io 051011
TRANSCRIPT
PROSPEKTIF KLINIK INTERAKSI OBAT
10/11/2011KELOMPOK I
- Ria Febriani (08330001)- Prita Setyanti (08330016)- Fera Kurniawati (08330029)- Nina Elvira (10330701)- Mayestika (10330702)
BAB I
PENDAHULUAN
Dokter hampir selalu meresepkan lebih dari satu macam obat untuk seorang pasien.
Amankah minum beberapa macam obat sekaligus? Pengobatan dengan beberapa
obat sekaligus (polifarmasi) yang menjadi kebiasaan para dokter, memudahkan
terjadinya interaksi obat. Suatu survei yang dilaporkan pada tahun 1977 mengenai
polifarmasi pada penderita yang dirawat di rumah sakit menunjukan bahwa insiden
efek samping pada penderita yang mendapat 0-5 macam obat adalah 3,5%,
sedangkan yang mendapat 16-20 macam obat adalah 54%. Peningkatan insidens
efek samping yang jauh melebihi peningkatan jumlah obat yang diberikan bersama
ini diperkirakan akibat terjadi interaksi obat yang juga makin meningkat.
Interaksi yang merugikan menyebabkan ribuan orang harus dirawat di rumah
sakit di Amerika Serikat setiap tahun. Penelitian selama satu tahun baru-baru ini di
sejumlah apotik menunjukan bahwa hampir satu dari empat pasien yang
mendapatkan resep pernah mengalami interaksi obat yang berarti pada suatu saat
tertentu dalam tahun tersebut. Interaksi demikian telah menimbulkan gangguan yang
serius sehingga kadang-kadang menyebabkan kematian.Yang lebih sering terjadi
adalah interaksi yang meningkatkan toksisitas atau turunnya efek terapi pengobatan
sehingga pasien tidak merasa sehat kembali atau tidak cepat sembuh sebagaimana
seharusnya.
Kadang-kadang interaksi sama sekali tidak memberikan simptom yang dapat
diamati. Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung
kemungkinan tidak terkendalikan sebagaimana mestinya. Jika dokter tidak
mengetahui adanya interaksi obat, ia mungkin mengambil keputusan pengobatan
yang salah.
Obat yang ada saat ini sangat efektif dan sangat berkhasiat. Interaksi yang
terjadi merupakan masalah yang besar. Sangatlah sulit bagi seorang dokter atau
apoteker yang sibuk untuk meluangkan waktu memantau interaksi obat bagi tiap
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara bersamaan,
maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama
dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja
obat kedua.
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersaman. Kemungkinan terjadinya
peristiwa interaksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik manakala dua obat
atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respons tubuh terhadap
pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan
makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain.
Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan jika terjadinya interaksi tersebut
sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya2 optimalisasi. Secara
ringkas dampak negatif interaksi ini, kemungkinan yang timbul yaitu :
- Terjadinya efek samping
- Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan
Angka kejadian/ insidence dari interaksi obat tidak terllau jarang dalam klinik.
Diperkirakan + 7% dari kejadian efek samping obat disebabkan interaksi obat, dan +
1/3 dari pasien meninggal karena efek samping obat dikarenakan interaksi obat.
Kepentingan klinik sekali lagi dilihat dari dampak yang terjadi papakah
mempengaruhi terjadinya efek toksis ataukah menyebabkan kegagalan tercapainya
efek terapetik.
Obat Yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi
Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat yaitu:
a) Obat obyek, adalah obat yang aksi atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh
obat lain
b) Obat praesipitan, adalah obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi/ efek
obat lain
Obat Obyek
Obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi umumnya mempunyai ciri :
1. Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis sudah akan
menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara
farmakologi obat ini dikatakan sebagai obat dengan kurva dosis respon yang
tajam.
2. Obat dengan rasio toksik terapi yang rendah, artinya antara dosis toksik dan
dosis terapetik perbandingannya tidak besar. Kenaikan dosis sedikit saja
sudah akan menimbulkan efek toksik.
Kedua ciri obat obyek tersebut akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-sendiri.
Obat seperti ini juga dikenal dengan obat dengan lingkup terapetik yang sempit
yaitu;
Antikoagulan : warfarin
Antikonvulsan
Antidiabetik oral seperti tolbutamid, klorpropamid
Antiaritmia : lidokain, prokainamid
Glikosida jantung : digoksin
Antihipertensi
Kontrasepsi oral steroid
Antibiotik aminoglikosid
Obat sitotoksik
Obat SSP
Obat praesipitan
Untuk dapat mempengaruhi aksi obat lain maka obat praesipitan mempunyai ciri :
a) Obat dengan ikatan protein yang kuat misal aspirin, fenilbutazon, sulfa, dll.
b) Obat dengan kemampuan menghambat atau merangsang enzim
pemetabolisme obat dalam hati misal : rifampisin, karbamazepin, fenitoin,
fenobarbital, kloramfenikol, fenilbutazon, dll.
c) Obat yang mempengaruhi fungsi ginjal sehingga eliminasi obat lain dapat
dimodifikasi misal probenesid, obat diuretik, dll.
Jenis Interaksi Obat
Berdasarkan mekanismenya dibagi menjadi 3 golongan besar:
1. Interaksi farmasetik
2. Interaksi farmakokinetik
3. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmasetik
Merupakan interaksi fisika-kimia dimana terjadi reaksi antara obat sehingga
mengubah aktivitas farmakologi obat. Terjadinya diluar tubuh (sebelum obat
diberikan ) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel).
Interaksi farmakokinetik
Terjadi jika obat praesipitan mempengaruhi/ mengubah proses absopsi, distribusi
(ikatan protein), metabolisme dan ekskresi dari obat obyek. Sehingga mekanisme
interaksi ini dapat dibedakan sesuai dengan proses biologinya.
Interaksi dalam proses absopsi
Dengan cara :
- Perubahan motilitas saluran cerna
- Pengikatan molekul obat oleh senyawa logam sehingga absopsi
dikurangi karena terbentuknya senyawa kompleks yang tidak diabsopsi
- Adanya makanan yang mengubah absopsi obat
- Perubahan pH saluran cerna
- Adanya kompetisi untuk mekanisme absorpsi aktif
- Perubahan flora usus
- Efek toksis pada saluran cerna
Contoh interaksi :
Obat Obyek Obat Praesipitan Mekanisme Perubahan Efek
Tetrasiklin Ca+2, Mg+2 Kelasi Penurunan absorpsi
Tetrasiklin NaHCO3 Perubahan pH Penurunan absorpsi
Digoksin MetoklopramidPerubahan
motilitas ususPenurunan absorpsi
Antibiotik MakananPerubahan pH,
motilitasPenurunan absorpsi
Interaksi dalam proses distribusi
Dengan cara :
- pengikatan protein plasma
- perubahan kemampuan trasnport/uptake seluler
Contoh interaksi :
oo Obat Obyek Obat praesipitan Mekanisme Perubahan efek
Bilirubin Sulfa Penggususran
ikatan protein
Kernikterus
Warfarin Salisilat Penggususran
ikatan protein
Pendarahan
Tolbutamid Salisilat Penggususran
ikatan protein
Hipoglikemia
Interaksi dalam proses metabolisme
Dapat terjadi dengan 2 kemungkinan :
- Pemacuan enzim
- Penghambatan enzim
Contoh interaksi induksi enzim :
oo Obat Obyek Obat praesipitan Akibat Klinik
Kontrasepsi oral
steroid
Rifampisin
Fenitoin
Fenobarbital
Karbamazepin
Kegagalan kontrasepsi
Doksisiklin Pendarahan
Contoh interaksi inhibisi enzim :
oo Obat Obyek Obat praesipitan Akibat Klinik
Fenitoin INH,Fenilbutazon,
Kloramfenikol
Efek toksis meningkat
Warfarin Allopurinol Pendarahan
Tolbutamid Fenilbutazon,
Kloramfenikol
Hipoglikemia
Interaksi dalam proses ekskresi
- Ekskresi melalui empedu dan sirkulasi enterohepatik
- Sekresi tubuli ginjal
- Perubahan pH urin
oo Obat Obyek Obat praesipitan Akibat Klinik
Penisilin Probenesid Kenaikan kadar penisilin
Metotreksat Salisilat Kenaikan toksisitas metotreksat
Lithium Tiazida Toksisitas Lithium
Interaksi Farmakodinamik
Tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah tetapi yang terjadi adalah
perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh praesipitan karena pengaruhnya
pada tempat kerja obat. Dibedakan menjadi:
a) Interaksi langsung,
b) Interaksi tidak langsung
Interaksi langsung
Terjadi bila kedua obat atau lebih bekerja pada tempat atau reseptor yang sama
atau berbeda tetapi hasil efek akhir sama. Terbagi lebih lanjut menjadi:
Antagonisme pada tempat sama, dimana efek dua obat pada tempat yang
sama saling berlawanan atau menetralkan
Sinergisme pada tempat sama, dimana efek yang terjadi saling memperkuat.
Sinergisme pada tempat yang berbeda dengan efek yang sama, walau
reseptor berlainan tetapi memberikan efek saling memperkuat.
Interaksi tidak langsung
Terjadi bila obat praesipitan mempunyai efek yang berbeda dengan obat obyek,
tetapi efek praesipitan mengubah efek obat obyek.
Dampak Klinik Interaksi Obat
Dampak klinik akan sangat bergantung pada ciri obat obyek dimana
- Profil hubungan dosis dengan respon dari obat obyek. Untuk obat dengan
kurva kadar vs respon yang curam, dimana perubahan sedikit kadar/ jumlah
obat akan berpengaruh besar terhadap efek obat
- Obat dengan resiko toksik : terpetik yang rendah, atau sering dikenal dengan
obat dengan lingkup terapi sempit.
Secara ringkas, makna klinik yang bisa terjadi ada 2 macam:
- Meningkatnya efek toksik baik disertai dengan meningkatnya kadar obat obyek
atau tidak
- Kegagalan efek terapetik
Upaya Menghindari Dampak Negatif
Waspada terhadap interaksi yang terjadi perlu dilakukan untuk menghindari dampak
negatifnya.
1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan/ polifarmasi, kecuali
jika memang kondisi penyakit yang diobati memerlukan gabungan obat dan
terbukti secara ilmiah manfaatnya.
2. Jika memang harus memberikan obat gabungan, yakinkan bahwa tidak ada
interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau dinamik
3. Kenali sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat yang
sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.
4. Jika ada interaksi, tindakan apa yang perlu dilakukan? Apakah perlu
pengurangan dosis, atau dapatkan obat obyek atau praesipitan diganti.
5. Evaluasi efek setelah pemberian obat secara bersamaan