international tax.pptx

70
PENERAPAN P3B ATAS PENGHASILAN BUNGA, DIVIDEN & ROYALTI Direktorat Peraturan Perpajakan II Subdit PKPI 1

Upload: bagussuyanto

Post on 01-Jan-2016

272 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Passive Income in the context of international taxation

TRANSCRIPT

Page 1: International Tax.pptx

PENERAPAN P3B ATAS PENGHASILAN BUNGA,

DIVIDEN & ROYALTI

Direktorat Peraturan Perpajakan IISubdit PKPI

1

Page 2: International Tax.pptx

2

OUTLINE

1. Interaksi UU PPh dan P3B

2. Perlakuan perpajakan menurut UU PPh

3. Perlakuan perpajakan menurut P3B

4. Beneficial Ownership

Page 3: International Tax.pptx

3

INTERAKSI UU PPH DAN P3BStart

Identifikasi Transaksi Internasional, seperti:Subjek & Objek Pajak

Tentukan Perlakuan Pajak menurut UU

PPh

Ada PPh

terutang?

P3B dite-

rapkan?

P3B Konflik dng UU PPh?

Ketentuan P3B berlaku untuk hal yang berkonflik

Stop

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Perlakuan Pajak menurut UU PPh JALAN TERUS!!!

Tidak

Ya

Hal lain yang tidak berkonflik dengan P3B:

UU PPh JALAN TERUS!!!

Page 4: International Tax.pptx

4

P3B diterapkan

?

Ya

Tidak

P3B dapat diterapkan apabila:

1. Indonesia memiliki P3B dengan negara residen, dan

2. WP luar negeri adalah residen dari negara mitra P3B Indonesia terdapat SKD yang sah

INTERAKSI UU PPH DAN P3B

Page 5: International Tax.pptx

5

P3B konflik dengan UU

PPh?

Ya

Tidak

P3B dapat berkonflik dengan UU PPh dalam hal, seperti:

1. Status Subjek Pajak dalam negeri,

2. Keberadaan BUT,

3. Hak pemajakan,

4. Besarnya penghasilan (tax base)

5. Besarnya tarif pajak,

6. Definisi penghasilan/harta,

7. Sumber penghasilan

INTERAKSI UU PPH DAN P3B

Page 6: International Tax.pptx

6

1. Pengertian Dividen, Bunga, dan Royalti2. Pemajakan atas Inbound Income3. Pemajakan atas Outbound Income4. Saat terutang.

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 7: International Tax.pptx

7

Pengertian Dividen, Bunga, Royalti dan Sewa dalam UU PPh:1. Dividen, Penjelasan Pasal Pasal 4 ayat (1) huruf g,2. Bunga, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf f,3. Royalti, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h,4. Sewa, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf i.

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 8: International Tax.pptx

8

Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g:bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.Termasuk dalam pengertian dividen adalah:1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung,

dengan nama dan dalam bentuk apapun;2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal

yang disetor;3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk

saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;4. pembagian laba dalam bentuk saham;5. pencatatan ambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 9: International Tax.pptx

9

Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g:Termasuk dalam pengertian dividen adalah:6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau

diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham‐saham oleh perseroan yang bersangkutan;

7. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun tahun yang lampau diperoleh ‐keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;

8. pembayaran sehubungan dengan tanda tanda laba, termasuk yang ‐diterima sebagai penebusan tanda tanda laba tersebut;‐

9. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;10. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 10: International Tax.pptx

10

Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g:Termasuk dalam pengertian dividen adalah:11. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;12. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham

yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Pengertian Dividen Terselubung (constructive dividends):13. Diperlukan untuk mencegah penghindaran pajak,14. UU PPh tidak mendefinisikan dengan tegas,15. Hanya menyediakan contoh:

pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran.

16. Tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 11: International Tax.pptx

11

Pengertian BUNGA menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf f:Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas

nilai nominalnya sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya.

Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 12: International Tax.pptx

12

Kasus Hybrid Financial Instrument:1. PT Kurnia memperoleh pinjaman senilai US$ 50 juta dari Razor Corp.

(perusahaan Perancis) dengan tingkat bunga per tahun sebesar 2% ditambah 20% laba per saham dan perjanjian pinjaman tidak mencantumkan saat jatuh tempo pinjaman.

2. PT Sungai Warna menerbitkan saham baru seri AA dengan nilai Rp 400 miliar sehubungan dengan penyetoran modal oleh pemegang saham lama. Saham baru tersebut memberikan dividen tetap, kumulatif, sebesar Rp 1.000.000 lembar per saham dan perusahaan berhak membeli kembali saham tersebut dalam waktu 10 tahun.

Diskusikan:Apakah jenis penghasilan yang dapat timbul dari kedua transaksi berdasarkan ketentuan UU PPh?

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 13: International Tax.pptx

13

Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h:suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas:1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan,

kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya; (Intangibles)

2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah; (Tangibles)

3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial; (Informasi)

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 14: International Tax.pptx

14

Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h:4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan

penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa:a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman

suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 15: International Tax.pptx

15

Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h:5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup

(motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan

6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.(Contoh Kasus)

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 16: International Tax.pptx

16

Kasus Royalti:PT Budi menjual aktiva perusahaan berupa merk minuman energi kepada PT Bangkit Raga, sebuah perusahaan penghasil minuman. Atas transaksi pengalihan itu, PT Budi meminta imbalan setiap tahun sebesar 2% dari nilai produksi PT Bangkit Raga selama 10 tahun.Diskusikan:1. Tentukan jenis penghasilan yang timbul dari transaksi tersebut?2. Apakah jawaban Saudara akan berubah apabila imbalan yang

diminta oleh PT Bangkit Raga sejak tahun ke-1 s.d. ke-10 sama jumlahnya, yang berasal dari perhitungan nilai sekarang (present value) atas nilai 2% dari nilai produksi sejak tahun ke-1 s.d. ke-10?

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 17: International Tax.pptx

17

Pengertian SEWA menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf i:Dalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima atau diperoleh dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan penggunaan harta gerak atau harta tak gerak, misalnya sewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang.

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Page 18: International Tax.pptx

18

Subjek Pajak SP DN SP LN BUTObjek Pajak Pasal 4 ayat (1) minus

ayat (3)Pasal 5 ayat (1) a, b, dan c

Menghitung Pajak Pasal 16 ayat (1), (2), dan (4)

Pasal 16 ayat (3)

Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) a/b Pasal 17 ayat (1) b

Penghilangan Pajak Berganda

Pasal 24 Pasal 24

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pemajakan atas Inbound Income:

Page 19: International Tax.pptx

19

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

PT ABC

XYZ Corp.

CAPITAL

Bunga: Rp500 jutaPajak di luar negeri 15% (Rp 75 juta)

Pemajakan atas Inbound Income:Subjek Pajak : PT ABC (SPDN)Objek Pajak : Rp 500 jutaPengurang : -PKP : Rp 500 jutaPPh terutang : Rp 140 jutaKPLN (Psl 24) : Rp 75 jutaPPh di Indonesia : Rp 65 juta

Catatan:1. Negara sumber memiliki hak

prioritas atas penghasilan yang bersumber dinegaranya.

2. Indonesia sebagai negara Domisili hanya menikmati residu pajak sebesar (28-15)% X 500 juta.Asumsi: PT ABC tidak memiliki penghasilan dari

Indonesia

Luar Negeri

Indonesia

Page 20: International Tax.pptx

20

Subjek Pajak SP LN non BUTObjek Pajak Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Menghitung Pajak Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Tarif Pajak Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Penghilangan Pajak Berganda

Pelunasan Pajak Withholding

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pemajakan atas Outbound Income:

Page 21: International Tax.pptx

21

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

PT ABC

XYZ Corp.

CAPITAL Bunga: Rp500 juta

Pemajakan atas Outbound Income:Subjek Pajak : ZYZ Corp. (SPLN)Objek Pajak : Rp 500 jutaPPh (20%) : Rp 100 juta

Pemajakan bagi XYZ di LN:Objek Pajak : Rp 500 jutaPPh (5%) : Rp 25 jutaKPLN : Rp 25 jutaPPh di LN : Rp ---

Catatan:1. Indonesia sebagai negara sumber

memiliki hak prioritas memajaki penghasilan.

2. Luar negeri hanya menikmati residu pajak, dan ternyata NIHIL.

Asumsi: Laba XYZ Corp. dikenakan pajak di negaranya sebesar 5% dan tidak memiliki penghasilan lain. Sistem KPLN di luar negeri sama dengan di Indonesia.

Luar Negeri

Indonesia

Page 22: International Tax.pptx

22

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPhObjek Pajak Outbound Income:Pasal 26

Ayat (1)

a. dividen;b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan

sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta;d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan

kegiatan;e. hadiah dan penghargaan;

f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;

dan/atauh. keuntungan karena pembebasan utang.

Ayat (2)penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di

Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), dan (KMK-434/KMK.03/1999 dan PMK-82/PMK.03/2009)premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan

asuransi luar negeri (KMK-624/KMK.03/1994)

Ayat (4)

Branch profit (PMK-257/PMK.03/2008)

20% dari jumlah bruto

20% dari jumlah neto

20% dari laba setelah PPh

Page 23: International Tax.pptx

23

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Saat terutang:Pasal 4 ayat (1):

saat diterima atau diperolehDiterapkan bagi SPDN, dan SPLN BUT sesuai Pasal 16 ayat (3), inbound income.

Pasal 26 ayat (1): saat dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayaranDiterapkan bagi SPLN, outbound income.

Page 24: International Tax.pptx

24

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pengertian “disediakan untuk dibayarkan”:• Tidak terdapat penjelasan dalam UU PPh,• Diterapkan untuk setiap jenis penghasilan atau khusus untuk dividen?Referensi:SE-12/PJ.43/1993 tentang PPh Pasal 23/Pasal 26 atas Pembayaran Dividen

atau Bagian Keuntungan dari Perseroan Dalam Negeri“... Bagi perusahaan yang tidak go public, saat terutangnya PPh Pasal 23 atau Pasal 26 ialah pada saat disediakan untuk dibayarkan. ... adalah saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan dibayarkan yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan/ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. ....”

Page 25: International Tax.pptx

25

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pemajakan atas Passive Income dalam P3B:• Pasal 10 untuk penghasilan Dividen,• Pasal 11 untuk penghasilan Bunga,• Pasal 12 untuk penghasilan Royalti,

Page 26: International Tax.pptx

26

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Dividen (OECD Model):Negara Domisili:

Negara Sumber:

1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

2. However, such dividends may also be taxed in the Contracting State of which the company paying the dividends is a resident and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the dividends is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed:a) 5 per cent of the gross amount of the dividends if the beneficial owner is a

company (other than a partnership) which holds directly at least 25 per cent of the capital of the company paying the dividends;

b) 15 per cent of the gross amount of the dividends in all other cases.

Page 27: International Tax.pptx

27

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Dividen (UN Model):Negara Domisili:

Negara Sumber:

1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

2. However, such dividends may also be taxed in the Contracting State of which the company paying the dividends is a resident and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the dividends is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed:

a) _ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the dividends if the beneficial owner is a company (other than a partnership) which holds directly at least 10 per cent of the capital of the company paying the dividends;

(b) _ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the dividends in all other cases.

Page 28: International Tax.pptx

28

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Bunga (OECD Model):Negara Domisili:

Negara Sumber:

1. Interest arising in a Contracting State and paid to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

2. However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the interest is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed 10 per cent of the gross amount of the interest. The competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this limitation.

Page 29: International Tax.pptx

29

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Bunga (UN Model):Negara Domisili:

Negara Sumber:

1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

2. However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the interest is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed ___ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the interest. The competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this limitation.

Page 30: International Tax.pptx

30

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Royalti (OECD Model):Negara Domisili/Sumber:

1. Royalties arising in a Contracting State and beneficially owned by a resident of the other Contracting State shall be taxable only in that other State.

Page 31: International Tax.pptx

31

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Royalti (UN Model):Negara Domisili:

Negara Sumber:

1. Royalties paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

2. However, such royalties may also be taxed in the Contracting State in which it arises and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the royalties is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed ___ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the royalties. The competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this limitation.

Page 32: International Tax.pptx

32

Kasus 1: Outbound Dividend

Indonesia

Yeuw Pte. Ltd.

Singapura

PT Monas

Penyertaan 50%

DividenRp 1 Miliar

Ketentuan Pajak di Singapura:• Dividen yang dibayar ke luar negeri tidak

dipotong pajak.• Dividen dari luar negeri bukan objek Pajak.• WP Badan wajib menyampaikan SPT

Ketentuan Pajak di Indonesia:• Tarif PPh Pasal 26: 20%, • Tarif PPh Badan: 28%, Worldwide Income,• Badan diwajibkan melaksanakan pemotongan.

Gunakan P3B RI-Singapura untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib Pajak.

Page 33: International Tax.pptx

33

Kasus 2: Inbound Dividen

Indonesia

YouCorp.

Canada

PT PQR

Penyertaan Saham 50%

DividenRp 1 Miliar

Ketentuan Pajak di Indonesia:• Tarif PPh Pasal 26: 20%, • Tarif PPh Badan: 28%, Worldwide Income,• WP Badan wajib melakukan pemotongan.

Ketentuan Pajak di Canada:• Dividen yang dibayar ke luar negeri dipotong

pajak, tarif 25%.• Dividen dari luar negeri adalah objek Pajak• Tarif pajak korporasi: 38%• WP Badan wajib melakukan pemotongan.

Gunakan P3B RI-Canada untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib Pajak.

Page 34: International Tax.pptx

34

Kasus 3: Inbound Interest

Indonesia

PT ABC

Singapura

Lee Corporation

Pinjaman

BungaRp 1 Miliar

Ketentuan Pajak di Singapura:• Bunga yang dibayar ke luar negeri dipotong

pajak 15%.• Bunga dari luar negeri bukan objek Pajak.• WP Badan wajib melakukan pemotongan

Ketentuan Pajak di Indonesia:• PPh Pasal 26: 20%, • Tarif PPh Badan: 28%• WP Badan wajib melakukan pemotongan

Gunakan P3B RI-Singapura untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib Pajak.

Page 35: International Tax.pptx

35

Kasus 4: Outbound Interest

Indonesia

Yeuw Pte. Ltd.

Singapura

Debitur

Pinjaman

BungaRp 1 Miliar

Ketentuan Pajak di Singapura:• Bunga yang dibayar ke luar negeri dipotong

pajak 15%.• Bunga dari luar negeri bukan objek Pajak.• WP Badan wajib melaksanakan pemotongan.

Apakah Indonesia mempunyai hak pemajakan atas bunga:1. Dari SUN (Surat Utang Negara) yang dimiliki SPDN Singapura?2. Dari SBI yang dimiliki oleh SPDN Singapura?

Ketentuan Pajak di Indonesia:PPh Pasal 26: 20%, Tarif PPh Badan: 30%WP Badan wajib melaksanakan pemotongan

Page 36: International Tax.pptx

36

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

1. Hak pemajakan negara domisili tidak eksklusif, kecuali atas royalti (OECD Model).

2. Hak pemajakan negara sumber dibatasi. 3. Persentase yang lebih kecil dalam P3B daripada tarif domestik

negara sumber tidak menimbulkan pengenaan pajak baru di negara sumber.

4. P3B tidak mengatur saat terutang pajak. Istilah “paid” mempunyai makna yang luas, karena konsep pembayaran bermakna pemenuhan kewajiban untuk menyediakan dana agar tersedia bagi pihak penerima (shareholder/kreditur) sesuai dengan cara yang diatur dalam kontrak atau kebiasaan.

Page 37: International Tax.pptx

37

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Definisi Dividen, Bunga, dan Royalti• Diatur secara khusus di dalam P3B.• Dapat berbeda dengan pengertian yang terdapat dalam

ketentuan domestik. • Khusus dividen, definisi dalam model P3B mengakomodasi

pengertian dividen dalam ketentuan domestik.

Contoh: Pasal 10 Dividen (3) OECD/UN Model:

The term “dividends” as used in this Article means income from shares,“jouissance” shares or “jouissance” rights, mining shares, founders' shares or other rights, not being debt-claims, participating in profits, as well as income from other corporate rights which is subjected to the same taxation treatment as income from shares by the laws of the State of which the company making the distribution is a resident.

Page 38: International Tax.pptx

38

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Hubungan Efektif antara harta dan BUTContoh: Pasal 12 ayat (3) OECD/UN Model:

Apabila terdapat hubungan efektif antara harta yang menghasilkan dividen, bunga, atau royalti dengan bentuk usaha tetap, maka pasal 7 Business Profit diterapkan.

The provisions of paragraph 1 shall not apply if the beneficial owner of the royalties, being a resident of a Contracting State, carries on business in the other Contracting State in which the royalties arise through a permanent establishment situated therein and the right or property in respect of which the royalties are paid is effectively connected with such permanent establishment. In such case the provisions of Article 7 shall apply.

Page 39: International Tax.pptx

39

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3BHubungan Efektif antara harta dan BUTKasus:1. Perusahaan Kanada Quebec Corp. menjalankan usaha

melalui BUT di Indonesia untuk memproduksi furniture. Quebec juga menanamkan saham di perusahaan Indonesia PT Hutan Lestari untuk memastikan pasokan kayu untuk keperluan produksi BUT dan pabrik besar di Kanada.

Cek P3B RI-Kanada untuk menentukan perlakuan pajak apabila PT Hutan Lestari membagi dividen kepada Quebec.

Page 40: International Tax.pptx

40

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

1. Terdapat hubungan efektif? Ya, penyertaan Q di PT HL mendukung bisnis BUT.

2. Pasal 10 ayat (4) P3B mengatribusi dividen yang diperoleh kantor pusat Quebec Corp. sebagai penghasilan BUT.

3. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan (2) tidak diterapkan, sehingga tidak terdapat pembatasan tarif pajak atas dividen.

4. Pemajakan atas dividen diterapkan seperti Laba Usaha, sehingga biaya yang terkait dengan dividen (3M) dapat dibebankan.

Kanada

Indonesia

Quebec Co.

PT Hutan LestariBUT Quebec Co.Modal

Dividen

Page 41: International Tax.pptx

41

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3BHubungan Efektif antara harta dan BUTKasus:2. Perusahaan Kanada Quebec Corp. menjalankan usaha

melalui BUT di Indonesia untuk memproduksi furniture. Quebec juga menanamkan saham di Malaywood Sdn. Bhd. (perusahaan Malaysia) untuk menjamin pasokan kayu untuk keperluan produksi BUT di Indonesia dan pabrik di Kanada.

Dapatkah Indonesia mengenakan pajak apabila Malaywood membagikan dividen kepada Quebec Corp.?

Page 42: International Tax.pptx

42

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

1. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf c UU PPh, dividen merupakan objek pajak BUT karena terdapat hubungan efektif. Penyertaan Q di Malaywood mendukung bisnis BUT di Indonesia.

2. Pasal 10 P3B RI-Kanada tidak mencakup dividen yang bersumber dari Malaysia.

3. Otoritas pajak Indonesia secara administratif sulit menegakkan ketentuan domestik.

4. WP luar negeri dapat mengklaim penerapan Pasal 24 P3B RI-Kanada tentang Non Diskriminasi agar BUT tidak dikenakan pajak lebih berat daripada WP Badan Indonesia.

Kanada

Malaysia

Quebec Co.

Malaywood Sdn. Bhd.BUT Quebec Co.

Modal

Dividen

Indonesia

Page 43: International Tax.pptx

43

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3BLaba yang belum dibagikan tidak dapat dikenakan pajakPasal 10 ayat (5) OECD/UN Model:

• Meskipun laba perusahaan negara X berasal dari Indonesia, namun Indonesia tidak boleh mengenakan pajak atas dividen yang dibayar oleh perusahaan negara X, kecuali penerima dividen adalah WP Indonesia atau terdapat hubungan efektif antara penyertaan dengan BUT di Indonesia.

• Laba yang belum dibagi tidak dapat dikenakan pajak dividen.

Where a company which is a resident of a Contracting State derives profits or income from the other Contracting State, that other State may not impose any tax on the dividends paid by the company, except insofar as such dividends are paid to a resident of that other State or insofar as the holding in respect of which the dividends are paid is effectively connected with a permanent establishment situated in that other State, nor subject the company's undistributed profits to a tax on the company‘s undistributed profits, even if the dividends paid or the undistributed profits consistwholly or partly of profits or income arising in such other State.

Page 44: International Tax.pptx

44

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Laba yang belum dibagikan tidak dapat dikenakan pajakKasus I:Proper Co. (perusahaan Singapura) memperoleh seluruh laba usaha

dari bisnis yang dilakukannya dengan PT Sarimurni. Pemegang saham Proper berasal dari negara Belanda, USA, dan Australia.

Diskusikan:1. Dapatkah Indonesia mengenakan pajak atas laba yang diperoleh

Proper Co. dengan menerapkan ketentuan pajak atas dividen?2. Apabila ketentuan Indonesia dapat mengenakan pajak apakah

P3B RI-Singapura memperkenankan hal tersebut?3. Apabila salah satu pemegang saham merupakan SPDN

Indonesia, dapatkah Indonesia mengenakan pajak?

Page 45: International Tax.pptx

45

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

1. Berdasarkan UU PPh, Indonesia tidak dapat menganggap laba yang diperoleh Quebec sebagai dividen dan mengenakan pajak di Indonesia atas laba sebagai dividen.

2. Apabila ketentuan Indonesia dapat mengenakan pajak, maka berdasarkan Pasal 10 ayat (6) P3B RI-Singapura, hak pemajakan tersebut dibatasi.

3. Apabila salah satu pemegang saham adalah SPDN, maka Indonesia dapat mengenakan pajak dengan menerapkan ketentuan perpajakan untuk inbound income.

Singapura

Quebec Co.

IndonesiaPT Sarimurni

$ Laba

Shareholder Belanda

Shareholder USA

Shareholder Australia

Page 46: International Tax.pptx

46

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Source Rule:P3B mengatur source rule untuk penghasilan bunga dan royalti.Contoh Pasal 11 ayat (5) OECD/UN Model:

Sumber penghasilan:• Negara domisili tempat pembayar bunga , • Negara tempat BUT yang membebankan bunga.

Interest shall be deemed to arise in a Contracting State when the payer is a resident of that State. Where, however, the person paying the interest, whether he is a resident of a Contracting State or not, has in a Contracting State a permanent establishment in connection with which the indebtedness on which the interest is paid was incurred, and such interest is borne by such permanent establishment, then such interest shall be deemed to arise in the State in which the permanent establishment is situated.

Page 47: International Tax.pptx

47

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Source Rule:Sing Pte. Ltd. menjalankan usaha di Indonesia melalui BUT. BUT tersebut memperoleh pinjaman dari Bank Q di Malaysia untuk

keperluan usaha di Indonesia dan telah dibebankan sebagai biaya untuk perhitungan PPh di Indonesia sebesar Rp 500 juta setiap semester. Pada kenyataannya, Kantor Pusat Sing Pte. Ltd. yang melakukan pembayaran bunga kepada Bank Q.

Diskusikan:1. Apakah terdapat penghasilan yang bersumber dari Indonesia?2. Dimanakah sumber penghasilan bunga tersebut menurut

ketentuan P3B RI-Singapura?3. Menurut pendapat Saudara dapatkah bunga tersebut dianggap

bersumber dari Singapura oleh otoritas pajak Singapura?

Page 48: International Tax.pptx

48

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembayaran bunga atau royalti yang melebihi kewajaran• Pasal 11 atau 12 tidak diterapkan atas kelebihan bunga atau

royalti yang pembayarannya melampaui kewajaran.• Pemajakan atas penghasilan yang melebihi kewajaran itu sesuai

dengan ketentuan domestik dan memperhatikan ketentuan dalam P3B.

Contoh: Pasal 11 ayat (6) OECD/UN Model

Where, by reason of a special relationship between the payer and the beneficial owner or between both of them and some other person, the amount of the interest, having regard to the debt-claim for which it is paid, exceeds the amount which would have been agreed upon by the payer and the beneficial owner in the absence of such relationship, the provisions of this Article shall apply only to the last-mentioned amount. In such case, the excess part of the payments shall remain taxable according to the laws of each Contracting State, due regard being had to the other provisions of this Convention.

Page 49: International Tax.pptx

49

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembayaran bunga atau royalti yang melebihi kewajaranKasus:PT Karya Megah membayar lisensi kepada Portcan Corp. (perusahaan

Kanada) yang merupakan perusahaan afiliasi sebesar 2% dari total penjualan setiap tahun. Nilai penjualan PT KM pada tahun 2008 sebesar Rp 400 miliar. Fiskus menemukan bahwa royalti yang dibayarkan seharusnya hanya 1,25%. PT KM telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sesuai ketentuan P3B RI-Kanada.

Diskusikan:Apabila pemeriksaan diselesaikan pada tanggal 1 Agustus 2009 dan Fiskus

hanya mengoreksi pembayaran royalti tersebut, berapa PPh yang masih harus dibayar PT KM?

Page 50: International Tax.pptx

50

Beneficial Ownerships1. Pendahuluan2. Ketentuan Domestik3. Penerapan P3B dan upaya pencegahan penghindaran pajak

Page 51: International Tax.pptx

51

PendahuluanFrase beneficial owner (BO) mulai diadopsi dalam Article 10, 11, 12 OECD Model Tax Convention (MTC) 1977.

Prinsip: Pembatasan tarif pajak atas dividen, bunga, dan royalti hanya berlaku bagi jika beneficial owner penghasilan tersebut adalah resident di negara mitra P3B.

Beneficial Ownerships

Page 52: International Tax.pptx

52

PendahuluanPengertian BO tidak didefinisikan dalam P3B dan Model

P3B (OECD/UN Model).Pengertian BO menurut OECD Model Commentary Art.

10, para. 12 - 12.1:a. BO bukanlah orang/badan yang bertindak sebagai

agent, nominee, atau hanya bertindak sebagai conduit.

b. Istilah BO tidak boleh ditafsirkan secara sempit, namun harus dipahami sesuai dengan konteks, objek, dan tujuan P3B, yaitu untuk menghindari pengenaan pajak berganda dan mencegah pengelakan pajak.

Beneficial Ownerships

Page 53: International Tax.pptx

Agen adalah orang atau badan yang bertindak sebagai perantara dan melakukan tindakan untuk dan/atau atas nama pihak lain. (IBFD International Tax Glossary, 2005)

Nominee adalah orang atau badan yang menjadi pemilik penghasilan secara hukum (legal owner) untuk menjalankan amanat dari pihak yang sebenarnya menikmati manfaat atas penghasilan. (IBFD International Tax Glossary, 2005)

Perusahaan conduit adalah perusahaan antara yang didirikan untuk meneruskan harta dan/atau modal dari pihak yang menjadi pemilik sebenarnya kepada pihak lain dan/atau atau untuk meneruskan penghasilan dari pihak yang membayar penghasilan kepada pihak yang sebenarnya menikmati manfaat atas penghasilan. (Diolah dari IBFD International Tax Glossary, 2005)

Beneficial Ownerships

Page 54: International Tax.pptx

OECD Model Commentary:Orang yang bertindak sebagai “conduit” untuk orang lain,

yang faktanya menerima manfaat atas penghasilan, bukan “beneficial owner”

Person acting as conduit – “though the formal owner, it has, as a practical matter, very narrow powers which render it, in relation to the income concerned, a mere fiduciary or administrator acting on account of the interested parties”

Beneficial Ownerships (1)

Page 55: International Tax.pptx

Menurut OECD Model Commentary:A person who ultimately enjoys the benefit of an

asset, as opposed to the legal owner who may only be a nominee.

Looks behind the owner of the title to an asset to find the "true owner"

A beneficial owner is one who is free to decide: Whether or not the capital or other asset should be used

or made available for use by othersOn how the yields therefrom should be used.

Beneficial Ownerships (2)

Page 56: International Tax.pptx

KLAUS VOGEL:

1. The purpose for introducing the beneficial owner requirement was to prevent tax avoidance;

2. Persons not entitled to protection by particular treaty were to be prevented from obtaining its benefit with help of interposed persons;

3. Treaty benefits should not be granted with a view to formal title dividends, interest, or royalties, but to the “real” title. In other words, the old dispute of “form over substance” should be decided in favor of “substance”...

Beneficial Ownerships (3)

Page 57: International Tax.pptx

57

X Corp.Investor

(market or private)

PT ABC

Treaty Partner

Indonesia

Indonesia

Non Treaty Partner

Indonesia

Capital

CapitalIncome

Income

Beneficial Owner?

Treaty Partner Indonesia with less favorable benefit

Beneficial OwnershipsPermasalahan

Page 58: International Tax.pptx

58

Pasal 26 ayat (1a):Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).

Beneficial Ownerships

Page 59: International Tax.pptx

59

Penjelasan: Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia ditentukan berdasarkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner). Oleh karena itu, negara domisili tidak hanya ditentukan berdasarkan Surat Keterangan Domisili, tetapi juga tempat tinggal atau tempat kedudukan dari penerima manfaat dari penghasilan dimaksud.

Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi, Negara domisilinya adalah negara tempat orang pribadi tersebut bertempat tinggal atau berada, sedangkan apabila penerima manfaat adalah badan, negara domisilinya adalah Negara tempat pemilik atau lebih dari 50% (lima puluh persen) pemegang saham baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkedudukan atau efektif manajemennya berada.

Beneficial Ownerships

Page 60: International Tax.pptx

60

Catatan atas Pasal 26 ayat (1a):Mengatur tentang pengertian negara domisili,Negara domisili: negara tempat beneficial owner (BO)

penghasilan yang bersumber dari Indonesia.SKD tidak cukup untuk menentukan negara domisili.

Penerapan P3B?Potensi masalah: pengaturan negara domisili berdasarkan

Pasal ini dapat berbeda dengan tempat BO yang sebenarnya, yang ditentukan berdasarkan fakta atau berdasarkan penerapan pengertian BO menurut P3B.

Beneficial Ownerships

Page 61: International Tax.pptx

61

Menafsirkan siapa BO menurut Pasal 26 ayat (1a).Logika matematika:

Negara Domisili (A) = Negara tempat BO (B) Orang Pribadi:

Negara domisili (A) = Negara tempat orang pribadi bertempat tinggal atau berada (C-1)

Badan:Negara Domisili (A) = Negara tempat pemilik atau lebih dari 50% pemegang saham baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkedudukan (C-2).Negara Domisili (A) = Negara tempat efektif manajemennya berada (C-3).

Bila A = B dan A = C, apakah B = C ?

Beneficial Ownerships

Page 62: International Tax.pptx

62

Tes untuk BO Orang Pribadi:Apakah BO (B) pasti sama dengan orang pribadi penerima penghasilan (C-1) ? Jawab: belum tentu. Bila orang pribadi tersebut hanya bertindak sebagai agent/nominee/conduit, maka menurut P3B ia bukan BO.

Tes untuk BO Badan:Apakah BO pasti sama dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham (C-2) atau tempat efektif manajemen (C-3)? Jawab: belum tentu.Bila perusahaan tersebut bukan agent/nominee/conduit, maka ia adalah BO-nya, bukan si pemilik, pemegang saham, atau tempat efektif manajemen.

Beneficial Ownerships

Page 63: International Tax.pptx

PT UTAMA

BELANDA

INDONESIA

X BANK LTD Draco BV

MAURITIUS

PROCEEDS

SKEMA PINJAMAN

Interest Interest

Loan1995

Loan2004

Beneficial Ownerships (4)

Page 64: International Tax.pptx

64

Fakta:1. PT Utama membuat perjanjian pinjaman dengan Draco BV (berkedudukan di

Belanda tanggal 12-11-2004 senilai USD 208,2 juta jangka waktu 5 tahun; 2. Draco BV., tidak mentransfer dana pinjaman (proceeds) kepada PT Utama,

melainkan mentransfer dana dimaksud kepada X Bank Ltd. (Mauritius);3. Transfer yang diperintahkan PT Utama untuk dilakukan oleh Draco BV. kepada

X Bank Ltd. tersebut dimaksudkan untuk melunasi pinjaman PT Utama kepada X Bank Ltd. Mauritius yang telah dibentuk sebelumnya (1995);

4. Berdasarkan payment instruction dari PT Utama ke Draco BV, diketahui bahwa transfer dari Draco BV kepada X Bank Ltd. Mauritius dilakukan sebelum loan agreement dibuat, yakni pada tanggal 1-11-2004.

5. PT Utama membebankan biaya bunga pinjaman baik dalam SPT PPh Badan maupun Laporan Keuangan Komersial, sebesar Rp 23.7 miliar (2004) dan Rp 117 miliar (2005);

6. PT Utama tidak melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26 atas bunga yang telah dibebankan dengan alasan Pasal 11 ayat (4) P3B RI – Belanda.

Beneficial Ownerships (5)

Page 65: International Tax.pptx

65

HASIL PERTUKARAN INFORMASI (EOI) DARI BELANDA:1. Tanggal Pendirian : April 2004 (Notaris: XYZ)

2. Pendiri : Perusahaan trust XXX, beralamat di Belanda

3. Pokok kegiatan: bertindak sebagai sebuah finance company

4. Board of Management : Perusahaan trust XXX, beralamat di Belanda

5. Pemegang saham : Stichting Draco, Amsterdam, The Netherlands

6. Modal Saham : Authorized E90,000; Issued & Paid E18,000 @ E1

7. Perusahaan tidak memiliki pegawai sehingga selama tahun berjalan tidak terdapat biaya upah, gaji atau beban social securities.

8. Perusahaan memiliki satu managing director & tidak memiliki supervisory directors

9. Konsultan: PQR NV (perusahaan Belanda).

Beneficial Ownerships (6)

Page 66: International Tax.pptx

66

INFO PENTING1. On October 13, 2004 the Company obtained a Secured Note Programme

from Glocus Ltd. with a maximum amount of USD 10,000,000,000. The proceeds of the note program has been used for the acquisition of among other things loans. During the financial year ended December 31, 2004 a total amount of USD 800,000,000 of the Secured Note Programme has been drawn. (Laporan Keuangan, hal X)

2. Terms and conditions dari pinjaman yang diperoleh Draco BV dari Glocus Ltd, dengan pinjaman yang diberikan oleh Draco kepada para debtor nya, termasuk PT CMI, adalah sama persis. (Laporan Keuangan, hal X) *5 tahun - 9%, ** 5 tahun - 6 bulan LIBOR

Catatan: Tidak terdapat informasi mengenai Glocus Ltd. (pihak yang memberikan kredit kepada Draco BV), maupun Stichting Draco BV (pihak yang menjadi pemegang saham tunggal dari Draco BV)

Beneficial Ownerships (7)

Page 67: International Tax.pptx

67

NO NAMA JUMLAH NO NAMA JUMLAH

1 PT A

9,800.000 16 PT N

5,300,000

2 PT Utama

208,200,000 17 PT P

5,300,000

3 PT B

1,500,000 18 PT Q

3,110,000

4 PT C

1,400,000 19 PT R

7,380,000

5 PT D

4,730,000 20 PT S

17,100,000

6 PT E

89,250,000 21 PT T

23,800,000

7 PT E

2,450,000 22 PT U

19,000,000

8 PT F

4,500,000 23 PT V

5,900,000

9 PT G

27,050,000 24 PT W

3,300,000

10 PT H

10,050,000 25 PT X

3,300,000

11 PT I

134,850,000 26 PT Y 600,000

12 PT J

12,650,000 27 PT Z 200,000

13 PT K

9,050,000 28 PT AA 300,000

14 PT L

18,450,000 29 PT AB

9,150,000

15 PT M

193,200,000

Total 830 juta

DAFTAR PENERIMA PINJAMANBeneficial Ownerships (8)

Page 68: International Tax.pptx

68

ASSETS USD LIABILITIES & EQUITY USDFinancial fixed assets Capital and reserves

Loans Receivable 830,870,000 Paid up and called up share capital 24,588 Other reserves (2,772)

Current assets Unappropriated results

788 Debtors 3,871,575 22,604

Other receivables

1,292 Long term liabilities

Cash and cash equivalent

9,860 Issued Notes payable 830,870,000 3,882,727

Total assets 834,752,727 Current liabilitiesCreditors 3,807,311

Taxation

322 Accruals 52,490

3,860,123 Total liabilities & Equity 834,752,727

BALANCE SHEET AS PER DECEMBER 31, 2004

Beneficial Ownerships (9)

Page 69: International Tax.pptx

69

Finance activities Interest on loans receivable 3,799,408 IncomeInterest on issued notes payable (3,799,408) ExpensesReimbursed income 72,167 Currency exchange rate differences 810

72,977 Other income and expensesGeneral and administrative expenses (71,867)

Result before taxation 1,110

Corporate income tax (322)

Result after taxation 788

PROFIT AND LOSS ACCOUNTFOR THE PERIOD ENDED DECEMBER 31,

2004

100%

USD

Beneficial Ownerships (10)

Page 70: International Tax.pptx

S E L E S A I

70