integri to

40
EDISI 9 /TH.III/SEPTEMBER 2009 1

Upload: adisuparto2009

Post on 25-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 1

Page 2: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 20092

Page 3: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 3

Tajuk 04 Antara Phoenix,

Sepeda Ontel, dan Kode Etik

05 Serunai

Utama 06 Menjaga Kode Etik

Perintis 16 Sahabat Kala Senja

Zoom 20 Bikin Gentar Koruptor

31 Sulur

Resensi 36 Integritas Sektor Publik

PortalAgar Orientasi Lebih Berarti

24

MozaikAda Noda di Suramadu35

TokohNegarawan

Berintegritas Tinggi

32

CakrawalaKorupsi Tenggelam di Negeri Seribu Danau

28

D A F T A R I S I

Penanggung JawabPIMPINAN KPK

PengarahBambang Sapto Pratomosunu

Pemimpin RedaksiJohan Budi SP

Wakil Pemimpin RedaksiPriharsa Nugraha

Redaktur PelaksanaIpi Maryati Kuding

Staf RedaksiIrsyad Prakarsa, Chrystelina GS, Moch. Maryudi Setiawan, Ramdhani, Gumilar Prana Wilaga, Yuyuk Andriati Iskak

KontributorAdhi Setyo Tamtomo, Asep Chaeruloh, Nanang Farid Syam, Giri Suprapdiono, David Hartono Hutauruk, Aida Ratna Zulaiha, Niken Ariati, Riesa Susanti, Hendra Teja, Wuryono Prakoso, Harismoyo Retnoadi, Supadi, Lira Redata, R. Eric Juliana Rachman

SirkulasiAfi fudin

Alamat Redaksi:KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIAJl. HR Rasuna Said Kav C-1Jakarta 12920Telp. 021 2557 8498Faks. 5290 5592e-mail: [email protected]: www.kpk.go.id

Page 4: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 20094

Oleh: Johan Budi SP (Pemimpin Redaksi)

T A J U K

Menjelang kematiannya pada usia 500 tahun, seekor burung membuat

sarang dari ranting-ranting kering pohon kayu manis. Bersama sarangnya, burung itu pun kemudian terbakar sampai menjadi abu. Tanpa sisa.

Habiskah riwayatnya? Ternyata tidak. Kehancuran Phoenix (baca: fi niks), burung tersebut, justru menjadi awal bagi kehidupan selanjutnya. Seakan-akan terlahir kembali (rebirth), burung yang digambarkan memiliki badan api itu, seperti terkremasi dan kemudian memunculkan Phoenix yang baru, yang lebih segar.

Sebagaimana digambarkan dalam mitologi Phoenix yang marak berkembang di Mesir, Lebanon, Yunani, Cina, dan Jepang, selalu ada kehidupan baru sesudah kehidupan yang telah dijalani. Setelah lama berkalang liku-liku, akan muncul kehidupan anyar, yang akan diisi dengan perjuangan dan kisah hidup berikutnya. Tak salah, jika pada akhirnya Phoenix dijadikan simbol yang tepat untuk menggambarkan adanya semangat baru dalam perjuangan.

Antara Phoenix, Sepeda Ontel, dan Kode Etik

Kode etik menjaga martabat KPK dengan sangat ketat. Harga mati untuk zero tolerance.

Di Indonesia, kisah tentang burung tersebut mungkin terdengar aneh. Meski sama-sama berbau mistis, namun legenda-legenda lokal seperti Malin Kundang, Bandung Bondowoso, atau Sangkuriang, justru lebih akrab di telinga. Bahkan kalau ditanya tentang Phoenix, yang terbersit di benak orang kita, terutama orang tempo doeloe, justru merek sepeda ontel yang sangat terkenal. Ketenaran sepeda Phoenix masa lalu, mungkin baru bisa disamai oleh merek radio paling kesohor ketika itu, Philips.

Tentu saja, ketiadaan Phoenix dalam kisah-kisah di negeri ini, bukan berarti tak ada pula cerita tentang ‘terlahir kembali’. Justru secara hakiki dan lebih rasional, konsep terlahir kembali sebenarnya sudah menyatu dalam keseharian masyarakat Indonesia. Apa itu? Tak lain melalui momentum Idul Fitri yang baru saja kita lalui. Sebagaimana diajarkan dalam Islam, setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, seorang anak manusia seperti terlahir kembali dalam keadaan suci ketika Idul Fitri. Ibarat kertas, kita semua kembali putih tanpa noda dan tanpa cela, begitu kurang lebih.

Lantas, apa yang akan kita lakukan setelah ‘terlahir kembali’? Sebagai insan KPK tentu kita berharap, bisa mengisi kertas putih itu dengan prestasi-prestasi terbaik. Apalagi, sesuai dengan tugasnya dalam mewujudkan Indonesia yang bebas korupsi, beban KPK sungguh teramat berat. KPK tidak hanya dituntut

untuk bisa memberantas korupsi di berbagai lini, namun juga diharapkan dapat membentengi diri sendiri (self protect), agar martabatnya sebagai sang pemberantas korupsi, bisa terjaga.

Mampukah KPK? Mengapa tidak. Salah satu cara adalah dengan menjaga kode etik secara ekstra ketat, kapan pun dan di mana pun. Dengan menjaga kode etik, maka KPK bisa terlindungi dari berbagai konfl ik kepentingan yang berpotensi merongrong kewibawaan lembaga ini. Dengan menjaga kode etik pula, maka KPK bisa memelihara nilai-nilai luhur yang dimilikinya, sebagai bekal dalam menopang tugasnya yang mahaberat tersebut.

Begitulah. Jika setiap insan KPK bisa melakukannya berdasarkan prinsip zero tolerance, maka tak ada lagi noda yang dapat mencoreng wajah KPK. Dan, muaranya, apalagi kalau bukan kinerja yang semakin meningkat, waktu demi waktu. Ini persis sebagaimana dikatakan penyair besar asal Persia, Jalaluddin Rumi, dalam salah satu puisinya. Dari sana Rumi menggambarkan, betapa kualitas kehidupan baru yang selalu lebih baik ketimbang sebelumnya. Tidak benar-benar mirip Phoenix memang, namun semangatnya bisa kita teladani:

Aku mati sebagai mineraldan menjelma sebagai tumbuhan,aku mati sebagai tumbuhandan lahir kembali sebagai binatang.Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku harus takut?Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Page 5: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 5

S E R U N A I

Foto-foto: spora

SSSSSSSSSS EEEEEEEE RRRRRRRRR UUUUUUUUUUUU NNNNNNNNNN AAAAAAAAA IIIIIIIII

FotFotFottFotFototo-fo-fo fo-fo-fo-fo-fo-o otootootootoototootoo : s: s: s: s: s: s: porporporporporporp aaaaaaFoFoFoFFFoF

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 5

Page 6: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 20096

U T AMA

Tembok ke sa bar-an Irwan

hampir runtuh, kalau saja dia tak membaca berita terbaru dari internet hari itu.

Lebih dari sebulan dia menunggu, tetapi yang dinanti tak kunjung tiba. “Cuma main-main aja kali, ya,” begitu gerutunya hampir saban hari.

Karyawan agen perjalanan di Tangerang ini memang pantas gundah. Hampir patah arang dia menunggu perkembangan berita yang menurutnya menarik. Namun, selama itu pula dia tak menemukan ada yang berubah.

Maka, beruntunglah kalau akhirnya sorot matanya menangkap judul besar yang terpampang pada layar monitor, “Pembentukan Komite Etik KPK, Tunggu Ketok Palu.”

Lega sekaligus penuh harapan. Ya, harapan akan adanya satu pagar yang dapat menjaga KPK selalu pada relnya. Dengan memegang teguh kode etik, dalam bayangan Irwan, insan KPK bisa kukuh menjaga integritas yang tak hanya dipertaruhkan bagi lembaga tapi juga demi bangsa dan negara.

Selintas Irwan pun teringat kisah seorang hakim pada zaman Rasulullah yang ia dengar di satu pengajian. Syahdan, kala menuju tempat kerja, perjalanan sang hakim tertahan hujan lebat. Sang hakim pun berteduh. Ketika hujan mereda, tiba-tiba dia didekati seorang lelaki yang menawarinya payung.

“Tuan, pakailah ini agar Anda tidak basah kuyup,” tawar lelaki itu.

Apa jawaban sang hakim? Ini dia yang membuat Irwan salut. Begini jawabannya, “Terima kasih, bagaimanapun saya tidak akan menerima tawaran baik Anda.”

“Kenapa?” potong lelaki tadi.

“Saya ini hakim. Saya khawatir suatu saat jika Anda tersangkut masalah hukum, saya tidak bisa berbuat adil karena telah menerima bantuan dari Anda,” tegas sang hakim.

Tegas dan berintegritas, begitu kira-kira. Dan, sebagaimana sang hakim yang tak bersedia dipayungi,

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 20096

Page 7: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 7

U T AMA

memberikan sanksi jika terjadi pelanggaran kode etik adalah Komite Etik. “Sedangkan jika yang melanggar kode etik adalah pegawai, maka ditangani oleh Pengawasan Internal (PI) dan kemudian dibawa ke Dewan Pertimbangan Pegawai (DPP),” katanya.

Begitupun, baik pimpinan maupun pegawai tetap terikat dengan kode etik masing-masing. Mereka sama-sama berkewajiban untuk mematuhi dan menjaga kode etik tersebut. Dan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 Kode Etik Pegawai, maka kode etik harus dilaksanakan tanpa toleransi sedikit pun (zero tolerance).

Pemahaman utuhDon’t judge a book

by the cover, begitu pula dengan kode etik. Kode etik tidak bisa dinilai jika hanya melihat sisi luarnya saja. Selain harus dimengerti secara menyeluruh, kode etik juga harus menjadi Pimpinan KPK wajib membatasi pertemuan di ruang publik, seperti hotel.

Pimpinan dan pegawai KPK terikat kode etik tanpa toleransi. Menjaga sang penjaga.

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 7

begitu pula insan-insan KPK dalam bersikap, yang dilandaskan atas kode etik yang ketat. Bayangkan, bukan hanya bermain golf dengan kolega yang dilarang, makan pun tidak boleh ditraktir. Bukankah itu luar biasa?

Dua kode etikKode etik merupakan

norma yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan, baik

oleh pimpinan KPK maupun pegawai, dalam menjalan-kan tugas-tugas organisasi atau kehidupan pribadi.

Kode etik ini dibuat dengan tujuan untuk menjaga martabat, kehor-mat an, citra, dan kredibilitas KPK. Selain itu, juga untuk menghindarkan segala benturan pegawai KPK dalam rangka mencapai dan mewujudkan visi dan misi KPK. Jadi, memang sudah

jelas bahwa kode etik harus dijaga, karena kode etik itu pula yang nantinya akan menjaga kredibilitas KPK.

Menurut Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, kode etik antara pimpinan dan pegawai memang berbeda. Itu bisa dilihat antara lain dari pemberian sanksi bagi yang melanggar. Jika terjadi dugaan pelanggaran kode etik oleh pimpinan, maka yang berwenang

Page 8: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 20098

U T AMA

kepentingan sekecil apapun, sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 Ayat (2) huruf d.

Bukan hanya larangan bermain golf yang tercantum dalam kode etik pimpinan KPK. Pimpinan KPK juga dilarang menerima imbalan yang bernilai uang untuk kegiatan yang berkaitan dengan fungsi KPK. Bahkan, mereka dilarang menerima honorarium resmi jika menjadi pembicara di suatu acara.

Satu-satunya imbalan uang bagi pimpinan dan pegawai KPK adalah gaji resmi yang diterima setiap bulan sesuai dengan aturan yang berlaku. “Orang di KPK, kalau bukan karena komitmen, nggak akan mau keluar daerah. Wong saya Eselon I, uang saku hanya Rp75 ribu sehari,” ujar Abdullah Hehamahua.

Menurut Abdullah, uang tersebut tentu tak cukup untuk makan di hotel atau restoran. “Untungnya, selera saya ini termasuk selera

kampung. Sukanya pecel lele di kaki lima,” ujarnya.

Selain berbagai larangan tersebut, terdapat pula beberapa kewajiban pimpinan KPK. Antara lain, pimpinan KPK berkewajiban membatasi pertemuan di ruang publik, seperti di hotel, restoran atau lobi kantor atau hotel, atau di ruang publik lainnya. Hanya itu? Tidak. Pimpinan KPK juga wajib menolak dibayari makan, biaya akomodasi, dan bentuk kesenangan (entertainment) lainnya dari

siapapun. Bagaimana pihak

luar menilai kode etik ini? Todung Mulya Lubis (Transparansi Internasional Indonesia) pernah mengemukakan bahwa kode etik yang luar biasa tersebut menunjukkan tekad dari pimpinan KPK untuk memberantas korupsi. “Tekad ini yang harus didukung,” ujarnya.

Lantas, bagaimana dengan kode etik pegawai? Sesuai dengan Pasal 7 Ayat (2), pegawai KPK antara lain dilarang menggunakan fasilitas kantor, kecuali untuk kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan KPK.

Selain itu, pegawai KPK juga dilarang menggunakan data dan/atau informasi milik KPK untuk hal-hal di luar kewenangan dan tugas KPK. Pegawai pun dilarang menerima gratifi kasi dari pihak lain yang terkait jabatan. Entah itu diberikan dalam acara resmi, seperti pernikahan, Lebaran, dan sebagainya. Juga pemberian dalam acara tidak resmi. Segala bentuk pemberian, wajib

Pernikahan rawan grati! kasi. Pegawai dan pimpinan KPK wajib melaporkan jika menerima pemberian sekecil apapun.

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 20098

Jika tak bisa menghindari makan bersama orang lain, wajib menolak jika ditraktir.

satu kesatuan dari setiap orang. Dengan demikian, sebagaimana disampaikan Direktur Pengawasan Internal (PI) KPK, Chesna F. Anwar, instansi manapun termasuk KPK, tidak ada gunanya membuat kode etik kalau pada akhirnya tidak dipahami.

Mengapa ini penting? Karena dengan begitu, jika ada larangan, maka akan tahu mengapa hal itu dilarang. Begitu juga sebaliknya, jika ada kewajiban maka mengerti alasannya. Tidak seperti orang yang berjalan tanpa tujuan, yang hanya melangkah mengikuti arah angin berembus, begitu kira-kira.

Lalu, apa saja larangan yang diberlakukan bagi pimpinan KPK? Banyak. Antara lain, dilarang bermain golf dengan pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung berpotensi menimbulkan benturan

stat

ic p

anor

amio

com

Foto

: spo

ra

Page 9: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 9

U T AMA

Bagai buah simalakama, dimakan bapak mati tak dimakan ibu mati. Begitu mungkin yang dirasakan

pimpinan atau pegawai KPK pada awalnya, jika salah seorang saudara atau teman dekatnya menjadi tersangka kasus korupsi yang ditangani KPK.

Benar. Jika kondisi seperti itu terjadi, kode etik KPK memang melarang keras pimpinan atau pegawai KPK berhubungan dengan si tersangka. Pelarangan ini dimaksudkan agar penyidikan bisa berlangsung dengan jujur dan adil.

Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua,

pernah mengalaminya. Itu terjadi, ketika sepupunya, suatu saat terjerat kasus korupsi yang ditangani KPK. Dia adalah mantan Kasubdit Imigrasi KJRI Penang, M. Khusnul Payopo. “Saya awalnya kaget, karena tahu anak itu baik,” paparnya sebagaimana dikutip Indopos, “Tetapi bagaimanapun, tetap harus diproses.”

Abdullah memang tak ikut campur ketika Payopo diproses dalam kasus dugaan pungli biaya pengurusan dokumen di KJRI Penang. Bahkan, ketika divonis 29 bulan penjara pun, Abdullah tetap tak mau berhubungan. Bukan karena tak peduli dengan saudaranya itu, namun

KPK tak peduli siapa pun yang mereka tangani. Keteladanan langka negeri ini.

karena kode etik memang melarangnya. “Bagaimana pun harus tega,” ujarnya kala itu.

Luar biasanya, tak hanya sekali itu orang-orang dekat Abdullah tersandung perkara yang ditangani KPK. Bahkan, menurutnya, hampir 25% orang yang diusut KPK adalah senior, junior, atau temannya. Di antara mereka adalah mantan Gubernur Aceh, Abdullah Puteh, yang terkena kasus pengadaan helikopter jenis MI-2 merek Pie Rostov Rusia milik Pemda NAD dan mantan Menteri Kelautan dan

Perikanan, Rokhmin Dahuri. Menurut Abdullah, tak jarang tersangka yang dibidik KPK menghubunginya untuk minta bantuan. “Tak ada satu pun yang saya layani. Mereka menelepon pun tak saya angkat,” tandasnya.

Apakah hanya Abdullah? Ternyata tidak. Ketika masih menjabat sebagai Wakil Ketua KPK, Erry Riyana Hardjapamekas juga pernah mengalami konfl ik batin saat seorang saudaranya ditangkap KPK. Siapa dia? Tak lain, dia adalah mantan Anggota

KPU, Mulyana W. Kusuma. Usai Mulyana tertangkap di Kamar

609 Hotel Ibis, 8 April 2005, Erry saat itu langsung mengakui bahwa Mulyana adalah keponakannya. Erry pun meminta agar dirinya tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk menghindari subjektivitas. Tidak hanya itu, Erry akhirnya juga “memutuskan” sementara hubungan dengan keluarga besar Mulyana. “Saya mencoba menghindar dari mereka. Lewat keponakan yang lain, saya coba memberi penjelasan, dan akhirnya mereka bisa mengerti,” ujar Erry ketika itu.

Melawan Kon! ik Batindilaporkan kepada KPK.

Berbagai larangan lain tentu saja masih banyak. Antara lain, pegawai KPK juga dilarang menerima tamu yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan di ruang kerja pegawai KPK. Maka, masyarakat hendaknya bersiap-siap ditolak bertamu oleh pegawai KPK jika hanya untuk keperluan pribadi.

Wah, berat sekali kalau begitu, ya? Mungkin ya, namun bisa juga tidak. Sebagaimana pernah disampaikan mantan Ketua KPK, Taufi equrachman Ruki, bahwa implementasi kode etik ini ibarat orang menunaikan ibadah puasa. “Berat, namun hanya di awal,” begitu katanya di awal-awal masa jabatannya sebagai Ketua KPK.

Sedangkan Wakil Ketua KPK, Haryono Umar, meyakini bahwa pegawai KPK sudah mafhum dengan apa saja yang dilarang dan apa saja yang diperbolehkan. Itu sebabnya mengapa Haryono percaya bahwa pegawai KPK bisa mengemban amanah kode etik dengan baik. “Mereka tahu betul untuk menjaga itu,” katanya.

Benar. Seluruh insan KPK memang wajib menjaganya. Bukan semata-mata agar orang seperti Irwan tak lagi gamang. Namun, lebih dari itu, karena dengan kode etik-lah antara lain kredibiltas dan citra KPK bisa ditegakkan.

Penggeledahan KPU usai penangkapan Mulyana, harus tega.

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 9

Page 10: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200910

U T AMA

Maaf, Bu!” ucap Budi Haryanta (Bagian

Pengadaan KPK). Kepada perempuan yang menawarinya tiket mudik ke Jogjakarta tanpa antre, Budi berkata demikian. Lanjutnya, “Saya tidak bisa menerima itu.”

Tanpa antre? Betul. Di musim mudik seperti Lebaran, tawaran tersebut tentu sangat menarik. Bayangkan, di saat jutaan pemudik harus berdesak-desakan mendapatkan tiket ke Jawa, itu pun tanpa kepastian memperolehnya, Budi justru dijamin mendapatkannya dengan mudah. Tinggal pencet nomor perempuan itu, tiket langsung dikirim. Teramat gampang. Namun, mengapa harus menolak? Apa yang sebenarnya terjadi?

Selidik punya selidik, ternyata perempuan yang menawari Budi kemudahan

Tidak seperti instansi lain, kode etik KPK mengikat 24 jam sehari. Siapa mampu mengawasi?

adalah vendor yang memiliki hubungan kerja dengan KPK. Itulah sebabnya, mengapa setelah ditawari, Budi bukannya senang namun justru dihinggapi perasaan gundah. “Kalau saya ambil, tentu akan ada konfl ik kepentingan diri saya. Lebih baik saya mencari tiket di tempat lain,” begitu kata hatinya berbicara.

Larto Untoro (Bagian Pengadaan KPK) lain lagi. Jika Budi “hanya” ditawari kemudahan memperoleh tiket, pria yang satu ini justru hendak diberi ‘uang saku’ oleh vendornya.

Ceritanya, ketika itu Larto menelepon sang vendor melalui handphone pribadinya. Maksudnya, untuk menanyakan kemajuan pekerjaan yang sedang ditangani. Namun apa yang terjadi? Di sela-sela pembicaraan tersebut, sang vendor justru meminta nomor rekening

Larto. “Daripada merasa bersalah, lebih baik saya tak memberikan nomor rekening itu,” katanya.

Kisah tentang kepatuhan terhadap kode etik tersebut tentu bukan hanya milik Budi dan Larto. Seluruh pimpinan dan pegawai KPK wajib menjaga dan menaatinya. Luar biasanya, kode etik tersebut tidak hanya berlaku ketika di kantor, namun juga saat pegawai sudah kembali ke rumah masing-masing. Dua puluh empat jam dalam sehari, begitu kode etik harus selalu dipatuhi. Itu pun masih diimbuhi syarat lain yang tak kalah angker, zero tolerance. Ya, tanpa toleransi terhadap pelanggaran yang dilakukannya.

Bagi orang di luar KPK, ketaatan tanpa henti terhadap kode etik seperti itu, tentu berat. Makanya tak heran, kalau kode etik

KPK ini banyak disorot pihak luar. Mereka melihat, hal itu mustahil diimplementasikan. Jangankan keterikatan waktunya yang nyaris tanpa henti, substansi kode etik-nya pun dianggap terlalu ketat.

“Ini yang membedakan kode etik kepegawaian instansi negara yang lain, yang hanya mengikat di kantor saja. Sedangkan KPK tidak. Baik di kantor maupun di luar kantor, mereka selalu terikat dengan kode etik,” jelas Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua.

Zero toleranceTiada ada gading

yang tak retak, semua tentu mafhum pepatah tersebut. Namun, mengenai penerapan kode etik, sedapat mungkin memang tak ada pelanggaran yang dilakukan. Sesuai komitmen zero tolerance kalau bisa.

MENEROPONG YANG DISOROT

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200910

Page 11: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 11

U T AMA

Tapi dapatkah hal itu diberlakukan?

Sebagaimana disampaikan Pengawas Internal (PI) KPK, Chesna F. Anwar, kode etik bukan sekadar buku yang diterbitkan, disosialisasikan, lalu selesai. Kalau kita membicarakan zero tolerance, katanya, adalah bagaimana menurunkan pemahaman tersebut kepada setiap individu yang

ada di KPK. Dan, itu yang sangat susah.

Didampingi dua fungsional PI, Dzikran Kurniawan dan Buntoro, Chesna mengatakan bahwa jika pelanggaran dibiarkan saja, maka efeknya seperti bola salju. “Akibatnya, values yang sudah ada dalam diri kita plus sosialisasi pemahaman kode etik yang sudah dibikin, akhirnya hilang begitu saja,” katanya.

Chesna mengakui, pernyataan komitmen mengenai zero tolerance sangat bagus. Hanya, yang menjadi permasalahan adalah pada tataran implementasi, yakni bagaimana hal tersebut bisa dijiwai setiap pegawai. “Zero tolerance itu berat. Sedikit saja ada kesalahan, ada sanksinya. Apply to all, tak ada tawar-menawar,” katanya.

Dalam konteks itulah,

Chesna mengatakan bahwa yang sesungguhnya bisa mengawal kode etik tersebut adalah individu masing-masing. Lho, kok bisa? Ya, karena pada setiap diri sejatinya sudah memiliki values, entah dalam keadaan ada kode etik atau belum. “Pengawasan terhadap kode etik dilakukan pimpinan unit kerja. Jika terjadi pelanggaran, maka PI melakukan pemeriksaan terhadap pegawai bersangkutan. Setelah ditemukan hasil pemeriksaan yang siginifi kan, barulah PI membawanya ke rapat Dewan Pertimbangan Pegawai (DPP),” katanya.

Ya, begitulah kode etik KPK. Semua memang berpulang pada kesadaran masing-masing. Apalagi itu tadi, siapa yang bisa mengawasi pimpinan dan pegawai selama 24 jam?

Siapa yang bisa mengawasi bahwa pegawai tidak boleh mengunjungi beberapa tempat, seperti bar, diskotik, dan sebagainya? Siapa pula bisa melihat pegawai selama sehari penuh ketika mereka menolak ditraktir makan? Sulit, bukan?

Jadi, sebagaimana dikatakan Chesna, semua memang kembali berpulang kepada masing-masing individu, baik dalam konteks menjadi pengawas bagi dirinya pribadi maupun sebagai pengawas bagi rekan-rekannya. Berbekal values yang mereka miliki, masing-masing hendaknya bisa memainkan peran tersebut dengan baik. Terlebih, dengan diluncurkannya KPK Online Monitoring System (KOMS), setiap pegawai bisa menjadi pengawas bagi pegawai lain, jika dianggap melakukan pelanggaran kode etik.

Siapkah kita?

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 11

Dalam kacamata pihak luar, kode etik KPK sangatlah berat dan ketat. Layaklah jika mereka menyoroti.

Page 12: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200912

U T AMA

BOLEH BUKA Facebook ASAL...Magnet itu bernama

facebook. Tahun 2009 ini, sudah

175 juta pasang mata tertuju pada program yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg tersebut. Mulai anak-anak usia sekolah dasar, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga ibu rumah tangga, seolah-olah tak mau ketinggalan bergabung di dalamnya.

Tanpa menafi kkan sisi

positifnya, tentu facebook memiliki pula imbas negatif yang tak kalah besar. Prestasi akademik beberapa siswa dilaporkan menurun, karena mereka lebih suka online ketimbang membuka buku pelajaran. Sedangkan di banyak perusahaan, produktivitas melorot tajam, karena konsentrasi karyawan terbelah ketika sedang bekerja.

Berdasarkan studi

yang dilakukan Nucleus Research, perusahaan yang mengizinkan akses facebook akan menderita kerugian. Mengapa? Karena facebook menyebabkan kehilangan rata-rata 1.5% produktivitas karyawan. Studi yang dilakukan terhadap 237 karyawan tersebut, mendapati bahwa hampir 77% karyawan menggunakan facebook saat jam kerja. “Untuk itu, meski tidak

populer, namun melarang facebook akan mengembalikan produktivitas,” kata Rebecca Wettemann, Vice President of Research di Nucleus Research, seperti dilansir inilah dotcom. Lantas, bagaimana kode etik KPK terkait penggunaan facebook? Menurut Wakil Ketua KPK, Haryono Umar, kode etik pegawai memang tidak menyinggung masalah facebook, karena program ini termasuk baru. Meski

Koruptor bisa melacak data melalui facebook. Perlu kewaspadaan ekstraketat.

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200912

Page 13: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 13

U T AMA

begitu, KPK memang harus

mengantisipasi fenomena tersebut,

karena kerugiannya lebih besar, antara lain karena akan berhubungan dengan berbagai orang sehingga tidak terkontrol.

“Untuk itulah, menurut saya, tidak usah ikut-ikutan. Kalau hendak berkomu nikasi, sebaiknya lewat email saja sudah cukup, karena ada keterbatas an antara pegawai dan orang lain,” kata Haryono.

Menurut Haryono, komunikasi dengan email cukup ideal bagi pegawai KPK. Bukan hanya karena sifatnya yang sangat terbatas, namun juga karena email-email yang masuk KPK, sudah terlebih dahulu disortir. Dengan demikian, tinggal ditanyakan kepada pegawai bersangkutan, apakah mau diterima atau tidak. “Kalau ada kaitannya dengan pekerjaan bisa diterima, tapi kalau tidak ada kaitannya, sebaiknya diblok saja,” lanjutnya.

Sementara itu Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua mengingatkan bahwa kode etik pimpinan dan pegawai KPK berlaku selama 24 jam. Untuk itu, memang harus diperhatikan betul bagai-mana insan KPK tersebut

berinteraksi dengan pihak lain. Ini penting agar data yang dimiliki tidak terlacak oleh koruptor. Sebagaimana Pasal 7 Ayat (1.e) Kode Etik Pegawai yang mengatakan, “Pegawai Komisi wajib menjaga data dan/atau infor masi milik Komisi, baik softcopy maupun hardcopy dengan baik, sehingga pihak-pihak yang tidak berhak tidak dapat meng-akses atau memperoleh-nya.”

Dalam kaitan itulah Abdullah menegaskan, pegawai KPK boleh-boleh saja ber-facebook, asalkan tidak mengkomuni-kasi kan hal-hal yang berkaitan dengan tugas. “Biodatanya juga jangan terlalu lengkap, karena bisa saja koruptor yang menjadi anggota FB ikut melacak. Makanya sewajarnya saja untuk berkomunikasi, tidak menyangkut yang sifatnya sekuriti atau rahasia. Tapi kalau ditanya bagaimana mengatasi pemberantasan korupsi, itu bisa dijelaskan, karena itu termasuk sosialisasi,” papar Abdullah.

Hanya itu? Tentu tidak. Abdullah tetap mewanti-wanti agar pegawai tidak membuka facebook di kantor dan tidak mempergunakan laptop atau komputer milik KPK. Laptop KPK, katanya, memang boleh dibuka di

luar kantor. Namun itu pun hanya berkaitan dengan pencegahan korupsi. Selain itu, jika hendak melakukan riset untuk kepentingan kantor, termasuk jika sedang menjalani pendidikan yang difasilitasi kantor, maka bisa dilakukan. Lainnya? Tidak boleh, termasuk di antaranya adalah pengguna-an printer untuk mencetak hasil riset di luar pekerjaan.

Fasilitas lainPemakaian fasilitas

kantor memang harus menjadi perhatian pimpinan

dan pegawai. Masalahnya, banyak sekali peralatan dan fasilitas yang harusnya dipergunakan untuk keperluan kantor, yang berpotensi dipakai di luar kepentingan itu. Bukan hanya laptop untuk membuka

facebook saja, namun juga kertas, telepon, dan sebagainya.

Sebagaimana Pasal 7 Ayat (2.a), pegawai KPK dilarang menggunakan fasilitas kantor selain kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan KPK.

Untuk itulah, menurut Abdullah, pimpinan dan pegawai KPK sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan telepon kantor untuk urusan pribadi. Dia menggambarkan, betapa kerugian negara

yang diakibatkan maraknya penggunaan telepon kantor untuk urusan yang tidak semestinya.

“Jika 3,7 juta pegawai negeri sipil menggunakan telepon kantor untuk urusan pribadi satu menit per hari, maka negara membayar untuk 3,7 juta menit sehari. Berapa miliar itu?” ujarnya.

Bagaimana jika menggunakan telepon seluler pada jam kerja? Tetap tidak diperbolehkan. Pasalnya, waktu yang harusnya dipergunakan untuk bekerja, akan tersita oleh keperluan pribadi tersebut. Serupa dengan kasus ini, adalah ketika seorang pegawai bermain facebook dengan mempergunakan handphone pribadi. Meski kelihatannya tidak mendompleng fasilitas kantor, namun tetap saja pegawai tersebut sedang mempergunakan waktu kerja untuk keperluan pribadi. Hal itu diperbolehkan, jika misalnya sedang istirahat siang atau ketika sudah pulang kerja.

Lainnya apa lagi? Tentu banyak. Termasuk penggunaan mobil antar-jemput karyawan yang tidak sebagaimana mesti nya. Dicontohkan Abdullah, jika mobil tersebut memiliki rute Kantor KPK-Depok, maka ketika ada seorang pegawai yang meminta diantar hingga masuk ke dalam kompleks, padahal jalan an menuju rumahnya sudah di luar jalur lurus KPK-Depok, maka itu sudah merupakan pelanggaran kode etik. “Pegawai tersebut hanya boleh turun di jalur yang sudah ditentukan,” katanya.

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 13

Komunikasi yang ideal bagi pegawai KPK adalah dengan email. Terlebih, ada sistem sortir terhadap email-email yang masuk.

Page 14: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200914

DUA SISI MATA UANGProfesionalisme memegang peran penting dalam mendukung tugas KPK. Bagaimana kaitan antara kode etik dan profesionalisme? Berikut petikan wawancara Integrito dengan Sekjen KPK, Bambang Sapto Pratomosunu, di ruang kerjanya.

Bambang Sapto Pratomosunu

Bagaimana sebenarnya KPK mengemas kode etiknya?

Kode etik untuk pimpinan sudah ada di dalam UU dan diberlaku-kan pada 2004, meskipun tidak disebut kan secara eksplisit. Misalnya, anggota pimpinan tidak dapat ber-hubungan dengan orang yang terkait dengan tersangka. Kode etik ini membuat pimpinan terlindungi dari confl ict of interest dan menjaga kemandirian dan peran KPK.

Namun, harus diingat pula bahwa KPK juga memiliki

pegawai. Untuk itu, maka pada tahun 2006 kode etik juga diberlakukan bagi semua pegawai. Mengapa? Karena di institusi ini banyak dokumen dan me mung -kinkan orang untuk saling berin teraksi. Makanya, pegawai pun harus dijaga agar jangan sampai dapat

dipengaruhi, terkait dengan upaya penegakan hukum.

Jadi dengan adanya kode etik itu, standing-

nya menjadi kuat.

Seberapa besar peran kode etik dalam meningkatkan profesionalisme?

Saya melihat, kode etik dengan profesionalisme seperti dua sisi matang uang. Satu sisi harus profesional, dan di sisi lain, harus punya kode etik. Pro fesionalisme sendiri adalah salah satu dari tujuh nilai dasar yang dimiliki KPK. Selain nilai profesionalisme, juga ada integritas, inovasi, transparansi, produk tivitas, religiusitas, dan kepemim pinan.

Melalui kode etik itulah, maka dijabarkan prinsip dan nilai-nilai dasar perilaku pribadi tersebut, yang wajib dilaksanakan oleh seluruh pegawai KPK. Untuk nilai profesionalisme misal nya, maka pegawai KPK haruslah ber pengetahuan luas, berketerampilan ting gi, bekerja sesuai dengan kompeten si, serta konsisten dan bersung-guh-sungguh dalam menjalankan tugas. Dengan demikian memang jelas, bahwa kode etik tersebut bisa menopang profesionalisme dan nilai-nilai dasar yang lain, sehingga diharapkan bisa

mendukung tugas KPK dalam

EDISI 9/ TH. KE-III / SEPTEMBER 200914

U T AMA

Page 15: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 15

mewujudkan Indonesia yang bebas korupsi.

Bagaimana konkretnya? Ya misalnya saja, kode etik di sektor keuang an, dia tidak boleh berada di ruang lain dan harus mematuhi kode etik itu. Tidak boleh berhubungan dengan orang lain, sehingga dia tidak boleh dipengaruhi.

Bagaimana KPK melakukan pengawasan terhadap kode etik ini?

Pengawasan dititipkan kepada pejabat struktural yang berjenjang. Caranya adalah dengan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara berkala dalam satu tahun. Dan hasil evaluasi tersebut akan digunakan untuk menen tukan tingkat-an yang bersang kutan. Ada predikat A,B, dan C, kira-kira seperti itu. Ini juga akan menentukan yang bersangkutan di dalam apresiasi, dalam memberikan dorongan ter-hadap kinerjanya. Apre siasi perlu dilakukan, misalnya melalui pem berlakuan reward. Bisa berbentuk uang atau yang diberikan berupa insentif setiap tahun.

Hanya berbentuk uang?Bentuk yang lain ada lah

kesempatan untuk meng-ikuti pendidikan. De ngan demikian, ma ka grading-nya akan naik. Bukan grading ke pe gawaian, namun ke-per cayaan dirinya yang akan meningkat. Betapa pun sing katnya mengikuti trai ning, tetap saja itu me ru pakan pengakuan di bi dangnya. Lagi-lagi, ini kan juga menyangkut

profesionalisme. Di sam ping itu, un-

tuk teknis teman-teman fungsional mau pun struk-tural, juga ada manajerial. Untuk masalah ini saya me mi liki pemikiran ke depan. Begini, kalau kawan-kawan memiliki kompetensi dari penilaian atasannya bahwa dia dianggap memi-liki kemampuan memim-pin, maka dia akan men-dapatkan pendidikan. Mengapa? Karena suatu saat dia akan men jadi pe mim pin. Pemikiran itu, se te lah saya me lihat bah -wa da lam sistem pe ga-wai ne geri, ke li hatan ada pen di-dik an dan pe la tihan pen jen jang-an untuk jabat an struktural.

KPK ini unik. Karena 35% dari 650 pega wai me ru pakan pega wai negeri, maka yang bukan pegawai ne-geri, yakni profesional di bidang masing-masing, ju-ga mem peroleh perlakuan sa ma. Mereka itulah yang harus dipelihara dan dijaga melalui training.

Profesionalisme ter-kadang menuntut pegawai untuk lembur. Bagaimana dikaitkan dengan kode etik?

Kita memiliki perangkat untuk melakukan peman-tau an kewajiban jam kerja berapa banyak, yaitu

dengan time record. Dari sana akan terlihat, kapan hadir kapan keluar. Perang-kat tersebut, antara lain un tuk melihat keberada an pega wai. Sehingga jangan sampai, pega wai hadir, namun tidak dike tahui di mana kebe radaan nya. Begitu juga jika pulang, juga dilakukan cek time record.

Melalui pe rang kat ter-sebut, maka poin yang dikumpul kan selama lima hari minimal harus 40. Kalau ku rang dari itu, harus di-kom pen sasi. Begitu juga jika

le bih, maka di sua tu saat di kompen-sa si di lain wak tu. Itu untuk fl exitime.

Terkait hal ini, maka atasanya ha rus me-lakukan approve dari apa yang di-lakukannya itu. Dan ha-sil nya, akan ditampilkan pada portal tentang kepe ga wai -

an, khususnya ba gian time report. Dari situlah waktu-waktu yang dipergunakan pegawai akan kelihatan.

Bagaimana dengan penggunaan fasilitas kan tor?

Untuk yang satu ini, memang tidak bisa setiap saat diawasi. Yang jelas, jika terjadi penyalahgunaan fasilitas, maka sepandai-pandai tupai melompat, dia akan terpeleset juga. Jangan lupa, bahwa teman-

temannya juga melihat apa yang dilakukan. DPI (Direk-torat Pengawasan Internal) tentu peka meli hat hal itu. Dan mereka ber wenang mencari fakta, me lalui penelusuran yang ketat.

Misalnya, pengakuan supir, dia memakai mobil kantor ke sana kemari untuk kepentingan lain. Artinya kita buat simulasi, karena tanpa itu tidak akan pernah kebayang oleh kita akan seperti apa.

Jadi, DPI dalam melaku-kan pene lu sur an, merujuk ber bagai sum ber. Dia cross check, mulai driver-nya, hingga provider-nya.

Dari evaluasi tahun lalu, pelanggaran apa yang dilakukan pegawai?

Lebih banyak pada di-si plin pegawai. Tidak ada yang saya dengar, pe lang-garan yang dari non fi -nan sial. Untuk sanksinya sen diri, kita sedang mengem bangkan. Ada kate gori ringan, misal-nya mengungkapkan pen dapatnya yang tidak pan tas diberikan. Untuk pelanggaran seperti itu, ma-ka diberi teguran. Tapi ka lau kategori berat, kita per-hatikan bagaimana dengan prestasi kerja dia. Yang pasti kalau rapor nya tidak bagus maka pen didikannya yang tidak bagus. Meski begitu, dia harus dibina dan diperbaiki. Jangan sampai, setelah diberi sanksi, maka dibiarkan saja. Makanya itu menjadi tanggung jawab atasan. Setelah bawahannya diberi punishment, dia harus memberi tahu yang bersangkutan, agar bisa memperbaiki.

EDISI 9/ TH. KE-III / SEPTEMBER 2009 15

U T AMA

Jika terjadi penyalahgunaan fasilitas, maka

sepandai-pandai tupai melompat,

dia akan terpeleset juga. Jangan lupa,

bahwa teman-temannya juga

melihat apa yang dilakukan. DPI tentu peka akan hal ini.

Page 16: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200916

P E R I N T I S

The excellent service is the key. Begitulah PT Taspen (Persero).

Mengedepankan pelayanan prima, tak heran akhirnya mereka berhasil meraih hasil menggembirakan dalam survei integritas yang dilaksanakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama dua tahun berturut-turut. Jika pada 2007 meraih posisi kelima, maka pada 2008 mereka berhasil naik satu strip menjadi posisi keempat.

Siapa tak bangga? Tentu tak ada. Terlebih bagi jajaran direksi dan karyawan BUMN tersebut. Sebagaimana disampaikan Direktur Utama PT Taspen, Agus Haryanto, pihaknya

Taspen tidak pernah berhenti melakukan inovasi pelayanan. Tak ingin kepercayaan masyarakat luntur.

tidak pernah tahu kapan penilaian dilakukan. Yang diketahui, secara tiba-tiba ada pengumuman bahwa posisi yang mereka peroleh cukup membanggakan. “Ini merupakan tantangan bagi kami untuk mempertahankannya. Syukur-syukur bisa lebih baik lagi,” kata Agus.

Lantas, apa yang menjadikan Taspen berhasil meraih hasil menggembirakan? Secara detail, tentu hanya KPK yang tahu karena mereka yang menilai. Yang jelas, selama ini Taspen memang selalu berusaha mengedepankan pelayanan prima kepada peserta program mereka, yang pada umumnya terdiri

atas para pensiunan dan pegawai negeri sipil (PNS). Senada dengan motto mereka, Layanan dan Kinerja Selalu Ditingkatkan, maka upaya untuk meningkatkan pelayanan memang menjadi fokus BUMN ini.

Apa buktinya? Banyak. Termasuk di antaranya penghargaan yang diterima oleh beberapa kantor cabang mereka. Misalnya saja, Kantor Cabang Utama DKI Jakarta, yang meraih Piala Citra Pelayanan Prima 2008, Kantor Cabang Banjarmasin dan Pekanbaru yang meraih Piagam Pelayanan Prima 2008, dan Kantor Cabang Manado yang meraih BUMN Award Tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

PNS dan PensiunanSahabat para pensiunan.

Begitulah kira-kira sebutan yang pas bagi Taspen. Betapa tidak. Sebagai BUMN yang bergerak di bidang asuransi pensiun, program yang dikeluarkan mereka memang ditujukan bagi kesejahteraan para pensiunan dan pegawai negeri sipil. Dengan begitu, ketika mereka sudah tak lagi produktif, tak perlu lagi pusing memikirkan pembiayaan hari tuanya.

PT Taspen sendiri hingga sekarang memiliki dua program, yaitu Program Tabungan Hari Tua (THT) dan Program Dana Pensiun. Program Tabungan Hari Tua merupakan program di

Foto

-fot

o: s

pora

Page 17: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 17

P E R I N T I S

mana peserta mendapatkan hak asuransi Dwiguna yang dikaitkan dengan usia peserta. Ketika peserta memasuki usia pensiun, mereka akan mendapatan haknya sekaligus. Sedangkan jika peserta meninggal dunia, baik di masa aktif maupun pensiun, maka diberikan asuransi kematian bagi ahli waris.

“Sementara untuk prog-ram pensiun, pembayaran-nya dilakukan secara ber-kala setiap bulan. Keung-gulan program ini, dapat memberikan manfaat ke-pada peserta sampai kepada ahli warisnya,” tegas Agus.

Lantas, upaya apa saja yang dilakukan Taspen untuk meningkatkan pelayanan? Yang jelas, melalui keberadaan kantor-kantor cabang yang tersebar di seluruh

Indonesia. Melalui kantor cabang tersebut, PT Taspen berusaha mendekatkan diri dengan peserta program, sehingga memudahkan peserta mengajukan klaim. Hingga saat ini, PT Taspen memiliki 45 cabang, baik Kantor Cabang Utama (KCU) dan Kantor Cabang (KC). “Tiga kantor cabang yang baru-baru ini buka adalah KC Mamuju, KC Tanjung Pinang, dan KC Manokwari,” kata Agus.

Guna mendukung operasional kantor cabang tersebut, PT Taspen memanfaat kan teknologi informasi (TI) yang paling mutakhir. Menurut Agus, peran TI sangat besar, karena pengelolaan data peserta merupakan unsur utama dalam proses penyelesaian klaim dan penagihan iuran. Saat ini, lanjutnya, PT Taspen menggunakan aplikasi YSAP, core business application, dan document management system. Ketiga aplikasi tersebut diimplemen-tasikan secara online (real time) dan terintegrasi di 45 kantor cabang PT Taspen yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pelayanan PrimaYa, begitulah PT Taspen.

Mereka selalu berusaha memper mudah peserta program agar memperoleh pelayanan prima. Tidak hanya ketika melakukan penarikan premi, namun juga tatkala membayarkan hak-hak klaim kepada peserta. PT Taspen sadar benar bahwa stigma yang selama ini marak beredar di masyarakat mengenai

perusahaan asuransi adalah sulitnya nasabah memperoleh klaim. Dan itu yang hendak diluruskan PT Taspen. Terlebih ketika membayarkan klaim, PT Taspen memang lebih sering berhadapan dengan para pensiunan.

Untuk pengajuan klaim itu sendiri, PT Taspen juga memberikan kemudahan bagi peserta dalam mengisi formulir klaim. Terbukti, formulir tidak hanya dibagikan gratis di setiap kantor cabang, namun juga bisa di-down load melalui website Taspen, www.taspen.com. Hanya itu? Tidak. Taspen juga menerbitkan buku persyaratan dan tata cara pengurusan hak peserta Taspen, yang bisa didapat-kan secara cuma-cuma di kantor cabang terdekat. ”Kami juga menyediakan fasilitas pelayan an online di www.taspen.com, layanan telepon bebas pulsa 0.800.1.222.333, dan melaui email di [email protected],” kata Agus.

Seolah-olah tak ber-henti memanjakan peserta program, PT Taspen senan tiasa berusaha me-ning katkan pelayanan. Sebagaimana layaknya

BUMN yang bergerak di bidang jasa, PT Taspen sadar bahwa pelayanan adalah salah satu peranti untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Dan muaranya, apalagi kalau bukan peningkatkan kinerja.

Untuk itulah, PT Taspen juga menerapkan one hour service system. Melalui sistem pelayanan satu jam ini, PT Taspen menjamin pelayanan klaim kepada peserta dapat tepat waktu. Dan, untuk mendukung pelayanan tersebut, PT Taspen menggandeng banyak pihak untuk menjadi mitra bayar mereka. Mulai PT Pos yang memiliki outlet di seluruh Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Pembangunan Daerah di seluruh Indonesia, dan pihak-pihak lain.

Guna mendukung kebijakan tersebut, PT Taspen juga menerapkan kebijakan jemput bola. Melalui pola ini, PT Taspen mendatangi berbagai instansi pemerintah untuk mencari data tentang pegawai yang akan pensiun. Dengan mengetahui lebih dini, mereka pun bisa melakukan pembayaran klaim tepat waktu.

Siapa hendak meniru?

Agus Haryanto:“Setiap insan Taspen diwajib-kan menerapkan Panca Pesona dalam melayani peserta, yaitu sikap ramah, ren dah hati, sabar, santun dan manusiawi.”

Taspen memberikan banyak kemudahan bagi peserta program.

Page 18: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200918

antikorupsi. Tentu saja ini menyejukkan, di tengah tingginya angka korupsi di negeri ini.

Sebagaimana disampaikan Asep Nashrullah, fungsional Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, KPK sebelumnya sudah mener-bitkan berbagai modul anti-korupsi yang sarat dengan nilai-nilai luhur. Modul-modul itu memang tidak menjadi kurikulum di sekolah-sekolah, namun ‘hanyalah’ penyisipan, yang penyampaiannya bisa diinsersikan dengan beberapa pelajaran yang mengandung unsur nilai, seperti Bahasa Indonesia, Agama, PPKN, dan Bimbingan Karier/Penyuluhan.

Karena teknis penyampaian yang insertif

DELAPAN BELAS KOTASATU TUJUAN

Peran guru dalam

menyam-paikan modul

pendi dikan antikorupsi

sangat besar.

Keteladanan amat

diperlukan.

E D U K A S I

EDISI 9/ TH. KE-III / SEPTEMBER 200918

Cuaca Kota Makassar yang biasanya bagai digarang, tiga hari itu mendadak

sejuk, mulai Bandara Sultan Hasanuddin hingga Terminal Mallengkeri, mulai Pantai Losari sampai Panakukang. Ada apa gerangan?

Rupanya, pusat kesejukan berasal dari SMKN 8 Makassar. Di salah satu ruangan di sekolah tersebut, 11-13 Agustus 2009, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan pembekalan kepada para guru. Melalui program khusus yang dikemas sebagai Prestasi atau Program Edukasi Teladan Antikorupsi, KPK mencoba meningkatkan motivasi mereka untuk menjadi teladan bagi anak didiknya, terutama dalam menciptakan generasi muda

itulah maka KPK memerlukan peran serta para pengajar. Melalui penyisipan ketika mereka mengajarkan mata pelajaran, diharapkan secara perlahan akan tertanam jiwa antikorupsi dalam diri para siswa.

Dari sanalah ide pembekalan kepada para guru itu bermula. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan para pahlawan tanpa tanda jasa itu bisa menyampaikan modul-modul dengan kreativitas yang tinggi. Sehingga tidak saja mudah dicerna, namun juga menghindari kebosanan para siswa. Melalui kreativitas yang tinggi, para guru diharapkan bisa mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi di lingkungan sekolah secara

thom

aspm

fi le

s w

ordp

ress

com

Page 19: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 19

Foto

-fot

o: D

ok K

PK

kreatif. “Ini merupakan program yang bersifat investasi untuk jangka waktu ke depan, di mana kami mempersiapkan sebuah generasi antikorupsi,” kata Asep.

Peran Strategis“Jangkauan luas,”

seperti iklan operator seluler saja. Namun begitulah adanya dengan pembekalan yang dilakukan terhadap para guru. Makassar bukan satu-satunya kota yang disasar KPK. Hingga saat ini, setidaknya kegiatan itu sudah dilakukan di 18 kota di Indonesia. Kota lain yang disasar antara lain Jakarta, Karang Anyar, Kendari, Medan, Solo, Jambi, Bengkulu, dan sebagainya.

Alhasil, menjangkau seluruh wilayah di Indonesia memang menjadi target dari KPK dalam memberikan pembekalan kepada para guru. Itu sebabnya, 18 kota pun bukan akhir segalanya. Masih banyak kota-kota lain yang akan disasar. Tujuannya satu, untuk menciptakan generasi muda antikorupsi.

Asep mengaku, dalam pembekalan yang dilakukan di berbagai kota, pihaknya

mencoba memancing para guru dengan multimedia. Ada games, pemutaran fi lm, dan sebagainya. Tak ketinggalan lembar kerja tentu saja. Intinya, kata Asep, para guru disadarkan bahwa mereka pun memiliki peran yang sangat besar dalam membangun generasi muda antikorupsi.

Salah satu tahapan yang amat menentukan adalah, ketika para guru mengisi lembar kerja. Mengapa? Karena lembar kerja tersebut bersifat introspektif, sehingga bisa dijadikan potret bagi mereka. Tentang bagaimana dirinya, bagaimana keterlibatan dia dalam upaya pemberantasan korupsi, dan sebagainya. Pokoknya sampai dia sadar, di mana posisi dia sebenarnya. “Apakah dia berada dalam gelombang antikorupsi atau gelombang korupsi,” kata Asep.

Nah, setelah mengetahui posisi mereka itulah, maka KPK memberikan pemahaman bahwa peran para guru sebenarnya sangat besar. Mereka sejatinya bisa memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi bangsa ini dalam upaya

memberantas korupsi. Jika hasil pemetaan lembar kerja memposisikan mereka pada gelombang antikorupsi, maka diharapkan gelombang itu semakin menguat. Dan sebaliknya, jika berada pada gelombang korupsi, mereka bisa sedini mungkin mengubah haluan sehingga bersama-sama bisa berada pada gelombang antikorupsi.

Dalam kaitan itu pula, KPK juga meminta para guru untuk membuat semacam rencana aksi. Rencana aksi ini tak kalah penting, karena merupa kan semacam kinerja antikorupsi. “Ada penilaian-nya tentu saja,” ujar Asep.

Bagaimana detailnya? Begini. Menurutnya, rencana aksi itu dimasukkan ke dalam rencana strategis sekolah, sehingga dimasukkan ke dalam visi dan misi tujuan sekolah. Pada tataran visi, sekolah harus punya program khusus tentang antikorupsi. Di sinilah sekolah harus memiliki kode etik untuk murid-muridnya tentang nuansa antikorupsi. Selain itu, sekolah juga harus mempunyai berbagai program yang menjamin

E D U K A S I

EDISI 9/ TH. KE-III / SEPTEMBER 2009 19

bahwa persepsi antikorupsi itu ada, termasuk pula program yang diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Ya, begitulah pembekalan yang diberikan kepada para guru. Pada akhirnya KPK berharap, para guru bisa menjadi panutan bagi murid-muridnya dalam menerapkan nilai-nilai antikorupsi. Jadi, mereka tidak hanya mengajarkan murid harus jujur, namun juga harus bisa menerapkan nilai-nilai kejujuran dalam diri masing-masing. Mustahil berharap para siswa bisa menghilangkan kebiasaan menyontek, kalau misalnya para guru masih bersikap tidak adil kepada para siswa, begitu kira-kira.

Selain itu apa? “Setidaknya mereka sudah menerapkan modul-modul yang sudah kita bagikan kepada mereka. Tidak disimpan di perpustakaan, namun diinsersikan dan diajarkan kepada para murid. Itu target minimal kita,” pungkas Asep. Modul KPK, diharapkan tidak hanya disimpan di perpustakan.

Suasana pembekalan, harapan besar di pundak para guru.

thom

aspm

fi le

s w

ordp

ress

com

Page 20: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200920 EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200920

Z OOM

BIKIN GENTAR KORUPTORPengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam rentang

lima tahun ini telah menjelma menjadi lembaga yang membuat miris para pelaku tindak korupsi. Saking

menakutkannya, karena dikenal tak ampun mengganjar koruptor, banyak cara yang dilakukan para tersangka saat disidang. Mulai dari menyiapkan para pengacara kelas atas, mengumpulkan bukti-bukti yang bisa meringankan hukuman, hingga membawa sanak saudara agar bisa mendoakan saat

disidang. Bahkan, tak jarang ada koruptor yang juga melengkapi diri dengan hal-hal yang berbau klenik.

Seperti saat sidang kasus korupsi mantan bupati Kutai Kartanegara Syaukani, Senin, 6 Agustus 2007, suasana di ruang sidang Tipikor tiba-tiba penuh dengan nuansa mistis. Menjelang sidang, beberapa orang yang berpenampilan layaknya paranormal tampak “menguasai” ruangan. Dengan berbagai peralatan kleniknya mereka beraksi. Ada

Page 21: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 2121EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Z OOM

yang membakar kemenyan, ada yang duduk khusyu dengan mulut komat kamit membaca mantra. Alhasil, suasana ruang sidang pun berkesan lebih “dikuasai” oleh paranormal.

Unik memang. Meski demikian, sidang tetap berjalan lancar dan para hakim tak terpengaruh suasana. Sisi lain kondisi sidang juga bisa dirasakan saat sidang mantan Gubernur Sumsel, Syahrial Usman. Mengenakan kemeja batik bercorak kombinasi parang dan kawung, ia masih bisa

duduk dengan tenang. Sedangkan mantan Dirjen PHI, Muzni Tambusai sempat serius berkonsultasi dengan para kuasa hukumnya. Hanya itu? Tentu tidak. Para wartawan pun tak sungkan duduk berlesehan mengikuti jalannya sidang dan pendukung terdakwa khusyu’ memanjatkan doa-doa sembari memejamkan mata.

Apapun, semoga Pengadilan Tipikor selalu menghasilkan putusan yang membuat jera para koruptor!

Foto

-fot

o: s

pora

Page 22: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200922

P O R T A L

The “KPK Anti-Corruption Clearinghouse” project a cooperation between the Governments of Indonesia and Germany (Federal Ministry for Economic Cooperation and Development). The GTZ supported project assists KPK in the ! eld of corruption prevention. The project’s aim is to support the Commission to produce and disseminate reliable information on corruption and anti-corruption issues (prevention) which wil l help to increase the performance of KPK in investigating and prosecuting corruption cases (repression).

Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ)Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)Jl. HR Rasuna Said Kav. C-1, Jakarta 12920T: + 21 (0)21 739 8401 F: + 62 (0)21 739 8373www.gtzsfgg.or.id

Cara Aman Melaporkan KORUPSI

Dulu... Fauzan Arief, pengusaha bidang kontraktor, selalu berpikir berkali-kali sebelum menghubungi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebagai pengusaha dia tahu persis bahwa aroma KKN tak jarang kencang berembus dalam proses tender di berbagai departemen yang diikutinya. Hati kecilnya menjerit, ingin segera melaporkan ketidakadilan tersebut. Namun apa daya, di sudut lain hatinya juga terbersit ketakutan yang tak kalah hebat, “Jangan-jangan keselamatanku yang malah terancam.” Alhasil, keinginannya untuk melapor pun tak pernah kesampaian.

Kini...Fauzan dan anggota

masyarakat lain tak perlu lagi berkalang ketakutan seperti itu. Mengapa? Sebab tanpa perlu menyertakan identitas, laporan mereka sudah dapat diterima KPK. Tinggal klik di www.kpk.go.id, semua beres. Laporan masuk, kerahasiaan

identitas terjamin.Begitulah sistem pela-

por an terbaru yang di-laun-ching KPK, 2 September 2009. Melalui KPK Online Monitoring System, sese-orang dapat membuka ac-count di website tersebut. Setelah itu, mereka akan mendapatkan kotak komuni-kasi rahasia tanpa membuka identitas. Account tersebut memungkinkan KPK untuk tetap berhubung an dengan para pelapor tanpa identitas, terutama jika diperlukan informasi tambahan untuk investigasi lebih lanjut, juga memungkin kan pelapor mengetahui kemajuan laporan mereka.

“Setiap orang yang men-dengar dan melihat korupsi dalam berbagai ben tuk se-karang dengan mudah dan aman bisa melaporkan ke KPK,” kata Mochammad Jasin, Wakil Ketua KPK, saat mem berikan sambutannya pada peluncuran KPK Online, 2 September 2009.

Sistem pelaporan online tersebut merupakan bagian dari proyek Anti-Corruption Clearing House (Pusat Infor-masi Antikorupsi) KPK, yang

merupakan kerja sama teknis antara Pemerintah Repub lik Indonesia dengan Peme rintah Republik Federal Jerman yang dilaksanakan oleh KPK dan Deutsche Gesel-

ls chaft für Technische Zusam -menarbeit (GTZ) GmbH.

“Biayanya tidak besar. Dan, ini dibiayai GTZ selama dua tahun,” tegas Jasin. Dia menambahkan, setelah dua tahun, KPK akan mengevaluasi skala manfaat nya. Kalau nilai keman faatannya tidak banyak, katanya, bisa saja program tersebut tidak diteruskan.

Pendapat Jasin diamini Peter Rimmele, Principal

Advisor GTZ dari proyek Anti-Corruption Clearing House KPK. Rimmele menyampaikan bahwa proyek tersebut akan memperkuat KPK dalam melaksanakan tugasnya, yakni memberantas dan mencegah korupsi.

Sementara itu, Sekjen Trans parency International Indo nesia (TII), Teten Masduki, tak ragu-ragu berpen dapat bahwa sistem pelaporan online tersebut merupakan instrumen yang tepat bagi KPK. Melalui prog ram ini, katanya, besar kemung kinan KPK bisa melaku kan tangkap tangan di tempat.

Tunggu apa lagi?

Melalui sistem pelaporan online, siapa pun dapat melaporkan korupsi dengan aman. Bagaimana caranya?

Foto

-fot

o: s

pora

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200922

Page 23: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 23

P O R T A L

Wajah perempuan berbaju hitam itu terlihat tegang.

Sorot matanya tajam, amarahnya memuncak. Di tengah pancaran kamera dan sodoran mikrofon para wartawan, tangan kanannya mengayun menandakan perlawanan.

Siapakah perempuan itu? Ya, dialah Vonnie Anneke, Bupati Minahasa Raya. Emosinya meluap, sesaat sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahannya dalam kasus korupsi Bandara Kutai Kartanegara. Peristiwa itu terjadi, November 2007 lalu.

Sejak 2 September 2009, foto tentang penahanan Vonnie, terpampang di lobi KPK. Foto tersebut adalah satu di antara puluhan foto lain yang dipamerkan di tempat tersebut. KPK memang mengadakan pameran fotografi bertajuk Perjalanan Pemberantasan Korupsi Era 2003-2009. Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat antikorupsi terus berkobar.

Pembukaan pameran

Melalui pameran fotogra! , kiprah KPK terekam jelas. Ada kobaran semangat dalam setiap bingkainya.

yang dilakukan Wakil Ketua KPK, Mochammad Jasin, itu pun langsung diserbu pengunjung. Mereka langsung melihat-lihat dokumentasi foto tentang kiprah KPK dalam upaya memberantas korupsi di negeri ini. ”Mudah-mudahan ke depan, KPK tetap galak kepada koruptor,” ujar seorang pengunjung sembari melihat-lihat foto.

Ya, begitulah. Banyak pengunjung memang berharap, pameran ini tidak hanya menghadirkan foto-foto yang terbalut bingkai semata. Lebih dari itu, yang diinginkan adalah, adanya

semangat antikorupsi yang terus membara dalam diri KPK, yang diwariskan pula kepada setiap masyarakat.

Beberapa foto yang dipajang antara lain foto tentang kampanye antikorupsi di Manado Mall tahun 2007 dan penahanan Deputi Bank Indonesia, Aulia Pohan, dalam kasus aliran dana Bank Indonesia. Selain itu, juga terpajang beberapa foto kegiatan kemanusiaan yang dilakukan KPK, seperti donor darah.

Namun di antara foto yang ada, yang paling menyolok adalah gambar berukuran besar yang

BUKAN HANYA MEMAJANGBUKAN HANYA MEMAJANG

terpampang di bagian depan ruang pameran. Dalam foto tersebut, berjajar para pimpinan KPK, baik pimpinan lama maupun baru, yang diwarnai dengan pesan-pesan mereka terhadap KPK. Pimpinan lama adalah Taufi equrachman Ruki, Tumpak Hatorangan Panggabean, Erry Riyana Hardjapamekas, Amien Sunaryadi, dan Sjahruddin Rasul. Sedangkan pimpinan baru adalah, Chandra M. Hamzah, Haryono Umar, Mochammad Jasin, dan Bibit Samad Rianto.

Dalam pesannya, Bibit mengatakan, “Rapatkan barisan, jangan lengah dan jangan mau diadu domba oleh para koruptor yang berada di sekeliling kita. Maju terus pantang mundur!”

Bisakah? Mengapa tidak. Tengok saja tulisan besar yang terpampang dalam foto Slank dalam acara tersebut. Katanya, ”Fight Corruption.” Benar. Ayo, lawan! Pameran fotogra! yang diadakan KPK, menarik minat pengunjung.

Foto

-fot

o: s

pora

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 23

Page 24: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200924

P O R T A L

Agar Orientasi Lebih Berarti

Auditorium Universitas Indonesia, 18 Agustus 2009, terlihat sesak.

Ribuan mahasiswa dengan seragam putih-putih plus kalungan identitas berbentuk hijau daun yang terbuat dari kertas manila, memadati ruangan tersebut. Tatapan mereka tertuju pada sosok yang berdiri di atas podium di depan mereka. Suasana saat itu terlihat serius tapi santai, sembari sesekali terdengar suara riuh rendah.

Melihat seragam yang dikenakan, jelas itu bukan acara wisuda atau dies natalis, meski sesaknya setara dengan berbagai kegiatan tersebut. Itu

Lebih dari lima ribu mahasiswa baru di setiap perguruan tinggi, dibekali pemahaman antikorupsi. Meninggalkan budaya copy paste.

adalah kegiatan sosialisasi antikorupsi yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada para mahasiswa baru Kampus Kuning. Melalui sosialisasi tersebut, maka stadium general memang jauh lebih berarti dan bermanfaat. “Salah satunya menganjurkan mereka untuk tidak menyon tek, copy paste, dan sebagai-nya,” tegas Wakil Ketua KPK, Haryono Umar, sosok yang ketika itu berada di podium dan menjadi fokus perhatian mahasiswa baru.

Lantas, mengapa KPK memfokuskan kampanye antikorupsi kepada para mereka? Menurut Yudi

Purnowo, fungsional Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, tak lain karena para mahasiswa baru tersebut relatif masih bersih dan memiliki idealisme yang tinggi. “Diharapkan mereka bisa menjadi agen perubahan di kampus dan diri mereka sendiri,” kata Yudi.

Universitas Indonesia bukanlah satu-satunya perguruan tinggi yang mengundang KPK. Perguruan tinggi lainnya adalah Instititut Teknologi Bandung, Universitas Tirtayasa, Universitas Padjajaran, dan Universitas Negeri Semarang. Sosialisasi seperti

ini dianggap efektif, karena melibatkan sekitar 5.000-an mahasiswa baru di universitas masing-masing.

Bagaimana tanggapan mahasiswa atas kegiatan tersebut? Sangat positif. Mahasiswa Universitas Padjadjaran bahkan langsung mendeklarasikan Gerakan Mahasiswa Padjadjaran Anti Korupsi (Gampar), pada 26 Agustus 2009. Bertempat di Graha Sanusi Hardjadinata, mereka membacakan enam butir pernyataan sikap mereka. Salah satu-nya, “Menolak menyon-tek karena termasuk perbuatan yang korup.”

Foto

: Dok

KPK

Page 25: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 25

P O R T A L

Mochammad Jasin ketika melakukan inspeksi mendadak pelayanan KIR

Loket 2, seperti biasa dipenuhi anggota masyarakat. Namun

aktivitas Arif, sebut saja begitu, sementara terhenti. Di tengah kebingungannya mengurus perpanjangan STNK sepeda motor di Samsat Semarang tersebut, tiba-tiba seseorang menghampirinya. Tidak hanya mendekat, namun pria berkemeja putih lengan panjang tersebut, bertanya banyak hal kepada Arif. ”Bagaimana pelayanan di Samsat ini, mudah atau sulit?” begitu pria tersebut, antara lain bertanya.

Arif, yang ketika itu masih mengempit helm di tangan kirinya, bukan satu-satunya pengunjung Samsat yang ditanya pria tersebut. Masih banyak

”Penyelesaian kami cepat. Urus sendiri, jangan lewat calo,” begitu papan yang terpampang mencolok di salah satu sudut Samsat Semarang. Ada apa dengan biro jasa?

lagi ”Arif-Arif” lainnya yang juga diperlakukan serupa. Mulai dari pengunjung di loket pengurusan STNK, pelat nomor, mutasi, bahkan sampai pengurusan KIR, semua tak lepas dari sapanya. Tak hanya bertanya tentang banyak hal, namun pria tersebut sekaligus mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif mengawasi upaya layanan publik, ya seperti di Samsat ini. Siapa pria itu?

Dialah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Mochammad Jasin. Inspeksi mendadak yang dilakukannya ke Samsat Semarang, 27 Agustus 2009 tersebut, merupakan salah satu program dari tugas koordinasi, supervisi, dan

pencegahan korupsi yang diemban lembaga yang dipimpinnya, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memantau secara langsung pelaksanaan pelayanan publik.

Samsat, selama ini memang dikenal sebagai tempat yang rawan penyim-pangan. Percaloan, meski sudah berusaha diberantas, namun tak dinafi kkan bah-wa keberadaannya masih begitu menggurita, termasuk di Samsat. Ibarat rumput yang dibabat per mukaannya saja, dia tak mati karena akarnya masih tumpang tindih di bawah permukaan tanah. Ditengarai, banyaknya calo dikarenakan

pelayanan yang tidak pri-ma, sehingga membuat masya-rakat bingung jika harus mengurus surat-surat sen-diri. ”Kami ini dari biro jasa,” begitu kilah para calo kalau ditanya.

Hanya itukah kegiatan yang dilakukan? Tidak. Setelah melakukan sidak,

KPK bekerja sama dengan Pemprov Jawa Tengah mengadakan seminar bertema, “Pemberantasan Korupsi Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Masyarakat, Peningkatan Pengelolaan APBD, dan Reformasi Birokrasi.” Hadir dalam acara yang diselenggarakan di Kantor Gubernur Jawa Tengah tersebut, jajaran pimpinan pemerintahan dan instansi provinsi, plus beberapa perwakilan dari unsur masyarakat. Dalam acara tersebut, Jasin menjadi pembicara utama.

Lantas, apa yang disasar KPK melalui berbagai acara tersebut? Tak lain, KPK mengajak instansi-instansi pemerintah, terutama instansi layanan publik yang ada di Jawa Tengah secara bersama-sama menggalang kekuatan untuk melawan dan menolak korupsi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kinerja dan kualitas layanan publik. Mengapa? Karena diyakini bahwa kualitas pelayanan publik yang prima merupakan salah satu pondasi utama dalam mencegah terjadinya praktik-praktik korupsi.

Kalau tak dimulai dari sekarang, kapan lagi?

Meningkatkan Layanandi Lahan Rawan

Page 26: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200926

P O R T A L

Supriyarto Rudatin bergeming di sayap kiri. Sembari sesekali

membenahi lengan panjang bajunya yang digulung sekitar 15 cm di bawah siku, lelaki berperawakan kurus tersebut terlihat serius men-deng arkan pemapar an Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Mochammad Jasin. Dia tak peduli, bebe-rapa rekannya sudah ber-

Mengambil momen suci bulan Ramadhan, KPK mengadakan acara buka bersama. Bukan sekadar datang, makan, lalu pulang.

Tepat hari Kamis saat itu. Selain Mochammad

Jasin, acara juga dihadiri Wakil Ketua KPK Haryono Umar, para penasihat, dan jajaran pejabat struktural KPK. Suasana benar-benar terlihat santai meski sehari sebelumnya gempa bumi yang menggun cang Tasikmalaya ikut meng-getar kan gedung tersebut. “Komputer di ruang warta-

biro krasi, pelayanan terhadap wartawan, hingga pengawasan internal KPK.

Hanya itu? Tidak. Setelah itu, Jasin juga memberi penjelasan kepada wartawan terkait progress kinerja yang dilakukan KPK, termasuk perihal siapa saja yang sedang diperiksa dan berapa besar kerugian negara. Selain itu, dalam kesempatan yang sama,

serupa. Hanya, kali itu meru pa kan buka bersama antara pimpinan lama dan pimpinan baru. Taufi equrachman Ruki dan kawan-kawan hadir meme-nuhi undangan KPK untuk melakukan buka bersama dengan pimpinan KPK saat ini.

Sebagaimana acara yang dilakukan dengan wartawan, buka bersama dengan

Buka Bersama Gaya KPK

ing sut menuju sisi lain yang mereka anggap lebih nyaman.

Supri, begitu dia dipang-gil, adalah reporter Radio Elshinta. Dia merupakan satu di antara beberapa wartawan media cetak dan elektronik yang menghadiri acara buka bersama di Audi-torium Gedung KPK. Ketika itu, almanak menunjukkan tanggal 3 September 2009.

wan pada ngadat, Pak,” celetuk seorang wartawan, yang ditanggapi riuh rekan-rekannya.

Benar. Acara tersebut memang jauh dari kesan formal. Keluhan tentang komputer itu sendiri da-tang karena Jasin memang berharap wartawan mem-beri masukan terhadap ber bagai hal yang berkait-an dengan KPK. Mulai

melalui bantuan media massa, Jasin mengimbau agar para pejabat tidak menerima gratifi kasi menjelang Idul Fitri.

Pimpinan Lama dan BaruBuka bersama dengan

wartawan bukan satu-satu-nya acara buka ber sama yang digelar KPK. Beberapa waktu se belumnya, KPK juga menggelar acara

pimpinan lama KPK ini juga berlangsung santai. Meski di beberapa waktu terdengar adanya diskusi ringan tentang upaya pemberantasan korupsi tentu, namun tak berarti selalu dilakukan sembari mengernyit kan dahi.

Sungguh, acara ini di-rasa sangat bermanfaat di tengah banyaknya ujian yang menerpa KPK saat ini. Semoga KPK se makin solid!

Akrab, suasana buka bersama wartawan (kiri). Pimpinan lama dan baru melakukan hal yang sama. Selain bersilaturahmi, juga saling memberi masukan (kanan).

Foto

: Dok

KPK

Foto

: spo

ra

Page 27: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 27

P O R T A L

Tiga mahasiswa yang saling bersekongkol terkapar tak berdaya.

Tali rafi a yang diikatkan di tubuh mereka menjadi pamungkas dari aksi ketiga-nya. Dua dari mahasiswa tersebut mengenakan topeng berwajah tikus sedang kan seorang lagi mema kai tanduk berwarna merah, lengkap dengan senjata trisula di tangan.

Ya, aksi teatrikal itu memang menggambarkan upaya pem berantasan korup si di Indonesia. Pema-kai topeng tikus adalah sim bolis para koruptor, sedang kan pemakai tanduk merah adalah lambang para setan. Bukankah koruptor me mang sahabat setan yang terkutuk?

Acara tersebut adalah rangkaian dari kegiatan bertema Ramadhan Putih, Putihkan Bangsa dari Korup si. Bekerja sama deng an Komisi Pemberan-tasan Korupsi (KPK), para mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Jawa Timur, yakni BEM Universitas Airlangga Surabaya dan BEM Universitas Brawijaya Malang, mengadakan sosiali-sasi gerakan antikorupsi.

Selain teatrikal, kegiat an yang digelar 30 Agus tus-1 September 2009 ter se-

Ramadhan Suci Tanpa KORUPSI

but juga diwarnai dengan pembagian stiker anti-korupsi. Aktivitas tersebut dilakukan di beberapa tem-pat strategis.

Mereka tak segan-segan turun ke jalan, mengam-panye kan program anti-korupsi tersebut kepada

masya rakat. “Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menyucikan diri, ter masuk memberantas korupsi,” begitu kata seorang mahasiswa.

Apakah hanya terjadi di Surabaya? Tidak. Tak lama berselang, KPK kembali bekerja sama dengan BEM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menggelar acara yang sama.

Masih dalam bulan Ramadhan. Pada 15 September 2009, KPK membagikan 358 bingkisan Lebaran masing-masing senilai Rp123.600 kepada para karyawan outsourcing.

Menurut Wakil ketua KPK, Mochammad Jasin, dana untuk bingkisan merupakan hasil sumbangan seluruh pegawai KPK. “Tidak menggunakan uang Negara atau APBN,” katanya.

Pembagian ini sekaligus menegaskan bahwa KPK tidak pernah melarang setiap orang untuk memberikan bingkisan Lebaran. KPK hanya mengimbau, jika ada pihak yang ingin memberikan bingkisan atau dana terkait hari raya, hendaknya disalurkan kepada rakyat miskin, korban bencana alam, dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Ramadhan menjadi ajang penyucian diri. Sosialisasi gerakan antikorupsi dan membagi bingkisan kepada karyawan outsourcing, termasuk di antaranya.

Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua memberikan bingkisan kepada pegawai outsourcing.

Foto

: Dok

KPK

Foto

: Dok

KPK

Foto

: spo

ra

Page 28: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200928

C A K R AWA L A

Melalui perangkat sistem pengendalian korupsi yang tak lebih lengkap dari Indonesia, Finlandia menjadi negara terbersih di dunia. Berbohong pun rakyat tak suka.

Mimpi buruk itu datang. Bagi Anneli Jaatteenmaki,

Juni 2003 itulah dia harus mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Finlandia. Penyebabnya sepele: hanya karena dia berbohong!

Ya, begitulah Negeri Skandinavia tersebut men-jalani kehidupannya. Nilai-nilai kejujuran yang tertanam, seakan-akan menutupi ketidaklengkapan perangkat sistem pengen-dalian korupsi di sana. Integritas yang tinggi, yang antara lain dicerminkan

dari budaya malu, akhirnya menjadi kata kunci untuk menciptakan Finlandia sebagai negara terbersih di dunia. Nyaris tak ada korupsi di sana, nol.

Jaatteenmaki, PM pe-rem puan pertama Finlan dia tersebut mundur setelah dituduh berbohong kepada parlemen dan rakyat. Ke-bohongan itu tak lain me nyang kut kebocoran informasi politik ketika dia berkampaye. Jaatteenmaki dituduh telah meminta informasi soal pembicaraan antara saingan politiknya, mantan PM Paavo Liponnen

KORUPSI TENGGELAM DI NEGERI SERIBU DANAU

28

Rendahnya angka korupsi, penjara pun sepi dari terpidana kejahatan kasus tersebut. Lummi lina snow castle bahkan berubah menjadi tujuan wisata.

koko

chi c

om

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Page 29: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 29

C A K R AWA L A

dan semua masyarakat.“Kalau kepercayaan

hilang, berarti posisi juga hilang. Saya telah kehilang-an kepercayaan itu. Dan jelas, waktu saya sebagai perdana menteri telah berlalu,” ujar Jaatteenmaki saat menyampaikan peng-un duran dirinya. Jaat teen-maki, pemimpin Partai Tengah, praktis hanya menduduki jabatannya selama 69 hari.

Seperti itulah Finlandia. Negara ini tak hanya meng-hasilkan pembalap-pem-balap Formula-1 yang hebat, seperti Mika Hakkinen dan Kimi Raikkonen, namun juga pemerintahan yang sangat bersih. Penduduk dunia bukan hanya terpe-sona karena negara tersebut memiliki keindahan alam yang khas, eksotisme 187 ribu danau dan hutan-hutan pinus. Juga, bukan semata-mata karena ada sebagian wilayah negara tersebut yang mengalami matahari tidak terbenam

selama 73 hari di musim panas dan tidak terbit selama 51 hari di musim dingin. Masyarakat dunia memalingkan pandangan ke negeri seribu danau itu karena tingkat korupsinya yang sangat rendah.

Perangkat PraktisUlat tak lantas

menjadi kupu-kupu, semua memerlukan proses. Begitu pula dengan upaya pemberantasan korupsi di Finlandia.

Diakui merdeka 4 Januari 1918, setelah 765 tahun berada di bawah bayang-bayang pendudukan Swedia dan Rusia, Finlandia pun secara perlahan berubah menjadi negara yang mandiri. Melalui kerja keras tak kenal menyerah, negara berpenduduk 5,5 juta jiwa ini lambat laun menjelma menjadi negara yang sangat bersih, yang hampir nol korupsi. Apa penyebabnya?

Pertama, pentingnya nilai-nilai etika dan kontrol masyarakat. Pemerintah Finlandia menyadari korupsi hanya dapat dihilangkan dengan menciptakan tata pemerintahan dan tata administrasi yang baik.

“Dari sekitar 3.000 staf dan pegawai di Kementerian Industri dan Perdagangan ini, hanya menterinya saja yang politisi. Yang lain, orang lapangan yang tum-buh dari bawah,” ujar Paula Nybergh, Dirjen Kemen terian Industri dan Perdagangan Finlandia. Jadi, tak ada kepentingan politik atau

memasukkan orang-orang politik yang tidak kompeten ke kementerian apa pun di sana.

Bermula dari sana, akhirnya timbul kepercaya-an (trust) yang tinggi pada masyarakat. Rakyat Finlandia percaya, pemerin-tah dan institusi yang ada akan bertindak adil dan objektif. Itu sebabnya mereka justru mendukung ketika anggaran untuk riset dan pengembangan teknologi mereka sangat tinggi, yaitu sekitar 3,5% - 4% dari produk domestik bruto (PDB). Masyarakat sama sekali percaya, ang-garan tersebut tidak akan mengalami kebocoran, mes-ki jika dinominalkan, setara dengan 5,5 miliar euro atau sekitar 60,5 triliun rupiah.

“Kami orang Finlandia sangat pragmatis. Kami akan mengerjakan riset apa saja sesuai dengan kesepakatan yang ada,” ujar Dr Jouko Suokas, Wakil Presiden Eksekutif urus-an Solusi Bisnis dari VTT, Universitas Oulu, Pusat Riset Teknik Filandia VTT, di Helsinki. Jouko juga percaya, anggaran yang besar memang akan meng -alir sesuai dengan perun-tukkannya.

Kedua, integritas pegawai pemerintah. Integritas dalam bekerja menjadi bagian penting dalam mencegah korupsi. Integritas yang tinggi membuat pegawai pemerintah di Finlandia menjunjung tinggi reputasi. Hancurnya reputasi akibat perbuatan tercela biasanya berakhir dengan keluarnya pegawai tersebut dari peker jaan sebagai pegawai

dan Presiden Amerika Serikat ketika itu, George Bush, mengenai isu-isu Irak dan lainnya.

Berbekal informasi itu-lah Jaatteenmaki akhir-nya memenangi kursi PM. Namun dalam perjalanan-nya, Jaatteenmaki mengaku informasi soal pembicaraan isu Irak itu masuk begitu saja ke faksimilenya. Mengejut kan? Tentu saja, karena belakangan diketa-hui, Jaatteenmaki sengaja meminta informasi tadi dari pihak Kementerian Luar Negeri. Jadi, dia telah berbohong kepada parlemen

nabe

elfa

rah

trip

od c

om

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Page 30: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200930

C A K R AWA L A

peme rintah. Rasa malu juga tumbuh di kalangan pegawai pemerintah. Jika terdapat pegawai pemerintah yang tertang kap memberikan atau menerima suap, hal itu akan menimbulkan aib sosial yang sangat kuat. Kasus mundurnya Anneli Jaat teenmaki adalah contoh nyata.

Ketiga, Undang-Undang Antikorupsi. Ada dua un-dang-undang yang meng-atur masalah korupsi di Finlandia yaitu UU Prose dur Administrasi dan UU Hukum Pidana.

UU Prosedur Administrasi ditekankan untuk memaju-kan perilaku yang baik dalam organisasi publik. Prinsip-prinsip yang melan dasi nya antara lain, menekankan peja-bat untuk bertindak adil dan melaksanakan peker-jaan nya, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam memberikan pelayan an, mereka di-larang memungut biaya. Sanksi bagi pegawai yang melanggar dapat berupa

teguran tertulis sampai deng an pemberhentian dengan tidak hormat.

Di sisi lain, pegawai pemerintah di Finlandia termasuk subjek hukum pidana, menurut UU Hukum Pidana. Ada pasal-pasal khusus yang mengatur perbuatan-perbuatan pegawai pemerintah yang dikategorikan sebagai melang gar hukum, seperti menerima suap, melakukan pemerasan, menerima suap sebagai anggota parlemen, membocorkan rahasia jabatan, dan melanggar kewajiban jabatan.

Begitupun, dari data statistik, memang sangat sedikit terdapat kasus korupsi, termasuk masalah penyuapan. Tahun 2003, misalnya, hanya ada satu kasus penyuapan yang ditangani dan terbukti. Sedangkan tahun 2002, dari dua kasus suap yang ditangani, satu terbukti. Mengingat kasus korupsi sangat jarang terjadi di Finlandia, pengung-kapan kasus korup si akan

memperoleh liputan yang luas dari media massa.

Di Finlandia kasus-kasus korupsi tidak selalu melibat kan nilai uang yang berujung pada dipidananya pelaku korupsi. Kasus-kasus seperti menunda pengumuman penting yang wajib diketahui masya-rakat, merendahkan prin-sip-prinsip kesamaan hak, membuat putusan deng an pertimbangan yang tidak tepat, bersikap diskrimina tif, memberikan nasihat yang tidak cukup, juga dikate-gorikan sebagai tindakan-tindakan pejabat publik yang terkait dengan korupsi.

Keempat, mekanisme audit. Di Finlandia, pengen-dali an administratif didesen-trali sasikan ke berbagai institusi pemerintah dan pencegahan korupsi ditangani oleh beberapa institusi. Ini dilakukan karena peme rintahan setempat tidak mem punyai lembaga khusus untuk menangani masalah korupsi.

Audit internal pun akhir nya memegang peran

penting dalam men cegah korupsi karena kedudukan-nya yang semi-otonomi dan fungsinya sebagai lembaga penelaah mekanisme pengendalian internal.

Di samping unit pengen-dalian internal, di Finlandia juga terdapat The National Audit Offi ce (semacam BPK di

Indonesia) yang mandiri. Tugasnya melakukan audit keuangan dan audit kinerja. Masyarakat dapat menyampaikan komplain/ keluhan atas berbagai masalah terkait dengan manajemen keuangan peme rintah, ekonomi publik, atau dugaan penyalah gunaan dana pemerintah.

Nah, melihat mekanis-me pemberantasan korupsi yang dilakukan Finlandia, kita tentu layak bertanya, mengapa Indonesia tak bisa seperti mereka? Pertanyaan ini wajar dilontarkan, mengingat memang hanya itu yang dilakukan Finlandia. Sangat sederhana, deng-an perangkat sistem pengendalian korupsi yang tak lebih lengkap ketimbang Indonesia.

Tak percaya? Lihat saja, Indonesia memiliki lem-baga yang khusus diben -tuk untuk menangani korupsi, yaitu Komisi Pem-berantasan Korupsi (KPK), sedangkan Finlandia tidak. Selain itu, Indonesia juga memiliki pengadilan khusus yang menangani masalah korupsi, tidak seperti di sana.

Kalau begitu, bisakah Indonesia seperti Finlandia? Entahlah, karena yang jauh lebih penting adalah adanya integritas yang tinggi dalam pemerintah dan masyarakat. Sebagai-mana Finlandia, sudah kah kita memiliki budaya malu? Sudahkah ter tanam dalam diri kita, bah wa ke bohongan pun merupa kan aib yang harus dibayar mahal?

Semoga bukan utopia! Tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah, membuat segala sektor berjalan dengan pesat. Termasuk sektor retail seperti ini.

Page 31: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 31

S U L U R

Korupsi memang menjadi biang kerok yang menghambat

pembangunan. Banyak prestasi yang seharusnya bisa dicapai, menjadi terhambat karena korupsi. Tak percaya? Lihat saja, gara-gara korupsi, maka:

1. Penegakan hukum dan layanan masyarakat jadi amburadul. Lalu lintas sepertinya menjadi contoh yang pas. Mulai dari mengurus SIM sampai sidang kasus tilang, nggak ada lagi yang berjalan sebagaimana mestinya. Ujung-ujungnya duit dan kekuasaan yang berbicara.

2. Pembangunan fi sik menjadi terbengkalai. Suka bingung kenapa banyak jalanan rusak atau gedung sekolah reyot? Yach, itu lagi-lagi karena korupsi. Mulai dari mengorbankan kualitas bahan bangunan supaya duitnya bisa ditilep, sampai membuat proyek yang sebenarnya tidak perlu.

3. Prestasi menjadi tidak berarti. Seharusnya seseorang bisa menduduki jabatan tertentu karena berprestasi dan kompeten. Tetapi nyatanya tidak begitu,

karena banyak orang bisa meraih posisi dengan uang dan kekuasaan. Alhasil, banyak banget posisi penting yang diduduki orang-orang yang nggak becus.

4. Demokrasi menjadi tidak berjalan. Pemilihan wakil daerah bisa jadi contoh yang menarik. Betapa tidak. Sudah repot-repot dipilih, tetap saja mereka lebih mengutamakan kepentingan orang-orang berduit ketimbang rakyat yang memilih. So, jangan heran kalau rakyat nggak percaya sama demokrasi.

5. Ekonomi jadi hancur. Kenapa? Kata kuncinya adalah: tidak efi sien! Contohnya, mau membuat pabrik, mesti nyogok sana-sini. Hendak buka usaha dengan modal kecil, kalah dengan perusahaan bermodal besar yang dekat dengan kekuasaan. Nggak heran, banyak investor asing yang mulai malas menanamkan modalnya di Indonesia. Ujung-ujungnya, rakyat juga yang sengsara, karena nyari kerja jadi susah, bertahan hidup apalagi.

Ternyata korupsi tidak hanya terdapat satu jenis saja. Ada tujuh jenis korupsi yang kita kenal. Apa saja?1. Korupsi yang merugikan keuangan negara.2. Korupsi yang berhubungan dengan suap-menyuap.3. Korupsi yang berhubungan dengan penyalahgunaan

jabatan.4. Korupsi yang berhubungan dengan pemerasan.5. Korupsi yang berhubungan dengan kecurangan.6. Korupsi yang berhubungan dengan pengadaan. 7. Korupsi yang berhubungan dengan gratifi kasi (hadiah).

Survei KPKTanjung Pinang Terendah

Survei integritas yang dilakukan KPK, selain menghasilkan kota/kabupaten dengan nilai integritas antikorupsi tertinggi, juga menghasilkan kota/kabupaten dengan integritas terendah. Survei ini melibatkan 9.390 responden, yang merupakan pengguna pelayanan publik. Secara lengkap 15 kota/kabupaten yang memiliki nilai integritas antikorupsi terendah adalah:

1. Kota Tanjung Pinang2. Kota Bandung3. Kab. Sumenep4. Kab. Bandung5. Kota Pontianak6. Kab. Sambas7. Kota Palangkaraya8. Kab. Serang

Lihat, Lawan, Laporkan!

Menemukan indikasi kasus korupsi? Segera laporkan temuan Anda. Sampaikan segera ke:

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)Jl. HR Rasuna Said Kav. C1, Jakarta 12920

Surat : Kotak Pos 575, Jakarta 10120Email : [email protected] : 0811.959.575 atau 0855.8.575.575

Gara-garaGara-gara

Jenis-jenis Korupsi

9. Kab. Kutai Kartanegara10. Kota Malang11. Kab. Kota Baru12. Kota Banjarmasin13. Kota Tangerang14. Kab. Hulu Sungai Tengah15. DKI Jakarta

Korupsi...

Page 32: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200932

T O K O H

Bung Hatta tak pernah mampu membeli sepasang sepatu Bally sampai akhir hayatnya. Rekening listrik

pun kerap memberatkan uang pensiunannya.

Hujan air mata dari pelosok negeri, saat melepas engkau pergiBerjuta kepala tertunduk haru, terlintas nama seorang sahabatYang tak lepas dari namamuTerbayang baktimu, terbayang jasamu Terbayang jelas jiwa sederhanamuBernisan bangga, berkafan do’a dari kami yang merindukanOrang sepertimu

Negarawan Berintegritas

Tinggi

Masih ingat lagu tersebut? Ya, itulah penggalan lirik Bung

Hatta karya Iwan Fals. Iwan menciptakan lagu tersebut tak lama setelah proklamator tersebut meninggal dunia, 14 Maret 1980. Sebagai wujud kekagumannya kepada sosok Dr. Mohammad Hatta, begitu nama lengkapnya, dalam penggalan lain Iwan juga menggambarkan mantan wakil presiden pertama Republik Indonesia itu sebagai pribadi yang jujur, lugu, dan bijaksana.

Iwan Fals bukan satu-satunya insan seni yang mengabadikan Bung Hatta dalam karyanya. Seniman besar lain, Taufi q Ismail, juga mengekspresikan kekagumannya pada suami Rahmi Rachim tersebut. Melalui

puisinya yang berjudul Rindu

pada Stelan Jas Putih dan Pentalon Putih Bung Hatta, Taufi q mengenang Bung Hatta sebagai negarawan jenius yang selalu menepati waktu, memenuhi janji, lurus, jujur, hemat, dan bersahaja. “Kita rindu pada penampakan dan isi jiwa bersahaja, lurus yang tabung, waktu yang tepat berdentang, janji yang tunai, kalimat yang ringkas padat, tata hidup yang hemat,” kata Taufi q dalam puisinya itu.

Kekaguman Iwan dan Taufi q tentu bukan tanpa sebab. Sebagai seniman yang memiliki sense of social cukup tinggi, Iwan tak mungkin memuja begitu saja seseorang jika sosok tersebut tak layak disanjung. Begitu juga dengan Taufi q, yang kerap menyisipkan pesan moral dan agama dalam setiap puisinya.

Ya, begitulah Bung Hatta di

32 EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Page 33: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 33

T O K O H

Bersama Bung Karno, kejujuran nuraninya membuat Bung Hatta berani mengajukan pengunduran diri.

Ketika meninjau pembangunan proyek Riam Kanan.

mata masyarakat. Banyak kisah tentang dia yang menyadarkan kita semua, bahwa Indonesia pernah memiliki seorang pemimpin dan negarawan yang teramat bersahaja. Dan, itu pula yang disampaikan Rachmawati Soekarnoputri dalam tulisannya yang dimuat di Harian Kompas, 9 Agustus 2002, Mengenang 100 Tahun Bung Hatta.

Dalam tulisan tersebut, putri mendiang Bung Karno tersebut mengatakan, suri teladan yang perlu diteladani dari Bung Hatta adalah sifat dan perilakunya yang fair dan jujur. “Jujur di sini, tidak hanya terbatas pada tidak melakukan praktik KKN selama berkuasa atau menjabat. Namun, lebih dari itu, Bung Hatta jujur terhadap hati nuraninya,” kata Rachmawati.

Sepatu dan Mesin JahitBagaimana dengan

cerita lainnya tentang Bung Hatta? Teramat banyak. Dan, salah satu yang dikenang masyakarat adalah kisah nya tentang sepatu Bally.

Pada tahun 1950-an, Bally adalah merek sepatu bermutu tinggi yang berharga mahal. Bung Hatta, ketika masih menjabat sebagai wakil presiden, berniat membelinya. Untuk itulah, maka dia menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya. Setelah itu, dia pun berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, apa yang terjadi? Ternyata uang tabungan tidak pernah

mencukupi untuk membeli sepatu Bally. Ini tak lain karena uangnya selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu orang-orang yang datang kepadanya guna meminta pertolongan. Alhasil, keinginan Bung Hatta untuk membeli sepasang sepatu Bally tak pernah kesampaian hingga akhir hayatnya. Bahkan, yang lebih mengharukan, ternyata hingga wafat, guntingan iklan sepatu Bally tersebut masih tersimpan dengan baik.

Andai saja Bung Hatta mau memanfaatkan posisinya saat itu, sebenarnya sangatlah mudah baginya untuk memperoleh sepatu Bally, misalnya dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalannya. ”Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain

daripada kepentingannya sendiri,” kata Adi Sasono, mantan Menteri Koperasi era Pemerintahan BJ Habibie.

Sementara menurut Jacob Utama, Pemimpin Umum Harian Kompas, segala yang dilakukan Bung Hatta sudah mencerminkan bahwa dia tidak hanya jujur, namun juga uncorruptable, tidak terkorupsikan. Kejujuran hatinya membuat dia tidak rela untuk menodainya dengan melakukan tindak korupsi.

Mungkin banyak masyarakat berkomentar, “Iya, lha wong sepatu Bally harganya, kan, selangit.” Namun lagi-lagi itulah, ternyata bukan hanya sepasang sepatu itu yang tidak mampu dibeli Hatta. Barang lain yang juga tak mampu dibelinya adalah mesin jahit yang juga sudah lama didambakan sang istri. Wah, mengapa bisa begitu?

Ya, tak lain karena setelah mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden, 1 Desember 1956, uang pensiun yang diterimanya sangat kecil. Bahkan saking kecilnya, sampai-sampai

hampir sama dengan Dali, sopirnya yang digaji pemerintah.

Dalam kondisi seperti ini, keuangan keluarga Bung Hatta memang sangat kritis.

Sampai-sampai, pernah suatu saat Bung Hatta kaget melihat tagihan listrik, gas, air, dan telepon yang harus dibayarnya, karena mencekik leher. Menghadapi keadaan itu, Bung Hatta tidak putus asa. Dia semakin rajin menulis untuk menambah penghasilannya. Baginya, biarpun hasilnya sedikit, yang penting diperoleh dengan cara yang halal. Itu sebabnya, mengapa Bung Hatta mengembalikan sisa uang yang diberikan pemerintah untuk berobat ke Swedia. Itu dilakukan,

roso

dara

s fi l

es w

ordp

ress

com

riam

kan

an c

om

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Page 34: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200934

T O K O H

Nama : Dr. Mohammad Hatta (Bung Hatta)Tempat tanggal lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980Istri : Rahmi Rachim (alm)Anak : Meutia Farida, Gemala, Halida NuriahGelar Pahlawan : Pahlawan Proklamator RI tahun 1986

PENDIDIKAN : - Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi, 1916- Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang, 1919- Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang) di Jakarta, 1921- Nederland Handelshogeschool di Rotterdam,

Belanda,1932

KEGIATAN : - Bendahara Jong Sumatranen Bond, di Padang, 1916-1919- Bendahara Jong Sumatranen Bond, di Jakarta,1920-1921- Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda, 1925-1930- Wakil delegasi Indonesia dalam gerakan Liga Melawan

Imperialisme dan Penjajahan, di Berlin, 1927-1931- Ketua Panitia Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru),

1934-1935- Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan, Mei 1945- Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, 7 Agustus 1945- Proklamator Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945- Wakil Presiden RI pertama, 18 Agustus 1945- Wapres merangkap Perdana Menteri dan Menteri

Pertahanan, Januari 1948-Desember 1949- Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di

Den Haag, 1949- Wapres merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar

Negeri Kabinet RIS, Desember 1949-Agustus 1950- Mengundurkan diri dari jabatan Wapres, 1 Desember 1956- Dosen di Sesko AD, Bandung, 1951-1961- Dosen di UGM, Yogyakarta, 1954-1959- Penasihat Presiden dan Penasihat Komisi IV tentang

masalah korupsi, 1969Rumah kediaman Bung Hatta, sederhana untuk ukuran mantan wakil presiden.

karena sepulang dari Swedia Bung Hatta mendapati bahwa uang tersebut masih bersisa, dan dia merasa itu bukan haknya.

Mengagumkan sekali, bukan? Tentu. Dan, apa yang dilakukan Bung Hatta adalah karena dia ingin menjaga nama baik. Bukan hanya dirinya sendiri, tetapi nama baik bangsa dan negara. Dalam konteks itu pula, maka Bung Hatta pun tidak berusaha bekerja

di berbagai perusahaan meski sebenarnya sangat memungkinkan.

Dalam pandangannya, jika dia bekerja pada perusahaan, maka citra seorang mantan wakil pre siden akan runtuh. Juga, jika dia menjadi seorang konsultan, maka sebenarnya dirinya sedang terjebak ke dalam bias persaingan usaha yang sarat dengan kepentingan. Bagai mana posisinya sebagai bapak bangsa jika sudah begitu? Itu yang dijaganya, dan itu pula yang membuat Bung Hatta lebih memilih hidup sederhana.

Dalam catatan yang ditulis Meutia Farida, putri sulung Bung Hatta, keluarga Bung Hatta memang bukan keluarga yang mengejar kemewahan hidup. Bukan hanya Bung Hatta yang memiliki pikiran dan sikap demikian, juga istrinya Ny. Rahmi Hatta. “Kita sudah cukup hidup begini, yang kita miliki hanya nama baik, itu yang harus kita jaga terus,” tulis Meutia menirukan kata ibunya.

lh6

ggph

t

lh6

ggph

t

Page 35: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 35

MO Z A I K

Ada NODA di SURAMADU

35

Truk yang dikendarai Tohari belum lagi mencapai tujuan.

Tetapi, kemunculan mendadak aparat sesaat setelah kendaraan bernomor L-7068-V tersebut keluar dari Jembatan Suramadu, berubah seperti rem yang tiba-tiba menghentikan putaran rodanya.

Kepada petugas yang mencegatnya di kawasan Simokerto, Surabaya, Warga Mojosari, Mojokerto, tersebut tentu saja berdalih. Dia mengaku hanya diupah Rp400 ribu oleh orang yang tak dikenalnya di kaki Jembatan Suramadu sisi Bangkalan. Upah tersebut untuk mengangkut tiga ton lonjoran besi stainles yang berada dalam truk tersebut ke Pasar Gembong, Surabaya, tempat jual-beli barang loakan.

”Saat ditanya barang itu dari mana, sopir mengaku tidak tahu. Dia hanya memberikan surat jalan yang dikeluarkan CV Putra Jaya sebagai pemilik barang,” ujar AKBP Samudi,

Dirancang antigempa dan tahan 100 tahun, integritas yang rendah mengguncangnya. Cermin masyarakat kita?

Kapolresta Surabaya Timur. Peristiwa itu sendiri

hanya terjadi sebulan setelah jembatan diresmikan 10 Juni 2009. Buah dari pencegatan yang dilakukan terhadap truk yang disopiri Tohari tersebut, aparat berhasil membekuk sang pelaku. Agus Salim, warga Desa Lebang, Kecamatan Sukolilo, Bangkalan, pun akhirnya dijadikan Tersangka kasus pencurian besi Jembatan Suramadu.

Kasus pencurian besi Jembatan Suramadu itu bukanlah yang pertama kali. Sebelumnya, hanya sepekan setelah jembatan senilai Rp4,5 triliun tersebut diresmikan, puluhan mur

dan baut pagar pembatas lintasan motor juga raib dari tempatnya. Setelah itu, 16 Juni giliran 42 lampu navigasi untuk menerangi pekerja di bawah jembatan sepanjang 5.438 meter itu, juga hilang.

Hilangnya mur dan baut di beberapa titik di Jembatan Suramadu tentu berbahaya. Pasalnya, bila terjadi kecelakaan dan terjadi benturan, pagar bisa patah sehingga bisa tercebur ke laut. “Itu kelakuan orang iseng. Banyak sekali laporan tentang vandalisme itu,” keluh Kepala Balai Besar Jalan Nasional V yang membawahi proyek Suramadu, AG Ismail.

Namun, pernyataan Ismail sempat menuai protes. Forum Keluarga Madura Perantauan (FKMP) bahkan melayangkan somasi kepada Ismail. Menurut Ketua FKMP, MH Said Abdullah, properti Suramadu yang dikabarkan hilang tersebut, karena memang belum dipasang oleh pelak sana proyek. ”Itu sangat menyakitkan dan melecehkan warga Madura. Seolah-olah orang Madura pencuri,” kata Said.

Lantas, bagaimana sebenarnya yang terjadi? Entahlah. Yang jelas, berbagai peristiwa tersebut merupakan tamparan hebat bagi negeri ini. Betapa tidak, karena megaproyek yang semula ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, justru ter noda oleh orang-orang berinte gritas rendah. Ibarat racun, ulah memalukan di kawasan jembatan yang dirancang antigempa dan tahan hingga 100 tahun tersebut, sangat berpotensi mematikan aktivitas trans-portasi jembatan tersebut.

Siapa tak miris? Suramadu, megaproyek untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dok.

KPK

theb

unx

fi les

wor

dpre

ss c

om

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Page 36: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200936

R E S E N S I

Lembaga pemerintah merupakan sektor publik yang bertugas

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya seringkali lembaga pemerintah sebagai pemegang kekuasaan berpotensi untuk menyalahgunakan kewenangannya untuk melayani kepentingan diri sendiri. Birokrasi semacam itu boleh jadi memang melayani masyarakat, namun ia juga dapat menggunakan kewenangannya untuk mendapatkan keuntungan bagi para pengelolanya. Akibat dari pelayanan

JUDUL BUKU : INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2008.Fakta Korupsi dalam Layanan PublikPENERBIT : Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2009

semacam itu adalah hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, karena beranggapan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan memberikan sesuatu. Entah itu uang, barang, dan hadiah lainnya kepada pemegang kekuasaan.

Oleh karena itu, suatu pemerintahan yang baik adalah suatu jaringan birokrasi yang mampu melayani masyarakat secara jujur, bersih, cepat dan tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari pelayanan yang diberikan. Birokrasi semacam itu dapat disebut memiliki integritas yang

tinggi, yakni berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip moral, yang tidak tergoda untuk melakukan korupsi.

Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pelayanan publik yang diberikan lembaga pemerintah kepada masyarakat, KPK melakukan survei integritas sektor publik tahun 2008. Survei ini dilakukan terhadap 40 instansi pemerintah pusat dan 52 pemerintah kabupaten/kota. Survei yang sama, sebelumnya pernah dilakukan tahun 2007. Namun perbedaannya, survei kali ini melibatkan pula unit layanan yang

bersentuhan langsung dengan masyarakat pada 52 pemerintah kabupaten/kota. Hasil penilaian masyarakat pun beragam. Perbedaan wilayah, budaya, pandangan, harapan dan tingkat pendidikan masyarakat menjadi salah satu faktor penyebab tinggi- rendahnya skor integritas suatu instansi. Penilaian terhadap tingkat integritas dari unit pemberi layanan akan dilakukan secara berkesinambungan untuk mengetahui sejauh mana arah perbaikan terhadap layanan publik yang diberikan instansi pemerintah.

MengukurSang PelayanPublik

36

Buku ini bisa dibaca di Perpustakaan KPK

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Page 37: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 37

K O L OM

37EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

Selama satu seteng ah tahun kepemimpin-an KPK II di bidang

penindakan memiliki pres-tasi dua kali lipat diban-dingkan prestasi kepemim-pinan KPK I (Paradigma baru pelaksanaan tugas KPK).

Saya yang sudah be-rada di luar, seperti hal nya teman-teman lain yang sudah di luar dan sebagi-an yang masih di dalam, adalah bagian dari para pioneer dari lembaga yang bernama KPK ini, karena itu maafkan saya kalau saya masih merasa merupakan bagian dari KPK, dan kalaupun ada sedikit pernyataan saya yang keras mungkin itu adalah ekspresi dari kecintaan serta belongingness saya kepada KPK dengan segala isinya.

Bagi yang tidak ikut mengalami betapa beratnya masa-masa ke-pioneer-an mungkin saja mengatakan bahwa apa yang sudah kita lakukan dulu itu salah, tidak bagus dan tentu saja saya juga tahu semua itu adalah tidak sempurna, sehingga

harus diubah, dibongkar, diganti dan disempurnakan. Silahkan saja, karena itulah dinamika, itulah changes dan saya meyakini bahwa changes is a must.

Dan karena sekarang saya sudah menjadi petani, maka saya melihatnya dari sudut pandang seorang petani yang mengalami sendiri, bagaimana berat-nya membuka hutan dan mengolah tanah ber batu yang penuh duri, kala-jengking, ular dan bahkan macan.

Merasakan betapa sulitnya memilih benih yang sudah disingkirkan dari berbagai tempat dan kemudian menyemainya, menumbuhkan menjadi tanaman yang subur dan produktif. Walaupun sekali lagi hasilnya belum banyak, belum bagus dan belum optimal serta memuaskan.

Dengan segala permo-honan maaf, saya tidak sependapat dengan pernya-taan di atas yang saya kutip dari paparan pimpinan KPK II tentang Paradigma

Baru Pelaksanaan Tugas KPK. Adalah tidak terlalu tepat membandingkan hasil penindakan masa kepe-mim pinan ke II yang 2 kali lipat lebih besar dari pres-tasi kepemimpinan KPK I, karena kami Pimpinan KPK jilid pertama berada dalam tahap land clearing, nursery, dan atau mungkin juga ber peran sebagai investor, yang dalam renstra KPK, kita sebut capacity building, yang juga menyerap energi, pikiran dan biaya yang tidak kecil. Dalam bidang pertanian, biasanya memang panen pertama itu tidak akan sebesar panen kedua dan panen-panen seterus nya, begitulah sifat tanaman.

Kalau kita misalkan KPK ini adalah sebuah mobil balap, maka para pioneer KPK berada pada proses pembuatan dan masa uji coba produk, dan Alhamdulillah sudah ber-fungsi dan terbukti mam pu berpacu. Sehingga se karang tinggal terserah kepada drivers dan mekanik baru,

terpulang bagai mana memelihara dan mening-katkan kapasitas serta ke-mam puannya di lintasan. Tetapi tetap harus hati-hati terhadap crash and accidents,...uuups terlam-bat! Kecelakaan sudah terjadi.

KPK ini jelas bukan lem baga tempat bekerja dan atau mencari peng-hasilan, bukan juga kantor pelayanan publik di mana kita akan mempu nyai jabat an dan status. Lem-baga ini adalah tempat kita meng abdi, bahkan tem-pat di mana kita diminta berkorban. Tentang berkor-ban ini kita harus tetap meng ingat bahwa: “We are not a gladiator who will died for a victory, but..we are a warrior who are ready to be sacrifi ced for the glory of our country and our nation.”

Salam hormat dan tetap semangat.

Taufi equrachman RukiThe old warrior neverdie, they only fade away

KPK bukan lembaga tempat bekerja dan atau mencari peng hasilan, bukan juga kantor pelayanan publik untuk mengejar jabat an dan status. Lem baga ini adalah tempat mengabdi, bahkan tem pat untuk berkorban.

Page 38: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200938

K A V E L I N G C - 1

Lebaran baru saja berakhir. Selayaknya ritual tahunan, sisa ingar-bingarnya masih

terasa hingga kini. Di sana masih tercium aroma ketupat dan opor ayam, masih terbayang prosesi mudik dengan segala kemacetan di jalan, dan masih tergenggam tali silaturahmi yang tak pernah putus. Semua indah, meski sudah berlalu...

Namun, adakah sisa yang lain dari Lebaran? Parsel misalnya...

Dulu, bagi kita, parsel nyaris seperti budaya yang jamak ditemui. Setiap Lebar an atau momen-momen tertentu, saling kirim parsel seakan-akan sudah biasa. Meng ako modasi pemberian upeti pada era raja-raja, fung si parsel senantiasa ber geser dari waktu ke wak tu. Dari sekadar tanda per saudaraan, hing ga mem-boncengnya ber bagai kepentingan dari si peng irim. Buat apa mengirim parsel kepada pejabat, penyelenggara negara, rekanan bisnis, jika tak ada maksud di baliknya? Apakah si pengirim tetap akan mengirim parsel, jika orang yang dikirim tidak menyandang berbagai jabatan tersebut?

Ini yang harus diwas padai, karena ternyata parsel adalah salah satu bentuk gratifi kasi. Menurut Pasal 12 B Undang-Undang No. 30/2002 tentang KPK, gratifi kasi adalah penerimaan dalam bentuk apapun. Jadi, tidak hanya parsel. Pemberian honor,

tiket, atau apa pun, jika pemberian disebab kan karena jabatan si pe ne-rima, maka semua adalah grati fi kasi. Dari yang nilai nya satu rupiah, sampai tak terhingga.

Sesuai Pasal 16 UU No.30/2002, setiap penyelenggara negara yang menerima gratifi kasi wajib melaporkan ke KPK dalam waktu 30 hari setelah menerima gratifi kasi tersebut. Jika tidak, maka sang penerima bisa

menilai, apakah pemberian tersebut termasuk gratifi kasi atau bukan. Akan menjadi milik negara atau dikembalikan kepada sang penerima. Acuannya jelas, apakah pemberian tersebut terkait dengan jabatan yang disandang atau tidak. Dan pertanyaan kuncinya seperti tadi, jika sang penerima tidak menduduki jabatan tersebut, apakah si pengirim tetap mengirim atau memberikan sesuatu atau tidak? Kalau itu memang betul-betul murni pertemanan, dari saudara, biasanya kita serahkan menjadi milik yang bersangkutan.

Lantas, bagaimana jika ada di antara kita, pimpinan atau pegawai KPK yang menerima gratifi kasi? Sama saja. Ketentuan ini juga berlaku bagi kita. Sesuai dengan kode etik KPK, jajaran KPK menolak keras menerima pemberian. Dan jika tidak bisa menolak, si penerima wajib melaporkan dan menyerahkan pemberian tersebut kepada KPK untuk dinilai, apakah termasuk gratifi kasi atau bukan. Apapun bentuknya, bahkan makanan sekalipun.

Untuk itulah kepada seluruh insan KPK, saya berharap, agar kita tetap berupaya menjadi role model. Bukan hanya bagi orang di luar kita, namun juga role model bagi diri sendiri. Junjunglah tinggi apa yang sudah diamanah kan oleh masyara kat dan tetaplah bekerja keras sesuai dengan koridornya. Maka, jika ada yang mene-rima parsel atau apa saja yang tidak ada hubungan nya dengan peker jaan, misal dari saudara, teman dan lain-lain, tetaplah dilaporkan!

38 EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009

dikenakan delik korupsi. Sayangnya, selama ini banyak pejabat di luar KPK tidak menyadari bahwa potensi mereka untuk menerima gratifi kasi teramat besar. Ketika diundang ceramah karena dia menyandang jabatan tertentu, misalnya, maka ketika dia mendapat biaya dari sana, itu pun sudah termasuk gratifi kasi. Mengapa gratifi kasi ini dilarang? Karena dikhawatirkan akan menimbulkan konfl ik kepentingan.

Sebagaimana parsel, semua bentuk gratifi kasi harus dilaporkan kepada KPK. Baru setelah itu KPK yang akan

Oleh: Haryono Umar (Wakil Ketua KPK)

Berhati-hatilah dengan Parsel!

indonetwork.co.id

Sekecil apapun bentuk grati! kasi harus dilaporkan. Tidak sekadar menghindari kon" ik kepentingan.

Page 39: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 2009 39

Page 40: Integri To

EDISI 9/ TH. III / SEPTEMBER 200940