international acounting

Upload: aegisia-haditirtono

Post on 11-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Akuntansi di Jepang

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangDi era globalisasi yang sangat cepat dengan kemajuan tekhnolgi, aktivitas pasar modal pun dituntut untuk setara dalam memberi kemampuan menghasilkan informasi. Akuntansi adalah hal yang dilihat dalam memainkan peran untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak internal maupun pihak eksternal. Tujuan dari akuntansi adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk membuat keputusan ekonomi. Akuntansi memberikan seluruh kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memfasilitasi alokasi pemusatan sumber dana oleh pengguna. Jika informasi tersebut dapat di andalkan maka sumber daya yang terbatas dapat di alokasikan secara optimal dan efisien.Akuntansi Internasional mempunyai peran yang sangat kompleks, di mana ruang lingkup pelaporannya ialah perusahaan yang multinasional dengan operasi dan transaksi lintas Negara dengan kewajiban pelaporannya terhadap pengguna pelaporan di Negara lain. Sejalan dengan era globalisasi dan perkembangan dunia serta usaha serta semakin terintegritasnya pergerakan dan pasar keuangan dunia, maka dirasakan sangat perlu adanya suatu globalisasi. Setiap negara memiliki sistem akuntansi yang berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, sosial, inflasi, sumber pendanaan, ataupun sistem hukum. Di Asia sendiri, Jepang merupakan salah satu negara maju yang sistem akuntansinya perlu untuk disoroti. Jepang memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang sangat signifikan setiap tahunnya. Oleh sebab itu, Jepang menjadi negara dengan perekonomian tertinggi kedua serta menjadi rumah untuk bisnis-bisnis terbesar dunia. Tidak hanya itu, Jepang adalah salah satu negara pendiri Komite Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Commitee) sekarang menjadi Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB International Accounting Standards Boards). Dengan status demikian, Jepang memiliki peraturan utama dalam menjalankan IASB. Sebagai pendiri IASB, Jepang memiliki komitmen untuk memusatkan prinsip akuntansi umum berlaku nasional (GAAP national generally accepted accounting principles) dengan Standar Laporan Keuangan Internasional (IFRS International Financial Reporting Standards). Dengan pertumbuhan ekonomi yang memiliki prospek yang menjanjikan di Jepang tentunya menarik minat para investor asing untuk menginvestasikan dananya di negara sakura tersebut. Bila demikian, jelas para investor perlu memahami berbagai hal mengenai Jepang, salah satunya sistem dan praktik akuntansi di Jepang, terutama setelah adanya pemusatan global terhadap sistem akuntansi dengan eksistensi IFRS. Oleh sebab itu, tim penulis merasa perlu mengkaji lebih lanjut mengenai sistem dan praktik akuntansi di Jepang. Adapun judul dari tulisan ini ialah, PERKEMBANGAN SISTEM DAN PRAKTIK AKUNTANSI DI JEPANG PERIODE SEBELUM DAN SETELAH GLOBALISASI IFRS.

1.2RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana standar dan praktik akuntansi di jepang sebelum adanya pengaruh IFRS ?2. Bagaimana standar dan praktik akuntansi di jepang setelah adanya IFRS ?

1.3TUJUAN1. Mengidentifikasi standar dan praktik akuntansi di Jepang sebelum adanya pengaruh IFRS.2. Mengidentifikasi standar dan praktik akuntansi di Jepang setelah adanya IFRS

BAB 2PEMBAHASAN

2.1. Standar dan Praktik Akuntansi di Jepang Sebelum Adanya Pengaruh IFRS.

2.1.1. Permulaan Standar dan Praktik Akuntansi di JepangAkuntansi dan pelaporan keuangan di Jepang merefleksikan gabungan berbagai pengaruh domestik dan internasional. Pada awalnya, pencatatan akuntansi Jepang bukanlah pencatatan ganda (double entry) dan memiliki dua metode untuk mencatat perhitungan profit. Pengenalan pencatatan ganda diperkenalkan di Jepang sebagai implikasi westernization di Jepang dan pemerintah memiliki peran yang sangat esensial dalam hal ini. Buku pertama di Jepang yang membahas pengenai pencatat akuntansi berjudul The Detailed Methods of Bank Bookkeeping yang ditulis oleh Fukushiki boki Seiho pada tahun 1873. Setelah itu, berbagai literatur yang merujuk pada pencatat ganda transaksi secara manual mulai merebak di Jepang. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Shand System. Sistem ini secara luas digunakan dalam praktik akuntansi Jepang, bukan hanya praktik di perbankan saja. Regulasi akuntansi di Jepang mulai mengalami perubahan sebelum pecahnya perang dunia kedua. Dua badan pemerintah yang terpisah bertanggung jawab atas regulasi akuntansi dan hukum pajak penghasilan perusahaan di Jepang memiliki pengaruh lebih lanjut pula. Pada setengah awal abad ke-20, pemikiran akuntansi mencerminkan pengaruh Jerman yang pada saat itu dikenal dengan istilah Continental Law. Dalam sistem ini terdapat kebijakan akunansi yang mengharuskan disajikannya nerasa dan penyajian aset, serta aturan penilaian asset. Sebelum perang dunia kedua, Inggris secara signifikan mempengaruhi praktik akuntansi di Jepang, sedangkan Jerman memiliki pengaruh dalam pembuatan aturan perundang-undangan. Pada tahun ini pula, sistem akuntansi Jepang mengalami mobilisasi yang lebih dikenal dengan 1940 system. Peristiwa ini ditandai dengan usaha Menteri Perindustrian dan Perdagangan Jepang, Shoko-sho Junsoku pada tahun 1931 melakukan rekonsiliasi sistem yang dianut Jerman dan Inggris dan menerapkan program rasionalisasi industri dengan menekan kompetisi masif dan mengeliminasi biaya.

Setelah pecahnya perang dunia kedua ternyata membawa dampak pada sistem dan praktik akuntansi di jepang. Pada masa ini ide-ide dari AS yang berpengaruh. Pada masa ini sistem akuntansi dikenal istilah triangular system. Lebih lanjut, Jepang juga membuat Prinsip-prinsip Akuntansi untuk Entitas Bisnis (Accounting Principles for Business Enterprise) yang dilakukan oleh Dewan Pertimbangan Akuntansi Bisnis (Business Accounting Deliberation Council-BADC). BADC merupakan penasehat kementrian keuangan. Pengaruh AS setelah PD II berpengaruh pula terhadap Prinsip-prinsip Akuntansi Entitas Bisnis yang telah mengarah pada GAAP. Implikasinya, GAAP menjadi sumber utama yang mempengaruhi sistem dan praktik akuntansi Jepang.Jepang merupakan masyarakat tradisional dengan akar budaya dan agama yang kuat. Kesadaran kelompok dan saling ketergantungan dalam hubungan pribadi dan perusahaan berlawanan dengan hubungan independen yang wajar diantara individu-individu dan kelompok di negara-negara barat. Perusahaan Jepang saling memiliki ekuitas saham satu sama lain, dan sering kali bersama-sama memiliki perusahaan lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industri yang meraksasa yang disebut sebagai keiretsu. Bank sering kali menjadi bagian dari kelompok industri besar ini.Penggunaan kredit bank dan modal utang yang meluas untuk membiayai perusahaan besar terbilang sangat banyak bila dilihat dari sudut pandang Barat dan manajemen perusahaan terutama lebih bertanggung jawab kepada bank dan lembaga keuangan lainnya, dibandingkan kepada para pemegang saham. Pemerintah pusat juga memberlakukan kontrol ketat atas berbagai aktivitas usaha di Jepang, yang berarti control birokrasi yang kuat dalam masalah-masalah usaha, termasuk akuntansi. Pengetahuan mengenai kegiatan usaha utamanya terbatas pada perusahaan dan pihak dalam lainnya seperti bank dan pemerintah.Modal usaha keiretsu ini, sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi struktural yang dilakukan Jepang untuk mengatasi atau menggerakkan stagnasi ekonomi yang berawal pada tahun 1990-an. Krisis keuangan yang mengikuti pergerakakn ekonomi Jepang juga disebabkan oleh review standardisasi laporan keuangan Jepang.Jelas terlihat bahwa banyak praktik akuntansi menyembunyikan betapa buruknya perusahaan di Jepang. Sebagai contoh:1. Hilangnya konsolidasi standardisasi yang menyebabkan adanya perusahaan Jepang yang menutupi kerugian operasional dalam usaha gabungan. Investor tidak dapat melihat apakah kegiatan operasional perusahaan sepenuhnya benar-benar menguntungkan.2. Kewajiban pensiun dan pesangon hanya diakui 40 persen dari jumlah pinjaman karena hal itu merupakan batas pengurang pajak mereka. Hal ini mengarah pada praktik rndahnya kewajiban pensiun.3. Pemegang saham dibebani biaya, bukan berdasarkan harga pasar. Dibuat untuk mepertegas kohesi dari keiretsu, sehingga saham silang sangatlah luas. Perusahaan menahan mereka yang rugi, akan tetapi menjual mereka yang untung untuk mendapatkan laba.Suatu perubahan besar dalam akuntansi ditunjukkan pada akhir tahun 1990-an untuk membuat kesehatan ekonomi perusahaan Jepang menjadi semakin transparan dan membawa Jepang lebih dekat dengan standarisasi sosial. Fenomena ini disebut Akuntansi Big Bang. Ada tiga prinsip berkenan dengan Big Bang:1. Free (pasar liberal bedasarkan prinsip-prinsip pasar)2. Fair (transparansi dan pasar yang realibel)3. Global (pasar internasional dan maju)

Berikut merupakan pencapaian penting prinsip-prinsip akuntansi pada tahun 1990-an:1. Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan hal yang penting (1997)2. Penelitian dan Pengembangan (1998)3. Pendapatan pajak (1998)4. Translasi valuta asing (1999)5. Instrumen Keuangan (1999)6. Pelemahan Aset tetap (2002)7. Saham treasuri dan kewajiban pencadangan (2002)8. EPS (2002)

2.1.2 Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh paling signifikan terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga undang-undang : undang-undang perusahaan (company law), undang-undang pertukaran dan sekuritas (securities and exchange law) dan undang-undang Pajak Penghasilan Perusahaan (corporate income tax law). Ketiga hukum ini saling berinteraksi satu sama lain. Praktisi terkemuka Jepang menggambarkan situasi tersebut sebagai sistem legal triangular.Undang-undang perusahaan diatur oleh kementerian Kehakiman atau Ministry of Justice (MOJ). Hukum tersebut merupakan inti dari regulasi akuntansi di Jepang dan yang paling memiliki pengaruh besar. Dikembangkan dari hukum komersial Jerman, hukum yang awal di berlakukan pada tahun 1980, namun baru diimpelentasikan pada tahun 1899. Perlindungan terhadap kreditor dan pemegang saham merupakan prinsip utama dengan ketergantungan yang sangat jelas atas pengukuran biaya historis. Pengungkapan atas kelayakan kredit dan ketersediaan laba untuk pembagian dividen juga sama pentingnya. Seluruh perusahaan yang didirikan diwajibkan untuk memenuhi provisi akuntansi, yang dimuat dalam aturan-aturan menyangkut neraca, laporan laba rugi, laporan usaha dan skedul pendukung perusahaandengan kewajiban terbatas.Perusahaan milik publik harus memenuhi ketentuan lebih lanjut dalam Undang-undang Pasar Modal (SEL) yang diatur oleh Kementerian Keuangan Financial Services Agency (FSA). SEL dibuat berdasarkan Undang-undang Pasar Modal AS dan diberlakukan terhadap Jepang oleh AS selama masa pendudukan setelah perang dunia II. Tujuan utama SEL adalah untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan investasi. Meskipun SEL mewajibkan laporan keuangan dasar yang sama seperti hukum komersial, terminology, bentuk dan isi laporan keuangan didefinisikan secara lebih spesifik oleh SEL; beberapa pos laporan keuangan direklasifikasikan untuk keperluan penyajian dan detail tambahan diberikan. Namun laba bersih dan ekuitas pemegang saham tetap sama menurut Hukum Komersial dan SEL.Dewan Pertimbangan Akuntansi Usaha atau Business Accounting Deliberation Council (BADC), yang telah disinggung sebelumnya, sekarang menjadi Business Accounting Council (BAC) merupakan lembaga penasehat khusus bagi kementerian keuangan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan standar akuntansi sesuai dengan SEL. Selain itu, dapat membantah perubahan besar mengenai prinsip-prinsip yang berlaku umum pembukuan yang diberikan di Jepang. BADC dapat dikatakan merupakan sumber utama PABU di Negara Jepang sekarang ini. Tetapi BADC tidak dapat mengeluarkan standar yang berbeda dengan hukum komersial. Para anggota BADC diangkat oleh kementerian keuangan dan bekerja paruh waktu. Mereka berasal dari kalangan akademisi, pemerintahan, lingkaran bisnis serta anggota Institut Akuntan Publik Bersertifikat di Jepang (JICPA).Standardisasi pembukuan Jepang tidak boleh bertentangan dengan undang-undang perusahaan. Oleh karena itu, triangulasi standardisasi pembukuan, undang-undang perusahaan dan undang-undang perpajakan masih tetap menjadi gambaran dari laporan keuangan Jepang.Tahap akhir yaitu signifikansi pengaruh kode pajak. Seperti di Prancis, Jerman dan dimana pun, beban dapat diklaim untuk kebutuhan pajak hanya jika telah dibooking secara penuh. Pendapatan kena pajak berdasar pada jumlah kalkulasi berdasarkan Undang-Undang Perusahaan tetapi jika hukum tersebut tidak mejelaskan mengenai perlakuan pembukuan.Berdasarkan Undang-undang Perusahaan, laporan keuangan serta jadwal yang mendukung pada perusahaan kecil dan menengah merupakan subjek untuk audit hanya oleh auditor yang berwenang. Baik auditor berwenang atau independen, keduanya harus mengaudit perusahaan besar. Auditor independen harus mengaudit laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan sesuai dengan undang-undan pertukaran dan sekuritas. Auditor yang berwenang tidak memerlukan kualifikasi professional dan ditugasi oleh perusahaan secara penuh. Auditor yang berwenang biasanya focus pada manajerial direktur dan baik bekerja sesuai dengan kewenangannya atau tidak. Auditor independen melibatkan pemeriksaan terhadap laporan dan catatan keuangan serta harus dilakukan oleh akuntan public bersertifikasi Certified Public Accountants- CPAs. Japanese Institute of Certified Public Accountants (JICPA) merupakan organisasi professional dari CPAs di Jepang. Seluruh CPAs harus termasuk ke dalam JIPCPA. Sebagai tambahan untuk memberikan panduan mengenai pelaksanaan audit, JIPCA mengeluarkan panduan mengenai permasalahan akuntansi, serta meyediakan input bagi ASBJ dalam mengembangkan standardisasi akuntansi. Standardisasi proses audit yang berlaku umum dikeluarkan oleh BAC daripada JIPCA. Certified Public Accoauntant and Auditing Oversight Board dibentuk pada tahun 2003. Agensi pemerintahan, didesain untuk mengawasi dan mengontrol auditor serta meningkatkan kualitas audit di Jepang. Hal ini dicantumkan FSA pada tahun 2004.

Ilustrasi 2.1. Tringular System in Theory

Gambar 2.2. Tringular System in Reality2.1.3Laporan KeuanganPerusahaan yang bergabung di wilayah undang-undang perusahaan dibutuhkan untuk mempersiapkan laporan yang berwenang untuk disetujui pada saat rapat para pemegang saham, yang isinya antara lain :1. Neraca2. Laporan laba rugi3. Laporan atas perubahan ekuitas pemegang saham4. Laporan bisnis5. Jadwal terkaitCatatan yang melengkapi neraca dan laporan laba rugi menggambarkan kebijakan akuntansi dan menyediakan tambahan lain, seperti pada negara- negara lain. Laporan bismis berisikan ringkasan sistem bisnis dan pengendalian internal mereka, serta informasi mengenai operasional, posisi keuangan, dan hasil opersional. Beberapa jadwal pendukung juga dibutuhkan, tetapi terpisah dari catatan yaitu: Perubahan pada obligasi dan utang jangka pendek dan panjang Perubahan pada aktiva tetap dan akumulasi penyusutan Aset yang dijaminkan Jaminan utang Perubahan pencadangan Jumlah dari dan untuk pemegang saham Kepemilikan ekuitas dalam nak perusahaan serta jumlah saham anak perusahaan Penerimaan dari anak perusahaan Transaksi dengan direktur, auditor berwenang, pemegang saham dan pihak ketiga yang menghasilkan konflik kepentingan Pembayaran gaji kepada direktur dan auditor berwenang.Informasi tersebut disiapkan untuk satu tahun pada dasar induk perusahaan dan diaudit oleh auditor yang berwenang. Undang- undang perusahaan tidak membutuhkan laporan arus kas atau dana.Perusahaan yang terdaftar juga harus mempersiapkan laporan keuangan berdasarkan undang- undang pertukaran dan sekuritas, yang secara umum membutuhkan dasar laporan yang sama seperti undang- undang perusahaan ditambah laporan arus kas dan dana. Bagaimanapun, di bawah SEL, laporan keuangan gabungan yang buka laporan induk perusahaan, adalah fokus utama. Tambahan catatan kaki dan jadwal juga dibutuhkan. Catatan kaki tambahan memuat informasi tentang hal-hal tersebut sebagai kejadian lanjutan dan pertanggungjawaban bagi pemberhentian pekerja dan uang pesangon. Jadwal-jadwal tambahan melengkapi hal-hal dan rekening keuangan, seperti jaminan yang memiliki pasar, harta tetap dan tidak tetap, investasi dalam serta pinjaman untuk atau dari perusahaan tergabung, tanggungan yang dapat dibayar dan peminjaman jangka panjang, dan cadangan serta kelonggaran. Laporan keuangan beserta jadwal yang diberikan di bawah SEL, harus diaudit oleh auditor independen. Dimulai tahun 2008, menejemen perusahaan yang terdaftar harus memasukkan perkiraan tahunan mengenai pengendalian internal perusahaan serta surat seftifikasi mengenai keakuratan laporan tahunan. Laporan ineternal tersebut harus di audit terlebih dahulu.Perkiraan arus kas untuk 6 bulan ke depan juga dimasukkan sebagai informasi tambahan dalam dokumen bersamas FSA. Informasi perkiraan lainnya juga dilaporkan, seperti perkiraan investasi modal baru dan tingkat produksi serta aktivitas. Secara keseluruhan, jumlah laporan perkiraan perusahaan di Jepang cukup ekstensif. Bagaimanapun, informasi ini dilaporkan dalam dokumen berwenang dan jarang muncul pada alporan tahunan para pemegang saham.

2.1.4Patokan AkuntansiUndang- undang perusahaan membutuhkan perusahaan besar untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan. Sebagai tambahan, perusahaan yang terdaftar harus mempersiapkan laporan keuangan gabungan di bawah undang- undang pertukaran dan sekuritas. Akun perusahaan pribadi merupakan dasar bagi laporan gabungan, dan prinsip akuntansi yang sama normalnya digunakan pada kedua tingkatan. Anak perusahaan tersebut dikonsolidasi jika induk perusahaan secara langsung atau tidak langsung mengontrol keuangan dan kebijakan operasional mereka. Metode pooling-of-interest (penyatuan saham) untuk bisnis gabungan digunakan pada situasi tertentu saja dimana tidak ada perusahaan yang mengontrol perusahaan lainnya. Sebaliknya, bisnis gabungan dihitung karena pembelian. Goodwill dihitung dengan dasar harga pasar aset bersih yang didapatkan dan diamortisasi lebih dari 20 tahun atau kurang serta subjek terhadap tes penuruna nilai. Metode ekuitas digunakan untuk investasi dalam perusahaan afiliasi ketika perusahaan induk memberikan pengaruh signifikan daripada kebijakan operasional dan finansial. Metode ekuitas digunakan untuk menghitung proyek gabungan ; gabungan yang proporsional tiadak diperbolehkan. Di bawah standar stimulasi mata uang, aset dan kewajiban dari anak perusahaan asing dihitung dengan tingkat kurs saat intu (akhir tahun), pendapatan dan beban dalam rata-rata, serta penyesuaian pertukaran mata uang asing berada dalam ekuitas pemegang saham.Persediaan yang ada harus dihitung apakah cocok dengan biaya atau lebih rendah atau nilai keuantungan bersih. FIFO, LIFO seta metode biaya rata-rata semuanya menerima metode cash-flow (arus biaya), dengan rata-rata yang paling populer. Investasi dalam saham dinilai pada harga pasar. Aset tetap dinilai pada biaya dan didepresiasi yang berkenaan dengan hukum perpajakan. Metode declining-balance (saldo menurun) merupakan metode depresiasi yang paling umum. Aset bersih juga diuji dengan penurunan nilai.Biaya penelitian dan pengembangan juga dibebankan saat terjadinya. Kontrak sewa yang memindahkan kepemilikan terhadap penyewa dikapitalisasi. Sewa menyewa keuangan lainnya mungkin kapitalisasi atau dianggap sebagai kontrak operasional. Pembukuan berkas yang diterbitkan tahun 2006 membutuhkan kapitalisasi semua pinjaman uang. Pajak tangguhan dipersiapkan untuk perubahan sepanjang waktu dengan menggunakan metode kewajiban. Kerugian bersyarat dipersiapkan hingga terbuka kemungkinan dan dapat diperkirakan. Keuntungan bagi para pensiuan dan pegawai yang diberhentikan diakui secara penuh karena pegawai berhak mendapatkannya, dan obligasi tanpa dana terlihat seperti kewajiban. Dibutuhkan cadangan : setiap tahun perusahaan harus mengalokasikan sejumlah minimal 10% kas dividen dan bonus yang dibayarkan pada direktur dan auditor berwenang hingga cadangan mencapai 25% dari saham.Banyak praktik akuntansi mendeskripsikan bahwa hal tersebut diimplementasikan pada beberapa tahun terakhir sebagai hasil dari akuntansi big bang yang disebutkan sebelumnya. Perubahan tersebut anatara lain :1. Adanya kebutuhan daftar perusahaan untuk laporan arus kas.2. Penambahan jumlah anak perusahaan yang bergabung berdasarkan kontrol daripada persentasi kepemilikan3. Penambahan jumlah perusahaan afiliasi yang dilaporkan menggunakan metode ekuitas berdasarkan signifikansi pengaruh daripada persentasi kepemilikan4. Menilai investasi sekuritas pada pasar bukan pada biaya.5. Menilai persediaan dengan biaya yang lebih rendah atau nilai bersih daripada dengan biaya.6. Pencadangan penuh atas pajak tangguhan.7. Akrual penuh bagi kewajiban pensiun dan pemberhentian kerja lainnya. Akuntansi di jepang sedang diubah agar dapat mengikuti IFRS.

2.1.5. Pengembangan Japanese GAAP Sistem akuntansi di Jepang cenderung mengarah ke GAAP. ASBJ yang dibentuk pada tahun 2001 telah mengembangkan standar akuntansi Jepang yaitu Japanese GAAP (JGAA). JGAAP merupakan GAAP yang telah disesuaian oleh Jepang. Terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan diantara US-GAAP dan J-GAAP:1. Tambahan Konsolidasi2. Metode Pencatatan Ekuitas3. Kombinasi Bisnis4. Sekuritas5. Akuntansi untuk aktivitas pembatasan dan keterjadian6. Akuntansi Peminjaman7. Restruktruasi Pinjaman8. Penurunan Aset Tetap9. Penilaian Goodwill10. Bonus Direktur11. Penilaian Sewa (leases)12. Pendapatan Komprehensif

2.2Standar dan Praktik Akuntansi di Jepang Setelah adanya IFRSPerubahan besar dalam penetapan standar akuntansi di Jepang terjadi pada tahun 2001 dengan pembentukan Badan Standar Akuntansi Jepang atau Accounting Standards Board of Japan (ASBJ) dan lembaga pengawas yang terkait dengannya yang dikenal sebagai Lembaga Akuntansi Keuangan atau Financial Accounting Standards Foundation (FASF). ASBJ kini memiliki tanggung jawab utama untuk mengembangkan standardisasi pembukuan serta panduan implementasinya di Jepang. ASBJ memiliki 13 anggota, tiga di antaranya adalah anggota penuh. Juga terdapat staf teknik penuh untuk mendukung aktivitas tersebut. FASF bertanggung jawab untuk mendanai dan penamaan anggotanya. Pendanaan datang dari perusahaan dan profesi akuntan, bukan dari pemerintah. Sebagai organisasi sector swasta yang independen, ASBJ lebih kuat dan transparan bila dibandingkan dengan BAC, dan memiliki subjek hanya pada segelintir politisi dan saham khusus. ASBJ berkolaborasi dengan IASB dalam mengembangkan IFRS serta pada tahun 2005 meluncurkan proyek bersama dengan IASB untuk menghilangkan perbedaan yang ada antara IFRS dan standardisasi pembukuan Jepang. BAC tetap menjadi penasehat FSA mengenai standardisasi pembukuan dan juga bertanggung jawab untuk membuat standardisasi proses audit. Pada Desember 2009 pihak regulator di Jepang telah membuat perubahan untuk perusahaan yang diperbolehkan untuk penerapan IFRS dari laporan keuangan yang berakhir pada 31 Maret 2010. Pada tahun ini Jepang baru menerapkan IFRS dalam cakupan laporan keuangan konsolidasi. Berikut merupakan syarat yang harus dipenuhi perusahaan untuk memenuhi IFRS di Jepang.

Perusahaan harus menyiapkan laporan konsolidasi dan non konsolidasi berdasarkan Japanese GAAP.NOApakah perusahaan terdaftar di Jepang?

YESSudahkah pengungkapan pada laporan tahunan sekuritas tentang pengukuran telah mengadung informasi yang tepat berdasarkan IFRS?

NO

YES

Sudahkah laporan konsolidasi keuangan dipersiapkan oleh eksekutif ataupun karyawan dengan pengetahuan yang tepat tentang IFRS?

NO

YES

Apakah perusahaan, induk perusahaan atau asosiasinya:Secara periodik telah mengungkapkan informasi menggunakan IFRS berdasarkan hukum dan regulasi yurisprodensial asing.Secara periodik telah mengungkapkan informasi secara IFRS berdasarkan aturan yang dibuat oleh foreign securitas exchange.Sudahkah modal perusahaan tersebut sama atau melebihi 2 M dalam yen Jepang.

NO

YES

Perusahaan telah mengadopsi IFRS untuk laporan keuangan konsolidasinya tetapi masih harus menyiapkan laporan non konsolidasi berdasarkan Japanese GAAP.

NO

IFRS yang digunakan bedasarkan syarat di atas disebut Designated IFRS. Designated IFRS disetujui oleh Financial Service Agency (FSA) secara periodik. Ketika regulator Jepang mengubah perizinan adopsi IFRS yang dibuat pada tahun 2009. Hal ini dimaksudkan untuk mengukuhkan penerapan IFRS sekitar tahun 2012 dan menyiapkan periode transisi minimal tiga tahun sejak 2009. Dengan hal ini diharapkan pada tahun 2015, IFRS dapat diimplementasikan secara sukarela oleh perusahaan-perusahaan. Akan tetapi, pada Juni 2011, Shozaburo Jimi, Menteri Pelayanan Keuangan mengumumkan kepada publik bahwa pengukuhan adopsi IFRS secara resmi tidak akan dilakukan pada bulan Maret 2015 dan dikatakan pula bahwa Jepang masih membutuhkan waktu lima hingga tujuh tahun untuk mengeluarkan mandat mengenai adopsi IFRS. Hal ini tentunya menggambarkan kemunduran dramatis pada sebagian besar perusahaan dalam mengimplementasikan IFRS secara sukarela.Suasana panas terjadi dalam rapat IFRS Advisory Council pada tanggal 18 Juni 2012. Perwakilan Komisi Uni Eropa mempertanyakan apakah masih ada political willJepang untuk mengadopsi IFRS. Jepang yang tadinya sangat semangat pada tahun 2009 untuk mengadopsi IFRS secara penuh dan akan diwajibkan untuk seluruh perusahaan terdaftar di Jepang, berubah haluan.And at the end of the day- lets be honest- these are very technical process. It needs a lot of preparation, its very difficult. Its very technically complex and it can all be done. But at the end of the day- and thats is for your country, that was the same in my country, that will be the same in the US- at the end of the day. It is a political decision. Do you move to a new system or not?tanya perwakilan komisi Uni Eropa Jeroen Hooijer dengan frustasi kepada delegasi Jepang, 18 Juni 2012 di London.Ketika US SEC (Pengawas pasar modal Amerika Serikat) memutuskan pada tahun 2011 untuk mengambil langkah hati-hati dan mengurungkan niatnya untuk mengadopsi penuh IFRS, langkah ini langsung diikuti oleh Jepang. Jepang yang sedianya akan melarang penggunaan US GAAP pada tahun 2015 mengurungkan niatnya dan mengijinkan penggunaan US GAAP untuk jangka waktu yang belum ditentukan. Masyarakat global yang mengharapkan Amerika dan Jepang mewajibkan IFRS dalam waktu dekat tercengang melihat semangat mengadopsi penuh IFRS di dua negara ini menguap dengan cepat.Tak bisa dipungkiri, Jepang dan Amerika Serikat adalah dua negara dengan pasar modal besar dan sangat berpengaruh dalam percaturan standar akuntansi global. Amerika dan Jepang saat ini adalah penyandang dana yang cukup signifikan untuk IASB (penyusun IFRS). Kedua negara ini selalu punya perwakilan sejak IASB masih bernama IASC dulu. Perwakilan kedua negara ini bukan hanya di dewan standar internasional tapi juga duduk di IFRS advisory council, IFRS Foundation dan IFRS monitoring board. Pendek kata, tujuan mencapaiSATUstandar akuntansi global hanya menjadi mimpi utopian tanpa Jepang dan Amerika Serikat.Ketika IASB membuka kantor perwakilan Asia-Oceania di Jepang pada akhir tahun 2012 (kenapa juga bukan di Hong Kong yang mengadopsi IFRS penuh dari tahun 2005?), masyarakat dunia kembali berucap sinis. Why on earth would you open an office in a country that doesnt apply IFRS and it doesnt want to apply it until 2022?tanya Jaroen Hooijer misalnya pada delegasi Jepang. Jawabannya sederhana, karena Jepang sanggup untuk mendanai semua beban operasional kantor perwakilan tersebut. Hal ini kembali membangkitkan keraguan dunia akan independensi IASB dari pendanaan beberapa negara tertentu.Sejak Mei 2013, 20 perusahaan telah mengadopsi IFRS dan hal tersebut telah dipublikasikan. Sedangkan perusahaan lainnya berharap dapat mengikuti hal ini. Meskipun demikian, sekitar 3.600 perusahaan yang terdaftar di pasar modal Jepang masih sangat terbatas yang telah mengimplementasikan IFRS. Tanggal 19 Juni 2013, Business Advisory Council (BAC) Jepang kembali membuat kejutan. Kali ini Jepang membuka pintu lebih lebar untuk perusahaan Jepang menggunakan IFRS. Bila sebelumnya hanya perusahaan yang memenuhi 3 syarat tertentu yang boleh menggunakan IFRS, pada Juni 2013 dua syarat dihapuskan yakni (1) terdaftar di Bursa dan (2) memiliki bisnis atau pembiayaan internasional. Hanya syarat ketiga yakni kemampuan sistem perusahaan membuat laporan keuangan konsolidasian berbasis IFRS yang tetap dipertahankan. Perusahaan yang diperkenankan menggunakan IFRS (selain Japanese GAAP) berkembang di Jepang dari sekitar 600 an perusahaan menjadi lebih dari 4000 perusahan. Saat ini IFRS boleh digunakan untuk perusahaan Jepang yang tidak terdaftar di bursa. Perusahaan yang sudah terlanjur menggunakan US GAAP (sekitar 30 an perusahaan besar yang biasanya jugadual-listeddi pasar modal Amerika) diijinkan untuk terus menggunakan US GAAP.Langkah ini diambil FSA untuk mendorong lebih banyak perusahaan Jepang menggunakan IFRS. Walaupun IFRS sudah diijinkan sejak tahun 2010, sampai Juni 2013 hanya 14 perusahaan Jepang yang secara sukarela menggunakan IFRS dan ini membuat FSA resah. Enam perusahan lainnya sudah memutuskan untuk mengadopsi IFRS tahun 2014. Daftar Perusahaan Jepang yang mengadopsi IFRS per Juni 2013 dapat dilihat di Tabel 1 dan Tabel 2.Tabel 1 : Perusahaan Jepang yang telah mengadopsi IFRS secara sukarela per Juni 2013 (sumber : Interview dengan Japanese FSA)

Nihon Dempa Kogya Co., Ltd. SBI Holdings, Inc Sumitomo Corporation Tosei Corporation Hoya Corporation Rakuten, Inc Nippon Sheet Glass Co., Ltd Chugai Pharmaceutical Co., Ltd Japan Tobacco Inc. Nexon Co., Ltd Anritsu Corporation Monex Group, Inc DeNa Co., Ltd Sojitz Corporation

Tabel 2 : Perusahaan Jepang yang sudah mengumumkan akan menggunakan IFRS (sumber: Interview dengan Japanese FSA)

1. Asahi Glass Co., Ltd (FY 2013 ending December 31, 2013)2. Marubeni Corporation (FY 2013 ending March 31, 2014)3. Softbank Corp (FY 2013 ending March 31, 2014)4. Astellas Pharma Inc (FY 2013 ending March 31, 2014)5. Takeda Pharmaceutical Company Limited (FY 2013 ending March 31, 2014)6. Ono Pharmaceutical Co.Ltd (FY 2013 ending March 31, 2014)

Kebijakan baru BAC, yang merupakan dewan penasehat Japanese FSA, menerbitkan persepsi bahwa Jepang semakin mempromosikan IFRS. Tapi dilain pihak secara bersamaan BAC memutuskan untuk membuat Japanese-endorsed IFRS. Jepang akan mengeluarkan IFRS versi Jepang yang kemungkinan akan mengubah ketentuan IFRS seperti penurunan nilai goodwill menjadi amortisasi yang masih merupakan isu besar di Jepang. Japanese-endorsed IFRS ini menjadi salah satu dari empat pilihan standar akuntansi yang tersedia bagi perusahaan terdaftar di Jepang. Perusahaan terdaftar di Jepang memiliki pilihan : IFRS yang dikeluarkan oleh IASB (atau sering disebut sebagai Pure IFRS oleh Direktur FSA dan anggota ASBJ), Endorsed IFRS, Japanese-GAAP dan US GAAP.Langkah lebih telah diambil baru-baru ini untuk menerapkan adopsi IFRS secara sukarela di Jepang. Interntional Financial Reporting Standars (IFRS) secara hukum dapat dilihat sebagai bahasa global laporan keuangan (the de facto global lenguage for financial reporting). Sejak 9 Desember 2013 sebanyak 101 negara dari 122 telah menerapkan IFRS hampir untuk semua perusahaan dosmetik yang telah terdaftar dan sisanya telah memperbolehkan IFRS diterakan untuk beberapa perusahaan yang telah terdaftar (IFRS Foundation). Meskipun Jepang telah membuat komitmen kepada publik bahwa IFRS adalah standar akuntansi global untuk meningkatkan kualitas, IFRS masih belum di kukuhkan di Jepang. Meskipun demikian langkah-langkah lebih jauh telah diambil untuk penerapan IFRS secara sukarela di Jepang. Munculnya IFRS versi lokal di beberapa negara tentunya menjadi sesuatu yang ingin dihindari oleh IASB. Hal ini bisa memberikan signal bahwa IFRS tidak bisa menjawab isu lokal sehingga dewan standar akuntansi lokal memutuskan mengubah IFRS untuk menyesuaikan dengan kepentingan lokal. Bila dewan standar lokal membuat standar karena IFRS tidak mengatur, seperti misalnya standar akuntansi syariah di Indonesia, mungkin bisa dimaklumi. Namun yang akan dilakukan Jepang adalah mengubah ketentuan IFRS dengan ketentuan yang bertentangan.Japanese FSA meyakinkan mengatakan bahwaJapanese-endorsed IFRShanyalah solusi sementara sebagai jembatan untuk perusahaan Jepang yang nantinya akan mengadopsi penuh IFRS versi IASB. Proses endorsement IFRS di Jepang akan berjalan paralel dengan proses harmonisasi Japanese-GAAP ke IFRS yang saat ini masih terus berlangsung. Japanese-endorsed IFRS dirasakan perlu karena Japanese GAAP memiliki struktur yang sangat berbeda dengan IFRS sehingga walaupun Japanese GAAP sedang berharmonisasi dengan IFRS, sangat sulit melakukan pemetaan antara Japanese GAAP dan IFRS karena struktur yang berbeda ini.Sesuatu yang merupakan solusi sementara di Jepang bisa berarti pemberlakukan bertahun-tahun. Penggunaan US GAAP untuk laporan keuangan konsolidasi dulunya juga merupakan solusi sementara pada athun 1970-an karena saat itu Jepang tidak memiliki standar akuntansi untuk konsolidasi. Dan solusi sementara ini sudah berjalan lebih dari 40 tahun, walaupun Jepang sudah memiliki standar akuntansi untuk konsolidasi, US GAAP masih diijinkan untuk terus digunakan entah sampai kapan.

Kronologis perkembangan IFRS di Jepang

Pengumumam penunjukkan anggota ASBJ (20 Maret 2013)Organisasi Standar Akuntansi Keuangan Jepang (Financial Accounting Standards Foundation - FASF) mengumumkan penunjukan baru dan penunjukkan kembali 13 anggota ASBJ periode tiga tahun masa jabatan.

BAC melakukan pertemuan untuk membahas ringkasan IFRS (26 Maret 2013)Pertemuan dilakukan untuk merumuskan berbagai pertimbangan pemakaian IFRS di Jepang. Pertemuan ini merupakan pertama kalinya sejak Desember 2012 dengan pembaharuan komposisi BAC (sekitar 10 dari 30 anggota telah diubah). Tidak ada konsesus dalam pertemuan ini. BAC berharap akan ada kelanjutan pertimbangan di pertemuan di masa datang

BAC Mempercepat Diskusi mengenai IFRS (24 April 2013)BAC Jepang melakukan pertemuan kembali untuk mengulas pertimbangan-pertimbangan penerapan IFRS di Jepang.

BAC Jepang berdiskusi mengenai tujuan spesifik untuk mempublikasikan implementasi IFRS di Jepang (29 Mei 2013)Pertemuan ini dimaksudkan untuk melanjutkan pertimbangan mengenai pemakaian IFRS di Jepang. Tidak ada keputusan yang dibuat selama pertemuan berlangsung Dalam pertemuan ini pula terdapat debat antar anggota BAC mengnai langkah strategik yang harus dilakukan selanjutnya.

IFRS Foundation mempublikasikan yurisdiksi pemakaian IFRSs (5 Juni 2013)IFRS Foundation telah mempublikasikan pada laman web nya mengenai detail informasi adopsi IFRS untuk SMEs di seluruh anggota G20 dan 46 anggota lainnya.

Japan's Business Accounting Council melanjutkan diskusi mengenai IFRS (13 Juni 2013)BAC pada 12 Juni melanjutkan rapat pertimbangan penggunaan IFRS di Jepang. Meskipun pertemuan lalu telah menganjurkan bahwa pertemuan ini menjadi pertemuan final untuk mencapai kesepakatan , BAC tetap mengulas lebih jauh dan detail seputar tiga spesifikasi untuk mempublikasikan IFRSs di Jepang. Sebagai hasilnya, tidak asa keputusan yang diambil dalam pertemuan ini.

G8 menitikberatkan pada kebutuhan transparansi pada pemakaian sumber daya(19 Juni 2013)Pertemuan di Lough Erne di Irlandia Utara pada 17-18 Juni 2013, The Group of Eight (G8) Kementrian Keuangan berdiskusi mengenai Pajak, Perdagangan dan Transparansi dan persetujuan untuk memastikan kemanfaatan yang didapatkan dari sumber daya alam di berbagai negara dengan peningkatan transparansi hak industri dan lahan mereka

BAC melaporkan rekomendasi lebih baik pemakaian IFRS di Jepang (21 Juni 2013).Japans Business Accounting Council (BAC) bertemu kembali pada 20 juni. BAC memberikan laporan final bedasarkan serangkaian diskusi BAC. Laporan tersebut merekomendasikan beberapa pengukuran dan empat set standar akuntansi yang dapat digunakan perusahaan publik di Jepang, tetapi tidak bersifat mandat, penggunaan IFRSs atau IFRS bedasarkan standar Jepang.

BAC merekomendasikan pemakaian IFRS yang lebih baik dengan menyediakan dalam translasi bahasa inggris (1 Juli 2013)

Jepang mengizinkan adopsi IFRS secara sukarela (27 Agustus 2013)FSA telah merilis anjuran untuk mengizikan pengembangan penggunaan IFRS secara lebih luas untuk laporan konsolidasi perusahaan di Jepang. Anjuran tersebut akan diterapkan lebih dini bedasarkan rekomendasi BAC untuk mempermudah persyaratan dalam mengadopsi IFRS di Jepang.

Perkembangan Pengesahan IFRS di Jepang (Development of endorsed IFRS in Japan)( 29 September 2013)ASBJ telah mempublikasikan di laman web nya dalam bahasa inggris mengenai pesan ketua ASBJ, Ikuo Nishikawa seputar 'Development of endorsed IFRS'.

FASB and ASBJ mengadakan pertemuan (18 Oktober 2013)Pertemuan ke-15 antara FASB dan ASBJ yang diadakan di Tokyo 15-16 Oktober 2013 diadakan guna saling bertukar pandangan mengenai perkembangan standar akuntansi global yang bermutu tinggi.

Perizinan penggunaan IFRS secara sukarela di Jepang (29 Oktober 2013)FSA telah merevisi peraturan penerapan IFRS yang berdampak pada naiknya jumlah perusahaan yang secara sukarela mengadopsi Japanese IFRS yang identik dengan IFRS. Segera setelah itu, Jepang mengizinkan perusahaan yang telah terdaftar untuk menggunakan IFRSs yang telah di desain pada laporan keuangan konsolidasi.

Taksonomi IFRS di Jepang (20 Desember 2013)

Japan merancang tambahan IFRSs (29 Desember 2013)Pada 27 Desember 2013, FSA Jepang mengumumkan bahwa tambahan IFRSs yang dirancang digunakan oleh perusahaan yang menerapkan IFRSs secara sukarela di Jepang. Pengumuman ini berlaku efektif untuk semua keputusan IASB setelah 31 Oktober 2013.

Jepang bermaksud menyederhanakan persyaratan pengungkapan (14 Januari 2014)FSA Jepang telah memberikan tanggapan mengenai usulan untuk menyederhakan penyajian dan persyaratan pengungkapan terpisah untuk laporan keuangan yang dipersiapkan bedasarkan Japanese GAAP. Usulan tersebut telah dikembangkan bedasarkan rekomendasi pada Juni 2013 oleh BAC Jepang, Aturan baru dalam penggunaan IFRS. Kepala IFRS Foundation optimis terhadap konvergensi dan adopsi IFRSs (11 Maret 2014)Pada pidatonya di Forum of the Gulf Cooperation Council Accounting and Auditing Organization ke-8 di Riyadh, Saudi Arabia, Michel Prada, Ketua IFRS Foundation menyampaikan perkembangan menuju IFRS sebagai standar global dan evolusi IASB.

Mantan Anggota IASC menjasi Ketua Standar Jepang (17 Maret 2014)FASF telah mengumumkan bahwa Yukio Ono akan menjadi ketua ASBJ selanjutnya

Dengan demikian, perusahaan publik di Jepang kemungkinan memiliki empat standar akuntansi yang dapat digunakan pada laporan konsolidasinya:1. Designated IFRSs2. Endorsed IFRSs3. Japanese GAAP, atau4. US GAAP.

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setiap negara memiliki sistem dan praktik akuntansi yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik faktor internal maupun ekternal, seperti inflasi, budaya, agama, apun kondisi politik. Jepang sebagai salah satu negara maju di dunia memiliki sejarah perkembangan sistem dan praktik akuntansi yang perlu disoroti. Tidak hanya itu, Jepang memiliki peran yang cukup signifikan dan berpengaruh di kancah perekonomian internasional merupakan sasaran yang cukup menarik bagi kalangan investor asing untuk berinvestasi. Melihat hal-hal demikian akan semakin terlihat penting untuk mempelajari sistem dan praktik akuntansi di Jepang. Sistem dan praktik akuntansi di Jepang sebelum mengglobalnya IFRS cenderung berkiblat ke United State. Hal ini terlihat dari Japanese GAAP, yang relatif lama digunakan dalam sistem akuntansi di Jepang. Eksistensi dan usaha implementasi IFRS di Jepang sendiri terus digalakan meskipun pada faktanya Jepang belum berani mengeluarkan mandat untuk pemakaian IFRSs di Jepang sebagai standar akuntansi. Saat ini, IFRS yang berlaku di Jepang bukanlah IFRSs murni, melainkan adanya penyesuaian terhadap kondisi lokal, Japanese IFRS atau designed IFRS.

DAFTAR PUSTAKA

Frederick D.S.Choi, Gary K.Meek. 2010. International Accounting. Buku 1. Edisi 6. Salemba Empat: Jakarta.Rui Chen. 2009. International Accounting Standards: Future Adoption of IFRS in Japan and the Japanese Accounting System. Degree thesis of business economics. University of Gothenburg. h.25-29. Sudung M,Manurung. Keiretsu dan Peranannya dalam Perekonomian Jepang: Analisis Budaya terhadap Sistem Keiretsu. Universitas Indonesia: Jakarta.Ernest and Young. JGAAP IFRS Comparison. English Version. h. 7-15. www.ifrs.org.com

24