggu oleh

insomnia kronis, yaitu kesulitan untuk merasa mengantuk atau tetap tertidur. Insomnia dapat

terjadi karena kecemasan dan kekhawatiran, masalah psikologis, hot flashes selama

menopause, artritis, dan bekerja atau belajar secara tidak teratur dan dalam kondisi yang

terlalu menuntut.

Penyebab lain dari rasa kantuk di siang hari adalah sleep apnea, yaitu suatu

gangguan di mana proses bernapas berhenti sejenak saat tidur, menyebabkan orang

tersebut tersedak dan sesak napas, lalu terbangun sesaat.

Sleep apnea memiliki beberapa penyebab, diantaranya terhalangnya jalan udara

hingga kegagalan otak untuk mengatur pernafasan dengan tepat, hal ini dapat

menyebabkan seseorang mengalami tekanan darah yang tinggi dan detak jantung yang

tidak teratur.

Narkolepsi adalah suatu gangguan tidur berupa serangan rasa kantuk tiba-tiba dan

tidak terduga pada siang hari yang membuat seseorang langsung masuk ke dalam tahap

REM.Narkolepsi kemungkinan disebabkan oleh menurunnya fungsi dari sejumlah saraf

dalam hipotalamus, yang bisa disebabkan oleh malfungsi kekebalan tubuh atau

abnormalitas genetis (Lin, Hungs, & Mingot, 2001; Mieda dkk., 2004).

Tidur sangat dibutuhkan untuk konsolidasi, yaitu sebuah proses dimana terjadi

perubahan sinapsis yang membuat ingatan yang baru saja disimpan menjadi lebih bertahan

lama dan stabil (Sickgold, 1995).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 5: Irama Sirkadian

Dunia Mimpi

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran,

pikiran, perasaan, atau indra-indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan

mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).

Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa

pemimpi. Perkecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi

demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih

berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta

mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam

mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.

Setiap budaya memiliki teori masing-masing mengenai mimpi. Dalam beberapa

budaya, mimpi dipercaya terjadi ketika roh atau jiwa meninggalkan tubuh fisik untuk

berpetualang menjelajah dunia atau berbicara dengan para dewa. Pada budaya lainnya,

mimpi dianggap sebagai pengungkapan masa yang akan datang.

Para peneliti percaya bahwa setiap orang bermimpi, dna bahkan kebanyakan orang

yang mengatakan tidak pernah bermimpi, pasti dapat melaporkan terjadinya mimpi saat ia

dibangunkan pada tidur REM. Ada beberapa kasus yang sangat langka dari beberapa orang

yang tampaknya sama sekali tidak pernah bermimpi, kebanyakan dari individu ini

mengalami gangguan atau cedera pada otak (pagel, 2003; Solms, 1997).

Dalam mimpi, pusat perhatian kita adalah diri kita sendiri, walaupun terkadang

kejadian di luar diri, sepert bunyi sirine yang melengking dapat mempengaruhi isi miimpi.

Ketika mimpi berlangsung, mimpi tersebut dapat terlihat sangat hidup dan jelas namun

dapat juga terlihat samar-samar.

Walaupun kebanyakan dari kita menyadari mengenai tubuh kita atau di mana kita

berada saat mimpi, beberapa orang mengatakan bahwa mereka terkadang memiliki lucid

dream, di mana mereka mengetahui bahwa mereka sedang bermimpi dan seolah-olah

mereka sadar akan hal tersebut (laBergee, 1986; La Bergee & Levitan, 1995).

Ada empat (4) teori yang menjelaskan mengenai mimpi, yaitu:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 6: Irama Sirkadian

1. Psikoanalisis

2. Berfokus pada masalah (problem-focused approach)

3. Kognitif

4. Aktivasi-Sintesis

1. Psikoanalisa

Sigmund Freud menganalisis mimpi-mimpi dari pasiennya dan beberapa mimpinya

sendiri, kemudian menyimpulkan bahwa fantasi-fantasi yang kita alami di malam hari

memberikan gagasan atau penjelasan mengenai keinginan, motif-motif, dan konflik-konflik

yang sering kali tidak kita sadari- sebuah jalan emas menuju ketidaksadaran”. Dalam mimpi

kita dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang seringkali

merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.

Setiap mimpi memiliki makna, tidak peduli seberapa aneh gambaran yang terlihat

dalam mimpi itu. Tetapi bila sebuah pesan dalam mimpi menimbulkan kecemasan, bagian

rasional dari pikiran harus menyingkirkan atau mengubahnya. Kalau tidak, mimpi dapat

masuk ke dalam kesadaran dan membangunkan si pemimpi tadi.

2. Berfokus pada masalah

Mimpi merefeksikan hal-hal dalam kehidupan kita yang pada saat itu terus menerus

memenuhi pikiran, seperti masalah atau urusan kita mengenai hubungan dengan kekasih,

pekerjaan, aktivitas seks, ataupun kesehatan (Hall, 1953; Cartwright, 1977).Simbol-simbol

dan metafora dalam mimpi tidak menutupi makna sesungguhnya, mereka malah

menyatakannya. Mimpi cenderung menggambarkan isi yang terkait dengan keadaan

seseorang pada saat ini (Domhoff, 1996). Peristiwa traumatis juga dapat mempengaruhi

mimpi seseorang. Mimpi tidak hanya merefleksikan kecemasan utama kita saat ini, namun

juga memberikan kesempatan bagi kita untuk mengatasinya (Barrett, 2001; Cartwright,

1990, 1996).

3. Pendekatan Kognitif

Mimpi menekankan perhatian kita saat ini, tetapi tidak menyatakan pemecahan

masalah selama kita tidur. Mimpi merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif yang terjadi

saat kita terbangun.Kita membangun simulasi yang masuk akal dari dunia nyata,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 7: Irama Sirkadian

menggunakan jenis ingatan, pengetahuan, metafora, dan anggapan-anggapan mengenai

dunia yang sama seperti yang kita lakukan ketika kita tidak sedang tidur (Domhoff, 2003,

Antrobus, 1991, 2000; Foulkes, 1999). Isi mimpi dapat mencakup pikiran-pikiran, konsep-

konsep dan skenario yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan masalah

sehari-hari kita. Dalam pandangan kognitif, otak melakukan aktivitas kerja yang sejenis

dengan kerja yang dilakukan saat kita terjaga. Beberapa bagian dari korteks serebral yang

terlihat aktif saat kita terlibat dalam proses persepsi dan kognitif sangat aktif pada saat kita

bermimpi. Bedanya, bahwa saat tidur kita terlepas dari proses input sensorik dan umpan

balik dari dunia maupun pergerakan tubuh; satu-satunya input yang masuk ke otak adalah

output dari otak itu sendiri.

4. Teori Aktivasi-Sintesis

J. Allan Hobson (1988, 1990) mengatakan bahwa mimpi bukan merupakan “anak-

anak dari otak yang diam” melainkan merupakan hasil dari neuron-neuron bagian bawah

otak (pons) yang bekerja secara spontan selama tidur REM.

Sinyal-sinyal yang berasal dari pons tidak memiliki makna psikologis sendiri. Tetapi

korteks kemudian mencoba untuk membuatnya menjadi bermakna, dengan mensintesiskan

atau mengintegrasikan sinyal-sinyal ini dengan pengetahuan dan ingatan-ingatan yang

sudah ada untuk menghasilkan intepretasi yang logis.

Batang otak menentukan respon-respon bagian yang bertanggung jawab atas hal-

hal emosional dan visual pada otak. Pada saat yang bersamaan, area otak yang mengatur

pikiran logis dan sensasi dari dunia luar tertutup. Perubahan ini menjelaskan fakta mengapa

mimpi seringkali membangkitkan respon-respon emosional, halusinasi, dan tidak logis.

Mengevalusi Teori Mimpi

Teori Tujuan Mimpi Kelemahan

Psikoanalisa Mengekspresikan keinginan, pikiran, dan konflik yang tak disadari

Intepretasi sering kali terlalu jauh; tidak ada cara yang dapat diandalkan untuk mengintepretasikan makna “terpendam”

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 8: Irama Sirkadian

Berfokus pada masalah

Mengekspresikan kecemasan yang sedang dirasakan pada kehidupan ‘terjaga’ dan/ atau mengatasi masalah atau kecemasan saat ini

Beberapa ahli teori merasa skeptis akan kemampuan mengatasi masalah saat tidur

Kognitif Sama seperti kehidupan di saat kita terjaga-untuk mengekspresikan kecemasan dan minat

Beberapa pernyataan spesifik masih harus dibuktikan

Aktivasi-Sintesis

Tidak ada; mimpi terjadi karena sinyal acak dari batang otak, meskipun interpretasi dari korteks terhadap sinyal-sinyal ini dapat merefleksikan kecemasan ataupun konflik

Tidak menjelaskan mimpi yang logis, berupa cerita atau mimpi non-REM

Hipnosis

Hipnosis adalah sebuah prosedur dimana seorang praktisi mensugestikan

perubahan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau perilaku dari subjek (Kirsch&Lynn,

1995). Orang yang terhipnotis mencoba mengubah proses kognisinya sejalan dengan

dengan sugesti yang ditanamkan oleh penghipnotis (Nash&Nadon, 1997).

Hipnosis/hipnotis (Bahasa Inggris: hypnosis) adalah proses psikologis alami yang

"melompati" proses berpikir kritis dan membentuk satu jenis pikiran dan persepsi tertentu

Karakteristik Hipnosis

Berdasarkan sejumlah penelitian laboratoruim yang terkontrol dan studi klinis, sebagian

peneliti menyepakati hal-hal berikut (Kirsch&Lynn, 1995; Nash&Nadon, 1997):

1. Reaksi hipnosis lebih tergantung pada usaha dan kualitas orang yang sedang

dihipnosis dibandingkan dengan keterampilan penghipnosis

2. Orang yang terhipnosis tidak dapat dipaksa melakukan hal yang bertentangan

dengan keinginan mereka sendiri

3. Tindakan-tindakan yang dilakukan dibawah pengaruh hipnosis dapat juga dilakukan

oleh orang yang termotivasi, tanpa harus menggunakan hipnosis

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 9: Irama Sirkadian

4. Hipnosis tidak meningkatkan ketepatan ingatan

5. Hipnosis tidak menghasilkan pengulangan kembali pengalaman kejadian di masa

lalu

6. Sugesti hipnosis telah digunakan secara efektif untuk banyak tujuan psikologis atau

medis

Teori Hipnosis

Beberapa teori hipnosis berusaha mendeskripsikan gejala ini dalam kaitannya dengan

aktivitas otak sedangkan beberapa teori lainnya lebih berfokus pada pengalaman

fenomenologisnya. Terdapat perbedaan fundamental dalam teori hipnosis, yaitu antara

"keadaan" (state) dan "non-keadaan" (non-state). Penganut teori "keadaan" meyakini bahwa

keadaan kesadaran yang berubah adalah bagian pokok dari hipnosis, sementara penganut

teori "non-keadaan" percaya bahwa proses psikologis biasa, seperti perhatian terpusat dan

pengharapan, sudah cukup untuk menerangkan gejala ini. Definisi yang tepat dari apa yang

merupakan keadaan kesadaran yang berubah masih menjadi bahan perdebatan. Meskipun

banyak orang yang dihipnosis mendeskripsikan pengalaman mereka sebagai "berubah",

sulit untuk menggunakan istilah ini tanpa ada definisi yang jelas terlebih dahulu.

[Teori Keadaan Alfa dan Theta

Melalui data yang dikumpulkan dari Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan dari

impuls elektrik yang dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola gelombang

otak yang pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja) didefinisikan sebagai 14-32 putaran per

detik / cycles per second (CPS), keadaan Alfa (santai/relax) sebagai 7-14 CPS, keadaan

Theta (mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur pulas) kira-

kira 3-5 CPS.

Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat gelombang otak yang

diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti merokok, penanganan masalah berat

badan, pengurangan fobia, peningkatan kemampuan olah raga, dll adalah keadaan alfa.

Keadaan alfa pada umumnya diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun.

Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan untuk perubahan

therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta dikaitkan dengan hipnosis

untuk pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan hipnosis untuk mematirasakan rasa sakit),

dan hipnoanalgesia (penggunaan hipnosis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 10: Irama Sirkadian

sakit), di mana pembedahan lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat bius

(anestetik), zat penenang (sedatif) dan hipnosis mengacaukan keselarasan syaraf, yang

dianggap mendasari terjadinya gelombang theta, baik dalam manusia maupun binatang.

Teori Hipnosis yang lain

1.Teori Disosiasi

Ernest Hilgrad (1977, 1986) menyatakan bahwa hipnosis, seperti mimpi yang jelas

dan bahkan distraksi sederhana melibatkan disosiasi, yaitu terpisahnya kesadaran dimana

satu bagian pikiran bekerja sendiri dan terlepas dari kesadaran lainnya.

2. Pendekatan Sosiokognitif

K,irsch (1997); Sarbin (1991); Spanos (1991) menyatakan bahwa efek hipnosis

merupakan hasil interaksi antara pengaruh sosial yang dimiliki penghipnosis (sosio) dan

kemampuan, kepercayaan, serta harapan subjek (kognitif).

Konstruksionisme sosial / teori permainan peran

Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnosis memainkan peran dan membiarkan

penghipnosis menciptakan realitas untuk mereka.

Umumnya, selama proses hipnosis orang menjadi lebih reseptif (mudah menerima) sugesti,

menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan, berpikir, dan berperilaku. Beberapa

psikolog seperti Robert Baker mengklaim bahwa apa yang kita sebut dengan hipnosis

sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial yang dipelajari. Sementara psikolog seperti

Sarbin dan Spanos beranggapan bahwa subjek bermain peran dengan pengharapan sosial

yang kuat, subjek percaya bahwa mereka dalam keadaan terhipnosis, kemudian mereka

berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang yang dihipnosis akan

berperilaku.

Obat-obatan penggugah kesadaran

Obat psikoaktif adalah senyawa yang dapat mengubah persepsi, suasana hati, pikiran,

ingatan, dan perilaku, dnegan cara mengubah zat-zat biokimia dalam tubuh.

1. Stimulan mempercepat ektivitas dalam sistem saraf pusat (nikotin, kafein,

amfetamin, hidroklorida)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 11: Irama Sirkadian

2. Depresan memperlambat aktivitas dalam sistem saraf pusat (alkohol, obat

penenang, kelompok barbiturat)

3. Opiat meredakan rasa sakit (opium, morfin, heroin, obat-obat sintetis; metadhone)

4. Obat-obat psychedelic mengganggu pikiran yang normal (mescaline, salvia

divinorum, psilocybin)

Psikologi dari pengaruh obat

1. Faktor individu mencakup berat badan, metabolisme, tahap awal dari rangsangan

emosional, karakter kepribadian, dan toleransi fisik untuk obat tersebut.

2. Pengalaman dengan mencoba obat mengacu pada berapa kali seseorang telah

mengkonsumsinya.

3. “Latar belakang lingkungan” mengacu pada konteks dimana seseorang

menggunakan obat-obatan.

4. “Set mental” mengacu pada ekspektasi seseorang terhadap pengaruh obat tersebut

dan alasan untuk mengkonsumsinya.

Dampak Psikologis dan Fisiologis dari Obat-obatan :

1.Stimulan mempercepat aktivitas dalam system syaraf pusat.

Obat yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : nikotin, kafein, kokain,

amfetamin ( upper) dan hidroklorida. Dalam dosis sedang, kelompok obat stimulant

menghasilkan perasaan senang, percaya diri dan kegembiraan atau euphoria. Dalam dosis

besar, obat-obat ini membuat orang merasa cemas dan gugup. Dalam dosis yang sangat

besar obat-obat ini dapat menyebabkan kejang-kejang, gagal jantung dan kematian.

Amfetamin adalah obat sintesis yang dikonsumsi dalam bentuk pil, disuntik, dihisap

atau dihirup. Metamfetamin secara struktur mirip dengan amfetamin dan dikonsumsi

dengan cara yang sama pula. Amfetamin dan kokain membuat para penggunanya merasa

segar tapi tidak meningkatkan cadangan energi dalam tubuh. Rasa lelah, perasaan mudah

terganggu dan depresi dapat muncul ketika efek dari obat-obatan ini hilang.

2.Depresan memperlambat aktivitas dalam system syaraf pusat.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I

Page 12: Irama Sirkadian

Yang termasuk dalam jenis obat ini adalah alcohol, obat penenang, kelompok

barbiturate dan sebagian dari zat kimia yang umum dihirup oleh beberapa orang. Kelompok

obat depresan biasanya membuat seseorang merasa tenang, atau mengantuk, meredakan

kecemasan, rasa bersalah, tegangan-tegangan dan rasa malu. Dalam jumlah besar obat ini

menghasilkan ketidakpekaan terhadap rasa sakit dan sensasi lainnya. Seperti juga stimulan,

dalam jumlah besar obat ini dapat menyebabkan tidak teraturnya detak jantung, kejang-

kejang bahkan mengakibatkan kematian.

3.Opiat, meredakan rasa sakit.

Termasuk dalam kelompok ini adalah opium yang dihasilkan dari serbuk sari bunga

opium; morfin yang merupakan turunan dari opium; heroin senyawa turunan dari morfin dan

obat-obatan sintesis seperti methadone. Semuanya mengikuti kerja dari endofrin dan

memiliki efek yang sangat kuat terutama pada emosi seseorang. Ketika disuntikkan dalam

tubuh mereka menghasilkan rush- perasaan euphoria yang tiba-tiba. Obat-obatan ini juga

menurunkan kecemasan dan motivasi walaupun efeknya beraneka ragam.

4.Obat-obatan Psychedelic, mengganggu pikiran yang normal, seperti persepsi ruang dan

waktu.

Terkadang kelompok psychedelic ini menghasilkan halusinasi, terutama yang

bersifat visual. Beberapa jenis kelompok ini adalah lysergic acid diethylamide (LSD),

dibuat dalam laboratorium. Yang lainnya seperti mescaline (yang terbuat dari kaktus

peyote); Salvia divinorum (sebuah tanaman asli Meksiko) dan psilocybin (dari beberapa

jenis jamur tertentu) adalah senyawa-senyawa alamiah. Reaksi emosional terhadap

kelompok psychedelic bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya dan dari waktu ke

waktu yang lain dalam individu yang sama. Sekali terbang mungkin bisa sedikit

menyenangkan atau tidak menyenangkan sebuah pengungkapan mistis atau malah mimpi

buruk.

Dampak Kokain pada Otak

Kokain menghalangi penyerapan kembali neurotransmitter dopamine dan

norepinefrin, oleh otak (reuptake) sehingga kadar dari senyawa ini meningkat. Hasilnya

adalah rangsangan yang berlebihan pada sirkuit otak tertentu dan perasaan euphoria tinggi

yang sesaat. Kemudian, ketika obat tersebut hilang pengaruhnya habisnya dopamine dapat

menyebabkan seseorang merasa sangat lelah menjadi sangat mengantuk dan depresif.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM I