interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/bab i, v, daftar...

50
INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS DI LINGKUNGAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Sosiologi (S.Sos) Disusun Oleh: ANISA TIRTA KUSUMA SARI NIM. 10720002 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

Upload: hoangcong

Post on 14-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS DI LINGKUNGAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN

NARKOTIKA KELAS II A YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Sosiologi (S.Sos)

Disusun Oleh:

ANISA TIRTA KUSUMA SARI NIM. 10720002

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2014

Page 2: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga
Page 3: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga
Page 4: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga
Page 5: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

v

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

높은기대치야말로모든것의열쇠다

nopheun gidaechiyamallo modeun geoseui yeolsweida

Harapan yang tinggi adalah kunci dari segalanya

기억하라.

뭔가다른결과를원한다면뭔가다른일을해야한다는것을

gieokhara. mweonga dareun gyeolgwareul wonhandamyeon

mwongadareun ireul haeya handaneun goseul

Jika menginginkan hasil yang berbeda, lakukanlah sesuatu yang berbeda

당신자신을믿어라, 그러면그무엇도당신을막지못할것이다

dangsin jasineul mideora, geureomyeon geu mueotdo dangsineulmakji

mothal gosida

Percaya pada dirimu sendiri, dan kamu tidak akan tergantikan

J u b e n t u o o c i o s a u n a b e j e s ,

t r a b a j o s a

Manfaatkanlah waktu selagi muda, agar tidak lelah dimasa tua

C a m a r o n q u e s e d u e r m e s e l o l a ,

l l e b a c o r r i e n t e

Jangan menunda suatu hal, jika tidak ingin kehilangannya

M e j o r s o l o q u e m a l a c o m p a n a d o

Lebih baik dalam kesendirian yang lebih bermanfaat

Page 6: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

vii

Karya Tulis Ini Aku Persembahkan Kepada

Almamaterku Tercinta UIN Sunan Kalijaga

Keluarga Besar Fishum

Dosen-Dosen Prodi Sosiologi yang Selalu Memberikan Nasehat Terbaik

Mamaku Tercinta yang Selalu Ada Untukku

Kakak, Adik, Keponakan yang Selalu Bersamaku

Sahabat yang Memberikan Motivasi Selama Menyusun Skripsi Ini

Keluar ga Besar Lapas Narkotika Pakem, Dan

Semua Orang yang Telah Banyak Membantu Hingga Skripsi Ini Selesai Disusun...

Gansahamnida;)

Page 7: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

viii

KATA PENGANTAR

��� ا ا���� ا�����

��� أ��� أن إ � إا� وأ��� أن �� �ل ا� وا ��ة وا ��م ا ��� � رب ا�����ا ر���� و$#" أ � و!� � أ����� �%��� "#$. ��& �� أ

Puji dan syukur dihaturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya sehingga skripsi ini

selesai disusun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan atas baginda

Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia menuju jalan

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Alhamdulillahirabil’alamin, merupakan kata yang tepat setelah

skripsi ini selesai disusun. Penyusunan skripsi ini disadari masih sangat jauh

dari kesempurnaan serta banyak kekurangan baik dari segi bahasa, isi maupun

penyajian. Penyusunan skripsi ini dicurahkan dengan segenap tenaga dan

pikiran yang ada dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca,

terlebih lagi bagi pemenuhan syarat sebagai karya ilmiah memperoleh gelar

sarjana strata satu Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan,

bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati diucapkan terima kasih dengan penuh hormat dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dudung Abdurrahman selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang tak lupa memberikan motivasi untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan cepat.

2. Bapak Dadi Nurhaedi selaku Kaprodi Sosiologi, terimakasih sekali untuk

bantuan dan segala kemudahan serta kesempatan yang diberikan kepada

saya sehingga dapat menyelsaikan skripsi ini sebaik mungkin.

Page 8: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

ix

3. Ibu Ambar Sari Dewi S.Sos, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik

Sosiologi 2010 yang banyak memberikan bimbingan serta arahan pada

penyusunan skripsi semua mahasiswanya.

4. Ibu Muryanti M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

tenaga, ide/pikiran dan waktu dalam memberikan bimbingan dan

pengarahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terwujud.

5. Dosen-dosen Prodi Sosiologi lainnya Pak Zainal, Pak Musa, Bu Sulis,

Pak Yayan, Pak Norma, dan Bu Napsiah yang selalu tak henti-hentinya

memberikan semangat, motivasi, nasehat, bantuan, masukan yang sangat

bernilai untuk kelancaran skripsi ini. Amal baik bapak dan ibu semua

semoga diganti oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.

Amin.

6. Bapak dan Ibu TU serta seluruh karyawan yang menjadi bagian dari

keluarga besar FISHUM sebagai tempat interaksi penulis selama

menjalani studi untuk memperoleh gelar S.Sos. Saya haturkan terima

kasih yang sebesar-besarnya untuk bantuan yang tak terhitung jumlahnya

selama tiga tahun terakhir ini.

7. Terima kasih dari hatiku yang paling dalam untuk Almarhum Bapak dan

Mamaku tercinta yang dalam situasi apa pun tidak pernah lelah dan

berhenti mengalirkan motivasi, rasa cinta dan kasih sayang, beserta do’a

dan fasilitas yang diberikan, semoga Allah membalas semua dengan

surga-Nya.

8. Kepada ketiga kakak perempuanku yang selalu sabar menghadapi

adiknya yang unik dan kepada satu-satunya adik laki-lakiku yang

pengertian dan selalu menyayangiku, terima kasih atas do’anya.

9. Kepada drama-drama korea dan lagu-lagunya yang selalu menghibur dan

mengurangi kebosananku disela-sela menulis skripsi serta memberi

motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini

10. Kepada kakak iparku yang paling baik hati “Omet” terimakasih banyak

telah mengorbankan waktu, tenaga, materi, dll untuk selalu setia

mengantarku penelitian ke Lapas Narkotika yang sangat jauh dari rumah

Page 9: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

x

ditengah-tengah kesibukannya bekerja, kuliah, dan menjadi ayah baru

bagi keponakanku tersayang. Hanya Allah SWT yang dapat membalas

segala kebaikanmu.

11. Kepada seluruh keluarga besar Lapas Narkotika baik pegawai dan

narapidananya yang sudah menerimaku dengan sangat baik dan sudah

banyak membantu serta bersedia menjadi informan untuk penyusunan

skripsi ini. Terima kasih banyak atas kerjasama, bantuan, serta

informasinya selama ini.

12. Untuk kedua sahabat terbaik sejagat raya Ninda dan Farah. Terima kasih

atas waktu dan semangat yang diberikan untuk mendengarkan keluh

kesah selama menyusun skripsi ini sampai selesai. Semoga kalian juga

sukses dengan skripsi masing-masing.

13. Teman-teman seperjuangan Sosiologi angkatan 2010, yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu. Proses interaksi kita selama bersama akan selalu

indah untuk dikenang.

Kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk

perbaikan skripsi yang sederhana ini, dan pada akhirnya diharapkan

penelitian ini berguna khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi semua

yang membaca dan mengkaji skripsi ini.

Dengan do’a yang tulus, semoga amal kebaikan yang telah

diberikan dapat diterima di sisi Allah SWT, serta mendapat balasan dengan

limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Yogyakarta, 20 Januari 2014

Penyusun,

Anisa Tirta Kusuma Sari NIM. 10720002

Page 10: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data Pegawai Lapas Narkotika Kelas II A

Yogyakarta berdasarkan Pendidikan……………………................ 42

Tabel 2 : Data Pegawai Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta berdasarkan Jenis Kelamin………………............

43

Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tebel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15

: : : : : : : : : : : : :

Data Pegawai Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta berdasarkan Status Kepangkatan.............................. Klasifikasi WBP berdasarkan Usia……………………................... Klasifikasi WBP berdasarkan Agama………..………………........ Klasifikasi WBP berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir…………………………………………………………… Klasifikasi WBP berdasarkan Masa Pidana yang Dijalani………………………………………………...………….. Klasifikasi WBP berdasarkan Profesi Sebelum Menghuni Lapas Narkotika……………………………………..… Jadwal Pembinaan Rohani Bagi WBP Muslim di Masjid At-Taubat……………………………………… Jadwal Pembinaan Rohani Bagi WBP Nasrani di Gereja Kalvari………………………………………………..… Jadwal Kegiatan Olahraga WBP Untuk Mengisi Waktu Luang..… Rekapitulasi Pemeriksaan WBP Lapas Narkotika Selama Bulan November 2013………………………………….… Jenis Interaksi yang Dilakukan Oleh WBP ODHA pada Kegiatan Formal yang Diikutinya…………………………… Bentuk Front Stage yang Ditampilkan Antara WBP ODHA dan Masyarakat yang Berada di Lingkungan Lapas………………. Bentuk Back Stage yang Ditampilkan Antara WBP ODHA dan Masyarakat yang Berada di Lingkungan Lapas……………….

45 55 56 58 60 62 68 69 73 104 120 132 133

Page 11: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Gambar peta Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta

…… 29

Gambar 2 : Gambar WBP muslim yang sedang melaksanakan sholat Jum’at di Masjid At-Taubat …… 68

Gambar 3 : Gambar petugas lapas yang sedang melakukan briefing, pengecekan, dan WBP yang mendapat kunjungan dari keluarga …..... 71

Gambar 4 : Gambar petugas lapas yang sedang melakukan interview terhadap salah satu calon WBP seputar kondisi kesehatannya …… 104

Gambar 5 : Gambar hak & kewajiban WBP yang ditempel di ruang Bimkeswat …… 110

Gambar 6 : Gambar menu makan yang diperoleh seluruh WBP …… 110 Gambar 7 : Gambar Sistem Data Base Pemasyarakatan …… 111 Gambar 8 : Gambar blok/paviliun Bougenville …… 112 Gambar 9 : Gambar penyuluhan zero discrimination

bagi WBP yang bekerjasama dengan Yayasan Kembang …… 117

Gambar 10 : Gambar petugas dan staf Lapas Narkotika ketika mendapatkan edukasi tentang penanganan HIV/AIDS …… 117

Gambar 11 : Gambar peneliti sedang mewawancarai Ibu Pupung Rahayu …… 118

Gambar 12 : Gambar lingkungan Lapas Narkotika tempat WBP ODHA menjalani aktifitas dan interaksi dengan masyarakat di dalamnya …… 121

Gambar 13 : Gambar petugas tim penanggulangan HIV/AIDS Lapas Narkotika yang sedang memberikan edukasi cara pencegahan dan gejalanya …… 135

Gambar 14 : Gambar peneliti sedang mewawancarai Bapak Tri Suwarno …… 144

Page 12: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Bagan Struktur Organisasi Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta……………………………………………………

41

Page 13: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ......................................................................... ii

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .................................................. iv

HALAMAN MOTTO .............................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

DAFTAR TABEL .................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR BAGAN ................................................................................... xii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii

ABSTRAK ............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 10

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 11

E. Telaah Pustaka ................................................................... 11

F. Landasan Teori .................................................................. 16

G. Metode Penelitian .............................................................. 19

H. Sistematika Pembahasan .................................................... 26

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis Lapas Narkotika ....................................... 28

B. Sejarah Singkat .................................................................. 29

C. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Berdirinya Lapas .............. 32

D. Staf Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta ...................... 35

E. Struktur Organisasi Lapas Narkotika .................................. 40

F. Keadaan Pegawai di Lapas Narkotika ................................ 42

Page 14: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

xv

G. Sarana dan Prasarana yang Ada di Lapas Narkotika ........... 47

H. Program Pembinaan di Lapas Narkotika ............................ 49

I. Komitmen Petugas & Harapan Lapas Narkotika ................ 52

J. Klasifikasi Narapidana ....................................................... 54

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DI LAPAS NARKOTIKA KELAS II A

YOGYAKARTA

A. Kegiatan Keseharian WBP di Lapas Narkotika .................. 63

B. Profil WBP ODHA yang Ditahan di Lapas Narkotika ........ 77

C. Profil Informan yang Berinteraksi dengan WBP ODHA .... 90

D. Kehidupan Sosial di Lapas Narkotika ................................ 96

BAB IV INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS DI

LINGKUNGAN LAPAS NARKOTIKA

A. Kondisi WBP ODHA di Lapas Narkotika .......................... 102

B. Peran Lapas untuk Melindungi WBP ODHA agar tidak

Terdiskriminasi .................................................................. 115

C. Interaksi Sosial yang Dilakukan WBP ODHA dengan Masyarakat

Lingkungan Lapas Narkotika ............................................. 119

D. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Masyarakat Lingkungan

Lapas Enggan Berinteraksi Terhadap WBP ODHA ............ 137

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................. 149

B. SARAN ............................................................................ 150

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 153

LAMPIRAN

Page 15: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

xvi

ABSTRAK

Narapidana yang menjalani hukuman di lapas hidup dalam lingkungan yang serba sulit dan terbatas. Terdapat kode-kode dan aturan tersendiri yang harus dipatuhi oleh seluruh orang yang terlibat di dalamnya. Hal ini berakibat pada sulitnya interaksi sosial yang harus dijalani oleh seluruh narapidana, terlebih narapidana pengidap HIV/AIDS. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ODHA dapat kita jumpai di Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta. Dari 268 WBP, 5 diantaranya mengidap virus yang sangat mematikan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana seorang narapidana yang mengidap HIV/AIDS dapat berinteraksi di lingkungan lapas tempat ia menjalani hukuman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Teori yang di gunakan untuk menganalisis masalah penelitian adalah Dramaturgi yang dipopulerkan oleh Erving Goffman. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi, metode wawancara mendalam (dept interview) dan metode dokumentasi. Adapun analisis data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang telah terkumpul dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan lain sebagainya.

Hasil penelitian ini adalah interaksi sosial yang dilakukan narapidana pengidap HIV/AIDS di lingkungan lapas terjadi layaknya dalam pertunjukan drama. Jika mereka berinteraksi secara langsung, mereka melakukan interaksi secara wajar dan memperlakukan WBP ODHA tersebut layaknya seperti WBP normal pada umumnya. Namun sesungguhnya mereka masih belum dapat menjalani interaksi secara terbuka, karena masih terdapat batasan-batasan tertentu yang harus mereka jaga. Begitupun sebaliknya, WBP ODHA di hadapan orang-orang di sekitarnya bergaul layaknya bagian dari masyarakat normal. Namun sebenarnya ia juga masih merasa belum dapat diterima seutuhnya oleh masyarakat lingkungan lapas akibat penyakit yang ia derita ini. Faktor yang melatarbelakangi orang-orang di lingkungan lapas masih enggan untuk tulus berinteraksi tanpa merasa risih dengan WBP ODHA ada 3 yaitu. Pertama, adanya stigma negatif yang mereka percaya bahwa virus HIV/AIDS adalah penyakit yang mematikan dan belum ada obatnya. Kedua, adanya ketakutan dari masyarakat lingkungan lapas, akan peristiwa yang pernah terjadi di Lapas Narkotika, yaitu meninggalnya 2 orang WBP di lapas akibat mengidap penyakit HIV/AIDS dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Ketiga, adanya perasaan risih ataupun jijik jika harus bergaul dengan seorang ODHA karena orang-orang di lingkungan lapas menganggap penyakit tersebut sebagai penyakit yang “kurang bermoral”.

Kata Kunci : Narapidana, Interaksi Sosial, WBP ODHA, dan Lapas Narkotika

Page 16: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat),

sehingga setiap peristiwa yang terjadi di Indonesia akan diselesaikan

berdasarkan hukum yang berlaku. Tak terkecuali peristiwa yang terjadi di

dalam kelompok sosial tertentu. Hukum merupakan abstraksi dari interaksi

sosial yang dinamis di dalam kelompok sosial tersebut. Interaksi sosial yang

berjalan dinamis, lambat laun akan berubah menjadi nilai-nilai sosial, yaitu

konsep abstrak tentang hal-hal yang dianggap baik dan dianggap buruk yang

hidup dalam pikiran sebagian besar masyarakat.1

Seseorang yang melanggar hukum, maka ia dianggap melakukan

tindakan kejahatan dan perlu dijatuhi hukuman. Masyarakat akan

mengidentikan orang yang melakukan tindak kejahatan sebagai penjahat,

sehingga bayangan orang tentang kehidupan di penjara adalah suatu hal yang

serba tidak menyenangkan. Karena bukan hanya melambangkan penderitaan

fisik bagi si terkena hukuman, tetapi juga jatuhnya harga diri atau sanksi yang

telah diberikan oleh masyarakat. Sehingga, jika seseorang sudah

mendapatkan cap sebagai terhukum, maka ia akan sekaligus mendapat

penderitaan ganda. Mendapatkan sanksi hukum, dan sanksi sosial.2

1 Zulfatun, Ni’mah, Sosiologi Hukum: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Teras, 2012),

hlm. 74 2Abdulsyani, Sosiologi Kriminalitas, (Bandung: Remadja Karya, 1987), hlm.17-18

Page 17: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

2

Narapidana3 selama menjalani masa hukuman di dalam lapas kerap

terlibat kerusuhan dan konflik, baik dengan sesama narapidana maupun

dengan orang-orang yang berada di lingkungan lapas. Kerusuhan pernah

terjadi di beberapa lapas di Indonesia, seperti di Lapas Labuhan Ruku,

Kabupaten Batubara, Sumatera Utara pada 17 Agustus 2013 yang lalu.

Kerusuhan ini diawali saat dilakukan pemindahan 49 narapidana dari Lapas

Lubuk Pakam ke Lapas Labuhan Ruku. Diantara narapidana yang

dipindahkan tersebut, ada 5 narapidana yang menjadi provokator pembuat

kerusuhan. Akibat peristiwa kerusuhan tersebut telah menyebabkan sejumlah

ruangan terbakar, sipir terluka, dan kaburnya 30 narapidana.4

Sebelumnya, pada tanggal 27 Juli 2013 juga nyaris terjadi kerusuhan

di Lapas Kelas II Binjai. Kerusuhan tersebut dipicu karena ada keterlambatan

pasokan makanan selama bulan puasa. Beberapa warga binaan sempat protes

dan membuat kericuhan karena beberapa hari jadwal makan yang seharusnya

mereka peroleh menjadi tidak teratur dan narapidana non muslim juga

kehabisan pasokan makanan selama Ramadhan. Hal ini terjadi karena Lapas

Kelas II Binjai mengalami over kapasitas yang seharusnya hanya berdaya

tampung 274, namun sekarang berjumlah 891 warga binaan.5

Kerusuhan di lapas, belum lama ini juga terjadi di Lapas Kelas II A

Palopo, Sulawesi Selatan. Peristiwa tersebut diawali saat Kalapas Palopo

3Narapidana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang sedang

menjalani hukuman karena tindak pidana 4http://www.harianjogja.com/baca/2013/08/18/rusuh-di-penjara-sipir-dipukul-lp-dibakar-

25-warga-binaan-kabur-438832 diakses tanggal 16 Oktober 2013 pukul 11.23 WIB 5http://jogja.tribunnews.com/2013/07/27/lagi-kerusuhan-nyaris-terjadi-di-lapas-binjai

diakses tanggal 17 Oktober 2013 pukul 13.14 WIB

Page 18: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

3

melakukan kontrol keliling ke masing-masing blok pada hari Sabtu tanggal

14 Desember 2013 pukul 10.30 WITA. Pada saat Kalapas tersebut menegur

salah satu narapidana residivis di ruang isolasi, tiba-tiba narapidana tersebut

memukul kepala Kalapas dan Kasubsi bidang Keamanan dan Ketertiban

sehingga keduanya menjadi korban.

Tidak lama berselang setelah Kalapas dilarikan ke rumah sakit,

narapidana tersebut memprovokasi teman-temannya untuk membakar gedung

kantor. Amukan dan pembakaran ini dilakukan karena tuntutan narapidana

akan pencopotan jabatan Kalapas Sri Pamudji dan penutupan pintu sel pada

pukul 22.00 WITA. Kerusuhan akhirnya baru dapat dihentikan pukul 13.30

WITA ketika ratusan aparat gabungan TNI-POLRI dapat mengamankan

situasi. 6Adanya kasus kerusuhan dan konflik yang terjadi di dalam lapas,

mengindikasikan bahwa masih banyak permasalahan yang belum dapat

diatasi untuk mencegah perbuatan tercela tersebut.

Beragam faktor menjadi pendorong tindak kerusuhan dan konflik

yang disebabkan oleh narapidana, seperti over kapasitas di dalam lapas, tidak

mendapat kunjungan dari pihak keluarga, masyarakat yang selalu

memberikan stigma negatif pada diri narapidana, dan tingkat perekonomian

yang tidak layak. Berbagai penyebab tersebut dapat membuat interaksi sosial

yang dilakukan narapidana dengan lingkungannya menjadi kurang harmonis.

Layaknya masyarakat pada umumnya, para narapidana juga menginginkan

kehidupan yang nyaman selama berada di dalam lapas. Namun karena

6http://regional.kompas.com/read/2013/12/15/2228004/Ini.Tuntutan.Napi.Lapas.Palopo.yang.Jadi.Pemicu.Kerusuhan. diakses pada tanggal 16 Desember 2013, pukul 13.30 WIB

Page 19: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

4

keterbatasan tempat dan fasilitas, tidak jarang sesama narapidana saling

berkelahi untuk mendapatkan tempat tidur yang lebih luas, mencuri uang

milik temannya, dan melakukan pemerasan terhadap narapidana lainnya.7

Sebuah lapas sejatinya dibangun untuk memberikan jaminan

keamanan kepada masyarakat luas agar terhindar dari tindak kejahatan dan

perbuatan tidak menyenangkan dari seorang penjahat.8 Sehingga adanya

lembaga pemasyarakatan ini merupakan respon dinamis dari masyarakat

tersebut untuk menjamin keselamatan dan keamanan lingkungannya sendiri.

Karena para penjahat yang dapat meresahkan masyarakat tersebut sudah

ditempatkan dalam suatu lembaga pemasyarakatan.9 Di dalam lapas

narapidana dibina dan diberikan pengarahan agar tidak mengulangi

perbuatannya di kemudian hari.

Kehidupan antar sesama narapidana di dalam lapas memiliki

kebudayaannya tersendiri. Terdapat norma-norma, hukum-hukum, kontrol,

dan sanksi-sanksi sosial yang berbeda dengan lembaga lain.10 Ada bahasa

dengan logat dan kode-kode sendiri yang digunakan antar sesama narapidana.

Kode-kode tersebut mereka gunakan sehari-hari sehingga sudah menjadi

bagian dari gaya hidup mereka selama menjalani hukuman di dalam lapas.

Tentu saja logat-logat yang telah disepakati bersama dipakai agar sesama

narapidana lebih leluasa menjalani komunikasi tanpa diketahui oleh pegawai

7Astrid Azizy, Faktor Penyebab Terjadinya Kerusuhan Dan Anarkhi Serta Upaya

Penanggulangannya Di Rumah Tahanan Negara (Studi Di Rumah Tahanan Negara Kelas I Surabaya), skripsi (Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang)

8 Menurut kamus bahasa Indonesia.org, penjahat diartikan sebagai orang yang jahat (seperti pencuri, perampok, dll)

9 Kartini, Kartono, Patologi Sosial 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.195 10 Ibid.,hlm.195

Page 20: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

5

yang mengawasi mereka. Berbagai macam pengelompokan dan stratifikasi

juga digunakan antar sesama narapidana, hal tersebut dapat memicu

terjadinya konflik sosial yang bersifat terbuka maupun yang sifatnya laten.

Seperti pembedaan perlakuan untuk narapidana senior, kasus yang sedang

dijalani, dan narapidana yang mengidap penyakit tertentu.11

Interaksi dan komunikasi yang dilakukan pegawai administrasi dan

pimpinan dengan narapidana sangat jarang dilakukan, kecuali jika petugas

tersebut melakukan pemeriksaan dan interogasi terhadap para narapidana.12

Sedangkan pengawasan internal di antara narapidana, dilakukan oleh para

tawanan sendiri. Petugas secara berkala melakukan pemeriksaan terhadap

narapidana setidaknya tiga kali dalam satu bulan. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara narapidana yang akan diperiksa bergantian masuk ke dalam

ruang Bimkeswat.13

Lapas di Indonesia masih jarang difasilitasi tempat untuk

merehabilitasi para pengguna narkoba. Sehingga pada akhirnya seseorang

yang menyalahgunakan obat-obatan terlarang, harus dimasukan ke dalam

lembaga pemasyarakatan yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Sejauh

ini, baru Lapas Cipinang yang sudah menyediakan tempat untuk

merehabilitasi para pecandu narkoba.14 Hal ini membuat semakin banyak

narapidana yang menghuni sebuah lapas berasal dari tahanan narkotika.

11 Hasil wawancara dengan salah satu Narapidana berinisial “H”, terkait dengan adanya

kode-kode tertentu yang digunakan di dalam lapas, pada hari Rabu, 27 November 2013, pukul 08.30 WIB

12 Ibid.,hlm.195 13 Bimkeswat adalah kepanjangan dari Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan 14http://www.tribunnews.com/regional/2013/10/01/bnn-semua-lapas-bakal-dilengkapi-

tempat-rehabilitasi-narkoba diakses tanggal 14 November 2013 pukul 13.00 WIB

Page 21: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

6

Sedangkan menurut Undang-undang no.35 Tahun 2009 tentang narkotika

menyatakan pengguna narkoba harus direhabilitasi.15 Sebab, jika para

pecandu narkotika mendapat hukuman penjara, justru kondisinya akan

semakin memprihatinkan. Indikasinya adalah bisa jadi setelah mereka bebas

akan menjadi bandar atau pengguna narkotika kembali, karena yang kerap

ditemukan justru tempat tahanan di dalam lapas menjadi pusat peredaran dan

memproduksi narkotika.16

Lingkungan lapas yang serba terbatas dan tertekan tersebut juga harus

dialami narapidana penyandang status sebagai ODHA.17 HIV18/AIDS19 secara

harfiah dikatakan sebagai kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya

sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga penderita mudah terserang

penyakit bahkan yang paling ringan sekalipun. Penyakit ini dapat disebabkan

melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril, berganti-ganti pasangan

seksual, antara ibu dan bayi selama masa hamil, kelahiran, dan masa

menyusui serta lewat transfusi darah yang sebelumnya telah terkontaminasi.20

15http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt522462becd90a/bnn-diharapkan-

membangun-lebih-banyak-tempat-rehabilitasi diakses tanggal 14 November 2013 pukul 13.30 WIB

16Ibid http://www.tribunnews.com/regional/2013/10/01/bnn-semua-lapas-bakal-dilengkapi-tempat-rehabilitasi-narkoba diakses tanggal 14 November 2013 pukul 13.00 WIB

17 ODHA adalah singkatan dari kata orang dengan HIV/AIDS. Istilah orang dengan HIV/AIDS apabila disingkat yaitu menjadi ODHA. Akronim ODHA (orang dengan HIV/AIDS) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia

18 HIV adalah kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus : Virus yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia

19 AIDS adalah kepanjangan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome : Sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh virus yang disebut HIV

20Disampaikan dalam seminar yang di bawakan oleh dr. Purwanto dengan tema Mengenal Infeksi HIV/AIDS (Penularan dan Pencegahan) yang bertempat di Puskesmas Mantrijeron pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 09.30 WIB

Page 22: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

7

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti oleh

masyarakat. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI sampai 6 September 2013 di

Daerah Istimewa Yogyakarta kasus HIV sebanyak 1.693 jiwa, sementara

AIDS sebanyak 782 jiwa.21 Dalam pandangan masyarakat, penyakit ini

dianggap sebagai penyakit yang kotor, karena orang yang terinveksi

HIV/AIDS biasanya adalah para pemakai narkotika atau pekerja seks

komersial.

Seorang pengguna narkoba (NAPZA22) sangat rentan terkena virus

HIV/AIDS yang dapat ditularkan lewat penggunaan jarum suntik secara

bergantian. Hal ini disebabkan karena darah yang terinveksi di dalam alat

suntik dapat tercampur dengan narkoba yang disuntikan oleh pengguna

berikutnya. Bahkan penelitian akhir-akhir ini menyebutkan bahwa virus

HIV/AIDS dapat bertahan hidup selama empat minggu dalam alat suntik

bekas pakai.23 Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk tidak memakai alat

suntik apapun secara bergantian.

ODHA yang menderita HIV/AIDS karena menggunakan jarum suntik

secara bergantian dalam pemakaian narkoba dapat dihukum di Lembaga

Pemasyarakatan. Hal itu dilakukan untuk menimbulkan efek jera agar tidak

mengulangi perbuatannya dikemudian hari. Sehingga seorang ODHA secara

21Ditjen PP dan PL Kemenkes RI diakses tanggal 23 September 2013 pukul 14.44

WIB.http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1 22 NAPZA adalah kepanjangan dari Narkotik, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya 23Disampaikan dalam seminar yang di bawakan oleh dr. Purwanto dengan tema Mengenal

Infeksi HIV/AIDS (Penularan dan Pencegahan) yang bertempat di Puskesmas Mantrijeron pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 09.30 WIB

Page 23: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

8

otomatis juga menyandang status sebagai seorang narapidana. Narapidana

yang dihukum karena penyalahgunaan obat-obatan terlarang biasanya

menjalani hukumannya di sebuah Lembaga Pemasyarakatan khusus

Narkotika, salah satunya adalah Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II

A Yogyakarta.

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas II A Yogyakarta

berlokasi di Jalan Kaliurang Km. 17 Kelurahan Pakembinangun, Kecamatan

Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lapas ini memiliki kapasitas penghuni 474

orang, namun saat ini hanya terdapat 268 WBP24 (WBP menggantikan istilah

napi), yang keseluruhannya merupakan WBP laki-laki.25 Karena adanya

kebijakan baru yang dikeluarkan Kemenkumham, sejak September 2013

WBP perempuan kasus narkotika dipindahkan ke Lapas Wirogunan. Saat ini

Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta memiliki 5 narapidana yang

mengidap virus HIV/AIDS. Kelima WBP tersebut sudah menderita virus

HIV/AIDS sejak sebelum menjadi penghuni Lapas Narkotika. Selama

menjalani masa hukumannya, WBP ODHA ditempatkan berbaur dengan

narapidana lain dalam satu sel. Namun ada perlakuan khusus yang

diterimanya, yakni setiap hari WBP ODHA mendapatkan fasilitas

pemeriksaan dan pemberian obat untuk menambah daya tahan tubuh agar

tidak mudah terserang penyakit.

Narapidana ODHA dalam kesehariannya harus berinteraksi dengan

orang-orang yang berada di lingkungan lapas selama menjalani masa

24 WBP adalah kepanjangan dari Warga Binaan Pemasyarakatan 25 Wawancara dengan Bapak Tri Suwarno, S.Pd, M.A. (Kasubsi Registrasi) terkait

dengan jumlah WBP yang menghuni lapas, pada hari Rabu 27 November 2013, pukul 13.00 WIB

Page 24: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

9

hukuman. Hal ini menjadi kendala, mengingat WBP ODHA tersebut

merupakan golongan minoritas dan keberadaannya terkesan “berbeda” jika

dibandingkan dengan narapidana lain yang tidak mengidap virus HIV/AIDS.

Dari pandangan tersebut kiranya WBP ODHA memiliki hambatan dalam

berinteraksi dengan masyarakat lingkungan lapas dikarenakan mereka sudah

terlanjur memberikan stigma negatif kepada para pengidap virus tersebut.

Dalam ruang gerak dan pergaulan yang terbatas, narapidana

penyandang ODHA harus menjalani interaksi sosial di lingkungan lapas

setiap harinya dengan berbagai macam hambatan dan cara yang berbeda.

Kehidupan lapas yang rentan akan tindak kekerasan, membuat posisi

narapidana ODHA semakin tersudutkan. Karena mereka mudah mendapat

hinaan dan perlakuan yang tidak menyenangkan dari lingkungan sekitarnya.

Berbeda dengan interaksi yang dilakukan ODHA pada masyarakat di

lingkungan normal yang kebanyakan tidak mengetahui bahwa orang tersebut

mengidap virus HIV/AIDS, sehingga banyak masyarakat yang masih

berinteraksi sewajarnya dengan ODHA tersebut. Karena sejatinya, penyakit

ini tidak tampak dari luar dan hanya bisa dipastikan melalui pemeriksaan

medis. Sementara jika seorang narapidana yang mengidap HIV/AIDS ini,

pasti kondisinya akan langsung diketahui oleh seluruh lingkungan sekitar

lembaga pemasyarakatan. Baik itu sesama narapidana maupun sipir dan

petugas administrasi, mengingat selalu ada pengecekan kesehatan rutin dan

data diri tentang narapidana yang bersangkutan.

Page 25: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

10

Penelitian ini menjadi menarik karena seorang narapidana yang sudah

memiliki banyak beban dan menanggung sulitnya hidup dalam keterbatasan

di lapas, masih diharuskan menjalani hari-harinya sebagai seorang penderita

virus HIV/AIDS. Karena keberadaannya yang tergolong minoritas, WBP

ODHA memperoleh perlakuan diskriminatif dari masyarakat yang tinggal di

Lapas Narkotika. Akibatnya permasalahan yang harus WBP ODHA hadapi,

menjadi semakin banyak dan kompleks. Mengingat seluruh masyarakat yang

berada di lingkungan lapas sudah mengetahui penyakit yang diderita WBP

ODHA tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melihat

bagaimana interaksi sosial yang dilakukan narapidana penyandang ODHA

dengan orang-orang yang berada di lingkungan lapas. Interaksi sosial

dilakukan WBP ODHA dengan sesama narapidana, sipir, staf, maupun

Kasubsi yang bertugas di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Kondisi lingkungan lapas yang serba sulit dan terbatas semakin

membuat narapidana ODHA mengalami kesulitan saat melakukan interaksi

sosial dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu disebabkan oleh stigma negatif

yang harus dipikulnya selama menjalani masa hukuman. Bukan hanya

sebagai seorang narapidana namun juga sebagai seorang penyandang status

ODHA. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana interaksi sosial yang dilakukan narapidana

Page 26: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

11

pengidap HIV/AIDS di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Yogyakarta.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

interaksi sosial yang dilakukan narapidana pengidap HIV/AIDS selama

menjalani kegiatan formal di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi Lembaga

Pemasyarakatan maupun instansi lain yang berinteraksi langsung dengan

ODHA sehingga mereka melakukan interaksi dengan wajar dan tidak

memperlakukan secara diskriminatif.

2. Secara teoritis, keinginan untuk menyumbangkan pemikiran dalam hal

patologi sosial, dan kajian Sosiologi Hukum, selain untuk membangkitkan

minat penelitian tentang HIV/AIDS dan ODHA yang ada di sekitar kita.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka sangat penting untuk dilakukan, hal ini dimaksudkan

untuk menghindari kesamaan dalam hal pembahasan dengan sumber-sumber

Page 27: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

12

pustaka lain yang mempunyai kesamaan topik penelitian. Terdapat 2 skripsi

dan 2 penelitian yang dijadikan acuan sebagai telaah pustaka dalam penelitian

ini.

Skripsi saudari Listiana dalam penelitiannya yang berjudul Kehidupan

Sosial dan Interaksi Orang dengan HIV/AIDS di Yogyakarta.26 Peneliti

membahas tentang kehidupan sosial dan interaksi ODHA dengan masyarakat

yang notabene tidak mengetahui penyakit yang diderita pengidap HIV/AIDS

sehingga proses interaksi masih dilakukan secara wajar dan natural. Selain itu

dalam penelitian Listiana juga membahas tentang peran LSM Victory Plus

dalam menangani masyarakat ODHA agar dapat hidup lebih baik dan

terhimpun dalam suatu wadah yang menjaga komunitas ODHA terhindar dari

diskriminasi.

Sedangkan penelitian ini lebih membahas tentang interaksi sosial yang

dilakukan narapidana pengidap HIV/AIDS di lingkungan lapas tempat ia

ditahan, yang mayoritas sudah mengetahui penyakit yang di derita narapidana

ODHA tersebut. Oleh karena itu akan dilihat apakah interaksi sosial yang

dilakukan narapidana ODHA di lingkungan sekitar lapas berjalan harmonis

atau justru terjadi perlakuan diskriminatif terhadap narapidana yang

mengidap HIV/AIDS tersebut.

26 Listiana, Kehidupan Sosial dan Interaksi Orang dengan HIV/AIDS di Yogyakarta,

skripsi (Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga: 2012)

Page 28: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

13

Artikel di jurnal yang ditulis oleh Sugeng Pujileksono tentang

Masalah-Masalah di Penjara dalam Studi Sosial27 yang secara khusus

mengkaji masalah-masalah yang terjadi di dalam lingkungan penjara. Seperti

adanya relasi antara sipir, napi, dan keluarga, seksualitas dan HIV/AIDS napi,

bunuh diri di penjara, diskriminasi dan segregasi, kekerasan di penjara, dan

praktik negosiasi dan implikasi didalamnya. Walaupun penjara merupakan

institusi yang terpisah dari budaya “normal” masyarakat, namun di dalamnya

juga ditemui permasalahan layaknya di luar penjara. Misalnya jika pada

masyarakat luas kita lebih mengenal dengan istilah kepadatan penduduk,

maka di penjara dikenal dengan sebutan over capacity (daya tampung

berlebih). Hal inilah yang kemudian diasumsikan menjadi penyebab masalah

terjadinya berbagai persoalan yang lebih kompleks di dalam penjara.

Dari paparan tulisan yang membahas tentang berbagai permasalahan

yang ada di penjara tersebut, ada keterkaitan dengan penelitian yang ingin

peneliti lakukan mengenai interaksi sosial yang dilakukan narapidana ODHA

di lingkungan sekitar lapas. Karena dari jurnal tersebut yang banyak

memaparkan tentang berbagai macam bentuk permasalahan yang dialami

napi selama berada di dalam penjara seperti tindak kekerasan, dan perlakuan

diskriminatif yang salah satunya diakibatkan oleh over capacity. Peneliti

hanya akan lebih terfokus pada permasalahan tentang napi yang mengidap

HIV/AIDS dengan interaksi sosial yang dilakukannya.

27Sugeng Pujileksono, Masalah-Masalah di Penjara dalam Studi Sosial, jurnal Volume

12 Nomor 2, (Surabaya, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Sosial Program Pascasarjana, Universitas Airlangga: 2009)

Page 29: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

14

Skripsi saudari Lina Mariana yang berjudul Peran Pembinaan Mental

dalam Rehabilitas Narapidana di Rumah Tahanan Negara Trenggalek Jawa

Timur.28 Penelitian ini lebih memfokuskan pada pembinaan agama yang

dapat mendorong para narapidana untuk aktif dalam melakukan sholat

berjamaah. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa adanya perintah dari para

Pembina dan para narapidana juga meminta waktu khusus untuk belajar

sholat dan membaca AL-Qur’an di luar waktu pengajian. Selain itu perubahan

juga terlihat dari sikap dan tingkah laku narapidana, baik sesama narapidana

ataupun Pembina. Mereka selalu bersikap sopan dan hampir tidak pernah

terjadi perselisihan antar sesama narapidana. Dengan hasil yang sudah dicapai

tersebut, dapat dikatakan pembinaan mental sudah berhasil.

Sedangkan penelitian ini akan lebih mengarah pada bagaimana

interaksi sosial yang terjadi antara narapidana yang mengidap HIV/AIDS di

lingkungan lapas, apakah berjalan normal atau ada pendiskriminasian di

dalamnya. Dalam penelitian Lina tersebut juga dapat dijadikan panduan untuk

mengetahui sejauh mana peran pembinaan mental yang dilakukan Lapas

Narkotika dalam memberikan motivasi pada napinya yang menderita ODHA

agar tidak merasa terkucilkan selama melakukan rehabilitasi di lapas seperti

yang dilakukan Rutan Trenggalek yang berada di daerah Jawa Timur tersebut.

28Lina Mariana, Peran Pembinaan Mental dalam Rehabilitas Narapidana di Rumah

Tahanan Negara Trenggalek Jawa Timur, skripsi (Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2001)

Page 30: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

15

Dalam tulisannya Triana Indah Siswati dan Abdurrohim dengan judul

Masa Hukuman dan Stres pada Narapidana,29 yang bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan antara lama menjalani masa hukuman

dengan kondisi stres yang dialami narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Magelang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa narapidana yang

sekurang-kurangnya dikurung minimal selama 3 bulan diperoleh presentase

sebesar 57,5% adanya keterkaitan antara lama menjalani masa hukuman

terhadap kondisi stres narapidana. Sedangkan 42,5% sisanya berasal dari

faktor lain, seperti faktor jenis kelamin, usia, jenis kasus yang dihadapi, latar

belakang lingkungan sosial, dan tingkat pendidikan.

Dari paparan tulisan tersebut menghubungkan adanya keterkaitan

antara lama menjalani masa hukuman di dalam lapas dengan kondisi stres

yang dialami para narapidana terdapat keterkaitan dengan penelitian yang

ingin peneliti lakukan. Dalam tulisan dari jurnal tersebut diperoleh suatu

kesimpulan bahwa kondisi kejiwaan yang berujung dengan peningkatan stres

yang dihadapi narapidana selama berada di dalam lapas lebih dipengaruhi

seberapa lama mereka menghuni “hotel prodeo” tersebut. Sedangkan

penelitian ini lebih menekankan tentang interaksi yang dilakukan narapidana

ODHA di lingkungan lapas. Seorang narapidana yang juga menyandang

status sebagai ODHA diasumsikan mengalami kondisi kejiwaan yang lebih

29Triana Indah Siswati dan Abdurrohim, Masa Hukuman dan Stres pada Narapidana,

Jurnal Proyeksi, Volume 04 Nomor 2, (Semarang, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA).hlm.95-106

Page 31: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

16

labil dan sensitif sehingga mengakibatkan stres yang jauh lebih besar jika

dibandingkan dengan narapidana normal.

F. Landasan Teori

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang

menyangkut hubungan antarorang-perorangan, antar kelompok manusia,

maupun antar orang perorang dengan kelompok manusia. Interaksi sosial

adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena itu tanpa adanya

interaksi sosial, maka kehidupan bersama tak akan pernah terjadi.30 Untuk

melihat bentuk interaksi yang dilakukan di dalam sebuah institusi seperti di

dalam Lembaga Pemasyarakatan, peneliti menggunakan teori dramaturgi dari

Erving Goffman sebagai alat analisis karena di lingkungan lapas interaksi

sosial yang terjadi dapat dimaknai layaknya dalam pertunjukan teater.

Teori Dramaturgi yang dipopulerkan oleh Erving Goffman banyak

dituangkan dalam bukunya yang berjudul Presentation of Self in Everyday

Life yang diterbitkan tahun 1959. Menurut Erving Goffman kehidupan sosial

diibaratkan sebagai suatu pertunjukan dalam seni peran. Dalam memainkan

peranannya, individu berusaha membawa suatu “definisi situasi” dan

membujuk orang lain disekitarnya untuk menerimanya, walaupun dirinya

sendiri tidak yakin akan situasi tersebut.31

30 Pokja, Akademik, Pengantar Sosiologi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm.

96-97 31David, Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), hlm.126

Page 32: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

17

Dramaturgi terdiri dari front stage (panggung depan) dan back stage

(panggung belakang). Dalam memainkan perannya diatas panggung, aktor

memerlukan berbagai macam alat ekspresi yang terdiri atas front “setting”

yang digunakan dalam berperan seperti alat-alat, pemandangan, dan

panggung. Sedangkan untuk dirinya sendiri front “personal” yang diperlukan

adalah penampilan dan gaya.

Dengan menarik analogi dari tatanan suatu teater, Goffman

membedakan antara bagian depan di mana pertunjukan ditampilkan dan

bagian belakang di mana pertunjukan dipersiapkan. Seperti layaknya di dalam

sebuah pertunjukan, bagian belakang biasanya dipisahkan dari bagian depan

agar penonton tidak melihat bagian belakang layar. Konsep tentang bagian

depan dan belakang menunjukkan bahwa ada beberapa situasi di mana kesan

harus diatur secara hati-hati dan ada situasi lain di mana kita dapat santai dan

bertindak sebagai “diri kita sendiri”32

Goffman lebih tertarik pada interaksi atau kehadiran bersama (co-

presence). Interaksi tatap muka itu diartikan sebagai individu yang saling

mempengaruhi tindakan mereka satu sama lain ketika masing-masing

berhadapan secara fisik.33 Dalam suatu situasi sosial, seluruh kegiatan yang

ditampilkan oleh seluruh aktor disebut sebagai suatu penampilan

(performance), sedangkan orang lain yang terlibat dalam situasi tersebut

dikatakan sebagai pengamat.34 Seorang aktor adalah mereka yang melakukan

tindakan atau penampilan yang bersifat rutin (routine). Goffman menyatakan

32Ibid., hlm. 128 33Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.231 34Ibid., hlm. 232

Page 33: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

18

selama melakukan kegiatan rutin, sang aktor tersebut akan membawakan

sosok dirinya yang ideal sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya. Ia

juga akan menyembunyikan fakta-fakta yang tidak sesuai dengan citra dirinya

demi menampilkan suatu peran yang sukses.35

Jika dikaitkan dengan konteks masalah penelitian terhadap teori yang

dipaparkan oleh Erving Goffman dapat dikatakan bahwa lingkungan lapas

yang terdiri dari narapidana yang tidak mengidap HIV/AIDS, sipir, pengurus,

dan petugas (masyarakat) beserta narapidana penyandang status ODHA

sedang memainkan perannya masing-masing di dalam sebuah sandiwara yang

bersetting di Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta. Dalam memainkan

perannya aktor utama yang bertindak sebagai penampil (performance) adalah

napi yang mengidap virus HIV/AIDS sedangkan orang lain yang terlibat

dalam penampilan tersebut seperti masyarakat lingkungan lapas (petugas,

staf, sipir, narapidana lain) bertindak sebagai pengamat.

Mereka memainkan peran tersebut dalam interaksi yang berjalan

secara rutin dan terbagi dalam 2 situasi, yakni front stage dimana para pemain

baik narapidana ODHA dan orang-orang di dalam lingkungan lapas

melakukan penampilan sesuai yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan

gaya, tutur kata, tingkah laku yang sudah diatur sesuai status sosialnya.

Namun dibelakang (back stage) saat mereka menjadi jati diri yang

sesungguhnya, mereka berperilaku lebih santai, bebas, dan apa adanya tanpa

harus memainkan peran yang harus mereka tampilkan.

35Ibid., hlm. 233

Page 34: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

19

Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi sosial yang ditampilkan oleh

narapidana ODHA dengan masyarakat lingkungan lapas terbagi menjadi 2

situasi. Yaitu pada saat berada di front stage, masyarakat lingkungan lapas

berinteraksi secara normal dan wajar dengan narapidana ODHA layaknya

bagian dari komunitasnya. Namun pada saat berada di back stage mereka bisa

saja merasa risih, takut dan sebenarnya ingin menjauhi narapidana ODHA

tersebut. Begitupun sebaliknya, narapidana ODHA juga melakukan front

stage saat di depan masyarakat lingkungan lapas, ia berperilaku dan

berinteraksi layaknya bagian dari kelompok agar ia dapat diterima sebagai

bagian dari lingkungan lapas, namun saat berada di back stage narapidana

ODHA sebenarnya merasa enggan melakukan interaksi karena rasa minder

yang mereka miliki.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu

peneliti secara langsung mendatangi Lapas Narkotika untuk melakukan

wawancara mendalam terhadap WBP ODHA dan masyarakat lain yang

berada di lingkungan lapas. Selain itu peneliti juga melihat secara langsung

interaksi yang dilakukan WBP ODHA terhadap orang-orang di

lingkungannya, ketika WBP ODHA melakukan perbincangan dengan

konselor pribadi, staf, dan rekan-rekan narapidana yang lain.

Pertama-tama peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap

WBP ODHA mengenai awal mula mereka mengenal obat-obatan terlarang,

Page 35: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

20

bagaimana akhirnya mereka dapat mengidap virus HIV/AIDS, dan seputar

interaksi yang dilakukannya dengan orang-orang yang berada di lingkungan

lapas. Pada awalnya peneliti menemui hambatan ketika melakukan

wawancara mendalam terhadap WBP yang mengidap HIV/AIDS. Karena

peneliti harus lebih bersikap hati-hati dan menjaga perasaan kelima WBP

ODHA agar tidak tersinggung dan tanpa beban menceritakan pengalamannya

selama menyandang status ODHA di lapas. Namun setelah bertemu dan

melakukan perbincangan dengan WBP ODHA tersebut, ternyata ia dapat

menceritakan pengalaman hidupnya dengan leluasa tanpa merasa malu

terhadap peneliti.

Tahap kedua peneliti mulai menggali informasi terhadap masyarakat

di lingkungan lapas untuk mencari keterangan tentang segala hal yang

berkaitan dengan Lapas Narkotika. Untuk para pegawai, staf, dan Kasubsi,

peneliti menanyakan tentang peraturan lapas, sikap yang ditunjukan

narapidana, informasi yang berkaitan dengan sejarah dan informasi seputar

narapidana, serta bagaimana interaksi yang mereka lakukan terhadap WBP

ODHA. Untuk narapidana yang tidak mengidap HIV/AIDS, peneliti ingin

mengetahui kehidupan sehari-hari WBP “normal” selama menjalani masa

pidana di lapas, fasilitas yang narapidana peroleh, kegiatan apa saja yang

mereka jalani, dan bagaimana perasaan mereka ketika harus berinteraksi

dengan rekan mereka yang mengidap HIV/AIDS.

Tahap terakhir adalah peneliti mencari informasi di Ruang

Bimkeswat, Registrasi, Umum, dan Kepegawaian untuk mendapatkan

Page 36: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

21

informasi seputar data-data yang berkaitan tentang awal mula didirikannya

Lapas Narkotika, jumlah keseluruhan narapidana, jumlah pegawai yang

bekerja di lapas, kegiatan apa saja yang diberikan kepada seluruh narapidana

untuk menambah pengalaman dan meningkatkan kualitas dari segi agama,

ekonomi, moral, dan sosial, serta peran Lapas Narkotika untuk membina

WBP ODHA agar mereka dapat memiliki kesempatan yang sama untuk

berkembang dan bergaul layaknya narapidana “normal” lainnya.

Metode yang digunakan adalah deskriptif-analisis, karena penelitian

ini dipandang mampu menganalisis realitas sosial secara mendetail. Peneliti

mendiskripsikan hasil temuan di lapangan dan melakukan analisis yang

dikaitkan dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Pendiskripsian

dilakukan peneliti secara detail dengan tetap berpedoman pada realitas yang

terjadi secara nyata di Lapas Narkotika. Peneliti menampilkan bukti berupa

petikan wawancara dan gambar dokumentasi selama wawancara untuk

membuat tulisan ilmiah ini menjadi lebih menarik dan hidup.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh

beberapa pertimbangan. Pertama, Lapas Narkotika memiliki cukup

banyak narapidana yang mengidap virus HIV/AIDS yaitu berjumlah 5

WBP, yang dapat menularkan virus melalui penggunaan jarum suntik

secara bergantian dalam pemakaian narkotika. Kedua, narapidana ODHA

di dalam lapas tersebut ditempatkan berbaur dengan narapidana lain tanpa

Page 37: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

22

adanya pembedaan ruangan, sehingga dapat dilihat dengan jelas

bagaimana interaksi sosial yang dilakukan narapidana ODHA tersebut.

Ketiga, kegiatan formal yang harus dijalani WBP selama menjalani masa

hukuman di dalam Lapas Narkotika cukup banyak yakni untuk kegiatan

olah raga dan kesenian berjumlah 8 program, kegiatan keagamaan

memfasilitasi 3 agama yaitu Islam, Nasrani, dan Budha, bimbingan

kegiatan kerja berjumlah 11 program, dan program pembinaan berjumlah 7

program.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Data primer terbentuk dari kata-kata dan tindakan orang-orang

yang diamati atau diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis

atau melalui alat perekam (video/audio tapes).36 Sumber data primer di

peroleh dari 21 orang yang terdiri dari 5 (lima) WBP yang mengidap

HIV/AIDS, 6 (enam) WBP yang tidak mengidap HIV/AIDS, 2 (dua)

Kasubsi, 1 (satu) dokter poliklinik, 2 (dua) rupam, dan 5 (lima) staf

administrasi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Yogyakarta.

b. Sumber Data Sekunder

Sedangkan data sekunder diambil dari buku-buku perpustakaan

dan dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian. Serta data

36 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), hlm.157.

Page 38: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

23

sekunder diperoleh dari dokumen resmi berupa brosur, data, dan situs

resmi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Yogyakarta.

3. Teknik Pengumpulan Data

Mengacu dari kerangka tulisan diatas, teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah:

a. Teknik Pengamatan (Observasi)

Teknik pengamatan (observasi) adalah suatu teknik

pengumpulan data yang mengharuskan peneliti terjun langsung ke

lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan tentang tujuan peneliti

misalnya ruang, tempat, pelaku, peristiwa, kegiatan yang menjadi

tempat penelitian.37 Untuk memperoleh data yang beragam, peneliti

melakukan pengamatan fenomena yang terjadi di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Yogyakarta untuk melihat

bagaimana interaksi yang dilakukan narapidana ODHA dengan orang-

orang yang berada di lingkungan lapas. Serta melihat secara langsung

apa saja hambatan yang ditemui narapidana tersebut selama melakukan

interaksi di dalam lapas.

b. Wawancara

Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi

verbal percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.38 Wawancara

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in

depth interview) yang dilakukan terhadap 5 (lima) WBP yang mengidap

37 Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.60 38 Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.113

Page 39: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

24

HIV/AIDS, 6 (enam) WBP yang tidak mengidap HIV/AIDS, 2 (dua)

Kasubsi, 1 (satu) dokter poliklinik, 2 (dua) rupam, dan 5 (lima) staf

administrasi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Yogyakarta.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah wawancara

tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis

besar yang akan ditanyakan.39 Di mana pewawancara berpedoman dari

interview guide yang telah disusun sebelumnya. Penulis mengajukan

pertanyaan yang dijawab oleh informan dengan bebas, jika jawaban dari

informan mulai menyimpang dari arah pertanyaan, pewawancara

mengalihkan pada alur yang telah ditentukan.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah dan lain-lain.40 Teknik pencarian

data ini digunakan untuk memperoleh data dari letak geografis

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Yogyakarta, struktur

organisasi, petugas staf dan sipir, jadwal kegiatan formal yang

dilakukan, klasifikasi narapidana, serta data lain yang relevan dengan

penelitian ini.

39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), hlm.197 40Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:Gramedia, 1989),

hlm.32

Page 40: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

25

4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif

yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi, dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan indikator-

indikator yang ada, serta didasarkan pada fakta-fakta, dan juga pada

pemikiran-pemikiran kritis untuk memperoleh temuan-temuan umum.41

Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu metode

analisis data yang menuturkan, menafsirkan serta mengklarifikasi data-

data atau informasi-informasi yang berkaitan dengan obyek yang diteliti,

kemudian di analisis dengan membandingkan data-data tersebut dengan

fenomena.

Secara umum teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan metode perbandingan tetap (constant comparative

method).42 Dalam analisis data perbandingan tetap, secara tetap

membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan kemudian secara

tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Dalam model ini

proses analisis datanya mencakup:

1. Reduksi Data yaitu mengidentifikasi data dan membuat kode dari setiap

data yang diperoleh.

2. Kategorisasi yaitu memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian

yang memiliki kesamaan.

41 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), hlm.248 42 Ibid., hlm.288

Page 41: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

26

3. Sintesisasi yaitu mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori

lainnya.

4. Menyusun Hipotesis Kerja yaitu merumuskan suatu pernyataan yang

proposional. Hipotesis kerja hendaknya juga terkait dan sekaligus

menjawab pertanyaan penelitian.43

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan suatu kerangka penelitian dan menindaklanjuti

penulisan selanjutnya, maka peneliti membuat sistematika sederhana, yang

dikelompokan menjadi beberapa bagian atau bab. Setiap bab terdiri dari

beberapa sub bab yang merupakan suatu eksplorasi dari semua isi kandungan

peneliti. Pembagian bab dan sub bab tersebut bertujuan untuk memudahkan

pembahasan dalam penulisan dan menganalisa data, telaah masalah-masalah

dan temuan-temuan yang ada, agar lebih mendalam dan komprehensif,

sehingga artinya lebih mudah dipahami.

Bab I merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang

pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, landasan teori, metode

penelitian, dan sistem pembahasan.

Bab II merupakan bab gambaran umum. Dalam bab ini berisi tentang

gambaran umum Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Yogyakarta,

meliputi letak geografis, sejarah berdirinya, visi dan misi lapas, staf lapas,

43 Ibid., hlm.289

Page 42: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

27

struktur organisasi, keadaan pegawai, sarana dan fasilitas, program

pembinaan lapas, komitmen petugas lapas, dan klasifikasi narapidana yang

ditahan di Lapas Narkotika.

Bab III, merupakan kehidupan sosial di Lapas Narkotika Kelas II A

Yogyakarta menurut para informan. Dalam bab ini berisi tentang kegiatan

keseharian WBP di Lapas Narkotika, profil WBP ODHA yang ditahan di

Lapas Narkotika, profil informan yang berinteraksi dengan WBP ODHA, dan

kehidupan sosial di Lapas Narkotika berdasarkan pengakuan WBP

Bab IV, merupakan interaksi sosial narapidana pengidap HIV/AIDS di

lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Yogyakarta.

Dalam bab ini berisi tentang kondisi WBP ODHA di Lapas Narkotika, peran

lapas untuk melindungi WBP ODHA agar tidak terdiskriminasi, interaksi

sosial yang dilakukan WBP ODHA dengan masyarakat di lingkungan Lapas

Narkotika, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat lingkungan

lapas enggan berinteraksi terhadap WBP ODHA.

Yang terakhir Bab V, berisi penutup yang meliputi kesimpulan dari

hasil penelitian dan saran-saran. Dalam bab ini disimpulkan hasil pembahasan

untuk menjelaskan dan menjawab permasalahan yang ada dan memberikan

saran-saran yang bertitik tolak pada kesimpulan.

Page 43: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

149

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang penulis lakukan terkait masalah penelitian yaitu

tentang interaksi sosial narapidana pengidap HIV/AIDS di Lingkungan Lapas

Narkotika Kelas II A Yogyakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses interaksi sosial narapidana (WBP) pengidap HIV/AIDS di Lapas

Narkotika Kelas II A Yogyakarta terjadi dalam 2 situasi, yaitu ketika WBP

ODHA bertemu secara langsung dengan orang-orang yang berada di

lingkungan lapas, maupun ketika WBP ODHA dan orang-orang

disekitarnya tersebut tidak saling bertemu.

2. Ketika WBP ODHA bertatap muka secara langsung dengan orang-orang

yang berada di lingkungan lapas (staf, pegawai, Rupam/Sipir, Kasubsi,

WBP normal) mereka melakukan interaksi secara normal dan wajar tanpa

menunjukan perasaan takut, risih, jijik, dan menunjukan ekspresi yang

dapat mendiskriditkan mereka.

3. Namun ketika kedua belah pihak tidak saling berjumpa, masing-masing

diantara mereka menunjukan perasaan yang sesungguhnya mereka

rasakan. Orang-orang di lingkungan lapas sesungguhnya merasa takut dan

risih untuk berinteraksi secara langsung dengan WBP ODHA. Begitupun

sebaliknya WBP ODHA juga merasakan akan dirinya yang tidak diterima

menjadi bagian dari lingkungan sekitar. Hal inilah yang membuatnya lebih

Page 44: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

150

baik menghindari proses interaksi dengan orang-orang yang berada

disekitarnya.

4. Lapas Narkotika Kelas II A memiliki kontribusi dalam membina WBP

ODHA yang menjadi warga binaannya. Diantaranya adalah peran lapas

dalam memberikan pelayanan di bidang kesehatan, sosial, dan peran lapas

untuk melindungi WBP ODHA agar tidak terdiskriminasi.

5. Faktor-faktor yang melatar belakangi masyarakat lingkungan lapas enggan

berinteraksi terhadap WBP ODHA adalah

a. Faktor stigma negatif yang masih melekat pada diri seorang ODHA.

Karena penyakit tersebut dianggap oleh masyarakat lingkungan lapas

berasal dari gaya hidup WBP ODHA yang melanggar etika dan

norma.

b. Faktor ketakutan dari masyarakat di lingkungan lapas, akan peristiwa

yang pernah terjadi yakni adanya WBP ODHA yang meninggal di

Lapas Narkotika.

c. Faktor adanya perasaan risih yang mereka rasakan ketika harus

bergaul dengan seorang ODHA. Hal ini disebabkan oleh rasa

ketakutan mereka akan kemungkinan dapat tertular penyakit

HIV/AIDS tersebut.

B. Saran-saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dibuat suatu saran

bagi perbaikan kedepan terkait dengan masalah penelitian yang sudah diteliti.

Page 45: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

151

a. Untuk WBP ODHA: Agar terus meningkatkan kualitas diri dengan

mengasah kemampuan selama menjalani masa pidana di dalam lapas

dengan rajin mengikuti pembinaan baik dari segi keagamaan maupun

dari segi pemberdayaan kompetensi berkarya dan berusaha. Dan

diharapkan WBP ODHA agar lebih terbuka dan bersahabat dengan

orang-orang yang berada di lingkungan lapas. Karena sebagai makhluk

sosial, seluruh manusia pada dasarnya membutuhkan bantuan dan

dukungan dari orang lain. Terlebih bagi seseorang yang membutuhkan

penanganan khusus layaknya WBP yang menderita penyakit HIV/AIDS

yang haus perhatian dan pertolongan dari orang-orang di lingkungan

sekitarnya.

b. Untuk Staf/Pegawai Lapas Narkotika: Diharapkan agar lebih profesional

dalam memberikan pelayanan di segala bidang kepada seluruh WBP.

Karena tugas pegawai ataupun staf disana sebagai pengganti posisi orang

tua yang bertugas membina dan membimbing. Sehingga diharapkan

seluruh jajaran pegawai tidak membeda-bedakan dalam memperlakukan

warga binaan yang menjadi asuhan Lapas Narkotika.

c. Untuk Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta: Agar dapat lebih

mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak. Seperti

rumah sakit, LSM, komunitas, dan lembaga-lembaga lain yang bergerak

di bidang penanggulangan penyakit HIV/AIDS ini. Diharapkan dengan

adanya penyuluhan dan edukasi yang dilakukan oleh berbagai pihak,

dapat mengurangi perlakuan dan tindakan yang bersifat melecehkan dan

diskriminatif yang ditujukan kepada WBP ODHA.

Page 46: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

152

d. Untuk Pemerintah: Diharapkan pemerintah dapat lebih memberikan

perhatian khusus kepada seluruh ODHA yang ada di Indonesia pada

umumnya, maupun yang berada di lingkungan lembaga pemasyarakatan

pada khusunya. Seperti menyediakan fasilitas dan sarana serta prasarana

yang lebih memadai untuk merawat seseorang yang mengidap virus

HIV/AIDS. Terlebih bagi mereka yang menjadi warga binaan sebuah

lembaga pemasyarakatan. Agar dapat memperoleh pelayanan dari segi

medis, bimbingan konseling, dan peningkatan kualitas diri secara lebih

memadai dan maksimal.

e. Untuk WBP “normal” yang berada di lingkungan Lapas Narkotika: Agar

lebih meningkatkan rasa persaudaraan dan kekerabatan diantara seluruh

warga binaan dengan tidak melihat dari segi latar belakang status,

kedudukan, bahkan penyakit yang diderita. Karena saat ini mereka sudah

dipersatukan untuk menjadi satu keluarga dibawah binaan Lapas

Narkotika. Dengan memposisikan diri sebagai bagian dari anggota

keluarga, diharapkan seluruh WBP dapat memperlakukan WBP ODHA

sebagai bagian dari komunitasnya juga tanpa memberikan perlakuan

yang berbeda.

f. Untuk kalangan akademisi: penelitian ini dapat dijadikan referensi

sebagai rujukan bagi penelitian yang akan datang, bila memiliki minat

terkait dengan tema penelitian yakni interaksi sosial yang dilakukan

narapidana ODHA di lingkungan lapas, sehingga diharapkan dapat

memperluas khasanah keilmuan bila nantinya ada masukan dan

tambahan dari penelitian yang bersangkutan.

Page 47: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

153

DAFTAR PUSTAKA Buku Abdulsyani. 1987. Sosiologi Kriminalitas. Bandung: Remadja Karya. Amiruddin, Ridwan. 2012. Kebijakan dan Respons Epidemik Penyakit Menular,

Bogor: PT. Penerbit IPB Press. Berry, David. 2003. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. Goffman, Erving. 1956. The Presentation of Self in Everyday Life. Edinburgh:

Monograph. Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial 1. Jakarta: Rajawali Pers. Koentjaraningrat. 1989. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 1996. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada Press. Ni’mah, Zulfatun. 2012. Sosiologi Hukum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Teras. Noviana, Nana. 2013. Catatan Kuliah Kesehatan Reproduksi & HIV-AIDS. Jakarta:

TIM. Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Poloma M. Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers. Saadawi, El Nawal. 2003. Catatan dari Penjara Perempuan. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia. Soelaeman, Munandar. 2001. Ilmu Sosial Dasar (Teori dan Konsep Ilmu Sosial).

Bandung: PT. Refika Aditama.

Page 48: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

154

Skripsi dan Laporan Penelitian Azizy, Astrid. Faktor Penyebab Terjadinya Kerusuhan Dan Anarkhi Serta Upaya

Penanggulangannya Di Rumah Tahanan Negara (Studi Di Rumah Tahanan Negara Kelas I Surabaya, jurnal diterbitkan, Malang Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.

Listiana. 2012. Kehidupan Sosial dan Interaksi Orang dengan HIV/AIDS di

Yogyakarta, sekripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Mariana, Lina. 2001. Peran Pembinaan Mental dalam Rehabilitas Narapidana di

Rumah Tahanan Negara Trenggalek Jawa Timur, sekripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Paryati, Tri, Raksanagara, Ardini S, dan Afriandi Irvan. 2012. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA oleh petugas kesehatan : kajian literature, Peminatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan (PPK) S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran.

Pujileksono, Sugeng. 2009. Masalah-Masalah di Penjara dalam Studi Sosial,

jurnal Volume 12 Nomor 2, Surabaya, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Sosial Program Pascasarjana, Universitas Airlangga.

Siswati, Triana Indah dan Abdurrohim. Masa Hukuman dan Stres pada

Narapidana, jurnal diterbitkan, Semarang, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA).

Lain-lain Akademik, Pokja. 2006. Pengantar Sosiologi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (Diakses tanggal 23 September 2013 pukul 14.44 WIB). http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1

Penyusun, Tim. 2012. Pedoman Layanan Komprehensif HIV/AIDS dan IMS di

Lapas, Rutan, dan Bapas, Jakarta: Dirjen PP & PL, Dirjen Pemasyarakatan.

Seminar. 2013. Mengenal Infeksi HIV/AIDS (Penularan dan Pencegahan) yang

disampaikan oleh Puskesmas Mantrijeron tanggal 12 Juni pukul 10.00 WIB.

Page 49: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

155

http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/06/penderita-hiv-aids-bertambah-

menjadi-102-jiwa-444981. (Diakses tanggal 23 September 2013 jam 13.45 WIB).

http://lapasnarkotikayogyakarta.blogspot.com/. (Diakses tanggal 23 September

2013 pukul 13.19 WIB). http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/07/03/147106-kasus-hivaids-yang-

tercatat-di-indonesia-sampai-maret-2013-573825.html. (Diakses tanggal 23 September pukul 14.38 WIB).

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/02/02/76990/Jumlah

-Penderita-HIV-AIDS-di-DIY-Meningkat. (Diakses tanggal 23 September pukul 14.39 WIB).

http://www.harianjogja.com/baca/2013/08/18/rusuh-di-penjara-sipir-dipukul-lp-

dibakar-25-warga-binaan-kabur-438832. (Diakses tanggal 16 Oktober 2013 pukul 11.23 WIB).

http://jogja.tribunnews.com/2013/07/27/lagi-kerusuhan-nyaris-terjadi-di-lapas-

binjai. (Diakses tanggal 17 Oktober 2013 pukul 13.14 WIB). http://satuharapan.com/index.php?id=109&tx ttnews(tt news)=8453&cHash=1,.

(Diakses tanggal 07 Januari 2014 pukul 10.44 WIB). Spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=403,. (Diakses tanggal 07 Januari 2014 pukul

10.11 WIB). http://regional.kompas.com/read/2013/12/15/2228004/Ini.Tuntutan.Napi.Lapas.Pa

lopo.yang.Jadi.Pemicu.Kerusuhan. (Diakses tanggal 16 Desember 2013 pukul 13.30 WIB).

Page 50: INTERAKSI SOSIAL NARAPIDANA PENGIDAP HIV/AIDS …digilib.uin-suka.ac.id/11669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · interaksi sosial narapidana pengidap hiv/aids di lingkungan lembaga

156

CURRICULUM VITAE

Nama : Anisa Tirta Kusuma Sari

Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 12 Juni 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Ngesthi Manunggal, Brajan, No.30, Tamantirto, Kasihan, Bantul Rt.02, Rw.14 55183

Status : Belum Kawin

Email : [email protected]

No HP : 085729575899

Riwayat Pendidikan:

TK 17 1 Yogyakarta (1996-1998)

SD Negeri Keputran V Yogyakarta (1998-2004)

SMP Negeri 1 Yogyakarta (2004-2007)

SMA Negeri 1 Kasihan Bantul (2007-2010)

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010-2014)