inventarisasi keanekaragaman tumbuhan paku di wilayah taman nasional meru betiri jember

11
Nama :Fresha Aflahul Ula NIM :131810401042 Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna yang tinggi. Diperkirakan dari seluruh jumlah flora dan fauna yang ada di dunia, 17% berada di Indonesia. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis dengan tingkat curah hujan yang tinggi. Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna dikarenakan dari aspek geografis sumber daya hutannya terletak di sekitar garis khatulistiwa dan tersebar di banyak kepulauan, serta berada di antara benua Asia dan Australia – sehingga menyebabkan timbulnya ciri dan karakteristik tertentu pada sumber daya yang berupa ekosistem hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis Indonesia dikenal sebagai hutan yang paling kaya akan jenis tumbuhan dan memiliki ekosistem paling kompleks di dunia. Selain itu keanekaragaman hayati Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia. Salah satu jenis keanekaragaman hayati dari kelompok flora yang ada di Indonesia adalah tumbuhan paku (Suryana, 2009) yang merupakan tumbuhan kormophyta berspora yang dapat hidup dengan mudah di berbagai macam habitat dan di mana saja baik secara epifit, terestrial maupun di air (Widhiastuti et al., 2006). Kelimpahan dan penyebaran tumbuhan paku sangat tinggi terutama di daerah hujan tropis. Tumbuhan paku juga banyak terdapat di hutan pegunungan (Widhiastuti et al., 2006). Tumbuhan paku tersebar luas dari tropika yang lembab hingga melampaui

Upload: fresha-aflahul-ula

Post on 04-Jan-2016

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ekologi Tumbuhan

TRANSCRIPT

Page 1: Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

Nama :Fresha Aflahul Ula

NIM :131810401042

Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

BAB I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna yang tinggi. Diperkirakan dari seluruh jumlah flora dan fauna yang ada di dunia, 17% berada di Indonesia. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis dengan tingkat curah hujan yang tinggi. Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna dikarenakan dari aspek geografis sumber daya hutannya terletak di sekitar garis khatulistiwa dan tersebar di banyak kepulauan, serta berada di antara benua Asia dan Australia – sehingga menyebabkan timbulnya ciri dan karakteristik tertentu pada sumber daya yang berupa ekosistem hutan hujan tropis.

Hutan hujan tropis Indonesia dikenal sebagai hutan yang paling kaya akan jenis tumbuhan dan memiliki ekosistem paling kompleks di dunia. Selain itu keanekaragaman hayati Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia. Salah satu jenis keanekaragaman hayati dari kelompok flora yang ada di Indonesia adalah tumbuhan paku (Suryana, 2009) yang merupakan tumbuhan kormophyta berspora yang dapat hidup dengan mudah di berbagai macam habitat dan di mana saja baik secara epifit, terestrial maupun di air (Widhiastuti et al., 2006).

Kelimpahan dan penyebaran tumbuhan paku sangat tinggi terutama di daerah hujan tropis. Tumbuhan paku juga banyak terdapat di hutan pegunungan (Widhiastuti et al., 2006). Tumbuhan paku tersebar luas dari tropika yang lembab hingga melampaui lingkaran Afrika. Sedangkan jumlah yang teramat besar dijumpai di hutan-hutan tropika dan tumbuh dengan subur (di daerah beriklim sedang, di hutan-hutan, padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai).

Tumbuhan paku memiliki jenis yang heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya (Tjitrosoepomo, 2005). Di permukaan bumi ini dilaporkan terdapat 13.000 jenis tumbuhan paku. Di kawasan Malesia yang terdiri dari hampir kepulauan Indonesia, Filipina, Guinea dan Australia Utara diperkirakan terdapat 4.000 jenis paku yang mayoritasnya adalah Filicinae. paku diwakili oleh kurang dari 10.000 jenis yang hidup, tetapi karena ukurannya yang besar dan karakteristiknya yang khas, tumbuhan merupakan komponen vegetasi yang menonjol. Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia) (Loveless (1999).

Tumbuhan paku memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, terutama pada keindahannya dan sebagai tanaman holtikultura, sebagai tanaman hias. Tumbuhan paku juga dapat dimanfaatkan untuk sayuran dan obat-obatan tradisional karena kandungan alkaloid dan

Page 2: Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

antioksidannya misalnya tumbuhan paku juga mempunyai peranan yang besar bagi keseimbangan ekosistem hutan antara lain sebagai pencegah erosi dan pengatur tata guna air (Sastrapradja et al. 1980)

Penyebaran dan keanekaragaman tumbuhan paku sangat besar, begitu pula dengan potensi dan manfaatnya yang cukup penting baik untuk tanaman hias, sayuran, obat-obatan hingga peranannya sebagai keseimbangan ekosistem. Namun tumbuhan paku berkenaan dengan komposisi, keanekaragaman dan distribusi belum banyak terungkap (Suryana, 2009) Sehingga inventarisasi sebagai data dokumentasi tentang keanekaragaman tumbuhan dan sebagai data pengembangan konservasi serta untuk pengembangan obat-obatan alami. Tumbuhan paku banyak tumbuh dalam hutan dengan vegetasi lebat . Salah satu wilayah dengan vegetasi hutan lebat adalah Taman Nasional Meru Betiri. Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) memiliki luas wilayah sekitar 58.000 ha, yang terbagi atas 57.155 ha daratan dan 845 ha perairan (Surat Keputusan menteri kehutanan, 1997). Secara administratif pemerintahan, TNMB terletak di wilayah pemerintahan Kabupaten Banyuwangi (20.415 ha) dan Pemerintahan Kabupaten Jember (37.585 ha) (Siswoyo, 2002).

1.2. Rumusan MasalahRumusan masalah pada penelitian ini adalah jenis - jenis tumbuhan paku apa saja yang

terdapat di sekitar Taman Nasional Meru Betir, Jember.

1.3. TujuanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis, ciri, morfologi dan

penyebaran tumbuhan paku di sekitar Taman Nasional Meru Betir, Jember.

Page 3: Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang diterjemahkan secara bebas berarti tumb uhan yang berdaun se perti bulu burung. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan pera lihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan ti ngkat tinggi (Raven et al., 1992).

Menurut Tjitrosoepomo (1994), tumbuhan paku merupakan divisi yang telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun namun belum menghasilkan biji. Tumbuhan paku pada umumnya dicirikan oleh pertumbuhan pucuknya yang melingkar, disamping itu pada permukaan bawah daunnya terdapat bintik-bintik (spora) yang kadang-kadang tumbuh teratur dalam barisan, dapat juga menggerombol atau menyebar. Seperti halnya dengan kelompok tumbuhan lainnya, tumbuhan paku mempunyai akar, batang dan daun. Berdasarkan poros bujurnya, embrio tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan kutub bawah. Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun, sedangkan kutub bawah membentuk akar.

2.2. Morfologi Tumbuhan PakuOrgan paku-pakuan terdiri atas dua bagian, yaitu:

1. Organ vegetatif; yang terdiri dari akar, batang, dan daun (organum nutritivum). a. Akar Akar paku adalah serabut. Pada bagian ujungnya terdapat tudung akar atau kaliptra. Di belakang tudung akar terdapat titik tumbuh akar berbentuk bidang empat, yang aktivitasnya adalah: 1) ke luar menghasilkan kaliptra, dan 2) ke dalam membentuk sel-sel akar. b. Batang Umumnya batang tumbuhan paku berupa akar tongkat atau rhizoma, ada juga yang berupa batang sesungguhnya, misalnya batang paku tiang. Bila dibuat sayatan melintang, maka akan tampak jaringan batang urut dari luar ke dalam adalah sebagai berikut: 1) Epidermis atau kulit luar. Umumnya keras karena mempunyai jaringan penguat yang terdiri atas sel-sel batu atau skelerenkim. 2) Korteks atau kulit pertama. Bagian ini banyak mengandung ruang-ruang sel 3). Stele atau silinder pusat. Terdiri atas jaringan parenkim dan mengandung berkas pembuluh pengangkut, yaitu xylem dan floem dan bertipe kosentris.

c. Daun Menurut Smith (1979), berdasarkan bentuk dan sifat daunnya dapat dibedakan atas dua

golongan, yaitu:

Page 4: Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

1. Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun, misalnya pada Asplenium.

2. Macrophyllus, yaitu paku ya ng memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik sehingga sukar dibedakan bagian-bagiannya, misalnya pada Lycopodium. Berdasarkan fungsinya daun paku menurut Tjitrosoepomo (1994), membagi paku megaphyllus atas 2 kelompok yaitu tropofil dan sporofil. 1.Tropofil, yaitu daun berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyelenggara asimilasi. 2.Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora. Pada permukaan sebelah bawah sehelai daun dewasa pada hampir semua paku yang umum, terdapat semacam bercak berbentuk bulat atau memanjang, yang sewaktu muda ditutupi berwarna karat, yang sewaktu muda biasanya tertutup oleh jaringan penutup yang disebut indusium. Bercak berwarna karat itu terdiri atas berbagai sporangium dan disebut sorus (Loveless, 1989),

Akar tumbuhan paku awalnya berasal dari embrio kemudian lenyap dan digantikan akar-akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang berasal dari batangnya (Tjitrosoepomo, et al., 1983). Menurut Loveless (1989), daun biasanya terdiri dari dua bagian yaitu tangkai daun dan helaian daun. Jika anak daun tersusun seperti sehelai daun, daun disebut bersirip ( pinnate), tiap anak daun disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip berada disebut rakis (rachis). Umumnya pertumbuhan batang tidak nyata. Tetapi pada paku pohon, batangnya tumbuh menyerupai batang pinang (Sastrapradja et al., 1980). Batang tumbuh dari tahun ke tahun dan membentuk seperangkat daun baru pada setiap masa tumbuh (Tjitrosoepomo et al.,1983).

2.3. Siklus Hidup Tumbuhan Paku

Pembentukan spora merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup tumbuhan paku. Spora-spora yang ukurannya kecil dihasilkan dalam kotak spora. Berdasarkan bentuk spora yang dihasilkan, tumbuhan paku digolongkan ke dalam paku homospora, paku heterospora, dan paku peralihan. Tumbuhan paku mempunyai dua generasi yang bergantian. Tumbuhan paku homospora yang dicirikan oleh bentuk tubuh yang besar dan berdaun, merupakan generasi sporofit yang menghasilkan spora. Spora yang jatuh ke permukaan tanah akan berkecambah dan berkembang menjadi struktur yang berbentuk jantung, pipih, dan berwarna hijau yang disebut protalium. Protalium ini membentuk organ kelamin jantan (anteridium) dan kelamin betina (arkegonium) akan menghasilkan gamet-gamet yang merupakan struktur utama gametofit (Holttum, 1959).

2.4. KlasifikasiMenurut Stern (1992) dan Tjitrosoepomo (1994), Pteridophyta diklasifikasikan dalam

beberapa kelas termasuk yang telah punah, yaitu: 1. Kelas Psilophytinae (Paku Purba) Kelas Psilophytinae terdiri dari 2 ordo, yaitu: a. Ordo Psilophytales b.Ordo Psilotales 2. Kelas Lycopodinae (Paku Rambut atau Paku Kawat)

Page 5: Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

Kelas Lycopodinae terdiri dari 4 ordo, yaitu: a.Ordo Lycopodiales b.Ordo Selaginellales (Paku Rane, Paku Lumut) c.Ordo Lepidodendrales d.Ordo Isoetales 3.Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda) Kelas Equisetinae terdiri dari 3 ordo, yaitu: a. Ordo Equisetales b.Ordo Sphenophyllales c.Ordo Protoarticulatales 4.Kelas Filicinae (Paku Sejati) Kelas Filicinae terdiri dari 3 Anak Kelas, yaitu

`a.Anak kelas Eusporangiatae, terdiri atas 2 Ordo yaitu `(1) Ordo Ophoglossales `(2) Ordo Marattiales `b.Anak kelas Leptosporongiatae (Filices),`terdiri atas 10 Ordo, yaitu:

(1) Ordo Osmundales (2) Ordo Shizacales (3) Ordo Gleicheniales (4) Ordo Matoniales (5) Ordo Loxomales (6) Ordo Hymenophyllales (7) Ordo Dicksoniales (8) Ordo Thyrsopteridales (9) Ordo Chyatheales (10) Ordo Polipodiales c. Anak kelas Hydropterides (Paku Air). Menurut Stern (1992), divisi ini disebut pula dengan nama Tracheophyta yang berarti

tumbuhan yang berjaringan buluh. Jaringan buluh ini terdiri atas dua jenis buluh, yaitu: 1. Buluh kayu (Xylem), berfungsi mengang kut air dan garam-garam tanah dari akar ke

bagian atas hingga daun. 2. Buluh tapis (Floem), berfungsi mengangkat hasil asimilasi dari daun ke seluruh bagian

organ termasuk akar.

2.5. Distribusi Tumbuhan Paku

Hutan pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur dan penampilan yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di semua gunung di daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian saja. Di gunung yang rendah, semua zona vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang tinggi atau di bagian yang tengah suatu jajaran

Page 6: Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

pegunungan, zona itu lebih luas. Namun dengan naiknya ketinggian tempat, pohon-pohon semakin pendek, kelimpahan epifit serta tumbuhan pemanjat berubah. Umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak dari pada di dataran rendah. Ini disebabkan oleh kelembaban yang lebih tinggi, banyaknya aliran air dan adanya kabut. Banyaknya curah hujanpun mempengaruhi jumlah paku yang dapat tumbuh. Pada daerah tropis dan subtropis, tumbuhan paku-pakuan berada di tempat-tempat yang lembab, di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun sungai, di pegunungan, di lereng-lereng yang terjal hingga dekat kawah gunung berapi bahkan sampai di sungai-sungai.

Melihat cara tumbuhnya, paku di alam cukup beragam, ada yang menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di tanah. Pada lingkungan yang sejuk terlindung atau panas kena sinar matahari langsung. Masing-masing jenis atau kelompok memiliki lingkungannya sendiri (Sastrapradja, 1985). Suhu udara, suhu tanah dan intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata terhadap keanekaragaman Cyathea spp di hutan Namun di hutan mereka sangat tergantung pada inangnya, untuk tempat hidup bukan sebagai sumber makanan. Epifit tidak membutuhkan makanan organik dari tumbuhan lain. Epifit memainkan peranan yang penting dalam ekosistem hutan hujan sebagai habitat bagi beberapa hewan Paku epifit ikut membantu dalam mempertahankan kelembaban lapisan vegetasi dasar karena mampu beradaptasi terhadap kekeringan. Vegetasi pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim pada ketinggian yang berbeda-beda. Suhu secara teratur sejalan dengan ketinggian yang meningkat bahwa laju penurunan suhu umumnya sekitar 0,6° C setiap penambahan ketinggian sebesar 100 m. Tetapi hal ini berbeda-beda tergantung kepada tempat, musim, waktu, kandungan uap air dalam udara dan lain sebagainya(Richard, 1952).

.

Page 7: Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Wilayah Taman Nasional Meru Betiri Jember

DAFTAR PUSTAKA

Holttum, R.E. 1968. A Rivised Flora of Malaya, Fern of Malaya. Government Printing Office. Singapore.

Lawrence, G. H. M. 1958. Taxonomy of Vacuar Plants. The Macmillan Company: New York.

Loveless, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. PT Gramedia. Jakarta.

Loveless, A.R. 1999. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2.

PT Gramedia. Jakarta.

Raven, P.H., R.F. Evert dan S.E. Eichhorn.1992. Biology of Plants. Worth Publishers. New York.

Resosoedarmo, S., K. Kartawinata & A. Soegiarto. 1989. Pengantar Ekologi. Penerbit Ramadja Karya.

Bandung.

Richard, P. W. 1952.The Tropical Rain Forest an Ecological Study. At The Crambrige University Press.

Crambrige.

Sastrapradja, S. dan J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku Herbarium Bogoriense. Bogor.

Sastrapradja, S., J.J. Afriastini, D. Darnaedi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi

Nasional. Bogor.

Smith, R.L. 1992. Elements of Ecology,Third edition. Harper Collins Publishers Inc, New York.

Stern, K.R. 1992. Introductory Plant Biology. Wm. C Brown Publishers Bubuque. Iowa.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi, H. Sudarnadi dan A. Zakaria. 1983. Botani Umum 3. Angkasa. Bandung.

Whitten, T. and Whitten, J. 1995. Indonesian Heritage Plants. Grolier Int. Inc. Singapore.

Widhiastuti, R., T. Alief Aththorick, dan Wina Dyah Puspita Sari. 2006. Struktur dan Komposisi

Tumbuhan Paku-Pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Biologi

Sumatera Vol. 1, No. 2.Departemen Biologi FMIPA USU. Med