integrasi kelapa tanaman -...

4
1 TUMPANG SARI PADA PRODUKSI BENIH KELAPA DALAM Oleh : Wahyu Abidin Shaf, SP Integrasi kelapa dengan tanaman lain sudah lazim di hampir semua perkebunan rakyat kelapa di DIY. Perkebunan rakyat di DIY bukanlah pertanaman monokultur. Tanaman kelapa ditanam di lahan tegalan, sawah dan pekarangan bersama dengan tanaman lain. Tanaman tersebut termasuk tanaman semusim dan tahunan. Tanaman ditanam dengan jarak tanam rapat. Petani melakukan penanaman untuk tanaman pengganti tanaman yang tua dengan penanaman terlebih dahulu sebelum menebang tanaman tua. Petani mengistilahkan penanaman tersebut tanaman yang muda “nyusu” terhadap tanaman yang tua. Akan tetapi tanaman yang “nyusu” tersebut sampai dengan dewasa dan berproduksi, tanaman yang sudah tua tidak ditebang. Pola penanaman seperti ini terus dilakukan sehingga tanaman kelapa yang ada di lahan semakin rapat. Kondisi ini sangat tidak produktif bagi tanaman yang diusahakan. Terjadi kompetisi antar tanaman kelapa yang ada di dalamnya. Belum lagi tanaman lain yang juga merupakan tanaman tahunan semakin menambah kompetisi antar tanaman kelapa dengan tanaman lain tersebut. Tumpangsari yang dilakukan oleh petani pada umumnya saat ini tentu tidak sesuai dengan konsep tumpang sari yang produktif. Tanaman yang ditumpangsarikan memiliki habitus yang sama. Karakteristik pohon memiliki ketinggian tanaman seimbang dan perakaran yang sebidang. Terdapat calon Kebun Induk (KI) di Desa Bojong, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Di lokasi tersebut juga menggunakan pola tumpang sari. Calon KI tersebut berada di sawah surjan yang karakteristiknya memiliki lahan kering dan basah. Bagian lahan kering ditanami tanaman hortikultura dan palawija. Sejumlah tanaman seperti sayur- sayuran, cabai, tomat, kacang tanah dan tanaman lain diusahakan di bagian lahan kering. Bagian lahan basah digunakan untuk menanam padi. Pengusahaan tumpangsari ini dilakukan hingga tahun ke-9 setelah tanam. Menurut petani setempat tanaman tidak lagi produktif karena naungan tanaman kelapa. Naungan dari tajuk kelapa sudah mulai lebar dan tebal intensitas cahaya yang masuk semakin kecil. Jika dilihat dari jenis tanaman yang ditanam di bawah tegakan tersebut merupakan bukan tanaman yang harus menerima cahaya yang penuh. Tanaman tersebut pada umumnya tanaman C3. Menurut Miyao (2002) bahwa 90% spesies tanaman terrestrial merupakan tanaman C3. Tanaman C3 tersebut seperti cabai dan tanaman palawija yang ditanam di lokasi calon KI. Tanaman C3 sendiri memilki karakteristik efisiensi fotosintesis rendah. Pemanfaatan CO 2 hanya sebesar 50% karena terjadi fotorespirasi hal ini menyebabkan efisiensi fotosintesis rendah (BB Biogen, 2012). Berbeda dengan tanaman padi (Oryza satifa L) merupakan tanaman C4 yang dapat memanfaatkan cahaya matahari berintensitas tinggi agar mampu berfotosintesis secara optimal.Tingkat kejenuhan terhadap cahaya tanaman C4 lebih tinggi dibandingkan C3. Usaha tanaman yang memadukan pepohonan dengan tanaman C4 memiliki risiko terhadap kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman C3 karena rendahnya cahaya matahari diakibatkan tertahan oleh naungan (Nurlaili, 2011 dan Sitompul,-). Tanaman C4 seperti tebu dan jagung sebaiknya tidak menjadi alternatif utama

Upload: others

Post on 15-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Integrasi kelapa tanaman - Dishutbundishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/integrasi_kelapa_dan_tanam… · Microsoft Word - Integrasi kelapa tanaman.docx Author: lenovo Created

1

TUMPANG SARI PADA PRODUKSI BENIH KELAPA DALAM

Oleh : Wahyu Abidin Shaf, SP

Integrasi kelapa dengan tanaman lain sudah lazim di hampir semua perkebunan rakyat kelapa di DIY. Perkebunan rakyat di DIY bukanlah pertanaman monokultur. Tanaman kelapa ditanam di lahan tegalan, sawah dan pekarangan bersama dengan tanaman lain. Tanaman tersebut termasuk tanaman semusim dan tahunan.

Tanaman ditanam dengan jarak tanam rapat. Petani melakukan penanaman untuk tanaman pengganti tanaman yang tua dengan penanaman terlebih dahulu sebelum menebang tanaman tua. Petani mengistilahkan penanaman tersebut tanaman yang muda “nyusu” terhadap tanaman yang tua. Akan tetapi tanaman yang “nyusu” tersebut sampai dengan dewasa dan berproduksi, tanaman yang sudah tua tidak ditebang. Pola penanaman seperti ini terus dilakukan sehingga tanaman kelapa yang ada di lahan semakin rapat.

Kondisi ini sangat tidak produktif bagi tanaman yang diusahakan. Terjadi kompetisi antar tanaman kelapa yang ada di dalamnya. Belum lagi tanaman lain yang juga merupakan tanaman tahunan semakin menambah kompetisi antar tanaman kelapa dengan tanaman lain tersebut.

Tumpangsari yang dilakukan oleh petani pada umumnya saat ini tentu tidak sesuai dengan konsep tumpang sari yang produktif. Tanaman yang ditumpangsarikan memiliki habitus yang sama. Karakteristik pohon memiliki ketinggian tanaman seimbang dan perakaran yang sebidang.

Terdapat calon Kebun Induk (KI) di Desa Bojong, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Di lokasi tersebut juga menggunakan pola tumpang sari. Calon KI tersebut berada di sawah surjan yang karakteristiknya memiliki lahan kering dan basah.

Bagian lahan kering ditanami tanaman hortikultura dan palawija. Sejumlah tanaman seperti sayur-sayuran, cabai, tomat, kacang tanah dan tanaman lain diusahakan di bagian lahan kering. Bagian lahan basah digunakan untuk menanam padi.

Pengusahaan tumpangsari ini dilakukan hingga tahun ke-9 setelah tanam. Menurut petani setempat tanaman tidak lagi produktif karena naungan tanaman kelapa. Naungan dari tajuk kelapa sudah mulai lebar dan tebal intensitas cahaya yang masuk semakin kecil.

Jika dilihat dari jenis tanaman yang ditanam di bawah tegakan tersebut merupakan bukan tanaman yang harus menerima cahaya yang penuh. Tanaman tersebut pada umumnya tanaman C3. Menurut Miyao (2002) bahwa 90% spesies tanaman terrestrial merupakan tanaman C3. Tanaman C3 tersebut seperti cabai dan tanaman palawija yang ditanam di lokasi calon KI. Tanaman C3 sendiri memilki karakteristik efisiensi fotosintesis rendah. Pemanfaatan CO2 hanya sebesar 50% karena terjadi fotorespirasi hal ini menyebabkan efisiensi fotosintesis rendah (BB Biogen, 2012).

Berbeda dengan tanaman padi (Oryza satifa L) merupakan tanaman C4 yang dapat memanfaatkan cahaya matahari berintensitas tinggi agar mampu berfotosintesis secara optimal.Tingkat kejenuhan terhadap cahaya tanaman C4 lebih tinggi dibandingkan C3. Usaha tanaman yang memadukan pepohonan dengan tanaman C4 memiliki risiko terhadap kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman C3 karena rendahnya cahaya matahari diakibatkan tertahan oleh naungan (Nurlaili, 2011 dan Sitompul,-). Tanaman C4 seperti tebu dan jagung sebaiknya tidak menjadi alternatif utama

Page 2: Integrasi kelapa tanaman - Dishutbundishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/integrasi_kelapa_dan_tanam… · Microsoft Word - Integrasi kelapa tanaman.docx Author: lenovo Created

2

sebagai tanaman sela kelapa. Hasilnya tidak sebaik jika diusahakan secara monolultur atau polikultur dengan tanaman semusim lain.

Adanya naungan dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini sangat wajar jika kondisi di calon KI menunjukan adanya penurunan hasil panen tanaman padi. Petani merasakan perbedaan yang nyata antara hasil panen pada penanaman tahun pertama hingga tahun ke-8. Hasil panen semakin turun dari tahun ke tahun.

Lahan yang menjadi calon KI Bojong Bulat disewakan kepada masyarakat. Dengah adanya penurunan produktivitas harga sewa tanah sawah lebih rendah dibandingkan lahan sawah terbuka. Hingga pada akhirnya masyarakat tidak berminat memanfaatkan lahan di bawah tegakan kelapa.

Jika menginginkan tanaman padi perlu penyesuaian varietas yang ditanam, dapat menggunakan tanaman padi gogo tahan naungan. Tanaman padi mampu berproduksi baik di bawah naungan tegakan kelapa (Kementerian Pertanian, 2017).

Penanaman tanaman sela sangat memungkinkan karena penggunaan lahan oleh tanaman kelapa tergolong kecil. Calon KI Bojong Bulat berjarak tanam 9x9 m sehingga luasan lahan dibutuhkan 81 m2. Sedangkan menurut Creencia (1978) dalam Tarigans (2002) penyebaran akar maksimum pohon sebesar 12,57m2 sehingga prosentase area efektif sebesar 15,6%. Masih terdapat 84,4% lahan yang belum termanfaatkan. Potensi lahan yang sangat luas ini dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga produktivitas lahan semakin tinggi.

Terdapat sejumlah alternatif tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman sela. Masyarakat Desa Bojong menyukai beberapa tanaman yang dinilai cocok dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman tersebut adalah pisang (Musa sp.), ubi jalar (Ipomoea batatas L), singkong (Manihot utilissima) dan vanili (Vanilla planifolia).

Page 3: Integrasi kelapa tanaman - Dishutbundishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/integrasi_kelapa_dan_tanam… · Microsoft Word - Integrasi kelapa tanaman.docx Author: lenovo Created

3

Pisang bagi masyarakat sekitar sangat bermanfaat dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan gizi keluarga. Kelebihan produksi dapat dijual sehingga memberikan penghasilan tambahan. Penghasilan ini menurut masyarakat mampu meningkatkan pendapatan mengingat tanaman pisang tidak diusahakan dengan pemeliharaan intensif. Biaya pemeliharaan sangat rendah namun memberikan pendapatan yang cukup besar.

Diversifikasi usaha kelapa dengan pisang ini dapat memberikan pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pola monokultur. Menurut Kawau, dkk., (2015) pendapatan rata-rata petani kelapa yang juga menanam pisang di lahannya memperoleh pendapatan lebih dari 200%.

Ubi jalar dan singkong cocok dan diminati masyarakat Desa Bojong untuk diusahakan sebagai tanaman di bawah tegakkan. Penanaman mudah dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif. Seperti halnya pisang, ubi jalar dan singkong juga dikonsumsi sendiri oleh petani dan kelebihan produksi dapat dijual untuk pendapatan tambahan.

Vanili merupakan alternatif tanaman sela yang belum banyak diusahakan masyarakat setempat. Vanili diminati sebagian petani karena harga jual tinggi dibandingkan dengan tanaman budidaya lainnya. Ada sebagian petani yang mengusahakannya namun belum mampu menarik sebagian besar petani lain untuk ikut menanam. Kelemahan dari vanili menurut sudut pandang masyarakat yaitu pemeliharaan intensif. Tanaman ini tidak dapat berproduksi dengan baik tanpa pemeliharaan dan perlakuan khusus, tidak seperti tanaman lain yang ada di sekitarnya.

Vanili merupakan tanaman yang peka terhadap cahaya sehingga diperlukan naungan supaya tumbuh baik. Tajuk tanaman kelapa dapat dijadikan sebagai penaung tanaman vanili.

Alternatif tanaman sela tersebut selama ini hanya diusahakan sebagai komoditas sampingan. Pemeliharaan sangat minimal tidak sesuai dengan standar teknis budidaya. Perlakuan terhadap tanaman sela ini sama seperti tanaman kelapa yang sangat sedikit pemeliharaan. Sebagian petani hanya menanam tanpa memberikan pemeliharaan yang memadai seperti pupuk dan pengendalian OPT. Pemeliharaan yang mungkin dilakukan oleh petani pada umumnya pengendalian gulma dan sanitasi kebun.

Jika tanaman sela diusahakan dengan baik hasilnya lebih baik dibandingkan saat ini. Pengusahaan yang baik dimulai dari pemilihan jenis komoditas, benih, tata cara budidaya dan pemanenan.

Peningkatan hasil dari pola integrasi kelapa dengan tanaman lain tidak hanya dari hasil panen tanaman sela tetapi juga peningkatan produktivitas tanaman kelapa. Kajian yang dilakukan oleh Darwis (1990) dalam Tarigans (2002) menujukkan bahwa jumlah produksi tanaman kelapa dengan tumpangsari tanaman sela seperti jagung dan kacang tanah lebih besar dibandingkan tanaman monokultur yang diberi pupuk. Terdapat 2 keuntungan yang diperoleh petani kelapa berupa tambahan pendapatan dari tanaman sela dan peningkatan produksi kelapa tanpa pemberian pupuk secara khusus terhadap kelapa.

Page 4: Integrasi kelapa tanaman - Dishutbundishutbun.jogjaprov.go.id/assets/artikel/integrasi_kelapa_dan_tanam… · Microsoft Word - Integrasi kelapa tanaman.docx Author: lenovo Created

4

DAFTAR PUSTAKA

BB Biogen, 2012, Mekanisme Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman, <http://biogen.litbang.pertanian.go.id/wp/wp-content/uploads/kalins-pdf/singles/mekanisme-fisiologi-pertumbuhan-dan-perkembangan-tanaman.pdf>

Kawau, D.S., Pakasi., C.B.D., Sondakh, M.L., Rengkung, L.R., 2015, Kajian Pendapatan Usahatani Kelapa Dengan Diversifikasi Horizontal Pada Gapoktan Petani Jaya di Desa Poigar 1 Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan, ASE – Volume 11 Nomor 3, September 2015: 41 – 52

Kementerian Pertanian, 2017 Padi Gogo Toleran Naungan di Sela Tanaman Perkebunan <http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2872/>

Miyao, M., 2002, Molecular evolution and genetic engineering of C4 photosynteticphotosyntetic enzymes, J. Exp Bot 54:179-189

Nurlaili, 2011, Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam, AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 – 8245X

Sitompul, S.M., Bahan Ajar 5 Radiasi dalam Sistem Agroforestri <https://www.worldagroforestry.org/downloads/WaNuLCAS/LectureNotes/LectureNote5.pdf>

Tarigans, D.D., 2002, Sistem Usaha Tani Berbasis Kelapa, Perspektif Volume 1 nomor 1, Juni 2002 : 18-32