invasi ke sumatra - s3.amazonaws.com file11 jepang mengincar sumatra sumatra adalah pulau kelima...

14

Upload: doanlien

Post on 14-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

invasi ke sumatra

invasi ke sumatra.indd 1invasi ke sumatra.indd 1 1/24/2019 11:04:08 AM1/24/2019 11:04:08 AM

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimak-sud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta se bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipi-dana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta seba gaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

invasi ke sumatra.indd 2invasi ke sumatra.indd 2 1/24/2019 11:04:22 AM1/24/2019 11:04:22 AM

invasi ke sumatra

Nino Oktorino

Penerbit PT Elex Media Komputindo

invasi ke sumatra.indd 3invasi ke sumatra.indd 3 1/24/2019 11:04:22 AM1/24/2019 11:04:22 AM

Nusantara Membara – Invasi Ke SumatraCopyright ©2019 Nino Oktorino

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali pada tahun 2018 oleh

Penerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKA PI, Jakarta

Penulis: Nino OktorinoPenyunting: Eko Nugroho

Tata letak: MatizihDesainer sampul: Erson

Cetakan pertama: Januari 2019

PT ELEX MEDIA KOMPUTINDOKompas Gramedia Building

Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270Telp. (021) 53650110, 53650111 ext 3225

www.elexmedia.id

719080254ISBN: 978-602-04-8795-3

978-602-04-8798-4 (Digital)

Dilarang mengutip, memperbanyak, atau menerjemahkan sebagianatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab percetakan

invasi ke sumatra.indd 4invasi ke sumatra.indd 4 1/24/2019 11:04:22 AM1/24/2019 11:04:22 AM

11

JEPANG MENGINCAR SUMATRA

Sumatra adalah pulau kelima terbe-sar di dunia, dengan luas sekitar

470.000 km2. Dari barat ke timur dan hampir ke pantai selatan, terdapat se-buah bentangan pegunungan, yang mem bentang seperti sebuah barisan tu lang belakang. Bentangan pegunung-an ini merupakan sebuah rangkaian gunung berapi dengan banyak gunung berbentuk kerucut. Sementara kawas an pantai selatan cenderung curam, pan tai utaranya berbentuk lebih me lan dai, dan memiliki banyak lembah dan data-ran rendah. Sungai-sungai di Sumatra biasanya besar, di mana be be rapa di an-taranya dapat dilayari. Banyak wilayah yang berada di sekitar sungai adalah rawa-rawa yang besar. Seluruh kawasan

antara Palembang dan Medan dipenuhi ladang minyak. Sementara itu, timah yang dihasilkan di Bangka, Belitung, dan Singkep—tiga pulau yang berada di lepas pantai Sumantra—me miliki jumlah produksi tahunan se be sar 30.000 hingga 40.000 ton, yang mem-buatnya menjadi penghasil timah ter-besar ketiga di dunia. Bintan, pulau lainnya yang terletak di lepas pantai Su matra, menghasilkan bauksit sebesar 400.000 ton setahun. Semua kekayaan alam Sumatra ini mem buatnya menjadi sasaran yang meng giur kan bagi Jepang ketika Perang Du nia II merembet ke Asia Pasii k pada ak hir tahun 1941.

Hakko Ichi-u

Sejumlah orang Jepang telah meng-incar Hindia Belanda sejak Perang Du-nia I. Pada bulan Februari 1916, ke-tika Perang Dunia I sedang berkobar,

Sebuah kartun sebelum perang yang menggambarkan

Hindia Belanda bak sebuah zamrud di khatulistiwa.

Wilayah jajahan Belanda yang kaya akan sumber daya

alam ini merupakan sasaran yang menggiurkan bagi

Jepang. (Sumber: Wikipedia)

invasi ke sumatra.indd 11invasi ke sumatra.indd 11 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

12

Takikosji Josaboero, seorang wartawan terkemuka (dan bekas menteri) Jepang yang telah mengunjungi Hindia Belan-da pada tahun 1909, menulis di sebuah harian Jepang hal berikut—setelah me-nyebutkan terjadinya ketidakpuasan di Jawa dan Sumatra:

Di hadapan Jepang terdapat sebuah ba-haya dari negeri tetangga yang lemah seperti Jawa dan Madura. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa pulau-pulau tersebut milik Belanda. Namun, apabila Belanda tidak bisa me-ningkatkan kesejahteraan penduduk bu-miputra dan tidak bisa menjaga keaman-an dan ketertiban di antara mereka, Jawa dan Sumatra akan menjadi ancaman ter hadap negara-negara tetangganya dan mereka wajib untuk menguasainya.

Lebih dari setengah tahun kemu-dian, Takikosji, setelah kembali menge-mukakan isu ketidakbecusan Belanda, menyatakan bahwa Jepang, apabila mengambil alih Jawa dan Sumatra, da-pat mengatasi sebagian besar masalah kemiskinan sumber daya alamnya dan memperoleh bahan mentah guna me-ningkatkan industrinya.

Pada saat Takikosji menuliskan ha-sutannya, kemenangan Jepang atas Ru sia (1904–05) telah memberikan pe nga ruh yang sangat besar bagi pen-duduk bumiputra di Hindia Belanda: apabila Jepang dapat mengalahkan Ru sia, mengapa mereka tidak bisa mengalahkan Belanda? “Ketika aku ,” demikian tulis gubernur Pantai Timur Sumatra pada tahun 1920,

lebih dari 10 tahun yang lalu menjadi asisten residen di Sulawesi Timur, ber-

edar desas desus kedatangan kapal-kapal perang Jepang. Seorang pengamat yang baik akan tahu bahwa rakyat meng-inginkan kedatangan itu dan berharap Jepang akan membebaskan mereka dari ceng keraman Belanda.

Reaksi semacam itu juga terjadi di Sumatra pada tahun 1920. Sejumlah orang Batak menyerang pos pabean Belanda karena meyakini, de mikian menurut laporan seorang pe jabat Be-landa, “kebenaran ramalan mengenai mendekatnya kehancuran kekuasaan (Be landa) ... sebuah kapal udara de-ngan bantuan dari Jepang memainkan se buah peranan dalam pengharapan itu.”

Sebagai sebuah bangsa kepulauan yang miskin sumber daya alam, Jepang sangat bergantung pada impor bahan mentah dan sumber daya alam dari luar negeri. Karet, timah, besi, dan terutama minyak bumi harus diimpor agar indus-tri Jepang dapat hidup dan memampu-kan Negeri Matahari Terbit itu tetap menjadi sebuah bangsa industri yang besar. Bahan mentah yang sama juga sangat vital bagi mesin perang Jepang. Dengan terbatasnya tanah dan sumber daya alam serta meningkatnya jumlah penduduk, Jepang harus melakukan eks pansi ke luar wilayahnya guna me-mindahkan penduduknya yang sudah padat sekaligus memperoleh sumber daya alam yang baru dan tambahan pasar bagi hasil produksinya. Ambisi ekspansionis ini diperkuat oleh ideolo-gi kuno Jepang yang disebut Hakko Ichi- u (delapan benang di bawah satu atap), yang mengidamkan pembentuk-

invasi ke sumatra.indd 12invasi ke sumatra.indd 12 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

13

an suatu kawasan besar di dunia yang didominasi oleh Jepang.

Pada tahun 1894–95, Jepang menga-lahkan China dalam sebuah perang yang singkat dan berhasil menguasai Pulau Formosa (sekarang Taiwan), se-bagian Korea, dan sepotong wilayah Manchuria. Dengan demikian, Jepang pun dapat mengeksploitasi semua sum-ber daya alam wilayah taklukkannya itu. Pada tahun 1905, setelah berhasil mengalahkan Rusia, Kekaisaran Ma-tahari Terbit itu mencaplok seluruh Korea dan sebagian Manchuria yang sebelumnya telah dikuasai oleh Rusia. Kemudian, sepanjang dasawarsa 1920-an, Jepang memperkuat pasukannya di Korea dan Manchuria serta mengincar China.

Pada akhir dasawarsa 1920-an, keti-ka dunia dilanda Malaise, banyak orang Jepang termakan hasutan kaum militan sayap kanan yang tidak puas dengan ko rupsi di pemerintahan, dekadensi westernisme, dan terus menyerahnya Jepang pada tekanan negara-negara Ba-rat. Di bawah sejumlah perwira muda yang sangat radikal, mereka berusaha “memurnikan” sistem Kaisar dan kem-bali ke jalan hidup Jepang yang lama dan tradisional. Revolusi yang dikhot-bahkan kelompok sayap Kanan me-nyebabkan banyak terjadi pembunuhan bersifat politik, dan pada awal dasawar-sa 1930 pun Jepang telah berpaling dari demokrasi.

Kelompok sayap Kanan Jepang mengidamkan pembentukan sebuah

Para perwira dan pelaut Jepang merayakan kejatuhan kota Shanghai ke tangan mereka selama Perang China-

Jepang Kedua, November 1937. (Sumber: https://thestrategybridge.org)

invasi ke sumatra.indd 13invasi ke sumatra.indd 13 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

14

negara autarki, penghancuran komu-nisme, dan ekspansi Kekaisaran Jepang. Sasaran awal mereka adalah China, negeri raksasa yang lemah dan tercabik-cabik oleh perang saudara. Pada tahun 1931, Jepang mencaplok seluruh Man-churia, sebuah daerah yang kaya batu bara dan besi yang amat diperlukan oleh industrinya. Pada tahun 1937, mereka berhasil menguasai daerah pantai dan beberapa kota penting di China. Na-mun Jepang tidak pernah berhasil me-naklukkan China karena pemerin tahan Chiang Kai -shek menolak tawaran per-damaian di bawah dominasi Jepang dan dapat bertahan dengan bantuan ekono-mi maupun persenjataan tidak resmi da ri Amerika Serikat.

Kegagalan Jepang memaksakan se-buah pertempuran menentukan di Chi-na maupun boikot penduduk setempat

terhadap barang-barang buatan Jepang di wilayah yang didudukinya membuat keberadaan 1,5 juta prajurit Jepang di China maupun hampir 600.000 orang korban yang dideritanya menjadi sia-sia. Perang tersebut semakin berlarut-larut dan menguras tenaga Jepang. Akan tetapi, sekalipun tidak bisa memenang-kan perang, Jepang pun tidak dapat me-narik mundur pasukannya tanpa kehi-langan “muka” dan mengakhiri klaim-nya sebagai pemimpin bangsa-bangsa Asia maupun kebijakan Hakko Ichi -u secara keseluruhan.

Faktor Minyak

Ketika jelas bahwa China harus di-kepung sebelum dapat dikalahkan, Je-pang pun mengalihkan perhatiannya ke selatan. Pada tanggal 22 Desem-ber 1938, Perdana Menteri Pangeran Konoye Fuminaro menyampaikan se-buah pidato, di mana ia memprokla-masikan sebuah “Orde Baru di Asia Timur” dan menyatakan bahwa Jepang akan membantu bangsa-bangsa Asia—tentu saja di bawah kepemimpinan Jepang—untuk mengusir kekuatan im-perialis Barat. Dua tahun kemudian, Menteri Luar Negeri Matsuoka Yosuke mengubah “Orde Baru” menjadi “Ling-kungan Kemakmuran Bersama Asia Timur”. Pekikan “Asia bagi orang Asia” pun digemakan. Namun, keinginan bahwa “sepanjang orang Asia itu adalah orang Jepang” tentu saja tidak dijadikan bahan propaganda kekaisaran.

Kebijakan tersebut tentu saja akan menyebabkan Jepang terlibat konl ik

Perdana Menteri Pangeran Konoye Fuminaro. (Sum-

ber: Wikipedia)

invasi ke sumatra.indd 14invasi ke sumatra.indd 14 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

15

dengan kekuatan-kekuatan kolonial, khu susnya Inggris dan Prancis. Berba-gai rencana perang telah dibuat untuk menghadapi kedua negara tersebut, te tapi keadaan di Timur Jauh menjadi semakin genting saat Jepang mulai ber-baris ke selatan.

Gerak maju ke Indocina relatif ber-hasil, karena tidak meletuskan satu pun tembakan berkat tekanan Jerman Nazi, yang telah mengikat persekutuan de-ngan Jepang lewat Pakta Tiga Negara, terhadap Pemerintah Vichy yang tun-duk pada Jerman. Penguasaan Birma (sekarang Myanmar) berarti perang dengan Inggris, dan konfl ik seperti itu berarti serangan terhadap Malaya dan mengamankan Singapura. Untuk me-lakukannya, Jepang membutuhkan basis-basis di selatan Indocina. Namun, ketika mereka berhasil memperoleh-nya, Amerika Serikat melakukan inter-vensi.

Ancaman utama Amerika bagi Je-pang datang dari kekuatan udara stra-te gisnya di Clark Field, Luzon, te-tapi posi si Amerika di Filipina juga membahaya kan setiap gerakan Jepang ke Hindia Belanda. Pembatasan dan em bargo minyak yang diterapkan oleh Amerika dan Belanda membuat cadang-an minyak Jepang menyusut. Angka-tan Darat Jepang, yang meng hadapi perang berkepanjangan di China dan kemungkinan perang negan Uni Soviet di Man churia, membutuhkan bahan bakar bagi kendaraan dan pesawat ter-bangnya. Akan tetapi, kebutuhan Ang-katan Darat lebih sedikit dibandingkan

kebutuhan Angkatan Laut, yang pada tahun 1941 memberikan tekanan tam-bahan terhadap Angkatan Darat untuk mengamankan kebutuhan minyak bagi armadanya dengan merebut wilayah Selatan. Di Asia Tenggara, selain di Miri di Kalimantan jajahan Inggris, minyak dihasilkan di wilayah Hindia Belanda. Berikut adalah produksi minyak yang dihasilkan di Hindia Belanda sebelum pecahnya Perang Pasifi k:

SumatraPalembang dan wilayah sekitarnyaAceh Utara

3 juta ton1 juta ton

KalimantanSanga-SangaTarakan

1 juta ton0,7 juta ton

Jawa Cepu 1 juta tonSeram Bula 0,1 juta ton

Bisnis minyak bumi di Hindia Be-landa terutama dikuasai oleh perusa-haan-perusahaan Amerika Serikat dan Inggris, yang menimbulkan masalah besar bagi Jepang. Pada mulanya, Je-pang berusaha menghimbau pemerin-tah ko lonial di Hindia Belanda agar meng i kuti tindakan Prancis di Indo-cina. Da lam hal ini, tindakan Jepang tersebut bukan hanya didasarkan pada perhi tung an mengenai keuntungan un-tuk memper oleh Hindia Belanda dalam keadaan utuh dan tanpa pertumpahan darah, tetapi juga agar mereka dapat menerima negeri itu dengan adminis-trasinya yang efi sien tanpa kegoncang-

invasi ke sumatra.indd 15invasi ke sumatra.indd 15 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

16

Hindia Belanda. Baik Angkatan Laut maupun Angkatan Darat Jepang tidak menyukainya. Rencana kedua, yang didukung oleh Angkatan Darat, mem-pertimbangkan serangan ke Malaya, lalu menyeberang ke Sumatra dan Jawa, melaju ke utara menuju Kalimantan, dan terakhir ke Filipina. Rencana ini kelihatannya memastikan penguasaan daerah-daerah yang kaya sumber daya alam dengan cepat sementara menghin-dari perang yang terlalu dini dengan Amerika Serikat. Angkatan Laut sen-diri menginginkan gerakan sebaliknya: dimulai dari Filipina dan berakhir di Malaya, karena kepulauan itu mengan-cam garis komunikasi Jepang dengan Hindia Belanda. Rencana keempat, sebuah kompromi yang diambil pada bulan Agustus 1941, menggabungkan

an apa pun juga. Dengan demikian, mereka dapat be kerja sama dengan para pegawai peme rintahan Belanda yang berpengalaman. Akan tetapi, Gu-bernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachower menolak imbauan Jepang itu. Bahkan, Batavia hanya bersedia mengirimkan setengah dari tuntutan ekonomi Jepang, ter utama peningkat-an ekspor minyak mentah. Itu pun ha nya berdasarkan kontrak selama 6 bu lan saja. Sikap permusuhan yang di-tunjukkan oleh Belanda sendiri segera membawa pengaruh besar pada nasib Hindia Belanda.

Rencana Perang Jepang

Ada empat pilihan rencana perang yang dibuat oleh Jepang. Pertama, yang paling berisiko, menyerang langsung

Menteri Perdagangan dan Industri Jepang Ichizo Kobayashi disambut oleh protokoler saat mengunjungi Hindia

Belanda pada bulan September 1940. Penolakan Belanda terhadap himbauan Jepang agar Hindia bergabung

dengan proyek Lingkaran Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya maupun tuntutan konsensi ekonominya membuka

jalan bagi invasi Jepang. (Sumber: Klemen Lužar)

invasi ke sumatra.indd 16invasi ke sumatra.indd 16 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

17

proposal kedua dan ketiga sebagai ope-rasi yang dilancarkan secara serentak.

Pada mulanya, hingga sekitar bu-lan Juni atau Juli 1940, Jepang mengi-ra bahwa mereka dapat menghadapi Inggris dan Belanda secara terpisah. Na mun, sejak bulan Agustus tahun itu, mereka melihat bahwa, sementara Inggris dan Belanda tidak dapat di-tangani secara terpisah, mereka masih bisa memisahkan Amerika Serikat dan Inggris. Sayangnya, pada akhir tahun 1940 menjadi jelas bagi Jepang bahwa Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda telah bersatu padu. Alasannya, keadaan telah berubah: Inggris berhasil memu-lihkan dirinya setelah bencana kekalah-an pada musim panas 1940 sementara sebuah pendaratan Jerman di Inggris mustahil dilakukan. Amerika Serikat sendiri secara aktif telah mulai men-dukung Inggris, China, dan Belanda. Lebih dari itu, ketiga negara itu mulai mengadakan pembahasan di Singapura untuk membendung gerak maju Jepang di Timur Jauh.

Penghalang utama terhadap eks-pansi Jepang ke selatan adalah Armada Pasifi k Amerika yang berpangkalan di Pearl Harbor. Sekalipun seorang pe-nentang perang, Laksamana Yamamo-to Isoroku memandang bahwa Armada Pasifi k Amerika dapat dilumpuhkan lewat sebuah pukulan mendadak agar Amerika tidak mampu melakukan in-tervensi terhadap ekspansi Jepang di Pasifi k. Rencana perang terakhir Jepang sangat berani dan rumit. Serangan ha-rus dilancarkan ke berbagai tempat se-cara bersamaan. Waktu sangat berhar-

ga; kerja sama sangat penting; prajurit yang terlatih dan tangguh diperlukan; dan data intelijen haruslah benar-benar memadai.

Rencana Jepang mengikhtisarkan tiga tahap besar: sebuah “serangan me-lanting”; sebuah periode konsolidasi; dan sebuah tahap bertahan. Selama ta-hap pertama, kekuatan udara, laut, dan darat Jepang akan menyerang ke se an-tero Pasifi k, Timur Jauh, dan Hindia Belanda untuk menghancurkan pasu-kan Sekutu dan merebut semua sasar-an yang diincarnya. Pada tahap kedua, Jepang melanjutkan operasi- operasi se-rangannya di Birma, tetapi akan meng-habiskan sebagian besar waktu mau-pun energinya untuk mengonsolidasi-kan dan mengamankan wilayah yang direbutnya. Pada tahap ketiga, pasukan Jepang akan mempertahankan wilayah kekuasaannya.

Perencanaan yang rinci hanya di-buat untuk tahap pertama, yang dibagi menjadi tiga bagian terpisah. Bagian pertamanya meliputi serangan ke Pearl Harbor, perebutan Th ailand, dan pen-daratan maupun serangan awal ter-hadap Malaya, Hong Kong, Filipina, Guam, Pulau Wake, dan Kepulauan Gilbert. Bagian dua berkonsentrasi pa da perebutan Singapura, operasi-operasi di Hindia Belanda, perampasan Kepulauan Bismarck, dan perebutan awal lapangan-lapangan terbang Ing-gris di selatan Birma. Dalam bagian akhir dari tahap awal, pasukan Jepang akan merebut Jawa, menduduki Suma-tra, dan melancarkan sebuah serangan besar-besaran ke Birma.

invasi ke sumatra.indd 17invasi ke sumatra.indd 17 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

18

Kapal tempur USS West Virginia

terbakar hebat di Pearl Harbor setelah

serangan mendadak Jepang terhadap

pangkalan Armada Pasifi k Amerika

tersebut. (Sumber: Pearl Harbor)

invasi ke sumatra.indd 18invasi ke sumatra.indd 18 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM

19

Dalam rencana perang umum Je-pang, serangan ke Hindia Belanda bergantung pada keberhasilan atau ke-gagalan serangan mendadak mereka ke Pearl Harbor. Operasi ini dirancang un-tuk menggunakan Filipina, Kalimantan jajahan Inggris dan Malaya sebagai batu loncatan. Karena itu, tidak seperti se-rangan ke Malaya dan Filipina yang di-lancarkan secara mendadak, operasi di Hindia Belanda, yang dilancarkan sete-lah perebutan wilayah di sekelilingnya, harus dilancarkan dengan menghadapi pasukan Sekutu yang telah siap siaga. Karena pada saat itu Jawa diperkirakan akan memperoleh bantuan Amerika dan Inggris (dari Australia dan India), serta diperkuat oleh pasukan yang mun-dur dari Filipina dan Malaya, Jepang berisiko menderita banyak kehilangan dalam hal pesawat terbang, kapal, dan sebagainya.

Seluruh operasi membutuhkan ker-ja sama erat antara unit-unit darat, laut, dan udara. Karena itu, diperlukan se-rangan yang berulang kali untuk meng-hancurkan kekuatan udara musuh, diikuti oleh gerak maju sebuah konvoi, yang dikawal oleh kapal-kapal perang di bawah perlindungan udara, di mana setelah itu unit-unit darat, sesudah men darat di pantai, segera menduduki dan memperlengkapi basis-basis udara. Setelah itu, basis-basis yang telah diper-siapkan tersebut didarati oleh unit-unit udara untuk melancarkan operasi-operasi udara (berikutnya). Sekalipun dikerahkan semaksimal mungkin, ka-rena terbatasnya kapal-kapal angkut dan kapal-kapal perang yang dikerah-

kan untuk operasi-operasi di selatan, kapal-kapal tersebut harus berlayar bo-lak balik dari utara ke selatan dan timur ke barat, karena operasi direncanakan untuk mengangkut dalam waktu sing-kat, unit-unit yang cukup besar—ter-lalu besar dibandingkan jumlah kapal yang tersedia. Karena itu, unit-unit yang dilibatkan harus bergerak seperti jarum jam.

Operasi akan dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah serangan serentak terhadap Filipina, Hong Kong dan Malaya, setelah itu Kalimantan, Su-lawesi, dan Timor akan segera direbut. Sementara penaklukan Malaya ber-jalan, tempat-tempat kunci di selatan Sumatra akan ditaklukkan. Pada tahap kedua, Jawa dan bagian utara Sumatra akan direbut, dan pada tahap ketiga se-mua wilayah kunci akan diamankan.

Perdana Menteri Tojo Hideki membacakan pernyataan

perang terhadap Sekutu setelah serangan udara

Jepang ke Pearl Harbor. (Sumber: Japan at War)

invasi ke sumatra.indd 19invasi ke sumatra.indd 19 1/24/2019 11:04:24 AM1/24/2019 11:04:24 AM