integrasi padi dan itik-salsabila- revisi

15
Peternakan Berkelanjutan Sistem Integrasi Ternak Itik (SITT) Padi dan Itik Oleh : Salsabila Urfa Al-‘ala NPM : 200120140501 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA - FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015

Upload: salsabila

Post on 05-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sistem integrasi

TRANSCRIPT

Page 1: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

Peternakan Berkelanjutan

Sistem Integrasi Ternak Itik (SITT) Padi dan Itik

Oleh : Salsabila Urfa Al-‘ala

NPM : 200120140501

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA - FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015

Page 2: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Peningkatan produksi pertanian belum sepenuhnya memberikan

hasil yang nyata terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

petani, khususnya petani padi. Pengusahaan tanaman padi pada lahan

sawah secara monokultur sepanjang tahun tanpa dibarengi dengan

diversifikasi usahatani akan dapat mengurangi tingkat produktivitas lahan

sawah tersebut, karena sifat fisika kimia tanah terganggu yang akhirnya

membawa konsekuensi logis terhadap pendapatan dan kesejahteraan

petani .

Perkembangan usaha peternakan di Indonesia memberikan

harapan yang lebih baik bagi para peternak. Hal ini tercermin dari

kontribusinya yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja,

peningkatan pendapatan petani dan terutama sekali dalam pemenuhan

kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi.

Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut

dengan pertanian terpadu adalah memadukan antara kegiatan peternakan

dan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk

kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola

peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk

pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak. Integrasi

hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha

yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.

Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi,

mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong

Page 3: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha

taninya.

Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan

efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu

kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi

tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini

akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap

dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti

akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi

peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga

efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

Salah satu sistem usaha tani yang dapat mendukung

pembangunan pertanian di wilayah pedesaan adalah sistem integrasi

tanaman ternak. Ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak

adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara

tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian

lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing masing

komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi

merupakan faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan

masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan

(Pasandaran, Djajanegara, Kariyasa dan Kasryno, 2006).

Adanya sistem integrasi itik-padi sangat membantu petani dalam

hal pemanfaatan limbah pertanian dan menambah pendapatan. Serta

dalam hal teknisnya pun mudah dilakukan serta secara ekonomis

menguntungkan, ramah lingkungan dan berkelanjutan yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kesejaheraan petani. Sehingga sistem integrasi

antara tanaman dan ternak dan juga sistem integrasi lainnya dapat

dijadikan tumpuan untuk dapat memperoleh pendapatan optimal.

Page 4: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

II

Model Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) Padi dan Itik

Sistem produksi peternakan memerlukan sumber daya lahan dan

air yang cukup, di mana sekitar 33% dari lahan yang dapat ditanami

tanaman pangan dipergunakan untuk pakan ternak (feedcrops) atau

secara keseluruhan sekitar 70% dari lahan pertanian di dunia

dipergunakan untuk peternakan (Steinfeld et al. 2006). Indonesia yang

memiliki daratan sepertiga dari seluruh wilayahnya (dua pertiga

merupakan lautan), hanya memiliki daratan seluas 1,9 juta km2 atau 190

juta ha (Badan Pusat Statistik 2008b). Luas sawah sekitar 8 juta ha,

perkebunan 20 juta ha, dan kehutanan 140 juta ha. Lahan untuk

peternakan tidak tersedia secara khusus sehingga peternakan tidak

memiliki kawasan khusus. Akibatnya pemeliharaan ternak menjadi

tersebar dan dikembangkan secara terintegrasi dengan berbagai tanaman

yang ada.

Pengembangan usaha pertanian terintegrasi, selanjutnya disebut

Sistem Integrasi Tanaman-Ternak, khusus pada usaha pertanian padi

disebut dengan Sistem Integrasi Padi Ternak, adalah intensifikasi sistem

usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara

terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha.

Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2010), model integrasi tanaman

ternak yang dikembangkan di lokasi beberapa daerah dan negara

berorientasi pada konsep ”zero waste production system” yaitu seluruh

limbah dari ternak dan tanaman didaur ulang dan dimanfaatkan kembali

ke dalam siklus produksi.

Teknologi intensifikasi padi dengan itik adalah suatu sistem “mix

farming” yang merupakan suatu terobosan intensifikasi padi dengan

menggunakan ternak itik. Ternak itik difungsikan sebagai fertilizer,

pestisider, herbisider dan tenaga untuk menyiangi padi, di lain pihak

Page 5: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

ternak itik mendapatkan area umbaran, dimana dewasa ini area umbaran

semakin sempit karena beralihnya fungsi tanah pertanian. Pada penelitian

terdahulu teknologi Inditik dapat menekan pakan itik sampai 50% dan

produksi padi dapat meningkat 35% dibanding intensifikasi padi biasa

(MAHFUDZ et al., 1999). Teknologi INDITIK selain menekan biaya

produksi dan meningkatkan hasil juga meningkatkan efisiensi, karena

pada lahan yang sama dan dalam waktu yang bersamaan dapat

diproduksi 2 (dua) komoditas sekaligus yaitu padi dan itik.

Ternak itik diintegrasikan dengan padi dengan memanfaatkan

limbah dari padi. setelah padi di panen ternak itik digembalakan di lahan

sawah tersebut. kondisi ini menunjukan bahwa itik dapat memanfaatkan

sisa-sisa padi yang rontok dan tertinggal saat panen sebagai pakannya.

ternak itik juga mengkonsumsi rumput-rumputan yang tumbuh di sawah,

serangga, dan keong sawah. disisi lain, padi sawah memperoleh

keuntungan dari berkurangnya serangan hama berupa gulma, serangga

dan lain-lain karena sudah dimakan oleh itik. selain itu juga, diperoleh

pupuk organik berupa kotoran dari ternak itik pada saat digembalakan.

menurut Wardhani et al (2006), kehadiran ternak dalam sistem usahatani

yang ramah lingkungan dapat mendorong petani untuk mengelola

usahataninya secara optimal. Peluang pengembangan itik cukup besar,

hal ini disebabkan tersedianya pasar untuk daging dan telur itik

Model integrasi ternak itik dengan tanaman padi

ITIK LIMBAH

PADISumber pupuk, pembasmi hama

Sumber pakan, tempat umbaran

By produk : jerami, sekam, dedak

Page 6: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

Integrasi antara tanaman maupun dengan ternak saling

menguntungkan dilihat dari sisi tanaman maupun ternaknya. keuntungan

yang didapat pada ternak itik adalah pakan yang ada di sawah seperti

serangga, katak, keong, lembing dan biota lain yang ditemui di sawah,

sehingga pada sistem ini itik cuma diberi pakan 50% dari kebutuhan

ternyata itik dapat tumbuh dengan baik.

Tanaman padi akan mendapat keuntungan dari integrasi antara lain

gulma yang ada dimakan itik sehingga mengurangi penyiangan. ternak

makan serangga pengganggu tanaman termasuk wereng coklat, tentunya

dengan perilaku ini dapat mengurangi penggunaan pestisida untuk

pemberantasan serangga, belum lagi itik menyosor ke tanah untuk

mencari cacing sehingga membantu penggemburan tanah selain

kotorannya juga akan memberikan pupuk pada tanaman

Ternak itik yang digunakan adalah itik umur 1 bulan dengan

maksud untuk memudahkan itik melintas/bergerak diantara jajar tanaman

padi, untuk mencari hama

Tanaman padi mono - kultur, pestisida yang diaplikasikan hanya

insektisida sebelum tanam (herbisida), yang berarti dengan integrasi

tanaman dengan ternak itik mampu mengurangi penggunaan insektisida

sehingga dapat mendukung pertanian organik.

Sistem integrasi padi dan itik disisi lain memudahkan untuk

diaplikasikan di hamper semua lahan pertanian yang tersedia, baik oleh

petani yang memiliki lahan atau sebatas penggarap lahan. Dikarenakan

sistem ini tidak menggaggu produksi utama dari tanaman padi malah

mampu mengoptimalkan hasil serta mengurangi beban dari penggarap

karena fungsi itik juga dapat memakan gulma, oleh karena itu sistem

integrasi pada dan itik harus didorong oleh para penyuluh pertanian dan

peternakan dengan harapan dapat terciptanya suatu sistem yang saling

mendukung serta menguntungkan baik di tanaman maupun ternaknya.

Page 7: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

III

Strategi Pengembangan Integrasi Padi dan Itik di Masyarakat

Ada tiga komponen utama dalam SITT yaitu (a) teknologi dan

manajemen budidaya ternak, (b) teknologi dan manajemen budidaya padi,

dan (c) teknologi pengolahan jerami dan kompos. Ketiga komponen

tersebut dapat diintegrasikan secara sinergis, maka pengembangan SITT

ini dilaksanakan dengan pendekatan kelembagaan (Haryanto dkk., 2002).

Keberhasilan usahatani integrasi tanaman ternak sifatnya sangat

kondisional, pendekatan usahatani integrasi tanaman ternak di suatu

wilayah akan berbeda dengan wilayah lainnya. Sebagai implementasi

dalam pengembangan usahatani integrasi tanaman-ternak berbasis padi

pada lahan sawah irigasi dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu

pendekatan “in-situ” dan pendekatan ”ex-situ”:

1. Pola pengembangan dengan pendekatan “in-situ”

Pendekatan “in-situ” yaitu ternak yang diusahakan secara fisik

berada dalam hamparan usahatani padi. Hal ini dimaksudkan agar limbah

jerami padi yang akan dijadikan pakan ternak tidak memerlukan biaya

yang tinggi dan tenaga yang banyak dalam pengangkutannya. Begitu juga

kompos hasil fermentasi dapat dengan mudah didistribusikan ke lahan

sawah. Dengan demikian akan diperoleh efisiensi yang tinggi.

2. Pola pengembangan dengan pendekatan “ex-situ”

Usahatani integrasi tanaman ternak secara ex-situ, ternak (sapi)

dipandang sebagai “pabrik” pengolah limbah pertanian, lahan sawah

dipandang sebagai penyedia utama pakan ternak (jerami). Wujud

keterkaitan antara tanaman dengan ternak terletak pada kompos yang

dihasilkan oleh ternak, kompos ini dikembalikan ke tanah untuk perbaikan

kesuburan tanah baik secara fisik maupun kimia. Sasaran pengembangan

usahatani integrasi tanaman ternak secara ex-situ adalah pemodal besar.

Page 8: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

Strategi pengembangan peternakan adalah pengembangan

wilayah berdasarkan komoditas ternak unggulan, pengembangan

kelembagaan petani peternak, peningkatan usaha dan industri

peternakan, optimalisasi pemanfaatan dan pengamanan serta

perlindungan sumber daya alam lokal dan pengembangan teknologi tepat

guna yang ramah lingkungan (Pambudy dan Sudrajat, 2000).

Keberhasilan pengembangan usaha ternak antara lain ditentukan oleh

kecukupan pakan, jumlah dan mutunya.

Pemberdayaan merupakan suatu sistem pembangunan yang

berorientasi pada manusia dengan mengedapankan azas partisipasi,

demokrasi, dan keadilan yang dalam prosesnya memberikan sesuatu

kemudahan (akses) sehingga pada akhirnya dicapai kemajuan dan

kemandirian

Dengan memahami kondisi tersebut, strategi pemberadayaan yang

dapat dilakukan adalah: pertama mengembangkan usaha ternak melalui

optimalisasi sumber daya yang dimiliki, untuk dapat meraih peluang yang

ada. Penekanannya lebih difokuskan pada ekspansi (perluasan usaha).

Kedua, mendorong terjalinnya konsolidasi antar petani. Ketiga melakukan

diversifikasi usaha (vertikal maupun horizontal) sebagai langkah antisipasi

dari kemungkinan gagalnya usaha ternak

Dengan demikian, integrasi ternak itik dengan padi diharapkan

dapat merupakan salah satu jalan keluar dalam upaya meningkatkan

produktifitas ternak dan sekaligus dapat tetap mempertahankan usaha

tani padi yang berkelanjutan (sustanaible agriculture). Disamping juga

mempertimbangkan aspek-aspek ramah lingkungan (environmentally

tolerable). Secara sosial diterima masyarakat (socially acceptable), secara

ekonomi layak (economically feasible) dan diterima secara politik

(politically desirable).

Page 9: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

IV

Penutup

Sistem Integrasi Tanaman Ternak merupakan intensifikasi sistem

usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara

terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Pada

prinsipnya pengertian terpadu disini adalah bagaimana sistem

pengelolaan limbah peternakan dapat memberikan kontribusi hubungan

timbal balik antara limbah sebagai bahan sisa proses/aktivitas di satu sisi

dan limbah sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan di sisi lain.

Adanya sistem integrasi itik-padi sangat membantu petani dalam

hal pemanfaatan limbah pertanian dan menambah pendapatan. Serta

dalam hal teknisnya pun mudah dilakukan serta secara ekonomis

menguntungkan, ramah lingkungan dan berkelanjutan yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kesejaheraan petani. Sehingga sistem integrasi

antara tanaman dan ternak dan juga sistem integrasi lainnya dapat

dijadikan tumpuan untuk dapat memperoleh pendapatan optimal.

Tujuan pengembangan sistem integrasi tanaman ternak adalah

untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat sebagai

bagian untuk mewujudkan suksesnya revitalisasi pembangunan pertanian.

Ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya sinergisme atau

keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak.

Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan pola pengembangan in-situ

dan ex-situDengan demikian, integrasi ternak itik dengan padi diharapkan

dapat merupakan salah satu jalan keluar dalam upaya meningkatkan

produktifitas ternak dan sekaligus dapat tetap mempertahankan usaha

tani padi yang berkelanjutan (sustanaible agriculture). Disamping juga

mempertimbangkan aspek-aspek ramah lingkungan (environmentally

tolerable). Secara sosial diterima masyarakat (socially acceptable), secara

ekonomi layak (economically feasible) dan diterima secara politik

(politically desirable)

Page 10: Integrasi Padi Dan Itik-Salsabila- Revisi

Daftar Pustaka

Direktorat Pengembangan Kawasan Ditjen Penataan Ruang Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Pendekatan dan Program Pengembangan Wilayah. Bulletin Kawasan Edisi 2. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Deputi Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional BAPPENAS. Jakarta.

Haryanto, B., I. Inounu, Arsana B, dan K. Dwiyanto, 2002. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

MAHFUDZ, L.D., W. SARENGAT dan B. SRIGANDONO. 1999. Penggunaan ampas tahu sebagai penyusun ransum ayam broiler. Pros. Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Pambudy, R dan Sofyan Sudardjat D. 2000. Menjelang Dua Abad Sejarah Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia; Peduli Peternak Rakyat, Yayasan Agroindo Mandiri. Jakarta

Pasandaran, E., Djajanegara, A., Kariyasa, K., dan Kasryno F. 2006. Integrasi Tanaman Ternak di Indonesia. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Pranadji, T. 1994. Institusi Lokal dan sustainibilitas Pengembangan Peternakan Rakyat di Pedesaan. Sain Tekks. Majalah Ilmiah Universitas Semarang

Retnandari dan Tjokrowinoto. 1991. Kopi, Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : Aditya Media.

Steinfeld, H. ; Gerber, P. ; Wassenaar, T. ; Castel, V. ; Rosales, M. ; de Haan, C., 2006. Livestock's long shadow,. FAO, Rome 2006

Wardhani, N.K., A. Musofie and E. Winarti, 2006. Pemanfaatan Limbah Kandang Itik Sebagai Pupuk Untuk Tanaman Padi di Lahan Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta, Makalah disampaikan pada seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner tahun 2006.