profil kejadian intra uterine fetal death (iufd) di … · sebagai acuan dalam naskah dengan...
TRANSCRIPT
PROFIL KEJADIAN INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
TAHUN 2016
Oleh
Asri Kusuma
NIM. P17324214038
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
2017
ii
PROFIL KEJADIAN INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
TAHUN 2016
Oleh
Asri Kusuma
NIM. P17324214038
LAPORAN TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Ahli madya Kebidanan
Program Studi Kebidanan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
2017
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Penelitian ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik baik di Universitas maupun di perguruan tinggi lain.
2. Penelitian ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan
Penguji.
3. Dalam penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam penyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanki lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Bogor, Maret 2017
Yang membuat pernyataan,
Asri Kusuma
NIM. P17324214038
iv
v
vi
MOTTO
“ Man Jadda Wa Jadda, selama kita bersungguh-sungguh, maka kita akan
memetik buah yang manis. Segala keputusan hanya ditangan kita sendiri, kita
mampu untuk itu”
- BJ. Habibie
“ Everybody is a genius. But, if you judge a fish by its ability to climb a tree, it
will spend its whole life believing that it is stupid”
– Albert Einstein
“ Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”
– Thomas Alfa Edison
“ Because of the problem of making ourselves a tough person for life”
- Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Asri Kusuma
Tempat Tanggal Lahir : Cianjur, 14 Juni 1995
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Email : [email protected]
No. telp : 085721204594
Alamat : Kp. Pasekon Rt 01 Rw 10 Cipendawa, Pacet.
Kab. Cianjur, Jawa Barat
Riwayat Pendidikan :
1. TK Kartika III-8 Siliwangi 2003-2004
2. SD Negeri Cipanas IV 2004-2009
3. SMP Negeri 1 Cipanas 2009-2011
4. SMA Negeri 1 Sukaresmi 2011-2014
5. D III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung 2014 s.d sekarang
3 x 4
viii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
Penelitian, Juni 2017
ASRI KUSUMA. NIM.P17324214038
Profil Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) di RSUD Sayang Cianjur
Tahun 2016
Viii, 5 BAB, 48 halaman, 6 lampiran, 2 skema, 1 gambar, 10 tabel
ABSTRAK
Menurut Kemenkes RI tahun 2012 diketahui bahwa kasus IUFD di Jawa
Barat setiap tahunnya sekitar 19,2 %. Data yang diperoleh dari Rekam Medik di
RSUD Sayang Cianjur tahun 2016 kejadian Intra Uterine Fetal Death IUFD
sebesar 123 kasus dari 2071 persalinan.
IUFD adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram
atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Dampak yang dapat terjadi ibu mengalami trauma emosional yang berat. Dampak
yang lebih serius adalah terjadinya pembekuan darah yang meluas Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC) hipofibrinogenima (kadar fibrinogen <100
mg%). Pada anemnesa didapatkan gerakan janin menghilang, dan dengan
dilakukannya pemeriksaan fisik didapatkan tidak terdengarnya bunyi jantung
janin.
Penelitian bertujuan untuk mengertahui profil kejadian Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur Tahun 2016. Jenis
penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling melalui data
sekunder pada ibu yang melahirkan dengan IUFD di RSUD Sayang Cianjur pada
tahun 2016. Analisis data dilakukan secara univariat.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa angka
kejadian IUFD tertinggi terjadi pada bulan Desember 2016 yaitu sebesar 12,82%.
Berdasarkan usia ibu 67,71% terjadi pada usia 20-35 tahun, berdasarkan paritas
terjadi pada paritas 0 atau > 4 sebesar 51,04%, pada ANC terakhir sebesar
54,17% melakukan ANC pada 1 hari yang lalu. Sebesar 92,71% tidak memiliki
penyakit sebelum hamil, dan 47,92% memiliki penyakit hipertensi selama
kehamilan. Sedangkan sebesar 44,8% tidak memiliki komplikasi kehamilan, dan
sebesar 84,37% tidak memiliki komplikasi persalinan. Seluruh persalinan
dilakukan secara pervaginam (induksi).
Hal ini merupakan masalah yang sangat besar dan harus ditangani. Upaya
untuk menurunkan kejadian IUFD yaitu dengan melibatkan seluruh pihak baik
pemerintah maupun masyarakat dalam meningkatkan penyuluhan mengenai
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil.
Kata Kunci: Angka kejadian IUFD, komplikasi pada persalinan, jenis persalinan
Kepustakaan : 39 (2004-2016)
ix
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
Research, June 2017
ASRI KUSUMA. NIM.P17324214038
Profile of Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Events at RSUD Sayang Cianjur
Year 2016
Viii, 5 CHAPTER, 48 pages, 6 attachments, 2 schemes, 1 image, 10 tables
ABSTRACT
According to the Ministry of Health RI in 2012 it is known that the case of
IUFD in West Java annually around 19.2%. Data obtained from Medical Records
in RSUD Sayang Cianjur in 2016 incident Intra Uterine Fetal Death IUFD for 123
cases from 2071 births.
IUFD is a fetus that dies in the womb with a weight of 500 grams or more
or fetal death in the womb at 20 weeks or more. The impact that can occur mother
experiencing severe emotional trauma. The more serious impact is the widespread
blood clot Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) hipofibrinogenima
(fibrinogen levels <100 mg%). In the anemnesa, the fetal movement disappears,
and with the physical examination is not heard the sound of fetal heart.
The aim of this research is to know the profile of Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) event at RSUD Sayang Cianjur in 2016. The research type is descriptive
research with quantitative approach. Sampling using purposive sampling
technique through secondary data on mothers who gave birth with IUFD in RSUD
Sayang Cianjur in 2016. Data analysis was done univariat.
Based on the results of the research, it can be concluded that the highest
incidence of IUFD occurred in December 2016 which amounted to 12.82%.
Based on mother age 67,71% happened at age 20-35 years, based on parity
happened at parity 0 or> 4 equal to 51,04%, at last ANC equal to 54,17% doing
ANC at 1 day ago. 92.71% had no disease before pregnancy, and 47.92% had
hypertension during pregnancy. While 44.8% had no complications of pregnancy,
and 84.37% did not have complications of labor. All deliveries are performed
vaginally (induced).
This is a huge problem and should be addressed. Efforts to reduce the
incidence of IUFD is by involving all parties both government and the community
in improving information about the signs of danger to pregnant women.
Keywords: The incidence of IUFD, complications in labor, type of labor
Literature: 39 (2004-2016)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya akhirnya penelitian dengan judul “Profil Kejadian Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur Sayang Tahun 2016”
dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penelitian ini disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Bandung.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mendapat banyak bantuan,
masukan, dukungan, dan bimbingan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Osman Syarief, MKM selaku direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bandung, atas ijin penelitian yang diberikan.
2. Hj. Enung Harni Susilawati, S.Kp, MKM selaku Ketua Prodi Kebidanan
Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung, yang telah memberikan ijin untuk
dapat melakukan penelitian.
3. Direktur RSUD Sayang Cianjur, dr. Hj. Ratu Tri Yulia Herawati, MKM
beserta seluruh jajaran yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di RSUD Sayang Cianjur.
4. Dr. Fauzia, selaku wali kelas, Yohana Wulan Rosaria, M.Kes selaku
pembimbing akademik dan seluruh dosen Poltekkes Kemenkes Bandung
Prodi Kebidanan Bogor yang selalu memberikan dukungan, arahan, dan
motivasi untuk melakukan penyusunan penelitian.
5. Sri Mulyati, MKM dan Titi Nurhayati, MKM selaku pembimbing penelitian
yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk,
pengarahan, nasehat yang berharga, bimbingan, dukungan, semangat dan
koreksi dalam penyelesaian penelitian.
6. Ayah (Bapak Madiyono) dan Ibu (Ibu Sumini) tersayang atas bimbingan,
kasih sayang, dukungan dan motivasi serta doa selama menempuh pendidikan
dan penyelesaian penelitian ini.
xi
7. Teman-teman angkatan XVI dan satu kelas, yang telah membantu, memberi
support, dan berjuang bersama-sama dalam tugas akhir ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu selama penyusunan proposal penelitian ini.
Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Penulis menyadari penyusunan proposal penelitian ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan. Besar harapan penulis kiranya penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Adapaun seluruh
isi Laporan Tugas Akhir ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.
Bogor, Maret 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL BAGIAN DALAM ................................................. ii
PERNYATAAN ......................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... v
MOTTO ...................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Intra Uteri Fetal Death (IUFD) ............................ 5
B. Kerangka Teori ............................................................................. 22
C. Kerangka Konsep .......................................................................... 23
D. Definisi Operasional ..................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .......................................................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 25
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 25
xiii
D. Sumber dan Teknik Pengambilan Data ........................................ 26
E. Istrumen Penelitian ........................................................................ 27
F. Pengolahan Dan Analisa Data ....................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 29
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 35
C. Pembahasan ................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 47
B. Saran.............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
xiv
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1 : Kerangka Teori Profil Kejadian IUFD di RSUD Sayang
Cianjur ........................................................................................ 22
Skema 2 : Kerangka Konsep Profil Kejadian IUFD di RSUD Sayang
Cianjur ........................................................................................ 23
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sayang Cianjur .................. 34
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Definisi Operasional Profil Kejadian IUFD di RSUD Sayang
Cianjur ........................................................................................ 23
Tabel 2 : Angka Kejadian IUFD Perbulan di RSUD Sayang Cianjur ........ 35
Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia yang dapat
menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur ......................... 35
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Paritas yang dapat
menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur .......................... 36
Tabel 5 : Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan ANC Terakhir
yang dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur ........ 36
Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelum
hamil yang dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur 37
Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit Selama Kehamilan
yang dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur ....... 37
Tabel 8 : Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi pada Kehamilan
yang dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur ........ 38
Tabel 9 : Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi pada Persalinan
yang dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur ...... 38
Tabel 10 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan pada kasus
IUFD di RSUD Sayang Cianjur ................................................ 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 : Instrumen Penelitian (Lembar Check List)
Lampiran 3 : Master Tabel
Lampiran 4 : Lembar Hasil SPSS
Lampiran 5 : Permohonan Rekomendasi Pengambilan Data
Lampiran 6 : Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan
Lampiran 7 : Lembar Revisi Sidang
Lampiran 8 : Lembar Bimbingan Konsultasi LTA dan Konsultasi Revisi Sidang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dengan berbagai indikator
kesehatan antara lain, kematian perinatal, angka kematian bayi, dan angka
kematian balita. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah angka kematian yang
terjadi pada saat setelah bayi lahir sampai berusia tepat satu tahun per 1.000
kelahiran hidup.1
Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun 2013 angka
kematian bayi di Indonesia masih tinggi. AKB didunia pada tahun 2013
sebanyak 34/1.000 kelahiran hidup, AKB di negara berkembang 37/1.000
kelahiran hidup dan Asia Tenggara 24/1000 kelahiran hidup.1
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Neonatal sebesar 19/1.000 kelahiran hidup, sementara tahun
2007 sebesar 19/1.000 kelahiran hidup dengan demikian tidak ada penurunan
berarti dibandingkan hasil SDKI 2007. Target Millenium Development Goals
(MDGs) keempat yaitu penurunan angka kematian anak pada tahun 2015
dengan Neonatal Mortality Rate sebesar 14/1.000 kelahiran hidup. Target
tersebutnya nyatanya belum tercapai oleh Indonesia. Target ini ditegaskan
kembali dalam SDGs dalam periode 2016-2030.2
Berdasarkan target SDGs pada goals ke tiga point ke 2 yaitu mengakhiri
kematian bayi dan balita yang dapat dicegah. Pada tujuan ini seluruh negara
berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya 12/1.000 kelahiran
hidup dan target ini harus tercapai pada tahun 2030. Menunjuk pada target
SDGs tersebut, Indonesia masih harus bekerja keras untuk mewujudkan target
tersebut dalam kurun waktu kurang lebih 13 tahun.3
Menurut Kemenkes RI tahun 2012 diketahui bahwa kasus IUFD di Jawa
Barat setiap tahunnya sekitar 19,2%.4 Berdasarkan Data Profil Dinas
Kesehatan propinsi Jawa Barat tahun 2014, Angka Kematian Neonatal
(AKN) sebesar 3,4/1.000 kasus kematian, yang termasuk di dalamnya
kejadian di Kabupaten Cianjur sebesar 1,05/1.000 kasus kematian.5
2
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik di RSUD Sayang
Cianjur tahun 2016 kejadian IUFD pada bulan Januari - Desember tahun 2016
sebesar 123 kasus dari 2071 persalinan. Penyebab kejadian IUFD yang
ditemukan di RSUD Sayang Cianjur umumnya tanpa sebab yang jelas.
Namun faktor maternal, fetal dan plasenta merupakan penyebab kejadian
IUFD. Faktor maternal meliputi usia, paritas, pemeriksaan antenatal dan
penyakit yang diderita oleh ibu seperti anemia, preeklampsia, eklampsia,
diabetes mellitus, rhesus isomunisasi, infeksi dalam kehamilan, Ketuban
Pecah Dini (KPD), dan letak lintang.6
Adapun faktor penyebab IUFD yang banyak terjadi berdasarkan faktor
janin yaitu kelainan insersi talipusat, simpul tali pusat, dan lilitan tali pusat.7
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemukinan terjadinya
kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan
menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin
masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai
dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang
meluas Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) hipofibrinogenemia
(kadar fibrinogen <100 mg%). Tentu hal ini sangat membahayakan bagi ibu
yang mengalami IUFD.8
Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu
dengan pemeriksaan kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali, sesuai standar
WHO.9 Pada penelitian Sulansi di Kupang tahun 2013, kunjungan ANC
mempunyai risiko 5,669 kali untuk terjadinya IUFD.7
Faktor lainnya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim
yaitu dengan peningkatan pengetahuan ibu hamil melalui upaya penyuluhan
kesehatan tentang tanda bahaya pada kehamilan seperti perdarahan jalan
lahir, pembengkakan muka, kaki dan jari kaki, sakit kepala berat, penglihatan
kabur, keluar cairan banyak dari jalan lahir, dan pergerakan janin berkurang.
Konsumsi makanan dengan nilai gizi yang baik untuk mencegah terjadinya
anemia, abortus, kematian janin dalam rahim, dan partus prematurus.9
3
Hal ini merupakan masalah kesehatan yang serius karena IUFD dapat
meningkatkan angka kematian perinatal. Seharusnya IUFD dapat dicegah
apabila dilaksanakan pencegahan terhadap faktor-faktor penyebab IUFD.
Berdasarkan keterangan di atas penulis merasa tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Profil Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) di Rumah
Sakit Daerah Umum Sayang Cianjur tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Profil Kejadian
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) di RSUD Sayang Cianjur tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
Profil Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) di RSUD Sayang
Cianjur tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD di RSUD Sayang Cianjur
pada tahun 2016.
b. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan usia ibu di
RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
c. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan paritas di
RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
d. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan pemeriksaan
kehamilan terakhir di RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
e. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan riwayat
penyakit sebelum hamil di RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
f. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan penyakit
selama kehamilan di RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
g. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan komplikasi
pada kehamilan di RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
4
h. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan komplikasi
pada persalinan di RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
i. Diketahui distribusi frekuensi kejadian IUFD berdasarkan jenis
persalinan di RSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
a. Bagi RSUD Sayang Cianjur
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya menunjang peningkatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
b. Bagi Praktisi Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan pembelajaran tentang pentingnya
peran petugas kesehatan dalam memantau ibu yang memeriksakan
kehamilan secara teratur dan memberikan asuhan kebidanan yang baik
terhadap psikologis ibu yang mengalami IUFD.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan mampu mengenal faktor penyebab terjadinya IUFD dan
upaya pencegahannya.
3. Bagi Profesi Bidan
Untuk memperkaya khasanah tentang profil kejadian Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) dan The American
College of Obstetricians and Gynecologist yang disebut Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat
badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.8
Menurut WHO expert Committee on the Prevention of Perinatal
Morbidity and Mortality menganjurkan agar dalam perhitungan statistik
yang dinamakan kematian janin ialah kematian janin yang pada waktu
lahir berat badannya di atas 1000 gram.8
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan
janin, kegawatan janin atau infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
sehingga tidak diobati.10
Di Amerika Serikat, bayi lahir mati atau kematian janin tidak
memiliki definisi standar. Untuk keperluan statistic, kerugian janin
diklasifikasikan sesuai dengan usia kehamilan. Sebuah kematian yang
terjadi kehamilan sebelum 20 minggu biasanya diklasifikasikan sebagai
abortus spontan, jika terjadi setelah 20 minggu merupakan kematian janin.
Banyak negara menggunakan berat janin dari 350 gram atau lebih untuk
menentukan kematian janin.11
Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin
pada waktu lahir dengan berat badan <1000 gram. Kematian janin dapat
dibagi dalam 4 golongan yaitu :
a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20
minggu penuh.
b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
6
c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu
(late foetal death)
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di atas.12
Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam rahim
dengan berat badan <1000 gram atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih yang merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin atau infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya IUFD
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya IUFD meliputi hal-hal
berikut:
a. Faktor Ibu
1) Usia
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan
perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi
dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung dapat
mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang
baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun.12
Pada umur ibu yang masih muda (< 20 tahun) organ-organ
reproduksi dan emosi belum cukup matang sehingga
mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan
dikarenakan diusia tersebut ibu belum siap untuk hamil. Kehamilan
di usia tua (> 35 tahun) menimbulkan kecemasan terhadap
kehamilan dan persalinan serta alat-alat reproduksi ibu yang
fungsinya mulai menurun.6
7
Umur 20-35 tahun merupakan usia produktif bagi seseorang.
Umur 20-35 tahun adalah relative paling aman bagi segi
reproduksi sehat dimana seorang ibu bisa mengandung dengan
aman apabila mendapat pemeliharaan yang baik selama
mengandung.6
2) Paritas
Paritas atau para adalah jumlah kelahiran bayi yang mampu
hidup di luar rahim dihitung dari jumlah anak yang dilahirkan
hidup atau mati sampai saat ini.13
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang
aman terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu
maupun pada janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari 5
kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam
kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang
akan dapat mengakibatkan kematian janin.14
Paritas yang berisiko melahirkan IUFD adalah paritas nol
yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari empat.
Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang baik
endometriumnya. Hal ini dapat berpengaruh pada kehamilan
berikutnya karena kondisi rahim ibu belum pulih untuk hamil
kembali diakibatkan oleh vaskularisasi yang berkurang ataupun
perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kematian janin dalam
kandungan.14
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Triana di
Pekanbaru tahun 2012 bahwa ibu yang memiliki paritas 0 dan ≥ 4
menyebabkan terjadinya IUFD. Ibu yang melahirkan paritas 0 dan
≥ 4 berisiko melahirkan dengan IUFD 1,5 kali dibandingkan ibu
yang memiliki paritas 1-4.15
8
Upaya untuk ibu yang paritasnya 0 atau disebut dengan
nulipara (primigravida) agar dapat berhati-hati menjaga
kehamilannya yaitu melalui pemeriksaan ANC secara lengkap dan
teratur sehingga ada pemantauan untuk kondisi pertumbuhan dan
perkembangan janin di dalam rahim untuk mencegah terjadinya
IUFD. Rekomendasi untuk upaya yang dilakukan pada ibu yang
memiliki paritas > 4 agar tidak menambah jumlah anak yaitu salah
satu untuk mengurangi jumlah anak adalah melalui program
Keluarga Berencana (KB) dengan mengajak Pasangan Usia Subur
(PUS) yang memiliki banyak anak untuk berperan aktif
menggunakan KB dan penyuluhan serta konseling untuk Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) salah satunya Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).14
3) Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang
mengancam jiwa, oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal.
a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan
1-3 bulan)
b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan
4-6 bulan).
c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-
9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama
kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam
kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi
fundus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut jantung janin.7
9
Antenatal care (ANC) sangat penting bagi ibu hamil, karena
dengan ANC yang teratur, dapat mendeteksi kelainan secara dini,
mengobati penyakit yang menyertai kehamilan, pemberian
pendidikan kesehatan, persiapan menghadapi kedaruratan dan
persalinan.
Pada penelitian Sulansi, dkk di Kupang tahun 2013 bahwa
Antenatal Care (ANC) mempunyai pengaruh signifikan dengan
kejadian IUFD. Kunjungan ANC mempunyai risiko 5,669 kali
untuk terjadinya IUFD.7
4) Penyulit/penyakit pada kehamilan
Pada penelitian Sulansi, dkk di Kupang tahun 2013 bahwa
penyakit menyertai kehamilan mempunyai risiko 7,052 kali untuk
terjadinya IUFD. Sedangkan untuk komplikasi kehamilan
mempunyai risiko 7,143 kali untuk terjadinya IUFD.7
Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme
untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan
sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur organ atau
sistem tubuh.
Adapun macam-macam penyulit/penyakit pada kehamilan yang
dapat menyebabkan IUFD adalah sebagai berikut:
a) Anemia
Anemia adalah penurunan sel-sel darah merah dalam
sirkulasi. Pengaruh anemia, jelas pada kelangsungan
kehidupan buah kehamilan. Akibat anemia, supply oksigen
menjadi tidak adekuat yang berdampak pada kemampuan
metabolisme tubuh, yang dapat berdampak pada hipoksia pada
jaringan plasenta sehingga menimbulkan IUFD.16
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah
membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan
butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat
10
besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam
tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari
jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa dan sumsum
tulang. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil
konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam
kandungan.17
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai berikut:17
a) Tidak anemia : Hb 11,00 gr%
b) Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%
c) Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
d) Anemia berat : Hb < 7,00 gr%
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Triana di
Pekanbaru tahun 2012 bahwa kadar Hb ibu yang <11 gr%
menyebabkan terjadinya IUFD. Ibu yang memiki kadar Hb
<11 gr% berisiko melahirkan dengan IUFD 3 kali
dibandingkan ibu yang memiliki kadar Kb ≥ 11 gr%.15
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nola,dkk di Manado pada tahun 2016, ibu yang mengalami
anemia mempunyai risiko 2,3 kali mengalami IUFD.2
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang
pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.
Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi
adanya anemia pada ibu hamil.16
Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa
kehamilan dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang (trimester satu)
dimulai pada minggu ke 20.17
Perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai tablet zat besi
kepada ibu hamil sehingga ibu dapat meminumnya dengan
11
senang hati dan sehingga tujuan mengatasi anemia dapat
tercapai.18
Adapun cara untuk meningkatkan penyerapan zat besi
adalah sebagai berikut:19
a. Minumlah zat besi tambahan di antara waktu makan atau 30
menit sebelum makan.
b. Hindari mengonsumsi kalsium bersama zat besi (susu,
antasida, makanan tambahan prenatal).
c. Minumlah vitamin C (jus jeruk, tambahan vitamin C).
d. Masaklah makanan dalam jumlah air minimal supaya waktu
masak sesingkat mungkin.
e. Makanlah daging, ungags, dan ikan karena zat besi yang
terkandung dalam bahan makanan ini lebih mudah diserap
dan digunakan dibanding zat besi dalam bahan makanan
lain.
f. Makanlah berbagai jenis makanan.
b) Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam
kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan
kematian neonatal.
Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya
insufiensi plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin
terhambat dan sering terjadi kelahiran premature. Salah satu
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan yang mengancam
keselamatan ibu memerlukan tindakan aktif yaitu terminasi
kehamilan tanpa melihat usia kehamilan atau berat badan
janin.20
12
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Idawati di
RSUD Pringsewu tahun 2011 mengatakan bahwa hipertensi
dalam kehamilan mempunyai resiko 2,317 kali lebih besar
melahirkan bayi bermasalah dibandingkan dengan ibu tanpa
hipertensi.21
c) Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen
jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke
plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan
karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.18
Ibu hamil dengan pre eklampsia/eklampsia, akan terjadi
spasme pembuluh darah arteriol yang menuju organ penting
tubuh sehingga menimbulkan gangguan metabolisme,
gangguan peredarahan darah yang dapat menyebabkan
nekrosis jaringan, perdarahan, dan mengecilnya aliran darah
kearah retroplacenta sehingga terjadi IUFD.20
Pada penelitian Idawati di RSUD Pringsewu tahun 2011.
Komplikasi yang banyak dan sering ditemukan pada
preeklampsia-eklampsia antara lain: BBLR (premature dan
dismatur) sebesar 34%, kematian janin dalam rahim (IUFD)
17%, asfiksia neonatorum 17% dan bayi premature berikisar
antara 10-20%.21
d) Diabetes Mellitus
Gangguan kronik pada transformasi oksigen karena
plasenta sudah layu diakibatkan karena hiperglikemi.
Hiperglikemi ibu menyebabkan pH janin menurun, PCO2
13
meningkat, laktat meningkat, dan eritropoentin meningkat
yang menyebabkan gangguan kronik pada transformasi O2 dan
metabolit ke janin sehingga dapat menyebabkan IUFD.22
e) Infeksi dalam kehamilan
Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu
terhadap infeksi, namun keparahan setiap infeksi berhubungan
dengan efeknya terhadap janin. Efek langsung tergantung pada
kemampuan organisme penyebab menembus plasenta dan
menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian
janin in utero.23
f) Rhesus Iso-Imunisasi
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus
positif, maka antigen rhesus akan membuat penerima darah
membentuk antibodi antirhesus. Jika tranfusi darah rhesus
positif yang kedua diberikan, maka antibodi mencari dan
menempel pada sel darah rhesus negatif dan memecahnya
sehingga terjadi anemia ini disebut rhesus iso-imunisasi. Hal
ini dapat terjadi begitu saja di awal kehamilan, tetapi perlahan-
lahan sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran darah,
antibodi antirhesus bertemu dengan sel darah merah rhesus
positif normal dan menyelimuti sehingga pecah melepaskan
zat bernama bilirubin, yang menumpuk dalam darah, dan
sebagian dikeluarkan ke kantong ketuban bersama urine bayi.
Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi
anemia sampai akhirnya mati.
g) Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung
antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga
14
memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput
ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar
dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan
infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan
infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya
meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
kematian janin dalam rahim.24
h) Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang
di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang dengan
ukuran panggul normal dan cukup bulan, tidak dapat terjadi
persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa
pertolongan, akan menyebabkan kematian janin. Bahu masuk
ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi
bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun
lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha
untuk mengeluarkan janin, segmen bawah uterus melebar serta
menipis, sehingga batas antara dua bagian ini makin lama
makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik sehingga
dapat mengakibatkan kematian janin.12
Dalam penelitian Septerina, dkk yang dilakukan di
Purbalingga pada tahun 2014, faktor yang menyebabkan IUFD
berdasarkan faktor maternal, 50% disebabkan oleh infeksi,
30% kelainan letak, 20% rupture uteri dan 10% posterm.25
15
b. Faktor Janin
1) Kelainan kongenital.
Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat
berbentuk suatu deformitas atau bentuk malformitas. Suatu
kelainan kongenital yang berbentuk deformitas secara anatomik
mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak
normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor
penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion. Sedangkan
bentuk kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik
maupun bentuknya akan berubah. Kelainan kongenital dapat
dikenali melalui pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air
ketuban, dan darah janin.18
2) Infeksi intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara
yang lain. Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga
amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah dini mempunyai
peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis.
Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya
pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal.
Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor yang septik,
sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman
yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia.
Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung
dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan
oral thrush.18
Pada penelitian Septerina,dkk yang dilakukan di Purbalingga
pada tahun 2014, faktor yang menyebabkan IUFD berdasarkan
faktor fetal, 33,3% disebabkan karena infeksi intranatal, 25%
disebabkan karena hamil tumbuh terhambat, 25% karena kelainan
genetic dan 16,7% karena hamil kembar.25
Pada penelitian
16
Safarzadeh di Iran pada dalam penelitian Septerina, penyebab
kematian janin dalam kandungan disebabkan oleh kelainan
kongenital.25
c. Kelainan Tali Pusat dan Plasenta
1) Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan
lanjut atau diatas 20 minggu yang disebabkan plasenta previa,
solusio plasenta, dan vasa previa. Plasenta previa adalah plasenta
dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Solusio
plasenta adalah pemisahan plasenta secara prematur dari dinding
samping uterus. Vasa previa adalah perdarahan dari pembuluh
darah umbilikus (darah janin).
Hasil penelitian Rita di Banjarmasin bahwa ibu hamil yang
mengalami kematian janin dalam rahim sebesar 11,7 %.26
2) Kelainan insersi tali pusat
Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral.
Dalam keadaan tertentu terjadi insersi tali pusat plasenta battledore
dan insersi velamentosa. Bahaya insersi velamentosa bila terjadi
vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis,
sehingga saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari
janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vase previa
mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan masih kecil karena
kesempatan seksio sesaria terbatas dengan waktu.12
3) Simpul tali pusat
Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat
terjadi peluntiran pembuluh darah umblikalis, karena
seleiwhartonnya sangat tipis. Peluntiran pembuluh darah tersebut
17
menghentikan aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin
dalam rahim. Gerakan janin yang begitu aktif dapat menimbulkan
simpul sejati sering juga dijumpai.24
4) Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang
panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan
tali pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan
beberapa kali. Tali pusat yang panjang berbahaya karena dapat
menyebabkan tali pusat menumbung, atau tali pusat terkemuka.
Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar
panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran
darah menuju dan dari janin sehingga dapat menyebabkan
kematian janin dalam kandungan.12
Pada penelitian Septerina, dkk yang dilakukan di
Purbalingga tahun 2014, faktor penyebab terjadi IUFD berdasarkan
faktor plasenta, 75% disebabkan kelainan tali pusat dan 25%
disebabkan oleh solusio plasenta. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Korteweg di Netherland. Menurut penelitian Korteweg
dari Departement of University Medical Centre Groningen
Netherland, selama 4 tahun dari periode tahun 2002 sampai 2006
terdapat 485 kasus IUFD. Pemeriksaan plasenta dilakukan pada
481 kasus, dimana penyebab terbesar dari kematian adalah
plasenta.25
3. Diagnosa
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam
membuat diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh
gerakan janin berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut
jantung jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
ultrasound, di mana tidak tampak adanya gerakan jantung janin.
18
Pada anamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan
janin tidak ada, yang terlihat pada tinggi fundus uteri menurun, berat
badan ibu menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil.
Denga fetoskopi dan Doppler tidak dapat didengar adanya bunyi
jantung janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG,
tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologik
setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang
tindih (gejala „spalding‟) tulang belakang hiperrefleksi, edema sekitar
tulang kepala, tampak gambaran gas jantung dan pembuluh darah.
Pemeriksaan hCG urine menjadi negatif setelah beberpa hari kematian
janin.
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun
keluarga, apabila bila waktu antara kematian janin dan persalinan
berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi
koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.14
4. Patofisioligi
Apabila janin mati pada kehamilan yang telah lanjut, terjadilah
perubahan-perubahan sebagai berikut:
a. Rigor mortis : berlangsung 2,5 jam setelah janin mati, kemudian lepas
kembali.
b. Stadium maserasi I. timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini
mula-mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah.
Berlangsung sampai 48 jam setelah anak mati.
c. Stadium maserasi II. Timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
Rigor mortis (tegang mati) berlangsung.
d. Stadium maserasi III. Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati.
Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat
longgar, edema dibawah kulit. 27
19
Maserasi adalah salah satu pertanda bahwa janin telah mati. Maserasi
adalah kejadian kulit janin yang rusak, diawali dengan kulit yang melepuh
kemudian mengelupas dan akhirnya terlepas. Proses ini bisa terjadi baik
kepada kepala maupun bagian tubuh lain.Waktu kejadian maserasi adalah
pada 1-2 hari atau tepatnya 12-24 jam setelah kematian janin.
Ketika langkah otopsi lengkap pada janin yang lahir dalam keadaan
meninggal tidak mungkin dilakukan, maka pemeriksaan di luar janin,
termasuk maserasi, berguna untuk memperkirakan waktu kematian. Hal ini
disampaikan oleh sebuah penelitian.
Berikut ini kondisi maserasi yang mungkin muncul pada janin lahir
mati yang dapat dijadikan perkiraan waktu meninggalnya janin.
a. Tali pusat berwarna cokelat atau merah, atau mengalami deskuamasi
(pengelupasan kulit) sebesar 1 cm atau lebih, menunjukkan bahwa
janin sudah meninggal setidaknya selama enam jam.
b. Jika terjadi deskuamasi pada wajah, perut, dan punggung, berarti
menunjukkan bahwa janin sudah meninggal setidaknya selama 12
jam.
c. Jika terjadi deskuamasi sebesar lima persen dari seluruh tubuh atau
mengalami deskuamasi dua atau lebih pada anggota tubuh (seperti
kulit kepala, wajah, leher, punggung, dada, lengan, tangan, kantong
buah zakar, paha, dan kaki), menunjukkan bahwa janin sudah
meninggal setidaknya selama 18 jam.
d. Warna kulit janin cokelat atau cokelat tua/kehitaman, menunjukkan
bahwa janin sudah meninggal setidaknya selama 24 jam.
e. Mumifikasi, dimana tampak volume jaringan lunak yang berkurang,
kulit kasar, serta jaringan janin berwarna cokelat tua dan bernoda. Ini
menunjukkan bahwa janin sudah meninggal setidaknya selama dua
minggu.28
20
5. Komplikasi
Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu kematian janin dan
persalinan cukup lama.8
Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen menurun
dengan kecenderungan terjadinya koagulopati. Masalah menjadi rumit bila
kematian janin terjadi pada salah satu dari bayi kembar. 29
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemukinan terjadinya
kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin
akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan
tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit
terjadilah pembekuan darah yang meluas Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC) hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen <100 mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%.
akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum.
Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati, kemungkinnan
infeksi meninggi bila ketuban sudah pecah.
6. Penanganan
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, penderita segera diberi
informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana
penatalaksanaannya. Rekomendasikan untuk segera diintervensi.29
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan
tanda vital ibu, pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, golongan
darah ABO, rhesus dan gula darah. Diberikan KIE pada pasien dan
keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian janin, rencana
tindakan, dukungan mental emosional pada penderita dan keluarga,
yakinkan bahwa kemungkinan lahir pervaginam.29
21
Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu,
umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif maupun
ekspektatif.29
Secara ekspektatif adalah dengan menunggu persalinan spontan hingga
2 minggu, yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa
komplikasi. Secara manajemen aktif yaitu dengan induksi persalinan
menggunakan oksitosin atau misoprostol. Seksio sesarea merupakan
pilihan persalinan misalnya pada letak lintang. Induksi persalinan dapat
dikombinasi oksitosin + misoprostol. Hati-hati pada induksi dengan uterus
pascaseksio sesarea ataupun miomektomi, bahaya terjadinya rupture
uteri.29
Pada kematian janin 24-28 minggu dapat digunakan, misoprostol
secara vaginal (50 – 100 µg tiap 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada
kehamilan di atas 28 minggu dosis misoprostol 25 µg pervaginam/6 jam.29
Setelah bayi lahir dilakukan ritual keagamaan merawat bayi bersama
keluarga. Idealnya pemeriksaan otopsi atau patologi plasenta akan
membantu mengungkap penyebab kematian janin.29
7. Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau
mendekati aterm adalah bila ibu merasakan gerakan janin menurun, tidak
bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemelli dengan T
+ T (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi
pembuluh anastomosis.29
Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu
dengan pemeriksaan kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali, yaitu 1 kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III.
Peningkatan pengetahuan ibu hamil melalui upaya penyuluhan kesehatan
tentang tanda bahaya pada kehamilan seperti perdarahan jalan lahir,
pembengkakan muka, kaki dan jari kaki, sakit kepala berat, penglihatan
22
kabur, keluar cairan banyak dari jalan lahir, dan pergerakan janin
berkurang,. Konsumsi makanan dengan nilai gizi yang baik untuk
mencegah terjadinya anemia, abortus, kematian janin dalam rahim, partus
prematurus.7
B. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kesimpulan dari tinjauan kepustakaan yang
dibuat sebagai dasar untuk membuat kerangka konsep.30
Adapun kerangka teori dari penelitian adalah sebagai berikut:
Bagan 2.1: Kerangka Teori Profil Kejadian IUFD di RSUD Sayang Cianjur31,32, 33
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo, Farrer, Bahiyatun
Faktor janin
1. Kelainan kongenital
2. Infeksi intranatal
Kelainan Tali Pusat dan Plasenta
1. Perdarahan Antepartum
2. Kelainan insersi tali pusat
3. Simpul tali pusat
4. Lilitan tali pusat
Faktor Ibu:
1. Usia ibu
2. Paritas
3. Pemeriksaan Antenatal
4. Penyulit/penyakit pada
kehamilan
IUFD
23
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori-teori dan hasil jurnal dapat diuraikan kerangka konsep
pada penelitian ini sebagai berikut:
Bagan 2.2 : Kerangka Konsep Profil Kejadian IUFD di RSUD Sayang Cianjur
D. Definisi Operasional
Tabel 2.3: Definisi Operasional Profil Kejadian IUFD di RSUD Sayang Cianjur Tahun 2016
No
Variabel
Definisi
Alat
Pengukuran
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran
Skala
Pengukuran
1. Kejadian
IUFD
Besar atau
jumlah angka
kejadian pada
kasus IUFD
dalam satu
tahun
Rekam
Medik
Melihat data
sekunder
Angka
kejadian
IUFD dalam
satu tahun
Rasio
2. Usia ibu Reproduksi
sehat
diketahui
bahwa usia
aman untuk
kehamilan
dan persalinan
adalah 20-35
tahun.34
Rekam
Medik
Melihat data
Sekunder
0 = < 20
tahun atau >
35 tahun
(buruk).
1 = 20-35
tahun (baik)
Ordinal
3. Paritas Paritas adalah
jumlah anak
yang telah
dilahirkan
oleh seorang
Rekam
Medik
Melihat data
Sekunder
0 = 0 atau >
4 (berisiko/
primipara/
grandemulti-
para)
Ordinal
1. Kejadian IUFD
2. Usia ibu
3. Paritas
4. Pemeriksaan ANC
terakhir
5. Penyakit sebelum hamil
6. Penyakit pada kehamilan
7. Penyakit pada persalinan
8. Komplikasi pada
kehamilan
9. Jenis persalinan
Kejadian IUFD
24
ibu baik lahir
hidup maupun
lahir mati.31
1 = < 4
(tidak
beresiko/
multipara).34
4 Pemeriksaan
ANC
terakhir
Waktu
pemeriksaan
kehamilan
terakhir yang
dilakukan oleh
ibu.
Rekam
Medik
Melihat data
Sekunder
0 = 1 hari
yang lalu.
1 = 2 hari
yang lalu.
2 = ≥ 3 hari
yang lalu.
Ordinal
5 Riwayat
penyakit
sebelum
hamil
Pnyakit yang
diderita ibu
pada waktu
sebelum
hamil, yang
mempengaruhi
kehamilan.
Rekan
Medik
Melihat data
Sekunder
0 = Ya:
dengan
penya.kit
1 = Tidak:
tanpa /
penyakit
Ordinal
6. Penyakit
selama
kehamilan
Penyakit yang
diderita ibu
dalam masa
kehamilan.
Rekam
Medik
Melihat data
Sekunder
0 = Ya:
dengan
penyakit.
1 = Tidak:
tanpa
penyakit
Ordinal
7. Komplikasi
pada
kehamilan
Komplikasi
pada
kehamilan
adalah
penyakit
tambahan atau
penyakit
lanjutan yang
diderita pada
masa
kehamilan.
Rekam
Medik
Melihat data
Sekunder
0 = Ya:
dengan
komplikasi
1 = Tidak:
tanpa
komplikasi.
Ordinal
8. Komplikasi
pada
persalinan
Komplikasi
pada
persalinan
adalah
penyakit
tambahan atau
penyakit
lanjutan yang
diderita pada
masa
persalinan.
Rekam
Medik
Melihat data
Sekunder
0 = Ya:
dengan
komplikasi.
1 = tidak :
tanpa
komplikasi
Ordinal
9. Jenis
Persalinan
Tindakan yang
dilakukan oleh
tenaga
kesehatan
untuk
mengeluarkan
janin dalam
kandungan.
Rekan
Medik
Melihat Data
Sekunder
0 = secara
SC
1 = secara
pervaginam
(induksi)
Ordinal
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penilitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang
lain.35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penilitian
Penelitian dilakukan di RSUD Cianjur karena Rumah Sakit tersebut
merupakan Rumah Sakit rujukan terbesar di daerah Cianjur.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 6 Februari 2017 sampai dengan tanggal
20 Mei 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Adapun populasi dari penelitian ini adalah angka kejadian IUFD pada
periode Januari 2016 – Desember 2016 di RSUD Cianjur sebesar 123
kejadian.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah ibu bersalin dengan IUFD di RSUD Cianjur
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kriteris Inklusi
1) Pasien yang terdiagnosis IUFD.
2) Pasien dengan IUFD yang memeriksakan diri atau yang dirawat inap
di RSUD Cianjur dalam rentang waktu Januari 2016 – Desember
2016.
26
3) Pasien dengan IUFD yang bersalin di ruang VK RSUD Cianjur.
b. Kriteris Eksklusi
1) Faktor-faktor yang menyebabkan IUFD.
a) Faktor ibu : Antenatal care
b) Faktor janin : kelainan kengenital, infeksi intranatal.
c) Faktor plasenta : kelainan insersi tali pusat, simpul tali pusat,
lilitan tali pusat
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus
estimasi proporsi dengan tingkat kepercayaan 95% dimana d sebesar 10%.
n = Z2
1-α/z p(1-p)
d2
n = 1,962. 0,5 . 0,5
0,12
n = 3,8416 . 0,25
0,01
n = 96,04
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 96.
Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z(1-α/2) = Standar normal deviasi untuk α
p = Perkiraan proporsi
d = Presisi mutlak
3. Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Sumber data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
sekunder dari rekam medis dari semua ibu bersalin yang mengalami IUFD,
yang tinggal di wilayah Rumah Sakit Daerah Umum Cianjur Kecamatan
Bojong Herang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016.
Adapun teknik pengambilan sampel tidak acak (nonprobability
sampling) dengan menggunakan teknik purposive sampling.
27
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan data rekam medik di RSUD
Sayang Cianjur pada pasien dengan diagnosis IUFD, untuk mengetahui
penyebab IUFD sesuai variabel-variabel dalam penelitian.
D. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan cara
manual dan menggunakan Komputer. Ada 4 tahap yang dilakukan dalam
pengolahan data yaitu:31
a. Editing
Editing adalah kegiatan untuk melakukan pemeriksaan kembali isian
kuesioner tentang kelengkapan, kejelasan, relevansi dan konsistensi dari
data diperoleh atau dikumpulkan.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan mengganti data dari bentuk huruf ke dalam
bentuk angka (numeric). Hal ini berguna untuk memudahkan saat
melakukan analisis data dengan computer dan dapat mempercepat entry
data.
c. Processing
Processing dilakukan dengan cara melakukan entry data atau
memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer. Tujuannya
agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis.
d. Cleaning
Cleaning atau pembersihan data, adalah kegiatan untuk mengecek
kembali data yang telah dimasukkan apakah saat memasukkan data ke
dalam computer ada kesalahan atau tidak.
2. Analisa Data
Analisis data dilakukan menggunakan komputer dengan analisis
univariat. Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
28
penelitian. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel. Analisis univariat bermanfaat untuk melihat apakah data telah
layak untuk dianalisis, melihat gambaran data yang dikumpulkan dan
apakah data telah optimal untuk dianalisis lebih lanjut selain itu digunakan
untuk menggambarkan variabel bebas dengan variabel terikat yang
disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.31
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil RSUD Sayang Cianjur
1. Letak Geografis
Secara Geografis, Kabupaten Cianjur terletak pada 106. 25º -107. 25º
Bujur Timur dan 6.21º - 7.32º Lintang Selatan dengan batas-batas
administratif:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Purwakarta.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut.
Luas wilayah Kabupaten Cianjur +/- 3.501,48 km2 terbagi dengan ciri
topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan
sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0 s/d 2.962 meter
diatas permukaan laut (Puncak Gunung Gede) dengan kemiringan antara 1%
s/d 15%.
RSUD Kelas B Cianjur terletak di Kelurahan Bojong Herang
Kecamatan Cianjur dengan jarak dari Kantor Pemerintah Kabupaten Cianjur
± 2 km, kondisi jalan cukup baik dengan waktu tempuh 10 menit dengan
menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat.
RSUD Kelas B Cianjur memiliki lahan ± 38.955 m2 dengan luas
bangunan untuk kantor dan pelayanan 12.993 m2.
Alamat lengkap RSUD Kelas B Cianjur adalah di Jl. Rumah Sakit
No.1, Cianjur, alamat email : [email protected] dan alamat
website www.rsud.cianjurkab.go.id. 36
30
2. Sejarah RSUD Sayang Cianjur
RSU Cianjur merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah yang
berada di Kabupaten Cianjur dan berdiri sejak tahun 1924. Namun saat ini
daerah Cianjur sudah memiliki lebih banyak rumah sakit, yaitu antara lain
RSUD Cimacan dan RSUD Pagelaran.
Pada awal pendiriannya rumah sakit ini berlokasi di daerah Sayang
Semper diperuntukkan khusus untuk pasien tahanan tentara Belanda,
namun selanjutnya sesuai dengan perjalanan waktu, juga melayani
masyarakat umum.
Pada tahun 1955, unit pelayanan rawat inap dipisahkan di daerah
Warung Jambe, sedangkan rumah sakit yang berlokasi di Sayang Semper
hanya untuk pelayanan operasi kecil (IGD) dan perawatannya. Tahun
1960, RSU Cianjur kembali ke Sayang Semper karena gedung yang
berlokasi di Warung Jambe digunakan untuk Kantor Dinas Kesehatan
Kota (DKK). Fasilitas RSU Cianjur yang tersedia pada saat itu : 1 ruangan
poliklinik, 1 ruangan radiologi, 1 ruangan bersalin (VK), 1 ruangan operasi
dan ruangan rawat inap dengan kapasitas 80 tempat tidur.
Tahun 1976, direncanakan relokasi RSU Cianjur ke Jl. Dr. Muwardi
dimulai dengan pembangunan poliklinik, hingga tahun 1982 pembangunan
rumah sakit yang baru tersebut selesai dan pada tahun itu seluruh kegiatan
pelayanan RSU Cianjur dialihkan secara keseluruhan dengan 2 orang
tenaga spesialis yaitu spesialis kesehatan anak dan spesialis obstetri dan
ginekologi, tahun 1983 terjadi penambahan tenaga spesialis penyakit
dalam.
Pada tanggal 21 Januari 1984, RSU Cianjur diresmikan oleh Menteri
Kesehatan R.I. sebagai Rumah Sakit tipe C. Sesuai dengan berjalannya
waktu, rumah sakit ini tumbuh dan berkembang, berbagai fasilitas sarana
dan standardisasi pelayanan diupayakan untuk memenuhi tingkat mutu
pelayanan yang baik hingga pada tahun 1997 RSU Cianjur menjadi rumah
sakit yang terakreditasi untuk 5 jenis kegiatan pelayanan dari Komite
Akreditasi Rumah Sakit (KARS); Pelayanan Administrasi dan
31
Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat
Darurat dan Rekam Medik.
Peningkatan mutu dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan hingga pada tahun 2002, RSUD Cianjur terakreditasi
untuk 12 kegiatan pelayanan yakni 5 kegiatan pelayanan diatas ditambah 7
akreditasi kegiatan pelayanan tingkat lanjut yang meliputi : K3RS
(keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana), Pencegahan
Infeksi Nosokomial, Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi, Pelayanan
Instalasi Bedah Sentral, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium dan
Pelayanan Farmasi.
Sejalan dengan upaya pengembangan dan peningkatan mutu
pelayanan setelah melalui pengkajian dan penilaian terhadap pemenuhan
standar kelas Rumah Sakit oleh Departemen Kesehatan R.I pada tahun
2004, Rumah Sakit Umum Cianjur ditingkatkan kelasnya menjadi Rumah
Sakit Kelas B Non Pendidikan dengan 17 pelayanan spesialistik, hal ini
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
451/Menkes/SK/IV/2004.
Pada tahun 2008, RSUD Kelas B Cianjur menjadi rumah sakit
pertama di Provinsi Jawa Barat yang menerapkan sistem pengelolaan
keuangan dengan sistem pengelolaan BLUD melalui Peraturan Bupati
Nomor 1 Tahun 2008.
Tahun 2010, berdasarkan penetapan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit
Departemen Kesehatan RI No. YM.01.01 /III/1399/2010 tanggal 22 Maret
2010, RSUD Kelas B Cianjur menjadi rumah sakit dengan Status
Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap terakreditasi 16 bidang pelayanan,
meliputi : Bidang Pelayanan Administrasi dan Manajemen, Bidang
Pelayanan Medis, Bidang Pelayanan Gawat Darurat, Bidang Pelayanan
Keperawatan, Bidang Pelayanan Rekam Medis, Bidang Pelayanan Kamar
Operasi, Bidang Pelayanan Laboratorium, Bidang Pelayanan Radiologi,
Bidang Pelayanan Peristi (Perinatal Resiko Tinggi), Bidang Pelayanan
Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit, Bidang Pelayanan Farmasi, Bidang
Pelayanan K-3 (keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana),
32
Bidang Pelayanan Rehabilitasi Medis, Bidang Pelayanan Intensif, Bidang
Pelayanan Gizi, dan Bidang Pelayanan Darah.
RSUD Kelas B Cianjur, saat ini melayani pasien-pasien rawat jalan,
rawat inap dan gawat darurat 24 jam. Selain itu juga melayani pasien-
pasien yang membutuhkan cuci darah untuk pasien gagal ginjal, tranfusi
darah pada pasien thalasemia, dan pelayanan Medical Chek Up (MCU)
bagi pengunjung yang membutuhkan pemeriksaan kesehatan rutin.
Kegiatan penunjang pelayanan dokter yang ada saat ini mencakup
Laboratorium, Radiologi, Kamar Operasi, Rehabilitasi Medis, Kedokteran
Forensik (Autopsi), dan Mediko Legal.
RSUD Kelas B Cianjur memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) dalam mendukung kegiatan Program
Strategi Nasional dan mencapai tujuan MDG‟s untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Sejalan dengan tuntutan upaya peningkatan mutu pelayanan, maka
pada tahun 2015 dilaksanakan kegiatan Joint Comission International (JCI)
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan perawatan kesehatan.36
3. Visi, Misi dan Motto
a. Visi
Visi RSUD Kelas B Cianjur adalah ”Rumah Sakit Andalan di Jawa
Barat”.
b. Misi
1) Meningkatkan ketersediaan SDM yang profesional dan sarana
prasarana Rumah Sakit,
2) Memberikan pelayanan sesuai standar yang aman, efektif, efisien
dan transparan,
3) Meningkatkan keterjangkauan pelayanan dan mempermudah
birokrasi,
4) Menyediakan wahana pendidikan dan pelatihan serta penelitian
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
yang bersinergi dengan mutu layanan.33
33
c. Motto
“Kesembuhan dan Kepuasan Anda merupakan Kebahagiaan dan
Keinginan Kami”.36
4. Value, Falsafah, dan Janji Pelayanan
b. Value
1) Belajar tanpa Henti dan Bekerja secara Optimal;
2) Berfikir Inovatif dan Bekerja secara Aman;
3) Berpandangan Jauh ke Depan dan Bekerja secara Tim.
c. Falsafah
“Pelayanan yang Terpercaya dan Sepenuh Hati”
d. Janji Pelayanan
1) Rumah Sakit Bebas Pungli;
2) Melayani dengan prinsip 5-S yaitu Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
Santun;
3) Memberikan pelayanan dengan sepenuh hati;
4) Menjaga mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan;
5) Mendengarkan keluhan untuk perbaikan kualitas pelayanan.36
5. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Struktur organisasi adalah suatu rangka kerja yang menyatakan berbagai
fungsi menurut pola yang dikehendaki. Dengan adanya struktur organisasi
maka setiap karyawan akan lebih mudah mengetahui tentang tujuan dan
wewenang masing-masing bagian. Berikut adalah gambar dari struktur
organisasi dan tata kerja pada Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur.36
34
Sumber : www.rsud.cianjurkab.go.id.
Gambar 4.1 Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sayang Cianjur
35
B. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami IUFD.
Penelitian dilakukan di wilayah RSUD Sayang Cianjur sebagai rumah sakit
rujukan terbesar di Cianjur. Untuk memperoleh informasi/data dilakukan
dengan cara mengkaji informasi yang ada dalam status pasien berdasarkan
variabel-variabel yang diteliti. Adapun hasil penelitian tersebut adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Angka Kejadian IUFD Perbulan di RSUD Sayang Cianjur, 2016
No Bulan Persalinan IUFD Persentase (%)
1 Januari 195 5 2,56
2 Februari 136 11 8,08
3 Maret 187 8 4,27
4 April 204 14 6,86
5 Mei 200 13 6,5
6 Juni 151 19 12,58
7 Juli 189 17 8,9
8 Agustus 185 1 0,54
9 September 127 5 3,93
10 Oktober 182 7 3,84
11 November 198 8 4,04
12 Desember 117 15 12,82
Total 2071 123 5,93
Sumber : Data Sekunder, 2016
Pada tabel 4.1 menunjukkan jumlah kejadian IUFD tertinggi pada
bulan Desember 2016 sebanyak 12,82 %, sedangkan terendah pada bulan
Agustus 2016 sebanyak 0,54 %.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia yang Dapat Menyebabkan IUFD
di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Usia Jumlah Persentase (%)
<20 atau >35 tahun 31 32,29
20 – 35 tahun 65 67,71
Total 96 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
36
Berdasarkan usia pada tabel 4.2 responden berada pada usia < 20 atau
> 35 tahun yaitu sebanyak 31 orang (32,39 %). Sedangkan responden
dengan umur 20-35 tahun yakni sebanyak 65 orang (67,71 %).
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas yang dapat Menyebabkan
IUFD di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Paritas Jumlah Persentase (%)
0 atau > 4 (primipara,
grandemultipara)
49 51,04
< 4 (multipara) 47 48,96
Total 96 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan paritas, tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar responden
dengan paritas 0 atau > 4 yaitu sebanyak 49 orang (51,04%) dan sebagian
kecil dengan paritas < 4 yaitu sebanyak 47 orang ( 48,96%).
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan ANC Terakhir yang
dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Waktu Pemeriksaan ANC Terakhir Jumlah Persentase (%)
1 hari yang lalu 52 54,17
2 hari yang lalu 34 35,42
≥ 3 hari yang lalu 10 10,41
Total 96 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan pemeriksaan ANC terakhir, tabel 4.4 menunjukkan lebih
dari setengahnya responden melakukan ANC terakhir pada 1 hari yang
lalu yaitu sebanyak 52 orang (54,17%) dan sebagian kecil responden
melakukan ANC terakhir pada ≥ 3 hari yang lalu yakni sebanyak 10 orang
(10,41%).
37
Tabel 4. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelum Hamil
yang Dapat Menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Penyakit Jumlah Persentase (%)
Hipertensi 2 2,09
Diabetes Mellitus 1 1,04
Lain – lain 3 3,16
Tidak Sakit 89 92,71
Total 96 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan riwayat penyakit sebelum hamil, tabel 4.5 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak memiliki riwayat penyakit sebelum
hamil sebanyak 89 orang (92,71%) sedangkan sebagian kecil memiliki
riwayat penyakit diabetes mellitus sebanyak 1 orang (1,04%).
Tabel 4. 6 Distribusi Responden berdasarkan Penyakit yang di derita selama
Kehamilan yang dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Penyakit Jumlah Persentase (%)
Infeksi (Sepsis) 1 1,04
Anemia 20 20,83
Diabetes Mellitus 1 1,04
Hipertensi 46 47,92
Lain-lain (jatuh, pijat
perut, nutrisi)
17 17,71
Tidak sakit 11 11,45
Total 96 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan penyakit selama hamil, tabel 4.6 menunjukkan
sebagian besar responden selama hamil menderita hipertensi sebanyak 46
orang (47,92%) sedangkan sebagian kecil yaitu 1 orang (1,04%) menderita
penyakit infeksi dan diabetes mellitus.
38
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi pada Kehamilan yang
dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan komplikasi pada kehamilan, tabel 4.7 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak memiliki komplikasi pada
kehamilan yaitu sebanyak 45 orang (44,8%) sedangkan sebagian kecil
memiliki komplikasi pada kehamilan yaitu help syndromn dan solusio
plasenta sebanyak 1 orang (1,04%).
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi pada Persalinan yang
dapat menyebabkan IUFD di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Komplikasi Jumlah Persentase (%)
Ketuban pecah dini 9 9,38
Kala II memanjang 6 6,25
Tidak ada komplikasi 81 84,37
Total 96 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan komplikasi pada persalinan, tabel 4.8 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak memiliki komplikasi pada
persalinan yaitu sebanyak 81 orang (84,37%) sedangkan sebagian kecil
mengalami Ketuban Pecah Dini yaitu sebanyak 9 orang (9,38%).
Komplikasi Jumlah Persentase (%)
Gemelli 3 3,13
Kelainan Letak 10 10,41
PER/PEB dan Eklampsia 20 20,83
Help Syndrom 1 1,04
Placenta Previa 7 7,3
Solusio Plasenta 1 1,04
Oligi/Hidramnion 5 5,21
Prolaps Tali Pusat 3 3,13
IUGR 3 3,13
Tidak ada komplikasi 43 44,8
Total 96 100
39
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan pada Kasus IUFD
di RSUD Sayang Cianjur, 2016
Jenis Persalinan Jumlah Persentase (%)
Pervaginam (Induksi) 96 100
SC 0 0
Total 96 100
Sumber : Data Sekunder, 2016
Berdasarkan jenis persalinan, tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden melakukan persalinan secara pervaginam sebanyak 96
orang (100%) sedangkan sebagian kecil secara SC sebanyak 0 orang (0%).
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian, dapat dilakukan pembahasan sebagi berikut:
1. Angka Kejadian IUFD
Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan angka kejadian IUFD
tertinggi mencapai 12,82% pada bulan Desember 2016. Insiden IUFD di
RSUD Cianjur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian
Sulansi pada tahun 2013 di RSUD Ende, Kupang yaitu sebesar 7,03%.
Tentu hal ini merupakan masalah serius yang harus diperhatikan oleh
pemerintah daerah dalam menjalankan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Tingginya angka kejadian IUFD tersebut karena letak RSUD Cianjur
yang strategis, yaitu terletak di Kelurahan Bojong Herang Kecamatan
Cianjur dengan jarak dari Kantor Pemerintah Kabupaten Cianjur ± 2 km,
dan hanya memerlukan waktu tempuh 10 menit dengan menggunakan
kendaraan bermotor roda dua atau roda empat. Hal ini menjadikan RSUD
Cianjur sebagai rumah sakit rujukan terbesar di daerah Cianjur.36
Selain letaknya yang strategis, RSUD Cianjur juga memberikan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Tak
heran jika Angka Kematian Bayi (AKB) di RSUD Cianjur menjulang
tinggi. Kematian bayi dapat disebabkan oleh beberapa macam salah
satunya yaitu karena IUFD.36
40
2. Usia
Berdasarkan hasil analisa penelitian pada tabel 4.2 menurut usia
ibu, dari 96 sampel yang terbagi dalam kejadian IUFD sebanyak 65
orang (67,71%) menunjukkan untuk usia tidak beresiko dan sebanyak 31
orang (32,29%) menunjukkan untuk usia berisiko.
Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nola, dkk di
Manado pada tahun 2016 mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara usia ibu dengan kejadian IUFD. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Triana di Pekanbaru pada tahun 2012.2
Usia 20-35 tahun merupakan usia produktif bagi seseorang. Usia
20-35 tahun adalah relative paling aman bagi segi reproduksi sehat
dimana seorang ibu bisa mengandung dengan aman apabila mendapat
pemeliharaan yang baik selama mengandung. Akibatnya seseorang
mengalami kehamilan dengan jumlah yang tinggi pada usia produktif.
Terjadinya IUFD pada usia produktif dapat diakibatkan oleh faktor lain
seperti faktor maternal, fetal, dan plasenta. Namun sayangnya, faktor-
faktor tersebut tidak dilakukan penelitian oleh peneliti. Sehingga, sulit
menentukan penyebab yang pasti untuk terjadinya IUFD.6
Pada dasarnya
25-60% kasus penyebab IUFD tidak jelas.6
3. Paritas
Pada tabel 4.3 berdasarkan variabel paritas dimana paritas 0 atau
>4 yaitu sebanyak 49 (51,04%) diyakini mendahului terjadinya IUFD.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triana di
Pekanbaru pada tahun 2012 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki
paritas 0 atau > 4 berisiko melahirkan dengan IUFD 1,5 kali
dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-4.15
Namun, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Septerine, dkk di Purbalingga tahun 2014 yang menunjukkan 53,8%
kejadian IUFD adalah multipara.25
Kejadian ini pun tidak sejalan dengan
penelitian Nora Nababan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007,
dimana 75,4% ibu dengan kematian janin dalam kandungan adalah
41
paritas 2-5. Berdasarkan penelitian Safarzadeh di Iran dalam Purnal Pain
Relief disebutkan kejadian IUFD cenderung meningkat secara signifikan
pada wanita primipara dan wanita dengan paritas lebih dari sepuluh.37
Paritas yang berisiko melahirkan IUFD adalah paritas nol yaitu bila
ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari empat. Makin tinggi paritas
ibu maka makin kurang baik endometriumnya. Hal ini dapat berpengaruh
pada kehamilan berikutnya karena kondisi rahim ibu belum pulih untuk
hamil kembali diakibatkan oleh vaskularisasi yang berkurang ataupun
perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya kematian janin dalam kandungan.14
Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa ibu yang memiliki
paritas 0-4 menyebabkan terjadinya IUFD. Oleh karena itu untuk
rekomendasi salah satu upaya untuk ibu yang paritasnya 0 atau disebut
dengan nulipara (primigravida) agar dapat berhati-hati menjaga
kehamilannya yaitu melalui pemeriksaan ANC secara lengkap dan teratur
sehingga ada pemantauan untuk kondisi pertumbuhan dan perkembangan
janin di dalam rahim untuk mencegah terjadinya IUFD. Rekomendasi
untuk upaya yang dilakukan pada ibu yang memiliki paritas > 4 agar
tidak menambah jumlah anak yaitu salah satu untuk mengurangi jumlah
anak adalah melalui program Keluarga Berencana (KB) dengan
mengajak Pasangan Usia Subur (PUS) yang memiliki banyak anak untuk
berperan aktif menggunakan KB dan penyuluhan serta konseling untuk
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) salah satunya Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).14
4. Pemeriksaan ANC Terakhir
Berdasarkan tabel 4.4 analisa menurut pemeriksaan ANC terakhir,
54,17% respon melakukan ANC terakhir pada 1 hari yang lalu. Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sulansi, dkk di Kupang tahun
2013 bahwa kunjungan ANC mempunyai risiko 5,669 kali untuk
terjadinya IUFD.7
Hal ini sesuai dengan penelitian Sidarta di Tangerang
42
pada tahun 2006, bahwa ANC teratur dan sesuai ketentuan dapat
mencegah kelainan selama kehamilan.38
Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan
dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini
dapat dilihat melalui tinggi fundus uteri dan terdengar atau tidaknya
denyut jantung janin.7
Antenatal care (ANC) sangat penting bagi ibu hamil, karena
dengan ANC yang teratur, dapat mendeteksi kelainan secara dini,
mengobati penyakit yang menyertai kehamilan, pemberian pendidikan
kesehatan, persiapan menghadapi kedaruratan dan persalinan.
5. Riwayat Penyakit sebelum Hamil
Pada tabel 4.5 analisa penelitian menurut riwayat penyakit sebelum
hamil sebanyak (92,71%) responden tidak memilki riwayat penyakit
sebelum hamil. Hasil analisa statistik didapatkan hasil bahwa tidak ada
pengaruh yang bermakna antara riwayat penyakit ibu dengan kejadian
kematian bayi. 39
Kesehatan ibu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kematian bayi. Proses kehamilan akan merangsang terjadinya kelainan
pada sistem saluran nafas, dimana pembesaran rahim menyebabkan
kenaikan diafragma. Sebagai akibat perubahan ini maka akan terjadi
hiperventilasi normal pada kehamilan. Pada masa akhir kehamilan
pemakaian oksigen akan meningkat 15-25% di atas kebutuhan normal
pada saat tidak hamil. Penyakit yang sering dijumpai pada kehamilan
adalah asma, bronchiale, jantung dan preeklampsia.39
Hasil penelitian pada variabel riwayat penyakit yang dilakukan di
RSUD Cianjur terdapat 2,09% responden mempunyai riwayat penyakit
hipertensi.
Dampak yang terjadi pada ibu dengan hipertensi akan
menyebabkan terjadinya insufiensi plasenta, hipoksia sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran premature.20
43
6. Penyakit selama Kehamilan
Pada tabel 4.6 pengaruh penyakit yang menyertai kehamilan,
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap IUFD. Sesuai hasil penelitian
tertinggi adalah hipertensi sebesar 47,92% dan anemia yaitu sebesar
20,83%. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Idawati di
RSUD Pringsewu tahun 2011 mengatakan bahwa hipertensi dalam
kehamilan mempunyai resiko 2,317 kali lebih besar melahirkan bayi
bermasalah dibandingkan dengan ibu tanpa hipertensi.21
Pada penelitian yang dilakukan Nola,dll di Manado pada tahun
2016, ibu yang mengalami anemia mempunyai risiko 2,3 kali mengalami
IUFD.2 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triana di
Pekanbaru pada tahun 2012, ibu yang memiliki kadar Hb < 10 gr%
berisiko melahirkan dengan IUFD 3 kali dibandingkan ibu yang memiliki
kadar Hb ≥ 11 gr%.15
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler
yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamialn atau pada
permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab
penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi
akan menyebabkan terjadinya insufiensi plasenta, hipoksia sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran premature.15
Sangat diperlukan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap ibu-ibu
yang mengalami komplikasi dalam kehamilannya terutama yang memiliki
penyakit hipertensi dalam kehamilan agar dapat ditangani secara dini dan
dilakukan perawatan konservatif sehingga komplikasi pada bayi dapat
diminimalisir.20
Anemia adalah penurunan sel-sel darah merah dalam sirkulasi.
Pengaruh anemia, jelas pada kelangsungan kehidupan buah kehamilan.
Akibat anemia, supply oksigen menjadi tidak adekuat yang berdampak
pada kemampuan metabolisme tubuh, yang dapat berdampak pada hypoxia
pada jaringan placenta sehingga menimbulkan IUFD.16
44
Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan
dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang (trimester satu) dimulai pada minggu ke 20.17
Perlu dijelaskan detail, tentang tablet zat besi ini sehingga ibu
hamil dapat meminumnya dengan senang hati, sehingga tujuan mengatasi
anemia dapat tercapai.18
Adapun cara untuk meningkatkan penyerapan zat besi adalah
sebagai berikut:19
a. Minumlah zat besi tambahan di antara waktu makan atau 30 menit
sebelum makan.
b. Hindari mengonsumsi kalsium bersama zat besi (susu, antasida,
makanan tambahan prenatal).
c. Minumlah vitamin C (jus jeruk, tambahan vitamin C).
d. Masaklah makanan dalam jumlah air minimal supaya waktu masak
sesingkat mungkin.
e. Makanlah daging, ungags, dan ikan karena zat besi yang
terkandung dalam bahan makanan ini lebih mudah diserap dan
digunakan dibanding zat besi dalam bahan makanan lain.
f. Makanlah berbagai jenis makanan.
7. Komplikasi pada Kehamilan
Berdasarkan tabel 4.7 komplikasi pada kehamilan yang
menyebabkan terjadinya IUFD, terdapat 44,8% responden tidak terdapat
komplikasi pada kehamilan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Triana di
Pekanbaru pada tahun 2012, bahwa ibu yang tidak memiliki komplikasi
kehamilan memiliki risiko 2,5 kali melahirkan IUFD.15
Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulansi, dkk di Kupang pada tahun
2013 menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap
kejadian IUFD. 7
Komplikasi yang menonjol pada penelitian ini adalah kejadian pre
eklampsia/eklampsia yaitu sebanyak 20 kasus (20,83%).
45
Ibu hamil dengan pre eklampsia/eklampsia, akan terjadi spasme
pembuluh darah arteriol yang menuju organ penting tubuh sehingga
menimbulkan gangguan metabolisme, gangguan peredarahan darah yang
dapat menyebabkan nekrosis jaringan, perdarahan, dan mengecilnya
aliran darah kearah retroplacenta sehingga terjadi IUFD.20
Kejadian pre eklampsia dan eklampsia dapat dideteksi secara dini,
dengan ANC yang teratur, sehingga dapat dicegah. Hipertensi, selama
kehamilan dapat dipantau melalui ANC, karena pre eklampsia dan
eklampsia, didahului dengan gejala awal berupa adanya hipertensi,
dimana terjadi kenaikan systole > 30 mmHg dan kenaikan diastole >15
mmHg.7
Demikian pula dengan kejadian placenta previa, terdapat 7 kasus
(7.3%) dan oligo/hidramnion yang juga dapat dideteksi melalui ANC,
sehingga IUFD dapat dicegah. Plasenta previa adalah plasenta dengan
implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Bahaya hirdomnion adalah
tali pusat menumbung, sehingga pada saat persalinan tali pusat terjepit
antara kepala janin dan panggul, sehingga menyebabkan IUFD. Tugas
bidan, melakukan pemantauan selama kehamilan dan segera melakukan
rujukan terencana, apabila didapatkan kelainan yang timbul selama
hamil. Kadang ibu hamil dan keluarganya datang dengan keadaan yang
sudah gawat dan berat, sehingga terlambat ditangani, oleh karena itu
penting bagi ibu hamil dan keluarganya mengetahui tanda bahaya
kehamilan sehingga apabila mengalami hal tersebut, mereka segera
melaporkan kepada puskesmas atau bidan terdekat.7
8. Komplikasi pada Persalinan
Berdasarkan tabel 4.8 komplikasi pada persalinan, sebagian
responden tidak mengalami komplikasi pada saat persalinan sebanyak
84,37%. Adapun komplikasi lain yang dapat menyebabkan IUFD yaitu
Ketuban Pecah Dini sebanyak 9,38%.
46
Pada Ketuban Pecah Dini, kuman dari vagina naik dan masuk ke
dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah dini
mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis.
Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada
partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena
infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi
pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman yang memasuki
peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal
dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang
terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral thrush.14
9. Jenis Persalinan
Hasil penelitian pada tabel 4.9 menunjukkan jika penatalaksaan
IUFD dilakukan secara pervaginam sebanyak 100%. Persalinan
pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu, umumnya
tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif maupun
ekspektatif.7
Secara ekspektatif adalah dengan menunggu persalinan spontan
hingga 2 minggu, yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi. Secara manajemen aktif yaitu dengan induksi
persalinan menggunakan oksitosin atau misopostol. Seksio sesarea
merupakan pilihan persalinan misalnya pada letak lintang. Induksi
persalinan dapat dikombinasi oksitosin + misoprostol. Hati-hati pada
induksi dengan uterus pascaseksio sesarea ataupun miomektomi, bahaya
terjadinya rupture uteri.29
Pada kematian janin 24-28 minggu dapat digunakan, misoprostol
secara vaginal (50 – 100 µg tiap 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada
kehamilan di atas 28 minggu dosis misoprostol 25 µg pervaginam/6
jam.29
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Distribusi frekuensi kejadian tertinggi terjadi pada bulan Desember 2016
yaitu sebanyak 12,82%, sedangkan angka kejadian terendah pada bulan
Agustus 2016 yaitu sebanyk 0,54%.
2. Distribusi frekuensi usia paling banyak pada usia tidak berisiko 20-35
tahun yaitu sebanyak 67,71%, dan distribusi frekuensi usia paling sedikit
pada usia < 20 atau > 35 tahun sebesar 32,39%.
3. Distribusi frekuensi paritas sebagian besar dengan paritas 0 atau > 4 yaitu
sebanyak 51,04%, dan sebagian kecil dengan paritas < 4 yaitu sebanyak
48,96%.
4. Distribusi frekuensi pemeriksaan ANC terkahir, lebih dari setengahnya
responden melakukan ANC terakhir pada 1 hari yang lalu yaitu sebanyak
54,17%, dan sebagian kecil melakukan ANC terakhir pada ≥ 3 hari yaitu
sebesar 10,41%
5. Distribusi frekuensi riwayat penyakit sebelum hamil, sebagian besar tidak
memiliki riwayat penyakit sebanyak 92,71%. Sedangkan sebagian kecil
sebanyak 1,04% memiliki penyakit diabetes mellitus.
6. Distribusi frekuensi penyakit pada kehamilan, sebagian besar menderita
hipetensi sebanyak 47,92%, sedangkan sebagian kecil yaitu 1,04%
menderita penyakit infeksi dan diabetes mellitus.
7. Distribusi frekuensi komplikasi pada kehamilan, sebagian besar tidak
memiliki komplikasi pada kehamilan yaitu sebesar 44,8%, sedangkan
sebagian kecil memiliki komplikasi pada kehamilan yaitu help syndromn
dan solusio plasenta yaitu sebanyak 1,04%.
8. Distribusi frekuensi komplikasi pada persalinan paling banyak tidak
memiliki komplikasi yaitu sebanyak 84,37% dan paling sedikit mengalami
Ketuban Pecah Dini yaitu sebanyak 9,38%
48
9. Distribusi frekuensi jenis persalinan paling banyak secara pervaginam
yaitu sebanyak 100% dan paling sedikit secara secsio sesarea yaitu
sebanyak 0%.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Agar ibu hamil dan keluarga hendaknya meningkatkan kesadaran untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan dan meningkatkan pengetahuan tentang
faktor penyebab kematian janin dalam rahin atau Intra Uterine Fetal Death
(IUFD).
2. Bagi Para Bidan atau Posyandu
Agar bidan mendampingi ibu hamil sampai tiba saat melahirkan, apabila
seharusnya jadwal pemeriksaan ANC namun ibu hamil tidak datang, perlu
dilakukan kunjungan rumah. Tetap terus memotivasi ibu hamil apabila
didapatkan tanda bahaya kehamilan segera konsultasi ke Bidan atau
puskesmas terdekat.
3. Bagi Pusat Pelayanan Kesehatan
Agar Rumah Sakit menyebarluaskan unformasi mengenai tanda-tanda
bahaya pada kehamilan melalui penyuluhan pada saat kunjungan antenatal
di Poliklinik.
4. Kepada Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan untuk melakukan penelitian lanjut dengan
mengembangkan variabel-variabel penelitian dan metode yang berbeda.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes. Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: WHO Country Officer For Indonesia; (2013).
2. Nola, Evi Gerungan, dkk. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Jurnal Ilmiah Bidan Volume 4 Nomor 1;
(2016). h.9-10.
3. Hoelman. 2015. SDGs. Jakarta.
4. Kementrian Kesehatan R. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; (2012)
5. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Profil Data Kematian Neonatal, Bayi
dan Anak Balita Tahun 2014. Bandung: Dinas Kesehatan Prov. Jabar; 2014.
6. Saifuddin A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; (2010).
7. Sulansi, dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian IUFD Di RSUD
Ende. Jurnal Info Kesehatan, Vol 11 No 2 (2013). h.393-394
8. Saefudin. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; (2010).
9. Nugroho T. Obstetri dan Ginekologi: Untuk Kebidanan dan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika; (2012).
10. Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; (2009).
11. Mattingly. Evalution Fetal Death. Emedicine.medscape.com; (2016) diakses
pada tanggal 21-03-2017 pukul 06.50 WIB.
12. Winkjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; (2007).
13. Hidayat, A.A.A. Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika; (2010)
14. Saefudin. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; (2013).
15. Triana, Ani. Pengaruh Kadar Hb dan Paritas dengan Kejadian Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
Komunitas, Vol 2, No.1 (2012). h.23.
50
16. Purwanti, Eni. Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta: Cakrawala
Ilmu; 2012. h. 66-87.
17. Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC; 2012. h. 92-110.
18. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri. Fisiologi Patologi, Edisi III. Jakarta: EGC.
(2004).
19. Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC; 2007,
h. 624.
20. Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. (2007).
21. Idawati,Mugiati. Hipertensi Dalam Kehamilan Terhadap Luaran Janin. Jurnal
Keperawatan Volume VIII No 2.(2012) h.132
22. Febrina. Diabetes Gestasional menyebabkan IUFD atau Abortus. (2011).
23. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; (2008)
24. Manuaba I. B. G, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC; (2012).
25. Septerina, P.W,dkk.Studi Deskriptif Eksploratif Kejadian IUFD. Link Vol.11
No.39, (2015). hal.1049.
26. Kirana, Rita. Hubungan Preeklampsia dan Perdarahan Antepartum dengan
Kejadian Kematian Janin dalam Rahim di Ruang Bersalin RSUD Ulin
Banjarmasin.
27. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah F. Obstetri Patologi Edisi
2. Jakarta: EGC (2005)
28. www.alodokter.com, diakses pada tanggal 11 Juni 2016 pukul 21.30 WIB.
29. Soewarto. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; (2013); h.732.
30. Sugiyono.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.(2010).
31. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta, (2010).
32. Farrer. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. 2009.
33. Bahiyatun. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC; 2009.
51
34. Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; (2009).
35. Hastono, Sutanto Priyo. Analisa Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia; (2007).
36. www.rsud.cianjurkab.go.id
37. Sarfarzadeh, et.al. (2013). Intra Uterine Fetal Death and Some Related
Factors: A Silent Tragedy in Sothheastern Iran. Journal Pain Relief 2014.
38. Sidarta. Artikel Profil Kematian Perinatal di RSUD Tangerang. 2006
39. Murwati, dkk. Faktor Ibu, Bayi dan Budaya yang Mempengaruhi Kejadian
Kematian Bayi di Puskesmas Pedan. Jurnal Kesehatan, volume V (2015) hal
83-88.
52
LAMPIRAN
53
LAMPIRAN 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No.
Kegiatan
6 bulan ke-1
Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pembuatan proposal
2. Konsul Proposal
3. Sidang Proposal
4. Perizinan dan Pengumpulan
Data
5. Pengolahan Analisis Data
Laporan
6. Pembuatan Protokol
7. Konsultasi Etical Cleared
8. Konsultasi penelitian
9.. Laporan Penelitian
10 Sidang Penelitian
11.. Laporan Akhir
54
LAMPIRAN 3
MASTER TABEL
No. Usia Paritas ANC
terakhir Riwayat Penyakit
Sebelum Hamil Penyakit Selama
hamil Komplikasi kehamilan Komplikasi Persalinan
Jenis Persalinan
1 1 0 2 1 0 0 1 1
2 0 1 0 1 0 0 1 1
3 1 0 1 1 0 0 1 1
4 1 0 1 1 0 0 1 1
5 1 1 2 1 0 0 1 1
6 1 1 0 0 1 1 1 1
7 1 0 1 1 0 1 1 1
8 0 0 1 1 0 1 1 1
9 0 0 0 1 0 0 1 1
10 1 1 1 1 0 0 1 1
11 0 1 2 1 0 0 1 1
12 1 0 0 1 0 0 1 1
13 1 0 2 1 0 0 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 0 1 0 1 1 1
16 1 0 0 1 1 1 1 1
17 0 0 0 1 1 1 1 1
55
18 1 0 0 1 0 1 1 1
19 1 1 0 1 0 0 1 1
20 1 0 2 1 0 0 1 1
21 1 1 0 1 0 0 1 1
22 0 0 0 1 1 0 1 1
23 0 1 1 1 0 0 1 1
24 1 0 0 1 0 0 1 1
25 1 0 0 1 0 0 1 1
26 1 1 0 1 0 0 1 1
27 1 1 0 1 0 1 1 1
28 0 1 0 1 0 1 1 1
29 1 0 0 0 0 1 1 1
30 0 1 1 1 0 1 1 1
31 1 1 0 1 0 0 1 1
32 1 0 0 1 0 1 1 1
33 1 1 1 1 1 0 1 1
34 1 1 0 1 0 0 1 1
35 1 1 1 1 0 0 1 1
36 1 1 1 1 0 0 1 1
37 1 1 0 1 0 0 1 1
38 0 1 0 1 0 0 0 1
39 1 1 1 1 0 1 1 1
40 0 1 0 1 0 1 1 1
41 1 1 2 1 0 1 1 1
42 0 1 0 1 0 1 1 1
56
43 1 1 0 1 0 1 1 1
44 1 1 1 1 0 1 0 1
45 1 0 1 1 1 0 1 1
46 1 0 1 1 0 1 0 1
47 0 0 1 1 0 1 0 1
48 1 1 1 1 0 0 1 1
49 1 0 0 1 0 1 1 1
50 1 1 0 1 0 1 0 1
51 1 0 0 1 1 1 1 1
52 1 1 2 1 0 1 1 1
53 1 1 1 1 0 1 1 1
54 0 0 0 1 1 0 1 1
55 1 0 0 0 0 0 1 1
56 0 0 0 1 0 0 1 1
57 1 1 1 1 0 0 1 1
58 1 1 0 1 0 1 1 1
59 1 1 0 0 0 1 1 1
60 0 1 0 0 1 0 1 1
61 0 0 0 1 0 1 1 1
62 1 1 1 1 0 1 1 1
63 0 1 1 1 0 0 1 1
64 0 0 1 1 0 1 1 1
65 1 0 2 0 0 1 1 1
66 0 0 2 1 0 1 1 1
67 0 0 0 1 0 0 1 1
57
68 1 1 0 0 0 0 1 1
69 1 1 0 1 0 0 1 1
70 1 0 0 1 0 0 1 1
71 1 0 0 1 0 0 0 1
72 0 1 1 1 0 0 0 1
73 1 1 1 1 0 0 1 1
74 1 1 1 1 0 0 1 1
75 0 0 1 1 0 0 1 1
76 1 1 1 1 0 0 1 1
77 1 1 0 1 1 1 0 1
78 1 0 0 1 0 0 1 1
79 0 0 0 1 0 1 1 1
80 1 0 0 1 0 1 0 1
81 1 0 0 1 0 0 0 1
82 0 0 0 1 0 0 1 1
83 1 0 2 1 0 0 1 1
84 1 0 1 1 0 0 1 1
85 0 0 1 1 0 1 0 1
86 0 1 0 1 0 1 1 1
87 1 0 0 1 0 0 0 1
88 0 0 0 1 0 0 1 1
89 1 1 1 1 0 1 0 1
90 1 0 1 1 0 1 0 1
91 0 0 0 1 0 0 1 1
92 1 1 1 1 0 0 1 1
58
93 1 0 1 1 0 1 1 1
94 0 0 1 1 0 1 1 1
95 1 1 1 1 0 0 1 1
96 0 1 0 1 0 1 0 1
Keterangan:
Usia : Riwayat selama kehamilan:
0 : < 20 atau > 35 tahun 0 : Ya
1 : 20-35 tahun 1 : Tidak
Paritas : Komplikasi pada kehamilan:
0 : 0 atau > 4 tahun 0 : Ya
1 : < 4 tahun 1 : Tidak
Pemeriksaan ANC terakhir: Komplikasi pada persalinan:
0 :1 hari yang lalu 0 : Ya
1 : 2 hari yang lalu 1 : Tidak
2 : 3 hari yang lalu Jenis Persalinan
Riwayat penyakit sebelum hamil: 0 : secara SC
0 : Ya 1 : secara pervaginam (induksi)
1 : Tidak
54
LAMPIRAN 2
LEMBAR CHECK LIST
PROFIL KEJADIAN INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD) DI RSUD SAYANG CIANJUR TAHUN
2016
No. Nama Usia
Paritas ANC Terakhir
0 atau > 4 < 4 1 hari yang lalu 2 hari yang lalu 3 hari yang lalu
1 Ny. E 28 √ √
2 Ny. Y 39 √ √
3 Ny. A 34 √ √
4 Ny. R 23 √ √
5 Ny. A 22 √ √
6 Ny. I 34 √ √
7 Ny. I 24 √ √
8 Ny. S 45 √ √
9 Ny. S 43 √ √
10 Ny. Y 34 √ √
11 Ny. A 40 √ √
12 Ny. S 35 √ √
13 Ny. E 29 √ √
14 Ny. Y 25 √ √
15 Ny. R 21 √ √
55
16 Ny. A 35 √ √
17 Ny. D 40 √ √
18 Ny. E 22 √ √
19 Ny.S 32 √ √
20 Ny. D 18 √ √
21 Ny. S 35 √ √
22 Ny. A 45 √ √
23 Ny. E 36 √ √
24 Ny. T 32 √ √
25 Ny. A 33 √ √
26 Ny. H 32 √ √
27 Ny. N 23 √ √
28 Ny. U 38 √ √
29 Ny. S 26 √ √
30 Ny. A 17 √ √
31 Ny. S 33 √ √
32 Ny. L 33 √ √
33 Ny. L 23 √ √
34 Ny. A 32 √ √
35 Ny. L 28 √ √
36 Ny. I 30 √ √
37 Ny. I 22 √ √
38 Ny. N 48 √ √
39 Ny. N 23 √ √
40 Ny. S 37 √ √
41 Ny. V 27 √ √
56
42 Ny. Y 36 √ √
43 Ny. H 24 √ √
44 Ny. M 22 √ √
45 Ny. E 26 √ √
46 Ny, A 28 √ √
47 NY. L 16 √ √
48 Ny. D 21 √ √
49 NY. I 27 √ √
50 Ny. N 35 √ √
51 Ny. A 34 √ √
52 Ny. O 31 √ √
53 Ny. W 34 √ √
54 Ny. W 37 √ √
55 Ny. A 33 √ √
56 Ny. N 18 √ √
57 Ny. R 35 √ √
58 Ny. S 22 √ √
59 Ny. E 32 √ √
60 Ny. T 44 √ √
61 Ny. A 41 √ √
62 Ny. H 31 √ √
63 Ny. E 37 √ √
64 Ny. E 41 √ √
65 Ny. R 31 √ √
66 Ny. N 28 √ √
67 Ny. S 31 √ √
57
68 Ny. T 36 √ √
69 Ny. E 32 √ √
70 Ny. E 32 √ √
71 Ny. C 36 √ √
72 Ny. L 30 √ √
73 Ny. Y 34 √ √
74 Ny. O 34 √ √
75 Ny. A 40 √ √
76 Ny. C 32 √ √
77 Ny. E 27 √ √
78 Ny. I 22 √ √
79 Ny. M 21 √ √
80 Ny. N 20 √ √
81 Ny. S 37 √ √
82 Ny. D 34 √ √
83 Ny. Y 25 √ √
84 Ny. T 31 √ √
85 Ny. A 30 √ √
86 Ny. A 27 √ √
87 Ny. S 18 √ √
88 Ny. W 30 √ √
89 Ny. N 18 √ √
90 Ny. S 26 √ √
91 Ny. H 40 √ √
92 Ny. M 38 √ √
93 Ny. I 18 √ √
58
94 NY. E 24 √ √
95 Ny. S 18 √ √
96 Ny.A 28 √ √
54
No.
Faktor - faktor Penyebab IUFD
Riwayat Penyakit sebelum
hamil
Penyakit Selama
hamil
Komplikasi
Kehamilan
Komplikasi
Persalinan Jenis Persalinan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak SC Pervaginam
1 √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √
15 √ √ √ √ √
16 √ √ √ √ √
17 √ √ √ √ √
18 √ √ √ √ √
19 √ √ √ √ √
20 √ √ √ √ √
21 √ √ √ √ √
22 √ √ √ √ √
55
23 √ √ √ √ √
24 √ √ √ √ √
25 √ √ √ √ √
26 √ √ √ √ √
27 √ √ √ √ √
28 √ √ √ √ √
29 √ √ √ √ √
30 √ √ √ √
31 √ √ √ √ √
32 √ √ √ √ √
33 √ √ √ √ √
34 √ √ √ √ √
35 √ √ √ √ √
36 √ √ √ √ √
37 √ √ √ √ √
38 √ √ √ √ √
39 √ √ √ √ √
40 √ √ √ √ √
41 √ √ √ √ √
42 √ √ √ √ √
43 √ √ √ √ √
44 √ √ √ √ √
45 √ √ √ √ √
46 √ √ √ √ √
47 √ √ √ √ √
48 √ √ √ √ √
56
49 √ √ √ √ √
50 √ √ √ √ √
51 √ √ √ √ √
52 √ √ √ √ √
53 √ √ √ √ √
54 √ √ √ √ √
55 √ √ √ √ √
56 √ √ √ √ √
57 √ √ √ √ √
58 √ √ √ √ √
59 √ √ √ √ √
60 √ √ √ √ √
61 √ √ √ √ √
62 √ √ √ √ √
63 √ √ √ √ √
64 √ √ √ √ √
65 √ √ √ √ √
66 √ √ √ √ √
67 √ √ √ √ √
68 √ √ √ √
69 √ √ √ √ √
70 √ √ √ √ √
71 √ √ √ √ √
72 √ √ √ √ √
73 √ √ √ √ √
74 √ √ √ √ √
57
75 √ √ √ √ √
76 √ √ √ √ √
77 √ √ √ √ √
78 √ √ √ √ √
79 √ √ √ √ √
80 √ √ √ √ √
81 √ √ √ √ √
82 √ √ √ √ √
83 √ √ √ √ √
84 √ √ √ √ √
85 √ √ √ √ √ √
86 √ √ √ √ √
87 √ √ √ √ √
88 √ √ √ √ √
89 √ √ √ √ √
90 √ √ √ √ √ √
91 √ √ √ √ √
92 √ √ √ √ √
93 √ √ √ √ √
94 √ √ √ √ √
95 √ √ √ √ √
96 √ √ √ √ √
54
LAMPIRAN 4
Frequencies
Statistics
usia_ibu paritas pemeriksaan_
anc_terakhir
riwayat_penyakit
_sebelum_hamil
penyakit_selama
_kehamilan
N Valid 96 96 96 96 96
Missing 0 0 0 0 0
Statistics
komplikasi_pada_kehamilan komplikasi_pada
_persalinan
jenis_persalinan
N Valid 96 96 96
Missing 0 0 0
Frequency Table
usia_ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
<20 atau >35 tahun 31 32,3 32,3 32,3
20 - 35 tahun 65 67,7 67,7 100,0
Total 96 100,0 100,0
paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0 atau >4 49 51,0 51,0 51,0
<4 47 49,0 49,0 100,0
Total 96 100,0 100,0
55
pemeriksaan_anc_terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1 hari yang lalu 52 54,2 54,2 54,2
2 hari yang lalu 34 35,4 35,4 89,6
3 hari yang lalu 10 10,4 10,4 100,0
Total 96 100,0 100,0
riwayat_penyakit_sebelum_hamil
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ya: dengan penyulit 7 7,3 7,3 7,3
tidak:tanpa penyulit 89 92,7 92,7 100,0
Total 96 100,0 100,0
penyakit_selama_kehamilan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ya:dengan penyakit 85 88,5 88,5 88,5
tidak: tanpa penyakit 11 11,5 11,5 100,0
Total 96 100,0 100,0
komplikasi_pada_kehamilan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ya:dengan penyakit 53 55,2 55,2 55,2
tidak:tanpa penyakit 43 44,8 44,8 100,0
Total 96 100,0 100,0
56
komplikasi_pada_persalinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ya:dengan komplikasi 15 15,6 15,6 15,6
tidak:tanpa komplikasi 81 84,4 84,4 100,0
Total 96 100,0 100,0
jenis_persalinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid secara Pervaginam 96 100,0 100,0 100,0
54
LAMPIRAN 5
54
LAMPIRAN 6
54
49
50
51
52
53
54
56