intrauterine fetal death (kjdr)

8
INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD) ATAU KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (KJDR) 1. Pengertian Kematian janin dalam rahim didefenisikan sebagai kematian intrauterin dari janin dengan berat 500 gram atau lebih atau pada janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. 2. Etiologi a) Perdarahan: plasenta previa dan solusio plasenta. Solusio plasenta atau terlepasnya plasenta diakibatkan oleh trauma,misalnya karena benturan pada perut. Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta terlepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke janin pun tidak ada. b) Pre-eklampsia dan eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan pada masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, protenuria, dan edema; yang kadang-kadang disertai dengan konvulsi sampai koma. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kekurangan oksigen sehingga terjadi hipoksia intrauterin. c) Penyakit-penyakit kelainan darah, menjadi Misalnya; ketidakcocokan antara rhesus darah ibu dengan arah janin. Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif, sehingga anak akan mengikuti yang dominan, akibatnya antara ibu dan janin mengalami

Upload: vita-madmo

Post on 22-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

djj (-)

TRANSCRIPT

Page 1: Intrauterine Fetal Death (Kjdr)

INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD) ATAU KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

(KJDR)

1. Pengertian

Kematian janin dalam rahim didefenisikan sebagai kematian intrauterin dari janin dengan

berat 500 gram atau  lebih atau pada janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu.

2. Etiologi

a) Perdarahan: plasenta previa dan solusio plasenta. Solusio plasenta atau terlepasnya

plasenta diakibatkan oleh trauma,misalnya karena benturan pada perut. Benturan ini bisa

saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau

plasenta terlepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke janin pun tidak ada.

b) Pre-eklampsia dan eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala

yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan pada masa nifas yang terdiri dari trias:

hipertensi, protenuria, dan edema; yang kadang-kadang disertai dengan konvulsi sampai

koma. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin dan kekurangan oksigen sehingga terjadi hipoksia

intrauterin.

c) Penyakit-penyakit kelainan darah, menjadi Misalnya; ketidakcocokan antara rhesus darah

ibu dengan arah janin. Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara

bapak rhesus positif, sehingga anak akan mengikuti yang dominan, akibatnya antara ibu

dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi

kondisi janin tersebut yaitu dapat terjadi hidrofetalis, suatu reaksi imunologis yang

menimbulkan gambaran klinis pada janin antara lain, pembengkakan pada perut akibat

terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin,

penumpukan cairan dalam rongga dada dan jantung, biasanya janin tidak dapat  tertolong.

d) Penyakit infeksi dan penyakit menular. Penyakit infeksi pada ibu disebabkan oleh virus

dapat mengakibatkan kematian janin dalam rahim seperti rubella, sitomegalovirus,

Page 2: Intrauterine Fetal Death (Kjdr)

herpesvirus hominis, virus coxsakie, dan campak. Penyakit menular seksual seperti sifilis.

Selain itu infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian janin misalanya tifus abdominalis

dengan angka kematian 75% dan kolera dengan angka kematian 57%.

e) Penyakit saluran kencing: bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis, dan payah ginjal.

Sejauh telah diketahui bahwa kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran

plasma efektif ke ginjal  dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomeruler dan fungsi

tubuler meningkat 30-50% selama kehamilan.

f) Penyakit endokrin: diabetes mellitus dan hipertiroid. Penyakit diabetes dapat merupakan

kelainan hederitar dengan ciri insufiensi insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula

darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan

banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan

hormonal penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Angka kematian perinatal

karena penyakit ini adalah 10-15%. Selain itu pada kehamilan, kelenjar tiroid mengalami

hiperfungsi ditandai dengan naiknya metabolisme basal sampai 15-27% dan kadang kala

disertai pembesaran ringan. Akibat penyakit ini adalah kematian janin dalam rahim.

3. Perubahan pada Bayi

Apabila janin mati pada kehamilan yang telah lanjut, terjadilah perubahan sebagai

berikut:

a) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2 ½  jam setelah mati kemudian lemas kembali.

b) Stadium maserasi I adalah timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula berisi

cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah anak

mati.

c) Stadium maserasi II adalah timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban merah

coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.

Page 3: Intrauterine Fetal Death (Kjdr)

d) Stadium maserasi III adalah terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin

sangat  lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan edema

dibawah kulit.

4. Diagnosis

a) Anamnesis : ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan janin

sangat berkurang. Ibu merasa perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil,

atau kehamilan tidak seperti biasanya.

b) Inspeksi : tidak kelihataan gerakan-gerakan janin

c) Palpasi :TFU lebih rendah dari seharusnya tuanya kehamilan, tidak teraba gerakan-

gerakan janin, serta dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

d) Auskultasi : baik memakai stetoskop monoral maupun deptone tidak akan terdengar

denyut janin.

e) Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negative  setelah beberapa minggu janin mati

dalam kandungan.

f) Rontgen foto abdomen

1)    Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.

2)    Tanda nojosk : adanya ingulasi yang tajam tulang belakang janin.

3)    Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin.

4)    Tanda spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin

5)    Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak.

6)    Kepala janin kelihatan seperti kantong yang berisi benda padat.                                                             

5.    Diagnosis banding

a.    Mioma uteri.

b.    Mola hidatidosa.

Page 4: Intrauterine Fetal Death (Kjdr)

6.    Komplikasi

a) Trauma emosional yang berat  terjadi bila waktu antara kematian janin dengan persalinan

cukup lama.

b) Dapat terjadi infeksi jika ketuban pecah.

c) Kematian janin dalam kandungan lebih dari 3-4 minggu biasanya tidak membahayakan

ibu . setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-

fibrinogenemia) akan lebih besar; oleh karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus

dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia,

maka akan  terjadi perdarahan postpartum 

7.    Penanganan

a) Periksa tanda vital.

b) Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, golongan darah ABO

dan rhesus.

c) Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan akan

dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab kematian,

hindari memberikan informasi tidak tepat.

d) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu

didampingi dengan orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir

pervaginam.

e) Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu

dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.

f) Bila pilihan adalah ekspekatif ; tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu yakinkan

bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.

g) Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan mengunakan oksitosin dan

misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.

Page 5: Intrauterine Fetal Death (Kjdr)

h) Berikan kesempatan pada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai

kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

i) Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan

infeksi.

8.    Faktor Predisposisi

a) Status sosial ekonomi yang rendah.

b) Tingkat pendidikan ibu yang rendah.

c) Umur ibu yang melebihi 35 tahun dan kurang dari 20 tahun

d) Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

e) Multiparitas

f) Kehamilan di luar perkawinan

g) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal.

h) Riwayat kehamilan dengan komplikasi

Referensi :

          - Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.          - Mochtar, R. 1998. Sinopsis obstetri. Penerbit  Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

          - Sastrawinata, S. 2004. Obstetri Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

          - Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina  Pustaka. Jakarta.

Page 6: Intrauterine Fetal Death (Kjdr)