investigasi suhu dan waktu terhadap kadar terpenoid …eprints.ums.ac.id/65293/2/naskah_publikasi...
TRANSCRIPT
INVESTIGASI SUHU DAN WAKTU TERHADAP KADAR TERPENOID
PADA BUAH MENGKUDU SEBAGAI ZAT ANTI KANKER
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Oleh:
ERY MERCHANDANI
D500130020
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
INVESTIGASI SUHU DAN WAKTU TERHADAP KADAR TERPENOID
PADA BUAH MENGKUDU SEBAGAI ZAT ANTI KANKER
Abstrak
Mengkudu (Morinda citrifolia) yang termasuk dalam Famili rubiaceae dari
Genus Morinda merupakan tanaman yang hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Dalam buah mengkudu terdapat senyawa aktif yang
bermanfaat bagi manusia yang bernama terpenoid. Terpenoid ini berfungsi dalam
pembelahan sel ganas dan menginduksi apoptosys. Zat ini dapat membantu dalam
proses sintetis organik serta pemulihan beberapa tubuh. Penelitian ini menganalisa
kandungan terpen dengan menggunakan uji GC MS dengan proses isolasi
menggunakan sokhlet variasi waktu dan suhu dengan berat substrat yaitu 60
g:40oC,60 g:50oC, 60 g:60oC, 60 g:70oC yang masing-masing perbandingan akan
direaksikan dengan waktu ekstraksi 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suhu yang bertambah mengakibatkan kelarutan ekstrak
dalam pelarut makin besar, dikarenakan fleksibilitas dinding sel bahan baku
bertambah dengan naiknya suhu yang digunakan sehingga pelarut lebih mudah
bergerak ke dalam sel dan membawa senyawa yang terlarut dan lamanya waktu
ekstraksi maka akan berpengaruh terhadap kadar terpenoid yang dihasilkan.
Lamanya waktu tersebut akan mempermudah penetrasi pelarut dalam bahan baku.
Kadar Terpenoid yang tertingi terdapat pada suhu 600C dengan waktu 4 jam
sebesar 13,64%.
Kata kunci : Mengkudu, terpenoid, ekstraksi soxhlet, zat anti kanker
Abstract
Noni (Morinda citrifolia), which is one of the Rubiaceae Family of Genus
Morinda is a plant that almost all parts of it can be utilized by human. Inside the
noni fruit there are active compounds beneficial to human called terpenoid. This
terpenoid functions in cell division and induces malignant apoptosis. This
substance is useful in the organic synthetic process and recovery of body part.This
research was conducted to analyze the presence of terpen by using GC MS test,
where the isolation used sokhlet extraction with time and temperature variations
substrate weight like 60 g:50°C, 60 g:60°C, 60 g:70°C which each comparison
will be reacted with 2hr 3hr and 4 hr extraction time. Based on the results of this
study indicates that this increased temperature causes the solubility of the extract
in the greater solvent, due to the flexibility of raw material cell wall increases with
increasing temperature is used so that the solvent is easier to move inside the cells
and carry soluble compounds and the duration of extraction time will affect the
terpenoid levels produced.The length of time will make process of the penetration
of solvent into the raw material easier. The highest terpenoid content is at 60 0C
with 4 hours time of 13.64%.
Keywords: Noni, Terpenoid, soxhlet extraction, anti-cancer substance
2
1. PENDAHULUAN
Mengkudu adalah tanaman obat yang memiliki nama latin (Morinda citrifolia) ini
memiliki ciri-ciri umum yaitu tinggi pohon mengkudu mencapai 3–8 m, memiliki
bunga bongkol berwarna putih, batangnya bengkok-bengkok, buahnya merupakan
buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol-
totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam, tajukya
selalu hijau sepanjang tahun, berakar tunggang dan buah mengkudu ini ketika
sudah matang memiliki aroma yang tidak sedap seperti keju busuk hal ini
disebabkan oleh pencampuran antar asam kaprik dengan asam kaproat (senyawa
lipid atau lemak yang memiliki gugus molekulnya mudah menguap) yang berbau
tengik, dan asam kaprilat yeng rasanya tidak enak (Hidayat dan Hutapea, 1991).
Buah mengkudu memiliki kandungan senyawa bahan aktif sangat banyak salah
satunya terpenoid yang mampu melawan pertumbuhan sel abnormal pada stadium
prakanker dan dapat mencegah perkembangan sel kanker. Komposisis kimia pada
buah mengkudu antara lain adanya asam kaprat, asam kaprilat, ariginine,
antraquinone, trace elements, fenilalanin, selenium, magnesium, steroid alami,
alizarin, lysine, sodium, xeronine dan proxeronine, damnachantal, terpenoid
(Bangun, 2002).
Terpenoid adalah zat yang terkandung dalam buah mengkudu. Zat ini
berfungsi dalam pembelahan sel ganas dan menginduksi apoptosis. Zat ini dapat
menolong dalam proses sintetis organic serta pemulihan beberapa tubuh.
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa yaitu monoterpen dan
seskuiterpen yang mudah menguap, diterpen yang sukar menguap dan yang tidak
menguap, triterpenoid dan sterol, serta karotenoid. Karotenoid ini dapat
merangsang kelenjar thymus untuk memproduksi lebih banyak sel limfosit yang
dapat menghancurkan sel kanker. Golongan triterpenoid misalanya asam ursolat
yang dapat mencegah pertumbuhan sel kanker dan sekaligus mematikan sel-sel
kanker yang telah ada (Yang, 2007). Beta-Karotin adalah kelompok terpen
dimana senyawa-senyawa ini mampu mengurangi kerusakan akibat radikal bebas
yang memungkinkan seseorang terserang kanker. Pengaruh kadar terpenoid
3
terhadap waktu dimana semakin lama waktu ekstraksi maka kontak antara pelarut
dan bahan baku semakin besar dan proses penetrasi pelarut kedalam sel bahan
baku akan semakin baik. Peningkatan ini dikarenakan fleksibilitas dinding sel
bahan baku bertambah dengan naiknya suhu yang digunakan sehingga pelarut
lebih mudah bergerak ke dalam sel dan membawa senyawa yang terlarut. Suhu
yang bertambah juga mengakibatkan kelarutan ekstrak dalam pelarut makin besar.
Sehingga minyak yang didapat semakin banyak dan semakin banyak pelarut yang
digunakan maka semakin banyak kontak yang terjadi antara pelarut dan serbuk
ekstrak mengkudu.
Kanker merupakan penyakit dengan proses perkembangannya yang
panjang dan memiliki banyak factor resiko. Penyakit kanker merupakan
pertumbuhan sel-sel abnormal akibat dari mutasi gen. Penyebab kanker tidak
dapat ditentukan dari satu factor resiko akan tetapi gabungan dari banyak factor
resiko. Di Indonesia, menurut data Balitbang Kementerian Kesehatan (2013) ada
347.792 orang atau sekitar 1.4 (permil) dari jumlah pendudukIndonesia yang
menderita kanker. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi dengan penderita
kanker terbanyak yaitu sejumlah 68.638 orang. Prevalensi adalah jumlah
keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu wilayah di waktu tertentu.
Kenaikan prevalensi kanker di Indonesia menjadi masalah bagi pengobatan.
Menurut data prevalensi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai
prevalensi terbesar yaitu 4,1 ‰, di tingkat kedua adalah provinsi Jawa tengah
yang mempunyai prevalensi sebesar 2.1 permil dan ditingkat ketiga adalah
provinsi Bali dengan prevalensi sebesar 2.0 ‰ sedangakan untuk provinsi DKI
Jakarta dan Bengkulu sebesar 1.9 permil. Data prevalensi ini didapat dari total
jumlah penderita dibagi dengan total penduduk di wilayah tersebut (Data Riset
Kesehatan Dasar, 2013).
Di Indonesia pengobatan penyakit kanker masih mengalami berbagai
macam kendala salah satunya terbatasnya pusat pengobatan dan alat yang tersedia.
Kenaikan prevalensi di Indonesia menjadikan permasalahan dalam pngobatan
karena Indonesia hanya mampu melayani 15% pasien kanker. Maka dari itu perlu
4
kesadaran kepada masyarakat untuk lebih waspada dan mengantisipasi keadaan
tersebut dengan memulai pola hidup yang sehat.
2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
Mengkudu memliki kandungan zat terpenoid yang digunakan sebagai zat anti
kanker karena mengandung senyawa aktif yang berfungsi dalam pembelahan sel
ganas dan menginduksi apoptosis. Zat ini dapat menolong dalam proses sintetis
organic serta pemulihan beberapa tubuh. Metode yang digunakan untuk
mendapatkan zat terpenoid dari buah mengkudu dengan dilakukan ekstraksi
sokhlet. Metode sokhletasi termasuk metode ekstrakasi dengan cara panas.
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya merupakan jenis ekstraksi secara
berkesinambungan (Dirjen POM, 1979). Setelah itu dilakukan isolasi dengan
rotary Evaporator guna mendapatkan ekstrak mengkudu yang lebih pekat.
Kemudian dilakukan uji GC MS untuk mengetahui kadar terpenoid yang
terkandung dalam ekstrak mengkudu (Skog, 1991).
Alat yang digunakan dalam proses ekstraksi terpenoid anatara lain satu set alat
ekstraksi, kertas saring, benang, erlenmeyer, termometer, timbangan analitis,
piknometer, stopwatch, gelas beker, pipet volum, pipet, screen, hot plate dan
stirrer.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi terpenoid antara lain
buah mengkudu, n-heksana dan aquades.
Gambar alat yang digunakan dalam proses ekstraksi Terpenoid adalah sebagai
berikut:
5
Gambar 1. Rangkaian alat ekstraksi sokhlet.
Gambar 2. Rangkaian alat rotary evaporator.
2.2 Prosedur Penelitian
Buah mengkudu dipilih yang matang dan segar lalu dipotong kecil-kecil
kemudian potongan buah dikeringkan lalu dioven dengan temperature kurang
lebih 500C hingga kering. Kemudian digiling dan diayak dengan ukuran 0,80
mesh sebanyak 60 gram. Setelah itu dibungkus dengan kertas saring, diikat dan
dimasukkan ke dalam ekstraktor yang telah berisi pelarut n-heksana 200 mL.
Proses selanjutnya dengan isolasi ekstrak mengkudu guna mendapatkan
ekstrak yang lebih pekat. Ekstrak buah mengkudu dimasukkan dalam labu leher
satu di water bath suhu 70oC untuk dilakukan pemisahan antara pelarut dan
minyak dengan rotary evaporator. Proses distilasi ini dilakukan sampai tidak ada
pelarut yang menetes dan ekstrak yang dihasilkan akan lebih kental. Setelah itu
dilakukan uji GCMS untuk mengetahui kadar terpenoidnya.
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 3. Pengaruh hubungan antara jumlah rendemen dengan waktu ekstraksi.
3.1 Analisis Rendemen Terhadap Waktu dan Suhu
Dari grafik terlihat bahwa pada suhu 700C dengan waktu ekstraksi 4 jam
menghasilkan rendemen yang tinggi yaitu sebesar 13,276%. Hal ini menunjukkan
bahwa pada saat suhu 700C dengan waktu 4 jam ekstrak mengkudu dapat
terekstrak secara sempurna karena semakin lama waktu kontak antara pelarut dan
bahan baku sehingga proses penetrasi pelarut kedalam sel bahan baku akan
semakin baik yang menyebabkan semakin banyaknya senyawa yang berdifusi
keluar sel. Peningkatan ini dikarenakan fleksibilitas dinding sel bahan baku
bertambah dengan naiknya suhu yang digunakan sehingga pelarut lebih mudah
bergerak ke dalam sel dan membawa senyawa yang terlarut. Suhu yang bertambah
ini mengakibatkan kelarutan ekstrak dalam pelarut makin besar. Sehingga minyak
yang didapat semakin banyak dan semakin banyak pelarut yang digunakan maka
semakin banyak kontak yang terjadi antara pelarut dan serbuk ekstrak mengkudu.
Sedangkan hasil yang paling rendah yaitu pada suhu 400C dengan waktu 2
jam menghasilkan rendemen yang sangat rendah sebesar 2.985 %. Hal ini
disebabkan karena singkatnya waktu ekstraksi yang digunakan pada proses
ekstraksi sehingga pelarut sulit menembus dinding-dinding pada serbuk
0
2
4
6
8
10
12
14
2WAKTU
3 4
Ren
dem
en %
Grafik Perbandingan Rendemen Vs Waktu
40
50
60
70
7
mengkudu Suhu ekstraksi yang rendah menyebabkan laju proses ekstraksi
berjalan lebih lama. Waktu ekstraksi yang singkat akan mempersingkat kontak
antara pelarut dengan bahan dan pelarut sangat mungkin belum menembus sel-sel
bahan sehingga komponen-komponen dalam ekstrak mengkudu tidak akan
terekstrak secara sempurna dan suhu yang rendah menyebabkan turunnya
kelarutan senyawa terekstrak hingga membentuk endapan.
3.2 Analisis Kadar Terpenoid Terhadap Waktu dan Suhu
Gambar 4. Analisis kadar terpenoid terhadap variasi waktu dan suhu.
Dari grafik diatas kadar terpenoid yang tertinggi terdapat pada suhu 600C dengan
waktu 4 jam sebesar 14,64% sedangkan untuk kadar terpenoid yang terendah
terdapat pada suhu 500C dengan suhu 4 jam sebesar 6,62% namun setelah
mencapai waktu yang optimum maka kadar terpenoid mengalami penurunan hal
ini terlihat pada suhu 700C dengan waktu 4 jam kadar terpenoid yang diperoleh
sebesar 12,32%.. Hal ini disebabkan komponen minyak pada bahan baku
jumlahnya terbatas dan pelarut yang digunakan mempunyai batas kemampuan
untuk melarutkan bahan yang ada. Di samping itu dengan penambahan waktu
akan terjadi dekomposisi dari komponen-komponen selain minyak termasuk
didalamnya impuritas yang menyebabkan perubahan sifat komponen tersebut
misalnya titik didih komponen baru lebih rendah dari titik didih komponen
sebelumnya sehingga menjadi lebih menguap dan akhirnya ikut terkondensasi
(Guenther,1987).
0
5
10
15
20
4jam; 70 0C 4jam;60 0C 3jam; 60 0C 4jam; 50 0C
kad
ar t
erp
eno
id %
variasi
Presentase Kadar Terpenoid dalam Ekstrak Mengkudu
8
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Suhu dan lamanya waktu ekstraksi berpengaruh terhadap jumlah
rendemen.
2) Jumlah rendemen tertingi diperoleh pada suhu 700C dengan waktu 4 jam
sebesar 13,276%.
3) Kadar terpenoid yang tertinggi diperoleh pada suhu 600C dengan wktu 4
jam sebesar 14,64%.
4) Suhu dan waktu yang optimal untuk menghasilkan kadar terpenoid yaitu
pada suhu 600C dengan waktu 4 jam sebesar 14,64%.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun AP, Sarwono B. Mengenal mengkudu khasiat dan manfaat mengkudu.
Jakarta: 2002.
Data Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman. 9, 755, 902
Guenther, E. (1987).Minyak Atsiri jilid I (Terjemahan). Jakarta : UI Press. Hal.
44-484.
Skoog, Douglas A., Donald M. West, F. James Holler. 1991. Fundamental of
Analytical Chemistry. Seventh Edition. New York: Saunders College
Publishing.
Syamsul Hidayat , S.S dan Hutapea , J.R. 1991. Inventans tanaman obat
Indonesia edisi kedua. Departemen kesehatan RI. Jakarta.
Yang J, Paulino R, Janke-Stredronsky S, Abawi F. 2007. Free-radical-scavenging
activity and total phenols of noni (Morinda citrifolia L) juice and powder in
processing and storage. Food Chem.