pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar …repo.stikesicme-jbg.ac.id/286/1/kti lengkap...
TRANSCRIPT
-
i
PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA
DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG
(Studi di STIKES ICME Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
INTAN NOFILA PUTRI 14.131.0018
PROGRAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
-
ii
PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA
DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Ahli Madya Analis Kesehatan
INTAN NOFILA PUTRI 14.131.0018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
-
iii
ABSTRAK
PEMERIKSAAN KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR
GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG
Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh**
Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler. Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang. Metode pemeriksaan glukosa darah puasa yang digunakan adalah GOD-PAP. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 9 orang mahasiswa yang telah memasuki kriteria tidur yang kurang 7-8 jam. Desain penelitian ini adalah analitik dengan teknik sampling purposive sampling. Setelah data hasil pemeriksaan glukosa darah puasa terkumpul dilakukan uji statistik uji ANOVA dengan bantuan program SPSS For Windows 19.
Hasil penelitian ini didapatkan uji normalitas p>α dinyatakan normal, uji homogenitas p>α dinyatakan homogen dan uji ANOVA diperoleh nilai (p=0,003). Hasil ini berarti terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.
Kata Kunci : Glukosa darah puasa, Insulin, Kualitas tidur yang kurang
-
iv
ABSTRACT
CHECKING OF LESS SLEEPING QUALITY TO LEVEL OF FASTING BLOOD
GLUCOSE TO STUDENTS OF DIII HEALTH ANALYST IN CLASS B SEMESTER III OF STIKES ICME JOMBANG
Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh**
Sleeping is a process needed by human to forming new body cells, improvement of
broken body cells (natural healing mechanism), giving time for body organ to take a rest as well to keep balancing of metabolism and body biochemistry. Less sleeping can cause some disturbances to immune response, endocrine metabolism and cardiovascular function. Less sleeping can influence the function of endocrine system especially related to disturbance of glucose tolerance, insulin resistance and decreasing of insulin response.
This research had a purpose to know effect of less sleeping to level of fasting blood glucose to students of DIII health analyst in class B semester III of STIKesICMeJombang. Checking method of fasting blood glucose used was GOD-PAP. Number of samples taken were 9 students that fulfilled criteria of less sleeping for 7-8 hours. Research design was analytic with sampling technique was purposive sampling. After result data of checking of fasting blood glucose collected, then statistic test of ANOVA test was done with SPSS program for Windows 19.
This research result was known that normality test p>α was declared normal, homogeneity test p>α was declared homogeny and ANOVA test was obtained value (p=0,003). This result meant that there was effect of less sleeping quality to level of fasting blood glucose.
Keywords : Fasting blood glucose, Insulin, Less sleeping quality
-
v
-
vi
-
vii
-
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan, 03 November 1996 dari pasangan bapak
Muhammad Hafiluddin dan ibu Latifah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Tamberu 1, tahun 2011 penulis lulus
dari SMPN 1 Waru, dan tahun 2014 penulis lulus dari SMK Kesehatan Bina
Husada Pamekasan. Pada tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes
“Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih
Program Studi DIII Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di
STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, July 2017
Yang menyatakan
Intan Nofila Putri 14.131.0018
-
ix
MOTTO
“Seekor burung cenderawasih
Akan selalu terlihat keindahannya dari jauh
Tanpa menunjukkan suara”
-
x
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya, atas segala
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa
Darah Puasa Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III
STIKes ICMe Jombang”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Alhi
Madya Analis Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dr. H. M. Zainul Arifin, Drs., M.Kes., Ibu Umaysaroh, S.
ST.,Ibu Erni Setiyorini, S.KM., MM., Ibu Sri Lestari, S.KM., dosen-dosen Analis
Kesehatan STIKes ICMe Jombang, ayah dan ibu, serta semua pihak yang tidak
penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Karya
Tulis Ilmiah yang penulis susun ini masih memerlukan penyempurnaan. Krtitik
dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan karya ini.
Demikian, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, July 2017
Penulis
Intan Nofila Putri
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................. ii ABSTRAK ............................................................................................ iii LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ............................. v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. vii RIWAYAT HIDUP ............................................................................... viii MOTTO ............................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN......................................................................... . xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Tidur ........................................................................ 6 2.2 Kadar Glukosa Darah ........................................................... 14 2.3 Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar
Glukosa Darah.. ................................................................... 18 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual............................................................ 20 3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ......................................... 21 3.3 Hipotesis ............................................................................... 21 BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 22 4.2 Desain Penelitian ............................................................ 22 4.3 Kerangka Kerja ............................................................... 23 4.4 Populasi, Sampling dan Sampel ...................................... 24 4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel .................. 25 4.6 Peralatan, Bahan dan Prosedur ...................................... 26 4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ..................... 29
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................ 32 5.2 Data Hasil Penelitian............................................................ 32 5.3 Pembahasan ....................................................................... 35 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .......................................................................... 39 6.2 Saran ................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
-
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................... 25 Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ....................... 32 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden ....... 33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 33 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur 33 Tabel 5.5 Kadar Glukosa Darah Puasa ........................................... 34 Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik Normalitas dan Homogenitas ............... 34 Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik ANOVA ................................................ 35 Tabel 5.8 Hasil Uji Tukey ................................................................ 35
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Kualitas Tidur yangKurang
Terhadap Kadar Glukosa Darah ................................... 20 Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang
Terhadap Kadar Glukosa Darah ................................... 23
-
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adreno Corticotropin Hormon
ECG : Electrocardiograph
EEG : Electroencephalogram
EMG : Electromiogram
GH : Growth Hormon
HPA : Hypotalamus Pituitary Adrenal
HPS : Hypotalamus Pituitary Somatotropich
NREM : Non Rapid Eye Movement
REM : Rapid Eye Movement
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian di STIKes ICMe Jombang Lampiran 2 Informed Consent (Lembar Persetujuan) Lampiran 3 Lembar Kuesioner Lampiran 4 Dokumentasi Lampiran 5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 Surat Penelitian Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Lampiran 8 Surat Pemberitahuan Seminar Proposal Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 Lampiran 11 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 Lampiran 12 Pernyataan Bebas Plagiasi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi
banyak, rata-rata hampir satu perempat hingga satu pertiga waktu
digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu
keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses
yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang
baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism),
memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur
bagi manusia dapat mengendalikan irama kehidupan sehari-hari. Salah
satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan
sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. Dalam The
World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada
tubuh, khususnya kepada otak dan sistem syaraf (Purwanto, 2008).
Tidur yang baik adalah tidur selama 7-8 jam setiap hari. Tidur
sebaiknya dilakukan pada malam hari setelah melakukan aktivitas
seharian (Suharjana, 2012).
Beberapa penelitian yang ditulis di beberapa situs
menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan
bangun pukul 05.00 keesokan harinya. Kemudian penelitian terhadap
kelompok anak-anak muda di Denpasar menunjukkan 30-40% aktivitas
mereka untuk tidur. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Jepang
disebutkan 29% responden tidur kurang dari 6 jam, 23% merasa
kekurangan dalam jam tidur 6% menggunakan obat tidur, kemudian 21%
1
-
2
memiliki prevalensi insomnia dan 15% kondisi mengantuk yang parah
pada siang harinya (Liu dalam Purwanto, 2008).
Kurang tidur dapat membahayakan bagi diri kita. Bila tidur kurang
lelap, maka kita akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun.
Kehilangan jam tidur meskipun sedikit mempunyai akibat yang sangat
berpengaruh untuk beraktivitas, kemampuan konsentrasi, kinerja,
produktivitas, keterampilan komunikasi, dan kesehatan secara umum,
termasuk sistem gastrointestinal, fungsi kardiovaskuler dan sistem
kekebalan tubuh (Parmet dalam Purwanto, 2008).
Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan
irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit
dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur
merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk
menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental.
Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan
tidur dengan poligrafi tidur yaitu Electroencephalogram (EEG),
Electrocardiograph (ECG), Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring
dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak
beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua
puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima
puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).
Manusia memakai satu pertiga waktunya untuk tidur. Tidur
merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan
lingkungannya untuk sementara. Pada waktu tidur individu menutup
matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah,
tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja
dalam Purwanto, 2008).
-
3
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada
respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay,
Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat
mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan
toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.
Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam
berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam
Arifin, 2011).
Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah akan menurun
menjelang malam hari sehingga mencapai kadar terendah saat tidur (Van
dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Namun pada keadaan sleep deprived,
kadar kortisol akan meningkat disebabkan karena teraktivasinya aksis
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) (Balbo & Reynolds dkk dalam
Arieselia dkk, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk
mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya
korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG.
Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan
berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang
disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk
dalam Arieselia dkk, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa
oleh otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan
produksi glukosa oleh hepar (Van & Dinneen dkk dalam Arieselia, 2014).
Peningkatan kadar kortisol pada malam hari akan mengganggu
aktivitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh otot menurun.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa produksi glukosa oleh hepar
meningkat karena kortisol menganggu fungsi sel ß pankreas, serta
meningkatkan kadar dan aktivitas enzim yang terlibat dalam proses
-
4
pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen
(glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).
Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem
neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA
axis). Aktivitas setres menyebabkan hipotalamus mensekresi
Corticotropin Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran
adrenocorticotropin dan merangsang korteks adrenal untuk mensekresi
hormon glukokortikoid seperti kortisol. Kortisol mempengaruhi
pemecahan karbohidrat, protein dan lemak melalui proses
glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa sebagai sumber energi
serta berperan dalam mempengaruhi fungsi tubuh selama periode
istirahat (Smeltzer & Bare dalam Arifin, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan 4
dari 10 mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes
ICMe Jombang menyatakan kualitas tidurnya cukup sedangkan 6 dari 10
di antaranya kualitas tidurnya kurang.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa
darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III
STIKes ICMe Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar
glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B
semester III STIKes ICMe Jombang ?
-
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang
terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis
Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis kualitas tidur yang kurang.
2. Menganalisis kadar glukosa darah puasa.
3. Menganalisis pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap
kadar glukosa darah puasa..
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang
terhadap kadar glukosa darah puasa.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap
kadar glukosa darah puasa.
1.4.2.2 Bagi Instansi
Dapat memberikan penyuluhan kepada berbagai
pihak mengenai adanya pengaruh kualitas tidur yang
kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.
1.4.2.3 Bagi Peneliti Lain
Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk
melakukan pengembangan penelitian selanjutnya.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Tidur
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi. Tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung secara
berkala melalui beberapa tahap mulai dari adanya penurunan kesadaran
sampai dengan tidak adanya aktivitas (Venes dalam Arifin, 2011). Tidur
berfungsi untuk mempertahankan status kesehatan yang optimal melalui
periode istirahat untuk menyimpan dan menyiapkan energi untuk kegiatan
berikutnya. Secara fisiologis periode tidur terdiri dari periode terjaga, tidur
Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement (REM)
(Steiger & Loriz dalam Arifin, 2011).
2.1.1 Rapid Eye Movement (REM)
Tidur REM sekitar 20-25% total waktu tidur yang bervariasi
antara individu yang satu dengan yang lain. Pada orang dewasa
normal, tidur REM meningkat pada malam hari dan merupakan
sepertiga dari waktu tidur (Stevens dalam Arifin, 2011).
Selama periode tidur REM terjadi beberapa perubahan
fisiologis diantaranya frekuensi pernafasan dan denyut jantung
lebih cepat dan tidak teratur, aliran darah ke otak meningkat,
denyut jantung dan tekanan darah sangat bervariasi diantara
individu. Selama 2 jam pertama periode tidur terjadi peningkatan
sekresi Growth Hormon (GH), Adreno Corticotropin Hormon
(ACTH) sedangkan hormon kortisol disekresi selama pertengahan
waktu tidur (Venes dala Arifin, 2011).
6
-
7
2.1.2 Non Rapid Eye Movement (NREM)
Tidur NREM merupakan 75-80% dari waktu tidur secara
keseluruhan. Rentang waktu dari siklus tidur mulai dari NREM
sampai dengan REM memerlukan waktu kurang lebih 90-100
menit (Stevens dalam Arifin, 2011).
Selama periode tidur NREM terjadi beberapa perubahan
fisiologis diantaranya adanya penurunan suhu tubuh, sekresi urine
berkurang, denyut jantung dan frekuensi pernafasan menjadi lebih
pelan dan teratur (Stevens dalam Arifin, 2011).
Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan
irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan
terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur merupakan
kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan
kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Neourofisiologi tidur, dapat
digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur
yaitu Electroencephalogram (EEG), Electrocardiograph (ECG),
Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring dalam keadaan masih
terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan
frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik
dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt
(Panteri dalam Purwanto, 2008).
Manusia memakai sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur
merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan
lingkungannya untuk sementara. Pada waktu tidur individu menutup
matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah,
tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja
dalam Purwanto 2008).
-
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :
1. Usia
Kebutuhan tidur mengalami perubahan sesuai dengan
usia, pada umumnya gangguan tidur meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Pada orang dewasa kebutuhan waktu
istirahat tidur adalah kurang lebih 7-8 jam pada waktu malam hari
untuk mempertahankan fungsi fisiologis setiap hari. Bertambahnya
usia berhubungan dengan adanya penurunan kualitas tidur malam
dimana sekitar 30% individu mengalami insomnia. Hubungan
antar usia dengan insomnia adalah adanya perubahan irama
sirkadian yang mengatur siklus tidur dan menyebabkan gangguan
siklus tidur dan terjaga (Juddith, Julie & Elizabeth dalam Arifin,
2011).
2. Gaya hidup
Perubahan pola tidur dapat dipengaruhi oleh aktivitas rutin
sehari-hari. Pada individu yang bekerja dengan 2 shift siang dan
malam sering kesulitan dalam mengatur jadwal tidurnya. Selain itu
faktor lain yang juga mempengaruhi pola tidur adalah akibat
bekerja berat, latihan, aktivitas sosial yang larut serta perubahan
pola makan waktu malam hari (Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
3. Suhu
Suhu tubuh dapat mempengaruhi pola tidur. Peningkatan
suhu tubuh dapat mengganggu pola tidur karena individu menjadi
lebih sering terbangun (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter &
Perry dalam Arifin, 2011).
-
9
4. Nutrisi
Kebiasaan pola makan yang baik sangat berhubungan
dengan kesehatan salah satunya adalah pola tidur. Gangguan
pola tidur dapat berhubungan dengan pola makan. Hubungan pola
makan dengan gangguan pola tidur dapat terjadi pada individu
yang memiliki kebiasaan makan sebelum waktu tidur dan makan
yang berlebihan. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung
kafein, nikotin, alkohol dan xanthine dapat merangsang sistem
saraf pusat sehingga berdampak pada perubahan pola tidur
(Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin,
2011).
5. Latihan
Latihan dapat mempengaruhi tidur sewaktu malam hari.
Bertambahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan aktivitas tidur
REM dan NREM. Latihan akan meningkatkan keluhan fatique
sehingga akan memicu produksi Soporotic atau Sleep-inducing
effect dan akan meningkatkan waktu istirahat dan tidur. Latihan
yang dilakukan kurang lebih 2 jam sebelum tidur dapat
memberikan waktu tubuh untuk istirahat akibat adanya rasa lelah
serta akan meningkatkan relaksasi (Harkreader, Hogan &
Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
6. Stres emosional
Emosi dan rasa khawatir yang berlebihan dapat
mengganggu pola tidur individu. Stres emosional menyebabkan
adanya tekanan yang seringkali menimbulkan frustasi sehingga
individu akan mengalami kesulitan untuk memulai tidur atau
sebaliknya pada beberapa individu stres akan menyebabkan
-
10
individu cenderung untuk lebih banyak tidur (Harkreader, Hogan &
Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
7. Merokok
Kadar nikotin yang tinggi menyebabkan peningkatan waktu
terjaga dan perilaku agitasi. Nikotin memiliki waktu paruh sekitar
1-2 jam, individu yang merokok lebih dari 1 batang dalam
beberapa jam menjelang waktu tidur akan mengalami kesulitan
untuk memulai tidur. Kebiasaan merokok dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan kerusakan paru secara permanen
sehingga menimbulkan hipoksia. Hipoksia menyebabkan keluhan
fatique sehingga tubuh memerlukan waktu yang lama untuk
istirahat (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam
Arifin, 2011).
8. Lingkungan
Lingkungan fisik dapat mempengaruhi kemampuan
individu memulai tidur dan mempertahankan waktu tidurnya.
Keadaan ventilasi yang baik, suhu yang nyaman, penerangan
ruangan yang cukup serta ukuran dan posisi tempat tidur
merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan waktu istirahat
dan tidur yang cukup (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter &
Perry dalam Arifin, 2011).
9. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi pola tidur
diantaranya adalah asma, penyakit jantung koroner, hipertensi,
hipotiroid, hipertiroid, dan diabetes (Potter & Perry dalam Arifin,
2011). Diabetes dan gangguan tidur saling berhubungan dimana
diabetes dapat menyebabkan gangguan tidur dan sebaliknya
-
11
beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur yang kurang akan
meningkatkan resiko mengalami diabetes (Juddith, Smith, Julie &
Elizabeth dala Arifin, 2011).
Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-
tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu EEG, ECG, EMG. Pada
saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan
gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima
belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu
kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).
Selanjutnya dalam keadaan yang lelah dan siap tidur mulai
untuk memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak yang muncul
mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi
lebih teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha yang
memiliki 8 hingga 12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan
santai, tidak tegang tapi terjaga (Purwanto, 2008).
Setelah beberapa menit dalam keadaan alpha kecepatan
napas mulai melambat. Ini adalah transisi tidur awal (tidak nyenyak)
yang ditandai oleh gelombang theta 50 hingga 100 mikrovolt, 4 hingga
8 putaran perdetik. Dalam keadaan permulaan tidur ini denyut jantung
melambat dan menjadi stabil, napas menjadi pendek pendek dan
teratur. Tahap ini dapat berlangsung dari sepuluh detik hingga 10
menit dan kadang disertai dengan citra visual yang disebut halusinasi
hipnagogik, karena otot rangka tiba-tiba mengendur, dan kadang
mengalami sensasi seperti jatuh, yang menyebabkan kita terbangun
sebentar dengan gerakan yang menyentak, keadaan ini dinamakan
tidur tahap pertama (Purwanto, 2008).
-
12
Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta
dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo
tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di
monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada
tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun berlangsung sekitar 10
hingga 20 menit menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Pada
tahap ini seseorang biasanya tidak dapat merespon rangsang dari luar,
dan rata-rata bila seseorang dibangunkan pada tahap ini akan merasa
betul-betul telah tertidur (Purwanto, 2008).
Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit adalah memasuki
tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggi dengan
frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini
dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali
gelombang theta dan tinggal yang ada gelombang delta dengan 0,5–
2 putaran perdetik, amplitudo 100–200 mikrovolt. Dalam tidur delta ini
relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut
nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada
batas minimal. Kondisi tidur normal ini tidak selamanya dirasakan oleh
seseorang yang akan memasuki tidur. Gangguan dan kesulitan tidur
seringkali mengganggu baik ketika memasuki tahap pertama tidur
ataupun ketika tidur berlangsung. Gangguan ini dapat terjadi karena
adanya permasalahan psikis maupun fisik, yang dapat menimbulkan
kesulitan seseorang untuk memasuki keadaan tenang. Keadaan
cemas yang berlebihan akan menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks
dan pikiran tidak terkendali (Purwanto, 2008).
-
13
Gangguan tidur yang sering muncul dapat digolongkan
menjadi 4 yaitu (Purwanto, 2008) :
1) Insomnia : gangguan masuk tidur dan mempertahankan tidur.
2) Hypersomnia : gangguan mengantuk atau tidur berlebihan.
3) Disfungsi kondisi tidur seperti somnabolisme, night teror.
4) Gangguan irama tidur.
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada
respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay &
Caple dkk dalam Arifin, 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat
mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan
toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.
Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam
berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam
Arifin, 2011).
Selama periode awal tidur malam sekresi hormon pertumbuhan
Growth Hormone (GH) meningkat sedangkan kadar Adreno Corticotropin
Hormon (ACTH) dan kortisol menurun. Adapun pada periode akhir tidur
sekresi ACTH dan kortisol mengalami peningkatan sedangkan kadar
hormon pertumbuhan GH menurun. Selama periode tidur malam hari juga
terjadi hubungan yang bersifat timbal balik antara Hypothalamus-pituitary
somatotrophic (HPS) dan Hypothalamus pituitary adrenocortical (HPA)
(Steiger dalam Arifin, 2011).
Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah akan menurun
menjelang malam hari, sehingga mencapai kadar terendah saat tidur
(Van dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Namun pada keadaan sleep
deprived, kadar kortisol akan meningkat disebabkan karena teraktivasinya
aksis Hypothalamus-pituitary adrenal (HPA) (Balbo & Reynolds dkk dalam
-
14
Arieselia, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk
mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya
korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG.
Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan
berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang
disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk
dalam Arieselia, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa oleh
otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan produksi
glukosa oleh hepar (Van & Denneen dkk dalam Arieselia, 2014).
Peningkatan kadar kortisol pada malam hari akan mengganggu
aktivitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh otot menurun.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa produksi glukosa oleh hepar
meningkat karena kortisol menganggu fungsi sel ß pankreas, serta
meningkatkan kadar dan aktivitas enzim yang terlibat dalam proses
pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen
(glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).
2.2 Kadar Glukosa Darah
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang kebanyakan
diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah
menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar utama dalam
jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi (Aritonang
dalam Amir dkk, 2015).
Glukosa adalah gula sederhana atau monosakarida yang
merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Karbohidrat ketika berada dalam saluran pencernaan selanjutnya akan
dipecah menjadi glukosa dan diabsorpsi secara langsung ke dalam aliran
darah. Glukosa merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan oleh
-
15
sel-sel saraf serta untuk mencegah gangguan fungsi syaraf dan kematian
sel (Ignatavicius & Workman dalam Arifin, 2011).
Glukosa darah merupakan bagian dari karbohidrat seperti
glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa darah adalah konsentrasi
glukosa yang terdapat dalam darah dan diukur dalam mg/100 ml darah.
Dalam keadaan normal kadar glukosa darah puasa dipertahankan dalam
rentang 70-100 mg/dL. Untuk keadaan kadar glukosa darah puasa yang
tidak normal ada dua yaitu Hiperglikemia dan Hipoglikemia. Hiperglikemia
adalah kondisi dimana kadar glukosa darah puasa >100 mg/dL
sedangkan hipoglikemia suatu kondisi dimana kadar glukosa darah puasa
-
16
memerlukan energi melebihi pengeluaran energi selama istirahat.
Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan
struktur dengan gerakan secara berulang untuk meningkatkan
atau mempertahankan kebugaran fisik (Sigal dalam Arifin,2011).
3 Penggunaan obat
Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh
penggunaan obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin.
Mekanisme kerja obat dalam menurunkan kadar glukosa darah
antara lain dengan merangsang kelenjar pankreas untuk
meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi glukosa
dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga
dapat mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang reseptor.
Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan
hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah
glukotoksisitas yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan fungsi
sel beta pankreas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Chang dkk,
Simadibrata & Setiati dalam Arifin, 2011).
4 Stres
Ketika terjadi stres maka tubuh akan merespon dengan
mengaktifkan sistem saraf yang diikuti dengan adanya aktivitas
jalur simpatis-adrenal-medula dan diakhiri oleh aktivitas sistem
hipotalamus-pituitari. Respon sistem saraf simpatis berlangsung
cepat dan singkat dengan mensekresi norepinefrin pada ujung
saraf yang berhubungan langsung dengan organ target dan akan
meningkatkan fungsi organ vital, peningkatan frekuensi jantung,
vasokontriksi pembuluh darah perifer serta adanya peningkatan
tekanan darah (Lloyd, Smith & Weinger dalam Arifin, 2011).
-
17
Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan
hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon
epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. Peningkatan
konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan
peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya
penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan
peningkatan glukagon (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal
dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan hemostasis dalam
tubuh melalui 2 cara yaitu :
1. Bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari
hati dengan jalan memecah glikogen hati.
2. Bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan
dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot
dirubah menjadi glikogen otot (Suryono & Musaira dalam
Qurratuaeni, 2009).
Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem
neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA
axis). Aktivitas stres menyebabkan hipotalamus mensekresi Corticotropin
Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran adrenocorticotropin
dan merangsang korteks adrenal untuk menesekresi hormon
glukokortikoid seperti kortisol. Kortisol mempengaruhi pemecahan
karbohidrat, protein dan lemak melalui proses glukoneogenesis yang
menghasilkan glukosa sebagai sumber energi serta berperan dalam
mempengaruhi fungsi tubuh selama periode istirahat (Smeltzer & Bare
dalam Arifin, 2011).
-
18
Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan
beberapa organ tubuh yang utama. Hiperglikemia dapat menyebabkan
komplikasi kronis yang meimbulkan terjadinya kerusakan dan gangguan
fungsi ginjal, mata, syaraf dan risiko terjadinya gangguan kardiovaskuler
yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta
berkontribusi terhadap timbulnya kerusakan pembuluh darah perifer
(James dalam Arifin, 2011). Berdasarkan hal tersebut, perlu diteliti
apakah ada pengaruh kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada
seseorang.
2.3 Pengaruh Kualitas Tidur Yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa
Darah
Kurang tidur diketahui mempunyai efek yang cukup
mengganggu bagi kesehatan tubuh manusia. Hal itu karena saat
seseorang tidur, tubuh akan melakukan detoksifikasi alami untuk
mengusir racun dalam tubuh (Tarihoran, 2015).
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada
respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay,
Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat
mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan
toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.
Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam
berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam
Arifin, 2011).
Pada keadaan kurang tidur, terdapat peningkatan aktivitas sistem
saraf simpatis (Spiegel dalam Arieselia, 2014). Peningkatan aktivitas ini
dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah melalui peningkatan
-
19
glukoneogenesis dan glikogenolisis (Gangwisch, Cumberbatch & Donga
dalam Arieselia, 2014). Aktivitas saraf simpatis juga menginhibisi sekresi
insulin oleh sel ß pankreas dan menurunkan penyerapan glukosa oleh
hepar (net hepatic glucose uptake), sehingga menyebabkan peningkatan
kadar gula darah (Watanabe, Knutson, Spiegel & Moore dkk dalam
Arieselia, 2014).
-
20
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh kualitas tidur yang
kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada
mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester
III STIKes ICMe Jombang.
Variabel Independent
Kualitas tidur :
Gaya hidup
Stress
emosional
Lingkungan
Tidur
berkualitas
Tidur tidak
berkualitas
Normal
Tidak normal
Variabel Dependent
Kadar Glukosa
Darah puasa
Faktor pengaruh
kadar glukosa darah :
Diet
Aktifitas fisik
Penggunaan
obat
Stress
Faktor pengaruh
Kualitas Tidur :
Usia
Suhu
Nutrisi
Latihan
Merokok
Penyakit
20
-
21
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konseptual di atas terdapat dua macam
variabel yang diteliti yaitu Variabel Independent (Kualitas tidur) dan
Variabel Dependent (Kadar Glukosa Darah). Kualitas tidur dipengaruhi
oleh faktor : Gaya hidup, stress emosional dan lingkungan. Kadar
Glukosa Darah dipengaruhi oleh faktor : Diet, aktifitas fisik, penggunaan
obat dan stress.
3.3 Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar
glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas
B semester III STIKes ICMe Jombang.
Hi : Ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa
darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B
semester III STIKes ICMe Jombang.
-
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
4.1.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian di laksanakan dari perencananaan
penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan akhir,
yaitu sejak bulan November 2016 sampai bulan Juli 2017.
4.1.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa STIKes ICMe
Jombang yang dilaksanakan diruang Laboratorium Kimia Klinik
Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.
4.2 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah AnalitikCross
Sectionalyaitu meneliti mengenai siapa saja yang sesuai dengan kriteria
untuk dijadikan sampel, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa yang hasilnya tidak akan langsung digunakan dan
dikeluarkanbegitu saja, akan tetapi dianalisa terlebih dahulu sehingga
mudah untuk dipahami.
22
-
23
4.3 Kerangka Kerja
Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 :Kerangka kerja dari uji Pengaruh kualitas tidur yang kurangterhadap
kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis
Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
Identifikasi Masalah
Penyusunan Proposal
Populasi Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III
STIKes ICMe Jombang
Sampel
Darah
Sampling Purposive Sampling
Desain penelitian
Analitik
Penyajian Data
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisa Data
Penarikan Kesimpulan
Penyusun Laporan akhir
-
24
4.4 Populasi, Sampling dan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII Analis
Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
4.4.2 Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa saja yang sesuai
(memenuhi kriteria) pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B
semester III STIKes ICMe Jombang untuk dijadikan sampel.
4.4.3 Sampel
Sampel penelitian ini adalah orang dengan kualitas tidur yang
kurang pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III
STIKes ICMe Jombang.
Inklusi
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes
ICMe Jombang tidurnya yang kurang.
Bersedia diteliti.
Eksklusi
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes
ICMe Jombang yang mengkonsumsi obat-obatan yang
mempengaruhi kadar glukosa darah puasa misalnya obat
hipoglikemia oral maupun dengan insulin.
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes
ICMe Jombang yang merokok.
-
25
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes
ICMe Jombang yang menderita Diabetes Mellitus.
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identifikasi variabel
a. Variabel independent
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel
independent adalah Kualitas Tidur.
b. Variabel dependent
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel
dependent adalah Kadar Glukosa Darah Puasa.
4.5.2 Definisi operasional variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4.5.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No.
Variabel Definisi Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Kategori
1. Variabel Independent Kualitas
Tidur Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung secara berkala melalui beberapa tahap mulai dari adanya penurunan kesadaran sampai dengan tidak adanya aktivitas. (Venes dalam Arifin, 2011). Tidur berfungsi untuk
Menurut venes, Steiger dan Loriz
Kuesioner Nominal Kriteria tidur yang kurang 7-8 jam
-
26
mempertahankan status kesehatan yang optimal melalui periode istirahat untuk menyimpan dan menyiapkan energi untuk kegiatan berikutnya. Secara fisiologis periode tidur terdiri dari periode terjaga, tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement (REM). (Steiger & Loriz dalam Arifin, 2011).
2 Variabel Dependent Kadar
Glukosa Darah
Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah. Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik. (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).
Kadar glukosa darah puasa dalam mg/dL
Observasi Interval Normal : 70-100 mg/dL Tidak normal : Hiperglikemia >100 mg/dL Hipoglikemia
-
27
4.6.1 Peralatan
1. Fotometer 7. Spuit
2. Centrifuge 8. Tourniquet
3. Timer 9. Mikropipet
4. Tabung serologi 10. Blue tip
5. Rak tabung serologi 11. Yellow tip
6. Label 12. Kapas
4.6.2 Bahan
1. Darah vena yang diambil serumnya
2. Alkohol 70%
3. Aquadest
4. Reagen pemeriksaan glukosa darah dengan komposisi :
Phosphate buffer pH 7,5 250 mmol/L
Phenol 5 mmol/L
4-Aminoantipyrine 0,5
mmol/L
Glucose Oxidase (GOD) ≥ 10
kU/L
Peroxidase (POD) ≥ 1 kU/L
Standart 100 mg/dl
(5,55 mmol/L)
4.6.3 Prosedur pengambilan darah
1. Meluruskan lengan pasien, kemudian memasang tourniquet pada
lengan atas pasien ± 3 cm dari siku.
2. Mendesinfeksikan kulit sekitar tempat pengambilan darah
(daerah vena difosa cubity) dengan alkohol 70% dan biarkan
sampai mengering.
-
28
3. Melakukan penusukan pada vena dengan posisi jarum 30˚ dari
kulit, bila darah tampak mengalir ke dalam spuit, menarik toraks
pelan-pelan hingga mendapatkan darah sesuai kebutuhan.
4. Melepaskan tourniquet dan mengeluarkan jarum dengan hati-
hati, menutupi bekas tusukan dengan kapas kering.
4.6.4 Prosedur pemeriksaa kadar glukosa darah puasa dengan
metode GOD-PAP
1. Menyiapkan tabung dan mengalirkan darah ke dalam tabung lewat
dinding tabung secara perlahan.
2. Menunggu darah sampai membeku (± 20 menit) dan segera
mensentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpmuntuk
memisahkan serum dari bekuan darah. Memisahkan serum jernih
dari bekuan darah dengan menggunakan mikropipet sesuai
volume serum yang dibutuhkan untuk pemeriksaan glukosa
darah puasa metode GOD-PAP.
3. Mengambil serum yang akan diperiksa sebanyak 10 µl dan
memasukkan ke dalam tabung pertama sebagai sampel.
4. Mengambil standart glukosa darah sebanyak 10 µl dan
memasukkan ke dalam tabung kedua sebagai standart.
5. Mengambil aquadest sebanyak 10 µl dan memasukkan ke dalam
tabung ketiga sebagai blanko.
6. Menambahkan reagen glukosa darah ke dalam masing-masing
tabung sebanyak 1000 µl.
7. Menghomogenkan dan menginkubasi selama 10 menit pada suhu
25˚C.
-
29
8. Menekan tombol power pada fotometer, mensetting pemeriksaan
glukosa darah dengan metode End Point dan panjang gelombang
546 nm.
9. Memasukkan isi dari tabung blanko terlebih dahulu, kemudian isi
dari tabung standart, dan yang terakhir isi dari tabung sampel.
Setelah beberapa saat, hasil akan muncul pada layar dan
mencatat hasil tersebut.
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan, maka data
diolah melalui tahapan Editing, Coding, Entry data dan Tabulating.
4.7.1 Teknik Pengolahan Data
1) Editing
Dalam editing ini jawaban dari responden akan dikoreksi
kembali untuk mengetahui kelengkapan pengisian kuesioner dan
kesesuaian jawaban dengan pertanyaan.
2) Coding
Dalam coding ini dilakukan dengan memberikan
pengkodean jawaban dari responden supaya lebih mudah dalam
menganalisa data. Pengkodean dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Responden
Responden no. 1 kode R1
Responden no. 2 kode R2
Responden no. n kode Rn
Jenis kelamin
Laki-laki kode J1
Perempuan kode J2
-
30
Umur kode U
3) Entry data
Entry data dalam penelitian ini dilakukan dengan
memasukkan data hasil penelitian berupa jawaban dari responden.
4) Tabulating
Data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner dan
pemeriksaan glukosa darah puasa terhadap responden
dimasukkan ke dalam tabel-tabel sesuai dengan jenis variabel yang
diolah.
4.7.2 Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan pengolahan data setelah data
terkumpul dari hasil pengumpulan data.
Analisa data dalam pemeriksaan ini dinyatakan dalam persentase.
Setelah hasil diperoleh langsung dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi sampel kadar glukosa yang tidak normal
N : Jumlah semua sampel yang diteliti
4.7.3 Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah Uji ANOVA karena skala
datanya adalah Interval. Dengan bantuan program komputer
SPSSFor Windows 19 dihasilkan nilai p(p value). Jika nilai p
-
31
Ho ditolak Hi diterima, artinya ada Pengaruh Kualitas Tidur yang
Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa DIII
Analis Kesehatan Kelas B Semester III STIKes ICMe Jombang. Jika
p≥α maka Ho diterima Hi ditolak, artinya tidak ada Pengaruh Kualitas
Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III STIKes ICMe
Jombang.
-
32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Laboratorium kimia klinik merupakan salah satu fasilitas yang
dimiliki oleh program studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang,
yang berfungsi sebagai sarana penunjang pembelajaran dalam praktikum
tentang kimia klinik. Bahan yang digunakan dalam praktikum di
laboratorium kimia klinik khususnya untuk pemeriksaan kimia klinik yaitu
sampel darah, urine dan cairan tubuh lainnya. Selain itu peralatan dan
reagen yang ada cukup baik dan memadahi sehingga pembelajaran
pemeriksaan di laboratorium ini dapat sesuai dengan standar
laboratorium di lapangan.
5.2 Data Hasil Penelitian
Tabel 5.1 Hasil perhitungan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
No. Responden
Umur (Th)
Jenis Kelamin (L/P)
Hasil Pemeriksaan
Kualitas Tidur
1 20 P 80,79 mg/dL 1 2 20 P 83,00 mg/dL 1 3 21 P 85,15 mg/dL 2 4 21 P 94,03 mg/dL 3 5 19 P 91,15 mg/dL 2 6 21 P 85,82 mg/dL 2 7 20 P 98,19 mg/dL 3 8 20 P 92,49 mg/dL 3 9 20 P 81,15 mg/dL 1
Rata-rata : 87, 37 mg/dL
Sumber : Data primer 2017
Keterangan :
Nomor kualitas tidur 1 : Tidur selama 4 jam
2 : Tidur selama 5 jam
3 : Tidur selama 6 jam
32
-
33
Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 9
mahasiswa perempuan kelas B semester III yang berumur 19, 20 dan 21
tahun dengan kondisi tidur yang kurang dari 7-8 jam. Jumlah responden
hanya diambil 9 orang karena dari total populasi didapatkan 12
mahasiswa yang mengalami tidur yang kurang namun jumlah mahasiswa
yang bersedia untuk dijadikan responden penelitian hanya 9 mahasiswa.
5.2.1 Data Umum
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden No. Umur Frekuensi Persentase (%)
1. 19 1 11%
2. 20 5 55%
3. 21 3 34%
Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.2 dari tabel di atas
dapat diketahui responden yang berumur 20 tahun terdapat 5
responden (55%).
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1. Perempuan 9 100%
2. Pria 0 0%
Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa seluruh responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 9 responden (100%).
-
34
3) Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur No. Lama Tidur Frekuensi Persentase (%)
1. 4 jam 3 33,3%
2. 5 jam 3 33,3%
3. 6 jam 3 33,3%
Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa ketiga kelompok
tidur jumlahnya sama yaitu 3 responden (33,3%).
5.2.2 Data Khusus
Kadar glukosa darah puasa mahasiswa Stikes ICME
Jombang kelas B semester III dikategorikan menjadi normal dan
abnormal yang dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Kadar glukosa darah puasa mahasiswa Stikes ICME Jombang kelas B semester III
No. Kadar Glukosa Frekuensi Persentase (%)
1. Normal 9 100% 2. Abnormal 0 0% Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 9 responden
seluruh responden memiliki kadar glukosa darah puasa normal sebesar 9
responden (100%).
Tabel 5.6 Hasil uji statistik normalitas dan homogenitas Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
No Tidur Hasil Uji Normalitas (p)
Hasil Uji Homogenitas (p)
1 4 jam 0,291 2 5 jam 0,195 0,192 3 6 jam 0,505
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.6 hasil nilai signifikansi dari uji normalitas
yaitu 0,291, 0,195 dan 0,505. Untuk memenuhi normalitas hasil nilai
signifikansi harus lebih besar dari 0,05. Test yang digunakan yaitu shapiro
wilkkarena data yang digunakan kurang dari 50 karena lebih akurat dalam
-
35
perhitungannya. Kemudian dapat dilihat bahwa sig. Secara keseluruhan
lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa data hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa normal. Hasil dari uji homogenitas yaitu 0,192
dinyatakan homogen karena nilai p>α.
Tabel 5.7 Hasil uji statistik ANOVA Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
ANOVA Rata-rata P
Antara grup 132,617 0,003 Dalam grup 6,970
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.7 diperoleh df1=2, df2=6 dan
Fhitung=19,027. Ftabel untuk df1=2, df2=6 dan alpha=0,05 adalah 5.14.
karena Fhitung=19,027 > Ftabel=19,027 maka Hi ditolak yang berarti
rata-rata kadar glukosa darah tersebut tidak sama. Karena tidak sama
maka perlu dilakukan analisis lanjut untuk mengetahui manakah dari
ketiga waktu tersebut yang menyebabkan perbedaan dengan
menggunakan analisis Tukey.
Tabel 5.8 Hasil uji Tukey Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
No Tidur Hasil p
1 4 jam 81,6467 2 5 jam 87,3733 0,084 3 6 jam 94,9033
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.8 didapatkan bahwa rata-rata antara 4 jam
dan 5 jam tidak berbeda secara signifikan. Sementara pada tidur 6 jam
memiliki perbedaan rata-rata dibanding dua waktu lainnya.
5.3 Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa
darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III
STIKes ICMe Jombang. Jumlah keseluruhan responden penelitian
-
36
iniadalah sebanyak 9 mahasiswa. Pada penelitian ini dipilih
respondenmahasiswa yang tidurnya kurang dari 7-8 jam untuk dilakukan
pemeriksaan.
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada
respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay,
Caple & Grose dalam Arifin, 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur
dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan
gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon
insulin (Spiegel dalam Arifin, 2011). Pada keadaan kurang tidur, terdapat
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (Spiegel dalam Arieselia,
2014). Peningkatan aktivitas ini dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah melalui peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis
(Gangwisch, Cumberbatch & Donga dalam Arieselia, 2014).
Pada penelitian ini didapatkan hasil 9 mahasiswa yang diuji
memiliki kadar glukosa darah puasa rata-rata 87,97mg/dL. Hal tersebut
menunjukan hasil yang normal karena nilai normal kadar glukosa darah
puasa yaitu 70-100 mg/dL. Keadaan hiperglikemia terjadi jika kadar
glukosa darah puasa lebih dari 100 mg/dL sedangkan kondisi
hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah puasa kurang dari 70 mg/dL.
Hasil normal ini terjadi karena rata-rata subjek yang digunakan dalam
penelitian tidak mengalami proses kurang tidur yang berjalan dengan
waktu yang cukup lama. Proses kurang tidur yang dialami mereka hanya
terjadi selang beberapa hari kembali ketidur yang cukup kemudian hari
berikutnya terjadi tidur yang kurang lagi. Data diuji dengan menggunakan
SPSS For Windows 19 untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur
terhadap kadar glukosa darah puasa.Uji yang dilakukan adalah uji
ANOVA dengan syarat harus melakukan uji normalitas dan homogenitas
-
37
terlebih dahulu. Pada uji normalitas diperoleh hasil tidur 4 jam p=0,291
hasil ini dinyatakan p>α (normal), 5 jam p=0,195 hasil ini dinyatakan p>α
(normal), 6 jam p=0,505 hasil ini dinyatakan p>α (normal) (Lampiran 3).
Uji homogenitas diperoleh hasil p=0,192 hasil ini dinyaatakan p>α
(homogen) (Lampiran 3). Hasil uji normalitas dinyatakan normal dan uji
homogenitas dinyatakan homogen maka dapat dilanjutkan dengan uji
ANOVA. Uji ANOVA digunakan untuk menganalisis pengaruh kualitas
tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa. Pada uji ANOVA
diperoleh nilai p=0,003 (Lampiran 3). Pada penelitian ini derajad error
(tingkat kesalahan) yang digunakan α=0,05, setelah dibandingkan
diperoleh nilai p
-
38
Tidur yang kurang berpengaruh terhadap kadar glukosa darah
karena terganggunya respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi
kardiovaskuler. Dengan berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi
fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi
glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Pada
keadaan kurang tidur, terdapat peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatis. Yang dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
melalui peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis (Gay, Caple &
Grose dalam Arifin, 2011).
Perbedaan yang begitu signifikan pada tidur 6 jam terjadi karena
pengaruh faktor lain yaitu dari faktor umur. Pada pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa pada responden yang tidur 6 jam memiliki umur
lebih tua dari tidur 4 dan 5 jam. Umur berpengaruh karena semakin tua
umur seseorang akan mempengaruhi sistem kerja organ tubuh. Salah
satunya organ pankreas yang berfungsi penghasil hormon insulin yang
berhubungan langsung dengan kadar glukosa darah puasa dalam tubuh.
-
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang
terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis
Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
6.2 Saran
1. Bagi Peneliti
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah responden
yang lebih banyak sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih
akurat.
2. Bagi Institusi
Dengan hasil penelitian kadar glukosa darah puasa pada
mahasiswa dengan kualitas tidur yang kurang dapat dijadikan bahan
penyuluhan tentang bahaya peningkatan kadar glukosa darah puasa
pada orang yang kualitas tidurnya kurang.
3. Bagi Masyarakat
Disarankan untuk lebih menjaga pola hidup sehat termasuk
menjaga pola tidur sehingga menurunkan resiko meningkatnya kadar
glukosa darah puasa.
39
-
DAFTAR PUSTAKA
Amir Suci M. J, 2015, “Jurnal e-Biomedik Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado”, Vol 3 No 1, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Arieselia Z, 2014, “Journal of Medicine Pengaruh Kurangnya Jumlah Jam Tidur Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Unika ATMA JAYA”, Vol 13 No 2.
Arifin Z, 2011, “Analisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat”, Universitas Indonesia, Depok.
Purwanto S, 2008, “Jurnal Kesehatan Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol 1 No 2.
Qurratuaeni, 2009, “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta”, Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Suharjana, 2012, “Kebiasaan Berperilaku Hidup Sehat dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter”, Tahun II No 2, FIK Universitas Negeri Yogyakarta.
Tarihoran A, 2015, “Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2”, Vol 1 No 2, Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin.
-
INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan)
Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Penelitian :
Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah
Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III
STIKes ICMe Jombang
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ...............................................................................
Umur : ...............................................................................
Alamat : ...............................................................................
Menyatakan bersedia dan berpartisipasi menjadi responden
penelitian yang akan dilakukan oleh Intan Nofila Putri, mahasiswa dari
Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.
Dengan pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan
seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan atau
keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.
Jombang, Juni 2017
Responden
Lampiran 1
-
LEMBAR KUESIONER
IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : ...............................................................
Nama : ...............................................................
Umur : ...............................................................
Jenis Kelamin : ...............................................................
Alamat : ...............................................................
Gaya hidup :
1. Pola makan
2. Alkohol
3. Kafein
4. Beraktivitas berat
5. Kelelahan
6. Insomnia
Stress emosional :
1. Depresi
2. Banyak pikiran
3. Frustasi
4. Emosi
5. Pekerjaan berat
6. Gelisah
Lingkungan :
1. Kebisingan
2. Ventilasi
3. Lampu terlalu terang
4. Suhu ruangan
5. Bau tidak nyaman
6. Tempat tidur
Lampiran 2
-
DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
PUASA
No. Responden Hasil Pemeriksaan Kualitas tidur
1 80,79 mg/Dl 1
2 83,00 mg/dL 1
3 85,15 mg/dL 2
4 94,03 mg/dL 3
5 91,15 mg/dL 2
6 85,82 mg/dL 2
7 98,19 mg/dL 3
8 92,49 mg/dL 3
9 81,15 mg/dL 1
Lampiran 3
-
Hasil uji SPSS Windows 19
Case Processing Summary
Tidur Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Gula
4 jam 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
5 jam 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
6 jam 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%
Descriptives
Tidur Statistic Std. Error
Gula
4 jam
Mean 81,6467 ,68460
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 78,7011
Upper Bound 84,5923
5% Trimmed Mean .
Median 81,1500
Variance 1,406
Std. Deviation 1,18576
Minimum 80,79
Maximum 83,00
Range 2,21
Interquartile Range .
Skewness 1,554 1,225
Kurtosis . .
5 jam
Mean 87,3733 1,89821
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 79,2060
Upper Bound 95,5407
5% Trimmed Mean .
Median 85,8200
Variance 10,810
Std. Deviation 3,28780
Minimum 85,15
Maximum 91,15
Range 6,00
Interquartile Range .
Lampiran 3
-
Skewness 1,651 1,225
Kurtosis . .
6 jam
Mean 94,9033 1,70240
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 87,5785
Upper Bound 102,2282
5% Trimmed Mean .
Median 94,0300
Variance 8,695
Std. Deviation 2,94865
Minimum 92,49
Maximum 98,19
Range 5,70
Interquartile Range .
Skewness 1,216 1,225
Kurtosis . .
Tests of Normality
Tidur Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Gula
4 jam ,329 3 . ,868 3 ,291
5 jam ,348 3 . ,833 3 ,195
6 jam ,283 3 . ,934 3 ,505
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 3
-
Normal Q-Q Plots
Lampiran 3
-
Lampiran 3
-
Descriptives
Gula
N Mean Std.
Deviatio
n
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
4 jam 3 81,6467 1,18576 ,68460 78,7011 84,5923 80,79 83,00
5 jam 3 87,3733 3,28780 1,89821 79,2060 95,5407 85,15 91,15
6 jam 3 94,9033 2,94865 1,70240 87,5785 102,2282 92,49 98,19
Total 9 87,9744 6,19531 2,06510 83,2123 92,7366 80,79 98,19
Lampiran 3
-
Test of Homogeneity of Variances
Gula
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,204 2 6 ,192
ANOVA
Gula
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 265,235 2 132,617 19,027 ,003
Within Groups 41,820 6 6,970
Total 307,055 8
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: gula
Tukey HSD
(I) tidur (J) tidur Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
4 jam 5 jam -5,72667 2,15562 ,084 -12,3407 ,8874
6 jam -13,25667* 2,15562 ,002 -19,8707 -6,6426
5 jam 4 jam 5,72667 2,15562 ,084 -,8874 12,3407
6 jam -7,53000* 2,15562 ,030 -14,1440 -,9160
6 jam 4 jam 13,25667
* 2,15562 ,002 6,6426 19,8707
5 jam 7,53000* 2,15562 ,030 ,9160 14,1440
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 3
-
Homogeneous Subsets
Gula
Tukey HSD
tidur N Subset for alpha = 0.05
1 2
4 jam 3 81,6467
5 jam 3 87,3733
6 jam 3 94,9033
Sig. ,084 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 3
-
Dokumentasi
Alat dan Bahan Pemeriksaan
- Spuit
- Tourniquet
- Kapas alkohol 70%
- Tabung reaksi
- Tabung serologi
- Rak tabung
Sentrifus Reagen Glukosa Darah
Fotometer Proses sampling
Lampiran 4
-
Darah yang sudah disentrifus Memasukkan Reagen Glukosa
Memasukkan larutan standar Menambahkan serum
Inkubasi selama 10 menit (25ᵒC) Pembacaan pada fotometer
Lampiran 4
-
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN KTI
No Jadwal Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Judul
2 Konsultasi Judul
3 Studi Kepustakaan
4 Penyusunan Proposal
5 Bimbingan Proposal
6 Ujian Proposal
7 Revisi Proposal
8 Pengambilan Data
9 Penelitian
10 Pengolahan Data
11 Penyusunan KTI
12 Bimbingan KTI
13 Ujian KTI
14 Revisi Hasil Ujian KTI
Keterangan :
Kolom 1 – 4 pada bulan : Minggu 1 – 4
Blok warna hitam : Tanggal Pelaksanaan Kegiatan
Lampiran 5
-
Surat Penelitian
Lampiran 6
-
Lampiran 6
-
Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah
Lampiran 7
-
SURAT PEMBERITAHUAN SEMINAR PROPOSAL
Lampiran 8
-
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Soffa marwa, Amd. AK
Jabatan : Staf laboratorium klinik prodi DIII Analis Kesehatan
Menerangkan bahwa mahasiswa dibawah ini :
Nama : Intan Nofila Putri
NIM : 14.131.0018
Telah melaksanakan pemeriksaan kadar glukosa darah di laboratorium Kimia
Klinik prodi DIII Analis Kesehatan pada hari Kamis, 8 Juni 2017 dengan hasil
sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN PEMERIKSAN KADAR GLUKOSA DARAH
No.
Responden
Hasil
Pemeriksaan
Kualitas
tidur
1 80,79 1
2 83,00 1
3 85,15 2
4 94,03 3
5 91,15 2
6 85,82 2
7 98,19 3
8 92,49 3
9 81,15 1
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya
Kepala laboratotium klinik Laboran
Soffa marwa, Amd. AK Soffa marwa, Amd. AK
Ketua Prodi DIII Analis Kesehatan
Erni Setiyorini, S.KM., MM
YAYASAN SAMODRA ILMU CENDEKIA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SK Mendiknas No.141/D/O/2005
Jl. Kemuning 57 Jombang, Telp. 0321-865446
-
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 1
Lampiran 10
-
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 2
Lampiran 11
-
Lampiran 12