interaksi radiasi dengan materi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Radiasi nuklir baik yang bersifat sebagai partikel-partikel maupun
gelombang elektromagnet hanya dapat dideteksi melalui interaksinya dengan
material kimia yang menjadi sasaran radiasinya. Partikel berat bermuatan
seperti sinar alfa, proton, deutron, dan fragmen isi merupakan partikel inti
atom yang bermuatan positif. Massa dan muatan menyebabkan partikel ini
memiliki daya tembus yang sangat pendek tetapi daya ionisasinya sangat kuat
sepanjang lintasannya. Partikel alfa dihasilkan oleh beberapa unsur berat
radioaktif.
Radiasi partikel alfa juga dianggap sebagai radiasi partikel ion positifnya
dari isotop nuklida helium He+, sedangkan yang disebut ion positif dapat
berupa inti nuklida helium atau He+ dan ion positif dari isotop nuklida atau
molekul-molekul lainnya yang mempunyai massa kecil, contohnya adalah
proton 1H1. Jika ia menerobos ke dalam sebuah nuklida-nuklida atau molekul-
molekul yang menjadi sasaran radiasinya ia akan kehilangan sebagian atau
seluruh energi radiasinya. Radiasi partikel alfa juga dianggap sebagai radiasi
partikel ion positifnya dari isotop nuklida helium He+, sedangkan yang
disebut ion positif dapat berupa inti nuklida helium atau He+ dan ion positif
dari isotop nuklida atau molekul-molekul lainnya yang mempunyai massa
kecil, contohnya adalah proton 1H1.
Selama menerobos ke dalam material kimia yang menjadi sasaran radiasi,
partikel-partikel alfa atau ion positif melakukan transfer energi yang
dibawanya kepada nuklida-nuklida atau molekul-molekul yang menjadi
sasaran yang dilaluinya. Adanya transfer energi menyebebkan jumlah energi
radiasi partikel alfa atau ion positifnya menjadi berkurang, dan energi
nuklida-nuklida atau molekul-molekul yang menjadi bidang sasaran
energinya bertambah, bahkan ada nuklida ataupun molekul yang
keberadaannya menjadi tereksitasi.
1
1.2 RumusanMasalah
1.2.1 Apa dampak interaksi radiasi dengan materi?
1.2.2 Apa yang Anda ketahui mengenai interaksi partikel bermuatan dengan
materi?
1.2.3 Apa yang Anda ketahui mengenai interaksi radiasi beta dengan materi?
1.2.4 Apa yang Anda ketahui mengenai interaksi radiasi elektromagnetik
dengan materi?
1.2.5 Apa yang Anda ketahui mengenai interaksi radiasi netron dengan materi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dampak interaksi radiasi dengan materi.
1.3.2 Mengetahui interaksi partikel bermuatan dengan materi.
1.3.3 Mengetahui interaksi radiasi beta dengan materi.
1.3.4 Mengetahui interaksi radiasi elektromagnetik dengan materi.
1.3.5 Mengetahui interaksi radiasi netron dengan materi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui dampak interaksi radiasi dengan materi.
1.4.2 Dapat mengetahui interaksi partikel bermuatan dengan materi.
1.4.3 Dapat mengetahui interaksi radiasi beta dengan materi.
1.4.4 Dapat mengetahui interaksi radiasi elektromagnetik dengan materi.
1.4.5 Dapat mengetahui interaksi radiasi netron dengan materi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Dampak Interaksi Radiasi dengan Materi
Radiasi nuklir baik yang bersifat sebagai partikel-partikel maupun
gelombang elektromagnet hanya dapat dideteksi melalui interaksinya dengan
material kimia yang menjadi sasaran radiasinya. Jika interaksinya kecil sekali
maka radiasi itu tidak dapat atau suka diseteksi, diukur intensitas radiasi, dan
diketahui kekuatan radiasinya, begitu pula sebailiknya. Dampak interaksi dapat
terjasi secara fisika dan secara kimia. Terjadi secara fisika jika energi yang diserap
oleh material kimia hanya dapat membuat energi dalamnya bertambah sehingga
keadaanya menjadi tereksitasi tetapi tidak menyebabkan perubahan jenis material
kimia tersebut. Terjadi secara kimia bila akibat interaksi antara material kimia dan
radiasi menyebabkan keadaan material kimia menjadi tereksitasi dan lebih lanjut
mengalami perubahan jenis nuklida atau molekul-molekulnya. Interaksi yang
dimaksud meliputi interaksi radiasi partikel alfa dan ion positifnya, partikel beta,
radiasi gamma, partikel proton, dan netron dengan suatu material kimia yang
menjadi sasaran radiasinya, dan dampak dari interaksi antara radiasi dengan
material kimia tersebut. Material kimia menjadi bahan kajian difokuskan pada
nuklida-nuklida atau molekul-molekul penyusun dari materi kimia tersebut.
1.2. Interaksi Partikel Bermuatan dengan Materi
Partikel Berat Bermuatan. Partikel berat bermuatan seperti sinar alfa,
proton, deutron, dan fragmen isi merupakan partikel inti atom yang bermuatan
positif. Massa dan muatan menyebabkan partikel ini memiliki daya tembus yang
sangat pendek tetapi daya ionisasinya sangat kuat sepanjang lintasannya. Partikel
alfa dihasilkan oleh beberapa unsur berat radioaktif. Ia identik dengan inti atom
helium ( He24 2+) dan memiliki energi yang diskrit. Proton (H+) dan deutron ( D1
2 +)
masing-masing adalah inti atom hidrogen biasa dan inti atom hidrogen berat.
Fragmen fisi terbentuk ketika bahan dapat belah seperti uranium-235 dan
plutonium-239 menangkap netron dan membelah menjadi fragmen-fragmen fisi.
Contohnya adalah reaksi yang terjadi pada reaktor nuklir. Fragmen fisi kehilangan
3
sebagian elektronnya sehingga pada mulanya ia memiliki muatan total sampai
20+. Fragmen isi memiliki energi memiliki energi yang sangat tinggi (di atas 100
MeV) dan kerapatan ionisasi sangattinggi.
Jarak tembus pertikel-partikel tersebut dalam air sangat pendek. Untuk
partikel dengan energi 1 MeV jarak tembusnya dalam air adalah 5 mikron (5 μm)
untuk partikel alfa dan 30 mikron (30 μm) untuk proton. Jarak tebus fragmen fisi
adalah sekitar 0,1 mm (100 μm).
Penurunan energi bermuatan terutama disebabkan oleh peristiwa ionisasi
terhadap molekul medium yang dilalui. Kerapatan ionisasi yang dihasilkan sangat
tinggi terutama pada akhir-akhir lintasan.
1.2.1.Radiasi Partikel Alfa dan Ion Positif
Radiasi partikel alfa juga dianggap sebagai radiasi partikel ion positifnya
dari isotop nuklida helium He+, sedangkan yang disebut ion positif dapat berupa
inti nuklida helium atau He+ dan ion positif dari isotop nuklida atau molekul-
molekul lainnya yang mempunyai massa kecil, contohnya adalah proton 1H1. Jika
ia menerobos ke dalam sebuah nuklida-nuklida atau molekul-molekul yang
menjadi sasaran radiasinya ia akan kehilangan sebagian atau seluruh energi
radiasinya. Nuklida-nuklida atau molekul-molekul yang menyerap energi dari
enrgi radiasi alfa atau ion positif akan menjadi tereksitasi, lebih lanjut dapat
terionisasi atau bersifat radioaktif. Proses tranfer energi dari radiasi partikel alfa
atau ion postif pada nuklida-nuklida atau molekul-molekul yang menjaid sasaran
radiasi, dan dampak terjadinya tranfer energi akan diuraikan sebagai berikut.
1.2.1.1. Proses Kehilangan Energi Gerak
Selama menerobos ke dalam material kimia yang menjadi sasaran radiasi,
partikel-partikel alfa atau ion positif melakukan transfer energi yang dibawanya
kepada nuklida-nuklida atau molekul-molekul yang menjadi sasaran yang
dilaluinya. Adanya transfer energi menyebebkan jumlah energi radiasi partikel
alfa atau ion positifnya menjadi berkurang, dan energi nuklida-nuklida atau
molekul-molekul yang menjadi bidang sasaran energinya bertambah, bahkan ada
4
nuklida ataupun molekul yang keberadaannya menjadi tereksitasi. Berkurangnya
energi radiasi partikel alfa atau ion positif tersebut menyebebkan berkurang
kemampuannya menerobos nuklida atau molekul yang menjadi sasaran radiasi
pada tahapan berikutnya.
Berkurangnya energi radiasi partikel alfa atau ion positif tidak hanya
disebabkan oleh adanya transfer energi tetapi juga disebabkan oleh adanya energi
yang digunakan untuk mengtasi daya coulomb yang ditimbulkan oleh proton dan
elektron yang ada dalam nuklida-nuklida atau molekul-molekul yang menjadi
sasaran radiasinya. Semakin banyak jumlah nuklida-nuklida atau molekul-
molekul yang berinteraksi dengan radiasi partikel alfa atau ion positifnya, maka
akan semakin besar pula jumlah energi yang dikeluarkan untuk mengtasi atau
melawan data coulomb tersebut.
Proses penurunan energi radiasi partikel alfa atau ion positif yang
disebabkan oleh adanya daya coulomb adalah sebagai berikut. Jika radiasi partikel
alfa atau ion positif yang telah menerobos lapisan pertama dari keseluruhan
lapisan-lapisan nuklida atau molekul-molekul yang menjadi sasaran radiasi itu
masih memiliki gerak yang cukup untuk menerobos, maka ia akan terus
menerobos ke lapisan nuklida atau molekul yang menjadi sasaran radiasi
berikutnya. Gerak laju radiasi partikel alfa atau ion positif akan berhenti setelah ia
tidak mempunyai sasaran radiasi tersebut.
1.2.1.2. Jarak Tempuh Partikel Alfa dan Ion Positif
Jarak tempuh radiasi partikel alfa atau ion positif adalah jarak yang dilalui
oleh radiasi partikel alfa atau ion positif dari sumber radiasi sampai tempat
dimana partikel alfa atau ion positif itu berhenti tidak melaju. Jarak yang
ditempuh oleh radiasi pertikel alfa atau ion positif satu dengan yang lain yang
berasal dari sumber radiasi yang sama belum tentu sama. Hal ini dikarenakan oleh
sifat statistika dari tumbukan antar partikel alfa tau ion positif tersebut. Jika yang
meluruh itu radiasi alfamaka akibat terjadinya tumbukan antar partikel alfa akan
menghasilkan partikel alfa sebagai ion positifnya (2He4)+ yang sampai batas akhir
perjalanannya belum mengikat elektronnya kembali.
5
1.2.1.3. Dampak Interaksi Radiasi Alfa dan Ion Positif dengan Materi
Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi
yang akan menimbulkan berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada
jenis radiasi, energi dan juga bergantung pada jenis materi yang ditumbuk. Pada
umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi dan atau proses eksitasi
ketika melewati materi yang ditumbuknya.
Ionisasi bisa terjadi pada saat radiasi berinteraksi dengan atom materi
yang dilewatinya. Radiasi yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi disebut
radiasi pengion. Termasuk dalam katagori radiasi pengion ini adalah partikel
alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Pada saat menembus
materi, radiasi pengion dapat menumbuk elektron orbit sehingga elektron terlepas
dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion positif dan ion negatif.
1.3. Interaksi Radiasi Beta dengan Materi
Dibandingkan dengan partikel alpha, partikel beda adalah sangat kecil.
Partikel beta (negatif) ini memiliki satu satuan muatan elementer negatif dan
massanya dapat diabaikan terhadap massa partikel alpha. Partikel beta ini pada
dasarnya identik dengan elektron yang mengorbit di atom penyerap (dengan
muatan listrik yang sama), dapat menyebabkan terjadinya ionisasi langsung
dengan gaya tolak coulomb terhadap elektron yang mengorbit tersebut. Partikel
beta ini dapat pula menyebabkan terjadinya eksitasi bila energinya tidak cukup
besar untuk dapat membuat elektron orbit lepas dari sistem atom.
Partikel beta dapat menimbulkan ionisasi langsung lebih sedikit dari pada
partikel alpha dan dapat bergerak lebih jauh di dalam bahan penyerap. Partikel
beta dengan energi sebesar 3,5 MeV dapat melintas di udara sejauh sekitar 11
meter dan apabila di dalam jaringan dapat mencapai jarak sekitar 15 mm. Partikel
beta berenergi rendah 0,157 MeV yang dipancarkan oleh Carbon-14 hanya
mampu melintas di udara sejauh 30 cm dan apabila di jaringan sekitar 0,8 mm.
Partikel beta yang berenergi lebih tinggi dapat melintas sampai dekat ke
inti atom dari bahan penyerap. Partikel ini kehilangan sebagian energinya karena
6
mengalami pelambatan (pengereman) di dalam medan listrik inti. Energi
pengereman yang terambil dari energi kinetik partikel beta tersebut, akan muncul
sebagai sinar-X. Radiasi tipe ini yang disebut sebagai bremsstrahlung, yang dalam
bahasa Jerman berarti radiasi pengereman.
Radiasi Bremsstrahlung merupakan hal yang penting di dalam proteksi
radiasi. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus bagi organisasi/perorangan
pemilik pesawat sinar-X untuk berusaha meminimalkan munculnya radiasi
bremsstrahlung di ruang pesawat sinar-X dalam rangka keselamatan radiasi
terhadap operator dan konsumen yang dilayani.
1.3.1. Proses Kehilangan Energi Radiasi Beta
Mekanisme hilangnya partikel beta sama dengan mekanisme pada partikel
alfa, yaitu diserap bahan yang dilewati untuk proses ionisasi dan eksistasi. Partikel
beta akan kehilangan energi 3,4 eV setiap pembentukan satu pasang ion. Namun
karena partikel beta lebih kecil (sekitar 1/7300 dari massa partikel alfa) dan
muatan yang lebih rendah (1/2 dari partikel alfa), maka konsekuensinya partikel
beta dalam sepanjang jejaknya tidak memproduksi pasangan ion per cm sebanyak
yang dibentuk 49 partikel alfa. Partikel beta dengan energi 3 MeV mempunyai
jangkaun di udara lebih dari 1.000 cm namun hanya mampu menghasilkan
beberapa pasangan ion per mm sepanjang jejaknya.
Ionisasi spesifik (Is) partikel beta di udara bervariasi dari 60 sampai 7.000
pasangan ion per cm. Ionisasi spesifik bernilai besar untuk partikel beta berenergi
rendah, selanjutnya berkurang secara cepat untuk energi yang makin besar, hingga
mencapai minimum pada energi sekitar 1 MeV. Ionisasi spesifik ini berlahan-
lahan naik untuk energi lebih besar dari 1 MeV.
Persamaan ionisasi spesifik ditulis:
Is= dx/dK
W
dK/dx adalah laju kehilangan energi akibat ionisasi dan eksitasi oleh
partkel beta (MeV/cm) dan W adalah energi rata-rata untuk membentuk satu
pasangan ion.
Satu hal yang menarik, karena partikel beta bermuatan listrik dan
bergerak dengan kecepatan tinggi, apabila melintas dekat inti atom, maka gaya
7
elektrostatik inti menyebabkan partikel beta membelok dengan tajam. Peristiwa
ini menyebabkan partikel beta kehilangan energinya dengan memancarkan
gelombang elektromagnetik yang dikenal sinar-X Bremsstrahlun
1.3.2. Jarak Tempuh Radiasi Beta
Jarak tempuh radiasi beta di medium udara hamper 500 x jarak tempuh
radiasi alfa atau ion positif dengan energy gerak yang sama. Lebih jauhnya jarak
tempuh radiasi beta dibandingkan dengan radiasi alfa atau ion positif juga terjadi
dalam medium lain. Radiasi beta yang berenergi 0,5 MeV mampu menjangkau
jarak tempuh di udara sejauh sekitar 150 cm, dan bila energinya 2 MeV mampu
menembus jarak sejauh kira-kira 850 cm. besarnya jarak tempuh radiasi beta ®
berbanding lurus dengan energy radiasinya (E) yang dinyatakan dengan
persamaan berikut : R=0,534 E- 0,160
1.3.3. Dampak Interaksi Radiasi Beta dengan Materi
Nuklida –nuklida yang tereksitasi sifatnya tidak stabil dan untuk
menuj ke keadaan yang stabil ia harus melakukan perubahan-perubahan.
Perubahan yang dilakukan oleh nuklida atau molekul yang tereksitasi itu antara
lain dengan melakukan proses ionisasi.
Molekul air setelah berinteraksi dengan radiasi beta membentuk
molekul air yang bermuatan negative H2O- dan tidak stabil. Untuk menuju ke
keadaan yang stabil ia akan berinteraksi dengan molekul air yang lain, untuk
membentuk molekul gas hydrogen H2 dan ion hidroksil OH-.
Dampak terjadinya interaksi antara radiasi beta dan nuklida atau
molekul yang menjadi sasaran radiasi beta tersebut juga dapat menghasilkan
nuklida atau molekul yang tereksitasi, seterusnya dari keadaan tereksitasi ini
mengalami peristiwa ionisasi.
Molekul air berbintang adalah molekul air yang berada dalam
keadaaan tereksitasi sebagai akibat teradiasi oleh radiasi beta, dan hv adalah
energi radiasi beta. Hasil interaksi antara radiasi beta dan isotop nuklida N-14
adalah isotop nuklida radioaktif C-14 dengan waktu paruh t1/2=5730 tahun.
8
Isotop radioaktif C-14 ini dapat memancarkan radiasi beta dan membentuk isotop
nuklida N-14 kembali .
1.4. Interaksi Radiasi Elektromagnetik dengan Materi
Tidak seperti pada partikel bermuatan, foton dalam melewati materi tidak
dapat kehilangan energi secara kontinyu sepanjang jejak yang dilalui. Sebaliknya,
dalam dua dari tiga proses fundamental foton berinteraksi dengan materi, maka
semua energi foton dipindahkan ke medium dalam satu interaksi. Dengan
demikian absorpsi foton dalam materi diharapkan bersifat eksponensial dengan
tebal paruh yang Iebih besar dari jangkauan partikel beta yang memiliki energi
sama. Sebagai akibatnya maka ionisasi jenis rata-rata sinar gamma kemungkinan
sepersepuluh sampai dengan seperseratus dari ionisasi jenis radiasi elektron untuk
energi yang sama. lonisasi yang diamati untuk sinar gamma hampir seluruhnya
sekunder. Hilangnya energi rata-rata per pasangan ion yang terbentuk sama
dengan sinar beta, misalnya 35 eV dalam udara.
1.4.1. Proses Kehilangan Energi Radiasi Gamma dan Dampaknya
Pada energi rendah, proses terpenting adalah efek fotolistrik. Pada proses
ini kuantum elektromagnetik berenergi hv melepaskan elektron yang terikat dari
atomnya atau molekul dan keluar dan atomnya dengan energi sebesar (hv - εb),
dengan εb adalah energi ikat elektron. Kuantum radiasi hilang seluruhnya dalam
proses ini, dan kekekalan momentum kemungkinan hanya karena atom yang
ditinggalkan elektron dapat menerima momentum. Untuk energi foton yang lebih
besar dari energi ikat pada kulit K dan atom absorber, maka absorpsi fotolistrik
terutama terjadi pada kulit K, sedangkan kulit L hanya menyumbang sekitar 20%
saja dari kulit yang lebih luar lagi akan memberikan sumbangan yang lebih kecil.
Dengan alasan ini, maka kemungkinan absorpsi fotolistrik memiliki
diskontinyuitas yang tajam pada energi yang setara dengan energi ikat pada kulit
K, L, M, dan seterusnya. Untuk energi foton di atas energi ikat kulit K dan
absorber, pada awalnya absorpsi fotolistrik akan turun dengan cepat (sekitar E-
7γ/2), kemudian turun perlahan-lahan (sekitar E-1γ) dengan bertambahnya
energi. Hal ini juga sebanding dengan Z5. Energi sinar gamma yang memberi
sumbangan 5% pada total absorpsi sinar gamma adalah 0,15 MeV untuk
alumunium, 0,4 MeV untuk tembaga, 1,2 MeV untuk timah, dan 4,7 MeV untuk
9
timbal. Kecuali untuk unsur berat, absorpsi fotolistrik relative tidak penting
untuk energi di atas 1 MeV.
Foton kemungkinan hanya memindahkan sebagian energinya ke elektron yang
terikat ataupun yang bebas. Foton tidak hanya berkurang energinya tetapi
arahnya berbelok dari arah semula. Proses ini disebut sebagi efek Compton atau
hamburan Compton.
Hubungan antara hilangnya energi dengan sudut hamburan dapat diturunkan dari
kondisi relativitas untuk kekekalan momentum dan energi.
Sudut dieliminasi antara persamaan (4-17) dan (4-18) dengan menggunakan
hubungan (sin2 φ + cos2 φ) = 1, hasilnya adalah
Persamaan (4-19) disubstitusikan ke persamaan (4-16) diperoleh
Dengan menggunakan hubungan antara energi foton dan panjang gelombang
(E=hc/γ), maka persamaan (4-20) menjadi
dimana me adalah massa rehat elektron, h/mec = 2,42631.10-10 cm disebut
sebagai panjang gelombang Compton elektron.
Persamaan (4-21) menunjukkan bahwa untuk energi tertentu, maka terdapat
energi minimum (panjang gelombang maksimum) untuk sinar gamma yang
dihamburkan dan dapat terjadi hamburan dengan arah kebalikan arah semula,
10
yaitu jika cos ϑ = -1 Sebaliknya elektron Compton akan menerima energi
maksimum. Energi minimum ini dapat dihitung dengan persamaan
Energi sinar gamma bervariasi antara suatu nilai minimum sampai dengan
maksimum, sehingga spektrum energi elektron Compton terbentang dari nilai nol
sampai dengan energi maksimum yang agak kurang dari energi sinar gamma
mula-mula. Demikian juga untuk sinar gamma, energi sinar gamma yang
terhambur terbentang dari energi maksimum yang besarnya sama dengan energi
sinar gamma mula-mula sampai dengan energi minimum yang mendekati ½ E0 =
250 KeV.
Hamburan Compton per elektron tidak tergantung pada nomor atom (Z), sehingga
koefisien hamburan per atom sebanding dengan Z. Untuk energi lebih dan 0,5
MeV mendekati sebanding dengan E-1γ. Dengan demikian hamburan Compton
berkurang sedikit demi sedikit (berkurangnya lebih lambat dibandingkan dengan
fotolistrik) dengan kenaikan energi, paling tidak untuk energi menengah (sampai
dengan 1 atau 2 MeV), bahkan di dalam timbal proses ini mendominasi untuk
daerah energi 0,6 sampai dengan 4 MeV.
1.4.2. Jarak Tempuh Radiasi Gamma
Jika sinar gamma menembus materi, maka akan mengalami penyerapan oleh
interaksi dengan atom-atom dari bahan penyerap, terutama oleh efek fotolistrik,
efek compton dan oleh pembentukan pasangan. Hal ini mengakibatkan terjadi
penurunan intensitas radiasi dengan jarak yang ditempuhnya melalui bahan
penyerap.
1.4.3. Dampak Interaksi Gamma dengan Materi
Ada tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi gamma melewati
bahan, yaitu efek fololistrik, hamburan Compton dan produksi pasangan. Ketiga
proses tersebut melepaskan elektron yang selanjutnya dapat mengionisasi atom-
atom lain dalam bahan. Peluang terjadinya interaksi antara radiasi gamma
11
dengan bahan ditentukan oleh koefisien absorbsi linier (μ). Karena penyerapan
intensitas gelombang elektromagnetik melalui tiga proses utama, maka nilai μ
juga ditentukan oleh peluang terjadinya ketiga proses tersebut, yaitu μf untuk
foto listrik, μc untuk hamburan Compton dan μpp untuk produksi pasangan.
Koefisien absorbsi total (μt) dari ketiga koefisien tersebut
tμ = μ f+ μ c + μ pp
7.3.1 Efek fotolistrik
Efek foto listrik adalah peristiwa diserapnya energi foton seluruhnya oleh
elektron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron tersebut terlepas
dari ikatan atom. Elektron yang terlepas dinamakan fotoelektron.efek foto listrik
terutama terjadi antara 0,01MeV hingga 0,5 MeV.
Efek fotolistrik ini umumnya banyak terjadi pada materi dengan Z yang besar,
seperti tembaga (Z = 29).
Energi foton yang datang sebagian besar berpindah ke elektron fotolistrik dalam
bentuk energi kinetik elektron dan sebagian lagi digunakan untuk melawan
energi ikat elektron (W0).
Besarnya energi kinetik fotoelektron (K) dalam peristiwa ini adalah:
K = hf− W0
1.5. Interaksi Radiasi Netron dengan Materi
Netron merupakan partikel tidak stabil dengan waktu paruh ± 12 menit dan
meluruh menjadi 1 p, 1 n dan 1 netrino. Netron tidak bermuatan, sehingga tidak
dipengaruhi oleh medan magnit maupun medan elektrostatis. Netron hanya
dibelokkan apabila bertumbukan dengan partikel lain.
Netron dihasilkan menggunakan 2 proses umum, yaitu penembakan inti dan
pembelahan dalam suatu reaktor. Sumber partikel yang menggunakan
penembakan inti sebagai sumber netron ada dua jenis, yaitu menggunakan
12
sumber radioaktif maupun menggunakan pemercepat partikel bermuatan dengan
tegangan tinggi.
1.5.1. Proses Kehilangan Energi Radiasi Netron
Hamburan Elastik
Hamburan elastik adalah penyebab utama dari moderasi (perlambatan)
netron. Dalam suatu tumbukan elastik, energi kinetik total dan momentum total
dari netron dan inti tetap konstan. Dalam hal ini tidak terjadi kehilangan energi
dengan pelepasan radiasi elektromagnetik. Unsur-unsur yang sering digunakan
sebagai Moderator adalah hidrogen dan karbon. Hidrogen adalah moderator
yang sangat efisien karena mempunyai massa yang hampir sama dengan netron
sehingga pada tumbukan elastik sempurna akan menghasilkan derajat moderasi
terbesar.
Hamburan Resonansi Tak Elastik
Hamburan yang menyebabkan kehilangan dalam energi total dari sistem
yang bertumbukan. Dalam suatu reaksi jenis (n, n’) dengan n adalah netron
penembak dan n’ adalah netron yang lebih lambat yang dilepaskan inti sasaran
dan perbedaan energi kedua netron tersebut dipancarkan sebagai suatu foton.
Untuk kebanyakan inti penangkapan netron menghasilkan peningkatan energi
sekitar 8 MeV ditambah energi kinetik netron. Hal ini menyebabkan energi inti
yang terbentuk sesudah penangkapan netron berada dalam tingkat energi yang
tinggi. Kestabilan dicapai dengan pemancaran partikel atau foton. Jenis reaksi
penangkapan bergantung pada energi netron penembak, sehingga menurut
energinya, netron dibagi menjadi 4, yaitu:
Netron Lambat (Termal)
Energi inti meningkat hanya sekitar 8 MeV dan umumnya tidak cukup
untuk mengeluarkan suatu partikel. Reaksi umumnya ialah jenis reaksi (n, γ)
yang dikenal dengan reaksi Pengaktifan.
Netron Intermediate
Penangkapan dapat menghasilkan reaksi pengaktipan sebanyak di atas,
tetapi inti gabungan yang dihasilkan juga mempunyai cukup energi untuk
mengatasi energi ikat dan mengeluarkan suatu partikel.
13
Netron Cepat
Energi kinetiknya sampai 10 MeV memberi sumbangan sampai sekitar 18
MeV kepada inti. Energi ikat suatu nukleon hanya sekitar 8 MeV, sehingga dua
partikel dapat dilepaskan dari inti.
Netron Relativitas
Jumlah nukleon yang dapat dilepaskan dari inti sasaran dengan netron ini
lebih besar lain.
1.5.2. Perlambatan Laju Reaksi Netron
Dengan reaksi hamburan nuklida dapat mengurangi energi neutron
sehingga neutron akan melambat. Cara yang biasa digunakan untuk
menunjukkan kemampuan nuklida untuk melakukan perlambatan terhadap
neutron disebut tahap perlambatan (slowing down decrement). Hal ini
didefinisikan sebagai nilai rerata dari logaritma natural rasio energi hilang.
Tahap perlambatan tidak bergantung kepada energi neutron yang terhambur.
Kita dapati bahwa pada tumbukan elastik, secara rerata neutron akan kehilangan
sejumlah fraksi energi logaritmik yang sama tanpa bergantung kepada energi
awalnya. Hal itu terjadi karena hanya bergantung kepada massa atomik dari
nuklida yang mengalami hamburan. Tahap perlambatan dapat diekspresikan
sebagai fungsi massa atomik dari nuklida yang mengalami hamburan.
1.5.3. Dampak Interaksi Radiasi Netron dengan Materi
Sebuah nuklida yang tereksitasi sebagai akibat berinteraksinya dengan
radiasi netron lambat akan mengalami reaksi nuklir. Dampak dari reaksi nuklir
tersebut dapat dihasilkan jenis nuklida baru, radiasi alfa, beta, gamma, proton,
netron, dan sejumlah energi. Jika radiasi netron lambat berinteraksi dengan
isotop nuklida Na-23 akan menghasilkan isotop nuklida radioaktif Na-24. Isotop
nuklida radioaktif Na-24 kemudian meluruhkan radiasi beta dan isotop nuklida
Mg-24. Jika radiasi netron lambat berinteraksi dengan isotop nuklida N-14 akan
menghasilkan isotop nuklida radioaktif C-14 dan radiasi proton. Begitu
mudahnya radiasi netron lambat mempengaruhi nucleus suatu nuklida sehingga
menjadi radioaktif maka netron lambat sering digunakan untuk membuat isotop
nuklida radioaktif.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
1. Dampak interaksi dapat terjasi secara fisika dan secara kimia. Terjadi secara
fisika jika energi yang diserap oleh material kimia hanya dapat membuat energi
dalamnya bertambah sehingga keadaanya menjadi tereksitasi tetapi tidak
menyebabkan perubahan jenis material kimia tersebut.
2. Partikel berat bermuatan seperti sinar alfa, proton, deutron, dan fragmen isi
merupakan partikel inti atom yang bermuatan positif. Massa dan muatan
menyebabkan partikel ini memiliki daya tembus yang sangat pendek tetapi daya
ionisasinya sangat kuat sepanjang lintasannya
3. Partikel beta ini pada dasarnya identik dengan elektron yang mengorbit di atom
penyerap (dengan muatan listrik yang sama), dapat menyebabkan terjadinya
ionisasi langsung dengan gaya tolak coulomb terhadap elektron yang mengorbit
tersebut.
4. Tidak seperti pada partikel bermuatan, foton dalam melewati materi tidak dapat
kehilangan energi secara kontinyu sepanjang jejak yang dilalui. Sebaliknya, dalam
dua dari tiga proses fundamental foton berinteraksi dengan materi, maka semua
energi foton dipindahkan ke medium dalam satu interaksi.
5. Netron merupakan partikel tidak stabil dengan waktu paruh ± 12 menit dan
meluruh menjadi 1 p, 1 n dan 1 netrino. Netron tidak bermuatan, sehingga tidak
dipengaruhi oleh medan magnit maupun medan elektrostatis. Netron hanya
dibelokkan apabila bertumbukan dengan partikel lain.
3.2. Saran
Kita seharusnya mengetahui suatu interaksi radiasi dengan materi apabila
mempelajari radiokimia yang tidak kita ketahui dapat dipelajari dalam materi ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Keenan et al,(1986). Kimia untuk Universitas, Jilid 2, Erlangga,Jakarta
Retug,N. & Kartowasono,N.(2005).Radiokimia. Singaraja : IKIP Negeri
Singaraja
16