integration patterns animal and plant on simantri 116 in the katung

61
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis. Masyarakat Indonesia mayoritas mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Pekerjaan utama masyarakat adalah petani sehingga seluruh kegiatan sangat tergantung pada alam, dan setiap daerah mempunyai komoditi yang berbeda, tergantung pada kondisi alam meliputi kelembaban, curah hujan, iklim, keadaan tanah maupun volume air. Petani memperoleh pendapatan dari mengolah lahan agar dapat melangsungkan kehidupan. Serta dapat meningkatkan kesejahteraan melalui mata pencaharian sebagai petani. Salah satu komoditi pertanian yang dikembangkan petani yaitu hortikultura. Hortikultura tumbuh dengan baik pada lahan dataran tinggi, meliputi sayur-sayuran dan buah - buahan. Hortikultura merupakan komoditi yang dapat tumbuh dengan baik pada suhu lebih rendah atau pada daerah dataran tinggi. Petani berupaya meningkatkan pendapatan dengan mengusahakan komoditi ini sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Namun masih ada petani yang belum mampu mencukupi kebutuhan sehingga dapat digolongkan kedalam tingkat pendapatan petani rendah. Hal tersebut terjadi di beberapa daerah di indonesia termasuk Bali. Bali yang terkenal dengan daerah tujuan wisata juga masih terdapat petani dengan pendapatan rendah, terutama petani di daerah pedesaan. Berdasarkan data BPS Bali (2012) tercatat 168. 800 orang penduduk miskin di Bali, dengan 1

Upload: lykhanh

Post on 31-Dec-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis. Masyarakat

Indonesia mayoritas mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian, terutama

bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Pekerjaan utama masyarakat

adalah petani sehingga seluruh kegiatan sangat tergantung pada alam, dan setiap

daerah mempunyai komoditi yang berbeda, tergantung pada kondisi alam meliputi

kelembaban, curah hujan, iklim, keadaan tanah maupun volume air. Petani

memperoleh pendapatan dari mengolah lahan agar dapat melangsungkan

kehidupan. Serta dapat meningkatkan kesejahteraan melalui mata pencaharian

sebagai petani.

Salah satu komoditi pertanian yang dikembangkan petani yaitu

hortikultura. Hortikultura tumbuh dengan baik pada lahan dataran tinggi, meliputi

sayur-sayuran dan buah - buahan. Hortikultura merupakan komoditi yang dapat

tumbuh dengan baik pada suhu lebih rendah atau pada daerah dataran tinggi.

Petani berupaya meningkatkan pendapatan dengan mengusahakan komoditi ini

sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Namun masih ada petani yang

belum mampu mencukupi kebutuhan sehingga dapat digolongkan kedalam tingkat

pendapatan petani rendah. Hal tersebut terjadi di beberapa daerah di indonesia

termasuk Bali.

Bali yang terkenal dengan daerah tujuan wisata juga masih terdapat petani

dengan pendapatan rendah, terutama petani di daerah pedesaan. Berdasarkan data

BPS Bali (2012) tercatat 168. 800 orang penduduk miskin di Bali, dengan

1

Page 2: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

2

sebaran 91.400 orang bermukim di perkotaan dan 77.400 orang di kawasan

perdesaan. Mereka yang tergolong masyarakat berpendapatan rendah umumnya

menggeluti kegiatan non formal seperti petani, nelayan, pedagang acung,

pedagang asongan dan lain-lain. Pemerintah, pihak swasta, termasuk lembaga

masyarakat harus melaksanakan berbagai program untuk membantu masyarakat

kurang mampu tersebut. Program-program tersebut dapat bersifat perbaikan fisik

pemukiman/bangunan ataupun bantuan jangka pendek seperti bantuan langsung

tunai atau pembagian sembako sehingga kegiatan tersebut belum memberi

dampak jangka panjang untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah

keluar dari lingkaran setan kemiskinan.

Kondisi dan permasalahan dalam pembangunan usaha pertanian di

perdesaan secara umum dapat digambarkan antara lain (1) belum tergarapnya

potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia secara optimal; (2) belum

berkembangnya diversifikasi usaha, baik intern sektor pertanian maupun antar

sektor pertanian dan sektor lainnya sesuai dengan potensi setiap wilayah; (3)

belum terfokus dan terpadunya kegiatan, baik antar subsektor pertanian maupun

dengan sektor pendukungnya dan; (4) masih rendahnya insentif berusahatani

karena belum diterapkannya rekomendasi teknologi dan sistem usahatani yang

terintegrasi, efektif, dan efisien (Wisnuardhana, 2009).

Pemerintah berupaya membantu masyarakat berpendapatan rendah

keluar dari lingkaran kemiskinan.Upaya pemberdayaan masyarakat menjadi

mutlak dilakukan, salah satunya melalui Simtem Pertanian Terintregrasi

(SIMANTRI). SIMANTRI dicanangkan sejak tahun 2009 sebagai salah satu

Page 3: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

3

program prioritas pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan Bali organik dan

visi Bali Mandara (maju, aman, damai, dan sejahtera) (Wisnuardhana, 2009).

Program SIMANTRI diluncurkan pemerintah daerah sebagai koreksi atas

kelemahan kebijakan pembangunan pertanian selama ini yang lebih

mengedepankan pendekatan sektoral. Dalam artian, program pertanian tanaman

pangan tidak terkoordinasi dengan program peternakan atau perikanan sehingga

pengelolaan sumber daya alam dan juga sumber daya manusia cendrung tidak

efisien. Ketidakefisienan tersebut, akibat limbah dari kegiatan yang satu tidak

dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Misalnya, air kencing sapi terbuang begitu saja,

padahal dengan teknologi tepat guna bisa dimanfaatkan sebagai bio urine bagi

tanaman hortikultura atau yang lainnya. SIMANTRI merupakan usaha

mengintegrasikan seluruh komponen usaha pertanian baik secara horisontal

maupun secara vertikal, sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Sistem ini

sangat ramah lingkungan, mampu memperluas sumber pendapatan petani, dan

pengelola usahatani.

Pengembangan SIMANTRI dilaksanakan untuk mengembangkan

pertanian organik yang merupakan sistem produksi pertanian yang

menghindarkan penggunaan senyawa sintetik baik pupuk kimia zat tumbuh,

maupun pestisida. Pertanian organik diterapkan dengan pendekatan pembangunan

pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. SIMANTRI merupakan

upaya pemberdayaan masyarakat yang menggunakan pendekatan usaha kelompok

yang mendukung usaha budidaya pertanian tanaman pangan, peternakan,

hortikultura.

Page 4: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

4

Sejak tahun 2009 sampai dengan 2014 Pemerintah Provinsi Bali telah

melaksanakan sebanyak 506 gapoktan) SIMANTRI yang tersebar di sembilan

kabupaten/kota se-Bali. Adapun sasaran SIMANTRI adalah kelompok masyarakat

perdesaan yang mengusahakan lahan pertanian (dalam arti luas) dan perikanan

khususnya perikanan darat.

Sistem usahatani terintegrasi (integrated farming system atau crop-

livestock system/CLS) merekomendasikan intensifikasi sistem produksi tanaman-

ternak secara terintegrasi (crop-livestock system), melalui pendaur ulangan hara

tanaman dalam bentuk pupuk kandang untuk memelihara kesuburan tanah

(Budiasa, 2011).

Program SIMANTRI dimaksudkan untuk meningkatkan pola integrasi dan

kemitraan, baik internal sektor pertanian, maupun antara sektor pertanian dan

sektor non pertanian; memfokuskan kegiatan pada satu kawasan secara terpadu,

mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan dalam mendukung Bali

organik, adanya aktifitas petani belajar hal baru. Dengan adanya SIMANTRI ini

petani dapat memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk sehingga pembelian

pupuk kimia bisa dikurangi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Untuk mempertahankan keberlanjutan usahatani campuran antara tanaman ternak

dalam kaitan dengan sistem integrasi dalam pertanian perlu diketahui kondisi

optimal pelaksanaan integrasi antara tanaman dan ternak.

Salah satu kelompok yang menerapkan sistem pertanian terintegrasi antara

tanaman hortikultura dengan ternak sapi yaitu gapoktan Budi Luhur. Petani dalam

usahanya menerapkan SIMANTRI, maka perlu dilakukan evaluasi apakah petani

telah memperoleh pendapatan secara optimal dari integrasi tanaman hortikultura

Page 5: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

5

dengan ternak sapi yang telah dilaksakan selama kurang lebih dua tahun terhitung

sejak dimulainya program SIMANTRI tahun 2011.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pola integrasi usahatani, ternak dan tanaman pada Simantri

116 di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ?

2. Bagaimanakah pendapatan usahatani pada SIMANTRI 116 di Desa

Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ?

3. Bagaimankah pengaruh faktor resiko terhadap keuntungan kotor usahatani

pada Simantri 116 di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten

Bangli ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pola integrasi tanaman ternak pada Simantri 116 di Desa Katung, Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli

2. Pendapatan usahatani pada SIMANTRI 116 di Desa Katung, Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli.

3. Besarnya faktor resiko usahatani pada Simantri 116 di Desa Katung, Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli.

Page 6: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pemerintah Daerah Bali penelitian ini memberikan gambaran pendapatan

usahatani lahan kering dalam pengelolaan SIMANTRI untuk menjamin

keberlanjutan pertanian agar dapat direkomendasikan kepada petani sebagai

arahan untuk melakukan proses produksi tanaman dan ternak secara efisien

sehingga komoditas yang dihasilkan mampu bersaing global.

2. Petani dapat meningkatkan ketahanan pangan terutama di level rumah tangga

petani karena adanya peningkatan produktifitas tanaman-ternak.

3. Secara akademis dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya

tentang pola usahatani campuran dengan program Simatri.

Page 7: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pola Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI)

SIMANTRI adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi alih

teknologi pertanian kepada masyarakat perdesaan. SIMANTRI mengintegrasikan

kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya, baik secara vertikal

maupun horizontal, sesuai dengan potensi setiap wilayah dengan mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya lokal yang ada. Inovasi teknologi yang diintroduksikan

berorientasi untuk menghasilkan produk pertanian organik dengan pendekatan

”pertanian tekno ekologis”. Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga

berorientasi pada pengembangan usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan

menghasilkan empat F (food = pangan, feed = pakan, fertilizer = pupuk, dan

fuel = bahan bakar). Kegiatan utama adalah mengintegrasikan usaha budi daya

tanaman dan ternak, yaitu limbah tanaman diolah untuk pakan bermutu (makanan

ternak) dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces,

urine) diolah menjadi biogas, pupuk organik, dan biopestisida (Wisnuardhana,

2009).

2.2 Usahatani

Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya

dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa

mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk

memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992). Menurut Mubyarto (1986) dan

Soekartawi (1986), biaya usahatani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost):

7

Page 8: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

8

biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah,

pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi; Biaya tidak tetap (variable cost): biaya

yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya

saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan bibit).

Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai

produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Untuk menaksir komoditi atau produk yang tidak dijual,

digunakan nilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi

dengan harga pasar (Soekartawi,dkk,1986). Soeharjo dan Patong (1973) dan

Hernanto (1989) menyatakan penerimaan usahatani dapat berupa: (1) hasil

penjualan tanaman, ternak, ikan, atau produk yang akan dijual; (2) produk yang

dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan; dan 3)

kenaikan nilai investasi. Mubyarto (1986) mengatakan bahwa berusahatani

sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan akan dinilai dari

penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Selisih antara penerimaan

yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan merupakan pendapatan usahatani.

2.2.1 Unsur-unsur usahatani

Soekartawi (1986) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor

produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi.

Namun bagaimana petani melakukan Usahanya secara efisien adalah upaya yang

sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan

faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat tercapai. Bila

petani mendapat keuntungan besar dalam sahataninya dikatakan bahwa alokasi

Page 9: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

9

faktor produksi efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli

faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi.

Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi

dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi

teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi (Agustina,2011).

2.2.2 Biaya usahatani

Biaya merupakan nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh

hasil. Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani terdiri dari dua jenis biaya yaitu

biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya

jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya

tetap (fixed cost) dan biaya jangka panjang meliputi biaya variabel (Variable cost)

Menurut Raharjo, 2006 definisi biaya yaitu :

1.Biaya tetap (Fixed cost) merupakan biaya secara total tidak mengalami

perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Biaya ini

tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan.yang

termasuk biaya tetap gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat,

mesin, bangunan.

2.Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang bisa berubah-ubah sesuai

dengan perubahan volume produksi. Biaya variabel bisa berubah menurut

tingggi rendahnya produksi yang dihasilkan. Meliputi biaya bibit, biaya pupuk,

biaya obat-obatan, ongkos tenaga kerja yang harus dibayar berdasarkan volume

produksi.

Page 10: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

10

2.2.3 Penerimaan usahatani

Menurut Rahim dan Diah (2008), penerimaan usahatani adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan menurut Hernanto

(1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua

usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai

yang dikonsumsi.

Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani yang

diterima pada akhir proses produksi.

Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material

yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun

keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal

yang dimilikinya. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income).

Penerimaan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor

usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah

nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk

tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah

nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual

maupun tidak dijual (Soekartawi,1986)

Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan,

dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses

produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan

usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan

sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Disamping itu,

Page 11: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

11

bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan

input pertanian.

2.2.4 Pendapatan usahatani

Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari

seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan

total biaya yang dikeluarkan (Hadisapoetra,1979). Menurut Soekartawi (1986)

menguraikan dan membagi pendapatan usahatani menjadi dua, yaitu : pendapatan

kotor usahatani (gross farm income) dan pendapatan bersih usahatani (net farm

income). Pendapatan kotor usahatani yaitu nilai produk total usahatani dalam

jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh produk yang dihasilkan baik yang (1)

dijual, (2) dikonsumsi rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani seperti

untuk bibit atau makanan ternak, (4) digunakan untuk pembayaran, dan (5) untuk

disimpan. Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus dikalikan dengan harga

pasar yang berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkat petani. Sementara pendapatan

bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan

pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan

usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual

produk yang diterima ditingkat petani maupun harga-harga faktor produksi yang

dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga produk atau harga faktor

produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan.

2.3 Analisis Gross Margin

Sebagai pendekatan untuk mencari pendapatan usahatani di tingkat rumah

tangga dalam penelitian ini digunakan analisis gross margin. Analisis gross

Page 12: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

12

margin merupakan selisih antara total nilai output/total income usahatani dengan

total biaya variabel (Ringwood, 1988). Semakin besar nilai gross margin, maka

usahatani tersebut dikatakan semakin menguntungkan. Apabila tambahan biaya

(marginal cost) lebih kecil dari tambahan nilai produksi (marginal revenue), maka

gross margin yang diperoleh petani dari usahataninya dapat meningkat. Jika petani

dapat meningkatkan gross margin pada usahataninya secara otomatis profit dari

usahatani akan meningkat juga. Besar kecilnya keuntungan yang diterima petani

dari usahataninya akan dipengaruhi oleh nilai penerimaan dan biaya usahataninya

dalam suatu periode produksi dan jumlah cabang usaha yang dikelola.Untuk

analisis pendapatan aktual, digunakan metode analisis gross margin. Analisis

pendapatan dihitung dengan rumus:

GM = TR – VC

Keterangan:

GM = Gross margin (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp)VC = Variable Cost (Rp)

2.4 Teori Risiko Usahatani

Menurut Siregar dalam Soekartawi (1993), risiko dalam pertanian

mencakup kemungkinan kerugian dan keuntungan dimana tingkat risiko tersebut

ditentukan sebelum suatu tindakan diambil berdasarkan ekspektasi atau perkiraan

petani sebagai pengambil keputusan. Risiko dapat menunjukkan kerapatan

distribusi probabilitas. Salah satu ukurannya adalah dengan menggunakan deviasi

standar yang diberi simbol σ (sigma). Semakin kecil deviasi standar, semakin

rapat distribusi probabilitas dengan demikian semakin rendah risikonya. Namun

dalam penggunaannya terdapat beberapa masalah ketika deviasi standar

Page 13: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

13

digunakan sebagai ukuran risiko. Misalnya jika suatu usahatani memiliki biaya

lebih besar, usahatani tersebut dapat secara normal memiliki standar deviasi yang

lebih besar tanpa perlu menjadi lebih berisiko. Untuk mengatasi masalah tersebut

adalah dengan menghitung ukuran risiko relative dengan membagi deviasi standar

dengan nilai rata-ratanya :

CV = σ / Y

Keterangan :

CV = Koefisien variasi

σ = Standar deviasiÿ = Rata- rata pendapatan

Kegiatan pada sektor pertanian yang menyangkut proses produksi selalu

dihadapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Risiko

adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih dahulu.

Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, dan

karenanya peluang terjadinya merugi belum diketahui sebelumnya

( Soekartawi,1986).

Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi

hasil pertanian dan fluktuasi harga. Ketidakpastian hasil pertanian disebabkan

oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta kekeringan. Jadi produksi

menjadi gagal dan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk berusahatani

berikutnya. Selain itu, ketidakpastian harga meyebabkan fluktuasi harga dimana

keinginan pedagang memperoleh keuntungan besar dan rantai pemasaran yang

panjang sehingga terjadi turun naiknya harga (Soekartawi, 1993).

Page 14: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

14

Soekartawi, 1993, menyatakan bahwa sumber penyebab risiko dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Risiko Sosial; (2) Risiko Fisik; (3) Risiko

Ekonomi. Sedangkan menurut Kadarsan (1993) sumber penyebab risiko adalah :

(1) Risiko Produksi; (2) Risiko Harga; (3) Risiko Teknologi; (4) Risiko karena

tindakan pihak lain; (5) Risiko Sakit.

Menurut Darmawi (1997) risiko dihubungkan dengan kemungkinan

terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga yang

mengacu pada ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kondisi yang

menyebabkan tumbuhnya risiko.

Pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran

ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini

menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan

sebenarnya disekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang

diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh

petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan

yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani. Selain

itu penentuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan keputusan petani

untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan.

Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah

yang mungkin diterima oleh petani (Kadarsan, 1993).

2.5 Sistem Usahatani Campuran

Sistem usahatani campuran merupakan sistem produksi tanaman dan

hewan yang terintegrasi. Budiasa, 2011 mendefinisikan sistem usahatani terpadu

sebagai sebuah sistem yang terintegrasi berdasar pendekatan holistik terhadap

Page 15: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

15

penggunaan tanah untuk produksi pertanian, yang bertujuan untuk mengurangi

penggunaan input luar agribisnis (energi dan input kimia) dan sepenuhnya

didasarkan pada penggunaan sumberdaya alam dan memaksimalkan proses

pengendalian alam. Teknologi ini disamping secara teknis dapat memperkecil laju

erosi tanah, diharapkan juga secara ekonomis bermanfaat dalam meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani.

Dalam sistem usahatani terintegrasi (Gambar 1), hewan dipelihara untuk

dipekerjakan, menghasilkan pupuk kandang, menghasilkan daging, dan produk

lainnya; sedangkan proses produksi tanaman untuk menghasilkan bahan makanan

dan serat serta limbahnya (by-products) digunakan untuk bahan pakan ternak dan

pupuk kompos. Pupuk kandang dan kompos dari limbah tanaman digunakan

dalam proses produksi tanaman. Sistem rotasi tanaman memberikan manfaat

dalam pengelolaan struktur, kesuburan, dan erosi tanah sekaligus meningkatkan

pengendalian terhadap hama melalui pemutusan siklus hidup hama (Budiasa,

2011).

ProduksiTanaman

PupukKandang

Tanaman PakanTernak dalamSistem Rotasi

ProduksiTernak

Crops

by- product

Gambar 1. Integrasi produksi tanaman dan ternak (Budiasa, 2011),

Page 16: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

16

2.6 Tanaman Hortikultura

Hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi

tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura

merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern (Suracman, 2006).

Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi,

hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur),

tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-

obatan (biofarmaka), dan taman (lanscape). Salah satu ciri khas produk

hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar (Surachman, 2006).

Ditinjau dari fungsinya, tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan

jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur) serta

memenuhi kebutuhan rohani, karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan

hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan hortikultura adalah : a).

Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas

kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan e) pemenuhan

kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Dalam membahas masalah

hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura,

yaitu : a). Tidak dapat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c)

mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu

musim dan langka pada musim yang lain dan e) fluktuasi harganya tajam

(Notodimedjo, 1997).

Hortikultura adalah komoditas yang masih memiliki masa depan relatif

cerah ditilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam

pemulihan perekonomian Indonesia pada waktu mendatang, perlu mulai

Page 17: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

17

mengembangkannya sejak saat ini, sebagaimana negara-negara lain yang

mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain : Thailand dengan

berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga

Tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini

telah mengekspor Apel, Jeruk dan Anggur (Surachman, 2006).

Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala

perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional,

sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Petani

hortikultura merupakan petani yang responsif terhadap inovasi teknologi berupa :

penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian

benih/bibit yang bermutu. Komoditas hortikultura memiliki potensi untuk menjadi

salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian. Oleh karena itu pada masa yang

akan datang perlu ditingkatkan lagi penanganannya terutama dalam era pasar

bebas abad 21 ( Semangun, 2000).

2.6.1 Komoditas Hortikultura

Indonesia yang terletak di tropis membuat Indonesia menjadi surga

biodiversitas komoditas hortikultura.

1. Pomologi / Frutikultur : Manggis, Mangga, Apel, Durian, Salak, dll

2. Florikultura : Melati, Mawar, Krisan, Anyelir, Begonia, Bugenvil, dll

3. Olerikultura : Tomat, Selada, Bayam, Wortel, Kentang, (Melon & Semangka:

termasuk kelompok tanaman sayuran yang di panen buahnya) dll

4. Biofarmaka : Purwoceng, Rosela, Kunyit, dll

5. Landscape : Taman Bali, Taman Jawa, dll (Semangun, 2000).

Komoditas utama hortikultura dibagi menjadi 3 (tiga) aspek komoditas :

Page 18: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

18

1. Komoditas prioritas : jeruk,pisang,mangga,manggis,durian,anggrek,cabai

merah,bawang merah,dan kentang

2. Komoditas unggulan : pepaya,salak,nenas,apel,anggur,tomat,kubis,kacang

panjang,buncis,mawar,anyelir,lili,krisan,sedap malam,dan dracaena.

3. Komoditas prosfektif tanaman ini meliputi semangka, melon, markisa,

jambu, rambutan, kesemek, apokat, lengkeng, sayuran asli Indosesia dan

tanaman hias tropik (Semangun, 2000).

2.6.2. Undang-Undang Hortikultura

Pada hari selasa 26 oktober 2010 di Rapat Paripurna DPR RI ditetapkan

Undang - Undang No. 13 tahun 2010 tentang Hortikultura. Undang-undang

Hortikultura ditujukan untuk memuat norma strategis dan kedalaman teknis yang

memadai agar mendorong penciptaan iklim yang kondusif bagi penyelenggaraan

dan pengembangan usaha hortikultura ke depan. Aplikasi Undang-Undang

Hortikultura melalui peraturan pelaksanaan dan perangkat manajerial yang tepat,

diharapkan dapat mendorong perubahan paradigma, menciptakan dukungan

kebijakan, serta mendorong terobosan dan percepatan dalam pembangunan

hortikultura. Sasaran Stategis Penelitian dan Pengembangan Hortikultura antara

lain (Deptan, 2010) :

1. Tersediannya varietas unggul baru hortikultura

2. Tersediannya benih sumber hortikultura

3. Tersediannya teknologi budidaya produksi hortikultura ramah lingkungan

4. Tersediannya sumberdaya genetik hortikultura

5. Terselenggaranya diseminasi inovasi hortikultura

6. Tersediannya rumusan kebijakan penelitian dan pengembangan hortikultura

Page 19: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

19

7. Terwujudnya kerjasama bidang hortikultura

8. Meningkatnya pemanfaatan teknologi hortikultura

2.6.3 Komoditas usahatani hortikultura Desa Katung.

Hortikultura merupakan usahatani pokok yang dibudidayakan di Desa

Katung, karena daerah di lokasi itu adalah jenis lahan kering dan jenis tanah

berpasir sehingga sangat cocok dengan jeruk siem sebagai komoditas andalan

Desa Katung. Komoditas lain yang banyak di budidayakan antara lai pisang kubis

dan lain- lain, hanya saja komoditas ini hanya di tanam sebagai tanaman sela yang

di budidayakan di ruang kosong sekitar jeruk atau pinggiran lahan jeruk.

Pengembangan komoditas hortikultura sebagai berikut:

a. Jeruk Siem

Jeruk siem memiliki ciri khas yang tidak dimiliki jeruk keprok lainnya.

Dilihat sekilas memang tidak jauh berbeda. Perbedaannya terletak pada kulitnya

ada yang tipis licin tetapi pada jenis jeruk siem yang ada di Desa Katung

mempunyai jenis kulit yang lebih tebal dengan pori-pori kulit yang jelas, jika

dibuka terdapat ruang pemisah yang lebih jelas antara daging dan kulitnya

(Setiawan, 1992).

Jeruk siem hanya merupakan sebagain kecil dari sekian banyak spesies

dan varietas jeruk yang sudah di budidayakan. Jeruk tergolong dalam rumpun

citriae dan subtribe citriae, dari subtribe inilah berbagai tanaman jeruk berasal,

termasuk di dalamnya jeruk siem ( Djoemaijah,1984). Secara sistematis klasifikasi

jeruk siem sebagai berikut.

Famili : Rutaceae

Sub Famili : Aurantioidae

Page 20: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

20

Subtribe : Citriae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus nobilis

Mulanya jeruk siem mempunyai batang yang agak tinggi. Selanjutnya

tanaman ini berubah menjadi lebih pendek karena perkembangan sistem budidaya.

Hal ini memberikan keuntungan memudahkan pemeliharaan dan pemanenannya.

Batang pohon jeruk siem mempunyai tinggi 2,5 – 3 m. Pohon tersebut biasanya

berasal dari cangkokan atau okulasi. Ukuran daun sekitar 7,5cm x 3,9 cm. Antara

batang dengan daun dihubungkan oleh tangkai daun dengan panjang sekitar 1,3cm

( Djoemaijah, 1984).

Jeruk siem mempunyai pertumbuhan yang baik pada ketinggian 900m dpl,

jenis tanah yang cocok untuk jeruk siem yaitu tanah yang gembur mengandung

pasir, banyak mengandung oksigen dan bahan prganik. Jeruk siem membutuhkan

pH tanah antara 5-7,5. iklim yang cocok pada iklim curah hujan optimal

1500mm/tahun. Jeruk siem memerlukan banyak sinar matahari ( Setiawan, 1992)

Pemilihan bibit yang baik ditandai dengan daun-daun yanh hijau segar dan

tampak rimbun, batangnya kuat dan kokoh serta pertumbuhan cabangnya

seimbang. Bibit cukup umur untuk ditanam berumur tiga sampai empat bulan

setelah dipotong dari dahan untuk bibit cangkokan, satu tahun untuk bibit yang

berasal dari biji (Larasati, 1987).

Jarak tanam tanaman jeruk siem beragam ada 6x6m, 7x7m, 8x8m. Pola

barisa tanam segi empat atau sesuai selera. Setelah ditentunkan jarak tanam

selanjutnya penanaman pada lobang tanam yang telah dibuat. Dilanjutkan dengan

pemeliharaan meliputi pelebaran terumbuk, pembuatan drainase, penyiraman,

Page 21: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

21

penyiangan, pemupukan serta pemangkasan. Pemangkasan bertujuan

mendapatkan bentuk tanaman yang diinginkan (Setiawan, 1992).

Pada tanaman jeruk siem mulai berproduksi umur tiga sampai empat

tahun. Buah pertama tersebut sebaiknya dibuang. Jika ingin memeliharanya

sebaiknya cukup 40% saja. Pembuangan buah pertama adalah mempersiapkan

pohan agar benar-benar kuat pada musim berikutnya. Tanaman muda yang

dibiarkan berbuah lebat akan menjadi lemah sehingga mudah terserang hama dan

penyakit ( Larasati, 1987).

Jeruk siem dapat dipanen pada umur enam sapai delapan bulan setelah

bunganya mekar. Ciri-ciri buah dapat dipanen yaitu kulit buah kekuning-

kuningan, buah tidak keras jika dipegang, bagian bawah buah empuk. Untuk

mendapat kualitas buah yang baik pemanenan jeruk siem dilakukan secara

berhati-hati. Beberapa hal yang diperhatikan dalam memanen jeruk siem yaitu

waktu pemetikan buah hendaknya dilakukan pada saat matahari sudah bersinar,

tangkai buah dikerat dengan gunting aekitar 1-2 cm (Setiawan,1992).

b. Pisang

Menurut ahli sejarah pisang buah secara botani umumnya berasal dari

kawasan Asia Tenggara ( termasuk Indonesia). Selanjutnya menyebar ke berbagai

negara baik tropis maupun negara sub tropis. Terutama pisang raja termasuk nama

asli Indonesia dan banyak ditemukan di pulai Jawa (Zuhairini, 1997).

Pisang raja merukan salah satu tanaman sela yang banyak dibudidayakan

oleh petani di Desa Katung karena pisang raja mempunyai pertumbuhan dan buah

yang baik. Dan pisang raja jarang diserang penyakit. Pisang raja dalam satu

tandan terdapat mencapai 13 sisir, buahnya lurus dan panjang 7,8 cm berat 80

Page 22: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

22

gram. Umur tanaman hingga berbungan sekitar tujuh belas bukan sejak anakan

dan buahnya akan masak lima bulan sejak bunga keluar ( Zuhairini, 1997).

Tanaman pisang pada umumnya mempunyai ekonomis yang cukup tinggi

karena tanaman pisang tidak mengenal musim. Maksudnya dapat berproduksi

sepanjang tahun, pertumbuhannya cepat, dapat berkembang biak. Sehingga bila

induknya telah berbuah akan segera disusul anaknya. Harga pisang stabil di

pasaran sehingga pisang mempunyai propek yang cerah (Zuhairini, 1997).

Tanaman pisang idel tumbuh pada tanah yang banyak humus. Pisang raja

banyak ditanam secara tradisional dilakukan dengan perbanyakan vegetatif yaitu

memisahkan anakan dari induknya (Zuhairini, 1997). Penanaman pisang dapat

dilakukan pada jarak tanam 6 x 6 m atau 5 x 5 meter. Penanaman yang baik

dilakukan pada saat mulai turun hujan. Pada saat penanaman lubang tanaman

sedalam kurang lebih 25cm atau disesuaikan dengan bonggol bibit yang ditanam.

Selanjutnya tanah disekitar tanaman dipadatkan (Zuharini, 1997).

c. Kubis

Kubis termasuk species Brassica oleracea, famili Cruciferae. Batang kubis

kadang-kadang bercabang dan panjang batang dapat mencapai satu meter atau

lebih, warna daun hijau biru, yang sering membentuk reset. Daun besar, panjang

dapat mencapai lebih dari 50 cm tebal dan berdaging. Macam-macam kubis yang

telah dibudidayakan cukup banyak, sehingga perlu diadakan penggolongan.

Dalam mengadakan penggolongan orang sering mengalami kesulitan. Beberapa

ahli botani ada yang menggolongkan kubis savoy dan kubis tunas Brussels dalam

satu varietas Brassica oleracea var, sehingga ada dugaan kubis tunas Brussels

aslinya dari kubis savoy. Pada waktu ini kubis savoy digolongkan dalam varietas

Page 23: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

23

Brassica oleracea var. sabauda L. Ada kubis savoy yang kuning warnanya, yang

hanya berbeda sedikit dengan kubis putih, sehingga dianggap sebagai golongan

kubis putih (Pracaya, 1999).

Kubis dapat ditanam hampir di semua jenis tanah. Tanah yang ideal yaitu

liat berpasir yang cukup bahan organis. Memerlukan cukup air tetapi tidak

berlebihan. Di tanah ringan dapat ditanam pada waktu musim hujan karena tanah

tersebut dapat meresap dan melewatkan air sedang untuk tanah yang sedikit berat

pada waktu musim kemarau karena tanah tersebut dapat menahan lebih banyak.

Untuk tanaman musim hujan drainase harus cukup baik karena karena berlebihan

air, tanaman mudah terkena penyakit dan mati. Sedang untuk tanam musim

kemarau harus dipikirkan soal pemberian air karena kalau sampai kekurangan air,

tanaman menjadi kerdil atau mati (Pracaya, 1999).

Kubis tidak dapat tumbuh baik di tanah yang sangat asam. Pada pH antara

5,5 dan 6,5, kubis tumbuh dengan baik. Umumnya ketahanan kubis terhadap

garam adalah sedang. Untuk ukuran kandungan garam disebut index—C, yang

menunjukkan jumlah gram per liter cairan tanah. Untuk kubis putih dan savoy

batasnya sekitar C6. Sedang kubis merah lebih sensitif dengan batas normal C4,

apabila batas menjadi C8 hasil akan berkurang empat puluh persen. Tanaman

yang tumbuh di tanah bergaram, sering daunnya berwama tua dan tepi daun dapat

kering. Juga tanaman lebih mudah terserang penyakit kaki hitam (blackleg)

daripada tanaman yang tumbuh di tanah yang tak bergaram. Penanaman pada

tanah yang bergaram C8-C10 lebih baik ditanam lang- sung dari biji, karena kalau

dipindah dari pesemaian akar tidak segera tumbuh. Apabila menanam kubis pada

waktu musim kemarau di tanah yang bergaram, hasil panenan tidak baik karena

Page 24: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

24

kandungan garam akan bertambah pada waktu mengalami kekeringan dan

temperatur tinggi. Pencangkulan pada tanah bergaram tidak perlu dalam

(Pracaya, 1999).

Semai kubis mempunyai akar tunggang dengan akar serabut. Makin tua

percabangan akar makin banyak, sehingga akar tunggang sukar dibedakan dengan

akar lainnya. Garis tengah akar umumnya kurang dari 0,5 mm. tetapi ada

beberapa akar yang lebih dari satu centimeter. Akar serabut panjangnya dapat

mencapai 1 meter dari tanaman. Sesudah umur satu sampai tiga bulan akar

serabut menuju ke bawah, apabila tanah gembur, beberapa akar dapat mencapai

sedalam 1,5 sampai 2 meter. Pada umumnya 70 sampai 80 persen akar tumbuh di

bagian lapisan atas tanah sedalam 20 sampai 30 cm. Di lapisan paling atas

sedalam kurang lebih 5 cm banyak tumbuh perakaran, tetapi pada waktu musim

kemarau akan terjadi kekeringan dan mati, kecuali di bagian yang dekat pokok

tanaman kubis yang terlindung daun kubis, karena di bagian yang terlindung

kelembaban air masih cukup banyak, sehingga pertumbuhan akar masih tetap

kelihatan baik di bagian permukaan tanah. Dari keterangan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa untuk mendapat kubis yang subur perlu pencangkulan yang

cukup dalam ( Pracaya, 1999).

Pertumbuhan kubis paling baik didaerah yang hawanya dingin.

Temperatur

optimum pertumbuhan terletak antara 15°C, sedang di atas temperatur 25°C

pertumbuhan kubis terhambat. Temperatur minimum pertumbuhan mungkin di

atas 0° C. Bila temperatur turun sampai di bawah -10° C dan tetap bertahan untuk

waktu yang lama akibatnya tanaman menjadi sangat rusak. Kubis dapat bertahan

Page 25: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

25

pada temperatur rendah apabila penurunan berlangsung dengan perlahan-lahan

dan tanaman dalam keadaan setengah tumbuh ( Pracaya, 1999).

2.7. Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI)

SIMANTRI adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi alih

teknologi pertanian kepada masyarakat perdesaan. SIMANTRI mengintegrasikan

kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya, baik secara vertikal

maupun horizontal sesuai dengan potensi setiap wilayah dengan mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya lokal yang ada. Inovasi teknologi yang diintroduksikan

berorientasi untuk menghasilkan produk pertanian organik dengan pendekatan

”pertanian tekno ekologis”. Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga

berorientasi pada pengembangan usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan

menghasilkan empat F (food = pangan, feed = pakan, fertilizer = pupuk, dan

fuel = bahan bakar). Kegiatan utama adalah mengintegrasikan usaha budidaya

tanaman dan ternak, yaitu limbah tanaman diolah untuk pakan bermutu (makanan

ternak) dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces,

urine) diolah menjadi biogas, pupuk organik dan biopestisida (Wisnuardhana,

2009).

Usaha tani yang diterapkan dalam SIMANTRI yaitu adalah tanaman,

ternak (sapi, kambing) dan ikan sesuai dengan potensi wilayah penerima paket.

Dengan beternak sapi diharapkan populasi sapi bibit betina meningkat,

terbangunnya fasilitas seperti kandang sapi, instalasi biogas, tempat pengolah

pakan, tempat pengolah kompos, serta termanfaatkan, terawat dan terkelolanya

seluruh ternak dengan baik, limbah ternak bisa dimanfaatkan bagi tanaman.

Pelaksanaan program SIMANTRI ini merupakan pembiayaan dari dana bantuan

Page 26: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

26

sosial (Bansos) APBD Provinsi Bali dan pembinaan serta pendampingan petugas

teknis di lapangan.

Dalam hal ini petani yang bersedia tergabung di dalamnya telah diberikan

modal serta selama pelaksanaannya petani didampingi oleh pihak terkait sehingga

teknologi dan informasi yang diperlukan petani dapat diperoleh secara optimal.

Dilihat secara teknis hal tersebut merupakan keunggulan dari program

SIMANTRI sehingga dalam penerapannya, baik pihak petani maupun petugas,

bisa saling bertukar pengetahuan.

2.8 Indikator Keberhasilan SIMANTRI

Beberapa indikator keberhasilan SIMANTRI yang diharapkan dapat

terwujud dalam jangka pendek antara tiga sampai empat tahun antara lain (1)

berkembangnya kelembagaan dan SDM, baik petugas pertanian maupun

petani; (2) terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha

pertanian dan industri rumah tangga; (3) berkembangnya intensifikasi dan

ekstensifikasi usahatani; (4) meningkatnya insentif berusahatani melalui

peningkatan produksi dan efisiensi usahatani (pupuk, pakan, biogas, biourine, bio

pestisida diproduksi sendiri = in situ); (5) tercipta dan berkembangnya pertanian

organik (green economic); (6) berkembangnya lembaga usaha ekonomi

perdesaan; (7) peningkatan pendapatan petani (minimal dua kali lipat).

Indikator keberhasilan SIMANTRI diharapkan terjadinya penambahan

populasi sapi bibit betina yang siap dikawinkan minimal sebanyak 840 ekor,

terbangunnya fasilitas seperti kandang sapi bibit betina dan pejantan, instalasi

biogas, tempat untuk mengolah pakan ternak, tempat pengolah kompos maupun

tempat pengolah bio urine, sehingga termanfaatkan terawat dan terkelolanya

Page 27: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

27

dengan baik seluruh ternak dan fasilitas yang diadakan untuk kepentingan

kegiatan pertanian terintegrasi bagi seluruh anggota kelompok tani pelaksana.

2.9 Paket Kegiatan Utama SIMANTRI

Paket kegiatan utama SIMANTRI pada tahap awal meliputi hal-

hal berikut.

(1) Pengembangan komoditas tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan

intensifikasi perkebunan sesuai dengan potensi wilayah.

(2) Pengembangan ternak sapi atau kambing dan kandang koloni (20 ekor).

(3) Bangunan instalasi biogas sebanyak dua unit ; kapasitas 11 m3 sebanyak satu

unit dan kapasitas 5 m3 masing-masing satu unit dilengkapi dengan kompor

gas khusus sebanyak lima unit.

(4) Bangunan instalasi bio urine sebanyak satu unit.

(5) Bangunan pengolah kompos dan pengolah pakan masing-masing sebanyak

satu unit

(6) Pengembangan tanaman kehutanan sesuai dengan kondisi dan potensi setiap

wilayah. (Wisnuardhana, 2009).

Paket utama SIMANTRI dibiayai dari dana Bantuan Sosial (Bansos)

APBD provinsi. Untuk kegiatan penunjang termasuk dalam pengembangan

infrastruktur perdesaan dibiayai dari kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) terkait sesuai dengan ketersediaan dana dan kegiatan masing-masing.

Dalam jangka panjang juga diharapkan peran swasta dalam bentuk Coorperate

Social Responsibility (CSR). Dukungan pembinaan teknis dan pembiayaan juga

dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

(Wisnuardhana, 2009).

Page 28: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

28

2.10 Sasaran SIMANTRI

Sasaran SIMANTRI yang diharapkan dapat terwujud diantaranya adalah :

(1) Peningkatan luas tanam, peningkatan kuantitas dan kualitas hasil pertanian

dan perikanan,

(2) Peningkatan populasi ternak,

(3) Tersedianya pakan ternak yang berkualitas sepanjang tahun,

(4) Tersedianya pupuk dan pestisida organik,

(5) Berkembangnya kelembagaan petani dan meningkatnya kualitas SDM,

(6) Berkembangnya diversifikasi usaha dan terciptanya lapangan kerja,

(7) Berkembangnya pemanfaatan biogas (mengurangi emisi gas metan = CH4

penyebab efek rumah kaca dan mengurangi ketergantungan terhadap minyak

tanah dan PLN),

(8) Terlaksananya konservasi lahan (pengelolaan Daerah Aliran Sungai = DAS),

(9) Berkembangnya lembaga usaha ekonomi di perdesaan, dan

(10) Berkembangnya infrastruktur perdesaan, (Wisnuardhana, 2009).

2.11 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian

sebelumnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi

ataupun pembanding, karena terdapat kesamaan prinsip, meskipun dalam

beberapa hal terdapat perbedaan seperti pendapatan, lokasi penelitian, dan

responden. Penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran

yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini.

Page 29: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

29

Penelitian Yanti, 2010 menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan usaha

ternak sapi potong di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau

tradisional. Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan

keluarga adalah sebesar 69,3 %. Masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak

sapi potong di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik.

Hasil penelitian Antarini, 2006 menunjukan bahwa penerapan sistem

integrasi termasuk pola integrasi sederhana tradisional. Artinya telah terjadi siklus

pemanfaatan sumber daya lokal di dalam lahan tanam kopi secara optimal

sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Telah terjadi pola integrasi antara

tanaman kopi dengan ternak kambing dan ternak sapi yang telah dikelola petani.

Astawan, 2012 menunjukan bahwa pembiakan sapi Bali di Desa Kelating

dilakukan dengan memanfaatkan lahan milik warga yang ada, pendapatan usaha

Poktan Nandini Asri setiap poktan sebesar 155.000 unit untuk satu siklus

pembibitan, sedangkan peternakan usaha rakyat dengan pendapatan 150.396

untuk satu siklus pembibitan.

Sumarini, 2012 dalam tesis berjudul “Optimalisasi Sistem Pertanian

Terdiversifikasi untuk memaksimalkan pendapatan usahatani di Kota Denpasar”

menyebutkan bahwa pendapatan usahatani maksimum yang diperoleh petani

sampel sebesar Rp 29.567.970, meningkat dibanding pendapatan sebelumnya Rp

22.545.468 dengan mengkombinasikan usahatani padi, sayur hijau, bunga teratai.

untuk meningkatkan pendapatan usahataninya, petani disarankan menambah batas

lahan usaha lele untuk memperoleh pendapatan maksimum sebesar Rp 40.916.290

per tahun.

Page 30: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

30

Sukanteri, 2013, pendapatan usahatani terintegrasi yang optimal

menunjukkan nilai lebih tinggi dari pada pendapatan riil usahatani yang diperoleh

petani. Selisih pendapatan optimal dengan pendapatan riil sebesar Rp

3.535.458,45 atau selisih pendapatan ini sebesar 1,07% dibandingkan dengan

pendapatan riil. Hal ini disebabkan oleh petani yang seharusnya mengeluarkan

biaya sewa tenaga kerja luar keluarga dalam mengelola usahataninya tidak perlu

karena sudah cukup dengan memaksimalkan penggunaan tenaga kerja yang

diperoleh dari anggota keluarga petani.

Putrana 2010, pemilihan investasi usahatani rumput laut melalui analisis

investasi, maka usaha rumput laut sistem long line modifikasi lebih

menguntungkan dari pada usahatani rumput laut dengan sistem long line generik

pada usahatani rumput laut di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak,

Kabupaten Buleleng.

Page 31: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

31

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

Melalui kegiatan usahatani terintegrasi SIMANTRI diharapkan dapat

merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan peningkatan

pendapatan masyarakat setempat. Pendapatan yang meningkat akan menciptakan

masyarakat tani yang sejahtera secara ekonomi yang dimulai dari skala keluarga.

Sehingga peran sektor pertanian sangat strategis untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat pertanian dalam kapasitas yang lebih luas.

Sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Untuk

menjamin kesinambungan sektor pertanian dibutuhkan adanya perubahan

pertanian dari pertanian yang konvensional menuju sistem pertanian yang lebih

maju. Untuk hal itu, petani melaksanakan program pertanian terintegrasi (tani–

ternak). Di antara sekian sistem pertanian yang ada di Indonesia saat ini, salah

satu sistem yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah sistem

usahatani campuran di mana sistem tersebut mengintegrasikan antara tanaman

usahatani dengan hewan ternak petani.

Program pertanian terintegrasi (tani–ternak) adalah suatu upaya untuk

memberdayakan petani melalui sistem yang dapat mengadopsi, mencoba dan

memodifikasi, menerima tanaman dan hewan atau teknologi produksi baru

Input menunjukkan sumberdaya fisik dan lingkungan yang secara relatif

tetap keadaanya bila penggunaannya tidak menimbulkan degradasi. input juga

menunjukan sumberdaya yang dimiliki keluarga tani yang secara individu atau

kelompok menempati lahan tersebut, input menunjukkan peranan kebijakan dan

31

Page 32: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

32

kelembagaan untuk mempengaruhi, mendorong melalui pemberian insentif atau

mengarahkan dan mengatur antara input untuk menghasilkan output berupa

meningkatkan produksi, pendapatan petani, mencegah degradasi sumberdaya alam

dan lingkungan (Budiasa, 2011).

Kelompok tani di Bali yang masih aktif dalam menerapkan sistem

usahatani campuran yaitu kelompok tani Ternak Budi Luhur Desa Katung,

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kelompok ini mengusahakan Jeruk

Siem dan usahatani pembibitan sapi. Adapun tujuan dari penelitian menghitung

pendapatan usahatani, untuk menganalisis besarnya faktor resiko usahatani dan

menganalisis pola integrasi tanaman ternak pada Simantri 116 di Desa Katung,

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli

Gambar 3.1. Kerangka konsep/optimalisasi sistem integrasi tanaman-ternak

SIMANTRI

X1 Ternak SapiX2 Hortikultura

Analisis UsahataniAnggaran yang Berisiko

KESIMPULAN

REKOMENDASI

X1.1 BiayaX1.1.1 Biaya PakanX1.1.2 Biaya BakalanX1.1.3 B.Tenaga KerjaX1.1.4 B.Obat-obatanX1.1.5 Biaya Kawin

X1.2 PenerimaanX1.2.1 Penjualan PedetX1.2.2 Penjualan PupukX1.2.3 Penjualan Urine

X2.1 BiayaX2.1.1 Biaya bibitX2.1.2 B.Tenaga kerjaX2.1.3 B.pupukX2.1.4 B.Obat-obatanX2.1.5 Biaya panenX2.1.5 B.PengangkutanX2.1.7 B Pemasaran

X2.1 PenerimaanX2.2.1 Penjualan JerukX2.2.2 Penjualan KoolX2.2.3 Penjualan Pisang

1. Pola integrasi usahatani,2. pendapatan usahatani,3. faktor resiko terhadap keuntungan

Page 33: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang (design) dengan deskriptif kuantitatif, menggunakan

metode survei. Sampel penelitian diambil berdasarkan teknik sensus sampling

yaitu seluruh populasi digunakan sebagai sampel. Penelitian ini termasuk

penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu menguraikan dan menginterpretasikan hasil

analisis kuantitatif berdasarkan survey usahatani pada sistem pertanian

terintegrasi.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada Simantri 116 pada gapoktan Budi Luhur di

Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang dipilih secara

purposive sampling dengan pertimbangan :

1. Lokasi penelitian termasuk wilayah dataran tinggi lahan kering dengan suhu

yang rendah sangat cocok budidaya jeruk siem dan jenis hortikultura yang tidak

memerlukan air sepanjang hari.

2. Limbah hortikultura berlimpah sepanjang tahun, sehingga sangat tepat bila

dimanfaatan untuk pakan ternak sapi.

3. Produksi holtikultura yang dihasilkan tidak menggunakan pestisida sangat aman

bagi kesehatan

4. SIMANTRI 116 merupakan salah satu SIMANTRI yang telah berhasil dengan

baik dalam pelaksanaan integrasi tanaman jeruk dengan ternak sapi.

33

Page 34: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

34

5. Simantri 116 telah berjalan dari tahun 2011 dan belum ada penelitian sejenis di

daerah lokasi penelitian.

4.3 Jenis Data dan Sumber Data

4.3.1 Jenis data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Menurut

Kuncoro (2003:124) data kuantitatif dan data kualitatif sebagai berikut.

1. Data kuantitatif adalah daya yang dapat diukur dalam suatu skala numerik.

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif meliputi data usahatani tanaman

dan ternak terdiri atas: karakteristik petani, rata-rata luas usahatani lahan

kering, rata-rata produktifitas dan nilai produksi, rata-rata jumlah dan nilai

input (benih, pupuk anorganik dan pupuk organik, serta pestisida organik dan

anorganik, rata-rata suplai tenaga kerja dalam sistem usahatani terintegrasi

antara tanaman dan ternak sapi.

2. Data kualitatif dalam penelitian ini, yaitu data yang mempresentasikan realitas

secara deskriptif melalui kata- kata, kalimat uraian.

4.3.2 Sumber data

Penelitian ini menggunakan sumber data sebagai berikut :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya dan

dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penelitian

(Antara, 2011).

Page 35: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

35

Penelitian ini menggunakan metode wawancara secara langsung meliputi data

usahatani tanaman dan ternak meliputi karakteristik petani, rata-rata luas

usahatani lahan basah, rata-rata produktivitas dan nilai produksi, rata-rata

jumlah dan nilai input (benih, pupuk anorganik dan pupuk organik, serta

pestisida organik dan anorganik, rata-rata suplai tenaga kerja dalam sistem

usahatani terintegrasi antara tanaman dan ternak sapi.

2. Data skunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yang

diperoleh dari sumber pustaka, dan catatan dari pustaka ilmiah dan dokumen-

dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini

menggunakan data skunder meliputi : (a) data lokasi pelaksanaan SIMANTRI

116 tahun 2011 dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, (b) Data

potensi desa dari Kantor Kepala Desa, Kantor Kepala Desa lokasi SIMANTRI

yang terpilih dalam penelitian ini.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data seperti :

1.Wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang

telah disiapkan sebelumnya untuk petani yang bergabung dalam program

SIMANTRI 116.

2. Observasi, yaitu melihat langsung kegiatan petani ke lokasi SIMANTRI 116

untuk mengetahui hasil produksi usahatani terintegrasi yang dilakukan oleh

petani.

3. Dokumentasi dengan cara mendokumentasikan kegiatan yang berhubungan

dengan petani yang bergabung dengan program SIMANTRI 116 yang terkait

dengan penelitian.

Page 36: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

36

4.5 Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh petani yang bergabung dalam

program SIMANTRI 116 di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten

Bangli.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik sensus sampling

yaitu semua anggota kelompok tani diambil sebagai sampel. Sampel berjumlah 23

orang dari SIMATRI 116, Gapoktan Budi Luhur di di Desa Katung, Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli

4.6 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi (2000), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data

menyangkut informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket atau

kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari petani mengenai optimasi sistem usahatani terintegrasi

untuk memaksimalkan pendapatan petani.

4.7 Metode Analisis Data

Data dalam kuisioner yang dikumpulkan melalui survei usahatani

kemudian ditabulasi dalam worksheet excel 2003. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan nilai rata-rata survei yang akan digunakan untuk menentukan

matriks koefisien teknis dan nilai yang diperlukan dalam analisis data.

Page 37: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

37

1. Analisis gross margin

Analisis gross margin merupakan selisih antara total nilai output/total

income usahatani dengan total biaya variabel (Ringwood, 1988). Semakin besar

nilai gross margin, maka usahatani tersebut dikatakan semakin menguntungkan.

Besar kecilnya keuntungan yang diterima petani dari usahataninya akan

dipengaruhi oleh nilai penerimaan dan biaya usahataninya dalam suatu periode

produksi dan jumlah cabang usaha yang dikelola. Analisis gross margin, untuk

analisis pendapatan aktual, digunakan metode analisis gross margin. Analisis

pendapatan dihitung dengan rumus:

GM = TR – VCKeterangan:

GM = Gross margin (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp)VC = Variable Cost (Rp)

2. Analisis anggaran usahatani yang beresiko

Analisis ini merupakan bentuk analisis anggaran parametrik dengan

memperhatikan faktor yang tidak dapat diramal secara pasti sebelumnya misalnya

produksi, harga produk pertanian (Soekartawi, 1986). Analisis anggaran usahatani

yang berisiko ini dapat dirumuskan :

G = y (p) –U –V

Keterangan:G = Keuntungan kotor per tahun (Rp/th)y = produksi /ha (ton/ha)p = harga produk ( Rp/ton)U = biaya sarana produksi (Rp/ton)V = biaya lain-lain yang digunakan dalam proses produksi (max 10%

dari biaya total)

Page 38: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

38

Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menghitung ukuran

risiko relative dengan membagi standar deviasi dengan nilai rata-ratanya :

CV = σ / y

Keterangan :

CV = koefisien variasi

σ = standar deviasi

Y = rata- rata pendapatan

4.8. Variabel Penelitian

Jenis variabel yang diamati dalam penelitian tergantung jenis analisis yang

digunakan, Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kriteria kelayakan

ekonomi dilihat dari pendapatan maksimal dari hasil optimasi SIMANTRI dari

setiap aktivitas dan kendala usahatani terintegrasi petani sampel.Variabel dalam

penelitian ini pada Tabel 4.1.

Page 39: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

39

Tabel 4.1 Variabel Penelitian

Variabel Indikator Perameter PengukuranY Pendapatan Petani Rata-rata harga output Rp/unitX1 Ternak SapiX1.1 Biaya Rata-rata harga output Rp/unit

X1.1.1 Biaya Pakan Rata-rata biaya pakan Rp/unitX1.1.2 Biaya Bakalan Rata-rata biaya bakalan Rp/unit

X1.1.3 Biaya Tenaga KerjaRata-rata biaya tenagakerja Rp/unit

X1.1.4 Biaya Obat-obatan Rata-rata biaya obat Rp/unitX1.1.5 Biaya Kawin Rata-rata biaya kawin Rp/unit

X1.2 Penerimaan Rata-rata harga output Rp/unitX1.2.1 Penjualan Pedet Rata-rata jumlah output Rp/unitX1.2.2 Penjualan Pupuk Rata-rata jumlah output Rp/unitX1.2.3 Penjualan Urine Rata-rata jumlah output Rp/unit

X2 HortikulturaX2.1 Biaya

X2.1.1 Biaya Bibit Rata-rata biaya bibit Rp/unit

X2.1.2 Biaya Tenaga KerjaRata-rata biaya tenagakerja Rp/unit

X2.1.3 Biaya Pupuk Rata-rata biaya pupuk Rp/unitX2.1.4 Biaya Obat-obatan Rata-rata biaya obat-obata Rp/unitX2.1.5 Biaya Panen Rata-rata biaya panen Rp/unit

X2.1.6 Biaya PengangkutanRata-rata biayapengangkutan Rp/unit

X2.1.7 Biaya Pemasaran Rata-rata biaya pemasaran Rp/unit

X2.2 Penerimaan Rata-rata harga output Rp/unitX2.2.1 Pejualan Jeruk Siem Rata-rata jumlah output Rp/unitX2.2.2 Penjualan Kool Rata-rata jumlah output Rp/unitX2.2.3 Penjualan Pisang Rata-rata jumlah output Rp/unit

Page 40: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

40

4.9 Batasan Operasional Variabel

Beberapa batasan operasional variabel dalam penelitian ini adalah

(1) Pendapatan adalah pendapatan kotor (gross margin) maksimal yang diperoleh

yang dihitung dalam rupiah per tahun. Pendapatan kotor ini dihitung dengan

menggunakan semua biaya variable dari nilai penerimaan total.

(2) Biaya variabel adalah biaya yang nilainya tergantung pada besar kecilnya

skala usaha dalam SIMANTRI.

(3) Penerimaan total adalah akumulasi penerimaan yang diperoleh dari semua

aktivitas on-farm dalam SIMANTRI.

(4) Pertanian dalam penelitian ini adalah SIMANTRI 116 di lahan perkebunan

yang dipandang holistik dan memenuhi kriteria-kriteria : menguntungkan

secara ekonomi, ramah lingkungan, dapat diterima oleh masyarakat dan

berkeadilan, menggunakan teknologi yang sepadan serta selaras dengan

budaya setempat.

(5) Petani adalah orang yang berusaha dalam bidang hortikultura dan ternak sapi

yang mendapat bantuan dari Program SIMANTRI.

(6) Produksi hortikulturan adalah seluruh hasil hortikultura yang dihasilkan dari

luas lahan tertentu yang diukur dengan satuan kilogram.

(7) Produksi ternak sapi adalah seluruh anak sapi yang dihasilkan dari awal

terbentuknya SIMANTRI 116 dengan satuan ekor.

Page 41: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

41

(8) Harga produk adalah harga jual hortikultura maupun anak sapi yang diukur

dengan satuan rupiah per kilogram.

(9) Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi dan harga

produk, dalam satuan rupiah.

(10)Biaya tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan uang dalam satuan

rupiah.

(11)Pendapatan tunai adalah penerimaan usahatani dikurangi biaya tunai,

dinyatakan dalam satuan rupiah.

Page 42: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

42

Page 43: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

43

4.3 Jenis Data dan Sumber Data

4.3.1 Jenis data

Data utama yang dibutuhkan adalah data usahatani yang berupaya

mengintegrasikan antara tanaman dan ternak dalam periode waktu satu tahun.

Data pendukung yang dibutuhkan berupa data potensi pertanian dan karakteristik

petani sampel pelaksana simantri. Data utama dan sekunder tersebut bersifat

primer dan/atau sekunder.

Page 44: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

44

4.3.2 Sumber data

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya dan

dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penelitian

(Antara, 2011).

Biasanya data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara

aecara langsung meliputi data usahatani tanaman dan ternak meliputi karakteristik

petani, rata-rata luas usahatani lahan basah, rata-rata produktifitas dan nilai

produksi, rata-rata jumlah dan nilai input (benih, pupuk anorganik dan pupuk

organik, serta pestisida organik dan anorganik, rata-rata suplai tenaga kerja dalam

sistem usahatani terintegrasi antara tanaman dan ternak sapi.

2. Data skunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yang

diperoleh dari sumber pustaka, dan catatan dari pustaka ilmiah maupun dokumen-

dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Adapun data skunder dalam penelitian ini misalnya (a) data lokasi

pelaksanaan SIMANTRI tahun 2011 dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Bali, (b) Data potensi desa dari kantor Kepala Desa dari Kantor Kepala

Desa lokasi SIMANTRI yang terpilih dalam penelitian ini.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data seperti di bawah

ini.

4.Wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang

telah disiapkan sebelumnya untuk petani yang bergabung dalam program

SIMANTRI 116

5. Observasi, yaitu melihat langsung kegiatan petani ke lokasi SIMANTRI 116

Page 45: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

45

untuk mengetahui hasil produksi usahatani terintegrasi yang dilakukan oleh

petani.

6. Dokumentasi dengan cara mendokumentasikan kegiatan yang berhubungan

dengan petani yang bergabung dengan SIMANTRI 116 yang terkait dengan

penelitian ini.

4.6 Populasi dan Sampel

4.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang

menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh petani

yang bergabung dalam program SIMANTRI 116 di Desa Katung, Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli.

4.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan mewakili

populasi untuk di amati dan dikaji (Sugiono, 2010). Dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus sampling yaitu apabila semua anggota kelompok

tani diambil sebagai sampel pada petani yang bergabung dalam program

SIMANTRI 116 Sampel berjumlah 20 orang dari SIMATRI 116, Gapoktan Budi

Luhur di Desa Katung, Kecamatan, Kintamani, Kabupaten Bangli.

4.6. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data

adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

Page 46: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

46

mengumpulkan data menyangkut informasi kuantitatif tentang variabel yang

sedang diteliti. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket

atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari petani mengenai optimasi sistem usahatani

terintegrasi untuk memaksimalkan pendapatan petani.

4. 7. Metode Analisis Data

Data-data dalam kuisioner yang dikumpulkan melalui survei usahatani

kemudian ditabulasi dalam worksheet exel 2003 untuk mendapatkan nilai rata-rata

survei yang akan digunakan untuk menentukan matriks koefisien teknis dan nilai

yang diperlukan dalam analisis data.

Analisis gross margin merupakan selisih antara total nilai output/total

income usahatani dengan total biaya variabel (Ringwood, 1988). Semakin besar

nilai gross margin, maka usahatani tersebut dikatakan semakin menguntungkan.

Besar kecilnya keuntungan yang diterima petani dari usahataninya akan

dipengaruhi oleh nilai penerimaan dan biaya usahataninya dalam suatu periode

produksi dan jumlah cabang usaha yang dikelola. Analisis gross margin dapat

dirumuskan sebagai berikut.

GM = O –Iv

dimana:

GM = Gross Margin(keuntungan kotor)O = Total output (total income)Iv = Total biaya variabel

Untuk analisis pendapatan aktual, digunakan metode analisis gross

margin. Analisis pendapatan dihitung dengan rumus:

GM = TR – VC (1)

Keterangan:

Page 47: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

47

GM = Gross margin (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp)VC = Variable Cost (Rp)

Analisis data dalam penelitian ini berupan Analisis Linier Programing

(LP) yang diselesaikan dengan bantuan software BPLX88. Analisis ini

menggunakan dasar pertimbangan atas pendapat Hartono (Antara, 2011) bahwa

petani dengan modal yang terbatas sering dihadapkan dengan fungsi produksi

linier (Budiasa,2012)

Penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui tingkat optimal

pemanfaatan lahan sawah dan input lainnya di desa Penarukan dan memperoleh

pendapatan maksimal usahatani dalam kondisi keterbatasan sumberdaya yang

tersedia.

Pendekatan LP merupakan sebuah teknik matematik formal yang

menyeleksi kombinasi dan tingkat aktivitas, dari semua aktivitas yang layak,

untuk mencapai fungsi tujuan tanpa mengabaikan ketersediaan sumberdaya dan

kendala lainnya yang dispesifikasi (Barlow et al., 1977; Gonzales, 1983).

mendefinsikan programasi linier sebagai sebuah prosedur berbasis computer yang

dapat mengarahkan seleksi kombinasi aktivitas untuk mencapai fungsi tujuan

dengan kendala yang ada.

Adapun Spesifikasi dalam program linier ini adalah :

1.Fungsi tujuan : untuk memaksimalkan pendapatan usahatani campuran anatara

tanaman padi, tanaman jagung dan ternak sapi

2.Kendala : luas lahan, stok input, stok output, maksimum tenaga kerja yang

disewa, kas masuk, kas keluar.

Page 48: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

48

3.Untuk memaksimalkan pendapatan usahatani melalui pelaksanaan berbagai

aktifitas usahatani antara lain produksi tanaman (padi, jagung) dan ternak sapi

dalam satu tahun, pembelian input, sewa tenaga kerja, penjualan output, alokasi

dan transfer.

Secara matematis, masalah programasi linier umumnya dinyatakan sebagai

berikut (Cohen dan Cyert, 1976):

maksimal : j

n

jj xcz

1

……………………………………………………….. (1)

dengan kendala: ij

n

jij bxa

1

; i = 1, 2, …, m ….…………………………….

(2)

0jx ; j = 1, 2, …, n. ………….……………………………

(3)

dimana z pada persamaan (1) adalah fungsi tujuan; xj’s adalah aktivitas atau

variabel keputusan; cj’s adalah kontribusi dari aktivitas jth terhadap nilai fungsi

tujuan; aj’s adalah unit sumberdaya ke-i yang digunakan atau unit output ke-i

yang diproduksi per unit aktivitas jth; dan bi’s adalah tingkat sumberdaya yang

tersedia atau kebutuhan minimal untuk setiap kendala. Persamaan (2) dan (3)

masing-masing adalah set kendala dan kondisi non-negatif yang harus dipenuhi

dalam proses optimasi.

4.8. Variabel Penelitian

Jenis variabel yang diamati dalam penelitian tergantung jenis analisis yang

digunakan, Variabel yang diamati dalam penelitian ini kriteria kelayakan ekonomi

dilihat dari pendapatan maksimal dari hasil optimasi SIMANTRI dari setiap

Page 49: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

49

aktivitas dan kendala usahatani terintegrasi petani sampel. Adapun variabel dalam

penelitian ini pada Tabel 2.

Tabel 2.Variabel penelitian

Variabel Indikator Perameter PengukuranPendapatan a. Penerimaan

Harga output Rata-rata harga output Rp/unitJumlah Output Rata-rata jumlah output Rp/unit

b. Biaya VariabelBibit Rata-rata biaya bibit Rp/unitPupuk Rata-rata biaya pupuk Rp/unitObat-obatab Rata-rata obat-obatan Rp/unitPakan Rata-rata biaya pakan Rp/unit

Tenaga KerjaRata-rata biaya tenagakerja Rp/unit

4.9 Batasan Operasional Variabel

Beberapa batasan operasional variable dalam penelitian ini adalah

(a) Pertanian dalam penelitian ini adalah SIMANTRI 116 di lahan perkebunan

yang dipandang holistik dan memenuhi kriteria-kriteria : menguntungkan secara

ekonomi, ramah lingkungan, dapat diterima oleh masyarakat dan berkeadilan,

menggunakan teknologi yang sepadan serta selaras dengan budaya setempat.

(b) Pendapatan adalah pendapatan kotor (gross margin) maksimal yang diperoleh

dari hasil optimasi SIMANTRI yang dihitung dalam rupiah per tahun. Pendapatan

kotor ini dihitung dengan menggunakan semua biaya variable dari nilai

penerimaan total.

Page 50: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

50

(c) Biaya variable adalah biaya yang nilainya tergantung pada besar kecilnya

skala usaha dalam SIMANTRI.

(d) Penerimaan total adalah akumulasi penerimaan yang diperoleh dari semua

aktivitas on-farm dalam SIMANTRI.

(d) Petani adalah petani yang berusaha dalam bidang hortikultura dan ternak sapi

yang mendapat bantuan dari Program SIMANTRI.

(e) Produksi hortikulturan adalah seluruh hasil hortikultura yang dihasilkan dari

luas lahan tertentu yang diukur dengan satuan kilogram. Produksi ternak sapi

adalah seluruh anak sapi yang dihasilkan dari awal terbentuknya SIMANTRI 116

dengan satuan ekor.

(f) Harga produk adalah harga jual hortikultura maupun anak sapi yang diukur

dengan satuan rupiah per kilogram.

(g) Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi dan harga

produk, dalam satuan rupiah.

(h) Biaya tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan uang dalam satuan

rupiah.

(i) Pendapatan tunai adalah penerimaan usahatani dikurangi biaya tunai,

dinyatakan dalam satuan rupiah.

(j) Biaya diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik sendiri

dan tenaga kerja keluarga berdasarkan tingkat upah yang berlaku.

Page 51: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

51

DAFTAR PUSTAKA

Bali dalam angka.2008-2012. Badan pusat statistik provinsi Bali.

Budiasa, I Wayan. 2011. Pertanian Berkelanjutan: Teori dan Pemodelan. Udayana

University Press, Denpasar

Gunawan dan M. Soejono. 1992. Analisi Ekonomi Suplementasi Konsentrat.Penebar Swadaya. Jakarta.

Guntoro. 2002. Membudi dayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hermanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta

Jaya, U. 1976. Sapi Potong Menjanjikan Keuntungan. Cetakan ketiga. PenebarSwadaya. Jakarta.

Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk bisnis dan ekonomi. Bagaimana Menelitidan Menulis Tesis. PT. Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga.

Milles dan Huberman. (1992) Analisis Data Kualitatif (tentang metode-metodebaru), Jakarta: UI-Press.

Moleong, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya

Page 52: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

52

Nasution. (2003). Metode Research. Penelitian Ilmiah. Thesis. Bandung,

Jemmars.

Rangkuti. 1976. Pengaruh Pengebirian dan Pemberian Konsentrat padaPertumbuhan Sapi. Buletin LPP No. 15. Bogor.

Riduwan, 2004. Metode &Teknik Menyusun Tesis.Alfabeta. Bandung

Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sariubang, M. 1992. Sistem Penggemukan Sapi. Balai Penelitian Ternak. Grati.

Siregar, S.S. 1996. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar,S. B. Dan Tambing. 1995. Analisis Penggemukan Sapi Potong di DesaGebang. Kabupaten Wonogiri. Jawa Tengah. Pusat PengembanganPenelitian. Bogor.

Soekartawi, 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya. CVRajawali Jakarta

Soekartawi , A. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan PetaniKecil. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sugeng, B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugiyono. 2008 Metode Penelitian pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Alfabeta. Bandung.

Sutarminingsih, L. 2004. Peluang Usaha Penggemukan Sapi. Kanisius.Yogyakarta

Tjakrawiralaksana, A.1986. Ilmu Usahatani. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Tawaf R. 1993. Strategi Pengembangan Industri Peternakan Sapi Potong BerskalaKecil dan Menengah. Makalah Seminar. Jakarta: CIDES

Wiyono, DB. 2007. Petunjuk Teknis Sistem Perbibitan Sapi Potong. Bogor. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan

Page 53: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

53

Kuisioner PenelitianNamaResponden/Tlp/HP

:

Gapoktan/Poktan : ……………………………….. (SIMANTRI ……)Alamat : Desa ……………., Kec. ……………..,

Kab.………………

I. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETANI DAN PENGUASAANASSET PRODUKTIF

1.1 Anggota rumah tangga (termasuk kepala keluarga)No N a m a Status †) Jenis

Kelamin(L/ P)

Umur(tahun)

Pendidikan terakhir

Jenjang/Tingkat

††)

Keterangan

1 =Tamat2 = tidak

tamat1 12345

Keterangan :†) Di kolom status, tulis 1 = Kepala Keluarga; 2 = Istri; 3 = Anak; 4 = Cucu;

5 = Orangtua; 6 = Mertua; 9 = hubungan keluarga lainnya (sebutkan)††) Di kolom Jenjang/tingkat : tulis 0 = tidak pernah sekolah ; 1 = TK; 2 =

SD; 3 = SMP; 4 = SMA; 5 = Diploma ; 6 = Sarjana ;

1.2 Penguasaan Lahan dan Status Lahan GarapanJenis lahan Tahun Status lahan †)

2010 2011(setelah

menerimaSimantri)

Lahan kering(tegalan/ladang)—haLahan sawah—ha

Page 54: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

54

†) Status lahan: 1=milik; 2=menyewa; 3=bagi hasil dengan perbandingan(Hasil: ......%.:......%.; biaya:.....%:......%); 4=gadai

1.3 Penguasaan Ternak dan Status ternak yang Dipelihara

Jenis Ternak

Tahun Statusternak

†)Sendiri 2010 2011

(saat menerimaSimantri)

Total 2012(setahun setelah

menerimaSimantri)

Jumlah(ekor)

EstimasiNilai(Rp)

Jumlah(ekor)

EstimasiNilai(Rp)

Jumlah(ekor)

EstimasiNilai(Rp)

SAPI BALIa. Anak sapib. Sapi

Dewasac. Induk Sapid. Pejantan

†) Status lahan: 1=milik; 2=bagi hasil dengan perbandingan (Hasil:......%.:......%.; biaya:.....%:......%)

II. PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI (ON-FARM)

A. TANAMAN DI LAHAN SAWAH

1. PADI 2012a. Pola tanam, produksi, dan penjualan

Uraian Musim tanamterakhir

Waktu tanam Bulan………tahun ……….

Umur panen (hari)Luas lahan yang ditanami (are)Cara penanaman (1=disebar; 2=jaraktanam m x n )Jumlah bibit (kg), varietas..................................

Rata-rata upahtenaga kerja/hari

(8 jam kerja):

Pria :Rp…………../orgWanita:

Rp…………../org

Catatan:

1 HOK = 8 jam kerjasetara pria per hari

Page 55: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

55

Jumlah produksi (kg)/1 kali panenFrekuensi panen padi (berapa kali dalamsetahun)dengan pola tanam: .....................-......................-...................Harga produksi di lahan biladitebaskan (Rp/are)Harga/nilai produksi (Rp/kg) biladipanen/dikonsumsi sendirib. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usahatani

Uraian BulanTK Keluarga TK UpahanPria(HOK)

Wanita

(HOK)

Pria(HOK)

Wanita(HOK)

Pengolahan lahanPenanamanPenyianganPemupukanPengairan/irigasiPenyemprotanPenyulamanPanenPengangkutanPasca panen(pengeringan/jemur danpenyimpanan)c. Penggunaan input dan besarnya biaya usahatani lainnya

Uraian Jumlah Harga satuan(Rp)

Bulan

Benih (kg)Sumber benih yangdigunakan (1=hasil sendiri;2=beli dari kios pertanian)Pupuk (kg): 1. Urea

2. KCL3. NPK4. Pupuk kandangsapi5. Kompos6. …………..

1………….2………….3………….4………….5………….6................

1………….2………….3………….4………….5………….6................

1………….2………….3………….4………….5………….6................

Page 56: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

56

Pestisida: Cair (ml) jenisnya……………………

Powder (kg)jenisnya ……………….Bi-ourine (liter)Biaya angkut: * Lahan –ke rumah (Rp/kwt)

* Rumah –ke pasar (Rp/kwt)

* Lahan –ke pasar (Rp/kwt)Alat (unit):* Sabit

* Cangkul

* KeranjangPBB per ha/tahun

1. PALAWIJA 2012, Jenis: ...............................................

a. Pola tanam, produksi, dan penjualanUraian Musim tanam

terakhirWaktu tanam Bulan………

tahun ……….Umur panen (hari)Luas lahan yang ditanami (are)Cara penanaman (1=disebar; 2=jaraktanam m x n )Jumlah bibit (kg), varietas..................................Jumlah produksi (kg)/1 kali panenFrekuensi panen palawija (berapa kalidalam setahun)dengan pola tanam: .....................-......................-...................Harga produksi di lahan biladitebaskan (Rp/are)Harga/nilai produksi (Rp/kg) biladipanen/dikonsumsi sendirib. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usahatani

Rata-rata upahtenaga kerja/hari

(8 jam kerja):

Pria :Rp…………../orgWanita:

Rp…………../org

Catatan:

1 HOK = 8 jam kerjasetara pria per hari

Page 57: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

57

Uraian BulanTK Keluarga TK UpahanPria(HOK)

Wanita

(HOK)

Pria(HOK)

Wanita(HOK)

Pengolahan lahanPenanamanPenyianganPemupukanPengairan/irigasiPenyemprotanPenyulamanPanenPengangkutanPasca panen(pengeringan/jemur danpenyimpanan)c. Penggunaan input dan besarnya biaya usahatani lainnya

Uraian Jumlah Harga satuan(Rp)

Bulan

Benih (kg)Sumber benih yangdigunakan (1=hasil sendiri;2=beli dari kios pertanian)Pupuk (kg): 1. Urea

2. KCL3. NPK4. Pupuk kandangsapi5. Kompos6. …………..

1………….2………….3………….4………….5………….6................

1………….2………….3………….4………….5………….6................

1………….2………….3………….4………….5………….6................

Pestisida: Cair (ml) jenisnya……………………

Powder (kg)jenisnya ……………….Bi-ourine (liter)Biaya angkut: * Lahan –ke rumah (Rp/kwt)

* Rumah –ke pasar (Rp/kwt)

* Lahan –

Page 58: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

58

ke pasar (Rp/kwt)Alat (unit):* Sabit

* Cangkul

* KeranjangPBB per ha/tahun

1. RUMPUT GAJAH 2012, Jenis: ...............................................

a. Pola tanam, produksi, dan penjualanUraian Musim tanam

terakhirWaktu tanam Bulan………

tahun ……….Umur panen (hari)Luas lahan yang ditanami (are)Cara penanaman (1=disebar; 2=jaraktanam m x n )Jumlah bibit (stek), varietas..................................Jumlah produksi (ikat/are atau kgbasah/are)Frekuensi panen rumput pad rumpunyang sama (berapa kali dalam setahun)Harga/nilai produksi (Rp/ikat atau Rp/kg)bila dipanen/dikonsumsi untuk pakanternak sendiri sendiri

b. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usahatani

Uraian BulanTK Keluarga TK UpahanPria(HOK)

Wanita

(HOK)

Pria(HOK)

Wanita(HOK)

Pengolahan lahanPenanamanPemupukanPengairan/irigasi

Rata-rata upahtenaga kerja/hari

(8 jam kerja):

Pria :Rp…………../orgWanita:

Rp…………../org

Catatan:

1 HOK = 8 jam kerjasetara pria per hari

Page 59: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

59

PenyemprotanPanen

c. Penggunaan input dan besarnya biaya usahatani lainnyaUraian Jumlah Harga satuan

(Rp)Bulan

Benih (stek)Sumber benih yangdigunakan (1=hasil sendiri;2=minta pada tetangga)Pupuk (kg): 1. Urea

2. KCL3. NPK4. Pupuk kandangsapi5. Kompos6. …………..

1………….2………….3………….4………….5………….6................

1………….2………….3………….4………….5………….6................

1………….2………….3………….4………….5………….6................

Pestisida: Cair (ml) jenisnya……………………

Powder (kg)jenisnya ……………….Bi-ourine (liter)Alat (unit):* Sabit

* Cangkul

* KeranjangPBB per ha/tahun

B. PETERNAKAN1. Jenis ternak : SAPI2. Luas lahan untuk kandang koloni (...........are)

Page 60: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

60

3. Status lahan untuk kandang koloni: (1). Sewa Rp............../th; (2). Bagi hasil..........% dari hasil penjualan sapi, pupuk, dan biourine4. Pmeliharaan ternak sapi SIMANTRI oleh seorang petani (ekor)

Jenis Ternak

Tahun2011

(saat menerimaSimantri)

2012(setahun setelah

menerimaSimantri)

Mei 2013

Jumlah(ekor)

EstimasiNilai(Rp)

Jumlah(ekor)

EstimasiNilai(Rp)

Jumlah(ekor)

EstimasiNilai(Rp)

SAPI BALIa. Anak

sapib. Sapi

Dewasac. Induk

Sapid. Sapi

PejantanSistem pembagian hasil penjualan:

(a) Anak sapi I: .........% pemelihara; .........% poktan; ......% gapoktan; .......%pemilik tanah untuk kandang koloni

(b) Anak sapi II: .........% pemelihara; .........% poktan; ......% gapoktan; .......%pemilik tanah untuk kandang koloni

(c) Anak sapi II: .........% pemelihara; .........% poktan; ......% gapoktan; .......%pemilik tanah untuk kandang koloni

(d) Dst.......5. Manajemen pakan

Jenis pakan Pemberianpakan (kg/hari)atau ikat per hari

Harga pakan(Rp/kg)

Rumput gajahLimbah pertanian(jerami padi/palawija) Difermentasi Non-fermentasi

Dedak padi

6. Jenis penyakit ternak yang sedang diderita ternak sapi SIMANTRIJenis penyakit Ternak yang diserang Jumlah kematian tahun

2011-Mei 2013Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak

Page 61: Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung

61

Biaya vaksinasi (Rp)

7. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usaha ternak per hariUraian TK.Keluarga TK.Upahan

Pria(jam

)

Wanita

(jam)

Pria(jam

)

Wanita

(jam)MengumpulkanpakanMemberi pakanMemandikanternakMembersihkankandangCatatan: curahan TK untuk usaha ternak direkam dalam satuan jam/hari.